PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor penting demi terciptanya kemajuan suatu bangsa. Sumberdaya manusia yang sehat dan tangguh akan mampu melakukan banyak hal dan menciptakan berbagai karya. Jika yang terjadi sebaliknya, maka sumberdaya manusia tersebut hanya akan menjadi beban bangsa dan dalam jangka panjang akan terjadi ”lost generation”. Artinya masa depan bangsa tergantung pada generasi muda yang akan datang. Karena itu, selayaknya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak masa dalam kandungan. Masa kehamilan adalah periode yang sangat menentukan kualitas sumberdaya manusia. Tumbuh kembang seorang anak sangat ditentukan oleh kondisinya selama dalam kandungan. Oleh karena itu, status kesehatan dan gizi ibu selama hamil sangat penting diperhatikan. Ibu hamil yang sehat dengan asupan gizi yang baik tentunya akan menghasilkan bayi yang sehat. Sebuah penelitian di Bogor menunjukkan bahwa status gizi dan pertumbuhan linier pada bayi lebih dipengaruhi oleh lingkungan prenatal dari pada faktor-faktor postnatal (Schmidt, Muslimatun, West, Schultink, Gross dan Hautvast 2002). Rendahnya status gizi ibu selama kehamilan dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif. Antara lain, tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Selain itu, ibu beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Angka BBLR di negara berkembang empat kali lebih besar dibandingkan negara-negara maju. Selama tahun 1990-2000 berbagai sumber menunjukkan proporsi BBLR berkisar 2 – 17%. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari total penduduk, maka diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi akan lahir dengan berat lahir yang rendah (Depkes 2003). Lebih dari 9 juta bayi baru lahir meninggal setiap tahun, 98% terjadi di negara berkembang. Umumnya penyebab langsung adalah infeksi, kelahiran kurang bulan (pretermbirth ), dan asphiksia. Penyebab tidak langsung yang juga penting adalah bayi dengan berat lahir rendah (IUGR) dan hipotermia (Costello & Osrin 2003). 2 Berat bayi lahir menjadi perhatian penting karena berpengaruh terhadap perkembangan bayi selanjutnya. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) yang disebabkan oleh IUGR mempunyai peluang meninggal sebelum berumur satu tahun 10-20 kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat lahir cukup (Chase 1973). Semakin rendah berat bayi lahir semakin tinggi risiko kematian perinatal. Selain tingginya risiko kematian perinatal, berat bayi lahir juga berhubungan dengan angka kesakitan. Bayi BBLR lebih rentan terkena diare dan pneumonia dalam waktu beberapa bulan setelah dilahirkan (Ashworth 1998). Bayi dengan masalah gizi tidak akan mampu mencapai potensinya dengan maksimal. Bayi BBLR menunjukkan kemampuan kecerdasan yang kurang dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal (Costello & Osrin 2003). Berat bayi lahir sangat penting dalam pertumbuhan dan pertahanan tubuh bayi. Diperkirakan bayi-bayi normal di negara berkembang memiliki angka kematian 2/1000 kelahiran dan bayi BBLR memiliki angka kematian 86/1000 kelahiran (Wynn et al. 1991). Berat bayi lahir dapat diduga berdasarkan penilaian status gizi ibu selama hamil. Penilaian status gizi ibu hamil meliputi berbagai aspek yang saling melengkapi, seperti antropometri, pemeriksaan adanya gejala klinis akibat defisiensi zat gizi dan uji laboratorium. Secara antropometri, ukuran tubuh yang biasa digunakan adalah berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit, dan lingkar lengan atas (Ziegler & Filer 1996). Telah banyak metode dikembangkan untuk menduga berat bayi lahir. Pressman et al. (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa sonogram dapat menduga berat badan bayi lahir pada minggu ke-34 sampai minggu ke-37 dengan lebih akurat dibandingkan pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Brown et al. (1996) berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa rasio lingkar pinggang dan lingkar p inggul ibu sebelum hamil dapat menduga berat bayi lahir. Peningkatan 0.1 unit rasio lingkar pinggang dan pinggul menduga berat bayi lahir 120 gram lebih besar, 0.2 inci lebih panjang dan 0.3 cm lebih besar lingkar kepalanya. Cara yang cukup akurat dilakukan dalam menduga berat bayi lahir adalah dengan menggunakan ultrasonografi yang memerlukan peralatan khusus dan 3 biaya yang relatif besar. Wang (2003) merekomendasikan pengukuran lingkar pinggang sebagai bagian dari pengukuran antropometri karena mudah dilakukan, murah dan dapat diandalkan. Cara yang relatif mudah untuk dapat menduga berat bayi lahir sampai saat ini belum dikembangkan. Perubahan pada abdomen terjadi karena uterus dan fetus membesar sehingga dinding abdomen harus terdorong keluar untuk menampung penambahan ukuran uterus dan fetus (Hamilton 1995). Karena itu, lingkar pinggang diduga kuat dapat mencerminkan ukuran fetus. Penulis tertarik untuk mengembangkan cara sederhana untuk menduga berat bayi lahir dengan menggunakan lingkar pinggang ibu hamil. Dengan demikian diharapkan setiap orang dapat dengan mudah menduga berat bayi yang akan dilahirkan dan bila perlu dapat melakukan berbagai tindakan perbaikan dini jika terjadi indikasi berat bayi lahir rendah. Pertanyaan utama yang akan dijawab pada penelitian ini adalah apakah lingkar pinggang ibu hamil dapat digunakan sebagai penduga berat bayi lahir. Jika ya, bagaimana aplikasinya pada trimester ketiga. Tujuan dan Kegunaan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membangun model penduga berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang ibu hamil. Untuk mencapai tujuan utama tersebut diperlukan beberapa tujuan khusus yaitu : 1. Mempelajari karakteristik ibu hamil trimester ketiga di lokasi penelitian. 2. Menganalisis status gizi ibu sebelum hamil dengan pertambahan berat badan selama kehamilan. 3. Menentukan dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir. 4. Menentukan model penduga berat bayi lahir terbaik dari berbagai ukuran antropometri terutama lingkar pinggang. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pemeliharaan kesehatan dan gizi ibu hamil. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para praktisi di bidang kesehatan ibu hamil. Bagi ibu hamil, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memantau status gizinya dan menduga berat bayi lahir.