Linguistika Akademia Vol.3, No.2, 2014, pp. 296~308 ISSN: 2089-3884 RELATIVISME BAHASA DALAM LAGU THE SOUND OF MUSIC: DO-RE-MI Yuniati Lutfi Mar’atun S e-mail: [email protected] ABSTRACT Besides used to entertain and playing medium, children's songs were createdas a medium of learning too. That’s why, the word which used in its lyricshave to be easy to understand. When a children's song were translated into various languagesand later became a popular, we can’t ignored the original purpose when creating the song (as medium of learning). This paper aims to describe the change’s processofthe song which at first islearnt only in particularcultural society and then became a popular song among different cultural communities. The method used in this analysis is the method of distributional analysis because the analysis is the language itself. Besides, sociolinguistic approach also used in this paper because it examines the causes of differences from the vocal of song. The analysis showed that there are many differences in phoneme, word represents, and the meaning of the song The Sound of Music: do re mi when was sung by different cultural communities. Key words: relativity, song, translation. ABSTRAK Lagu anak-anak diciptakan tidak hanya sebagai media bermain anak tetapi juga sebagai media belajar. Oleh sebab itu bahasa yang dipakai di dalamnya pun juga harus mudah dipahami. Ketika sebuah lagu anak-anak diterjemahkan ke berbagai bahasa dan kemudian menjadi sebuah budaya populer maka pengalihbahasaannya pun juga tidak boleh menghiraukan tujuan awal penciptaan sebuah lagu yaitu media belajar. Paper ini bertujuan mendeskripsikan proses perubahan sebuah lagu yang awalnya hanya ada dalam satu masyarakat berkebudayaan tertentu menjadi lagu populer di antara berbagai masyarakat beda budaya. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode distribusional karena analisanya adalah pada bahasa itu sendiri dan pendekatan sosiolinguistik karena paper ini juga mengkaji penyebab perbedaan vokal not lagu yang dikaji. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat banyak perbedaan fonem, kata yang merepresentasikan, dan arti pada lagu The Sound of Music: do re miketika dinyanyikan oleh masyarakat beda budaya. Kata kunci: relativitas, lagu, terjemah Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 297 A. PENDAHULUAN Lagu merupakan salah satu seni dari bahasa lisan.Lagu anak-anak merupakan salah satu jenis dari sekian banyak jenis lagu.Sebuah lagu anak-anak tidak hanya diperdengarkan sebagai media hiburan atau bermain, namun juga sebagai media belajar anak.Agar sebuah lagu yang diperuntukkan untuk anak-anak nantinya mudah dipelajari oleh anak, lagu yang dibuat pun diciptakan sesuai dengan kriteria anak-anak, misalnya dengan menciptakan lirik yang sederhana, irama yang riang seperti halnya anak, dsb.Saat ini, lagu anak-anak merupakan sesuatu yang umum dalam kehidupan masyarakat dunia sehingga tidak heran apabila suatu saat kita diperdengarkan sebuah lagu anak-anak dengan bahasa yang berbeda namun setelah dicermati ternyata memiliki irama yang sama. Masyarakat dengan latar belakang sosial yang berbeda-beda saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain meskipun mereka masih memiliki “hukum sendiri” (Gripsrud 2002:66). Seperti yang telah dijelaskan di atas, sebuah lagu yang salah satu fungsinya sebagai media edukasi, harus diciptakan dengan mengikuti kriteria anak yang salah satunya adalah dengan menciptakan lirik yang sederhana dan mudah dipahami. Berikut penjelasannya: Not Do Re Mi Fa Sol/so La Ti Lirik Do, a deer, a female deer Re, a drop of golden sun Mi, a name I call myself Fa, a long long way to run So, a needle pulling thread La, a note to follow so A drink with jam and bread note Do merujuk pada doe note Re merujuk pada ray note Mi merujuk pada me note Fa merujuk pada far note So merujuk pada sew note la tidak merujuk pd apapun note ti merujuk pada tea Dalam tabel di atas, agar anak-anak mudah memahami dan menghafal not lagu, maka dicarilah kata yang memiliki kesamaan bunyi dengan not do yaitu doe, sebutan untuk kijang betina di Inggris. Hal ini akan menyebabkan sebuah permasalahan karena di Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS) 298 lingkungan masyarakat dengan budaya yang berbeda, sebutan untuk kijang betina belum tentu doe. Dengan demikian, not lagu Do mungkin tidak lagi merujuk pada doe. Ketika tujuan menciptakan lirik yang sederhana dan mudah dipahami tercapai, tetapi akan disayangkan saat ditemukan kejanggalan dalam lagu tersebut saat note lagu do hingga ti dinyanyikan dalam bahasa berbeda, oleh masyarakat dengan budaya yang berbeda.Perhatikan contoh di bawah ini: Do Bhs. Inggris doe Bhs. Jepang doonatsu Bhs. Korea tomato Dalam tabel di atas, agar dapat dipahami oleh anak-anak berbahasa inggris, not lagu do [doʊ] kemudian dirujukkan pada kata doe [doʊ] yang ternyata dalam hal ini memiliki kesamaan bunyi. Doe memiliki arti kijang betina. Dalam bahasa Jepang, kijang betina tidak lagi disebut doe begitu pula dengan bahasa Korea, sehinggga dalam lagu ini not lagu do yang dalam bahasa inggris doe kemudian berubah menjadi doonatsu dalam lirik versi Jepang dan tomato dalam versi korea. Dalam bahasa inggris, doonatsu memiliki arti donut atau doughnut dalam bahasa Inggris yang artinya kue bundar kecil yang digoreng dalam minyak panas dan kadang berlubang di tengahnya. Sementara itu, dalam lirik versi korea, not lagu do dirujukkan pada kata tomato. Disini doe jauh berbeda dengan to pada kata tomato. Ternyata fonem d dalam tulisan Hangeul korea sama dengan t, sehingga do oleh masyarakat korea dapat diucapkan to. Baik doonatsu dan tomato dalam bahasa sasaran (BSa) sangat berbeda ketika diperbandingkan dengan doe yang artinya kijang betina dalam bahasa Inggris yang dalam hal ini sebagai bahasa sumber (BSu). Terjemah membantu manusia memahami budaya lain serta membantu manusia dalam berkomunikasi satu sama lain (Yuwono 2013:14). Terjemah diharapkan mampu mencerahkan peradaban dan memberi inspirasi manusia sebagai pelaku peradaban untuk membentuk kehidupan yang lebih baik. Perubahan pada pemberian rujukan not lagu di atas masih merupakan hal yang lumrah karena Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308 Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 299 tujuan pengenalan / pengajaran not lagu masih sama, dan pemberian rujukannyalah yang disesuaikan dengan konteks dalam bahasa sasaran. Dalam paper ini, obyek yang menjadi kajian penulis adalah lagu anak-anak The Sound of Music: Do-Re-Mi yang dinyanyikan oleh pemeran Maria dalam drama musikal The Sound of Music pada 1959. Lagu tersebut kemudian menjadi popular dan dinyanyikan oleh berbagai kalangan masyarakat dunia.Dalam bahasa Jepang, lagu ini diberi judul Do Re Mi No Uta.Sementara itu, dalam bahasa Perancis lagu ini berjudul La Mélodie du Bonheur.Dalam bahasa Korea, lagu ini cukup disebut Do Re Mi Korean Song. Sementara itu, sebuah masyarakat dengan budaya tertentu belum tentu memiliki kesamaan bahasa lisan dengan struktur bahasa maupun dialek dengan masyarakat lainnya. Dalam paper ini, karena melibatkan analisis ke-khas-an pada bahasa dengan penuturnya maka analisa not lagu do-re-mi akan dikaji dengan teori relativisme structural Amerika.Selanjutnya, karena kajian ini kemudian menganalisa bahasa itu sendiri maka metode yang dipakai adalah metode distribusional.Selain itu, untuk mengetahui perbedaan perujukan dalam penyebutan not lagu maka perlu diketahui konteks sosial dari masyarakat itu sehingga nantinya pendekatan sosiolinguistik juga diperlukan dalam analisis kali ini. B. SEKILAS MENGENAI LAGU THE SOUND OF MUSIC:DO-REMI Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi pertama kali diperdengarkan dalam sebuah drama musikal The Sound of Music pada 1959. Lagu ini ditulis oleh Oscar Hammerstein II dan diaransemen oleh Richard Rogers.Lagu ini dinyanyikan oleh tokoh Maria ketika memperkenalkan not lagu pada anak-anak Kapten Von Trapp yang belajar menyanyi untuk pertama kalinya. Berikut lirik lagu The Sound of Music: Do Re Mi yang dinyanyikan Maria: Do, a deer, a female deer Re, a drop of golden sun Mi, a name I call myself Fa, a long long way to run So, a needle pulling thread La, a note to follow so Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS) 300 Ti, a tea with jam and bread That will bring us back to do Selanjutnya, lagu ini menjadi populer di berbagai kalangan masyarakat dunia.Lagu ini dinyanyikan ke dalam berbagai versi bahasa di dunia, seperti bahasa perancis, bahasa Jepang, Korea, dsb. Berikut merupakan versi bahasa Jepang dari The Sound of Music:Do Re Mi yang kemudian berjudul Do Re Mi No Uta: Do wa doonatsu no do Re wa remon no re Mi wa minna no mi Fa wa faito no fa So wa aoi sora Ra wa rappa no ra Si wa shiawase yo Saa utaimashou Sementara itu, berikut lagu The Sound of Music:Do Re Mi versi Korea: Do neun matjoheun tomato Re neun saekemhan remon Mi neun jjol git jjol gis in jeol mi Hwa ryeo han geum su gang san Sol sorbu neun bom baram Ra ra jeul geo un no rae Si neun jol jor si naet mul Jeul geop ge no rae haja C. SEKILAS MENGENAI WORD ORDER DAN ALFABET KOREA Berikut ini pengklasifikasian universal word order berdasarkan penemuan Greenberg (Ubaidillah 2012:91): 1. Predikat + Subyek + Obyek (PSO) 2. Subyek + Predikat + Obyek (SPO) 3. Subyek + Obyek + Predikat (SOP) Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308 Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 301 Struktur word order dalam bahasa Inggris adalah SPO yaitu subyek + predikat + obyek. Sebagai contoh: She Subyek sings predikat a song obyek Det. art nomina Berbeda dengan bahasa Inggris, struktur word order dalam bahasa Jepang dan korea adalah SOP yaitu subyek + obyek + predikat. Sebagai contoh: Jeo neun n ps Subyek Sagwa reul n Ps Obyek mogeoyo v predikat Watashi wa n ps subyek chokoreeto n Ps Obyek taberu v predikat Baik bahasa Jepang maupun Korea memiliki post posisi dalam subyek maupun obyeknya. Bahasa Korea memiliki postposisi –eun dan –neun pada subyek serta postposisi –eul/-reul pada obyek. Begitu pula dengan bahasa Korea, bahasa Jepang memiliki postposisi wa pada subyek dan o pada obyek. Untuk predikat pada bahasa Korea, predikat dasarnya akan memerlukan penambahanpenambahan tertentu sebagai penanda tenses. Berikut ini adalah tabel alfabetis korea. Karena alphabet Jepang memiliki kemiripan dengan alphabet korea maka berikut ini hanya dicantumkan alphabet korea. Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS) 302 E. LANDASAN TEORI Paper ini mengkaji mengenai relativisme vokal do re mi fa sol la si dalam Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, serta Bahasa Korea. Oleh karena itu teori linguistik yang digunakan adalah teori linguistik strukturalisme Amerika yang dikemukakan oleh Franz Boas. Teori linguistik struktural Amerika sendiri seperti yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan teori yang memandang bahwa masingmasing bahasa memiliki kekhasan yang di dalamnya tidak ada tolok ukur mengenai mana bahasa yang benar ataupun salah (Ubaidillah 2012: 52). Aliran yang dipelopori oleh Franz Boaz dan dikembangkan oleh Bloomfield ini, selain disebut dengan aliran linguistik struktural, ia juga memiliki beberapa sebutan lain, seperti aliran deskriptif, aliran behavioris/mekanis, dan aliran distribusional. Untuk mengetahui relativisme dari data yang telah penulis temukan, penulis menggunakan teori linguistic structural Amerika.Relativitas Bahasa berpendapat bahwa bahasa tertentu pada suatu masyarakat akan menghasilkan pola pikir dan budaya tertentu pada masyarakat itu. Bahasa memainkan peranan penting sebagai media berekspresi dari suatu komunitas bangsa (Sampson 1980:82). Menurut Boaz, bahasa sebagai manifestasi terpenting dari kehidupan mental penuturnya mencerminkan pikiran atau psikologi penuturnya. Dalam sebuah lingkungan sosial dengan budaya tertentu, bahasa tercermin dalam pengorganisasian dan pengkategorian ranah kehidupan tertentu masyarakat itu. Sebagai Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308 Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 303 contoh, dalam kehidupan suku eskimo, terdapat banyak kosakata mengenai salju, sementara bagi masyarakat Indonesia mungkin hanya ada satu kata yang merepresentasikan salju. Kita dapat melihat dari konteks kebudayaan masyarakatnya.Suku Eskimo hidup di lingkungan bersalju, sementara Negara Indonesia yang notabene merupakan negara tropis belum tentu menjumpai salju di lingkungan tinggal mereka.Dari berbagai kosa kata bahasa ini, kita tidak dapat menyalahkan mana bahasa yang paling benar ataupun salah karena setiap bahasa memiliki kekhasan dengan latar belakang budaya yang melingkupinya. Terjemah dapat diartikan sebagai proses maupun produk (Hatim & Munday via Arif Budiaman 2012: 3). Penerjemahan merupakan proses pentrasferan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran sementara terjemah sebagai produk adalah bentuk konkrit dari teks hasil terjemah. Menurut Nida pesan yang diterjemahkan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran harus memiliki kriteria yang paling dekat, sepadan, dan wajar baik itu dalam hal makna maupun gaya. Newmark membagi penerjemahan ke dalam empat jenis: Bahasa sumber Bebas Bahasa target Adaptasi Idomatik kontekstual Literal Harfiah Semantik Kata per kata Vinay dan Darbelnet (dikutip dari Munday, 2001: 58)menyatakan bahwa equivalence merujuk pada kasus dimanabahasa mendeskripsikan situasi yang sama dengan perbedaan styleatauperbedaan struktural. Sementara itu, Catford (dikutip dari Hatim dan Munday,2004: 40) manyatakan bahwa menuliskan suatu teks kedalambahasa lain bisa sama melalui beberapa elemen yang berbeda(seluruhnya atau hanya sebagian sama), dalam tataran level yangberbeda (persamaan konteks, semantik, gramatikal, leksikal, dsb). Baker (1998: 77) menyatakan bahwa penggunaan gagasan Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS) 304 ekuivalensi digunakan para penerjemah untuk alasan kenyamanan dibandingkan dengan alasan mengikuti struktur yang ada. F. ANALISIS DATA Data 1: Bhs. Inggris doe Do Bhs. Jepang doonatsu Bhs. Korea tomato Dalam tabel di atas, agar dapat dipahami oleh anak-anak berbahasa inggris, not lagu do [doʊ] kemudian dirujukkan pada kata doe [doʊ] yang ternyata dalam hal ini memiliki kesamaan bunyi. Doe memiliki arti kijang betina. Dalam bahasa Jepang, kijang betina tidak lagi disebut doe begitu namun mesu no shika begitupula dengan bahasa Korea, sehinggga dalam lagu ini not lagu do yang dalam bahasa inggris doe kemudian berubah menjadi doonatsu dalam lirik versi Jepang dan tomato dalam versi korea. Dalam bahasa inggris, doonatsu memiliki arti donut atau doughnut dalam bahasa Inggris yang artinya kue bundar kecil yang digoreng dalam minyak panas dan kadang berlubang di tengahnya. Sementara itu, dalam lirik versi korea, not lagu do dirujukkan pada kata tomato. Disini doe jauh berbeda dengan to pada kata tomato. Ternyata fonem d dalam tulisan hangeulkorea sama dengan t, sehingga do oleh masyarakat korea dapat diucapkan to. Baik doonatsu dan tomato dalam bahasa sasaran (BSa) sangat berbeda ketika diperbandingkan dengan doe yang artinya kijang betina dalam bahasa Inggris yang dalam hal ini sebagai bahasa sumber (BSu). Data 2: Bhs. Inggris ray Re Bhs. Jepang remon Bhs. Korea remon Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308 Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 305 Dari data di atas, not lagu re dalam lagu versi bahasa inggris merujuk pada kata ray yaitu sinar matahari. Dalam bahasa Inggris ray memang memiliki sifat homofonik dengan re. Namun, ketika kemudian memasuki proses penerjemahan, notasi re yang merujuk pada kata a drop of golden sun tidak bisa diterjemahkan secara word by word karena di jepang maupun korea, penyebutan untuk sinar matahari bukanlah ray [rei]. Karena notasi re universal dengan semua bahasa maka orang Jepang maupun Korea merujuk notasi re dengan kata remon, yang seharusnya adalah lemon. Seperti yang kita tahu, pengucapan untuk bunyi [r] oleh orang korea maupun jepang hampir mirip dengan [l] saat didengar. Karena itulah notasi re kemudian dirujuk ke dalam kata remon. Data 3: Bhs. Inggris Me Mi Bhs. Jepang Minna Bhs. Korea injeolmi Dari data di atas, notasi lagu mi dalam lagu versi bahasa inggris memiliki sifat homofon dengan kata me [mi:] yaitu pronoun untuk menyebut diri sendiri. Sementara itu, dalam lagu versi Jepang, notasi mi diwakilkan melalui suku kata pertama dari kata minna yang artinya everyone. Berbeda lagi dengan bahasa korea, notasi mi diwakilkan ke dalam suku kata akhir pada kata injeolmi yang artinya adalah kue beras. Ketiga perwakilan kata ini tidak memiliki hubungan apapun.Meski demikian, kata-kata tersebut tetap mampu mewakili notasi mi. Data 4: Bhs. Inggris Far Fa Bhs. Jepang Faito Bhs. Korea hwa Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS) 306 Memasuki analisis notasi keempat, yaitu notasi lagu fa.Pada versi bahasa inggris, not fa masih memiliki kesamaan bunyi dengan kata far yang berarti jauh.Selanjutnya, dalam bahasa jepang, kata faito dimunculkan dalam not fa.Kata faito merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu fight.Karena dalam alphabet jepang huruf ght tidak dapat dimatikan, maka kata terakhir dari fight yaitu t yang juga mendapat postposisi o tetap hidup kemudian dibaca faito.Dalam bahasa jepang huruf yang mati hanya n seperti pada kata minna. Sementara itu, dalam lagu versi korea ditemukan kata hwa yang artinya sinar. Not fa-nya pun diucapkan dengan hwa. Hal ini dikarenakan dalam alphabet korea tidak ada konsonan f seperti halnya Inggris ataupun Indonesia. Karena itu, vokal fa kemudian disesuaikan dengan pengucapan hwa untuk orang korea. Meski demikian, ada pula yang mengucapkan vokal p untuk f pada sebagian orang korea. Data 5: So Bhs. Inggris sew Bhs. Jepang sora Bhs. Korea sorbu Pada not lagu so/sol, pada BSu yaitu lagu inggris, not so/sol direpresentasikan oleh kata sew yaitu a needle pulling thread, jarum untuk menarik benang. Sementara pada BSa yaitu bahasa Jepang dan Korea, not so direpresentasikan oleh kata sora pada noun phrase aoi sora yang artinya langit biru dan sorbu pada kalimat sorbuneun bom baram yang artinya bunga sorbu yang tertiup di musim semi. Data 6: Bhs. Inggris la La Bhs. Jepang rappa Bhs. Korea norae Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308 Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 307 Pada analisis not ke 6 yaitu la, dalam versi bahasa Inggris tidak ada kata yang merepresentasikan bunyi la. Dalam lagu tersebut hanya dijelaskan bahwa la adalah not yang mengikuti sol. Artinya, la adalah not berikutnya setelah not so/sol. Sementara itu, dalam bahasa Jepang terdapat kata yang merepresentasikan not la yaitu rappa yang artinya alat musik sejenis terompet. Data 7: Bhs. Inggris tea Ti Bhs. Jepang shiawase Bhs. Korea sinaetmul Dari analisis di atas, not ti / si dalam lagu versi bahasa Inggris direpresentasikan dengan kata tea [ti:]. Dalam hal ini not ti memiliki kesamaan bunyi dengan kata tea yan berarti teh.Sementara itu, dalam lagu versi jepang, not si tidak lagi direpresentasikan dengan kata tea melainkan shiawase yang artinya kebahagiaan. Hal ini berbeda lagi dengan bahasa korea, kata yang digunakan adalah sinaetmul yang artinya air sungai. G. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data di atas disimpulkan bahwa agar tidak mengurangi tersampainya pesan maupun keindahan estetika dari sebuah lagu maka ketika sebuah lirik diterjemahkan ke bahasa lain maka penerjemah harus mampu menguasai model penerjemahan untuk menyesuaikan dengan konteks budaya dalam bahasa target. Dari analisa di atas juga ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi adanya perubahan representasi not dalam bahasa target diantaranya gaya bahasa, struktur bahasa dan kebiasaan masyarakat dalam penggunaan bahasa tersebut. Di sini penulis memfokuskan pada analisa relativitas vokal not lagu yang hasilnya terdapat cukup banyak perubahan vokal maupun kata yang terjadi dalam penerjemahan dari bahasa sumber kedalam bahasa target. Perubahan-perubahan tersebut dimaksudkan agar dalam penerjemahan antara bahasa sumber dan bahasa target dapat Relativisme Bahasa dalam Lagu The Sound of Music: Do-Re-Mi (Yuniati LMS) 308 sepadan dan pesan yang dimaksud oleh bahasa sumber dapat tersampaikan dalam bahasa target dengan baik dan benar. H. DAFTAR PUSTAKA Gripsrud, Jostein. 2002. Understanding Media Culture. London: Oxford University Press. Alwasilah, A. Chaedar. 1992. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa. Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London: OxfordUniversityPress. Hatim, B and Munday, J. 2004. Translation: An Advance Resource Book.Londonand New York: Routledge. Budiman, Arif. 2012. Handout of Translation Theory. Yogyakarta: English Department State Islamic University Sunan Kalijaga. Hornby, A. S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford: Oxford University Press. http://www.kawa.net/works/ajax/romanize/hangul-e.html. pada 19 Desember 2013. diakses http://www.youtube.com/watch?v=TdlxD-090n0. http://www.youtube.com/watch?v=ay5wFdWzmWU. Ministry of Culture, Sports, and Tourism. 2009. Korea for Kids. Seoul: Korean Culture and Information Service. Sampson, Geoffrey. 1980. Schools of Linguistics. Great Britain: Hutchinson Ubaidillah. 2013. Diktat Mata Kuliah Teori Linguistik. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga. Linguistika Akademia Vol. 3, No. 2, 2014: 296 – 308