Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 Sistem Informasi Geografis Sebagai Teknologi Pendukung Pemasaran Produk Umkm Kota Bandung Sri Wiludjeng 1 dan Gusni 2 ABSTRACT: Micro, Small, Medium Enterprises (MSMEs) have an important role in support Indonesian economy. MSMEs able to absorb 97.24% of the workforce and also survive to face the economic turmoil such as economic crisis and global economic slowdown relatively. This study is preliminary research that discusses the development of MSMEs in Bandung city, especially under the assisted of MSMEs, cooperatives, Industry and Commerce Bandung city agency, potential of MSMEs and the role of geographic information system (GIS) as a tools that able to support MSMEs product marketing and promotion in national and international market. GIS is an increasingly popular information system technology can fundamentally alter the cost and effectiveness of marketing decision making for MSMEs. This research used primary and secondary data such as data from MSMEs, MSMEs, cooperatives, Industry and Commerce Bandung City agency, and other information from articles, journal, and other related books. A Method used in this research is descriptive qualitative research method with SWOT analysis approach. The result of this preliminary research indicates that most of MSMEs in Bandung city still have problems in expanding market share, due to traditional marketing model used and not yet using information system technology like geographic information system (GIS). Most of the marketing area of MSMEs still limited only in Bandung city and other cities in West of Java. Only a little MSMEs able to reach marketing area outside of West of Java. Keywords: MSMEs, Marketing, Geographic Information System ABSTRAK: Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam mendukung perekonomian Indonesia. UMKM mampu menyerap tenaga kerja dan juga mampu bertahan dalam menghadapi gejolak ekonomi seperti krisis ekonomi dan perlambatan ekonomi global. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang membahas pengembangan UMKM di bawah binaan Dinas UMKM, koperasi, dan Perindag Kota Bandung. Potensi UMKM dan peran sistem informasi geografis (SIG) sebagai pendukung pemasaran produk UMKM di pasar nasional dan internasional. SIG merupakan teknologi sistem informasi yang populer saat ini yang secara fundamental dapat mengubah biaya dan tingkat efektivitas pengambilan keputusan pemasaran bagi UMKM. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder seperti data dan informasi dari pelaku UMKM, data dari dinas UMKM, Koperasi dan Perindag kota Bandung, dan informasi lainnya yang berasal dari artikel, jurnal dan buku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa UMKM kota Bandung masih memiliki berbagai kendala dalam memperluas pangsa pasar, karena model pemasaran yang digunakan selama ini masih bersifat tradisional dan belum menggunakan teknologi informasi yang berkembang seperti sistem informasi geografis (SIG), sehingga sebagaian besar area pemasarannya masih terbatas hanya di kota Bandung dan kota lainnya di Jawa Barat. Hanya sedikit sekali dari pelaku UMKM yang mampu menjangkau daerah pemasaran di luar Jawa Barat. Kata Kunci: UMKM, Pemasaran, Sistem Informasi Geografi 1 2 Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama ([email protected]) Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama ([email protected]) C-562 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 Pendahuluan Perlambatan ekonomi dunia yang juga berimbas pada turunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, turunnya nilai tukar rupiah, inflasi yang cukup tinggi, tingginya tingkat suku bunga pinjaman dan turunnya daya beli masyarakat telah menyebabkan banyaknya perusahaan-perusahaan mengalami kerugian terutama perusahaan besar dan bahkan ada yang sudah berencana untuk mengurangi jumlah karyawan mereka. Kondisi ini memicu berbagai persoalan ekonomi seperti pengangguran dan tingginya angka kemiskinan. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga terkena imbas dari perlambatan ekonomi ini, namun tidak begitu signifikan dan hanya sektor-sektor yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor yang terkena imbas. Sektor UMKM memiliki kemampuan yang lebih baik untuk bertahan dalam menghadapi berbagai gejolak ekonomi seperti krisis ekonomi dan perlambatan ekonomi dunia saat ini. Menurut data Kementerian Koperasi tahun 2013, kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia adalah sebesar 57.48% dan proporsi UMKM sebesar 99.99% dari jumlah pelaku usaha, selain itu kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja mencapai 97.24%, kondisi ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki eksistensi dalam menunjang perekonomian Negara Indonesia (Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, 2013). Kekuatan besar UMKM dalam menunjang perekonomian Indonesia bertumpu pada beberapa keunggulan UMKM dibanding usaha besar yaitu UMKM biasanya memenuhi permintaan (aggregate demand) yang terjadi diwilayah regionalnya sehingga UMKM menyebar diseluruh pelosok dengan ragam bidang usaha, UMKM mempunyai keleluasaan atau kebebasan untuk masuk atau keluar dari pasar mengingat modal sebagian besar terserap pada modal kerja dan sangat kecil yang masuk dalam aktiva tetap sehingga yang dipertaruhkan sangat kecil. Dampak positifnya adalah kemudahan untuk melakukan inovasi terhadap produknya sehingga mempunyai derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak perekonomian dan sebagian besar UMKM adalah padat karya (labour intensive) mengingat teknologi yang digunakan UMKM masih relatif sederhana (Hidayatullah, dkk, 2013). Jawa Barat termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah UMKM cukup besar yaitu mencapai 9.042.519 UMKM yang tersebar di 18 Kabupaten dan 9 Kota, dan kontribusi UMKM terhadap PDRB Jawa Barat juga lebih besar dari pada usaha besar dengan perbandingan 55 : 45 berdasarkan data tahun 2013 (Primiana dkk, 2015). Meskipun UMKM di Jawa Barat cukup besar jumlahnya, namun kinerjanya masih jalan di tempat dan tidak ada perbaikan yang berarti dari waktu ke waktu. Penyebabnya banyak sekali antara lain kurang kondusifnya iklim usaha, kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, manajemen usaha kurang baik, sulitnya akses kredit untuk mendapatkan tambahan modal, kurangnya inovasi terhadap produk yang dihasilkan, masih kurangnya standar kualitas produk, kurangnya pemanfaatan terhadap perkembangan teknologi yang ada sebagai sarana pemasaran dan kesempatan untuk akses pasar, kurangnya pemahaman tentang mekanisme ekspor, kurangnya pelatihan dan pendampingan dalam pengelolaan dan pengembangan usaha. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 83 % masalah yang dihadapi pelaku UMKM adalah belum memiliki strategi pemasaran yang efektif seperti pemanfaatan teknologi sistem informasi sehingga masih kesulitan untuk mendapatkan calon pelanggan (www.bisnisukm.com, 2012 dalam Hidayatullah, dkk, 2013). C-563 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 Untuk dapat bersaing ditengah semakin ketatnya persaingan usaha, apalagi pada akhir tahun 2015 yang lalu, dunia usaha, termasuk UMKM dihadapkan pada persaingan dengan negara-negara ASEAN yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka UMKM dituntut untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan kesempatan ini dengan membangun akses pasar. Untuk dapat membangun akses pasar, UMKM membutuhkan ketersediaan informasi mengenai pasar. Salah satu alat yang dapat mendukung ketersediaan informasi untuk mengembangakan pangsa pasar UMKM termasuk kesempatan untuk ekspor adalah sistem informasi berbasis komputer yaitu berupa sistem informasi geografis (SIG). Sistem ini dapat memberikan informasi detail mengenai keberadaan UMKM sehingga dapat diakses secara luas, tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh dunia internasional, sehingga dapat memberikan peluang kepada UMKM kota Bandung untuk melakukan kegiatan Ekspor. Tinjauan Literatur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro dan Menengah, usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteriaUsaha Mikro sebagaimana diaturdalam Undang-Undang ini. Kriteria untuk Usaha mikro adalah memiliki aset maksimal Rp. 50.000.000,- dan omset maksimal Rp. 300.000.000,-. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria untuk Usaha Kecil adalah memiliki aset Rp.50.000.000,- sampai Rp.500.000.000 dan omset antaraRp. 300.000.000,- sampai Rp.2.500.000.000,-. Dan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria untuk Usaha Menengahadalah memiliki aset Rp.500.000.000,- sampai Rp.10.000.000.000,- dan omset antaraRp. 2.500.000.000,sampai Rp.50.000.000.000,-. UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Berry, Rodriquez, dan Sandeem (Berry, 2001), sedikitnya ada tiga alasan yang menjadi dasar bagi Negara-negara maju belakangan ini melihat pentingnya UMKM yaitu; (1) kinerja UKM cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja yang produktif, (2) UMKM sering mencapai peningkatan produktivitas melalui investasi dan perubahan teknologi, (3) UMKM memiliki kualitas khusus dalam bentuk fleksibilitas jika dibandingkan dengan bisnis besar. Usaha untuk terus memberdayakan UMKM terus dilakukan oleh pemerintah, termasuk pemerintah Kota Bandung. Berbagai program untuk meningkatkan kemampuan UMKM telah dilaksanakan oleh pemerintah kota Bandung melalui Dinas Koperasi, UMKM dan Perindag Kota Bandung, seperti mendirikan Balai Pelatihan Terpadu dan satu-satunya di Jawa Barat, memfasilitasi UMKM dalam melakukan promosi produk melalui pameran, melakukan pelatihan bimbingan teknis untuk ekspor, pengurusan sertifikat halal dan juga sertifikat HAKI secara gratis kepada beberapa C-564 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 UMKM potensial dan juga memberikan kredit melati hasil kerjasama dengan BPR. Baru-baru ini pemerintah juga melakukan kegiatan perekrutan terhadap 8.375 wirausaha baru di seluruh kecamatan yang ada di kota Bandung dengan berbagai program yang dapat meningkatkan kemampuan usaha dan daya saing produk. Program yang dilakukan oleh pemerintah kota Bandung ini cukup bermanfaat bagi UMKM, namun kebutuhan UMKM akan sarana pemasaran yang lebih efektif seperti pemanfaatan teknologi belum dapat dipenuhi oleh Pemerintah kota Bandung, sehingga sebagian besar UMKM masih mengandalkan pasar lokal. Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi, seharusnya dapat dimanfaatkan oleh UMKM untuk membantu memasarkan produknya baik kepada masyarakat lokal, nasional maupun internasional. Menurut Turban 2001 (Nuryanti, 2013), Teknologi informasi dapat memberikan dukungan terhadap kegiatan usaha UMKM yaitu antara lain; (1) Meningkatkan Produktivitas, (2) Mengurangi biaya, (3) Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, (4) Meningkatkan relasi dengan pelanggan/konsumen, (5) Membangun aplikasi-aplikasi strategi baru. Salah satu bentuk teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM dalam mendukung pemasaran produknya adalah sistem informasi geografi. Menurut Trenggana dkk., 2010, ada dua tantangan utama yang dihadapi UMKM saat ini dalam menghadapi perdagangan internasional yaitu akses pasar dan peningkatan daya saing. Penggunaan teknologi informasi pemasaran produk UMKM adalah salah satu usaha untuk memperluas akses pasar produk UMKM dan sekaligus meningkatkan daya saing produk. Peningkatan Daya Saing Produk UMKM Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah,negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaanyangrelatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional.Oleh karena daya saing industri merupakan fenomena di tingkat mikro perusahaan, makakebijakan pembangunan industri nasional didahului dengan melakukan kajian sektor industri secara utuh sebagai dasar pengukurannya (Sudaryanto, dkk, 2012). Tingkat daya saing suatu negara di dunia perdagangan internasional ditentukan oleh 2 faktor yaitu keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulan komparatif yaitu keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara karena mampu menghasilkan produk secara efisien dibandingkan negara lain (Krugman & Obstfelt, 2003). Sedangkan keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang diperoleh oleh suatu negara, karena kemampuannya dari segi mutu, pelayanan dan pemasaran yang lebih baik dari negara lainnya, meskipun semua negara dapat menghasilkan produk yang sama dengan tingkat efisiensi yang relatif sama (Porter, 1998). Menurut Porter 1998, keunggulan kompetitif suatu bangsa bersumber dari beberapa keunggulan berikut: 1. Keunggulan karena memiliki faktor-faktor produksi (factor conditions), seperti SDM, SDA, IPTEK, Modal, Sarana dan Prasarana, dll 2. Keunggulan karena faktor permintaan (demand condition). Skala yang makin besar mampu menurunkan biaya produksi C-565 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 3. Keunggulan karena memiliki jaringan kerja industri (related &supporting industry). Eratnya hubungan antara industri besar dengan menengah dan kecil dapat mendorong penurunan biaya produksi. 4. Keunggulan karena strategi perusahaan dan pembentukan persaingan pasar (firm strategy, structure & rivalry) Selain kedua keunggulan tersebut diatas, tingkat daya saing produk suatu negara juga dipengaruhi oleh keunggulan daya saing berkelanjutan (Sustainable Competitive Advantage), terutama untuk menghadapi persaingan global yang semakin tinggi (Hyper Competitive). Dalam menghadapi persaingan ini, setiap negara secara tidak langsung dipaksa untuk memikirkan dan menemukan strategi yang tepat agar memiliki kemampuan bersaing. Strategi tersebut antara lain adalah perencanaan dan kegiatan operasional yang terpadu, yang mengkaitkan 5 lingkungan eksternal dan internal demi pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, dengan disertai keberhasilan dalam mempertahankan/meningkatkan keberlanjutan pendapatan ril secara efektif dan efisien (Hamdy, 2001). Berdasarkan data dari Institute Management Development (IMD) World Competitiveness Yearbook 2015, peringkat daya saing Indonesia pada tahun 2015 ini turun dari peringkat 37 pada tahun 2014 menjadi peringkat 42. Peringkat daya saing Indonesia ini juga kalah dibandingkan sejumlah negara pesaing utama di Asia Tenggara seperti Malaysia (peringkat 14), Thailand (peringkat 30), Filipina (peringkat 41), atau Singapura (peringkat 3). Penurunan peringkat ini disebabkan oleh kelesuan ekonomi dunia yang berimbas pada perekonomian Indonesia Sistem Informasi Geografis (SIG) Menurut Tomlin’s (1990), sistem informasi geografi adalah fasilitas untuk menyiapkan, menyajikan, dan menafsirkan fakta-fakta yang berkaitan dengan permukaan bumi. Ini merupakan definisi yang luas, namun sebenarnya jauh lebih sempit dan lebih sering digunakan. Dalam bahasa umum, sistem informasi geografis atau SIG adalah konfigurasi perangkat keras komputer dan perangkat lunak yang khusus dirancang untuk akuisisi, pemeliharaan, dan penggunaan data yang berhubungan dengan pemetaan data. Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur, mentransformasi, memanipulasi dan menganalisis data-data geografis. Data geografis yang dimaksud di sini adalah data spasial yang ciri-cirinya adalah (Trenggana, dkk, 2010): Memiliki geometric properties separate coordinate Dan lokasi. Terkait dengan aspek ruang seperti persil, kota, kawasanpembangunan. Berhubungan dengan semua fenomena yang terdapat di bumi, misalnya data, kejadian, gejalaatau objek. Dipakai untuk maksud-maksud tertentu, misalnya analisis, pemantauan ataupun pengelolaan. Menurut Burrough, 1986 (Wieczorek dan Delmerico, 2009), SIG adalah Seperangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil, mengubah dan menampilkan spasial data dari dunia nyata untuk tujuan tertentu. C-566 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 Sedangkan menurut Goodchild, 2008 (Wieczorek dan Delmerico, 2009), SIG adalah sebuah sistem untuk menginput, menyimpan, memanipulasi, dan mengeluarkan informasi geografis, merupakan penggabungan antara perangkat lunak dengan perangkat keras komputer, data, pengguna dengan tujuan untuk memecahkan masalah, mendukung keputusan dan membantu perencanaan. Sedangkan menurut Qoriani (2012), sistem informasi geografis adalah informasi mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diketahui. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar tertentu. Berdasarkan definisi-definisi SIG tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa SIG terdiri atas beberapa sub sistem yaitu data input, data output, data management, data manipulasi dan analisis sebagaimana terlihat pada gambar berikut (Prahasta, 2010). Data Manipulation & Analysis Data Input SIG Data Output Data Management Gambar 1: Subsistem-Subsistem SIG Konsep SIG telah diperkenalkan di Indonesia sejak pertengahan tahun 1980-an, dan sampai dengan saat ini telah dimanfaatkan oleh berbagai bidang, baik itu pemerintah maupun swasta. Kemampuan dasar SIG adalah mengintegrasikan berbagai operasi basis data seperti query, menganalisisnya, menyimpannya serta menampilkannya dalam bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya. Menurut Xia J., 2004 (Turk et. all., 2014), SIG memiliki beberapa keunggulan, antara lain yaitu mampu melakukan analisis secara spasial, mengkategorikan dan menempatkan objek secara individu dan mampu untuk menafsirkan benda berbeda, mampu untuk menyimpan data terkait dengan presentasi visual terhadap database visual, dapat diimplementasikan secara online, sehingga kontrol terhadap sistem dapat dilakukan dengan mudah dan dapat dilakukan dari jarak jauh. Selain itu SIG juga dapat diimplementasikan dengan biaya yang sangat rendah. Inilah yang membedakan SIG C-567 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 dengan sistem informasi lain. Komponen SIG terdiri atas hardware, software, data, dan user. Sistem Informasi Geografis Sebagai Alat Penunjang Pemasaran Produk UMKM Sistem informasi sangat penting untuk perkembangan usaha UMKM karena memiliki berbagai peranan, antara lain yaitu; sistem informasi dapat mendukung proses dan operasi bisnis, mendukung dalam pengambilan keputusan yang penting bagi usaha, dan mendukung berbagai strategi yang perlu diterapkan untuk dapat memiliki keunggulan kompetitif (Hess, et. all., 2004) Persaingan global telah mendorong banyak perusahaan melakukan perubahan agar dapat bertahan, termasuk UMKM. Untuk dapat bersaing UMKM membutuhkan strategi bisnis baru dengan memanfaatkan sistem informasi baru yang dapat mendukung bisnisnya misalnya akses terhadap pangsa pasar baik nasional maupun international (Caldeira, 2003). Sistem informasi geografis (SIG) hadir untuk membantu UMKM memiliki peluang pangsa pasar yang lebih luas, tidak hanya nasional tetapi juga internasional. Melalui SIG, UMKM dapat melakukan promosi produknya dan dengan mudah diketahui oleh masyarakat luas keberadaannya. Informasi yang dihasilkan SIG dapat dibuat dengan detail sehingga kebutuhan calon pembeli terhadap informasi akan sangat terpenuhi dengan baik dan lebih akurat. SIG dapat menggambarkan wilayah UMKM pada berbagai bidang usaha seperti kuliner, kerajinan tangan, fashion, bengkel, mebel, pertanian, dan lain sebagainya. Keberadaan SIG akan memberikan berbagai informasi dan kemudahan bagi UMKM dalam mengembangkan pangsa pasar produknya serta dapat mengetahui keberadaan para pesaingnya, serta menyusun berbagai strategi untuk meningkatkan keunggulan bersaing produknya dengan berbagai informasi yang diperoleh dari SIG. Metode Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah UMKM Kota Bandung yang tersebar di 30 Kecamatan yang ada di Kota Bandung. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan potensi UMKM yang sudah terdata oleh dinas UMKM, Koperasi dan Perindag kota Bandung, serta sudah berorientasi pada pangsa pasar nasional dan internasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan survei terhadap UMKM, sedangkan data sekunder adalah data yang telah tersedia dalam bentuk dokumen/file, buku, jurnal, brosur, leaflet, surat kabar, gambar/foto, dan lain-lain yang diperoleh dari berbagai sumber terkait. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran mengenai pola-pola yang konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan secara singkat dan mendalam berdasarkan hasil analisis deskriptif (Kuncoro, 2003). Dalam metode analisis deskriptif dilakukan penafsiran terhadap data yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu juga dilakukan komparasi antara hasil penelitian dengan teori atau konsep yang relevan. Selanjutnya analisis secara deskriptif juga dilakukan dengan teknik statistik yang relatif sederhana, misalnya menggunakan tabel, grafik, dan prosentase komulatif. Dengan mengacu pada pengertian analisis deskriptif tersebut C-568 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 maka sekalipun metode analisis yang digunakan dalam riset ini relatif sederhana, namun dapat menjawab tujuan penelitian dalam pemanfaatan sistem informasi geografi sebagai sarana pendukung pemasaran produk-produk UMKM di pasar nasional dan internasional. Hasil Dan Pembahasan Perkembangan UMKM Kota Bandung UMKM Kota Bandung yang berada dibawah binaan Dinas UMKM, Koperasi dan Perindag Kota Bandung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada tabel 5.1 berikut: Tabel 1: Perkembangan UMKM Kota Bandung 2010 - 2015 No 1 2 3 Kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah Jumlah 2010 3,649 301 271 4,221 2011 3,827 325 273 4,425 Tahun 2012 2013 3,921 4,115 337 357 273 274 4,531 4,746 2014 4,301 372 276 4,948 2015 4,578 392 281 5,251 (Sumber: Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota Bandung) Berdasarkan data pada tabel diatas terlihat bahwa UMKM Kota Bandung yang berada dibawah binaan Dinas UMKM, Koperasi, Perindag Kota Bandung terus mengalami pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan untuk kelompok usaha Mikro dari tahun 2010 – 2015 berada dibawah kelompok usaha Kecil yaitu sebesar 25.5%. Sedangkan kelompok usaha Kecil mengalami pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 30.2% dan kelompok usaha menengah mengalami pertumbuhan sebesar 3.7%. Dari sisi jumlah, jelas terlihat bahwa kelompok usaha mikro jumlahnya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan usaha kecil dan menengah yaitu mencapai 87.2%. Sedangkan usaha mikro hanya sebesar 7.4%, dan usaha menengah hanya sebesar 5.4% dari total seluruh UMKM yang berada dibawah binaan Dinas UMKM, Koperasi, Perindag Kota Bandung. Bidang Usaha UMKM Kota Bandung Kota Bandung sangat terkenal sebagai kota kreatif yang ditandai dengan banyaknya hasil-hasil karya kreatif yang sudah dihasilkan oleh masyarakat kelompok usaha mikro kecil dan menengah, mulai dari kuliner, fashion, handcraft, mainan anakanak, boneka, mebel, dan lain sebagainya. Usaha Mikro Badan Pusat Statistik mendefiniskan Usaha Mikro sebagai usaha yang memiliki tenaga kerja lebih dari 4 orang (Sryana, 2010), seangkan menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria untuk Usaha Mikro adalah memiliki aset maksimal Rp. 50.000.000,- dan omset maksimal Rp. 300.000.000,-. Berdasarkan data dari Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota Bandung, usaha mikro ini bertumbuh sangat cepat. Jenis usaha mikro yang paling banyak ditekuni oleh masyarakat adalah makanan dan minuman, aksesoris, fashion, perdagangan, dekorasi, peternakan, dan lain sebagainya. Usaha mikro ini bertumbuh lebih cepat C-569 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 karena tidak memerlukan modal yang besar, hanya rentan untuk tutup atau bangkrut, karena kehabisan modal, manajemen pengelolaan yang tidak profesional dan lain sebagainya. Usaha Kecil Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria untuk Usaha Keciladalah memiliki aset Rp.50.000.000,- sampai Rp.500.000.000 dan omset antaraRp. 300.000.000,- sampai Rp.2.500.000.000,- (Rini dan Latifah, 2014). World Bank mendefinisikan Usaha Kecil atau Small Enterprise, dengan kriteria: Jumlah karyawan kurang dari 30 orang; Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta; Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta (Sryana, 2010) Jenis usaha kecil yang banyak berkembang dikota Bandung antara lain yaitu; usaha makanan dan minuman, aksesoris, industri kreatif, desain, handmade, dekorasi, fashion, perdagangan, perbaikan, manufaktur, dan lain sebagainya. Dari semua jenis usaha ini, usaha makanan dan minuman adalah jenis usaha yang paling banyak ditekuni oleh masyarakat untuk kelompok usaha kecil (Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota Bandung) Usaha Menengah Usaha Menengah menurut Badan Pusat Statistik adalah usaha yang memiliki tenaga kerja antara 20 orang hingga 99 orang. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008, usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. Kriteria untuk Usaha Menengah adalah memiliki aset Rp.500.000.000,sampai Rp.10.000.000.000,- dan omset antara Rp. 2.500.000.000,- sampai Rp.50.000.000.000,-. World Bank mendefinisikan usaha menengah atau medium enterprise sebagai usaha dengan kriteria; Jumlah karyawan maksimal 300 orang; Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta; Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta (Sryana, 2010). Berdasarkan informasi dari Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota Bandung, perkembangan usaha menengah tidak secepat usaha mikro dan kecil, karena membutuhkan modal yang lebih besar dan keahlian tertentu. Jenis usaha menengah yang banyak digeluti oleh masyarakat kota Bandung antara lain adalah; aneka makanan dan minuman, aksesoris, garment, meubel, kontraktor, kayu, industri kreatif, konveksi, furniture, agriculture, manufaktur, perdagangan, kesenian, dan lain sebagainya. Potensi UMKM Kota Bandung UMKM memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang perekonomian nasional. Keberadaan UMKM mampu untuk menyerap 97.24% tenaga kerja serta relatif mampu bertahan dalam menghadapi berbagai gejolak ekonomi seperti krisis ekonomi dan perlambatan ekonomi dunia yang terjadi saat ini. Ini menunjukkan bahwa C-570 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 keberadaan UMKM memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Menyadari pentingnya keberadaan UMKM di kota Bandung, pemerintah kota Bandung terus berupaya untuk membina dan meningkatkan jumlah UMKM melalui berbagai program antara lain yaitu; memberikan pelatihan secara rutin, memberikan kemudahan dalam pengurusan perizinan usaha, melakukan kerjasama dengan BPR Melati agar dapat memberikan kredit usaha dengan tingkat suku bunga yang terjangkau oleh masyarakat, serta program terbarunya adalah menciptakan wirausaha baru demi mendongkrak perekonomian masyarakat kota Bandung (Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota Bandung). Menurut sejumlah pihak, kota Bandung memiliki potensi yang besar untuk terus melahirkan pelaku-pelaku UMKM, mengingat masyarakat kota Bandung sangat terkenal memiliki inovasi dan kreatifitas yang tinggi, sehingga industri kreatif di kota Bandung berkembang dengan pesat. UMKM akan terus tumbuh dan berkembang, sehingga dapat menjadi usaha-usaha menengah dan besar yang kuat tangguh kedepannya, serta dapat menyediakan semakin banyaknya lapangan pekerjaan. Apabila dipetakan dalam analisis SWOT, UMKM kota Bandung memiliki karakteristik sebagai berikut: Strong/Kekuatan: Keterbatasan untuk mendapatkan sumber daya yang produktif menjadikan UMKM sebagai pelaku usaha yang mandiri dan fleksibel UMKM merupakan wadah untuk menciptakan wirausaha baru di kota Bandung, karena melalui UMKM masyarakat dapat dengan mudah memulai usaha baru UMKM memiliki keleluasaan daya tampung yang besar terhadap perwujudan aspirasi ekonomis masyarakat untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik UMKM memiliki fleksibilitas dan ketahanan yang tinggi dalam mengantisipasi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan pasar. UMKM umumnya memenuhi permintaan (aggregate demand) yang terjadi diwilayah regionalnya sehingga UMKM menyebar diseluruh pelosok dengan ragam bidang usaha UMKM mudah untuk melakukan inovasi terhadap produknya sehingga mempunyai derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak perekonomian UMKM tidak terpengaruh oleh fluktuasi mata uang asing dan relatif dapat bertahan terhadap krisis ekonomi dan perlambatan ekonomi dunia. Weakness/Kelemahan: Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masih rendah yang tercermin dari kurang berkembangnya kewirausahaan, rendahnya produktivitas, dan daya saing. Kelemahan ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan untuk memanfaatkan teknologi dalam rangka memperluas pangsa pasar dan akses terhadap sumber permodalan. Kurang kondusifnya iklim usaha membuat pelaku usaha kesulitan dalam mengembangkan usahanya Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang kegiatan bisnis Keterbatasan UMKM terhadap sumber daya produktif menjadi kendala untuk pengembangan usaha secara cepat dan berkesinambungan C-571 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 Masih rendahnya komitmen dari instansi terkait untuk melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap UMKM dalam mengembangkan usaha Masih rendahnya standar kualitas produk yang dihasilkan oleh UMKM kurangnya pemanfaatan terhadap perkembangan teknologi yang ada sebagai sarana pemasaran dan kesempatan untuk akses pasar Opportunity/Peluang UMKM mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja karena teknologi yang digunakan UMKM masih relatif sederhana Mulai meningkatnya kesadaran dan keberpihakan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat akan arti pentingnya UMKM dalam perekonomian Adanya dukungan dari peraturan perundang-undangan yang memberikan prioritas pembangunan ekonomi pada UMKM dalam rangka mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan Perubahan struktur perekonomian nasional dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa memberikan peluang usaha kepada UMKM Semakin pesatnya kerjasama ekonomi regional antar negara, terutama dalam konteks ASEAN seperti MEA Tersedianya SDM dalam jumlah yang besar yang belum diberdayakan Potensi pasar dalam negeri yang terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat menunjang dinamisasi kegiatan bisnis dan kemampuan akses pasar dengan cepat Threat/Ancaman Adanya agenda neoliberalisasi dari dunia internasional yaitu liberalisasi perdagangan tanpa batas yang dapat mengancam upaya pengembangan UMKM Kompetisi dan persaingan yang semakin ketat terutama dengan pebisnis asing. Pebisnis asing lebih inovatif yang didukung oleh teknologi, modal dan jaringan usaha yang lebih luas membuat UMKM kesulitan untuk berkompetisi dan bersaing. Masih rendahnya komitmen mutu dari pelaku UMKM telah menyebabkan menurunnya kepercayaan konsumen. Kurangnya komitmen dan penegakan etika bisnis dari pelaku UMKM telah menyebabkan rendahnya kepercayaan konsumen Meskipun demikian, ditengah banyaknya UMKM yang terkendala oleh sejumlah kelemahan dan ancaman, kenyataannya masih banyak juga UMKM yang memiliki potensi dan prospek yang bagus dalam pengembangan bisnisnya, seperti sentra rajut binong jati, sentra boneka sukamulya, dan sejumlah sentra bisnis lainnya yang ada di kota Bandung. Peranan SIG Sebagai Teknologi Pendukung Pemasaran Produk UMKM Sistem informasi geografi (SIG) merupakan sistem informasi yang sangat popular saat ini yang hemat biaya dan sangat efektif untuk pembuatan keputusan pemasaran, termasuk untuk UMKM. SIG menggunakan gudang data untuk menciptakan pemetaan data berbasis komputer yang menunjukkan informasi mengenai lokasi dan atribut lainnya tentang objek yang menarik untuk para pembuat keputusan. Secara C-572 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 khusus SIG adalah software yang menurut Sprague dan Carlson (1982, dalam Hess, et.all, 2004) disebut sebagai sistem pendukung keputusan generator, sebuah alat yang digunakan untuk menciptakan decision support systems (DSS) untuk digunakan dengan kebutuhan pengambilan keputusan tertentu. DSS telah terbukti sebagai alat untuk mendukung pelaksanaan pemasaran dan kemampuannya sebagai alat pembuatan keputusan pemasaran yang sangat berharga. SIG memberikan nilai untuk pengambilan keputusan pemasaran melalui dua mekanisme yaitu: 1. SIG menyediakan cara untuk menganalisis data pemasaran internal atau eksternal yang cerdas dalam format yang sesuai untuk pembuatan keputusan pemasaran 2. SIG memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan data pemasaran internal dan eksternal untuk lebih meningkatkan efektivitas keputusan pemasaran Kemampuan SIG dalam mendukung keputusan pemasaran sangat berguna bagi perusahaan. Saat ini banyak perusahaan memanfaatkan teknologi informasi dan beberapa perusahaan sedang mengembangkan cara-cara yang inovatif dalam menggunakan SIG (Hess, et all., 2004). Semua itu dilakukan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan pemasaran produk-produknya. SIG merupakan sistem informasi yang sesuai untuk pemasaran produk UMKM, misalnya untuk pengenalan produk kepada masyarakat. Pengenalan produk memerlukan pencocokan atribut produk dengan karakteristik group konsumen yang menjadi sasaran pemasaran. Untuk dapat memperluas karakteristik konsumen yang didistribusikan secara geografis diperlukan upaya untuk merancang dan memasarkan produk UMKM kepada konsumen yang akan memiliki ketergantungan terhadap data geografis. Produk UMKM tidak akan laku dipasaran apabila tidak diterjemahkan sesuai dengan bahasa lokal terutama untuk target pemasaran internasional. Untuk pemasaran nasional, umumnya tidak ditemui adanya permasalahan yang serius, hanya memerlukan penyesuaian. Sebelum menggunakan SIG, sebaiknya dilakukan penelitian, karena penelitian akan sangat membantu untuk menentukan apakah SIG dapat iintegrasikan dalam desain produk dan keputusan distribusi untuk mendapatkan pangsa pasar yang sehat pada lingkungan tertentu. SIG juga mampu untuk menemukan dimana produk UMKM yang banyak terjual dan bagaimana karakteristik konsumen yang dapat mendorong peningkatan permintaan produk, begitu juga sebaliknya, sehingga sangat membantu pelaku UMKM untuk membuat keputusan pemasaran yang lebih tepat serta dapat dijadikan sebagai dasar informasi untuk memperbaiki kualitas produk yang dipasarkan dan menyesuaikan dengan selera masyarakat pada pasar sasaran. Lokasi UMKM juga sangat penting untuk diinformasikan kepada masyarakat pasar sasaran, melalui penggunaan SIG, UMKM akan dapat menginformasikan lokasi usaha serta jaringan distribusi yang dimiliki, termasuk metode pengiriman produk, jika konsumen melakukan pemesanan produk secara online. Kegunaan lainnya dari SIG dalam mendukung pemasaran produk UMKM adalah kemampuan SIG untuk mempromosikan produk UMKM. Promosi merupakan hal yang sangat penting yang dapat mendorong peningkatan penjualan produk UMKM baik di pasar nasional, maupun internasional. Promosi yang tepat akan mendorong minat konsumen untuk terus menggunakan produk UMKM, serta mempromosikannya kepada orang-orang terdekatnya. C-573 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 Pemanfaatan SIG diayakini akan mampu untuk mengatasi persoalan pemasaran yang selama ini dihadapi oleh pelaku UMKM. Melalui pemanfaatn teknologi informasi ini, UMKM diharapkan dapat memiliki akses pasar yang lebih luas lagi. Simpulan Sektor UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan perekonomian Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi tahun 2013, kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia adalah sebesar 57.48% dan proporsi UMKM sebesar 99.99% dari jumlah pelaku usaha, dan kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja mencapai 97.24%, kondisi ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki eksistensi dalam menunjang perekonomian Negara Indonesia. Jawa Barat termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah UMKM cukup besar. Namun kinerjanya masih jalan di tempat dan tidak ada perbaikan yang berarti dari waktu ke waktu. Ada dua tantangan utama yang dihadapi UMKM saat ini dalam menghadapi perdagangan bebas yaitu akses pasar dan peningkatan daya saing. Untuk mengatasi tantangan tersebut, salah satu cara yaitu dengan penggunaan teknologi informasi seperti sistem infromasi geografi. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan produk UMKM dan sekaligus meningkatkan pemasaran produk UMKM kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional. Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information System (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem informasi geografi (SIG) merupakan sistem informasi yang sangat popular saat ini yang hemat biaya dan sangat efektif untuk pembuatan keputusan pemasaran, termasuk untuk UMKM. SIG menggunakan gudang data untuk menciptakan pemetaan data berbasis komputer yang menunjukkan informasi mengenai lokasi dan atribut lainnya tentang objek yang menarik bagi konsumen. Penggunaan SIG diyakini dapat mendorong peningkatan pemasaran produk UMKM melalui pemanfaatan teknologi. Penggunaan SIG ini diyakini mampu untuk memecahkan satu permasalahan klasik yang dihadapi oleh UMKM yaitu akses pemasaran, dimana selama ini kebanyakan UMKM masih menggunakan cara-cara pemasaran yang bersifat tradisional yaitu melalui kegiatan pameran. Penelitian ini masih merupakan penelitian pendahuluan, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut terutama penelitian tentang berbagai produk unggulan yang dihasilkan oleh UMKM yang memiliki potensi yang besar untuk berkembang serta memerlukan dukungan teknologi informasi seperti SIG untuk memperluas pangsa pasarnya, sehingga dapat dibuat pemetaan data dan perancangan SIG yang sesuai dengan kebutuhan UMKM kota Bandung untuk kemudian dilakukan uji coba, implementasi secara penuh dan monitoring serta evaluasi terhadap hasil implementasi. Daftar Pustaka Dinas UMKM, Koperasi, dan Perindag Kota Bandung. Hamdy, Hady. (2001). Ekonomi Internasional–Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional (Buku 1) Edisi Revisi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hess, R.L., Rubin, R.S., West Jr., L.A. (2004). Geographic information systems as a marketing information system technology, Elsevier Journal, Science Direct. C-574 Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 Hidayatullah Syarif dkk.. (2013). Perluasan Informasi Dan Akses Pasar UMKM Di Malang Raya Melalui Pengembangan Model “GIS” (Geographic Information System) Berbasis “TAM” (Technology Acceptance Model). Malang: Universitas Merdeka Malang. Husein Umar. (2013). Metodologi Penelitian (Cetakan keempat). Jakarta: PT Erlangga. Institute Management Development (IMD). (2015). Peringkat Daya Saing Indonesia. IMD World Competitiveness Yearbook. John, Glenn L. (1986). Research Methodology for economics : Philosophy and practice. New York: Macmillan Publishing Company. Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Krugman, P.R. & Obstfeld, M. (2003). International Economics: Theory and Policy, 4th edition, New York: HarperCollins. Primiana Ina. (2015). Peningkatan Daya Saing UMKM Jawa Barat dalam Menopang Perekonomian Nasional Menghadapi Persaingan Global. Bandung: Universitas Padjajaran. Porter Michael E. (1998). Competitive Advantage of Nations. New York: Free Press. Prahasta, Eddy. (2005). Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung: Informatika. Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri. (2013). Analisis Peran Lembaga Pembiayan Dalam Pengembangan UMKM. Kementerian Perdagangan, Jakarta. Qoriani H. Farida. (2008). Sistem Informasi Geografis Untuk Mengetahui Tingkat Pencemaran Limbah Pabrik Di Kabupaten Sidoarjo. Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen, Universitas Gunadarma, Depok. Sryana, Jaka. (2010). Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kkasus Di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif – 79. Sudaryanto, Ragimun dan Wijayanti R.R. (2012). Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas ASEAN. Jember: Universitas Negeri Jember. Thomlin’s C. Dana. (1990). Geographic Information Systems and Cartographic Modeling, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Trenggana H.M. dkk.. (2010). Analisis Potensi Dan Hambatan Yang Dihadapi Umkm Dalam Mengembangkan Usaha Dengan Menggunakan Alat Bantu Sistem Informasi Geografis (Sig): Studi KasusKecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Depok. Turk, T., Kitapci, O., Dortyol, I.T. (2014). The Usage of Geographical Information Systems (GIS) in the Marketing Decision Making Process: A Case Study for Determining Supermarket Locations. Procedia-Social and Behavioral Science 148 ( 2014 ) 227 – 235, Elsevier, Science Direct. Wieczorek, W.F., Delmerico, A.M. (2009). Geographic information systems. WIREs Comp Stat Journal, John Wiley & Sons, Inc. C-575