faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pemberian makanan

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PEMBERIAN
MAKANAN PRELAKTEAL PADA BAYI BARU LAHIR DI KECAMATAN
BUKIT KECIL KOTA PALEMBANG
1
Anur Rohmin1 Nura Malahayati2 Hartati3
Mahasiswa, Dosen Program S2 IKM Universitas Sriwijaya Palembang
Email: [email protected]
2,3
Abstract: The Factors which is Influencing Prelakteal Feeding Practices in Newborn at Bukit Kecil
District of Palembang City. Prelacteal feed is kind of food which is given to newborn one until 3 days
before breast feeding. Prelacteal feed was one of the cause exclusive breast feeding failure. The aim of this
study was to find out the factors which is influencing the prelacteal feeding practice in newborn at Bukit
Kecil District of Palembang City. This study carried in 15th of August until 15th of September 2015.
Methode: A survey analytic design with cross sectional design were used in this study. The population of
this study were all of the mothers who gave birth at Bukit Kecil district in 2014 they were 1.092 mothers,
there were 100 primi gravidarum as sample of this study. Data were analyzed by Univariate to describe
the characteristics of respondents, bivariate using chi square test , spearman rho and multiple logistic
regression. The result: Incident of prelacteal feeding practices were 27%. Based on bivariate analysis
there were significant relationship between knowledge, attitude, tradition, mother’s occupational, family’s
income, breast feeding initiation, and family support and prelacteal feeding practice. The most influencing
factor ware breastfeeding initiation more likely 75,167. Conclusion: factors which is influencing prelacteal
feeding practice were breaseeding, attitude, tradition, mother’s occupational, family income, breast
feeding initiation, and family support. Suggestion of this study need to develop the quality of health
worker to give better educate especially exclusive breast feeding and prelacteal feeding practice.
Keywords: Prelacteal Feeding Practice, Influencing Factors
Abstrak: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Pada Bayi
Baru Lahir di Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang. Makanan prelakteal adalah makanan yang
diberikan pada bayi baru lahir satu sampai tiga hari sebelunm ASI keluar. Makanan prelakteal merupakan
salah satu penyebab terjadinya kegagalan pemebrian ASI eksklusif. Tujuan penelitian mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi bayi baru lahir di Kecamatan
Bukit Kecil Kota Palembang. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September tahun 2015. Metode
penelitian menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian
adalah seluruh ibu yang melahirkan dikecamatan bukit kecil pada tahun 2014 berjumlah 1.092 ibu,
sedangkan sampel penelitian ibu bersalin primigrvida yang berjumlah 100 orang. Analisis univariat untuk
menggambarkan karakteristik responden, analisis bivariat menggunakan chi-square dan spearman rho,
analisis multivariat dengan regresi logistic nominal. Hasil Penelitian diperoleh angka kejadian praktik
pemberian makanan prelateal sebesar 27%. Berdasarkan analisis bivariat terdapat hubungan signifikan
antara pengetahuan, sikap ibu, tradisi keluarga, pekerjaan ibu , pendapatan keluarga, IMD dan dukungan
keluarga dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir (p<0,05). Faktor yang paling
berpengaruh terhadap praktik pemberian makanan prelakteal adalah IMD dengan nilai OR 75,167 hal ini
menunjukkan bahwa ibu yang tidak melakukan IMD berpeluang 75,167 kali memberikan makanan
prelakteal pada bayi. Dapat disimpulkan bahwa praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru
lahir di kecamatan bukit kecil kota palembang tahun 2015 dipengaruhi oleh sikap ibu, tradisi keluarga,
pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, IMD, dan dukungan keluarga. Saran penelitian ini ditingkatkan
kualitas pelayanan petugas kesehatan supaya dapat memberikan edukasi lebih baik terutama tentang ASI
eksklusif dan pemberian makanan prelakteal.
Kata Kunci: Praktik Pemberian Makanan Prelakteal, Faktor yang Mempengaruhi
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan eksklusif di Indonesia sebesar 32% dan meningkat
terbaik bagi bayi. Pemberian ASI akan memberikan menjadi 42% pada tahun 2012, namun angka
manfaat kepada ibu dan bayi karena ASI tersebut belum mencapai target cakupan ASI
mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna eksklusif di Indonesia sebesar 80%.
untuk tumbuh kembang bayi (Suririnah, 2009).
Salah satu penyebab kegagalan ASI ekslusif
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan adalah pemberian makanan prelakteal (Siregar,
Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 cakupan ASI 2009). Makanan prelakteal adalah makanan yang
183
184 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 183-189
diberikan pada bayi satu sampai tiga hari setelah
lahir sebelum ASI keluar (Suhardjo, 2004).
Pemberian makanan prelakteal seperti susu formula
yang mempunyai sumber zat besi kurang baik dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan intestinal. Lebih
lanjut, resiko terjadinya intoleransi terhadap protein
pada susu formula lebih besar sehingga akan
menimbulkan alergi misalnya eksim (Rosadhl,
2014). Berbagai faktor juga telah dihubungkan
dengan perilaku ibu dalam memberikan makanan
prelakteal. Sebagaimana dalam teori perilaku Green
(2000), dijelaskan bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor
pemungkin, dan faktor penguat. Dalam konteks
perilaku praktik pemberian makanan prelakteal pada
bayi yang termasuk faktor predisposisi antara lain
pengetahuan ibu, sikap ibu, tradisi, pekerjaan ibu,
umur ibu, dan pendapatan keluarga. Selanjutnya
yang termasuk faktor pemungkin adalah inisisasi
menyusui dini (IMD), kunjungan ANC, dan yang
termasuk faktor penguat adalah dukungan keluarga
dan dukungan petugas kesehatan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-fktor
yang mempengaruhi praktik pemberian makanan
prelakteal pada bayi baru lahir di Kecamatan Bukit
Kecil Kota Palembang.
METODELOGI
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain survei analitik dan pendekatan cross sectional
yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang
bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah ibu
yang melahirkan di Kecamatan Bukit Kecil, Kota
Palembang dan bersedia menjadi responden
sebanyak 1.092 orang. Selanjutnya sampel pada
penelitian ini adalah ibu yang melahirkan anak
hidup dengan kriteria inklusi: ibu dan bayi sehat,
ibu primipara, tidak ada cacat bawaan, ibu
bersedia diwawancarai pada saat penelitian dan
berdomisili di kota Palembang. Kriteria
eksklusi: ibu multipara, dan tidak bersedia
diwawancara saat penelitian.Besar sampel pada
penelitian ini dihitung dengan rumus Stanley
(1997) sehingga didapatkan jumlah sampel 100
orang.
Tekhnik
accidental
sampling
dipergunakan
dalam
pengumpulan
data
dikarenakan secara alamiah jumlah populasi
berfluktuasi sepanjang tahun sehingga jumlah
populasi secara pasti tidak diketahui. Ibu yang
melahirkan di bidan praktek mandiri di
kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang dipilih
menjadi responden.
Analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis
univariat untuk melihat distribusi masing-masing
variabel, analisis bivariat menggunakan Chi Square
dan
Spearman
Rho.
Analisis
multivariat
menggunakan regresi logistik untuk melihat besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
1. Distribusi frekuensi praktik pemberian makanan
prelakteal pada bayi baru lahir
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Praktik Pemberian
Makanan Prelakteal pada Bayi Baru
Lahir
Makanan prelakteal
Ya
Tidak
Jumlah
Jumlah
N
27
73
100
%
27
73
100%
Berdasarkan hasil penelitian diketahui angka
kejadian praktik pemberian makanan prelakteal pada
bayi baru lahir di Kecamatan Bukit Kecil kota
Palembang tahun 2015 adalah 27%, lebih rendah
dibandingkan angka di Indonesia 44,3%
dan
Sumatera Selatan 46,3% (Kemenkes RI, 2014).
Meskipun angka ini lebih rendah akan tetapi praktik
pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir
merupakan salah faktor yang menyebabkan
terjadinya kegagalan pemberian ASI eksklusif
(Siregar, 2009). Penelitian yang dilakukan Novianti
(2013), juga menyebutkan bahwa pemberiaan
makanan prelakteal dapat menyebabkan proses
menyusui tidak efektif.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemberian Makanan
Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
Variabel
Jumlah
n
Persentase (%)
Pengetahuan Ibu
Baik
Kurang baik
42
58
42
58
Tradisi
-
12
88
12
88
Ya
Tidak
Usia Ibu
- Beresiko (<20 atau >35
tahun)
- Tidak beresiko (20-35
tahun)
Pekerjaan
- Ya
- Tidak
46
54
22
78
46
54
22
78
Rohmin, Faktor-faktor yang Mepengaruhi Praktik Pemberian Makanan Prelakteal 185
Sikap
- Negatif
- Positif
Pendapatan
- Rendah
- Tinggi
IMD
- Tidak
- Ya
Frekuensi ANC
- Tidak standar (<4x)
- Standar (≥4x)
Dukungan Keluarga
Tidak
Ya
Dukungan Petugas
Tidak
Ya
53
47
53
47
56
44
56
44
23
77
23
77
5
95
5
95
59
41
2.
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Praktik Pemberian Makanan Prelakteal
59
41
58
42
58
42
Analisis Bivariat
1.
Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi
Baru Lahir
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan
Praktik
Pemberian
Makanan
Prelakteal
Pengetahuan
Ibu
Baik
Kurang baik
Jumlah
Pemberian Makanan
Prelakteal
Ya
n
6
21
27
%
6
21
27
Tidak
n
36
37
73
%
36
37
37
Jumlah
n
42
58
100
%
42
58
100
p
value
Hubungan Sikap Ibu dengan Praktik
Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi
Baru Lahir
OR
0,015 3,405
Tabel 3. menunjukkan bahwa ibu yang
mempunyai pengetahuan kurang baik tentang
makanan prelakteal 21% memberikan makanan
prelakteal pada bayinya. Uji speraman’s rho
diperoleh p=0,015, maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada
bayi. Hasil analisis diperoleh OR=3,405, hal ini
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan
kurang baik mempunyai kecenderungan 3,405 kali
untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi
baru lahir.
Hasil ini didukung penelitian terdahulu dari
Nguyen (2013) bahwa faktor yang mempengaruhi
pemberian makanan prelakteal adalah pengetahuan.
Legesse (2014) menyatakan bahwa ibu yang tidak
mengetahui resiko pemberian makanan prelakteal
berpeluang 3,7 kali memberikan makanan prelakteal
pada bayi dibandingkan dengan ibu yang
mengetahui. Pengetahuan ibu dapat diperoleh baik
secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari
dirinya sendiri dan eksternal yaitu pengetahuan yang
berasal dari orang lain.
Sikap ibu
Pemberian Makanan
Prelakteal
Negatif
Positif
Jumlah
Ya
n
24
3
27
%
24
3
27
Tidak
N
29
44
73
%
29
44
73
Jumlah
n
53
47
100
p
value
OR
%
53
47 0,000 12,138
100
Tabel 4. menunjukkan dari kelompok ibu
yang memiliki sikap negatif tentang makanan
prelakteal 24% memberikan makanan prelakteal
pada bayinya. Sikap merupakan hal yang penting
dalam kehidupan sehari-hari, bila sikap sudah
terbentuk dalam diri seseorang selanjutnya akan ikut
menentukan
perilakunya
terhadap
sesuatu.
Pemberian makanan pada bayi sebagian besar
ditentukan oleh ibu. Tindakan ibu dibentuk oleh
pengetahuan dan sikap ibu, sementara tindakan ini
dapat dipengaruhi oleh karakteristik ibu.
Uji speraman’s rho diperoleh p=0,000 yang
artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara
sikap ibu dengan praktik pemberian makanan
prelakteal pada bayi. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian Bahri (2011) bahwa sikap ibu
berhubungan
dengan
pemberian
makanan
pendamping ASI. Sebaliknya Ludvigsson (2002)
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara sikap
ibu dengan pemberian makanan prelakteal pada
bayi.
3.
Hubungan Tradisi Keluarga dengan Praktik
Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi
Baru Lahir
Tabel 5.
Tradisi
Keluarga
Ada
Tidak
Jumlah
Hubungan Tradisi Keluarga dengan
Praktik
Pemberian
Makanan
Prelakteal
Pemberian Makanan
Prelateal
Ya
Tidak
n
%
n
%
9
9
3
3
18 18
70
70
27 27
73
73
Jumlah
n
%
12 12
88 88
100 100
p
value
OR
0,000 11,667
Tabel 5. menunjukkan dari kelompok ibu
yang memiliki tradisi keluarga 9% memberikan
makanan prelakteal pada bayinya. Uji chi-square
diperoleh p=0,000, maka dapat disimpulkan ada
186 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 183-189
hubungan yang signifikan antara tradisi keluarga
dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada
bayi. Hasil analisis diperoleh OR=11,667, hal ini
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tradisi
keluarga mempunyai kecenderungan 11,667 kali
untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi
baru lahir.
Tradisi memberikan makanan prelakteal pada
penelitian ini adalah memberikan madu pada bayi
baru lahir dengan tujuan untuk membersihkan usus
bayi. Ergenekon (2001) menyatakan bahwa
tingginya angka pemberian makanan prelakteal pada
bayi disebabkan karena adanya kepercayaan bahwa
kolostrum adalah ASI yang sudah basi sehingga bayi
diberikan makanan lain sesaat setelah lahir.
4.
Hubungan Umur Ibu dengan Praktik
Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi
Baru Lahir
Tabel 6. Hubungan Umur Ibu dengan Praktik
Pemberian Makanan Prelakteal
Umur ibu
Resiko
Tidak Berisko
Jumlah
Pemberian Makanan
Prelakteal
Ya
Tidak
n
%
n
%
15
15 31
31
12
12 42
42
27
27 73
73
Jumlah
n
46
54
100
%
46
54
100
P
value
0,347
Tabel 6. menunjukkan dari kelompok ibu
dengan umur beresiko (<20 atau >35 tahun) 15%
memberikan makanan prelakteal,. Uji chi-square
diperoleh p=0,347, maka dapat disimpulkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara umur ibu
dengan praktik pemberian makanan prelakteal.
Hasil ini didukung penelitian Dawal (2014)
yang menyatakan bahwa umur tidak mempunyai
hubungan bermakna dengan perilaku pemberian
makanan prelakteal pada bayi. Selain itu pada
penelitian ini responden yang diambil sebagai
sampel adalah ibu primigravida sehingga memiliki
rata-rata umur yang hampir sama.
5.
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Praktik
Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi
Baru Lahir
Tabel 7. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan
Praktik
Pemberian
Makanan
Prelakteal
Pekerjaan
Ibu
Pemberian Makanan Prelakteal
Jumlah
Ya
Tidak
N
%
N
%
n
%
Bekerja
12
12
10
10
22
22
Tidak
Bekerja
Jumlah
15
15
63
63
78
78
27
27
73
73
100
100
p
value
OR
0,003 5,040
Tabel 7. menunjukkan dari kelompok ibu
yang bekerja 12% memberikan makanan prelakteal
pada bayi. Uji chi-square diperoleh p=0,003, maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara pekerjaan ibu dengan praktik pemberian
makanan prelakteal. Hasil analisis diperoleh
OR=5,040 hal ini menunjukkan bahwa ibu yang
bekerja mempunyai kecenderungan 5,040 kali untuk
memberikan makanan prelakteal pada bayi baru
lahir.
Pekerjaan ibu memberikan dampak bagi
kehidupan keluarga, karena ibu sibuk bekerja.
Kesibukan ibu dapat mempengaruhi pola makan
anak karena ibu akan cenderung memberikan
tambahan makanan lain untuk mencukupi kebutuhan
gizi anaknya. Hasil penelitian ini didukung oleh
James dkk (2013) yang menyebutkan bahwa ibu
bekerja akan memberikan susu formula pada
bayinya sebagai pengganti ASI.
6.
Hubungan pendapatan keluarga dengan
praktik pemberian makanan prelakteal pada
bayi baru lahir
Tabel 8. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan
Praktik Pemberian Makanan Prelakteal
Pendapatan
Keluarga
Rendah
Tinggi
Jumlah
Pemberian Makanan Prelakteal
Ya
Tidak
N
%
n
%
Jumlah
n
%
p
value
9
18
27
56
44
100
0,011 0,277
9
18
27
47
26
73
9
26
73
56
44
100
OR
Tabel 8. menunjukkan dari kelompok ibu
dengan
pendapatan
keluarga
tinggi
18%
memberikan makanan prelakteal. Uji chi-square
diperoleh p=0,011, maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara pendapatan
keluarga dengan praktik pemberian makanan
Rohmin, Faktor-faktor yang Mepengaruhi Praktik Pemberian Makanan Prelakteal 187
prelakteal. Hasil analisis diperoleh OR= 0,277 hal
ini menunjukkan dengan pendapatan rendah
mempunyai kecenderungan 0,277 kali untuk
memberikan makanan prelakteal pada bayi baru
lahir.
Vahini (2014) mengatakan bahwa tingkat
pendapatan keluarga secara statistik berkaitan
dengan praktik pemberian makanan prelakteal,
dimana keluarga dengan pendapatan rendah lebih
banyak yang memberikan makanan prelakteal
dibandingkan keluarga berpendapatan tinggi.
Adanya anak dalam kehidupan rumah tangga dapat
menambah biaya pengeluaran. Hal ini kadang
membuat ibu terpaksa bekerja untuk menambah
pendapatan.
7.
Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
dengan Praktik Pemberian Makanan
Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
Tabel 9. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
dengan Praktik Pemberian Makanan
Prelakteal
IMD
Tidak
Ya
Jumlah
Pemberian Makanan Prelakteal
Jumlah
Ya
Tidak
n
%
n
%
n
%
17
17
6
6
23
23
10
17
67
67
77
77
27
27
73
73
100
100
p
value
OR
0,000 18,983
Tabel 9. menunjukkan dari kelompok ibu yang
tidak melakukan IMD 17% memberikan makanan
prelakteal. Uji chi-square diperoleh p=0,000, maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara IMD dengan praktik pemberian makanan
prelakteal. Hasil analisis diperoleh OR=18,983 hal
ini menunjukkan ibu yang tidak melakukan IMD
mempunyai kecenderungan 18,983 kali untuk
memberikan makanan prelakteal pada bayi baru
lahir.
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah
memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan
dengan cara meletakkan bayi diatas perut ibu yang
dilakukan selama 30 menit sampai dengan 1 jam
setelah lahir. Legesse (2014) juga menyatakan
bahwa keterlambatan melakukan IMD berhubungan
dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada
bayi baru lahir.
8.
Hubungan Kunjungan ANC dengan Praktik
Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi
Baru Lahir
Tabel 10. Hubungan Kunjungan ANC dengan
Praktik
Pemberian
Makanan
Prelakteal
Kunjungan
ANC
Tidak standar
Standar
Jumlah
Pemberian Makanan
Prelakteal
Ya
n
3
24
27
%
3
24
27
Tidak
n
2
71
73
%
2
71
73
Jumlah
n
5
95
100
%
5
95
100
P
Value
0,090
Tabel 10. menunjukkan dari kelompok ibu
yang melakukan kunjungan ANC dengan jumlah
tidak standar 3% memberikan makanan prelakteal.
Uji speraman’s rho diperoleh p=0,090, maka dapat
disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara kunjungan ANC dengan praktik pemberian
makanan prelakteal pada bayi.
Kunjungan antenatal adalah kunjungan yang
dilakukan oleh ibu hamil untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan pada tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi sesuai dengan standar
(Depkes, 2010). Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan pernyataan Ogah (2012) bahwa faktor yang
mempengaruhi pemberian makanan prelakteal
adalah
riwayat ANC. Perbedaan hasil pada
penelitian ini kemungkinan dikarenakan variabel
ANC hanya melihat pada frekuensi kunjungan saja
tetapi tidak melihat informasi yang diberikan pada
responden.
9.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Praktik Pemberian Makanan Prelakteal
pada Bayi Baru Lahir
Tabel 11. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Praktik
Pemberian
Makanan
Prelakteal
Dukungan
Keluarga
Tidak
Ya
Jumlah
Pemberian Makanan
Prelakteal
Ya
n
%
23 23
4
4
27
27
Tidak
n
36
37
73
%
36
37
73
Jumlah
n
59
41
100
%
59
41
100
P
value
OR
0,001 5,910
Tabel 11. menunjukkan dari kelompok ibu
yang tidak mendapatkan dukungan keluarga untuk
tidak memberikan makanan prelakteal 23%
memberikan makanan prelakteal. Uji speraman’s
188 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 183-189
rho diperoleh p=0,001, maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara tradisi keluarga
dengan praktik pemberian makanan prelakteal. Hasil
analisis diperoleh OR=5,910, hal ini menunjukkan
bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga
mempunyai kecenderungan 5,910 kali untuk
memberikan makanan prelakteal pada bayi baru
lahir.
Pada penelitian ini ibu memperoleh dukungan
keluarga dalam pemberian makanan prelakteal
ketika terjadi kesulitan dalam memberi ASI.
Masalah ini dapat berupa pemahaman ibu bahwa
ASI-nya kurang, tidak kuat menyusui, atau kondisi
anak yang tidak mau menyusu. Pada umumnya,
keluarga menyarankan untuk memberi susu formula,
air putih, atau makanan lainnya untuk membantu
agar ibu tidak repot dalam menyusui. Hasil
penelitian ini didukung penelitian Nguyen (2013)
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga terhadap pemberian makanan
prelakteal dimana dukungan keluarga setelah
melahirkan meningkatkan peluang ibu memberikan
makanan prelakteal kepada bayinya.
10. Hubungan dukungan petugas kesehatan
dengan praktik pemberian makanan
prelakteal pada bayi baru lahir
Tabel
Dukungan
Petugas
Tidak
Ya
Jumlah
12.
Hubungan Dukungan Petugas
Kesehatan
dengan
Praktik
Pemberian Makanan Prelakteal
Pemberian Makanan
Prelakteal
Ya
n
13
14
27
%
23
14
27
Tidak
n
45
48
73
%
45
48
73
Jumlah
n
58
42
100
%
58
42
100
P
value
0,229
Tabel 12. menunjukkan dari kelompok ibu
yang tidak mendapatkan dukungan petugas untuk
tidak memberikan makanan prelakteal 13%
memberikan makanan prelakteal. Uji speraman’s rho
diperoleh p=0,229, maka dapat disimpulkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara dukungan
petugas kesehatan dengan praktik pemberian
makanan prelakteal.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu dari
Brown (2011) bahwa petugas kesehatan memiliki
keterbatasan waktu dan tenaga untuk memberikan
dukungan. Akibatnya, cukup banyak ibu yang tidak
dimotivasi dan didorong untuk tidak memberikan
makanan prelakteal selama periode ASI Eksklusif.
Sebaliknya Dawal (2014) menyebutkan bahwa
faktor petugas kesehatan berkontribusi terhadap
keputusan ibu dalam memberikan makanan
prelakteal.
Analisis Multivariat
Pemodelan Akhir Hasil Analisis Regresi Logistik
Tabel 13. Pemodelan Akhir Hasil Analisis
Regresi Logistik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
IMD merupakan faktor yang paling dominan
mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan
prelakteal pada bayi. Roesli (2008) menyatakan
bahwa IMD adalah metode meletakkan bayi baru
lahir secara tengkurap di dada ibunya dan
membiarkan bayi merayap untuk menemukan
sendiri puting susu ibu untuk menyusu. Pelaksanaan
IMD adalah upaya untuk merangsang keluarnya
ASI. Pada satu jam persalinan hormon prolaktin
akan menurun yang disebabkan oleh lepasnya
plasenta dan untuk mempertahankan prolaktin
dibutuhkan oksitosin yang dapat dirangsang dengan
kontak dan isapan bayi pada puting susu sehingga
dapat merangsang pengeluaran ASI. Dengan
dilakukannya IMD, ibu merasa semakin percaya diri
untuk menyusui bayinya sehingga merasa tidak
perlu memberikan makanan/minuman apapun
sebagai prelakteal kepada bayinya (Ahmed, 1996).
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir
di Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang adalah
pengetahuan, sikap ibu, tradisi keluarga, pendapatan
keluarga, pekerjaan ibu, inisiasi menyusui dini, dan
dukungan keluarga dengan angka kejadian (27%).
SARAN
1. Perlu ditingkatkan kualitas pelayanan petugas
kesehatan supaya dapat memberikan edukasi
Rohmin, Faktor-faktor yang Mepengaruhi Praktik Pemberian Makanan Prelakteal 189
lebih baik terutama tentang ASI eksklusif dan
pemberian makanan prelakteal.
2. Meningkatkan pelaksanaan program IMD pada
setiap ibu yang melahirkan dalam kondisi sehat
untuk membantu bayi mendapatkan ASI lebih cepat
sehingga mengurangi peluang memberikan makanan
prelakteal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, F.U., Rahman, M.E., Alam, M.S., 1996.
Prelacteal feeding influencing factors and
relation to establishment of lactation.
Bangladesh Medical Research Council
Buletin. 1996; 22(2) : 60-64.
Brown, A., Petter, R., Michelle, L., 2011. Helathcare
Professionals’ and Mothers’ Perceptions of
Factors that Influence Decisions to Breastfeed
of Formula Feed Infants: a Comparative
Study. Journal of Advanced Nursing, 19932003.
Dawal, S., Inamdar, I.F., Saleem, T., Priyanka, S.,
Doibale, M.K., 2014. Study of Pre Lacteal
Feeding Practices and its Determinants in a
Rural Area of Maharashtra. Scholars Journal
of Applied Medical Sciences., 2014;
2(4D):1422-1427.
Ergenekon, O., Elmaci, N., Ertem, M., Saka, G.,
2001. Breastfeeding beliefs and practices
among migrant mothers in slums of
Diyarbakir, Turkey. European Journal of
Public Health. 2006; 16 (2):143-148.
James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W., 2013.
Nursing Care of Children; Principles and
Practices 4th Edition. St. Louis, Missouri:
Elsevier.
Kemenkes, R.I., 2014. Pusat Data dan Informasi.
Jakarta. Kemenkes RI .
Legesse, M., Demena, M., Mesfin, F., Haile, D.,
2014. Prelacteal feeding practices and
associated factors among mothers of children
aged less than 24 months in Raya Kobo
district, North Eastern Ethiopia: a crosssectional study. International Breastfeeding
Journal. 2014; 9: 189.
Nguyen,P.H., Keithly, S.C., Nguyen, N.T., Nguyen,
T.T., Tran, L.M., Hajeebbhoy, N., 2011.
Prelacteal
feeding
practices
in
Vietnam:challenges and associated factors.
BMC Public Health 2013, 13:932.
Ogah, A.O., Ajayi, A.M., Akib, S., Okolo, S.N.,
2012. A Cross-Sectional Study of Pre-Lacteal
Feeding Practice among Women Attending
Kampala International University Teaching
Hospital Maternal And Child Health Clinic,
Bushenyi, Western Uganda. Asian Journal of
Medical Sciences 4(3): 79-85.
Raina, S.K., Mengi, V., Singh, G.,2012.
Determinants of prelacteal feeding among
infants of RS Pura Block of Jammu and
Kashmir, India. Journal of Family Medicine
and Primary Care. 2012 Jan-Jun; 1(1): 27–
29.
Roesli, U., 2000. Panduan Praktis Menyusui.
Pustaka Bunda. Jakarta.
Riskesdas, 2013. Data Hasil Riset Kesehatan Dasar.
Balitbangkes Kemenkes RI.
Suhardjo, 2004. Pemberian Makanan Pada Bayi dan
Anak. Yogyakarta. Kanisius.
Download