52 URGENSITAS ANGGARAN RESPONSIF GENDER Oleh: DINA Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al-Ghifari Email: [email protected] Abstrak Komitmen Indonesia untuk menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan tampak setelah diratifikasinya Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan atau yang disebut dengan Konvensi CEDAW (Convention On The Elimination of All Forms Discrimination Against Women) melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984. Diratifikasinya konvensi di atas, maka prinsip nondiskriminasi menjadi landasan aksi pemerintah dalam merancang kebijakan, program dan pelayanan publik. Gender budget atau bisa juga disebut Anggaran Responsif Gender (ARG) adalah salah satu metodologi feminis dalam hal kebijakan anggaran yang diterapkan agar pemerintah di sebuah negara berkonsentrasi membantu kelompok yang kekurangan (kelompok perempuan) dan menyediakan tempat untuk mereka. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1985 di South Australia dengan istilah women’s budget. Kata Kunci: diskriminasi, anggaran responsive gender Abstract Indonesia's commitment to eliminate discrimination against women looked after the ratification of the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women or the so-called CEDAW (Convention On The Elimination of All Forms Discrimination Against Women) through Act No. 7 of 1984. The ratification of the above, then the principle of non-discrimination form the basis of government action in designing policies, programs and public services. Gender budget or it could be called the Gender Responsive Budgeting (ARG) is one feminist methodology in terms of budget policy that is applied to the government in a country that lacked concentrate help groups (women's groups) and providing a place for them. First introduced in 1985 in South Australia in terms of women's budget. Keywords: discrimination, gender responsive budgets A. Pendahuluan Anggaran Bicara mengenai keuangan publik, Negara Pendapatan atau pastinya tidak luput dari hal yang berkaitan (APBN/APBD/APBDesa) dengan anggaran (budget) yang dikelola urusan pemerintah. pemerintah. dikelola pemerintah Anggaran sering kali dan Belanja Daerah merupakan Anggaran ini yang sebenarnya dianggap hal yang rumit, sehingga timbul merupakan salah satu fungsi yang dimiliki persepsi oleh legislatif dalam hal budgeting. Tapi di masyarakat bahwasannya Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 53 dalam pelakanaannya hal ini tidak bisa Pembangunan menurut Amartya berdiri sendiri melainkan harus ada hal-hal Sen dalam Development as Freedom yang mendukung lainnya baik itu pihak (1999:3-4;189-203) eksekutif pelaksanan belenggu-belenggu keterlibatan diantaranya sebagai pembangunan dan juga masyarakat. sosial, Persepsi masyarakat adalah ketidakbebasan kemiskinan, pelayanan pelepasan kemerosotan publik yang buruk yang bahkan negara yang represif . Kebebasan menganggap anggaran itu “rumit” dan yang baru yaitu kesamaan hak bagi “urusan mempengaruhi perempuan terhadap laki-laki, yang kita rendahnya partisipasi masyarakat dalam kenal dengan istilah kesetaraan gender. penentuan kebijakan anggaran. Padahal Dengan keterlibatan warga dan masyarakat yang mengalami tegabung perkembangannya, pemerintah” dalam organisasi-organisasi demikian pembangunan pergeseran dimulai dalam dengan kemasyarakatan sangat penting dalam melibatkan penyusunan anggaran sesungguhnya, hal pembangunan (Women in Development), ini kemudian terjadi di dalam rapat-rapat perempuan menyetarakan dalam perempuan musrenbang di tingkat komunitas dan dengan pembangunan itu sendiri (Women kabupaten/kota. organisasi- and development) hingga pada (Gender organsasi sipil tersebut harus meminta and development). Perempuan seringkali pertanggungjawaban atas hanya menjadi objek dalam pembangunan kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana itu sendiri bahkan seringkali mereka harus yang telah ditetapkan. Sehingga fungsi beperan ganda di dalam kenyataanya, dewan pusat baik di ranah domestik dan juga ranah menentukan publik. Padahal hasil-hasil pembangunan budgeting harus memastikan dana publik ini diharapkan dapat diterima secara tersebut merata oleh masyarakat yang ada, tak Kemudian perwakilan maupun daerah pemerintah rakyat dalam dialokasikan baik kepada yang paling membutuhkan. mereka terkecuali perempuan. Hasil-hasil pembangunan yang tidak merata ini yang Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 54 mengakibatkan ketimpangan sosial tahun di daerah perdesaan lebih rendah buakan hanya terhadap jenis kelamin saja daripada perkotaan. Selanjutnya, angka melainkan kelompok, kematian ibu melahirkan masih tertinggi di golongan dan ras. Sehingga kebijakan ASEAN, yaitu 307 per 100.000 kelahiran pembangunan ini menciptakan gap yang hidup besar antara si miskin dan si kaya, bahkan Berdasarkan melemahkan kelompok yang marjinal dan Nasional (Sakernas) tahun 2004, tingkat miskin. partisipasi juga terhadap Rendahnya Survei 2002–2003). Angkatan angkatan kerja Kerja (TPAK) perempuan masih relatif rendah, yaitu peran perempuan, terutama di bidang 49,23 persen, jika dibandingkan dengan pendidikan, dan laki-laki, yaitu 86,03 persen. Di bidang Sosial politik, data Komisi Pemilihan Umum Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 (KPU) tahun 2009 menunjukkan bahwa menunjukkan keterwakilan kesehatan, menurut hidup tahun dan politik kualitas (SDKI ekonomi, data Survei bahwa penduduk perempuan legislatif tidak/belum pernah sekolah jumlahnya perempuan di DPR RI sekitar 11,6 persen dua kali lipat penduduk laki-laki (10,90 dan persen persen). Keterlibatan perempuan dalam jabatan Penduduk perempuan usia 10 tahun ke publik, yang dapat dilihat dari persentase atas yang buta aksara 11,71 persen, perempuan pegawai negeri sipil (PNS) sedangkan penduduk laki-laki yang buta yang menjabat sebagai Eselon I, II, dan III aksara 5,34 persen. Penduduk perempuan juga masih rendah, yaitu 12 persen (data usia 10 tahun ke atas yang buta aksara di BKN tahun 2003). Sementara itu, peran daerah besar perempuan pada lembaga judikatif juga (15,42 persen masih rendah, masing-masing sebesar 20 persen). Angka persen sebagai hakim, dan 18 persen partisipasi sekolah (APS) perempuan usia sebagai hakim agung pada tahun 2004. 7–12 tahun, 13–15 tahun, dan 16–18 Kemudian jika kita melihat banyak dari berbanding perdesaan daripada berbanding perkotaan 6,99 4,92 jauh lebih DPD rendah. lembaga perempuan usia 10 tahun ke atas yang di masih di sekitar Keterwakilan 19,8 persen. Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 55 Peraturan perundang-undangan yang ada ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan lain- saat ini masih banyak yang bias gender lain. dan/atau diskriminatif perempuan. Perangkat terhadap Sejalan dengan penguatan pidana desentralisasi, timbul masalah hukum yang ada belum cukup lengkap dalam kelembagaan dan jaringan di daerah melindungi setiap individu, terutama dari (provinsi tindak kekerasan dalam rumah tangga. Di menangani samping pemberdayaan itu, undangan peraturan yang ada perundangjuga belum dan kabupaten/ menjamin merupakan perempuan hak-hak anak, termasuk dan perempuan Program-program pemberdayaan melindungi yang masalah-masalah dilaksanakan secara konsekuen untuk dan kota) dan anak. pembangunan perempuan program dan lintas anak bidang sehingga diperlukan koordinasi di tingkat memberikan pelindungan bagi perempuan nasional dan perencanaan hingga pelaksanaan dan anak dari tindak kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Menurut dan daerah, mulai dari evaluasi, termasuk dalam pemenuhan Mansour Fakih dalam komitmen internasional, seperti bukunya analisis gender & transformasi Convention on the Elimination of All Forms social (1996) bahwa Diskriminasi terhadap of perempuan segala (CEDAW), Beijing Platform for Action bentuk pembedaan, pengecualian, atau (BPFA), Convention on the Rights of the pembatasan yang diberlakukan atas dasar Child (CRC), World Fit for Children (WFC), jenis kelamin yang bertujuan mengurangi dan atau atas (MDGs). oleh terbatasnya dianggap menghapuskan sebagai pengakuan penikmatan atau pelaksanaan perempuan tanpa mempertimbangkan Discriminations Millennium against Women Development Masalah data lain adalah pembangunan Goals masih yang terpilah menurut jenis kelamin sehingga status mereka, hak asasi mereka, dan sulit menemukenali kemerdekaan mereka dalam sektor politik, gender yang ada. Selain itu, partisipasi masyarakat belum masalah-masalah maksimal Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 dalam 56 meningkatkan kualitas hidup perempuan bertentangan dan Perkawinan No 1 tahun 1974 yang meningkatkan kesejahteraan dan pelindungan anak. misalnya UU menyebutkan batas nikah laki-laki 19 Komitmen menghilangkan tersebut Indonesia diskriminasi untuk terhadap tahun dan perempuan sementara 16 tahun, Undang-Undang tentang perempuan tampak setelah diratifikasinya perlindungan anak menyebutkan 18 tahun Konvensi Penghapusan Segala Bentuk sebagai Diskriminasi Terhadap Perempuan atau anak. Ambiguitas dalam produk kebijakan yang disebut dengan Konvensi CEDAW hukum ini merugikan posisi perempuan di (Convention On The Elimination of All masyarakat Forms Discrimination Against Women) Sedangkan melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun dengan konvesi CEDAW sebagaimana 1984. Diratifikasinya konvensi di atas, pernah maka prinsip non-diskriminasi menjadi Perempuan, ada sekitar 140-an Perda landasan yang memiliki atau memicu kegiatan aksi merancang pemerintah kebijakan, dalam maksimal dikategorikan (Cedawindonesia.net,). Perda yang dipublikasikan bertentangan oleh diskriminatif pelayanan publik. Menjadi pertanyaan perempuan. adalah apa saja yang telah terjadi paska Prostitusi di Pemerintah Kota Tangerang ratifikasi? amati yang berefek pada kecurigaan-kecurigaan ratifikasi pada kelompok perempuan yang memiliki menjadi aktivitas malam. Padahal aktivitas malam merumuskan di seputaran wilayah Tangerang yang kota kebijakan nasional, ternyata masih jauh industri dan pabrik itu juga menjadi bagian dari kenyataan. Masih banyak ditemui buruh perempuan yang bekerja dengan produk kebijakan yang terwujud dalam UU sistem shift, pun kelompok perempuan (undang-undang) dan Peraturan Daerah lainnya yang harus mencari tambahan (Perda) nafkah, berbelanja memenuhi kebutuhan perkembangannya, CEDAW yang landasan hukum justru kita maka seharusnya dalam bertentangan dengan konvensi CEDAW. Produk hukum yang rumah terhadap Komnas dan Jika program usia Misalnya, tangga dan lain kelompok Perda Anti sebagainya Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 57 (Cedawindonesia.net). Sayangnya, ketimpangan upah. Menurut Survei Sosial beberapa produk hukum diatas seringkali Ekonomi digunakan sebagai rujukan dan landasan perempuan hanyalah 60 persen dari laki- dalam laki. menetapkan peraturan dan Nasional Bahkan, (Susenas), rendahnya upah remunerasi menyelesaikan persoalan. Produk hukum tersebut masih harus disertai dengan yang beban ganda yang harus ditanggung yaitu rentan beberapa „aroma‟ fakta diskriminatif, situasi diskriminasi beban domestik (Dwiyanto,Agus:2003). terhadap perempuan yang masih tinggi Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa tingkat persoalan kasusnya adalah kekerasan diskriminasi banyak terhadap perempuan dan perdagangan terjadi perempuan (trafficking), minimnya akses meratifikasi dan tahun yang lalu. Dari berbagai persoalan partisipasi perempuan pembangunan serta perempuan dalam Diskriminasi ditunjukkan di keterwakilan jabatan dunia dengan dalam publik. kesehatan tingginya angka di meskipun masih atas, Indonesia Konvesi penulis CEDAW hendak telah puluhan menyoroti bagaimana praktik penganggaran mampu menjadi salah menyelesaikan satu upaya persoalan untuk diskriminasi kematian ibu. Menurut Survey Demografi terhadap perempuan dan konsep alternatif dan Kesehatan Indonesia sebagaimana yang mungkin untuk diusung. dikutip Dwiyanti, Agus ( 2003), jumlah B. Kerangka Teoritis kematian 1. Urgensitas Respon Anggaran ibu 307/100.000 secara di kelahiran merata melahirkan Indonesia yang sebesar hidup, terdapat artinya dua meninggal ibu dunia. Beragamnya permasalahan yang dikemukakan di atas tentu sangat mendesak untuk dicari solusinya terutama Menurut survey ini pula, sebanyak 50% oleh negara melalui kebijakan- perempuan Indonesia mengalami anemia kebijakannya. Adapun ekspresi kebijakan dan 18% mengalami kekurangan protein. yang paling konkrit dari sebuah negara Sedangkan diskriminasi di bidang ekonomi adalah anggaran. Hal ini disebabkan, yang mengemuka adalah menyangkut anggaran adalah muara akhir dari apapun Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 58 konsep rumusan kebijakan dan jika dilihat periode di masa depan, serta data dari dari salah satu fungsi anggaran, yaitu pengeluaran fungsi distribusi dimana melalui kebijakan sungguh-sungguh terjadi di masa kini da anggaran pemerintah dapat menciptakan masa lalu. pemerataan dan mengurangi kesenjangan antar kelompok atau lapisan dalam dan penerimaan yang Dari pernyataan Abdien&Samuel dan Due&Baswir dapat diperoleh masyarakat, maka anggaran adalah salah substansi yang sama. Pertama, kegiatan satu media yang sangat efektif bagi perencanaan. Kedua, Pernyataan tentang negara untuk menyelesaikan persoalan kegiatan. Ketiga, periode tertentu (masa diskriminasi kini, mendatang,satu tahun,dua tahun dll). terhadap perempuan. Di Indonesia, hierarki dokumen perencanaan Dimensi-dimensi pembangunan yang diatur dalam UU No. menghasilkan rumusan bahwa anggaran 25 adalah Tahun 2004 tentang sistem perencanaan Pembangunan Nasional. Anggaran menurut Abedian Sameul dalam anggaran penerimaan tentang dan perkiraan pengeluaran yang diharapkan terjadi dalam sebuah rentang modul pendidikan politik waktu tertentu di masa yang akan datang warga (2006) adalah sebagai berikut : dan realisasinya di masa lalu. Secara khusus pengertian APBD dimuat dalam “Anggaran adalah tujuan memberikan pernyataan kemudian & bagi mencapai tersebut alat dalam pelayanan untuk Kepmendagri No.29/Tahun 2002 yang rangka menefiniskan kepada encana APBD keuangan sebagai yang sebauh ditetapkan masyarakat/rakyat yang orientasinya tidak berdasarkan peraturan daerah tentang lain APBD. adalah ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat”. Kebijakan Kemudan menurut Due &Baswir (2006:79) “ anggaran adalah suatu tersebut meliputi penerimaan dan pengeluaran pemerintah maupun realisasi APBD anggaran memuat tahun pernyataan penegeluaran dan penerimaan sebelumnya. rencana yang diharapkn akan terjadi dalam suatu keuangan yang bersumber dri masyarakat Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 59 seperti pajak, retribusi, DAU (Dana Alokasi Namun, harapan akan tetap menjadi Umum),DAK Khusus), harapan kalau anggaran yang dimaksud maupun pengeluaran pemerintah untuk justru tidak responsif terhadap kebutuhan menyeenggarakan perempuan. (Dana Alokasi pelayanan umum dalam kurun waktu satu tahun. Melaui kebijakan Temuan PATTIRO sebagaimana dikutip oleh Rostanti, dkk anggaran ini, (JP, 2006: 36) menunjukkan bahwa pemerintah dapat melakukan intervensi selama ini proses perencanaan maupun kepada beberapa sektor kehidupan . pelaksanaan anggaran memiliki problem Pemerintah yaitu untuk dengan kewenangannya mengumpulkan minimnya representasi dan penerimaan partisipasi perempuan. Dewi dalam Jurnal anggaran dapat “memaksa” masyarakat Studi Gender Palastren (2011: 355-383) untuk membiayai pengeluaran anggaran. pun memaparkan hasil riset yang senada, Dan Sebaliknya, Pemerintah dengan bahwa proses penganggaran (di sebuah menyusun belanja desa yang dicanangkan menjadi desa anggaran dapat memprioritaskan aokasi ramah perempuan) masih sarat dengan sejumlah dana untuk sektor-sektor tertentu ketimpangan terhadap perempuan baik di bandingkan sektor lain. Dari pernyataan dalam hal akses, kontrol, partisipasi, serta ini manfaat kewenangannya jelas rakyat bahwasannya merupakan diberlakukannya kesejahteraan tujuan kebijakan dari anggaran yang diterima atas proses penganggaran. 2. Macam-macam Analisis Anggaran adasehingga perlu adanya peningkatan Analisis anggaran bisa dipilih bedasarkan pemahaman bentuk dokumen utama anggaran dan tentang dan kebijakan kesadaran dan warga pengelolaan anggaran. cakupan analisis. Dalam Mendahuukan si Miskin (2008:99-100) ada Anggaran (APBN, APBD, APBDesa) menjadi harapan besar bagi dua tipe analisis yang dapat dilakukan, yaitu : terciptanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan Buku atau kesetaraan gender. Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 60 1). Analisis dokumen 2). Analisis khusus yaitu analisis yang rancanagan anggaran. Analisis dilakukan ditujukan pada bgian tertentu dari APBD, sebelum RAPBD disahkan menjadi APBD. misalnya: Tujuannya terhadap untuk menemukan kejanggalaan-kejnggaan yang terdapat a). Analisis sektor sosial, seperti kesehatan dan pembangunan sosial. dalam rancanagan dokumen . Hasil nalisis b). Kelompok populasi tertentu, menjadi dasar penyususnan rekomendasi seperti anak-anak atau penyandang cacat. perbaikan daerah dan DPRD agar APBD yang disahkan lebih mendekati ideal. 2). Analisis Pemerintah,seperti sanitaso dan pelayanan air bersih dokumen d).Isu tertentu,seperti keamanan pelaksanaan anggaran. Contohnya adalah pangan,pmberantasan kemiskinan : analisis terhadap laporan realisasi APBD dan responsif gender . Tujuan terhadap c).Program adalah melihat e).Analisis terhadap SKPD (Satuan yang diklaim Kerja Pemerintah Daerah) tetentu, pemerintah yang terdapt dalam laporan misalnya Dinas Pendidikan dan tersebut Kesehatan. sejauhmana analisis capaian dibandingkan dengan kondisi/fakta di lapangan. 3). Analisis berdasar dokumen utama Dari cakupan analisis, ada beberapa tipe kebijakan, seperti Millenium Development yang bisa dkembangkan dalam analisis, Goals yaitu : penanggulangan kemiskinan baik tingkat 1). Analisis umum, yaitu analisis yang nasional maupun daerah. bertujuan untuk melihat APBD secra 3. Analisis Anggaran Responsif Gender keseluruhan, Salah satu contoh analisis khusus yang analisis Analisis terhadap umum meliputi penerimaan, (MDGs) didasarkan pada responsif dan isu strategi tertentu gender. adalah (pendapatan),analisis belanja APBD, dan analisis Ada dua analisis pembiayaan. pendekatan untk menilai apakah anggran daerah dan nasional sudah responsif gender atau belum. Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 61 1). Pendekatan artifisial, maksudnya bahwa perempuan itu dikenal lemah anggaran ini untuk menilai seberapa besar lembut,cantik,emosional alokasi Sedangkan yang digunakan melaksanakan untuk atau laki-laki keibuan. dianggap program-program kuat,rasional,janan,perkasa. Padahal ini pemberdayaan perempuan atau pro poor adalah ciri dari sifat itu sendiri, yang bisa misalnya pendidikan gratis,bantuan usaha dipertukarkan. bagi ukm perempuan dsb. 2). Pendekatan Sedangkan gender menurut modul substansial, yakni pendidikan anggaran bagi warga mengetahui sampai sejauhmana anggaran (2006:401) merupakan perbedaan anatra melakukan bentuk perempuan dan laki-laki dalam peran, menyelesaikan fungsi,hak dan perilaku yang dibentuk oleh intervensi program/kegiatan dalam untuk faktor-faktor kemiskinan Analisis juga ini di daerah. ketentuan sosial dan budaya setempat. dengan Dalam diperdalam perspektif gender,dampak melihat apakah APBD mendorong ke arah anggaran terhadap kelompok laki-laki dan pengurangan gender gap atau tidak. perempuan akan berbeda karena masing- Misalnya,apakah program atau kegiatan masing kelompok tersebut memainkan telah memberikan akses dan manfaat peran ekonomi-sosial berbeda.Hal ini yang yang akhirnya melahirkan konsep anggaran sama anatara laki-laki dan perempuan. respnsif 4.Anggaran Responsif Gender pembangunan internasional. Untuk memahami anggaran gender Rumusan dalam pengertian wacana anggaran responsif gender, terlebih dahulu kita responsif gender menurut Entin Sriani harus mengetahui tentang konsep gender Muslim dan Dedi Haryadi dalam Modul itu pendidikan sendiri. Menurut Mansour fakih (1996:8) : “Konsep gender adalah suatu sifat yang melekat paada kaum laki-laki anggaran bagi warga (2006:401) adalah sebagai berikut : Anggaran responsif gender maupun perempuan yang dikonstruksi anggaran yang disusun dengan secara sosial maupun kultural”. Misalnya memperhatikan kebutuhan spesifik Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 62 gender (perempuan dan laki-laki) intelektualnya adalah Prof. Rhonda Sharp. sehingga Model perencanaan, program beberapa pembangunan dapat kesetaaan dan negara untuk lain Anggaran responsif gender adalah (www.bappenas.go.id.) kesetaraan dan mengurangi kesenjangan gender yang terjadi, antara keadilan gender perjuangan Mexico, Inggris, dan lainnya Di Indonesia, inisiatif ARG mulai dikembangkan tahun 2000 yang dilakukan keadian gender. oleh kalangan NGO (Non Government Anggaran responsif gender adalah Organization). Konsep dan model yang anggaran yang sadar diterapkan mengacu pada model yang disusun untuk menghasilkan dikembangkan oleh Rhonda Sharp dan dampak-dampak pembangunan Debbie baik disebut diketahui berhasil sebagai resep yang mujarab di anggaran yang dapat menjadi alat tersebut penganggaran dan pelaksanaan mewujudkan anggaran secara secara langsung maupun Budlender, bahwa: Anggaran responsive gender bukanlah anggaran tidak langsung agar terjadi peran yang gender yang lebih setara dan adil. perempuan, Gender budget atau bisa juga mengintegrasikan isu gender kedalam Anggaran Responsif Gender terpisah bagi melainkan proses laki-laki strategi untuk penganggaran, (ARG) adalah salah satu metodologi menerjemahkan komitmen. feminis dalam hal kebijakan anggaran Pemerintah untuk dan dan mewujudkan di kesetaraan gender ke dalam komitmen sebuah negara berkonsentrasi membantu anggaran. Bahwa anggaran responsive kelompok yang kekurangan (kelompok gender perempuan) dan menyediakan tempat instrument untuk mereka. Pertama kali diperkenalkan penerimaan pemerintah terhadap gender pada tahun 1985 di South Australia (Riant Nugroho, 2006: 9). Konsep di atas, dengan istilah women’s budget. Aktor di yang diterapkan agar pemerintah terdiri Indonesia atas dampak seperangkat belanja disederhanakan alat/ dan sebagai Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 63 berikut: ARG adalah anggaran yang penganggaran. Proses responsif terhadap kebutuhan perempuan sebagaimana dan laki- laki dan memberikan dampak / lainnya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu manfaat yang setara bagi perempuan dan tahap laki-laki . Berdasarkan konsep tersebut, monitoring, maka yang disebut dengan ARG adalah tahap perencanaan sendiri sebagaimana anggaran / ditulis oleh Winarno (2008: 119-123) terdiri hal: dari beberapa tahapan, yaitu: Pertama, yang mengakomodasi memberi terhadap dua proses penganggaran kebijakan perencanaan, dan pelaksanaan, evaluasi. Sedangkan Pertama, Keadilan bagi perempuan dan tahap laki-laki Penetapan Agenda Kebijakan; Ketiga, (dengan mempertimbangkan perumusan publik masalah; peran dan hubungan gendernya) dalam Pemilihan memperoleh akses, manfaat (dari program memecahkan masalah; dan Keempat, pembangunan), Penetapan Kebijakan. proses berpartisipasi pengambilan mempunyai kontrol dalam keputusan terhadap dan alternatif Kedua, kebijakan untuk Proses Penganggaran sumber- Menurut Riant Nugroho (2006) sumber daya; Kedua, Kesetaraan bagi Administrasi perempuan dalam berkaitan dengan kebijakan public yang kesempatan / peluang dalam memilih dan pro gender yang berate mengakomodir dalam menikmati hasil pembangunan. kepentinagan perempuan, tapi sayangnya Jadi, selain kesetaraan antara laki-laki dan di Indonesia ha ini belum terealisasi perempuan dengan baik. Hal ini bias dilihat dalam: dan dalam laki-laki menikmati hasil penganggaran, ARG juga menekankan pada kesetaraan antara laki - laki dan 1.) Publik seharusnya juga Tahap Penyusunan Anggaran Bagaimana tingkat keterlibatan perempuan pada prosesnya, yaitu sebuah perempuan dan laki laki di setiap tingkatan proses penganggaran yang melibatkan Musrenbang; perempuan dan laki-laki secara bersama 2).Bagaimana serta kesempatan yang sejalan untuk perempuan ( keaktifan, jumlah usulan berpartisipasi aktif dalam setiap tahapan program, masalah yang dihadapi); peran laki laki Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 dan 64 3).Bagaimana bentuk dihasilkan (kebutuhan, dihadapi, keberpihakan program yang 4) Bagaimana dampak dilaksanakannya masalah yang proyek-proyek pembangunan bagi laki laki yang dan perempuan. pada termarjinalisasi); 4). Bagaimana tingkat keterbukaan dan Tahap Pengawasan & Evaluasi Anggaran keterjangkauan informasi bagi perempuan 1) Bagaimana keterlibatan laki laki dan dan laki laki. perempuan Tahap Pembahasan Anggaran dalam pengawasan dan evaluasi; 1) Bagaimana keterwakilan laki laki dan 2) Bagaimana efektifitas dan efisiensi perempuan pelaksanaan proyek. dari setiapelemen- elemenmasyarakat; Selain analisis pada proses 2) Bagaimana peran elemen masyarakat penganggaran, yang juga sangat penting baik laki-laki maupunperempuan; untuk dilihat berikutnya adalah hasilnya 3) Bagaimana program yang dihasilkan yaitu berupa draft APBN, APBD, dan untuk masyarakat; APBDesa yang terdiri dari sisi pendapatan 4) Bagaimana proses dan belanja. Pada sisi pendapatan, perlu pembahasan (Ada akses, pengumuman dianalisis berdasarkan pemberi kontribusi jadwal dan hasil pembahasan). utama dan nilai pengorbananya untuk keterbukaan Tahap Pelaksanaan Anggaran 1) Bagaimana keterlibatan masyarakat laki dapat memberi (membayar pajak dan retribusi). laki dan perempuan dalam pelaksanaan tender proyek; Model Anggaran Rensponsif Gender Model yang ditawarkan di atas, 2) Bagaimana keterbukaan pelaksanaan tender; ketika diterapkan di Indonesia terjadi 3) Bagaimana keterlibatan laki laki dan banyak salah pengertian. ARG sering perempuan dalam proyek pembangunan; diidentikkan dengan alokasi anggaran untuk perempuan, bukan untuk perwujudan kesetaraan antara perempuan Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 65 dan laki-laki. Akibatnya para penentu - Persentase alokasi anggaran untuk kebijakan kelompok-kelompok marginal dibanding merasa anggaran sudah responsif gender bila sudah dialokasikan total anggaran un - Ada alokasi anggaran untuk program- tuk kegiatan pemberdayaan perempuan. Padahal, alokasi belanja un program tuk kegiatan pemberdayaan perempuan mengutamakan keseimbangan gender. diberikan jika memang kondisi perempuan - termarginalkan. mewujudkan keseimbangan gender dalam Jika laki-laki yang pelatihan Ada pemerintah alokasi anggaran yang untuk termarginalkan, maka anggaran spesifik sektor-sektor kepegawaian public. harusnya diberikan kepada laki-laki. - Ada alokasi anggaran untuk penyediaan Berikut beberapa indikator yang payung hukum untuk pelaksanaan akan membantu pemetaan berdasarkan affirmative action atau upaya mewujudkan kategori- kategori di atas (Riant Nugroho, kesetaraan kesempatan bagi laki-laki dan 2006)) perempuan di sector-sektor public. : Kategori anggaran khusus (contoh: bagi perempuan), yaitu : -Kategori alokasi anggaran untuk PUG ( - Persentase alokasi anggaran khusus Persentase bagi perempuan program-program dibandingkan dengan alokasi anggaran PUG total anggaran dengan total anggaran). - Persentase alokasi anggaran untuk - pemenuhan keperluan prioritas perempuan kebutuhan-kebutuhan dalam pelayanan Adanya analisis dibandingkan anggaran gender untuk termasuk penyediaan data terpilah. publik (kesehatan, pendidikan, dan kesra) - - pelaksanaan Pembagian alokasi anggaran untuk alokasi untuk Adanya alokasi anggaran pelatihan gender untuk dan peningkatan keadaan ekonomi perempuan penyediaan modul miskin. Kategori alokasi anggaran untuk - Modul untuk PUG sesuai dengan sector. affirmative action bagi kelompok marginal - Adanya alokasi anggaran untuk penelitian dan evaluasi terhadap dampak Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 66 program terhadap laki-laki dan perempuan. pengembangan SDM, 6. Menekankan pada Indikator-indikator di atas semakin prioritas keseluruhan daripada belanja reorientasi meningkatkan pemerintah, memperjelas bahwa anggaran responsif Melakukan gender tidak hanya berpihak kepada program dalam sektor - sektor daripada kepentingan laki-laki mau pun perempuan menambah semata, namun memperhatikan keadilan khusus. angka dari 7. pada program- sektor-sektor kepentingan di antara gender tersebut. Melihat inikator-indikator di atas, hal ini bias dianggap sebagai suatu konsep yang ideal dan realistis untuk dijadikan pilihan. Menurut United Nation C.Penutup Akhir dari seluruh proses di atas sebenarnya menuju pada satu tujuan yang Development Fund For Women (UNIFEM) ideal, yaitu: untuk dapat disebut sebagai anggaran kesetaraan responsif gender, harus memiliki beberapa kesetaraan gender ditandai dengan tidak karakteristik yaitu : 1. Bukan merupakan adanya diskriminasi pada salah satu jenis anggaran yang terpisah bagi laki-laki atau kelamin yaitu kaum perempuan. Namun, perempuan, 2. Fokus pada kesetaraan untuk menuju terwujudnya anggaran yang gender dan PUG dalam semua aspek responsif gender bukanlah pekerjaan yang penganggaran baik di tingkat nasional mudah. Dibutuhkan adanya komitmen dan maupun Meningkatkan pemahaman dari berbagai pihak seperti partisipasi eksekutif, legislatif, dan seluruh kelompok stakeholder perempuan, 4. Monitoring dan masyarakat yang peduli terhadap masalah evaluasi penerimaan ini. Jika hal tersebut bisa terjadi, maka pemerintah dilakukan dengan responsif cita-cita bangsa Indonesia sebagai good gender, Government dan good governance pasti lokal, keterlibatan aktif belanja 5. 3. dan dan Meningkatkan efektivitas penggunaan sumber - sumber untuk mencapai kesetaraan gender terciptanya keadilan dan gender. Keadilan akan terwujud. dan Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1 dan 67 Daftar Pustaka Waidl Dwiyanto, Agus, dkk., 2003. Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Pusat Studi kependudukan dan Kebijakan UGM, Yogyakarta. Fakih, Mansour, 2004. Analisis Gender & Transformasi Sosial, Riant, Reinventing ELEX Media Komputindo, Jakarta. ELEX Media Komputindo, Jakarta. untuk Kebijakan Publik – negara ELEX Media Negara Berkembang, Komputindo, Jakarta. ------------------, Bahagijo, 2008, Mendahulukan Si Miskin, Lkis Yogyakarta. Winarno, Budi, 2008, Kebijakan Publik Teori dan Proses, Pressindo,Yogyakarta 2008, Israsafril.wordpress.com Inpres No. 9 Tahun 2000 Jurnal Studi Desember 2011 Jurnal Perempuan, No. 46, 2006 Jurnal Perempuan, No. 48, 2006 UU No. 25 Tahun 2004 Modul Pendidikan Politik Anggaran Bagi Warga, 2006, Bandung Institute of Gender dan Administrasi Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Governance Studies dengan Tifa Foundation, Jakarta www.menegpp.go.id Putra, Fadilah, 2005, Kebijakan Tidak untuk Publik, Resist Book,Yogyakarta. Sen, Amartya,1999,Dvelopment As Freedom, New York:Anchor Book Suwitri, Sri, 2008, Media Gender Palastren, Vol 4 No. 2, ------------------, 2003. Kebijakan Publik, ------------------, 2006. Sugeng Sumber lain: 2002. Pembangunan, Arie, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Nugroho, Abdul,Sudjito Konsep Dasar Kebijakan Publik, Badan Penerbit Undip, Semarang. Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1