BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu kondisi maternal berkembangnya fetus di dalam tubuh (DeCherney et al., 2007). Kehamilan dibagi menjadi trimester pertama yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari minggu ke-14 hingga minggu ke-26, dan trimester ketiga dari minggu ke-27 hingga minggu ke-40 (Lowdermilk et al., 2012). Ketika hamil akan terjadi perubahan fisik pada wanita seperti rasa mual dan muntah di pagi hari, meningkatnya frekuensi buang air kecil, pembesaran uterus, nyeri punggung dan pergerakan janin. Sedangkan perubahan emosi yang terjadi selama kehamilan meliputi kecemasan, rasa takut dan depresi. Kondisi tersebut menyebabkan gangguan tidur pada ibu hamil (Rafknowledge, 2004 dalam Siallagan, 2010). Salah satu alasan terjadinya kelelahan dan masalah tidur selama hamil adalah perubahan kadar hormon. Meningkatnya kadar progesteron menyebabkan kantuk di siang hari yang berlebihan, terutama pada trimester pertama (National Sleep Foundation, 2007). Perubahan hormon dan fisik selama kehamilan dapat menyebabkan perubahan pada tidur dan kualitas tidur (Taskiran, 2011). Faktor psikologis juga mempunyai pengaruh penting terhadap kemampuan untuk bisa memulai dan mempertahankan tidur. Kecemasan dan depresi yang dialami seseorang dapat mengganggu pola tidur. Stres emosional dapat menyebabkan 1 2 seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustrasi ketika tidak bisa tidur (Potter & Perry, 2006). Manusia menghabiskan sepertiga hidupnya dengan tidur (Berman& Kozier, 2008). Pemenuhan kebutuhan tidur bervariasi diantara individu bergantung pada usia, jenis kelamin, diet, aktivitas fisik, status kesehatan, dan faktor lainnya (Taskiran, 2011). Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, serta dapat meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2006). Menurut National Institutes of Health yang dikutip oleh National Sleep Foundation, kira-kira 70 juta orang di Amerika mengalami masalah tidur. Wanita mengalami kurang tidur lebih sering daripada laki-laki dan frekuensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Berdasarkan data poling The National Sleep Foundation's 1998 Women and Sleep, sebanyak 78% wanita di Amerika melaporkan tidur lebih terganggu selama kehamilan dibandingkan pada waktu lain. Banyak wanita juga melaporkan merasa sangat lelah selama kehamilan, terutama pada trimester pertama dan ketiga (National Sleep Foundation, 2007). Tidur yang kurang memiliki efek pada persalinan. Peneliti dari University of California di San Francisco menemukan bahwa wanita yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki persalinan yang lebih lama dan 4,5 kali lebih mungkin untuk sesar pada saat melahirkan (National Sleep Foundation, 2007). Menurut Facco et al. (2010), gangguan tidur merupakan hal yang umum diantara wanita sehat nulipara dan akan meningkat secara signifikan selama kehamilan. Hasil penelitian oleh (Okun et al., 2011) menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk 3 pada awal dan akhir kehamilan dihubungkan dengan meningkatnya risiko persalinan preterm. Penelitian lain menunjukkan bahwa kualitas tidur selama kehamilan akan menurun dikarenakan depresi meningkat (Yucel et al., 2012). Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya. Seseorang dikatakan mengalami gangguan depresi apabila orang yang bersangkutan mengalami gangguan di bidang fisik (somatik) maupun psikis sehingga mengganggu fungsi dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya (Hawari, 2011). Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami depresi pada trimester pertama sekitar 18,1% dan 22,1% pada trimester kedua (Lee et al., 2007 cit. Schatz et al., 2012). Penelitian yang dilakukan di Korea mendapatkan hasil sebanyak 18,4% mengalami depresi ringan, 5,9% depresi sedang dan 0,8% depresi berat dari 255 responden wanita hamil. Didapatkan juga hasil bahwa kualitas tidur, kepuasan pernikahan, kebiasaan makan, usia kehamilan, kepuasan seksual, kehamilan risiko tinggi, dan usia saat hamil merupakan faktor yang mempengaruhi depresi antenatal (Kim & Jung, 2010). Penelitian lain oleh Halim (2011) diperoleh hasil bahwa responden yang tidak mengalami depresi sebanyak 23 orang (38,3%) dan yang mengalami depresi sebanyak 37 orang (61,7%). Responden yang termasuk depresi ringan sebanyak 19 orang (31,7%), depresi sedang 9 orang (15,0%) dan depresi berat sebanyak 9 4 orang (15,0%). Responden terbanyak yang mengalami depresi adalah ibu dengan usia kehamilan trimester ketiga. Hasil penelitian oleh Kurki et al. (2000) menunjukkan bahwa depresi pada awal masa kehamilan kemungkinan dihubungkan dengan risiko preeklampsia. Penelitian oleh Nasreen et al. (2010) menghasilkan bahwa wanita yang memiliki gejala depresi pada trimester ketiga akan meningkatkan kemungkinan untuk melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Berdasarkan review dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukandi negara-negara Asia Timur didapatkan beberapa hasil diantaranya adalah bahwa depresi pada masa kehamilan dihubungkan dengan peningkatan mual, muntah, kelelahan, usia muda saat hamil, takut hamil, pendapatan rendah dan kurangnya dukungan sosial (Schatz et al., 2012). Tahun 2013 di Provinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), jumlah sasaran ibu hamil di Kabupaten Sleman menempati urutan pertama terbanyak yaitu sejumlah 15.441 jiwa. Kunjungan ibu hamil untuk yang pertama kali atau yang disebut dengan K-1 pada tiap kabupaten telah mencapai 100%, sedangkan untuk kunjungan K-4 dengan persentase tertinggi dicapai oleh Kabupaten Sleman dengan jumlah 14.809 jiwa (95,9%) (Profil Kesehatan DIY, 2014). Dari data pencapaian K-1 dan K-4 di Kabupaten Sleman, Puskesmas Mlati I sudah mencapai di atas 90%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sudah baik. Jumlah sasaran ibu hamil pada tahun 2013 di Puskesmas Mlati I sejumlah 941 jiwa. Jumlah ini menempati urutan ketiga terbanyak setelah Puskesmas Kalasan (1.172 jiwa) dan Puskesmas Sleman (970 jiwa) (Profil Kesehatan Kabupaten Sleman, 2014). 5 Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Mlati I, jumlah ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya cukup banyak tiap bulannya. Selama tiga bulan terakhir, jumlah rata-rata ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya sebanyak 100 orang. Dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan 5 orang ibu hamil yang sedang memeriksakan kehamilannya, 2 orang mengaku cemas dan khawatir tentang keadaan janinnya. Mereka juga mengaku khawatir tentang persalinannya. Empat orang ibu hamil mengatakan merasa kelelahan karena janin yang dikandungnya semakin membesar. Hal ini juga berpengaruh terhadap tidurnya. Satu orang ibu hamil mengatakan punggungnya sakit sehingga harus mengganjal perutnya dengan bantal ketika akan tidur dengan posisi miring. Tiga orang ibu hamil mengatakan pernah mengalami nafsu makan yang berkurang saat awal kehamilan dikarenakan mual dan muntah atau karena sedang sakit. Beberapa ibu hamil merasa mengalami gangguan tidur. Hal ini dikarenakan ibu hamil terganggu karena harus pergi untuk BAK pada waktu tidur malamnya. Durasi tidur malam pada tiga ibu hamil juga kurang dari 7 jam dikarenakan pada malam hari harus membuatkan susu untuk anak pertamanya, sehingga menyebabkan mengantuk di siang hari. Hal ini menandakan terdapat gejala-gejala depresi dan gangguan tidur yang perlu diwaspadai pada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Mlati I Sleman. Dari uraian yang telah dipaparkan, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang depresi pada ibu hamil dan menghubungkannya dengan kualitas tidur di Puskesmas Mlati I Sleman. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian adalah adakah hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas tidur pada ibu hamil di Puskesmas Mlati I Sleman? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas tidur pada ibu hamil di Puskesmas Mlati I Sleman. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat depresi pada ibu hamil trimester I, trimester II dan trimester III di Puskesmas Mlati I Sleman. b. Untuk mengetahui kualitas tidur pada ibu hamil trimester I, trimester II dan trimester III di Puskesmas Mlati I Sleman. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam lingkup keperawatan maternitas tentang tingkat depresi dan kualitas tidur pada ibu hamil. 2. Manfaat Praktis a. Bagi instansi dan pemberi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil. 7 b. Bagi perawat atau tenaga kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif. c. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan mengolah data serta dapat memberikan informasi terkait kondisi psikologis yaitu depresi dan kualitas tidur pada ibu hamil. E. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan mendukung penelitian ini diantaranya yaitu: 1. Komalasari, Maryati & Koeryaman (2012), “Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil trimester III di Puskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang. Populasinya adalah seluruh ibu hamil trimester III yang berkunjung dari bulan Januari s.d. Maret 2012. Jumlah sampel sebanyak 54 orang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil trimester III. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel dependen (kualitas tidur) yang digunakan dan teknik sampling. Peneliti juga akan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebagai instrumen 8 untuk mengukur kualitas tidur pada responden. Perbedaannya terletak pada variabel independen yang digunakan yaitu pada penelitian Komalasari, Maryati & Koeryaman (2012) adalah tingkat kecemasan, sementara variabel independen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tingkat depresi. Perbedaan lainnya yaitu tempat, waktu dan sampel penelitian. 2. Yucel et al. (2012), “Sleep quality and related factors in pregnant women”. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas tidur dan faktor yang berhubungan pada wanita hamil. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita hamil yang memeriksakan kandungannya di Izmir Aegean Obstetrics and Gynecology Training and Research Hospital antara Februari s.d. Maret 2010. Sebanyak 102 responden ditentukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk pada wanita hamil dipengaruhi oleh kafein, usia kehamilan, Body Mass Index (BMI), depresi, dan kecemasan. Persamaannya terletak pada instrumen yang akan digunakan yaitu Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur pada ibu hamil. Perbedaannya terletak pada tempat dan waktu penelitian, teknik pengambilan, dan sampel. 3. Skouteris et al. (2009), “Assessing Sleep During Pregnancy: A Study Across Two Time Points Examining the Pittsburgh Sleep Quality Index and Associations with Depressive Symptoms”. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menguji psikometrik PSQI dalam kehamilan; 2) menguji apakah kualitas tidur diprediksi meningkat pada gejala depresi; dan 3) membandingkan skor PSQI pada 3 atau 2 tingkat gejala depresi. Responden pada penelitian ini sebanyak 9 252 wanita hamil yang telah menyelesaikan Beck Depression Inventory (BDI) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan diukur pada tengah dan akhir masa kehamilan. Kesimpulan dari penelitiannya adalah PSQI dapat digunakan untuk mengkaji kualitas tidur pada wanita hamil dan masalah tidur merupakan faktor risiko meningkatnya gejala depresi selama kehamilan. Persamaannya terletak pada instrumen yang akan digunakan untuk mengukur kualitas tidur pada ibu hamil yaitu Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Sedangkan perbedaannya terletak pada tempat, waktu, instrumen untuk mengukur tingkat depresi dan sampel penelitian yang digunakan. 4. Ko, Chang & Chen (2010), “A Comparative Study of Sleep Quality Between Pregnant and Nonpregnant Taiwanese Women”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (a) perbedaan kualitas tidur, depresi, dan stres pada wanita hamil trimester II dan III, dan (b) hubungan antara depresi, stres, dan kualitas tidur pada ibu hamil. Penelitian ini dilakukan di dua rumah sakit di Kaohsiung dan Changhua, Taiwan dari bulan Oktober 2006 hingga September 2007. Responden yang berpartisipasi berumur di atas 20 tahun dengan usia kehamilan pada trimester II dan III. Pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling dengan jumlah sampel 150 untuk wanita hamil trimester II, 150 wanita hamil trimester III, dan 300 wanita tidak hamil sebagai kelompok kontrol. Kesimpulan dari penelitiannya yaitu kualitas tidur pada wanita hamil berhubungan dengan stres dan depresi. Persamaannya terletak pada instrumen yang akan digunakan yaitu Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur dan desain penelitian yaitu sama- 10 sama menggunakan cross sectional. Perbedaannya teretak pada instrumen untuk mengukur depresi yaitu pada penelitian Ko, Chang & Chen (2010) menggunakan Edinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS). Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Perbedaan lainnya yaitu pada tempat, dan waktu penelitian.