BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.2.1
Tinjauan tentang Impor
Menurut Tambunan (2001:1), perdagangan internasional diartikan sebagai
perdagangan antar atau lintas negara yang meliputi kegiatan ekspor dan impor.
Perdagangan internasional dibagi menjadi dua kategori, yakni perdagangan barang
(fisik) dan perdagangan jasa antara lain terdiri dari biaya transportasi, perjalanan
(travel), asuransi dan fee atau royalty teknologi (lisensi). Perdagangan antar
negara akan timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran.
Perbedaan permintaan tersebut disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan,
jumlah pendapatan, selera, kebudayaan, dan sebagainya. Dari segi penawaran,
disebabkan oleh perbedaan faktor produk baik kuantitas, kualitas maupun dalam
hal komposisi faktor-faktor produksi tersebut. Perbedaan faktor produksi akan
membedakan tingkat produktivitas tiap negara. Faktor harga juga menentukan
adanya perbedaan harga komparatif antar negara menyebabkan timbulnya arus
persaingan perdagangan internasional (Nopirin, 2000:206).
Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar
negeri ke dalam negeri ke dalam wilayah pabean suatu negara dengan memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1995:43). Christianto (2013:39)
juga menyatakan bahwa impor adalah arus masuk dari sejumlah barang dan jasa
ke dalam pasar sebuah negara baik untuk keperluan konsumsi ataupun sebagai
bahan modal atau sebagai bahan baku produksi dalam negeri. Impor akan
menimbulkan aliran pengeluaran untuk membeli barang yang diimpor dari negaranegara lain yang merupakan bocoran pada aliran pendapatan. Impor akan
menurunkan pendapatan nasional pada keseimbangan dan merumitkan masalahmasalah ekonomi yang dihadapi negara (Sukirno, 2006:377). Menurut Rizky
(2013:249) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor, dan
ekspor neto suatu negara, meliputi :
a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam dan luar negeri.
b. Harga-harga barang di dalam dan luar negeri.
c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan
untuk membeli mata uang asing.
d. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri.
e. Ongkos angkutan barang antar negara.
f. Kebijakan pemerintah dalam perdagangan internasional.
Besarnya impor yang dilakukan suatu negara, antara lain ditentukan oleh
sampai dimana kesanggupan barang yang diproduksi di negara-negara lain untuk
bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di negara itu. Impor juga
dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Apabila barang dari luar negeri mutunya
lebih baik atau harganya lebih murah daripada barang-barang yang sama yang
dihasilkan di dalam negeri, maka akan terjadi kecenderungan negara tersebut akan
mengimpor lebih banyak dari luar negeri. Kegiatan impor juga terus meningkat
seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi domestik dan volume
ekspor. Fenomena ini merupakan karatristik dari suatu negara berkembang yang
cukup tinggi ketergantungannya terhadap fluktuasi ekonomi eksternal (Yuliadi,
2008:89).
2.1.2
Tinjauan tentang Faktor/Variabel yang Mempengaruhi Impor
(1) Harga
Definisi harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya. Suatu barang masuk di pasar sangat dipengaruhi oleh faktor harga.
Hal ini karena variabel harga terkait dengan permintaan dan penawaran terhadap
suatu barang. Menurut Tjiptono (2008 : 151-152) dari sudut pandang pemasaran
merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (barang dan jasa) yang ditukarkan
agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga
juga merupakan unsur dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel artinya dapat
berubah secara tepat (Doni, 2013:70). Harga adalah segala bentuk biaya moneter
yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan
sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk (Sarini,
2013;1251). Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan
keputusan para pembeli yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. Penentuan
harga dipengaruhi oleh unsur permintaan dan penawaran. Berdasarkan teori, teori
permintaan mengacu pada permintaan pembeli terhadap suatu barang, sedangkan
teori penawaran menyatakan sifat para penjual di dalam menawarkan suatu barang
yang akan dijualnya. Penggabungan permintaan pembeli dan penawaran penjual
tersebut yang dapat menetapkan harga keseimbangan atau harga pasar dan jumlah
barang yang diperjual belikan (Sukirno, 2002:78).
Sesuai
dengan hukum
permintaan semakin tinggi
harga, maka
diperkirakan permintaan barang tersebut oleh konsumen semakin menurun dan
sebaliknya semakin rendah harga barang tersebut permintaan konsumen akan
semakin meningkat (Udiyana, 2009). Para penjual menawarkan barangnya, pada
berbagai tingkat harga :
1. Harga barang itu sendiri,
2. Harga barang-barang lain,
3. Ongkos produksi,
4. Tujuan perusahaan,
5. Tingkat teknologi.
(2) Produk Domestik Bruto
Menurut McEachern (2000:146), Produk Domestik Bruto atau Gross
Domestic Product (GDP) artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir
yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka
waktu tertentu, biasanya satu tahun. Dalam N. Gregory Mankiw (2005;10), PDB
adalah pendapatan total yang dihasilkan oleh penduduk tetap suatu negara. Produk
Domestik Bruto (PDB) juga dapat diartikan sebagai nilai barang‐barang dan
jasa‐jasa yang diproduksikan oleh faktor‐faktor produksi milik warga negara
tersebut dan negara asing dalam satu tahun tertentu (Suramaya, 2012:60).
Menurut Sharifuddin (2011:131) Produk Domestik Bruto adalah nilai seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu periode tertentu. Dalam
suatu perekonomian negara, barang dan jasa yang diproduksi bukan hanya
diproduksi oleh penduduk negara tersebut tetapi juga diproduksi dari negara lain.
Sukirno (2008) menyatakan bahwa di negara-negara berkembang yang sering juga
dinamakan sebagai “Dunia Ketiga” konsep Produk Domestik Bruto adalah konsep
yang paling penting kalau dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional
lainnya. Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu seluruh produk yang dihasilkan oleh
faktor-faktor produksi baik milik warga negara maupun orang asing dalam suatu
negara pada suatu tahun tertentu.
Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dan perusahaan
multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada
negara dimana perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menambah
barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan
tenaga kerja dan pendapatan dan sering sekali juga membantu menambah ekspor.
Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi
suatu negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam
pendapatan nasional. Dengan demikian, produk domestik bruto atau dalam istilah
bahasa Inggrisnya Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa
dalam suatu yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara
tersebut dan negara asing. Analisa Mekanisme (kinerja) Ekonomi Nasional
berdasar PDB melalui tiga pendekatan yaitu (Badan Pusat Statistik, 2015;2):
(a)
Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai tambah
(value added) dari semua sektor produksi, besarnya nilai produksi (angkaangka PDB) diperoleh dari nilai tambah (value added) dari berbagai jenis
barang dan jasa yaitu sesuai dengan ISIC (International Standard
Industrial Classification) sektor industri dapat diklasifikasikan menjadi 11
sektor industri, yg biasanya terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Sektor
Primer, Sektor Sekunder, Sektor Tersier.
(b)
Pendekatan Pengeluaran/Pembelanjaan
Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari
unit/komponen-komponen ekonomi, yaitu:
a.
Konsumsi Rumah Tangga (RT) = C
b. Perusahaan, berupa investasi/pembentukan modal bruto = I
c.
Pengeluaran Pemerintah (konsumsi/belanja pemerintah) = G
d. Expor – Impor = ( X – M )
Dalam keseimbangan perekonomian nasional, sering diformulasikan
dalam persamaan sebagai berikut:
PDB = C + I + G + ( X – M) ...........................………………………(2.1)
(c)
Pendekatan Pendapatan
Diperoleh dengan cara menghitung jumlah balas jasa bruto (belum
dipotong pajak) / hasil dari faktor produksi yang digunakan:
PDB = sewa + upah + bunga + laba ………..............................………(2.2)
Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah
untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus
menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung
PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering
digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
(3) Kurs Valuta Asing
Valuta asing atau foreign exchange adalah mata uang negara lain dari
suatu perekonomian (Pratama dan Manurung, 2008:91). Kurs dapat dijadikan alat
untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara (Zainul, 2015:76). Menurut
Adek (2013:149) kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam
perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang
besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi lainnya.
Menurut Suramaya (2012:54) kurs juga merupakan variabel makroekonomi yang
turut mempengaruhi volatilitas harga saham. Valuta asing yang dipergunakan
mempunyai nilai tertentu dalam mata uang negara lain. Nilai tersebut menakar
berapa banyak suatu mata uang harus ditukarkan untuk memperoleh satu unit
mata uang lain. Perbandingan pertukaran tersebut disebut dengan kurs valuta
asing (foreign exchange rate).
Kuncoro dalam Triyono (2008) menjabarkan lima jenis sistem kurs utama
yang berlaku, yaitu sistem kurs mengambang (floating exchange rate), kurs
tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs),
sekeranjang mata uang (basket of currencies), dan kurs tetap (fixed exchange
rate). Kelima sistem kurs tersebut diuraikan sebagai berikut.
a. Kurs Mengambang
Sistem kurs mengambang atau floating exchange rate menggunakan
mekanisme pasar dalam menentukan nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap
mata uang asing. Jika dalam suatu negara terdapat campur tangan pemerintah
dalam menjaga kestabilan nilai kursnya, maka sistem tersebut merupakan sistem
kurs mengambang terkendali atau managed floating exchange rate.
b. Kurs Tertambat
Sistem kurs tertambat atau pegged exchange rate menggunakan suatu atau
sekelompok mata uang lain untuk dijadikan sebagai tempat menambatkan nilai
mata uang dalam negeri. Satu atau sekolompok mata uang negara lain yang
digunakan merupakan negara yang menjadi mitra dagang utama dari negara yang
menambatkan nilai mata uangnya.
c. Kurs Tertambat Merangkak
Sistem kurs tertambat merangkak atau crawling pegs adalah sistem
dimana negara mengubah nilai mata uangnya secara berkala dengan tujuan ke
arah suatu nilai tertentu dalam jangka waktu tertentu.
d. Sekeranjang Mata Uang
Pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang (basket of
currencies). Mata uang-mata uang yang dimasukkan ke dalam keranjang mata
uang ditentukan oleh perannya dalam perdagangan.
e. Kurs Tetap
Negara menentukan nilai mata uangnya terhadap mata uang negara lain
dan menjaganya agar terus berada pada nilai yang telah ditentukan dengan
membeli atau menjual valuta asing. Dalam sistem kurs yang penentuannya
berdasarkan mekanisme pasar, kurs akan berubah-ubah. Perubahan kurs valuta
asing dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran valuta asing tersebut. Menurut
Nopirin (2011:148) permintaan dan penawaran valuta asing dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu:
1) Pendapatan
Apabila pendapatan meningkat relatif dengan negara lain maka makin
besar kemungkinan impor yang berarti makin besar permintaan akan valuta asing.
Kurs valuta asing akan meningkat sedangkan harga mata uang sendiri menurun.
2) Harga
Kenaikan
harga
barang-barang
secara
umum
atau
inflasi
akan
menyebabkan impor meningkat dan ekspor menurun, sehingga permintaan valuta
asing meningkat.
3) Tingkat Suku Bunga
Kenaikan tingkat suku bunga akan cenderung menarik modal masuk dari
luar negeri. Kurs valuta asing akan menurun dan nilai mata uang akan naik relatif
terhadap valuta asing. Selain ketiga faktor ekonomi tersebut, perubahan kurs juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
politis dan psikologi. Disaat kondisi politik dalam negeri sedang memburuk maka
dana akan mengalir ke luar negeri sehingga kurs valuta asing akan meningkat.
2.1.3
Tinjauan tentang
Mempengaruhi
Hubungan
Impor
dengan
Variabel
yang
(1) Hubungan Impor dengan Kurs Valuta Asing
Harga barang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penentu
impor Sukirno, 2002:383). Nilai impor dipengaruhi oleh kurs karena di dalam
melakukan perdagangan internasional tiap negara menggunakan mata uang yang
berbeda maka kurs bertindak sebagai fasilitator untuk membandingkan nilai mata
uang antar negara (Dewayani, 2015). Impor negara Indonesia turun, dipengaruhi
oleh perkembangan perdagangan ketika kurs dollar tinggi (Suryandanu, 2014).
Harga barang impor sangat dipengaruhi oleh kurs yang berlaku. Semakin
menguatnya nilai kurs Amerika Serikat terhadap rupiah yang dipakai sebagai alat
pembayaran internasional maka harga barang-barang tersebut akan semakin
meningkat mengikuti nilai kurs pada saat itu. Dengan meningkatnya harga barang
maka kecenderungan untuk mengimpor barang akan menurun. Begitu pula
sebaliknya, jika kurs Amerika Serikat melemah, maka kecenderungan harga
barang impor akan meningkat. Dengan menurunnya harga barang impor maka
kecenderungan untuk mengimpor barang akan semakin meningkat karena
memperoleh harga dengan lebih murah. Pernyataan tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Radix (2010) yang menyimpulkan bahwa kurs
dollar Amerika Serikat berpengaruh secara signifikan terhadap impor. Penelitian
yang dilakukan oleh Syarifah (2007) menyimpulkan bahwa nilai tukar rupiah
berkorelasi negatif terhadap impor. Hasil tersebut sama dengan hasil nelitian yang
dilakukan oleh Elif dan Oksan (2014) yang menyatakan bahwa kurs dollar
Amerika Serikat memiliki dampak yang sangat kecil yang hubungan negatif dan
berpengaruh signifikan terhadap impor.
Teori
permintaan
menjelaskan
bahwa
terdapat
hubungan
antara
permintaan dengan harga. Pakpahan (2012:7) dalam penelitiannya mengenai
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor daging sapi ke Indonesia
menyatakan bahwa dalam jangka panjang maupun jangka pendek nilai tukar
rupiah terhadap dollar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai impor.
Oleh karena itu Indonesia harus mengimpor daging sapi dari negara lain. Impor
daging sapi yang setiap tahunnya meningkat memberikan dampak pada ekonomi
Indonesia. Meskipun tidak ada dampak jangka pendeknya, tetapi pengaruh nilai
tukar riil terhadap impor dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan
dalam keadaan nilai tukar mengambang (Jiranyakul, 2013:1269). Menurut Wira
Satya dan Suresmiathi (2014:179) kurs dollar berpengaruh signifikan terhadap
impor.
(2) Hubungan Impor dengan Harga
Teori penawaran adalah suatu teori yang menyatakan suatu hubungan
antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Dalam teori penawaran
dinyatakan bahwa semakin naik harga suatu barang, maka makin banyak jumlah
barang yang ditawarkan. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang maka
makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno, 2006:86). Dalam
perdagangan internasional, nilai impor menggambarkan jumlah barang yang
ditawarkan. Semakin tinggi harga impor suatu barang, maka semakin sedikit nilai
impor dari barang tersebut. Jadi, antara harga impor suatu barang dengan nilai
impor
barang
tersebut
terdapat
suatu
hubungan
yang
negatif.
Harga
mempengaruhi impor karena apabila harga diluar negeri lebih murah dari harga
dalam negeri maka kemungkinan pemerintah akan mengambil kebijakan untuk
mengimpor (Christianto, 2013). Perubahan harga akan mempengaruhi permintaan
akan suatu komoditi (Chhapra, 2013). Produksi akan sangat mempengaruhi harga,
faktor utama produksi beras adalah cuaca dan pasar, sebagai contoh apabila terjadi
banjir atau kekeringan yang berkelanjutan maka harga pasar akan mengalami
fluktuasi (Supisra, 2012). Dampak dari harga pangan yang tinggi akan
mempengaruhi fragmen masyarakat golongan rendah dan menengah (Scott dan
Joseph, 2009), ditambah lagi semua proporsi pendapatan mereka digunakan hanya
untuk membeli makanan (Christopher, 2011). Menurut Rita (2009:36) impor juga
tergantung pada produksi dalam negeri dan harga dalam negeri. Penurunan
produksi dalam negeri dan kenaikan tingkat harga suatu produk di dalam negeri
akan menyebabkan kecenderungan untuk melakukan impor.
(3) Hubungan Impor dengan Produk Domestik Bruto (PDB)
Perubahan pada tingkat pendapatan suatu negara akan membawa
perubahan pada tingkat impor, semakin bertambah pendapatan suatu negara akan
membawa penambahan impor, dan penurunan pendapatan akan mengakibatkan
penurunan impor. PDB memberikan pengaruh positif terhadap impor, yang
dimana PDB (pendapatan nasional) sangat penting terhadap impor yang
digunakan sebagai sumber pembiayaan. Ini berarti bahwa PDB berpengaruh
positif dan signifikan terhadap impor (Ronitua, 2012:7). Menurut Mahmudul et al.
(2009:135), PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor. Di dalam
penelitian Wira Satya dan Suresmiathi (2014:179) juga menyatakan bahwa PDB
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor. Jika harga barang dan
jasa di pasar internasional lebih murah dan memiliki kualitas yang lebih baik
daripada barang dalam negeri maka negara tersebut akan cenderung mengimpor
barang tersebut. Namun impor pun dapat terjadi dikarenakan pendapatan dalam
negeri meningkat sehingga kemampuan penduduk untuk membeli barang-barang
impor pun meningkat (Sadono Sukirno, 2004).
Hubungan PDB dan impor dapat tercermin dalam persamaan :
PDB = C + I + G + ( X – M) ................................................................(2.3)
Pada rumus 2.3 terlihat bahwa impor merupakan variabel dari PDB, yang
merupakan varibel kebocoran dari pendapatan nasional, jadi semakin besar impor
akan mengurangi jumlah pendapatan nasional. PDB mencerminkan kesejahteraan
masyarakat dalam suatu negara, PDB yang meningkat menunjukkan bahwa
pendapatan masyarakat meningkat. Ketika pendapatan mengalami peningkatan
berarti daya beli masyarakat meningkat, namun ketika pasar dalam negeri supply
barang lebih kecil daripada demand, maka untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri pemerintah akan mengekspor barang konsumsi maupun bahan baku untuk
meningkatkan produksi dalam negeri. Biasanya kebutuhan impor barang
konsumsi melalui kebijakan pemerintah sedangkan bahan produksi melalui
mekanisme pasar.
2.2
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dan tinjauan pustaka yang sudah
diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1) Kurs dollar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, dan PDB sektor
Peternakan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap impor sapi
Australia ke Indonesia tahun 2010-2014.
2) Kurs dollar Amerika Serikat, dan harga daging sapi Australia secara
parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor sapi Australia
ke Indonesia, sedangkan PDB sektor Peternakan secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor sapi Australia ke
Indonesia tahun 2010-2014.
Download