BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Konsep

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Konsep Perdagangan Internasional
Ekonomi perdagangan di awal peradaban manusia terlihat sangat
sederhana. Saat itu, setiap kegiatan perekonomian dilakukan secara barter.
Seiring dengan perkembangan teknologi, terbentuknya spesialisasi, dan
semakin banyaknya macam barang yang dibutuhkan manusia, menimbulkan
kondisi perdagangan semakin meluas. Hal ini menjadikan perdagangan
tidak hanya antar masyarakat disuatu daerah atau suatu negara, tapi meluas
pada perdagangan internasional (Murni, 2006 : 215).
Menurut Tambunan (2001 : 1), perdagangan internasional adalah
perdagangan antara atau lintas negara yang yang meliputi kegiatan ekspor
dan impor. Perdagangan internasional dibagi menjadi 2 kategori, yakni
perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan jasa antara
lain, terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel), asuransi, pembayaran
bunga.
Nopirin (2000 : 26) mengatakan perdagangan antar dua negara akan
timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan
permintaan tersebut disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah
pendapatan, kebudayaan, selera, dan sebagainya. Segi penawaran,
14
disebabkan oleh perbedaan faktor produksi baik kualitas, kuantitas maupun
dalam hal komposisi faktor-faktor produksi tersebut. Perbedaan faktor
produksi akan membedakan tingkat produktivitas tiap negara. Faktor harga
juga menentukan adanya perbedaan harga komparatif antar negara
menyebabkan timbulnya arus persaingan perdagangan internasional.
Secara umum, perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu ekspor dan impor. Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara ke negara lainnya. Impor adalah arus kebalikan
daripada ekspor, yaitu barang dari luar negeri yang masuk ke suatu negara
(Samuelson, dkk. 1997:481). Impor Indonesia dibedakan menjadi dua sektor
yaitu migas dan non migas.
2.1.2. Terjadinya Perdagangan Antar Negara
Dari sudut lain dapat pula dilihat bahwa perdagangan internasional itu
dapat dipergunakan untuk melihat apakah pemenuhan akan barang dan jasa
sudah terpenuhi atau tidak. Sebenarnya pemerintah mempunyai kewajiban
untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh penduduknya.
Namun tidak dapat dihindarkan bahwa negara tersebut belum bisa
memenuhi kebutuhan atau ada kemungkinan alat pemuas belum bisa
dihasilkan didalam negeri, sehingga harus didatangkan dari luar negeri.
Kondisi inilah yang melahirkan adanya transaksi oleh suatu negara ke
negara lain.
15
Negara sebenarnya tidak melakukan pertukaran atau perdagangan,
yang melakukannya adalah penduduk suatu negara dengan penduduk negara
lain. Penduduk ini bisa seorang warga biasa, bisa sebuah perusahaan ekspor,
bisa sebuah perusahaan impor, bisa sebuah perusahaan industri, bisa sebuah
perusahaan negara, dan bisa pula sebuah departemen pemerintahan
(Boediono, 2000 : 9). Seiring dengan berkembangnya kebutuhan dan
keterbatasan sumber daya serta teknologi yang dimiliki oleh masing-masing
Negara dalam menghasilkan barang dan jasa mendorong adanya hubungan
ekonomi atau hubungan dagang antarnegara.
2.1.3. Teori-teori Perdagangan Internasional
Menurut Boediono (2000 : 10), perdagangan merupakan suatu proses
tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing
pihak. Pertukaran yang terjadi karena pasaan, ancaman perang dan
sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud. Masingmasing harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi
pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian
menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak.
Boediono (2000 : 9) juga menjelaskan bahwa, negara sebetulnya tidak
berdagang dengan negara lain, tetapi yang melakukan perdagangan atau
pertukaran adalah penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain.
Penduduk ini bisa seorang warga biasa, bisa sebuah perusahaan ekspor, bisa
sebuah perusahaan impor, bisa sebuaah perusahaan industri, bisa sebuah
16
perusahaan negara, dan bisa pula sebuah departemen pemerintahan.
Perdagangan luar negeri hanyalah sebuah kependekan bagi kegiatan
pertukaran antar penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain.
Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang
antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara
yang lain, baik mengenai barang atupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi
yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa,
perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan
negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca
perdagangan (Sobri, 2001:2 dalam Yuliarmi, 2006).
Perdagangan internasional memungkinkan suatu negara untuk
mempelajari teknik produksi yang lebih modern dan cara-cara memimpin
perusahaan yang lebih modern. Yang lebih penting lagi perdagangan luar
negeri memungkinkan negara tersebut mengimpor mesin atau alat-alat yang
lebih modern untuk mewujudkan teknik produksi dan cara produksi yang
lebih baik. Keuntungan ini terutama akan dinikmati oleh negara-negara
berkembang. Sebab di negara-negara tersebut kegiatan ekonominya masih
menggunakan teknik produksi dan manajemen tradisional. Oleh karena
produktivitasnya masih sangat rendah dan produksinya terbatas. Dengan
mengimpor teknologi yang lebih modern negara tersebut dapat menaikan
tingkat produktivitasnya dan akan dapat mempercepat pertumbuhan
produksi nasional (Sukirno, 1994 : 34).
17
Teori-teori dalam perdagangan internasional dapat membantu
menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta
bagaimana pengaruh-pengaruh terhadap perekonomian suatu negara.
Beberapa teori yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan
internasional pada dasarnya adalah sebagai berikut:
a.
Teori Klasik
Menurut Adam Smith, suatu negara akan mengekspor barang
tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya
yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain, yaitu karena
memiliki
keunggulan
mutlak
dalam
produksi
brang
tersebut.
Keunggulan mutlak oleh Adam Smith merupakan kemampuan suatu
negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan
menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding dengan
kemampuan negara-negara lain (Deliarnov, 1995 : 1998).
Dalam hal kita menghadapi kasus dimana suatu negara memiliki
keunggulan mutlak dalam produksi semua barang, selalu apakah ini
berarti negara tersebut akan mengekspor semua barang dan jasa dan
sama negara tersebut sama sekali tidak mengimpor? Teori keunggulan
mutlak akan menjawab “ya”. Tetapi ekonomi klasik lainnya David
Ricardo mengatakan tidak. Dalam hal ini, Ricardo memiliki teori
keunggulan komparatif. Ricardo menyatakan bahwa suatu negara hanya
akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif
tinggi dan mengimpor barang yang memiliki keunggulan komparatif
18
rendah, yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah
dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memerlukan biaya
yang besar (Boediono, 2000 : 21).
b.
Teori Modern : Hecksher Ohlin
Perkembangan
teori
perdagangan
internasional
selanjutnya
dikembangkan oleh ahli ekonomi Swedia yaitu Eli Hecksher dan Berti
Ohlin, dimana kedua ahli ekonomi ini terkenal, dan teori Hecksher
Ohlin ini adalah teori faktor proporsi. Teori yang lebih modern yang
mengatakan bahwa terjadinya perdagangan internasional disebabkan
karena adanya perbedaan relatif faktor-faktor pemberian dan intensitas
penggunaan faktor produksi (Lindert, 2003 : 35). Hecksher Ohlin yang
menyatakan
bahwa
setiap
negara
akan
mengekspor
barang
diproduksinya menggunakan faktor produksi yang persediannya
melimpah dan murah serta menyimpan barang yang produksinya
menggunakan sektor produksi yang persediannya langka dan mahal
secara intensif.
2.1.4 Teori Impor
Secara umum dalam perdagangan internasional ada dua macam
kegiatan yaitu, ekspor dan impor. Impor adalah pembelian barang atau jasa
asing atau barang dan jasa yang masuk ke suatu Negara. Jika perusahaan
menjual produknya secara lokal, mereka dapat manfaat karena harga lebih
murah dan kualitas lebih tinggi dibandingkan pasokan dari dalam negeri.
19
Impor juga sangat dipengaruhi 2 faktor yakni, pajak dan kuota. Tingkat
impor dipengaruhi oleh hambatan peraturan perdagangan. Pemerintah
mengenakan tariff (pajak) pada produk impor. Pajak itu biasanya dibayar
langsung oleh importir, yang kemudian akan membebankan kepada
konsumen berupa harga lebih tinggi dari produknya. Demikianlah sebuah
produk mungkin berharga terlalu tinggi dibandingkan produk yang berasal
dari dalam negeri. Ketika pemerintah asing menerapkan tariff, kemampuan
perusahaan asing untuk bersaing di Negara-negara itu dibatasi.
Pemerintah juga dapat menerapkan kuota pada produk impor, yang
membatasi jumlah produk yang dapat diimpor. Jenis hambatan perdagangan
seperti ini bahkan lebih membatasi dibandingkan tarif, karena secara eskpilit
menetapkan batas jumlah yang dapat diimpor.
Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, dimana
makin besar impor dari satu sisi baik, karena berguna untuk menyediakan
kebutuhan akan barang dan jasa untuk kebutuhan penduduk suatu negara,
namun di sisi lain bisa mematikan produk dan jasa sejenis dalam negeri, dan
yang paling mendasar adalah dapat mengurangi pendapatan negara yang
bersangkutan.
Dalam melakukan kegiatan impor diperlukan suatu tata cara impor
agar kegiatan perdagangan internacional dapat berjalan dengan lancar. Tata
cara atau prosedur pelaksanaan impor adalah sebagai berikut.
20
Gambar 2.1 : Tata Cara atau Prosedur Pelaksanaan Impor
Supplier
Bank luar
3
Negeri
Seller
B
G
4
1
Luar negeri
Dalam negeri
5
Maskapai
Importer
6 8
pelayaran
C
2
Bank dalam
Buyer
10
A
Negeri
F
9
7
Pabean
Asuransi
D
E
Sumber : Hutabarat (1995-162)
Keterangan :
1) IMPORTIR menempatkan order (pesanan) kepada eksportir di luar
negeri (A-B).
2) IMPORTIR membuka LETTER OF CREDIT untuk dan atas nama
EKSPORTIR di luar negeri melalui bank di luar negeri (opening bank)
(A-F).
21
3) Bank menyelenggarakan pembukaan L/C untuk EKSPORTIR melalui
KORESPONDENNYA di negara eksportir (F-G).
4) SHIPPING DOCUMENTS diterima oleh bank di dalam negeri dari
korespondennya di luar negeri (G-F).
5) Bank di dalam negeri mengakseptir dan menghonorir WESEL yang
ditarik oleh eksportir dan yang dikirimkan dengan shipping documents
kepada importir (F-A).
6) Importir menyerahkan Bill of lading kepada maskapai pelayaran ( atau
agennya) yang menyangkut barang-barang itu untuk ditukarkan dengan
DO ( Delivery Order) ( A-C).
7) Importir menyelesaikan bea-bea masuk dengan PABEAN ( A-D).
8) Importir mengambil barang-barang dari maskapai pelayaran setelah
semua formalitas impor terpenuhi ( A-C).
9) Importir mengajukan claims ( ganti rugi) kepada eksportir/kepada
maskapai asuransi, dalam hal kedapatan kerusakan atau kekurangan (
A-E dan A-B).
10) Melunasi WESEL pada hari jatuh temponya, kalau hal itu belum
diselesaikan sebelumnya dengan baik (A-F)
22
Berdasarkan laporan indikator Indonesia komposisi impor menurut
golongan penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok,
yaitu:
1)
Impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang
belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi
tambahan permintaan yang belum mencukupi dan produksi dalam
negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga,
bahan bakar dan pelumas olahan, alat angkut bukan industri, barang
tahan lama serta barang tidak tahan lama.
2)
Impor bahan baku dan bahan penolong, yang meliputi makanan dan
minuman untuk industri, bahan bakar dan pelumas serta suku cadang
dan perlengkapan.
3)
Impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut,
mobil penumpang dan alat angkut untuk industry.
2.1.5 Teori produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output
(Sugiarto, 2002:202). Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang
digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang atau jasa yang
dihasilkan dari suatu proses produksi. Faktor-faktor produksi adalah bendabenda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat
23
digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa. Faktor-faktor
produksi dalam perekonomian dibedakan dalam empat jenis:
1)
Tanah dan sumber alam
Faktor produksi ini disediakan oleh alam meliputi tanah
berbagai barang tambang dan hasil hutan serta sumber alam yang
dapat dijadikan modal.
2)
Tenaga kerja
Faktor produksi tenaga kerja dikategorikan sebagai faktor
produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur
fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja.
3)
Modal
Yang dimaksud dengan modal adalah barang-barang atau
peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi.
1) Keahlian
Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan
yang digunakan seseorang dalam mengkoordinasikan faktorfaktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebaik
apapun faktor produksi alam, tenaga manusia, serta modal yang
dipergunakan dalam proses produksi, jika dikelola dengan tidak
baik, hasilnya tidak akan maksimal.
Dalam masyarakat Negara-negara berkembang, faktor-faktor
produksi yang tersedia relative terbatas jumlahnya. Kemampuan
untuk memproduksi barang dan jasa adalah jauh lebih rendah
24
daripada kebutuhan masyarakat tersebut. Di beberapa Negara
berkembang seperti Indonesia, hasil kelautan lebih kecil daripada
penduduknya. Maka dari itu diperlukan suatu perdagangan dalam
mencukupi kebutuhan tersebut.
2.1.6 Hubungan Produksi dengan Impor
Impor merupakan kebocoran dalam pendapatan nasional. Jumlah
impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilakan
barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Kalau kemampuan
produksi rendah, jumlah impor akan naik begitu juga sebaliknya (Deliarnov,
1995: 204). Dalam hal ini, hubungan antara produksi dengan impor
memiliki
hubungan
negativ.
Dimana
peningkatan
produksi
akan
mengurangi impor.
2.1.7 Teori Konsumsi
Konsumsi merupakan terjemahan dari bahasa inggris “consumption”
yang berarti perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barangbarang akhir perbelanjaan tersebut. Dalam analisis Makro Ekonomi,
pergantian konsumsi perlu dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah. Apabila suatu keluarga membeli peralatan
rumah seperti meja makan dan tempat tidur, maka pengeluaran ini
digolongkan sebagai
konsumsi rumah tangga. Dan apabila pemerintah
25
membeli kertas, alat-alat tulis dan peralatan kantor, pengeluaran seperti ini
digolongkan sebagai konsumsi pemerintas.
Konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan yang paling besar
kepada pendapatan nasional. Dibanyak negara, pengeluaran konsumsi
sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Konsumsi rumah tangga
mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam menentukan fluktuasi
kegiatan ekonomi. Dimana besar multiplier dalam perekonomian sangat
bergantung kepada kecondongan konsumsi marginal (MPC). Makin tinggi
MPC makin tinggi besar perubahan kegiatan ekonomi dan pendapatan
nasional yang akan berlaku sebagai akibat dari sejumlah perubahan dalam
pengeluaran atau pembelanjaan agregat.
Dalam perekonomian terbuka pengeluaran konsumsi terpecah menjadi
dua, yaitu pengeluaran konsumsi untuk barang-barang buatan dalam negeri
dan barang-barang buatan luar negeri (impor). Jelas disini bahwa sebagian
kenaikan konsumsi mengakibatkan kenaikan impor.
2.1.8 Hubungan Konsumsi dengan Impor
Peningkatan agregat (dari sisi konsumsi) di dalam negeri dapat
meningkatkan
impor
(Lindert,2003:315).
pengeluaran
nyata
melalui
peningkatan
pendapatan
Lindert
mengatakan
bahwa
secara
keseluruhan
atau
impor
nasional
mengikuti
penyerapan
dalam
perekonomian. Semakin banyak berbelanja barang dan jasa, maka terdapat
26
kecendrungan untuk berbelanja dari luar negeri ( barang impor 0. Dalam hal
ini antar komsumsi dan impor memiliki hubungan positif, dimana
peningkatan konsumsi akan diikuti dengan peningkatan impor.
2.1.9 Teori Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai
perkembangan ekonomi suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional ini
mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi suatu negara. Pada
umumnya perbandingan kondisi antar negara dapat dilihat dari pendapatan
nasionalnya sebagai gambaran, Bank Dunia menentukan apakah suatu
negara berada dalam kelompok negara maju atau berkembang melalui
pengelompokan besarnya PDB, dan PDB suatu negara sama dengan total
pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian (Herlambang dkk,
2001:16).
Pendapatan nasional merupakan nilai yang diterima oleh semua
lapisan masyarakat di negara yang bersangkutan selama kurun tahun waktu
tertentu (biasanya satu tahun) yang diperoleh sebagai balas jasa atas faktor
produksi yang disumbangkan atau dijual kepada perusahaan (Deliarnov,
1995:34). Menurut (Sukirno, 2004:34) pendapatan nasional adalah jumlah
dari pendapatan faktor – faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa dalam satu tahun tertentu. Adapun cara untuk
menghitung
besarnya
pendapatan
27
nasional
yang
diciptakan
oleh
perekonomian suatu negara dapat menggunakan tiga cara perhitungan,
yaitu.
1) Metode Produksi (Production approach)
Yaitu menghitung besarnya pendapatan nasional dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai produksi dari barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi dalam suatu negara berdasarkan
harga yang berlaku selama periode tertentu (satu tahun).
Sektor industri dapat diklasifikasikan menjadi 11 sektor industri,
yang biasanya terbagi menjadi 3 kelompok besar, antara lain :
1.
sektor primer
2.
sektor sekunder
3.
sektor tersier
Biasanya value added tiap sektor yi : Vas = Ops – Ips …………..……(1)
Sedangkan PDBnya diperoleh dengan :
PDB = VAsp + Vass + Vast ……………………………….…(2)
2) Metode Pendapatan (Income Approach)
Yaitu menghitung besarnya pendapatan nasional denga cara
menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh pemilik faktor
produksi yang telah dipergunakan dalam proses produksi pada suatu
negara selama periode tertentu (satu tahun).
PDB = sewa + upah + bunga + laba ………………………….(3)
28
Dimana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap
seperti timah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal dan
laba untuk pengusaha.
3) Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Yaitu menghitung besarnya pendapatan nasional dengan cara
menjumlahkan seluruh pengeluaran atas barang dan jasa yang diproduksi
dalam suatu negara selama periode tertentu (satu tahun). Pengeluaran
tersebut meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga, investasi
perusahaan, pengeluaran konsumsi/belanja pemerintah dan ekspor netto.
PDB = C + I + G + (X-M) ………………………………………...(4)
Keterangan :
C
I
G
(X-M)
= Konsumsi Rumah Tangga
= Investasi
= Pengeluaran Pemerintah (konsumsi/belanja pemerintah)
= Ekspor – Impor
Produk Domestik Bruto (gross domestic product, GDP) adalah total
nilai atau harga pasar (market prices) dari seluruh barang dan jasa akhir
(final goods and services) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian
selama kurun waktu tertentu (biasanya 1 tahun). Produk Domestik Bruto
merupakan salah satu ukuran atau indicator yang secara luas digunakan
untuk mengukur kinerja ekonomi (economic performance) atau kegiatan
makro ekonomi dari suatu negara (Nanga Muana, 2005 : 13).
Produk Domestik Bruto (PDB) diyakini sebagai indikator ekonomi
terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu negara. Perhitungan
pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi
29
suatu negara. Pada umunya perbandingan kondisi antar negara dapat
dilihat dari pendapatan nasionalnya. Sebagai gambaran, Bank dunia
menentukan apakah suatu negara berada dalam kelompok negara maju
atau berkembang melalui pengelompoka besarnya PDB dan PDB suatu
negara sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam
perekonomian (Herlambang, dkk. 2001:16).
Menurut Samuelson,dkk(1995:112), PDB adalah jumlah output total
yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB
mengukur nilai barang dan jasa yang di produksi di wilayah suatu negara
tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu.
Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatan
tidak di masukkan ke dalam PDB.
Sukirno (2001:33) mendefinisikan PDB sebagai nilai barang dan jasa
dalam suatu negara yang di produksi oleh faktor – faktor produksi milik
warga negara tersebut dan warga negara asing. Sedangkan Wijaya
(1997:13) menyatakan bahwa PDB adalah nilai uang berdasarkan harga
pasar dari semua barang – barang dan jasa – jasa yang di produksi oleh
suatu perekonomian dalam suatu periode waktu tertentu biasanya satu
tahun. Secara umum PDB dapat diartikan sebagai nilai akhir barang dan
jasa yang diproduksi di dalam suatu negara selama periode tertentu
(biasanya satu tahun).
Pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan dua harga yang
telah ditetapkan pasar yaitu sebagai berikut.
30
1) PDB harga berlaku
Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barangbarang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode
tertentu menurut atau berdasarkan harga yang berlaku pada periode
tersebut.
2) PDB harga konstan
Pendapatan nasional pada harga konstan adalah nilai barang –
barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara dalam periode tertentu,
berdasarkan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu yang
dipakai dasar untuk dipergunakan seterusnya dalam menilai barangbarang dan jasa yang dihasilkan pada periode tertentu atau tahun
berikutnya. Pendapatan nasional pada harga konstan sama dengan
Pendapatan Nasional Riil.
Pendapatan nasional pada harga konstan dapat diperoleh melalui
persamaan berikut.
PDB harga konstan =
PDB harga berlaku
x 100 ...............................(5)
Indeks harga
Indeks harga yang digunakan untuk mendefinisikan PDB harga
berlaku adalah Implicit Price Deflator.
Implicit Price Deflator =
PDB Harga berlaku
x 100……...……...(6)
PDB Harga konstan
31
2.1.10 Hubungan Produk Domestik Bruto dengan Impor
Realisasi impor juga ditentukan oleh kemampuan masyarakat suatu
negara untuk membeli barang-barang buatan luar negeri, yang berarti
besarnya impor tergantung dari tingkat pendapatan nasional negara tesebut.
Makin tinggi tingkat pendapatan, serta makin rendah kemampuan negara
dalam menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor makin tinggi dan
makin banyak terdapat “kebocoran” dalam pendapat nasional (Deliarnov,
1995:204 dalam Yuliarmi, 2006).
Dengan adanya impor yang dilakukan oleh masyarakat dalam suatu
Negara untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh luar negeri
dimana besar impor tergantung pada tingkat pendapatan komponen otonom
(Mo) yang fungsi eksplisitnya dapat ditulis sebagai berikut :
M = Mo + mY ………………………………………………………(7)
Keterangan:
M
= Jumlah Impor
Mo
= Jumlah m yang nilainya tidak ditentukan oleh pendapatan
m
= Kecenderungan untuk impor
Y
= Pendapatan Nasional
Dimana konstanta dengan nilai antara 0 dan 1 adalah marginal
propensity to import, atau bagian tetap dari pendapatan yang digunakan
untuk membeli produk-produk asing (Tambunan, 2001 : 8). Jadi, dalam hal
ini PDB berpengaruh positif terhadap nilai impor.
32
2.1.11 Teori kurs valuta asing
Valas atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan
sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yag digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional
atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank
Sentral atau bank Indonesia (Hady, 2004 : 240). Penetapan sistem kurs
valuta asing :
Berdasarkan perkembangan Sistem Moneter Internasional sejak
berlakunya Bretton Woods System pada tahun 1947, pada umumnya di
kenal tiga macam sistem penetapan kurs valas atau forex rate :
1)
Sistem kurs Tetap atau stabil ( Fixed Exchange Rate System )
Berdasarkan Articles of Agreement yang tentang IMF atau yang
dikenal dengan Bretton Woods System yang berlaku efektif sejak
tanggal 1 Maret 1947 hingga 15 Agustus 1971 ( Dekrit Nixon) telah
ditetapkan sistem moneter internasional dengan beberapa ketentuan
sebagai berikut :
2)
Floating Exchange Rate
Floating Exchange Rate adalah sistem kurs mengambang yag
ditetapkan melalui mekanisme kekuatan permintaan dan penawaran
pada bursa valas.
3)
Pegged Exchange Rate System
33
Sistem niali tukar ini ditetapkan dengan cara mengaitkan nilai mata
uang suatu negara dengan nilai tukar mata uang negara lain atau
sejumlah mata uang tertentu.
2.1.12 Hubungan Kurs Dollar Amerika Serikat dengan Impor
Hukum permintaan menjelaskan sifat perkara di antara permintaan
suatu barang dengan harganya, hukum permintaan pada hakekatnya
merupakan suatu hipotesa yang menyatakan bahwa semakin rendah harga
suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang yang diminta atas
barang tersebut, dan sebaliknya apabila semakin tinggi harga suatu barang
maka semakin sedikit jumlah barang yang di minta, dengan asumsi cateris
paribus (Sukirno, 2000 : 76). Harga yang dimaksud adalah kurs valuta
asing, sedangkan permintaan adalah jumlah impor dari negara yang
bersangkutan. Jadi, kurs Dollar memiliki hubungan yang negatif terhadap
impor.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya mengenai Impor dilakukan oleh I Ketut Andi
Wijaya dengan judul “Analisis Pengaruh Produk Domestik Bruto, Kurs
Dollar Amerika Serikat dan Jumlah Penduduk Terhadap Kebijakan Impor
Beras Indonesia Tahun 1987-2002”. Teknik analisis yag digunakan adalah
analisis regresi linier berganda dan analisis koefisien determinasi.
Hasil regresi menggunakan analisis t-test ternyata Produk Domestik
Bruto (PDB) dimana variabel lain dianggap konstan memberikan pengaruh
34
tidak nyata dan positif terhadap kebijakan impor beras Indonesia dengan
nilai t-hitung (0,641) < t-tabel (1,782). Kurs dollar Amerika Serikat bila
variabel lain di anggap konstan memberikan pengaruh nyata dan positif
terhadap kebijakan impor beras dengan nilai t-hitung (-1,013) < t-tabel (1,782).
Jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata dan positif terhadap
kebijakan impor beras dengan t-hitung (1,5) < t-tabel (1,782). Uji serempak
menunjukan PDB, kurs dollar Amerika Serikat, dan jumlah penduduk secara
serempak berpengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan impor beras
dengan F hitung (9,98) > F tabel (3,49). Selanjutnya koefisien determinasi
(R2 ) yang diperoleh sebesar 0,714 yang berarti 71,4 persen variasi
kebijakan impor beras dipengaruhi oleh varian PDB, kurs dollar Amerika
Serikat dan jumlah penduduk sedangkan 28,6 persen sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak
pada variabel terkait, dimana dalam penelitian sebelumnya menggunakan
kebijakan impor beras sedangkan pada penelitian ini menggunakan impor
gula. Perbadaan lainnya adalah pada variabel bebas dimana penelitian
sebelumnya menggunakan PDB dan jumlah penduduk sedangkan penelitian
ini menggunakan produksi, konsumsi, harga eceran gula, dan kurs dollar
Amerika Serikat sebagai variabel bebas. Persamaan penelitian ini denga
sebelumnya adalah sama-sama menggunakan impor sebagai variabel terikat
dan kurs dollar Amerika serikat sebagai variabel bebas dan persamaan
35
lainnya adalah pada teknik analisis datanya yaitu menggunakan teknik
regresi linier berganda ( uji t dan uji F) dan analisis koefisien regresi
determinasi.
Panca (2007), dengan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Jumlah Produksi, Tingkat Kebutuhan dan Harga Minyak Dunia Terhadap
Volume Impor BBM Indonesia Tahun 1995-2004” membahas mengenai
jumlah produksi, tingkat kebutuhan dan harga minyak dunia terhadap
volume impor BBM Indonesia. Persamaan regresinya:
Ln Y = -4,861 – 0,257 Ln X1 + 1,486 Ln X2 + 0,110 Ln X3
Dengan menggunakan teknik analisis statistic yaitu t test dan F test,
diperoleh hasil: pengaruh produksi terhadap volume impor BBM Indonesia
adalah tidak berpengaruh signifikan dengan t hitung (0,361) > t tabel (1,833). Pengujian terhadap tingkat kebutuhan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap volume impor BBM Indonesia dengan t hitung (3,409) >
t tabel (1,833). Pengujian terhadap harga minyak dunia tidak berpengaruh
signifikan terhadap volume impor BBM Indonesia dengan t hitung (-0,896)
> t tabel (-1,833). Uji F menunjukkan bahwa jumlah produksi, tingkat
kebutuhan dan harga minyak dunia berpengaruh serempak terhadap volume
impor BBM Indonesia tahun 1995-2004 dengan F hitung (17,710) > F tabel
(4,76). Selanjutnya kooefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar
0,899 yang artinya 89,9 persen variasi/perubahan volume impor BBM
Indonesia dipengaruhi oleh jumlah produksi, tingkat kebutuhan dan harga
36
minyak dunia, sedangkan sisanya 10,1 persen dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah samsama menggunakan variabel bebas produksi serta menggunakan teknik
analisis linier berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah pada variabel bebas lain yang digunakan,
dalam penelitian ini selain menggunakan variabel bebas produksi juga
menggunakan variabel bebas Produk Domestik Bruto (PDB) dan kurs dollar
Amerika Serikat. Sedangkan variabel bebas lain yang digunakan dalam
penelitian sebelumnya adalah tingkat kebutuhan dan harga. Perbedaan yang
lain antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel
terikat yang digunakan, dimana pada penelitian ini menggunakan variabel
terikat volume impor gula sedangkan pada penelitian sebelumnya
menggunakan variabel terikat volume impor BBM. Kurun waktu yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 1996-2010 sedangkan
penelitian sebelumnya menggunakan kurun waktu 1995-2004.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan pokok masalah dan kajian pustaka yang telah
diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan di uji pada
penelitian ini, yaitu.
37
1) Diduga, bahwa produksi, konsumsi, produk domestik bruto, dan kurs
dollar Amerika Serikat secara serempak berpengaruh signifikan
terhadap volume impor gula Indonesia tahun 1996-2010.
2) Diduga bahwa produksi dan kurs dollar Amerika Serikat secara
parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume impor
gula Indonesia tahun 1996-2010. Sedangkan konsumsi dan produk
domestik bruto secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume impor gula Indonesia tahun 1996-2010.
38
Download