Sistem Informasi Geografis Sebagai Teknologi Pendukung

advertisement
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
Sistem Informasi Geografis Sebagai Teknologi Pendukung Pemasaran
Produk Umkm Kota Bandung
Sri Wiludjeng 1 dan Gusni 2
ABSTRACT: Micro, Small, Medium Enterprises (MSMEs) have an important role in support
Indonesian economy. MSMEs able to absorb 97.24% of the workforce and also survive to face
the economic turmoil such as economic crisis and global economic slowdown relatively. This
study is preliminary research that discusses the development of MSMEs in Bandung city,
especially under the assisted of MSMEs, cooperatives, Industry and Commerce Bandung city
agency, potential of MSMEs and the role of geographic information system (GIS) as a tools that
able to support MSMEs product marketing and promotion in national and international market.
GIS is an increasingly popular information system technology can fundamentally alter the cost
and effectiveness of marketing decision making for MSMEs.
This research used primary and secondary data such as data from MSMEs, MSMEs,
cooperatives, Industry and Commerce Bandung City agency, and other information from
articles, journal, and other related books. A Method used in this research is descriptive
qualitative research method with SWOT analysis approach. The result of this preliminary
research indicates that most of MSMEs in Bandung city still have problems in expanding
market share, due to traditional marketing model used and not yet using information system
technology like geographic information system (GIS). Most of the marketing area of MSMEs
still limited only in Bandung city and other cities in West of Java. Only a little MSMEs able to
reach marketing area outside of West of Java.
Keywords: MSMEs, Marketing, Geographic Information System
ABSTRAK: Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam
mendukung perekonomian Indonesia. UMKM mampu menyerap tenaga kerja dan juga mampu
bertahan dalam menghadapi gejolak ekonomi seperti krisis ekonomi dan perlambatan ekonomi
global. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang membahas pengembangan UMKM di
bawah binaan Dinas UMKM, koperasi, dan Perindag Kota Bandung. Potensi UMKM dan peran
sistem informasi geografis (SIG) sebagai pendukung pemasaran produk UMKM di pasar
nasional dan internasional. SIG merupakan teknologi sistem informasi yang populer saat ini
yang secara fundamental dapat mengubah biaya dan tingkat efektivitas pengambilan keputusan
pemasaran bagi UMKM.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder seperti data dan informasi dari
pelaku UMKM, data dari dinas UMKM, Koperasi dan Perindag kota Bandung, dan informasi
lainnya yang berasal dari artikel, jurnal dan buku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil
analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa UMKM kota Bandung masih memiliki
berbagai kendala dalam memperluas pangsa pasar, karena model pemasaran yang digunakan
selama ini masih bersifat tradisional dan belum menggunakan teknologi informasi yang
berkembang seperti sistem informasi geografis (SIG), sehingga sebagaian besar area
pemasarannya masih terbatas hanya di kota Bandung dan kota lainnya di Jawa Barat. Hanya
sedikit sekali dari pelaku UMKM yang mampu menjangkau daerah pemasaran di luar Jawa
Barat.
Kata Kunci: UMKM, Pemasaran, Sistem Informasi Geografi
1
2
Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama ([email protected])
Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama ([email protected])
C-562
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
Pendahuluan
Perlambatan ekonomi dunia yang juga berimbas pada turunnya pertumbuhan
ekonomi Indonesia, turunnya nilai tukar rupiah, inflasi yang cukup tinggi, tingginya
tingkat suku bunga pinjaman dan turunnya daya beli masyarakat telah menyebabkan
banyaknya perusahaan-perusahaan mengalami kerugian terutama perusahaan besar dan
bahkan ada yang sudah berencana untuk mengurangi jumlah karyawan mereka. Kondisi
ini memicu berbagai persoalan ekonomi seperti pengangguran dan tingginya angka
kemiskinan. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga terkena imbas dari
perlambatan ekonomi ini, namun tidak begitu signifikan dan hanya sektor-sektor yang
berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor yang terkena imbas. Sektor UMKM
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk bertahan dalam menghadapi berbagai
gejolak ekonomi seperti krisis ekonomi dan perlambatan ekonomi dunia saat ini.
Menurut data Kementerian Koperasi tahun 2013, kontribusi UMKM terhadap PDB
Indonesia adalah sebesar 57.48% dan proporsi UMKM sebesar 99.99% dari jumlah
pelaku usaha, selain itu kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja mencapai
97.24%, kondisi ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki eksistensi dalam menunjang
perekonomian Negara Indonesia (Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri,
Kementerian Perdagangan, 2013).
Kekuatan besar UMKM dalam menunjang perekonomian Indonesia bertumpu
pada beberapa keunggulan UMKM dibanding usaha besar yaitu UMKM biasanya
memenuhi permintaan (aggregate demand) yang terjadi diwilayah regionalnya sehingga
UMKM menyebar diseluruh pelosok dengan ragam bidang usaha, UMKM mempunyai
keleluasaan atau kebebasan untuk masuk atau keluar dari pasar mengingat modal
sebagian besar terserap pada modal kerja dan sangat kecil yang masuk dalam aktiva
tetap sehingga yang dipertaruhkan sangat kecil. Dampak positifnya adalah kemudahan
untuk melakukan inovasi terhadap produknya sehingga mempunyai derajat imunitas
yang tinggi terhadap gejolak perekonomian dan sebagian besar UMKM adalah padat
karya (labour intensive) mengingat teknologi yang digunakan UMKM masih relatif
sederhana (Hidayatullah, dkk, 2013).
Jawa Barat termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah
UMKM cukup besar yaitu mencapai 9.042.519 UMKM yang tersebar di 18 Kabupaten
dan 9 Kota, dan kontribusi UMKM terhadap PDRB Jawa Barat juga lebih besar dari
pada usaha besar dengan perbandingan 55 : 45 berdasarkan data tahun 2013 (Primiana
dkk, 2015).
Meskipun UMKM di Jawa Barat cukup besar jumlahnya, namun kinerjanya
masih jalan di tempat dan tidak ada perbaikan yang berarti dari waktu ke waktu.
Penyebabnya banyak sekali antara lain kurang kondusifnya iklim usaha, kualitas sumber
daya manusia yang masih rendah, manajemen usaha kurang baik, sulitnya akses kredit
untuk mendapatkan tambahan modal, kurangnya inovasi terhadap produk yang
dihasilkan, masih kurangnya standar kualitas produk, kurangnya pemanfaatan terhadap
perkembangan teknologi yang ada sebagai sarana pemasaran dan kesempatan untuk
akses pasar, kurangnya pemahaman tentang mekanisme ekspor, kurangnya pelatihan
dan pendampingan dalam pengelolaan dan pengembangan usaha. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa 83 % masalah yang dihadapi pelaku UMKM adalah belum
memiliki strategi pemasaran yang efektif seperti pemanfaatan teknologi sistem
informasi sehingga masih kesulitan untuk mendapatkan calon pelanggan
(www.bisnisukm.com, 2012 dalam Hidayatullah, dkk, 2013).
C-563
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
Untuk dapat bersaing ditengah semakin ketatnya persaingan usaha, apalagi pada akhir
tahun 2015 yang lalu, dunia usaha, termasuk UMKM dihadapkan pada persaingan
dengan negara-negara ASEAN yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA), maka UMKM dituntut untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan kesempatan ini
dengan membangun akses pasar. Untuk dapat membangun akses pasar, UMKM
membutuhkan ketersediaan informasi mengenai pasar. Salah satu alat yang dapat
mendukung ketersediaan informasi untuk mengembangakan pangsa pasar UMKM
termasuk kesempatan untuk ekspor adalah sistem informasi berbasis komputer yaitu
berupa sistem informasi geografis (SIG). Sistem ini dapat memberikan informasi detail
mengenai keberadaan UMKM sehingga dapat diakses secara luas, tidak hanya oleh
masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh dunia internasional, sehingga dapat memberikan
peluang kepada UMKM kota Bandung untuk melakukan kegiatan Ekspor.
Tinjauan Literatur
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro dan
Menengah, usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteriaUsaha Mikro sebagaimana diaturdalam
Undang-Undang ini. Kriteria untuk Usaha mikro adalah memiliki aset maksimal Rp.
50.000.000,- dan omset maksimal Rp. 300.000.000,-. Usaha Kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria untuk Usaha Kecil adalah memiliki aset
Rp.50.000.000,- sampai Rp.500.000.000 dan omset antaraRp. 300.000.000,- sampai
Rp.2.500.000.000,-. Dan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Kriteria untuk Usaha Menengahadalah memiliki aset
Rp.500.000.000,- sampai Rp.10.000.000.000,- dan omset antaraRp. 2.500.000.000,sampai Rp.50.000.000.000,-.
UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara.
Menurut Berry, Rodriquez, dan Sandeem (Berry, 2001), sedikitnya ada tiga alasan yang
menjadi dasar bagi Negara-negara maju belakangan ini melihat pentingnya UMKM
yaitu; (1) kinerja UKM cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja yang
produktif, (2) UMKM sering mencapai peningkatan produktivitas melalui investasi dan
perubahan teknologi, (3) UMKM memiliki kualitas khusus dalam bentuk fleksibilitas
jika dibandingkan dengan bisnis besar.
Usaha untuk terus memberdayakan UMKM terus dilakukan oleh pemerintah,
termasuk pemerintah Kota Bandung. Berbagai program untuk meningkatkan
kemampuan UMKM telah dilaksanakan oleh pemerintah kota Bandung melalui Dinas
Koperasi, UMKM dan Perindag Kota Bandung, seperti mendirikan Balai Pelatihan
Terpadu dan satu-satunya di Jawa Barat, memfasilitasi UMKM dalam melakukan
promosi produk melalui pameran, melakukan pelatihan bimbingan teknis untuk ekspor,
pengurusan sertifikat halal dan juga sertifikat HAKI secara gratis kepada beberapa
C-564
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
UMKM potensial dan juga memberikan kredit melati hasil kerjasama dengan BPR.
Baru-baru ini pemerintah juga melakukan kegiatan perekrutan terhadap 8.375 wirausaha
baru di seluruh kecamatan yang ada di kota Bandung dengan berbagai program yang
dapat meningkatkan kemampuan usaha dan daya saing produk.
Program yang dilakukan oleh pemerintah kota Bandung ini cukup bermanfaat
bagi UMKM, namun kebutuhan UMKM akan sarana pemasaran yang lebih efektif
seperti pemanfaatan teknologi belum dapat dipenuhi oleh Pemerintah kota Bandung,
sehingga sebagian besar UMKM masih mengandalkan pasar lokal.
Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin pesatnya perkembangan
teknologi informasi, seharusnya dapat dimanfaatkan oleh UMKM untuk membantu
memasarkan produknya baik kepada masyarakat lokal, nasional maupun internasional.
Menurut Turban 2001 (Nuryanti, 2013), Teknologi informasi dapat memberikan
dukungan terhadap kegiatan usaha UMKM yaitu antara lain; (1) Meningkatkan
Produktivitas, (2) Mengurangi biaya, (3) Meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan, (4) Meningkatkan relasi dengan pelanggan/konsumen, (5) Membangun
aplikasi-aplikasi strategi baru.
Salah satu bentuk teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM
dalam mendukung pemasaran produknya adalah sistem informasi geografi. Menurut
Trenggana dkk., 2010, ada dua tantangan utama yang dihadapi UMKM saat ini dalam
menghadapi perdagangan internasional yaitu akses pasar dan peningkatan daya saing.
Penggunaan teknologi informasi pemasaran produk UMKM adalah salah satu usaha
untuk memperluas akses pasar produk UMKM dan sekaligus meningkatkan daya saing
produk.
Peningkatan Daya Saing Produk UMKM
Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)
daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah,negara, atau antar daerah
untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaanyangrelatif tinggi dan
berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional.Oleh karena daya saing
industri merupakan fenomena di tingkat mikro perusahaan, makakebijakan
pembangunan industri nasional didahului dengan melakukan kajian sektor industri
secara utuh sebagai dasar pengukurannya (Sudaryanto, dkk, 2012).
Tingkat daya saing suatu negara di dunia perdagangan internasional ditentukan
oleh 2 faktor yaitu keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggulan
kompetitif (competitive advantage). Keunggulan komparatif yaitu keunggulan yang
dimiliki oleh suatu negara karena mampu menghasilkan produk secara efisien
dibandingkan negara lain (Krugman & Obstfelt, 2003). Sedangkan keunggulan
kompetitif adalah keunggulan yang diperoleh oleh suatu negara, karena kemampuannya
dari segi mutu, pelayanan dan pemasaran yang lebih baik dari negara lainnya, meskipun
semua negara dapat menghasilkan produk yang sama dengan tingkat efisiensi yang
relatif sama (Porter, 1998).
Menurut Porter 1998, keunggulan kompetitif suatu bangsa bersumber dari
beberapa keunggulan berikut:
1. Keunggulan karena memiliki faktor-faktor produksi (factor conditions), seperti
SDM, SDA, IPTEK, Modal, Sarana dan Prasarana, dll
2. Keunggulan karena faktor permintaan (demand condition). Skala yang makin
besar mampu menurunkan biaya produksi
C-565
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
3. Keunggulan karena memiliki jaringan kerja industri (related &supporting
industry). Eratnya hubungan antara industri besar dengan menengah dan kecil
dapat mendorong penurunan biaya produksi.
4. Keunggulan karena strategi perusahaan dan pembentukan persaingan pasar (firm
strategy, structure & rivalry)
Selain kedua keunggulan tersebut diatas, tingkat daya saing produk suatu negara
juga dipengaruhi oleh keunggulan daya saing berkelanjutan (Sustainable Competitive
Advantage), terutama untuk menghadapi persaingan global yang semakin tinggi (Hyper
Competitive). Dalam menghadapi persaingan ini, setiap negara secara tidak langsung
dipaksa untuk memikirkan dan menemukan strategi yang tepat agar memiliki
kemampuan bersaing. Strategi tersebut antara lain adalah perencanaan dan kegiatan
operasional yang terpadu, yang mengkaitkan 5 lingkungan eksternal dan internal demi
pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, dengan disertai keberhasilan
dalam mempertahankan/meningkatkan keberlanjutan pendapatan ril secara efektif dan
efisien (Hamdy, 2001).
Berdasarkan data dari Institute Management Development (IMD) World
Competitiveness Yearbook 2015, peringkat daya saing Indonesia pada tahun 2015 ini
turun dari peringkat 37 pada tahun 2014 menjadi peringkat 42. Peringkat daya saing
Indonesia ini juga kalah dibandingkan sejumlah negara pesaing utama di Asia Tenggara
seperti Malaysia (peringkat 14), Thailand (peringkat 30), Filipina (peringkat 41), atau
Singapura (peringkat 3). Penurunan peringkat ini disebabkan oleh kelesuan ekonomi
dunia yang berimbas pada perekonomian Indonesia
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Tomlin’s (1990), sistem informasi geografi adalah fasilitas untuk
menyiapkan, menyajikan, dan menafsirkan fakta-fakta yang berkaitan dengan
permukaan bumi. Ini merupakan definisi yang luas, namun sebenarnya jauh lebih
sempit dan lebih sering digunakan. Dalam bahasa umum, sistem informasi geografis
atau SIG adalah konfigurasi perangkat keras komputer dan perangkat lunak yang khusus
dirancang untuk akuisisi, pemeliharaan, dan penggunaan data yang berhubungan dengan
pemetaan data.
Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur,
mentransformasi, memanipulasi dan menganalisis data-data geografis. Data geografis
yang dimaksud di sini adalah data spasial yang ciri-cirinya adalah (Trenggana, dkk,
2010):
 Memiliki geometric properties separate coordinate Dan lokasi.
 Terkait dengan aspek ruang seperti persil, kota, kawasanpembangunan.
 Berhubungan dengan semua fenomena yang terdapat di bumi, misalnya data,
kejadian, gejalaatau objek.
 Dipakai untuk maksud-maksud tertentu, misalnya analisis, pemantauan ataupun
pengelolaan.
Menurut Burrough, 1986 (Wieczorek dan Delmerico, 2009), SIG adalah
Seperangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil, mengubah dan
menampilkan spasial data dari dunia nyata untuk tujuan tertentu.
C-566
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
Sedangkan menurut Goodchild, 2008 (Wieczorek dan Delmerico, 2009), SIG
adalah sebuah sistem untuk menginput, menyimpan, memanipulasi, dan mengeluarkan
informasi geografis, merupakan penggabungan antara perangkat lunak dengan
perangkat keras komputer, data, pengguna dengan tujuan untuk memecahkan masalah,
mendukung keputusan dan membantu perencanaan.
Sedangkan menurut Qoriani (2012), sistem informasi geografis adalah informasi
mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai
posisi dimana suatu objek terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai
keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya
diketahui. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database
yang biasa digunakan, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan serta analisis
statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang
mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi SIG tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa SIG
terdiri atas beberapa sub sistem yaitu data input, data output, data management, data
manipulasi dan analisis sebagaimana terlihat pada gambar berikut (Prahasta, 2010).
Data
Manipulation
& Analysis
Data
Input
SIG
Data
Output
Data
Management
Gambar 1:
Subsistem-Subsistem SIG
Konsep SIG telah diperkenalkan di Indonesia sejak pertengahan tahun 1980-an,
dan sampai dengan saat ini telah dimanfaatkan oleh berbagai bidang, baik itu
pemerintah maupun swasta. Kemampuan dasar SIG adalah mengintegrasikan berbagai
operasi basis data seperti query, menganalisisnya, menyimpannya serta
menampilkannya dalam bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya.
Menurut Xia J., 2004 (Turk et. all., 2014), SIG memiliki beberapa keunggulan,
antara lain yaitu mampu melakukan analisis secara spasial, mengkategorikan dan
menempatkan objek secara individu dan mampu untuk menafsirkan benda berbeda,
mampu untuk menyimpan data terkait dengan presentasi visual terhadap database
visual, dapat diimplementasikan secara online, sehingga kontrol terhadap sistem dapat
dilakukan dengan mudah dan dapat dilakukan dari jarak jauh. Selain itu SIG juga dapat
diimplementasikan dengan biaya yang sangat rendah. Inilah yang membedakan SIG
C-567
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
dengan sistem informasi lain. Komponen SIG terdiri atas hardware, software, data, dan
user.
Sistem Informasi Geografis Sebagai Alat Penunjang Pemasaran Produk UMKM
Sistem informasi sangat penting untuk perkembangan usaha UMKM karena
memiliki berbagai peranan, antara lain yaitu; sistem informasi dapat mendukung proses
dan operasi bisnis, mendukung dalam pengambilan keputusan yang penting bagi usaha,
dan mendukung berbagai strategi yang perlu diterapkan untuk dapat memiliki
keunggulan kompetitif (Hess, et. all., 2004)
Persaingan global telah mendorong banyak perusahaan melakukan perubahan
agar dapat bertahan, termasuk UMKM. Untuk dapat bersaing UMKM membutuhkan
strategi bisnis baru dengan memanfaatkan sistem informasi baru yang dapat mendukung
bisnisnya misalnya akses terhadap pangsa pasar baik nasional maupun international
(Caldeira, 2003).
Sistem informasi geografis (SIG) hadir untuk membantu UMKM memiliki
peluang pangsa pasar yang lebih luas, tidak hanya nasional tetapi juga internasional.
Melalui SIG, UMKM dapat melakukan promosi produknya dan dengan mudah
diketahui oleh masyarakat luas keberadaannya. Informasi yang dihasilkan SIG dapat
dibuat dengan detail sehingga kebutuhan calon pembeli terhadap informasi akan sangat
terpenuhi dengan baik dan lebih akurat.
SIG dapat menggambarkan wilayah UMKM pada berbagai bidang usaha seperti
kuliner, kerajinan tangan, fashion, bengkel, mebel, pertanian, dan lain sebagainya.
Keberadaan SIG akan memberikan berbagai informasi dan kemudahan bagi UMKM
dalam mengembangkan pangsa pasar produknya serta dapat mengetahui keberadaan
para pesaingnya, serta menyusun berbagai strategi untuk meningkatkan keunggulan
bersaing produknya dengan berbagai informasi yang diperoleh dari SIG.
Metode Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah UMKM Kota
Bandung yang tersebar di 30 Kecamatan yang ada di Kota Bandung. Sampel dalam
penelitian ini ditentukan berdasarkan potensi UMKM yang sudah terdata oleh dinas
UMKM, Koperasi dan Perindag kota Bandung, serta sudah berorientasi pada pangsa
pasar nasional dan internasional.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan survei terhadap UMKM, sedangkan data
sekunder adalah data yang telah tersedia dalam bentuk dokumen/file, buku, jurnal,
brosur, leaflet, surat kabar, gambar/foto, dan lain-lain yang diperoleh dari berbagai
sumber terkait.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran
mengenai pola-pola yang konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan
ditafsirkan secara singkat dan mendalam berdasarkan hasil analisis deskriptif (Kuncoro,
2003). Dalam metode analisis deskriptif dilakukan penafsiran terhadap data yang
berkaitan dengan penelitian.
Selain itu juga dilakukan komparasi antara hasil penelitian dengan teori atau
konsep yang relevan. Selanjutnya analisis secara deskriptif juga dilakukan dengan
teknik statistik yang relatif sederhana, misalnya menggunakan tabel, grafik, dan
prosentase komulatif. Dengan mengacu pada pengertian analisis deskriptif tersebut
C-568
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
maka sekalipun metode analisis yang digunakan dalam riset ini relatif sederhana, namun
dapat menjawab tujuan penelitian dalam pemanfaatan sistem informasi geografi sebagai
sarana pendukung pemasaran produk-produk UMKM di pasar nasional dan
internasional.
Hasil Dan Pembahasan
Perkembangan UMKM Kota Bandung
UMKM Kota Bandung yang berada dibawah binaan Dinas UMKM, Koperasi
dan Perindag Kota Bandung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
sebagaimana terlihat pada tabel 5.1 berikut:
Tabel 1:
Perkembangan UMKM Kota Bandung 2010 - 2015
No
1
2
3
Kelompok
Usaha
Mikro
Kecil
Menengah
Jumlah
2010
3,649
301
271
4,221
2011
3,827
325
273
4,425
Tahun
2012
2013
3,921
4,115
337
357
273
274
4,531
4,746
2014
4,301
372
276
4,948
2015
4,578
392
281
5,251
(Sumber: Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota Bandung)
Berdasarkan data pada tabel diatas terlihat bahwa UMKM Kota Bandung yang
berada dibawah binaan Dinas UMKM, Koperasi, Perindag Kota Bandung terus
mengalami pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan untuk kelompok usaha Mikro dari
tahun 2010 – 2015 berada dibawah kelompok usaha Kecil yaitu sebesar 25.5%.
Sedangkan kelompok usaha Kecil mengalami pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar
30.2% dan kelompok usaha menengah mengalami pertumbuhan sebesar 3.7%.
Dari sisi jumlah, jelas terlihat bahwa kelompok usaha mikro jumlahnya jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan usaha kecil dan menengah yaitu mencapai 87.2%. Sedangkan
usaha mikro hanya sebesar 7.4%, dan usaha menengah hanya sebesar 5.4% dari total
seluruh UMKM yang berada dibawah binaan Dinas UMKM, Koperasi, Perindag Kota
Bandung.
Bidang Usaha UMKM Kota Bandung
Kota Bandung sangat terkenal sebagai kota kreatif yang ditandai dengan
banyaknya hasil-hasil karya kreatif yang sudah dihasilkan oleh masyarakat kelompok
usaha mikro kecil dan menengah, mulai dari kuliner, fashion, handcraft, mainan anakanak, boneka, mebel, dan lain sebagainya.
Usaha Mikro
Badan Pusat Statistik mendefiniskan Usaha Mikro sebagai usaha yang memiliki
tenaga kerja lebih dari 4 orang (Sryana, 2010), seangkan menurut Undang-Undang No.
20 tahun 2008 usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. Kriteria untuk Usaha Mikro adalah memiliki aset maksimal Rp.
50.000.000,- dan omset maksimal Rp. 300.000.000,-.
Berdasarkan data dari Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota Bandung,
usaha mikro ini bertumbuh sangat cepat. Jenis usaha mikro yang paling banyak ditekuni
oleh masyarakat adalah makanan dan minuman, aksesoris, fashion, perdagangan,
dekorasi, peternakan, dan lain sebagainya. Usaha mikro ini bertumbuh lebih cepat
C-569
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
karena tidak memerlukan modal yang besar, hanya rentan untuk tutup atau bangkrut,
karena kehabisan modal, manajemen pengelolaan yang tidak profesional dan lain
sebagainya.
Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria untuk Usaha Keciladalah memiliki aset
Rp.50.000.000,- sampai Rp.500.000.000 dan omset antaraRp. 300.000.000,- sampai
Rp.2.500.000.000,- (Rini dan Latifah, 2014). World Bank mendefinisikan Usaha Kecil
atau Small Enterprise, dengan kriteria: Jumlah karyawan kurang dari 30 orang;
Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta; Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta (Sryana,
2010)
Jenis usaha kecil yang banyak berkembang dikota Bandung antara lain yaitu;
usaha makanan dan minuman, aksesoris, industri kreatif, desain, handmade, dekorasi,
fashion, perdagangan, perbaikan, manufaktur, dan lain sebagainya. Dari semua jenis
usaha ini, usaha makanan dan minuman adalah jenis usaha yang paling banyak ditekuni
oleh masyarakat untuk kelompok usaha kecil (Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag
Kota Bandung)
Usaha Menengah
Usaha Menengah menurut Badan Pusat Statistik adalah usaha yang memiliki
tenaga kerja antara 20 orang hingga 99 orang. Sedangkan menurut Undang-Undang No.
20 tahun 2008, usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. Kriteria untuk Usaha Menengah adalah memiliki aset Rp.500.000.000,sampai Rp.10.000.000.000,- dan omset antara Rp. 2.500.000.000,- sampai
Rp.50.000.000.000,-. World Bank mendefinisikan usaha menengah atau medium
enterprise sebagai usaha dengan kriteria; Jumlah karyawan maksimal 300 orang;
Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta; Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta
(Sryana, 2010).
Berdasarkan informasi dari Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota
Bandung, perkembangan usaha menengah tidak secepat usaha mikro dan kecil, karena
membutuhkan modal yang lebih besar dan keahlian tertentu. Jenis usaha menengah
yang banyak digeluti oleh masyarakat kota Bandung antara lain adalah; aneka makanan
dan minuman, aksesoris, garment, meubel, kontraktor, kayu, industri kreatif, konveksi,
furniture, agriculture, manufaktur, perdagangan, kesenian, dan lain sebagainya.
Potensi UMKM Kota Bandung
UMKM memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang perekonomian
nasional. Keberadaan UMKM mampu untuk menyerap 97.24% tenaga kerja serta
relatif mampu bertahan dalam menghadapi berbagai gejolak ekonomi seperti krisis
ekonomi dan perlambatan ekonomi dunia yang terjadi saat ini. Ini menunjukkan bahwa
C-570
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
keberadaan UMKM memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat.
Menyadari pentingnya keberadaan UMKM di kota Bandung, pemerintah kota
Bandung terus berupaya untuk membina dan meningkatkan jumlah UMKM melalui
berbagai program antara lain yaitu; memberikan pelatihan secara rutin, memberikan
kemudahan dalam pengurusan perizinan usaha, melakukan kerjasama dengan BPR
Melati agar dapat memberikan kredit usaha dengan tingkat suku bunga yang terjangkau
oleh masyarakat, serta program terbarunya adalah menciptakan wirausaha baru demi
mendongkrak perekonomian masyarakat kota Bandung (Dinas UMKM, Koperasi, dan
Perindag Kota Bandung).
Menurut sejumlah pihak, kota Bandung memiliki potensi yang besar untuk terus
melahirkan pelaku-pelaku UMKM, mengingat masyarakat kota Bandung sangat
terkenal memiliki inovasi dan kreatifitas yang tinggi, sehingga industri kreatif di kota
Bandung berkembang dengan pesat. UMKM akan terus tumbuh dan berkembang,
sehingga dapat menjadi usaha-usaha menengah dan besar yang kuat tangguh
kedepannya, serta dapat menyediakan semakin banyaknya lapangan pekerjaan.
Apabila dipetakan dalam analisis SWOT, UMKM kota Bandung memiliki karakteristik
sebagai berikut:
Strong/Kekuatan:
 Keterbatasan untuk mendapatkan sumber daya yang produktif menjadikan UMKM
sebagai pelaku usaha yang mandiri dan fleksibel
 UMKM merupakan wadah untuk menciptakan wirausaha baru di kota Bandung,
karena melalui UMKM masyarakat dapat dengan mudah memulai usaha baru
 UMKM memiliki keleluasaan daya tampung yang besar terhadap perwujudan
aspirasi ekonomis masyarakat untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik
 UMKM memiliki fleksibilitas dan ketahanan yang tinggi dalam mengantisipasi dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan pasar.
 UMKM umumnya memenuhi permintaan (aggregate demand) yang terjadi
diwilayah regionalnya sehingga UMKM menyebar diseluruh pelosok dengan ragam
bidang usaha
 UMKM mudah untuk melakukan inovasi terhadap produknya sehingga mempunyai
derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak perekonomian
 UMKM tidak terpengaruh oleh fluktuasi mata uang asing dan relatif dapat bertahan
terhadap krisis ekonomi dan perlambatan ekonomi dunia.
Weakness/Kelemahan:
 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masih rendah yang tercermin dari kurang
berkembangnya kewirausahaan, rendahnya produktivitas, dan daya saing.
Kelemahan ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan untuk
memanfaatkan teknologi dalam rangka memperluas pangsa pasar dan akses terhadap
sumber permodalan.
 Kurang kondusifnya iklim usaha membuat pelaku usaha kesulitan dalam
mengembangkan usahanya
 Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang kegiatan bisnis
 Keterbatasan UMKM terhadap sumber daya produktif menjadi kendala untuk
pengembangan usaha secara cepat dan berkesinambungan
C-571
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658



Masih rendahnya komitmen dari instansi terkait untuk melakukan pembinaan dan
pendampingan terhadap UMKM dalam mengembangkan usaha
Masih rendahnya standar kualitas produk yang dihasilkan oleh UMKM
kurangnya pemanfaatan terhadap perkembangan teknologi yang ada sebagai sarana
pemasaran dan kesempatan untuk akses pasar
Opportunity/Peluang
 UMKM mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja karena teknologi yang
digunakan UMKM masih relatif sederhana
 Mulai meningkatnya kesadaran dan keberpihakan pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat akan arti pentingnya UMKM dalam perekonomian
 Adanya dukungan dari peraturan perundang-undangan yang memberikan prioritas
pembangunan ekonomi pada UMKM dalam rangka mewujudkan sistem ekonomi
kerakyatan
 Perubahan struktur perekonomian nasional dari sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa memberikan peluang usaha kepada UMKM
 Semakin pesatnya kerjasama ekonomi regional antar negara, terutama dalam
konteks ASEAN seperti MEA
 Tersedianya SDM dalam jumlah yang besar yang belum diberdayakan
 Potensi pasar dalam negeri yang terus berkembang seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk
 Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat menunjang
dinamisasi kegiatan bisnis dan kemampuan akses pasar dengan cepat
Threat/Ancaman
 Adanya agenda neoliberalisasi dari dunia internasional yaitu liberalisasi
perdagangan tanpa batas yang dapat mengancam upaya pengembangan UMKM
 Kompetisi dan persaingan yang semakin ketat terutama dengan pebisnis asing.
Pebisnis asing lebih inovatif yang didukung oleh teknologi, modal dan jaringan
usaha yang lebih luas membuat UMKM kesulitan untuk berkompetisi dan bersaing.
 Masih rendahnya komitmen mutu dari pelaku UMKM telah menyebabkan
menurunnya kepercayaan konsumen.
 Kurangnya komitmen dan penegakan etika bisnis dari pelaku UMKM telah
menyebabkan rendahnya kepercayaan konsumen
Meskipun demikian, ditengah banyaknya UMKM yang terkendala oleh sejumlah
kelemahan dan ancaman, kenyataannya masih banyak juga UMKM yang memiliki
potensi dan prospek yang bagus dalam pengembangan bisnisnya, seperti sentra rajut
binong jati, sentra boneka sukamulya, dan sejumlah sentra bisnis lainnya yang ada di
kota Bandung.
Peranan SIG Sebagai Teknologi Pendukung Pemasaran Produk UMKM
Sistem informasi geografi (SIG) merupakan sistem informasi yang sangat
popular saat ini yang hemat biaya dan sangat efektif untuk pembuatan keputusan
pemasaran, termasuk untuk UMKM. SIG menggunakan gudang data untuk menciptakan
pemetaan data berbasis komputer yang menunjukkan informasi mengenai lokasi dan
atribut lainnya tentang objek yang menarik untuk para pembuat keputusan. Secara
C-572
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
khusus SIG adalah software yang menurut Sprague dan Carlson (1982, dalam Hess,
et.all, 2004) disebut sebagai sistem pendukung keputusan generator, sebuah alat yang
digunakan untuk menciptakan decision support systems (DSS) untuk digunakan dengan
kebutuhan pengambilan keputusan tertentu. DSS telah terbukti sebagai alat untuk
mendukung pelaksanaan pemasaran dan kemampuannya sebagai alat pembuatan
keputusan pemasaran yang sangat berharga.
SIG memberikan nilai untuk pengambilan keputusan pemasaran melalui dua
mekanisme yaitu:
1. SIG menyediakan cara untuk menganalisis data pemasaran internal atau eksternal
yang cerdas dalam format yang sesuai untuk pembuatan keputusan pemasaran
2. SIG memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan data pemasaran internal dan
eksternal untuk lebih meningkatkan efektivitas keputusan pemasaran
Kemampuan SIG dalam mendukung keputusan pemasaran sangat berguna bagi
perusahaan. Saat ini banyak perusahaan memanfaatkan teknologi informasi dan
beberapa perusahaan sedang mengembangkan cara-cara yang inovatif dalam
menggunakan SIG (Hess, et all., 2004). Semua itu dilakukan oleh perusahaan untuk
dapat meningkatkan pemasaran produk-produknya.
SIG merupakan sistem informasi yang sesuai untuk pemasaran produk UMKM,
misalnya untuk pengenalan produk kepada masyarakat. Pengenalan produk memerlukan
pencocokan atribut produk dengan karakteristik group konsumen yang menjadi sasaran
pemasaran. Untuk dapat memperluas karakteristik konsumen yang didistribusikan
secara geografis diperlukan upaya untuk merancang dan memasarkan produk UMKM
kepada konsumen yang akan memiliki ketergantungan terhadap data geografis. Produk
UMKM tidak akan laku dipasaran apabila tidak diterjemahkan sesuai dengan bahasa
lokal terutama untuk target pemasaran internasional. Untuk pemasaran nasional,
umumnya tidak ditemui adanya permasalahan yang serius, hanya memerlukan
penyesuaian. Sebelum menggunakan SIG, sebaiknya dilakukan penelitian, karena
penelitian akan sangat membantu untuk menentukan apakah SIG dapat iintegrasikan
dalam desain produk dan keputusan distribusi untuk mendapatkan pangsa pasar yang
sehat pada lingkungan tertentu.
SIG juga mampu untuk menemukan dimana produk UMKM yang banyak terjual
dan bagaimana karakteristik konsumen yang dapat mendorong peningkatan permintaan
produk, begitu juga sebaliknya, sehingga sangat membantu pelaku UMKM untuk
membuat keputusan pemasaran yang lebih tepat serta dapat dijadikan sebagai dasar
informasi untuk memperbaiki kualitas produk yang dipasarkan dan menyesuaikan
dengan selera masyarakat pada pasar sasaran.
Lokasi UMKM juga sangat penting untuk diinformasikan kepada masyarakat
pasar sasaran, melalui penggunaan SIG, UMKM akan dapat menginformasikan lokasi
usaha serta jaringan distribusi yang dimiliki, termasuk metode pengiriman produk, jika
konsumen melakukan pemesanan produk secara online.
Kegunaan lainnya dari SIG dalam mendukung pemasaran produk UMKM
adalah kemampuan SIG untuk mempromosikan produk UMKM. Promosi merupakan
hal yang sangat penting yang dapat mendorong peningkatan penjualan produk UMKM
baik di pasar nasional, maupun internasional. Promosi yang tepat akan mendorong
minat konsumen untuk terus menggunakan produk UMKM, serta mempromosikannya
kepada orang-orang terdekatnya.
C-573
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
Pemanfaatan SIG diayakini akan mampu untuk mengatasi persoalan pemasaran
yang selama ini dihadapi oleh pelaku UMKM. Melalui pemanfaatn teknologi informasi
ini, UMKM diharapkan dapat memiliki akses pasar yang lebih luas lagi.
Simpulan
Sektor UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan
perekonomian Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi tahun 2013, kontribusi
UMKM terhadap PDB Indonesia adalah sebesar 57.48% dan proporsi UMKM sebesar
99.99% dari jumlah pelaku usaha, dan kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga
kerja mencapai 97.24%, kondisi ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki eksistensi
dalam menunjang perekonomian Negara Indonesia.
Jawa Barat termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah
UMKM cukup besar. Namun kinerjanya masih jalan di tempat dan tidak ada perbaikan
yang berarti dari waktu ke waktu. Ada dua tantangan utama yang dihadapi UMKM saat
ini dalam menghadapi perdagangan bebas yaitu akses pasar dan peningkatan daya saing.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, salah satu cara yaitu dengan penggunaan teknologi
informasi seperti sistem infromasi geografi. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan
produk UMKM dan sekaligus meningkatkan pemasaran produk UMKM kepada
masyarakat luas baik nasional maupun internasional.
Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information System (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja
dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).
Sistem informasi geografi (SIG) merupakan sistem informasi yang sangat popular saat
ini yang hemat biaya dan sangat efektif untuk pembuatan keputusan pemasaran,
termasuk untuk UMKM. SIG menggunakan gudang data untuk menciptakan pemetaan
data berbasis komputer yang menunjukkan informasi mengenai lokasi dan atribut
lainnya tentang objek yang menarik bagi konsumen. Penggunaan SIG diyakini dapat
mendorong peningkatan pemasaran produk UMKM melalui pemanfaatan teknologi.
Penggunaan SIG ini diyakini mampu untuk memecahkan satu permasalahan klasik yang
dihadapi oleh UMKM yaitu akses pemasaran, dimana selama ini kebanyakan UMKM
masih menggunakan cara-cara pemasaran yang bersifat tradisional yaitu melalui
kegiatan pameran.
Penelitian ini masih merupakan penelitian pendahuluan, sehingga diperlukan
penelitian lebih lanjut terutama penelitian tentang berbagai produk unggulan yang
dihasilkan oleh UMKM yang memiliki potensi yang besar untuk berkembang serta
memerlukan dukungan teknologi informasi seperti SIG untuk memperluas pangsa
pasarnya, sehingga dapat dibuat pemetaan data dan perancangan SIG yang sesuai
dengan kebutuhan UMKM kota Bandung untuk kemudian dilakukan uji coba,
implementasi secara penuh dan monitoring serta evaluasi terhadap hasil implementasi.
Daftar Pustaka
Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota Bandung.
Hamdy, Hady. (2001). Ekonomi Internasional–Teori dan Kebijakan Perdagangan
Internasional (Buku 1) Edisi Revisi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hess, R.L., Rubin, R.S., West Jr., L.A. (2004). Geographic information systems as a
marketing information system technology, Elsevier Journal, Science Direct.
C-574
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016
P-ISSN: 2356-3176
E-ISSN: 2527-5658
Hidayatullah Syarif dkk.. (2013). Perluasan Informasi Dan Akses Pasar UMKM Di
Malang Raya Melalui Pengembangan Model “GIS” (Geographic Information
System) Berbasis “TAM” (Technology Acceptance Model). Malang: Universitas
Merdeka Malang.
Husein Umar. (2013). Metodologi Penelitian (Cetakan keempat). Jakarta: PT Erlangga.
Institute Management Development (IMD). (2015). Peringkat Daya Saing Indonesia.
IMD World Competitiveness Yearbook.
John, Glenn L. (1986). Research Methodology for economics : Philosophy and practice.
New York: Macmillan Publishing Company.
Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Krugman, P.R. & Obstfeld, M. (2003). International Economics: Theory and Policy,
4th edition, New York: HarperCollins.
Primiana Ina. (2015). Peningkatan Daya Saing UMKM Jawa Barat dalam Menopang
Perekonomian Nasional Menghadapi Persaingan Global. Bandung: Universitas
Padjajaran.
Porter Michael E. (1998). Competitive Advantage of Nations. New York: Free Press.
Prahasta, Eddy. (2005). Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung:
Informatika.
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri. (2013). Analisis Peran Lembaga
Pembiayan Dalam Pengembangan UMKM. Kementerian Perdagangan, Jakarta.
Qoriani H. Farida. (2008). Sistem Informasi Geografis Untuk Mengetahui Tingkat
Pencemaran Limbah Pabrik Di Kabupaten Sidoarjo. Seminar Ilmiah Nasional
Komputer dan Sistem Intelijen, Universitas Gunadarma, Depok.
Sryana, Jaka. (2010). Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi
Kkasus Di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo
Dinamis dan Kreatif – 79.
Sudaryanto, Ragimun dan Wijayanti R.R. (2012). Strategi Pemberdayaan UMKM
Menghadapi Pasar Bebas ASEAN. Jember: Universitas Negeri Jember.
Thomlin’s C. Dana. (1990). Geographic Information Systems and Cartographic
Modeling, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Trenggana H.M. dkk.. (2010). Analisis Potensi Dan Hambatan Yang Dihadapi Umkm
Dalam Mengembangkan Usaha Dengan Menggunakan Alat Bantu Sistem
Informasi Geografis (Sig): Studi KasusKecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Depok.
Turk, T., Kitapci, O., Dortyol, I.T. (2014). The Usage of Geographical Information
Systems (GIS) in the Marketing Decision Making Process: A Case Study for
Determining Supermarket Locations. Procedia-Social and Behavioral Science
148 ( 2014 ) 227 – 235, Elsevier, Science Direct.
Wieczorek, W.F., Delmerico, A.M. (2009). Geographic information systems. WIREs
Comp Stat Journal, John Wiley & Sons, Inc.
C-575
Download