Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan

advertisement
BAB VII
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM
DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN
7.1 Ragam Bidang Usaha
UMKM mitra binaan IPB terdiri dari beragam jenis bidang usaha,
diantaranya UMKM pangan, jasa, pertanian, dan kerajinan. Masing-masing
bidang usaha ini memilliki karakteristik yang membedakan antara satu dengan
yang lain. Tiap jenis bidang usaha memiliki karakteristik produk, sistem
pemasaran, dan sasaran konsumen yang berbeda, sehingga komunikasi pemasaran
yang dilaksanakan akan membentuk pola yang berbeda pula. Perbedaan
keefektivan penggunaan bauran komunikasi pemasaran UMKM berdasarkan jenis
bidang usaha dan karakteristik usaha dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3. Penggunaan Bauran Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Jenis Bidang
Usaha
No
Bidang Usaha
Karakteristik
Bauran Promosi
1
Pangan
- Daya tahan produk relatif singkat
- Membutuhkan
upaya
komunikasi
pemasaran yang mendukung penjualan
dalam waktu singkat
Kombinasi promosi
penjualan dengan
periklanan, dan kombinasi
penjualan personal dengan
periklanan
2
Jasa
- Produknya bersifat intangible dan
immaterial
- Berorientasi pada kepuasan pelanggan
- Membutuhkan bauran yang mampu
menguraikan berbagai keunggulan jasa
Penjualan personal
pemasaran langsung
3
Pertanian
- Produk diproduksi dan dijual dalam
partai besar
- Daya tahan produk relatif singkat dan
bersifat musiman
- Membutuhkan bauran yang mampu
menguraikan berbagai keunggulan
produk
Pertemuan penjualan
4
Kerajinan
- Produk tergolong unik
- Bukan merupakan barang primer
- Membutuhkan komunikasi pemasaran
yang dilakukan secara intensif
Pameran
dan
72
7.1.1 Pangan
Bidang usaha pangan memiliki karakteristik produk dengan daya tahan
yang relatif singkat jika dibandingkan dengan jenis produk lainnya. Oleh karena
itu, upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan harus mampu mendukung
penjualan dalam waktu yang singkat. Penggunaan bauran komunikasi pemasaran
oleh UMKM bidang usaha pangan dapat diamati pada Gambar 16.
Gambar 16. Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Pangan
4.16%
33.34%
33.34%
Keterangan:
periklanan
promosi penjualan
hubungan masyarakat
penjualan personal
pemasaran langsung
4.16%
20.83%
Jenis bauran komunikasi pemasaran yang paling umum digunakan oleh
UMKM bidang usaha pangan adalah perpaduan antara promosi penjualan dan
penjualan personal dengan periklanan. Mempertimbangkan daya tahan produk
yang relatif singkat, perpaduan jenis bauran komunikasi pemasaran ini dirasa
efektif. Promosi penjualan merupakan alat promosi yang efektif untuk memotivasi
konsumen sasaran dalam melakukan pembelian, misalnya dengan pemberian
sampel produk. Promosi penjualan ini semakin efektif jika didampingi dengan
media periklanan, seperti
seperti leaflet. Substansi keunikan dan keunggulan produk
dapat ditampilkan pada leaflet ataupun media periklanan pendamping lainnya.
Penggunaan bauran pameran pada bidang usaha pangan lebih efektif
diterapkan pada produk yang tergolong unik, seperti halnya Brown.Co, yang
73
memproduksi brownies dari tepung singkong. UMKM ini membutuhkan lebih
banyak upaya komunikasi pemasaran. Pelaksanaan pameran dirasa efektif, karena
pada pertemuan langsung ini, pihak pemasar dapat memberikan penjelasan
mengenai keunikan dan kelebihan produk, sehingga mampu menarik minat
konsumen. Pelaksanaan bauran pameran juga dapat dilakukan dengan didampingi
dengan media periklanan.
7.1.2 Jasa
Usaha pada bidang jasa memiliki karakteristik produk yang unik
dibandingkan dengan bidang usaha lainnya. Menurut Rangkuti (2008, dalam Sari
2009), pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pemasaran jasa dan
pemasaran produk memiliki tiga perbedaan, yaitu:
1. Pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial, karena
produknya tidak kasat mata dan tidak dapat diraba.
2. Produksi jasa dilakukan saat konsumen berhadapan dengan petugas
sehingga pengawasan kualitasnya dilakukan dengan segera, hal ini lebih
sulit daripada pengawasan produk fisik.
3. Interaksi antara konsumen dan petugas adalah penting untuk dapat
mewujudkan produk yang dibentuk.
Berdasarkan beberapa karakteristik di atas, dapat dikatakan bahwa usaha
bidang jasa membutuhkan jenis komunikasi yang dapat menguraikan dan
menjelaskan berbagai keunggulan dan fasilitas jasa yang dihasilkan, yang
membedakannya dengan UMKM pesaing dengan penawaran jasa yang sejenis.
Untuk itu, komunikasi pemasaran yang dilakukan secara tatap muka, baik melalui
pertemuan penjualan maupun pemasaran langsung merupakan pilihan yang tepat.
74
Dengan mengadakan pertemuan dengan
dengan calon konsumen, pelaku UMKM dapat
dengan leluasa menjelaskan spesifikasi jasa yang ditawarkan.
Penggunaan ragam bauran komunikasi pemasaran yang dilaksanakan
UMKM bidang usaha jasa divisualisasikan pada Gambar 17.
Gambar 17. Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Jasa
19.04%
33.34%
Keterangan:
periklanan
promosi penjualan
19.04%
public relation
4.76%
23.80%
penjualan personal
pemasaran langsung
Bauran promosi pemasaran langsung dan penjualan personal seringkali dilakukan
oleh UMKM bidang jasa. Tidak jauh berbeda dengan jenis bidang usaha lainnya,
dalam pelaksanaan pemasaran langsung dan penjualan personal, media periklanan
tetap menjadi bauran pelengkap. Metode ini sering disebut metode jemput bola.
Dalam pertemuan ini, komunikasi pemasaran berlangsung dua arah. Selain
memberikan penjelasan dan penawaran, pemasar dapat menjawab pertanyaan
konsumen. Penawaran produk dengan cara tatap muka juga dapat memperkecil
kemungkinan salah persepsi
persepsi antara pemasar dengan calon konsumen. Bidang
usaha jasa merupakan jenis usaha yang mengutamakan kepuasan pelanggan. Oleh
karena itu, upaya meminimalisir kesalahan persepsi, penjelasan yang detail pada
saat tatap muka baik untuk dilaksanakan.
Produk berupa jasa memiliki karakteristik khusus yang membedakannya
dengan produk pada umumnya, yaitu sifatnya yang intangible dan immaterial atau
tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Oleh karena itu, upaya komunikasi
75
pemasaran yang dilakukan harus mendorong konsumen untuk mencoba produk
yang ditawarkan. Cara ini dapat ditempuh melalui pemberian insentif kepada
calon konsumen. Misalnya dengan promosi penjualan dalam bentuk hadiah atau
voucer.
Usaha perdagangan jasa memiliki fokus utama pada kepuasan pelanggan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka komunikasi pemasaran jenis word of mouth
berperan penting dalam strategi pemasaran UMKM. Menurut Lupiyoadi dan
Hamdani (2006, seperti diktip oleh Andrijansyah 2009), pelanggan sangat dekat
dengan penyampaian jasa. Dengan kata lain, pelanggan tersebut akan berbicara
kepada pelanggan lain yang berpotensial tentang pengalamannya dalam menerima
jasa tersebut, sehingga informasi dari mulut ke mulut ini sangat besar
pengaruhnya dan dampaknya terhadap pemasaran jasa dibandingkan dengan
aktivitas komunikasi lainnya. Beberapa pelaku UMKM juga mengakui keefektifan
dari word of mouth. Terkadang pesan yang disampaikan kerabat dekat lebih
berpengaruh dibandingkan dengan coretan di atas kertas ataupun penuturan dari
orang yang belum dikenal.
7.1.3 Pertanian
UMKM bidang pertanian memiliki jenis produk yang umumnya dihasilkan
dalam jumlah besar dan pembelian dilakukan dalam partai besar. Target
konsumen dari UMKM pertanian ini umumnya adalah lembaga yang melakukan
usaha di bidang produksi yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku
ataupun distributor atau yang dikenal dengan sebutan pengumpul. Kedua jenis
konsumen ini umumnya berasal dari wilayah lokal. Produk hasil pertanian dijual
dalam partai besar dan kurang memungkinkan untuk dijual eceran, karena sifat
76
produk yang kurang tahan lama. Produk-produk UMKM pertanian umumnya
diproduksi pada waktu tertentu, atau dikenal dengan musim panen.
Menghadapi taget pasar yang berasal dari wilayah lokal, dapat dikatakan
jenis UMKM ini tidak terlalu membutuhkan komunikasi pemasaran jika
dibandingkan dengan jenis bidang usaha lainnya. Meskipun demikian, untuk
memperoleh pasar yang lebih luas, UMKM tetap harus melaksanakan upaya
komunikasi pemasaran. UMKM bidang pertanian lebih sering melakukan
komunikasi pemasaran konvensional, yaitu dalam bentuk tatap muka. Penggunaan
bauran komunikasi pemasaran pada UMKM bidang usaha pertanian dapat diamati
pada Gambar 18.
Gambar 18. Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Pertanian
23.07%
30.76%
Keterangan:
periklanan
promosi penjualan
30.76%
15.38%
penjualan personal
pemasaran langsung
Hampir seluruh responden bidang usaha pertanian menyebutkan bahwa
mereka
lebih
fokus
menggunakan
komunikasi
pemasaran
tatap
muka
dibandingkan dengan upaya periklanan yang bersifat modern. Konsumen sasaran
mereka lebih memerlukan penjelasan dan informasi yang lebih banyak dan
meyakinkan, sehingga relevan jika dilakukan secara tatap muka.
77
Jenis bauran komunikasi juga pemasaran langsung sering digunakan
UMKM dalam mencari konsumen. UMKM mendata konsumen potensial,
mengadakan pertemuan, menawarkan produk, dan membentuk kesepakatan.
Misalnya UMKM pembenihan gurame, konsumen sasaran UMKM ini adalah
petani budidaya gurame. Untuk mendapatkan konsumen, pelaku UMKM
melakukan pendekatan personal kepada para petani gurame dengan mengadakan
pertemuan tatap muka. Pada beberapa UMKM dengan konsumen sasaran
berstatus sosial menengah ke bawah, pertemuan ini dilakukan secara informal,
namun dalam pertemuan ini UMKM menawarkan produk yang segera akan
dipanen.
Beberapa UMKM jenis ini telah memiliki pelanggan, contohnya UMKM
Ikhtiar Farm. Peternak dan penjual ayam ini telah memiliki pelanggan, berupa
perusahaan pengolah makanan berbahan baku ayam, yaitu Japfa. Meskipun telah
memiliki pelanggan, namun UMKM ini masih terus mengadakan upaya
komunikasi pemasaran secara rutin, yakni sesaat menjelang panen ayam.
Komunikasi pemasaran yang dilakukan adalah pertemuan penjualan.
Pada pertemuan penjualan, kedua pihak merumuskan kesepakatan
mengenai jumlah ayam, kualitas ayam, dan harga ayam yang bersifat fluktuatif.
Pertemuan ini dilakukan UMKM untuk membina hubungan baik dengan
pelanggan dan mempertahankan bisnis kedua belah pihak, mengingat Japfa adalah
perusahaan besar yang dapat mencari peternak lain jika merasa kurang puas
terhadap Ikhtiar Farm.
Upaya pertemuan
penjualan
secara rutin
juga dilakukan
untuk
mengingatkan konsumen mengenai keberadaan UMKM dan produk yang
78
dihasilkan. Untuk mengembangkan luas cakupan pasar, UMKM ini juga
melakukan berbagai upaya periklanan. Misalnya dengan berpartisipasi dalam
pameran. Periklanan secara tatap muka ini diharapkan selain mampu menarik
minat konsumen dengan video dan foto yang ditampilkan, juga mampu menjalin
komunikasi dua arah antara UMKM dengan calon konsumen.
7.1.4 Kerajinan
UMKM bidang kerajinan umumnya menghasilkan produk-produk yang
tergolong unik. Barang-barang kerajinan ini bukan merupakan barang kebutuhan
primer, sehingga upaya komunikasi pemasaran harus dilaksanakan secara optimal.
Penggunaan ragam bauran komunikasi pemasaran pada UMKM bidang kerajinan
dapat diamati pada Gambar 19.
Gambar 19. Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Kerajinan
30.76%
38.46%
Keterangan:
periklanan
promosi penjualan
7.69%
23.07%
public relation
penjualan personal
Kebanyakan UMKM menggunakan komunikasi pemasaran jenis pameran.
Barang-barang kerajinan diproduksi dengan menggunakan sentuhan seni,
sehingga produk yang dihasilkan menjadi layak ditampilkan pada pameran.
Pameran merupakan jenis bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan secara
tatap muka, dimana terjalin komunikasi dua arah antara pihak UMKM dengan
79
konsumen. Keunikan produk ini menjadi nilai tambah dalam pameran dan
dianggap mampu menarik perhatian konsumen untuk berkunjung. Saat
pelaksanaan pameran, pihak UMKM memiliki kesempatan untuk menjelaskan
keunggulan produk-produk yang dihasilkan.
UMKM Fit Pot merupakan UMKM yang bergerak dalam bidang usaha
kerajinan rangkaian pot tanaman hias. Jenis produk ini tidak hanya unik, tetapi
juga memiliki inovasi teknologi, salah satunya adalah kemampuan sistem
rangkaian pot ini untuk menyiram tanaman secara otomatis. Keunikan dan
keunggulan produk ini menjadi hal yang menarik konsumen untuk berkunjung
dan menyaksikan demonstrasi produk.
7.2
Hubungan Tingkat Pendidikan Pelaku Usaha dengan Pelaksanaan
Komunikasi Pemasaran
Tingkat pendidikan formal dari pelaku usaha tergolong cukup beragam.
UMKM binaan CDA yang beranggotakan mahasiswa tentu memiliki tingkat
pendidikan yang tergolong tinggi. Namun bagi UMKM masyarakat binaan UPPUKM, tingkat pendidikan rata-rata tergolong rendah. Tambunan (2009)
menyebutkan
bahwa struktur pengusaha menurut tingkat pendidikan formal
memberi kesan adanya hubungan positif antara tingkat pendidikan rata-rata
pengusaha dengan skala usaha. Artinya, semakin besar skala usaha, yang
umumnya berasosiasi
positif dengan
tingkat
kompleksitas
usaha
yang
memerlukan keterampilan tinggi dan wawasan bisnis yang lebih luas, semakin
banyak pengusaha dengan pendidikan formal tersier.
Wawasan bisnis yang lebih baik terutama dimiliki pelaku usaha
berpendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formalnya, pelaku
80
UMKM semakin memiliki akses terhadap informasi dan pengetahuan mengenai
komunikasi pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa
tingkat pendidikan pengusaha UMKM berhubungan positif dengan pelaksanaan
komunikasi pemasaran. Melalui perhitungan korelasi spearman, didapatkan nilai
P value sebesar 0,000 yang menunjukkan nilai yang lebih kecil dari α yang
ditetapkan, yaitu sebesar 0,01. Artinya, terdapat hubungan positif antara tingkat
pendidikan pengusaha UMKM dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran.
Semakin tinggi pendidikan pelaku usaha, semakin baik pelaksanaan komunikasi
pemasarannya. Nilai koefisien korelasi yang menggambarkan hubungan kedua
variabel ini adalah sebesar 0,707. Nilai ini menggambarkan hubungan positif
yang kuat antara tingkat pendidikan dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran.
Rendahnya tingkat pendidikan pelaku usaha juga menyebabkan rendahnya
peluang bekerja di sektor formal. Beberapa responden menyebutkan bahwa
keterbatasan inilah yang menjadi alasan menjalankan usaha. Hal ini relevan
dengan kondisi UMKM masyarakat yang dibina UPP-UKM. Sebagian besar dari
mereka mengungkapkan alasan kegiatan usaha yang mereka lakukan adalah latar
belakang ekonomi. Artinya usaha ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh
perbaikan penghasilan dan atau merupakan startegi untuk bertahan hidup. Usaha
ini dilakukan dengan alasan tidak ada lagi jenis pekerjaan lain yang dapat
dilakukan dengan tingkat pendidikan formal yang tergolong rendah.
Pemilihan jenis usaha dilakukan dengan mempertimbangkan keterampilan
pengusaha dan potensi pengembangan usaha. Bagi UMKM binaan CDA, mereka
lebih banyak memilih alasan pertimbangan prospek usaha ke depan seperti adanya
peluang dan pangsa pasar yang aman dan besar. Jenis usaha yang dilakoni juga
81
disesuaikan dengan minat dan hobi. Usaha ini mereka jalani juga sebagai
pembelajaran dan pengembangan jiwa wirausaha.
7.3
Hubungan Skala Usaha dengan Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran
Hampir tanpa kecuali, pengusaha kecil dan menengah mengatakan bahwa
masalah yang paling besar yang mereka hadapi adalah masalah keuangan. Mereka
mengeluh tentang kekurangan modal tetap dan modal kerja (Clapham, 1991). Hal
ini juga dirasakan oleh sebagian besar responden.
Kesulitan modal dan pendanaan merupakan salah satu masalah besar yang
mereka hadapi, selain masalah pemasaran. Kedua jenis kendala ini saling
menghambat satu sama lain. Ketika mengalami keterbatasan dalam hal keuangan,
pelaku UMKM akan membatasi anggaran untuk pemasaran. Bahkan beberapa
diantaranya justru tidak mengalokasikan dana untuk kegiatan komunikasi
pemasaran.
Ketersediaan dana yang sangat minim hanya dialokasikan untuk modal
produksi. Padahal Tambunan (2009) dalam buku UMKM di Indonesia
menyatakan bahwa pemasaran merupakan salah satu komponen utama dari
strategi peningkatan daya saing UMKM selain produksi. Kedua penekanan ini
sangat penting, dan pada umumnya UMKM di Indonesia kalah bersaing dengan
usaha besar atau UMKM dari negara maju karena kurang memperhatikan atau
kurang mampu dalam dua bidang ini.
Hasil pengamatan dan penelitian mengenai korelasi antara skala usaha
dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran menunjukkan bahwa skala usaha
mempengaruhi pelaksanaan komunikasi pemasaran. Nilai P value yang dihasilkan
dari perhitungan korelasi spearman menunjukkan angka 0,022 dengan koefisien
82
korelasi sebesar 0,391. Nilai P value yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan
dengan α yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 0,05. Artinya, terdapat hubungan
positif antara skala usaha dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran. Semakin
besar skala usaha, pelaksanaan komunikasi pemasaran semakin baik. Nilai
koefisien korelasi sebesar 0,391 menunjukkan hubungan rendah antara kedua
variabel, namun bersifat pasti.
Bagi beberapa UMKM, mungkin skala usaha berpengaruh dengan
Pelaksanaan komunikasi pemasaran. Hal ini mungkin juga merupakan indikasi
dari tingkat pendidikan pelaku usaha. Sub bab sebelumnya telah menjelaskan
bahwa usaha yang semakin besar dan membutuhkan tingkat keterampilan yang
semakin kompleks, umumnya ditekuni oleh pelaku usaha dengan tingkat
pendidikan yang tinggi. Dengan tingkat informasi dan wawasan bisnis yang lebih
baik, UMKM yang kecil akan memiliki posisi tawar yang lebih baik dibandingkan
dengan UMKM skala mikro. Namun usaha berskala mikro tidak selalu dijalani
oleh pengusaha berpendidikan rendah. Usaha mikro juga dapat melaksanakan
komunikasi pemasaran dengan baik, jika pengusaha memiliki keterampilan dan
kemampuan manajemen usaha yang baik.
Download