Hanafi, Pembelajaran Atletik dengan Bermain 11 PEMBELAJARAN ATLETIK DENGAN BERMAIN Suriah Hanafi Jurusan Pendidikan Olahraga FIK Universitas Negeri Makassar Jln. Wijaya Kusuma Raya No.14, Kampus Banta-bantaeng Kode Pos 90222, Tlp. (0411) 872602. Abstract: Pembelajaran Atletik dengan Bermain. Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan tentang pembelajaran atletik dengan bermain yang disesuaikan dengan tingkat usia anak sekolah dasar. Cabang olahraga atletik adalah cabang olahraga yang wajib diberikan disemua jenjang pendidikan (SK. Mendikbud No. 041/U/1987). SK ini didasari karena atletik adalah induk dari hamper semua cabang olahraga, itulah sebabnya pentingnya atletik itu diperkenalkan sejak usia dini. Namun yang menjadi masalah adalah Atletik di Sekolah dasar jarang lagi diajarkan oleh guru penjas, alasanya karena minat siswa terhadap pembelajaran atletik sangat kurang, Apa yang menyebabkan di sekolah dasar perhatian terhadap pembelajaran atletik semakin berkurang. Jika anak-anak tidak senang dengan pembelajaran atletik mungkin karena yang diajarkan sama yang atletik yang dilakukan pada orang dewasa yakni lebih mengarah pada pengusaan teknik, bukan mengajarkan atletik berdasarkan tingkat berkembangan karakteristik, kemampuan dan perkembangan anak saat itu. Mereka akan bosan dan meninggalkan atletik. Untuk anak usia sekolah dasar materi atletik berbeda dengan mereka yang sudah dewasa, perbedaannya ditinjau dari tingkat kemampuan atas dasar kelas yang digolongkan dalam 3 tingkatan yakni tingkatan I adalah anak kelas l-ll usia 6-8 tahun, tingkatan ke 2 adalah anak kelas lll-lV usia 8-10 tahun dan tingkatan ke tiga adalah kelas V-V usia 11-13 tahun (Soepartono,2004:2). Berdasarkan atas tingkatan kemampuan atas dasar kelas maka teknik pembelajaran atletik di sekolah dasar harus di modifikasi, disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak, penekananya adalah pada aspek bermain, karena bermain adalah bagian dari kehidupan anak usia sekolah dasar. Dengan penerapan pembelajaran atletik dengan bermain siswa atau anak yang kurang berbakatpun akan menjadikan kegiatan atletik ini manjadi sesuatu yang menarik baginya. Kata kunci: atletik, bermain. pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, social serta emosional yang selaras dan seimbang. Oleh karena itu , pendidikan atletik di sekolah-sekolah telah menutamakan pada hal-hal sebagai berikut: Pemenuhan minar bergerak, Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta perkembangan gerak, Memelihara dan meningkatkan kesehatan serta kesegaran jasmani, Membantu merehabilitasi kelainan gerak pada usia dini, Menghindari rasa kebosanan, Membantu menanamkan rasa disiplin, kerja sama, kejujuran, mengenal akan peraturan dan norma-norma lainnya, Menangkal pengaruh buruk yang datangnya dari luar (negative), (Mohammad djumintar 2004). Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan jasmani yang wajib diberikan kepada para siswa mulai dari tingkat Sekolah dasar hingga Tingkat Sekolah Tingkat Lanjutan Atas, sesuai dengan SK Mendikbud No. 0413/U/87, Atletik merupakan salah satu unsur dari pendidikan Jasmani dan Kesehatan, juga merupakan komponen-komponen pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani serta pembinaan hidup sehat dan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional, selaras dan seimbang (Mochamad Djumintar, 2004). Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakangerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari lempar, dan lompat. Atletik juga merupakan sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan kemapuan biomotorik, misalnya kekuatan,daya tahan, kecepatan, kelentukan, kooedinasi dan sebagainya. (Eddy Purnomo, 2011:1). Pendidikan atletik mengutamakan aktivitas jasmani serta mengutamakan kebiasaan hidup sehat, mempunyai peran yang penting dalam pembinaan dan pengembangan individu maupun kelompok dalam menunjang 36 Hanafi, Pembelajaran Atletik dengan Bermain bahkan sampai ke tingkat universitas, dengan menjadikannya mata kuliah dasar umum di beberapa universitas, sedangkan bagi mahasiswa fakultas ilmu keolaragaan merupakan mata kuliah Wajib. Mengapa atletik wajib diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah tingkat lanjutan atas adalah karena atletik merupakan induk dari berbagai cabang olahraga. Dalam cabang olahraga atletik terdapat unsure-unsur gerak seperti jalan, lari, lompat dan lempar yang dimiliki pula oleh sebagian cabang olahraga lainnya. Namun pada kenyataannya saat ini pembelajaran atletik di sekolah-sekolah kurang diminati, utamanya dijenjang pendidikan dasar. Hal ini sudah lama kita ketahui, dan tidak boleh dibiarkan. Dengan terbitnya SK Mendikbud no. 0413/U/87, merupakan tantangan bagi guru pendidikan jasmani untuk bagaimana membangkitkan gairah siswa sekolah dasar untuk gemar ber-Atletik. Sangat sulit membangkitkan gairah ber-atletik atau gairah untuk senang melakukan akifitas atletik, namun jika kita berhasil akan memberikan dampak yang cukup besar bagi perkembangan atletik di sekolah dasar. Ada banyak hal yang menyebabkan tidak berkembangnya pembelajaran atletik, antara lain Kendala yang sering ditemui dilapangan adalah kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan pembelajaran atletik yang memadai, dana pengadaan peralatan atletik sulit dijangkau, dan masalah lainnya yang sangat penting pula adalah kemampuan guru penjas dalam menyajikan proses belajar mengajar atletik sesuai dengan tingkat perkembangan karakteristik, kemampuan dan perkembangan anak. Para guru penjas lebih menekankan pada penguasaan teknik dan berorientasi pada hasil atau prestasi siswa pada setiap nomor atletik. Akhirnya unsure bermain dan kesenangan siswa menjadi kurang diperhatikan. Inilah kendala yang paling yang di hadapi guru-guru penjas sekolah dasar. Untuknya itu para guru penjas dituntut untuk lebih berkreasi dalam mengajar dan merubah teknik mengajar yang dilakukan selama ini. Merupakan tantangan bagi guru pendidikan jasmani adalah bagaimana agar pembelajaran atletik dapat menjadi 37 pelajaran yang menyenangkan dan disukai bagi siswanya. Karena cabang olahraga atletik wajib diberikan disekolah-sekolah maka selayaknyalah kita meningkatkan motivasi siswa untuk kembali bergairah dalam mengikuti pembelajaran atletik di sekolah-sekolah, atletik harus dibangkitkan kembali, salah satu cara adalah dengan memodifikasi pembelajaran dan peralatan atletik sehingga sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa sekolah dasar. jangan lagi merupakan pelajaran yang membosankan atau kurang menggairahkan. Salah satu upaya yang dapat di lakukan adalah dengan merubah teknik atau model pembelajaran yang menyesuaikan dengan karakteristik, kamampuan dan perkembangan anak, agar siswa dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran atletik, dengan termotivasinya anak dalam mengikuti pembelajaran atletik maka diharapkan tujuan pembelajaran atletik yang di harapkan dapat tercapai secara optimal. Atletik untuk sekolah dasar berbeda dengan atletik untuk orang dewasa, atletik untuk sekolah dasar lebih penekanannya adalah pada aspek bermain, karena bermain adalah bagian dari kehidupan anak. Atletik secara bermain dapat menggugah perhatia anak-anak, dan dalam bermain itu tidak lepas dari unsureunsur gerak dasar yang ada dalam atletik, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. PEMBAHASAN Bermain Atletik (Modifikasi Pembelajaran Atletik) Atletik yang dimodifikasi dalam bentuk permainan sebenarnya bukanlah hal yang baru, pembelajaran atletik dengan bermain belumlah banyak di kenal dikalangan guru-guru penjas utamanya guru penjas sekolah dasar. Atletik secara bermain ditujukan pada aspek aktifitas bermain dalam atletik.Tujuan modifikasi atletik adalah agar sejak awal unsure-unsur gerak dasar dalam atletik dapat diperkenalkan kepada anak-anak secara menarik dan menyenangkan. Jika ingin memperkenalkan atletik kepada anak-anak dan menggugah perhatian anak-anak, maka dapat dilakukan dengan menekankan Hanafi, Pembelajaran 38 Jurnal ILARA, Volume III, Nomor 2, Juli-Desember 2012, hlm. 36 –39 Atletik dengan Bermain unsure bermain baik itu di sekolah dan klub-klub. Pada setiap tahap pendidikan, daya fantasi guru, pemimpin latihan dan pelatih sangatlah dituntut, tugas guru adalah menyediakan proses latihan. Menurut Hans Katzenbogner/Michael Medler 1996:5, yang dikutip oleh Yoyo bahagia, Atletik secara bermain dapat menggugah perhatian anak-anak dan dapat memfasilitasi semua tingkat keterampilanyang ada pada kelas yang kita ajar. Permainan atletik tidak berarti menghilangkan unsure keseriusan, mengabaikan untsur ketangkasan atau menghilangkan substansi pokok materi atletik, akan tetapi permainan atletik berisikan seperangkat gerak dasar atletik berupa jalan, lari, lompat dan lempar yang disajikan dalam bentuk permainan yang bervariasi dalam memperkaya perbendaharaan gerak dasar anak-anak. Selanjutnya menurut Hanz Katzenbogner/ Michael Medler dalam yoyo bahagia, dkk Thn 2000: bahwa Atletik berorientasi bermain dapat mengembangkan berbagai dimensi seperti, dimensi permainan atletik, mengembangkan berbagai variasi gerakan atletik, dimensi irama atletik, kemungkinan kompetisi serta mengembangkan dimensi pengalaman atletik., unsure yang terkandung didalam permainan atletik adalah kegembiraan dan keceriaan. Tanda tanda menuju kearah permainan yang menggembirakan menurut Hanz Katzenbogner/Michael Medler dalam yoyo bahagia, dkk Thn 2000 ditandai dengan: Menempatkan diri pada situasi, gerakan dan kepuasan irama, Menanamkan kegenbiraan berlomba atau berkompetisi dalam situasi persaingan yang sehat, penuh tantangan dan kegembiraan, Unsure kegembiraan dan kepuasan harus tercermn dalam bentuk praktek, Memberikan kesempatan untuk memamerkan kemampuan atau ketangkasan yang dikuasainya. Permainan atletik adalah bermain dan keseriusan, kedua hal ini berjalan pada waktu yang sama. Kedua unsure ini harus terwujud dalam diri anak. Olehnya itu adalah tugas guru penjas untuk membangkitkan suasana pembelajaran atletik. Menurut Soepartono,2004:2, Untuk anak usia sekolah dasar materi atletik 38 berbeda dengan mereka yang sudah dewasa, perbedaan itu ditinjau dari tingkat kemampuan atas dasar kelas yang digolongkannya dalam 3 tingkatan, yaitu kelas l – ll, kelas lll – lV, dan kelas V-Vl. Untuk kelas I-II (usia 6-8 tahun) kordinasi gerak belum sempurna, sangat aktif, konsentrasi kurang, serba ingin tahu, imajinatif, senang membentuk kelompok kecil laki-laki dan perempuan mempunyai minat yang sama. Untuk kelas III-IV (usia 8-10 tahun), perhatian utama masih pada gerak dasar lari namun kualitas geraknya harus ditingkatkan, misalnya dengan memberi tugas gerak yang lebih sulit.contohnya rintangan lebih dipertinggi untuk dilompati sambil berlari.Untuk kelas V dan VI (usia 11-13 tahun ) anak sudah biasa berlatih sampai penat, waktu bermain bisa diperpanjang, bentuk permainan sudah mengarah ke atletik atau lari yang sebenarnya, namun perbendaharaan gerak dasar lari masih tetap diberikan (Ahmad Rum Bismar, 2006). Yoyo Bahagia (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Aktivitas Bermain Atletik Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Penjas, menunjukkan bahwa aktivitas bermain atletik dalam pelajaran penjas dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani secara signifikan. PENUTUP Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan: Konsep pembelajaran atletik di sekolah dasar haruslah dirubah, disesuaikan dengan dunia anak-anak yaitu dunia bermain, bukan lebih banyak menekankan pada penguasaan teknik dan berorientasi pada hasil dan prestasi. Proses pembelajaran atletik yang di kemas dengan pola permainan merupakan pendekatan yang efektif agar pembelajaran atletik di sekolah dasar bukan lagi menjadi pelajaran yang kurang diminati. Guru penjas dituntut untuk lebih berkreasi dalam mengajar dan merubah teknik mengajar yang dilakukan selama ini, guru penjas dituntut untuk jeli dan mampu memilih materi, yang disesuaikan dengan kondisi kelas agar anak-anak berhasil mengembangkan keterampilan dan Hanafi, Pembelajaran Atletik dengan Bermain menimbulkan perasaan senang. Disini dituntut berbagai keterampilan mengajar. DAFTAR RUJUKAN Ahmad Rum Bismar, Buku Atletik Untuk Guru Penjas PGSD, Makassar, 2006. Dikdik Zafar Sidik,Mengajar dan Melatih Atletik, Bandung. 2012. 39 Han’s kanzenbogner/Michael Medles 1996, Alih bahasa oleh PASI Buku Pedoman Atletik (untuk Anak) seri nomor lari dan gawang. Yoyo bahagia. Pengaruh aktifitas bermain atletik terhadap peningkatan motivasi belajar, (makalah hasil penelitian), Bali . 2007.