Sebuah Kajian Pustaka: - Jurnal Linguistika Akademia

advertisement
Linguistika Akademia
Vol.3, No.2, 2014, pp. 296~308
ISSN: 2089-3884
RELATIVISME BAHASA DALAM LAGU
THE SOUND OF MUSIC: DO-RE-MI
Yuniati Lutfi Mar’atun S
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Besides used to entertain and playing medium, children's songs were
createdas a medium of learning too. That’s why, the word which used in its
lyricshave to be easy to understand. When a children's song were translated
into various languagesand later became a popular, we can’t ignored the
original purpose when creating the song (as medium of learning). This paper
aims to describe the change’s processofthe song which at first islearnt only in
particularcultural society and then became a popular song among different
cultural communities. The method used in this analysis is the method of
distributional analysis because the analysis is the language itself. Besides,
sociolinguistic approach also used in this paper because it examines the
causes of differences from the vocal of song. The analysis showed that there
are many differences in phoneme, word represents, and the meaning of the
song The Sound of Music: do re mi when was sung by different cultural
communities.
Key words: relativity, song, translation.
ABSTRAK
Lagu anak-anak diciptakan tidak hanya sebagai media bermain anak tetapi
juga sebagai media belajar. Oleh sebab itu bahasa yang dipakai di dalamnya
pun juga harus mudah dipahami. Ketika sebuah lagu anak-anak diterjemahkan
ke berbagai bahasa dan kemudian menjadi sebuah budaya populer maka
pengalihbahasaannya pun juga tidak boleh menghiraukan tujuan awal
penciptaan sebuah lagu yaitu media belajar. Paper ini bertujuan
mendeskripsikan proses perubahan sebuah lagu yang awalnya hanya ada
dalam satu masyarakat berkebudayaan tertentu menjadi lagu populer di antara
berbagai masyarakat beda budaya. Metode yang digunakan dalam analisis ini
adalah metode distribusional karena analisanya adalah pada bahasa itu
sendiri dan pendekatan sosiolinguistik karena paper ini juga mengkaji
penyebab perbedaan vokal not lagu yang dikaji. Hasil analisis menunjukkan
bahwa terdapat banyak perbedaan fonem, kata yang merepresentasikan, dan
arti pada lagu The Sound of Music: do re miketika dinyanyikan oleh
masyarakat beda budaya.
Kata kunci: relativitas, lagu, terjemah
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
297
A. PENDAHULUAN
Lagu merupakan salah satu seni dari bahasa lisan.Lagu anak-anak
merupakan salah satu jenis dari sekian banyak jenis lagu.Sebuah
lagu anak-anak tidak hanya diperdengarkan sebagai media hiburan
atau bermain, namun juga sebagai media belajar anak.Agar sebuah
lagu yang diperuntukkan untuk anak-anak nantinya mudah dipelajari
oleh anak, lagu yang dibuat pun diciptakan sesuai dengan kriteria
anak-anak, misalnya dengan menciptakan lirik yang sederhana,
irama yang riang seperti halnya anak, dsb.Saat ini, lagu anak-anak
merupakan sesuatu yang umum dalam kehidupan masyarakat dunia
sehingga tidak heran apabila suatu saat kita diperdengarkan sebuah
lagu anak-anak dengan bahasa yang berbeda namun setelah
dicermati ternyata memiliki irama yang sama. Masyarakat dengan
latar belakang sosial yang berbeda-beda saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu sama lain meskipun mereka masih
memiliki “hukum sendiri” (Gripsrud 2002:66).
Seperti yang telah dijelaskan di atas, sebuah lagu yang
salah satu fungsinya sebagai media edukasi, harus diciptakan
dengan mengikuti kriteria anak yang salah satunya adalah dengan
menciptakan lirik yang sederhana dan mudah dipahami. Berikut
penjelasannya:
Not
Do
Re
Mi
Fa
Sol/so
La
Ti
Lirik
Do, a deer, a female deer
Re, a drop of golden sun
Mi, a name I call myself
Fa, a long long way to
run
So, a needle pulling
thread
La, a note to follow so
A drink with jam and
bread
note Do merujuk pada doe
note Re merujuk pada ray
note Mi merujuk pada me
note Fa merujuk pada far
note So merujuk pada sew
note la tidak merujuk pd
apapun
note ti merujuk pada tea
Dalam tabel di atas, agar anak-anak mudah memahami dan
menghafal not lagu, maka dicarilah kata yang memiliki kesamaan
bunyi dengan not do yaitu doe, sebutan untuk kijang betina di
Inggris. Hal ini akan menyebabkan sebuah permasalahan karena di
Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS)
298

lingkungan masyarakat dengan budaya yang berbeda, sebutan
untuk kijang betina belum tentu doe. Dengan demikian, not lagu Do
mungkin tidak lagi merujuk pada doe. Ketika tujuan menciptakan lirik
yang sederhana dan mudah dipahami tercapai, tetapi akan
disayangkan saat ditemukan kejanggalan dalam lagu tersebut saat
note lagu do hingga ti dinyanyikan dalam bahasa berbeda, oleh
masyarakat dengan budaya yang berbeda.Perhatikan contoh di
bawah ini:
Do
Bhs. Inggris
doe
Bhs.
Jepang
doonatsu
Bhs. Korea
tomato
Dalam tabel di atas, agar dapat dipahami oleh anak-anak
berbahasa inggris, not lagu do [doʊ] kemudian dirujukkan pada kata
doe [doʊ] yang ternyata dalam hal ini memiliki kesamaan bunyi. Doe
memiliki arti kijang betina. Dalam bahasa Jepang, kijang betina tidak
lagi disebut doe begitu pula dengan bahasa Korea, sehinggga dalam
lagu ini not lagu do yang dalam bahasa inggris doe kemudian
berubah menjadi doonatsu dalam lirik versi Jepang dan tomato
dalam versi korea. Dalam bahasa inggris, doonatsu memiliki arti
donut atau doughnut dalam bahasa Inggris yang artinya kue bundar
kecil yang digoreng dalam minyak panas dan kadang berlubang di
tengahnya. Sementara itu, dalam lirik versi korea, not lagu do
dirujukkan pada kata tomato. Disini doe jauh berbeda dengan to
pada kata tomato. Ternyata fonem d dalam tulisan Hangeul korea
sama dengan t, sehingga do oleh masyarakat korea dapat
diucapkan to. Baik doonatsu dan tomato dalam bahasa sasaran
(BSa) sangat berbeda ketika diperbandingkan dengan doe yang
artinya kijang betina dalam bahasa Inggris yang dalam hal ini
sebagai bahasa sumber (BSu).
Terjemah membantu manusia memahami budaya lain serta
membantu manusia dalam berkomunikasi satu sama lain (Yuwono
2013:14). Terjemah diharapkan mampu mencerahkan peradaban
dan memberi inspirasi manusia sebagai pelaku peradaban untuk
membentuk kehidupan yang lebih baik. Perubahan pada pemberian
rujukan not lagu di atas masih merupakan hal yang lumrah karena
Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
299
tujuan pengenalan / pengajaran not lagu masih sama, dan
pemberian rujukannyalah yang disesuaikan dengan konteks dalam
bahasa sasaran.
Dalam paper ini, obyek yang menjadi kajian penulis adalah
lagu anak-anak The Sound of Music: Do-Re-Mi yang dinyanyikan
oleh pemeran Maria dalam drama musikal The Sound of Music pada
1959. Lagu tersebut kemudian menjadi popular dan dinyanyikan oleh
berbagai kalangan masyarakat dunia.Dalam bahasa Jepang, lagu ini
diberi judul Do Re Mi No Uta.Sementara itu, dalam bahasa Perancis
lagu ini berjudul La Mélodie du Bonheur.Dalam bahasa Korea, lagu
ini cukup disebut Do Re Mi Korean Song. Sementara itu, sebuah
masyarakat dengan budaya tertentu belum tentu memiliki kesamaan
bahasa lisan dengan struktur bahasa maupun dialek dengan
masyarakat lainnya.
Dalam paper ini, karena melibatkan analisis ke-khas-an
pada bahasa dengan penuturnya maka analisa not lagu do-re-mi
akan dikaji dengan teori relativisme structural Amerika.Selanjutnya,
karena kajian ini kemudian menganalisa bahasa itu sendiri maka
metode yang dipakai adalah metode distribusional.Selain itu, untuk
mengetahui perbedaan perujukan dalam penyebutan not lagu maka
perlu diketahui konteks sosial dari masyarakat itu sehingga nantinya
pendekatan sosiolinguistik juga diperlukan dalam analisis kali ini.
B. SEKILAS MENGENAI LAGU THE SOUND OF MUSIC:DO-REMI
Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi pertama kali diperdengarkan
dalam sebuah drama musikal The Sound of Music pada 1959. Lagu
ini ditulis oleh Oscar Hammerstein II dan diaransemen oleh Richard
Rogers.Lagu
ini
dinyanyikan
oleh
tokoh
Maria
ketika
memperkenalkan not lagu pada anak-anak Kapten Von Trapp yang
belajar menyanyi untuk pertama kalinya. Berikut lirik lagu The Sound
of Music: Do Re Mi yang dinyanyikan Maria:
Do, a deer, a female deer
Re, a drop of golden sun
Mi, a name I call myself
Fa, a long long way to run
So, a needle pulling thread
La, a note to follow so
Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS)
300

Ti, a tea with jam and bread
That will bring us back to do
Selanjutnya, lagu ini menjadi populer di berbagai kalangan
masyarakat dunia.Lagu ini dinyanyikan ke dalam berbagai versi
bahasa di dunia, seperti bahasa perancis, bahasa Jepang, Korea,
dsb.
Berikut merupakan versi bahasa Jepang dari The Sound of
Music:Do Re Mi yang kemudian berjudul Do Re Mi No Uta:
Do wa doonatsu no do
Re wa remon no re
Mi wa minna no mi
Fa wa faito no fa
So wa aoi sora
Ra wa rappa no ra
Si wa shiawase yo
Saa utaimashou
Sementara itu, berikut lagu The Sound of Music:Do Re Mi
versi Korea:
Do neun matjoheun tomato
Re neun saekemhan remon
Mi neun jjol git jjol gis in jeol mi
Hwa ryeo han geum su gang san
Sol sorbu neun bom baram
Ra ra jeul geo un no rae
Si neun jol jor si naet mul
Jeul geop ge no rae haja
C. SEKILAS MENGENAI WORD ORDER DAN ALFABET KOREA
Berikut ini pengklasifikasian universal word order berdasarkan
penemuan Greenberg (Ubaidillah 2012:91):
1. Predikat + Subyek + Obyek (PSO)
2. Subyek + Predikat + Obyek (SPO)
3. Subyek + Obyek + Predikat (SOP)
Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
301
Struktur word order dalam bahasa Inggris adalah SPO yaitu
subyek + predikat + obyek. Sebagai contoh:
She
Subyek
sings
predikat
a song
obyek
Det. art
nomina
Berbeda dengan bahasa Inggris, struktur word order dalam
bahasa Jepang dan korea adalah SOP yaitu subyek + obyek +
predikat. Sebagai contoh:
Jeo neun
n
ps
Subyek
Sagwa reul
n
Ps
Obyek
mogeoyo
v
predikat
Watashi wa
n
ps
subyek
chokoreeto
n
Ps
Obyek
taberu
v
predikat
Baik bahasa Jepang maupun Korea memiliki post posisi
dalam subyek maupun obyeknya. Bahasa Korea memiliki postposisi
–eun dan –neun pada subyek serta postposisi –eul/-reul pada obyek.
Begitu pula dengan bahasa Korea, bahasa Jepang memiliki
postposisi wa pada subyek dan o pada obyek. Untuk predikat pada
bahasa Korea, predikat dasarnya akan memerlukan penambahanpenambahan tertentu sebagai penanda tenses.
Berikut ini adalah tabel alfabetis korea. Karena alphabet
Jepang memiliki kemiripan dengan alphabet korea maka berikut ini
hanya dicantumkan alphabet korea.
Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS)
302

E. LANDASAN TEORI
Paper ini mengkaji mengenai relativisme vokal do re mi fa sol la si
dalam Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, serta Bahasa Korea. Oleh
karena itu teori linguistik yang digunakan adalah teori linguistik
strukturalisme Amerika yang dikemukakan oleh Franz Boas. Teori
linguistik struktural Amerika sendiri seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya merupakan teori yang memandang bahwa masingmasing bahasa memiliki kekhasan yang di dalamnya tidak ada tolok
ukur mengenai mana bahasa yang benar ataupun salah (Ubaidillah
2012: 52). Aliran yang dipelopori oleh Franz Boaz dan
dikembangkan oleh Bloomfield ini, selain disebut dengan aliran
linguistik struktural, ia juga memiliki beberapa sebutan lain, seperti
aliran deskriptif, aliran behavioris/mekanis, dan aliran distribusional.
Untuk mengetahui relativisme dari data yang telah penulis temukan,
penulis menggunakan teori linguistic structural Amerika.Relativitas
Bahasa berpendapat bahwa bahasa tertentu pada suatu masyarakat
akan menghasilkan pola pikir dan budaya tertentu pada masyarakat
itu. Bahasa memainkan peranan penting sebagai media berekspresi
dari suatu komunitas bangsa (Sampson 1980:82).
Menurut Boaz, bahasa sebagai manifestasi terpenting dari
kehidupan mental penuturnya mencerminkan pikiran atau psikologi
penuturnya. Dalam sebuah lingkungan sosial dengan budaya
tertentu, bahasa tercermin dalam pengorganisasian dan
pengkategorian ranah kehidupan tertentu masyarakat itu. Sebagai
Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
303
contoh, dalam kehidupan suku eskimo, terdapat banyak kosakata
mengenai salju, sementara bagi masyarakat Indonesia mungkin
hanya ada satu kata yang merepresentasikan salju. Kita dapat
melihat dari konteks kebudayaan masyarakatnya.Suku Eskimo hidup
di lingkungan bersalju, sementara Negara Indonesia yang notabene
merupakan negara tropis belum tentu menjumpai salju di lingkungan
tinggal mereka.Dari berbagai kosa kata bahasa ini, kita tidak dapat
menyalahkan mana bahasa yang paling benar ataupun salah karena
setiap bahasa memiliki kekhasan dengan latar belakang budaya
yang melingkupinya.
Terjemah dapat diartikan sebagai proses maupun produk
(Hatim & Munday via Arif Budiaman 2012: 3). Penerjemahan
merupakan proses pentrasferan makna dari bahasa sumber ke
bahasa sasaran sementara terjemah sebagai produk adalah bentuk
konkrit dari teks hasil terjemah. Menurut Nida pesan yang
diterjemahkan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran harus
memiliki kriteria yang paling dekat, sepadan, dan wajar baik itu
dalam hal makna maupun gaya.
Newmark membagi penerjemahan ke dalam empat jenis:
Bahasa
sumber
Bebas
Bahasa target
Adaptasi
Idomatik
kontekstual
Literal
Harfiah
Semantik
Kata per kata
Vinay dan Darbelnet (dikutip dari Munday, 2001:
58)menyatakan bahwa equivalence merujuk pada kasus
dimanabahasa mendeskripsikan situasi yang sama dengan
perbedaan styleatauperbedaan struktural. Sementara itu,
Catford (dikutip dari Hatim dan Munday,2004: 40) manyatakan
bahwa menuliskan suatu teks kedalambahasa lain bisa sama
melalui beberapa elemen yang berbeda(seluruhnya atau
hanya sebagian sama), dalam tataran level yangberbeda
(persamaan konteks, semantik, gramatikal, leksikal, dsb).
Baker (1998: 77) menyatakan bahwa penggunaan gagasan
Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS)
304

ekuivalensi digunakan para penerjemah untuk alasan
kenyamanan dibandingkan dengan alasan mengikuti struktur
yang ada.
F. ANALISIS DATA
Data 1:
Bhs. Inggris
doe
Do
Bhs.
Jepang
doonatsu
Bhs. Korea
tomato
Dalam tabel di atas, agar dapat dipahami oleh anak-anak
berbahasa inggris, not lagu do [doʊ] kemudian dirujukkan pada kata
doe [doʊ] yang ternyata dalam hal ini memiliki kesamaan bunyi. Doe
memiliki arti kijang betina. Dalam bahasa Jepang, kijang betina tidak
lagi disebut doe begitu namun mesu no shika begitupula dengan
bahasa Korea, sehinggga dalam lagu ini not lagu do yang dalam
bahasa inggris doe kemudian berubah menjadi doonatsu dalam lirik
versi Jepang dan tomato dalam versi korea. Dalam bahasa inggris,
doonatsu memiliki arti donut atau doughnut dalam bahasa Inggris
yang artinya kue bundar kecil yang digoreng dalam minyak panas
dan kadang berlubang di tengahnya. Sementara itu, dalam lirik versi
korea, not lagu do dirujukkan pada kata tomato. Disini doe jauh
berbeda dengan to pada kata tomato. Ternyata fonem d dalam
tulisan hangeulkorea sama dengan t, sehingga do oleh masyarakat
korea dapat diucapkan to. Baik doonatsu dan tomato dalam bahasa
sasaran (BSa) sangat berbeda ketika diperbandingkan dengan doe
yang artinya kijang betina dalam bahasa Inggris yang dalam hal ini
sebagai bahasa sumber (BSu).
Data 2:
Bhs. Inggris
ray
Re
Bhs.
Jepang
remon
Bhs. Korea
remon
Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
305
Dari data di atas, not lagu re dalam lagu versi bahasa inggris
merujuk pada kata ray yaitu sinar matahari. Dalam bahasa Inggris
ray memang memiliki sifat homofonik dengan re. Namun, ketika
kemudian memasuki proses penerjemahan, notasi re yang merujuk
pada kata a drop of golden sun tidak bisa diterjemahkan secara word
by word karena di jepang maupun korea, penyebutan untuk sinar
matahari bukanlah ray [rei]. Karena notasi re universal dengan
semua bahasa maka orang Jepang maupun Korea merujuk notasi re
dengan kata remon, yang seharusnya adalah lemon. Seperti yang
kita tahu, pengucapan untuk bunyi [r] oleh orang korea maupun
jepang hampir mirip dengan [l] saat didengar. Karena itulah notasi re
kemudian dirujuk ke dalam kata remon.
Data 3:
Bhs. Inggris
Me
Mi
Bhs.
Jepang
Minna
Bhs. Korea
injeolmi
Dari data di atas, notasi lagu mi dalam lagu versi bahasa
inggris memiliki sifat homofon dengan kata me [mi:] yaitu pronoun
untuk menyebut diri sendiri. Sementara itu, dalam lagu versi Jepang,
notasi mi diwakilkan melalui suku kata pertama dari kata minna yang
artinya everyone. Berbeda lagi dengan bahasa korea, notasi mi
diwakilkan ke dalam suku kata akhir pada kata injeolmi yang artinya
adalah kue beras. Ketiga perwakilan kata ini tidak memiliki hubungan
apapun.Meski demikian, kata-kata tersebut tetap mampu mewakili
notasi mi.
Data 4:
Bhs. Inggris
Far
Fa
Bhs.
Jepang
Faito
Bhs. Korea
hwa
Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS)
306

Memasuki analisis notasi keempat, yaitu notasi lagu fa.Pada
versi bahasa inggris, not fa masih memiliki kesamaan bunyi dengan
kata far yang berarti jauh.Selanjutnya, dalam bahasa jepang, kata
faito dimunculkan dalam not fa.Kata faito merupakan kata serapan
dari bahasa inggris yaitu fight.Karena dalam alphabet jepang huruf
ght tidak dapat dimatikan, maka kata terakhir dari fight yaitu t yang
juga mendapat postposisi o tetap hidup kemudian dibaca faito.Dalam
bahasa jepang huruf yang mati hanya n seperti pada kata minna.
Sementara itu, dalam lagu versi korea ditemukan kata hwa yang
artinya sinar. Not fa-nya pun diucapkan dengan hwa. Hal ini
dikarenakan dalam alphabet korea tidak ada konsonan f seperti
halnya Inggris ataupun Indonesia. Karena itu, vokal fa kemudian
disesuaikan dengan pengucapan hwa untuk orang korea. Meski
demikian, ada pula yang mengucapkan vokal p untuk f pada
sebagian orang korea.
Data 5:
So
Bhs. Inggris
sew
Bhs.
Jepang
sora
Bhs. Korea
sorbu
Pada not lagu so/sol, pada BSu yaitu lagu inggris, not so/sol
direpresentasikan oleh kata sew yaitu a needle pulling thread, jarum
untuk menarik benang. Sementara pada BSa yaitu bahasa Jepang
dan Korea, not so direpresentasikan oleh kata sora pada noun
phrase aoi sora yang artinya langit biru dan sorbu pada kalimat
sorbuneun bom baram yang artinya bunga sorbu yang tertiup di
musim semi.
Data 6:
Bhs. Inggris
la
La
Bhs.
Jepang
rappa
Bhs. Korea
norae
Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
307
Pada analisis not ke 6 yaitu la, dalam versi bahasa Inggris
tidak ada kata yang merepresentasikan bunyi la. Dalam lagu
tersebut hanya dijelaskan bahwa la adalah not yang mengikuti sol.
Artinya, la adalah not berikutnya setelah not so/sol. Sementara itu,
dalam bahasa Jepang terdapat kata yang merepresentasikan not la
yaitu rappa yang artinya alat musik sejenis terompet.
Data 7:
Bhs. Inggris
tea
Ti
Bhs.
Jepang
shiawase
Bhs. Korea
sinaetmul
Dari analisis di atas, not ti / si dalam lagu versi bahasa
Inggris direpresentasikan dengan kata tea [ti:]. Dalam hal ini not ti
memiliki kesamaan bunyi dengan kata tea yan berarti teh.Sementara
itu, dalam lagu versi jepang, not si tidak lagi direpresentasikan
dengan kata tea melainkan shiawase yang artinya kebahagiaan. Hal
ini berbeda lagi dengan bahasa korea, kata yang digunakan adalah
sinaetmul yang artinya air sungai.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data di atas disimpulkan bahwa agar tidak
mengurangi tersampainya pesan maupun keindahan estetika dari
sebuah lagu maka ketika sebuah lirik diterjemahkan ke bahasa lain
maka penerjemah harus mampu menguasai model penerjemahan
untuk menyesuaikan dengan konteks budaya dalam bahasa target.
Dari analisa di atas juga ditemukan beberapa faktor yang
mempengaruhi adanya perubahan representasi not dalam bahasa
target diantaranya gaya bahasa, struktur bahasa dan kebiasaan
masyarakat dalam penggunaan bahasa tersebut. Di sini penulis
memfokuskan pada analisa relativitas vokal not lagu yang hasilnya
terdapat cukup banyak perubahan vokal maupun kata yang terjadi
dalam penerjemahan dari bahasa sumber kedalam bahasa target.
Perubahan-perubahan
tersebut
dimaksudkan
agar
dalam
penerjemahan antara bahasa sumber dan bahasa target dapat
Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS)
308

sepadan dan pesan yang dimaksud oleh bahasa sumber dapat
tersampaikan dalam bahasa target dengan baik dan benar.
H. DAFTAR PUSTAKA
Gripsrud, Jostein. 2002. Understanding Media Culture. London:
Oxford University Press.
Alwasilah, A. Chaedar. 1992. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori
Linguistik. Bandung: Angkasa.
Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London:
OxfordUniversityPress.
Hatim, B and Munday, J. 2004. Translation: An Advance Resource
Book.Londonand New York: Routledge.
Budiman, Arif. 2012. Handout of Translation Theory. Yogyakarta:
English Department State Islamic University Sunan Kalijaga.
Hornby, A. S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford:
Oxford University Press.
http://www.kawa.net/works/ajax/romanize/hangul-e.html.
pada 19 Desember 2013.
diakses
http://www.youtube.com/watch?v=TdlxD-090n0.
http://www.youtube.com/watch?v=ay5wFdWzmWU.
Ministry of Culture, Sports, and Tourism. 2009. Korea for Kids.
Seoul: Korean Culture and Information Service.
Sampson, Geoffrey. 1980. Schools of Linguistics. Great Britain:
Hutchinson
Ubaidillah. 2013. Diktat Mata Kuliah Teori Linguistik. Yogyakarta:
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga.
Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308
Download