REMEDIAL DAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA

advertisement
REMEDIAL DAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA
Oleh: Edi Mulyadin
Abstrak: Belajar merupakan suatu proes untuk memahami informasi
yang diterima dengan menyusun dan mengkaitkannya dengan
pengetahuan atau informasi sebelumnya. Hasil belajar tidak dapat
dicapai serempak pada akhir pelajaran, bahkan dapat dicapai
sepanjang proses belajar mengajar. Ada hasil belajar yang dapat
diukur sepanjang proses belajar berlangsung dan ada pula yang baru
dapat diukur sesudah proses belajar mengajar selesai. Remedial
merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosa
yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk
menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam
belajar, sehingga dapat mengoptimalisasikan kemampuan siswa dalam
belajar, sehingga dapat mengoptimalisasikan prestasi belajar.
Kata Kunci: Remedial, Ketuntasan
Pendahuluan
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang integral antara
siswa sebagai pelajar dan guru sebagai pengajar. Dalam kegiatan, terjadi
interaksi reciprocal, yaitu hubungan antara guru dengan para siswa dalam
situasi pembelajaran. Para siswa dalam situasi pembelajaran ini menjadi
tahapan kegiatan belajar melalui interaksi dengan kegiatan dan tahapan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Namun, dalam proses pembelajaran
ini tentu banyak faktor yang harus diperhatikan, baik oleh guru maupun oleh
siswa. Salah satunya adalah program perbaikan (remidial), di mana remidial
atau perbaikan ini sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan
motivasi siswa tersebut dalam menghadapi remidial.
Secara keseluruhan, remidial tersebut berpengaruh terhadap mental siswa
dalam menghadapi remidial antara siswa yang mengalami remidial dengan
siswa yang tidak mengalami remidial. Pada prinsipnya dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, pasti akan selalu ada siswa-siswi yang memerlukan
bantuan, baik dalam mencerna bahan pelajaran maupun dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar yang mereka alami.
Seorang siswa atau sekelompok siswa yang mengalami remidial dalam
proses belajar, akan berpengaruh terhadap tingkat ketuntasan hasil belajar
siswa dimana proses remedial atau pengulangan evaluasi hasil belajar akan
lebih kentara ketika seorang siswa tuntasa dalam belajar.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar seorang siswa
disekolah dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, oleh karena
itu, seorang guru harus dapat mengidentifikasi secara tepat mungkin faktorfaktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar pada diri siswa
tersebut.
Seorang guru professional dalam mengelola pelajarannya,ketika
menghadapi persoalan ini tidak akan tinggal diam, karena jika kesulitan
belajar siswa tersebut dibiarkan maka tujuan pembelajaran tidak akan
tercapai dengan baik. Pengelolaan kelas adalah komponen penting dari
tingkah laku guru, tugas guru adalah merencanakan kurikulum,
mengorganisasi prosedur dan sumber-sumber, mengatur lingkungan untuk
dapat bekerja secara lebih efisien dan mengatur masalah-masalah potensi
yang dimiliki siswa.
Seorang guru untuk melaksanakan keputusan yang dibuat dalam tahap
perencanaan, terutama yang berhubungan dengan model pengajaran,
setrategi mengajar dan dan kegiatan belajar. Dalam penilaian seorang guru
memerlukan keputusan tentang kesesuaian tujuan yang dipilih yang sama
dengan pedoman setrategi pengajaran terhadap tujuan.
Dalam kenyataannya, para siswa yang berada dalam satu kelas memiliki
berbagai perbedaan individual, sehingga adanya keaneka ragaman ini, tentu
akan menyebabkan adanya perbedaan tingkat penguasaan belajar sehingga
adanya perbedaan tingkat penguasaan belajar siswa. Di mana evaluasi yang
dilakukan terhadap program belajar tuntas dengan program perbaikan
(remedial) dan program pengayaan (enerchment) didalamnya, menunjukkan
bahwa para siswa yang mengikuti ini secara umum dapat belajar dengan
lebih baik dan memiliki tingkat pencapaian yang lebih tinggi, serta mereka
mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan belajar dan keberadaan
diri mereka sebagai pelajar.
Program perbaikan dan pengayaan, sebenarnya sudah mulai
mengarahkan program-program pengayaan yang bersifat klasikal menjadi
kegiatan-kegiatan belajar yang sedikit banyak bersifat individual. Sehingga
di mana kesulitan belajar yang dialami siswa di sekolah bisa bermacammacam, baik dalam hal menerima pelajaran, menyerap pelajaran, atau
kedua-duanya. Setiap siswa pada prinsipnya mempunyai hak untuk
mencapai prestasi belajar yang memuaskan dalam kenyataannya, jelas
bahwa siswa-siswa tersebut memiliki perbedaan, baik dalam kemampuan
intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebisaan, maupun
pendekatan belajar yang tepat untuknya.
Dalam proses belajar mengajar, situasi/keadaan kelas sangat mendukung
terjadinya interaksi belajar yang optimal atau timbal balik antara siswa dan
guru. Dimana kegiatan evaluasi dinilai bukan hanya hasilnya atau
produknya saja,akan tetapi keseluruhan program pendidikan, termasuk caracara pelaksanaannya dan bahkan tujuannya.
Dari hasil pengamatan sementara bahwa situasi kelas sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa,dimana situasi kelas menunjukkan bahwa
siswa dituntut lebih aktif dibandingkan dengan guru.Namun semua itu tidak
terlepas dari pengawasan guru,dimana guru memegang kendali utama untuk
keberhasilan tercapainya tujuan.
Sistem yang dibuat disekolah, menggunakan SKS, sehingga siswa lebih
pro aktif mencari materi,selain itu juga siswa dituntut agar lebih termotivasi
agar mendapatkan nilai tinggi, tujuannya siswa mampu menyelesaikan
jumlah materi yang diajarkan,dan mendapatkan nilai atau IPK yang lebih
sehingga siswa mampu mengejar materi pelajaran yang akan ditempuh
berikutnya sampai siswa mampu menyelesaikan tingkat sekolah dengan
singkat.
Pembelajaran remedial pada dasarnya bagian dari pembelajaran
keseluruhan. Dalam pelaksanaan tidak semua siswa mencapai tingkat
ketuntasan dalam belajar, artinya adanya siswa yang tidak mencapai standar
kompetensi yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pembelajaran yang
biasa dilaksanakan.
Remedial
Dilihat dari katanya, istilah remidial berasal dari kata remidy (bahasa
inggris) yang berarti obat, memperbaiki, atau menolong. Karena itu,
remidial berarti hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan. Jhon M.
Echols dan Hassan Shadily (dalam Mukhtar, Rusmini,2007:8), Pengajaran
remidial merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat mengobati,
menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi
lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang maksimal.
Remidial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan
diagnosa yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk
menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar,
sehingga dapat mengoptimalisasikan prestasi belajar. Dengan kata lain,
kegiatan perbaikan yang dilakukan merupakan segala usaha yang
dilaksanakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis dan sifat-sifat kesulitan
belajar, menemukan faktor-faktor penyebabnya, dan kemudian
mengupayakan alternatif-alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar ini,
baik dengan cara pencegahan maupun penyembuhan, berdasarkan data dan
informasi yang lengkap dan objektif.
Kegiatan remidial (perbaikan) dalam proses pembelajaran merupakan
salah satu bentuk kegiatan pemberian bantuan tersebut, yakni merupakan
suatu kegiatan pemberian bantuan di dalam proses pembelajaran yang
berupa kegiatan perbaikan yang telah diprogramkan dan disusun secara
sistematis.
Dalam hal ini, yang disembuhkan dalam remidial adalah hambatan atau
gangguan kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga
berakibat timbal balik, dalam artu perbaikan belajar juga perbaikan pribadi
dan sebaliknya. Maksudnya, jika ternyata hasil yang dicapai tidak
memuaskan, siswa masih dipandang belum mencapai hasil belajar yang
diharapkan, maka diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat membantu
tercapainya hasil yang diharapkan.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru sudah barang tentu
bertanggung jawab untuk membantu dan membimbing siswa untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal, agar hal ini tercapau, maka seorang
guru harus memiliki kompetensi yang beraneka ragam. Salah satu
kompetensi guru yang dimaksudkan adalah bahwa seorang guru harus
mempunyai kemampuan untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa.
Artinya, ia buka saja harus dapat menganalisis bahan pelajaran yang
disampaikannya, tetapi juga berbagai kesulitan yang mungkin dialami oleh
siswa dalam menerima pelajaran tersebut.
Meskipun informasi tentang kelemahan dan kesulitan belajar siswa telah
diperoleh melalui tes formatif dan pekerjaan rumah (PR), namun informasi
tersebut belum cukup rinci memperlihatkan sebab-sebab mendasar yang
menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa. Apa lagi
para siswa yang lamban, mengalami kesulitan atau kegagalan dalam
belajar, mereka mendapatkan penanganan khusus berupa kegiatan
perbaikan. Begitu juga para siswa yang cepat dan tidak mendapatkan
kesulitan dalam belajar, mereka juga mendapatkan perhatian agar energi
mereka yang lebih dapat disalurkan secara optimal. Jadi, kegiatan perbaikan
dan kegiatan pengayaan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan.
Seorang guru harus dapat melakukan pengelolaan kelas dengan sebaik
mungkin. Dengan adanya pengelolaan kelas yang baik, maka proses
pembelajaraan di kelas akan berjalan dengan lancar, sehingga tujuan
pembelajaran di kelas akan berjalan dengan lancar, sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan akan dapat dicapai secara optimal.
Kepada siswa-siswa yang gagal dalam tes persyaratan siswa yang
menurut pengamatan guru belum memiliki kesiapan yang diperlukan
diberikan kegiatan perbaikan untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar
dalam suatu paket belajar. Kepada siswa-siswa yang berhasil atau tuntas
dalam tes (mastery test) prasyarat atau siswa yang menurut pengamatan
guru sudah memiliki kesiapan yang diperlukan diberikan kegiatan
pengayaan yang bersamaan waktu pelaksanaannya dengan siswa-siswa
yang melakukan perbaikan. Jika awal menunjukkan bahwa semua siswa
telah siap untuk mengikuti kegiatan belajar suatu pokok bahsan, maka
semua siswa langsung mempelajari kegiatan belajar pokok bahasan itu, jika
sebagian siswa telah siap, tetapi sebagian lagi belum, maka mereka yang
telah siap diminta untuk memberikan bimbingan dalam kegiatan perbaikan
kepada teman-temannya yang belum siap.
Dapat dikatakan bahwa pengajaran remidial ini merupakan bagian yang
integral dari suatu proses pembelajaran yang menghendaki ketuntasan dalam
pencapaian TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) apabila, ada persiapan yang
matang artinya seorang guru memikirkan terlebih dahulu akibat dari metode,
materi dan alat yang akan digunakan, akan mempermudah siswa ataupun
guru dalam proses pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran akan
berjalan sesuai denga apa yang diharapkan.
Dilihat dari faktor guru, keberhasilan belajar siswa paling tidak di
pengaruhi oleh:
1. Kesiapan guru dalam mengajar
2. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran
3. Kemampuan bawaan guru
4. Kemampuan guru dalam berkomunikasi
Dalam hal ini, seorang guru membutuhkan informasi dari hasil tes
diagnostik tersebut untuk mengontrol dan memperbaiki cara mengajar yang
dipergunakannya. Bila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari suatu pokok bahasan maka guru dapat melakukan tes
diagnostik belajar dan menganalisis hasilnya, sehingga ia dapat
mengusahakan adanya perbaikan atau penyesuaian cara mengajar yang
dipergunakannya dengan materi yang diajarkan.
Sementara dilihat dari faktor siswa, kebehasilan belajar siswa dapat
dipengaruhi oleh :
1. Kesiapan belajar siswa
2. Kebiasaan belajar siswa
3. Sikap belajar siswa
4. Ada atau tidaknya kesulitan siswa dalam mempelajari suatu mata
pelajaran tertentu.
Ada beberapa alasan mengenai pentingnya remidial dilihat dari beberapa
aspek :
1. Aspek siswa
Dalam kenyataannya, masih banyak siswa yang belum dapat mencapi
prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan. Artinya siswa tersebut
memiliki prestasi belajar yang dianggap kurang. Kenyataan menunjukkan
bahwa setiap siswa dalam proses pembelajaran mempunyai hasil yang
berbeda-beda, ada beberapa perbedaan individual yang dimaksud, antara
lain : perbedaan kecerdasan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan,
pengetahuan, kepribadian, kebutuhan, cita-cita, minat, fisik dan lingkungan.
Atas dasar perbedaan individual seorang guru dalam proses pembelajaran
harus menggunakan berbagai pendekatan dengan menggunakan suatu
asumsi bahwa siswa memperoleh kesempatan belajar sesuai dengan
pribadinya.
2. Aspek guru
Dalam proses pembelajaran, seorang guru mempunyai fungsi ganda yaitu
sebagai instruktur, konselor, mediator, sumber dan sebagainya. Dalam
funsinya yang ganda, guru merupakan penanggung jawa atas keseluruhan
proses pendidikan pada umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya,
artinya guru bertanggung jawab tercapainya tujuan instruksional atau tujuan
pembelajaran.
Dari kenyataannya siswa-siswa mempunyai perbedaan-perbedaan
individual dalam hal bakat dan minat, kecepatannya dalam mencerna, latar
belakang kehidupan siswa dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya,
maka seorang guru bertanggung jawab dalam membantu siswa agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui peningkatan prestasi belajar.
3. Aspek proses pembelajaran
Pengajaran remidial sangat diperlukan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Bila dilihat dari pengertian belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku secara keseluruhan, maka dengan adanya gejala
kesulitan belajar siswa menggambarkan belum tercapainya perubahan
tingkah laku secara menyeluuruh.
4. Aspek Bimbingan dan Konseling
Tidak semua kesulitan belajar yang dialami siswa dapat ditangani oleh
guru bidang studi artinya, kesulitan belajar juga dapat ditangani melalui
pendekatan remedial (remedial teaching), bimbingan dan konseling,
(guidance and conseling) dan pendekatan lainnya yang dapat membantu
siswa dalam menoptimalisasikan pencapaian prestasi belajar.
Melalui bimbingan dan konseling, siswa akan mendapat pelayanan
secara pribadi sehingga ia dapat memahami dan mengarahkan dirinya dalam
mencapai perkembangan yang optimal. Jadi antara pengajaran remedial dan
bimbingan konseling ada hubungan yang timbal balik dan saling
menghargai (program akta mengajar VB Komponen Dasar Pendidikan.
Buku-buku, modul, diagnostik kesulitan belajar dan pengajaran remedial.
Setiap siswa dan guru haruslah memiliki kemahiran dalam setiap bagian
maka kegiatan belajar, kemahiran ini ditentukan ini ditentukan oleh
penguasaan secara oprasional masalah-masalah yang dipelajari sampai pada
taraf 80% hingga 90%. Jadi, bila ada seorang siswa belum mencapai taraf
80% hingga 90%, maka yang seorang itu sajalah yang perlu di perbaiki
dengan di tugasi melakukan kegiatan remedial terhadap bagian-bagian
tertentu yang belum di kuasai dengan baik, jadi, siswa tidak perlu
mengulangi lagti kegiatan belajar secara keseluruhan.
Ketuntasan Belajar
Konssep ketuntasan belajar didasarkan pada pembelajaran tuntas.
Pembelajaran tuntas meruapakan istialah yang diterjemhkan dari istilah
“mastery Learning”. Nasution, S (2003: 36) menyebutkan bahwa mastery
learning atau belajr tuntas,artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh ini
dapat dicapai aoabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara
menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi
tersebut. Nasution, S (2003: 38) juga menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi penguasaan penuh,yaitu:(1) bakat untuk mempelajari
sesuatu,(2) mutu pengajaran,(3) kesanggupan untuk memahami
pengajaran,(4) ketekunan,(5) waktu yang tersedia untuk belajar. Kelima
factor tersebut perlu diperhatikan guru,ketika melaksanakan pembelajaran
tuntas.
Block, James H. (1971:62) menyatakan bahwa mastery learning dapat
memberikan semangat pada pembelajaran disekolah dan dapat membantu
mengembangkan minat dalam pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang
berkesinambungan iini harus menjadi tujuan utama dalam pendidikan yang
modern. Ciri-ciri pembelajaran tuntas antar lain: (1) pendekatan
pembelajaran lebih berpusat pada siswa (child center),(2) mengakui dan
melayani perbedaan-perbedaan perorangnan siswa (individual personal),(3)
strategi pembelajaran berasaskan maju berkelanjutan (continous
progress),(4) pembelajaran dipecah-pecah menjadi satuan-satuan (cremental
units).
Dalam pembelajaran tuntas terdapat dua layanan yang diberikan pada
siswa,yaitu layanan program remedial dan layanan program pengayaan.
(1).layanan program remedial dilakasanakan dengan cara:(a) memberikan
bimbngan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang mengalami
kesulitan,(b) memberikan tugas-tugas atau perlakuan secara khusus yang
sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaraan regular,(c) materi
program remedial diberikan pada Kompetensi Dasar (KD) yang
belumdikuasai siswa,(d) pelaksanaan program remedial dilakukan setelah
siswa mengikuti tes/ujian semester.(2) layanan proram pengayaan
dilaksanakan dengan cara:(a) memberikan bacaan tambahan atau diskusi
yang bertujuan utuk memperluas wawsan yang masih dalam lingkup seputar
KD yang dipelajari,(b) pemberian tugas untuk melakukan analisis
gambar,model,grafik,bacaan/paragraf dan lainya,(c) memberikan soal-soal
latihan tambahan yang bersifat pengayaan,(d) membantu guru dalam rangka
membimbing teman-temannya yang belum mencampai ketuntasan.
Dalam penggunaan remedial untuk mencapai ketuntasan belajar, dimana
siswa diberikan pengayaan sebelumnya yaitu dengan cara sebelum
mengadakan ujian atau ulangan, siswa diberikan tes uji coba atau pree test,
yang dimana tujuannya adalah untuk melihat atau mengetahui kemampuan
siswa sebelum melakukan ujian atau post test. Dimana kedua hasil nilai
tersebut dibandingkan antara pree test dan post test yaitu mencakup nilai
tinggi, rendah dan nilai rata-ratanya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table berikut:
Pree Test
Nilai
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Post Test
Kontrol
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen
70
40
51,81
85
65
70,29
70
40
51,81
90
65
75,32
Selain itu juga Nasution (2003) mengatakan bahwa” penilaian selalu
memegang peranan yang penting dalam segala bentuk pengajaran yang
efektif”. Dengan penilaian diperoleh balikan yang dipakai untuk
memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran, atau untuk
menyesuaikan bahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Penilaian
berguna untuk mengetahui hingga manakah anak didik telah mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Belajar
Prestasi belajar (learning out comes) yang di artika sebagai perolehan
siswa setelah menyelsaikan suatu unit pelajaran gagne (dalam Sri
Rahayu,2004:18) umumnya teori pembelajaran menunjukkan pada tiga
komponen utama pembelajaran yaitu; tujuan, kegiatan belajar dan tes.
Tujuan menyatakan apa yang akan kita pelajari; kegiatan belajar merupakan
rangkaian kegiatan-kegiatan yang harus di ikuti siswa untuk memahami
tujuan ; dan tes merupakan rangkaian kegiatan-kegiatan untuk melihat
seberapa jauh tingkat pemahaman siswa.
”Belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi
sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan
kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi
stimulasi atau faktor-faktor lainnya yang tidak berhubungan langsung dan
kegiatan belajar”.
Berdasarkan
teori
belajar,
menurut
J.Bruner
(dalam
Tohri,Ridwan,2007:2) belajar tidak untuk mengubah tingkah laku
seseorang, tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian
rupa, sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Dalam proses
belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari setiap siswa dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan untuk meningkatkan
proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan ”discovery learning
environment” yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi
penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip
dengan yang sudah di ketahui.
Teori Piaget (dalam Ahmad Tohri,Ridwan, 2007:3) perkembangan
proses belajar pada anak-anak :
1. Anak
mempunyai
struktur mental yang berbeda dengan orang
dewasa. Anak mempunyai cara yang khas untuk menyatakan
kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitanya, sehingga
memerlukan pelayanan tersendiriri dalam belajar
2. Perkembangan
mental pada anak melelui tahap-tahap tertentu,
menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
3. Walaupun tahap-tahap perkembangan itu melalui suatau urutan tetentu,
tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ketahap lain tidak
selalu sama pada semua anak
4. Perkembangan
mental
anak
dipengaruhi oleh 4 faktor,
kematangan, pengalaman, interaksi sosial dan equilibration, proses
dari ke tiga faktor di atas bersama untuk
membangun dan
memperbaiki struktur mental. Ada 3 tahap perkembangan : berpikir
secara intuitif 4 tahun, beroprasi secara kongkrit 7 tahun, beroprasi
secara formal 11 tahun.
Belajar selalu didefinisikan sebagai suatu perubahan pada diri individu
yang disebabkan oleh pengalaman. Perubahan yang disebabkan oleh
pengalaman. Perubahan yang disebabkan oleh perkembangan (seperti tubuh
menjadi lebih tinggi), belajar terjadi dengan bayak cara, kadang-kadang
belajar disengaja, ketika siswa memperoleh informasi yang disampaikan
guru di kelas atau ketika mereka mencari sesuatu yang abadi ensiklopedi
atau buku.
Contenporary behaviorist (sering disebut stimulus – respon oleh ahli
psikologi), melihat faktor-faktor lingkungan stimulus dan hasil tingkah laku
dalam bentuk respons. Bahwa tingkah laku dikontrol oleh kemungkinan
mendapat hadiah eksternal atau reinforcement (penguatan) yang ada
hubungannya antara respons tingkah laku dan pengaruh hadiah. Logikanya
prinsip-prinsip tingkah laku belajar merupakan suatu metode untuk
mengubah atau memodifikasi tingkah laku.
Berbeda dengan perspektif tingkah laku, ahli psikologi kognitif
memusatkan perhatian pada siswa sebagai partisipan aktif dalam proses
belajar mengajar, bahwa guru lebih efektif mengajar jika tahu pengetahuan
yang telah didapatkan siswa dan apa yang siswa pikirkan selama
pengajaran.
Piaget (dalam Sri Esti W.D,2006:81) ahli psikologi perkembangan
kognitif mempelajari langkah-langkah pikiran anak-anak dan percaya bahwa
pikiran mereka berbeda dengan pikiran orang dewasa.
J.B. Watson (dalam Sri Esti W.D,2006:129) menggunakan penemuan
Paulow sebagai suatu dasar untuk teori belajarnya. Watson mengatakan
bahwa belajar adalah suatu proses dari conditioning refleet (respons)
melalui pergantian dari satu stimulus kepada yang lain.
Menurut Watson (dalam Sri Esti W.D,2006:129) manusia dilahirkan
dengan beberapa refleks dan reaksi emosi, ketakutan, cinta, dan marah,
semua tingkah laku dikembangkan oleh pembetukan hubungan S-R baru
melalui conditionig.
“Morgan (dalam Ngalim Purwanto,1992:84) berpendapat dalam buku
“introduction to psychology mengatakan “belajar adalah perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman yang pernah dialaminya”.
Ada beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian belajar,
yaitu :
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi
juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman : dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada pada diri seorang bayi.
c. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti ; perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, atau pun sikap.
Good dan Brophy (dalam Ngalim Purwanto,1992:85) dalam bukunya
Educational psychology, bahwa “belajar itu proses yang benar-benar
bersifat internal (a purely internal event), belajar merupakan suatu proses
yang tidak dapat dilihat dengan nyata : proses itu terjadi di dalam diri
seseorang yang sedang mengalami belajar.
“Jadi yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan Brophy bukan
tingkah laku yang nampak, tetapi adalah prosesnya yang terjadi secara
internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubunganhubungan baru”.
Faktor-faktor penting yang sangat erat kaitannya dengan proses belajar
ialah : kematangan, penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat,
pengertian, berpikir dan latihan.
Dalam proses belajar mengajar, dimana adanya motivasi yang harus
diberikan kepada anak didik atau peserta didik,motivasi yang dimiliki setiap
siswa berbeda ada motivasi yang tinggi di mana berpengaruh oleh
lingkungan terutama keluarga, sehingga ada motivasi yang tinggi terhadap
siswa atau anak didik, memunculkan motivasi yang berprestasi didefinisikan
sebagai keinginan untuk mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Motivasi berprestasi memiliki landasan teoritik dan empirik yang kokoh
dan perilaku ini sudah banyak diamati pada bidang bisnis, sekolah dll.
Kajian Keller, Kelly, Dodge (dalam Sri Rahayu,2004:18)), menyimpulkan
ada karateristik motivasi berprestasi yang Nampak konsisten di temukan
dalam konteks sekolah.
1. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih menyukai
terlibat dalam situasi di mana ada resiko gagal atau dengan kata lain
keberhasilan yang penuh dengan tantangan.sebaliknya individu yang
memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung memiliki tugas – tugas
yang memiliki peluang besar untuk berhasil dikerjakan atau yang hampir
tidak mungkin berhasil.
2. Faktor kunci yang memotivasi individu berprestasi tinggi adalah
kepuasan intrinsic dari keberhasilan itu sendiri bukan pada ganjaran
ekstrinsik seperti uang atau prestise.
3. Individu atau peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
tidak selalu menunjukan rata – rata nilai yang ttinggi di sekolah.Ini
mungkin disebabkan bahwa nilai di sekolah banyak terkait dengan
motivasi ekstrinsik. Dimana nilai tidak dapat dijadikan sebagai
inddikator yang kuat dari kepuasan instrinsik.Atas dasar itu,maka dapat
dikatakan bahwa tidak selalu di temukan ada korelasi yang tinggi antara
nilai dengan motivasi berprestasi.
Motivasi belajar siswa yang sangat tinggi dapat di lihat dengan jelas
bagaimana cara belajar masing – masing siswa.Cara belajar didefinisikan
sebagai cara yang biasanya yang dilakukan ssiswa untuk mempelajari
materi pelajaran.Lebih khusus,cara belajar yang di maksud mencakup cara –
cara mengikuti kegiata belajar mengajar,cara membuat catatan materi
pelajaran,cara mengatur jadwal dan tempat belajar, dan cara memahami,
menerima, dan menghafal materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Cara belajar yang biasa digunakan oleh individu untuk belajar amat
unik.Karena banyak sekali tergantung pada karakteristik perseorangan yang
melekat pada dirinya.Gaya kognitif seseorang akan banyak member
pengaruh pada cara membuat catatan/ materi yang disampaikan oleh
pengajar/ guru,membuat rangkuman,membaca buku dan termasuk
memahami dan menghafal materi.Individu yang memiliki gaya kognitif field
independent ( articulated ) dalam membuat catatan cenderung memilih
bagian – bagian yang penting yang disampaikan guru,di bandingkan dengan
siswa yang field independent akan lebih memusatkan pada hal – hal yang
lebih rinci.
Keunikan cara belajar yang disampaikan oleh seorang siswa juga
banyak di pengaruhi oleh motivasi berprestasinya.Siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi cenderung berusaha mengikuti kegiatan belajar
mengajar rajin dan tekun,jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki
atau berprestasi rendah.
Mentalitas
Menurut arti kata-katanya maka psikologi sering diterjemahkan menjadi
ilmu jiwa, yakni dari kata psyche yang berarti ; jiwa, roh, dan logos yang
berarti ; ilmu. Mendengar kata “ilmu jiwa”, maka terbayang bahwa yang
dipelajari oleh ilmu itu adalah sesuatu yang tak terlihat, yang abstrak, yang
berada di dalam diri manusia atau makhluk yang lain.
Psikologi adalah ilmu yang ingin mempelajari manusia. Manusia sebagai
suatu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani. Manusia sebagai
individu. R.S Woodworth (dalam Ngalim Purwanto,1992:1) memberi
batasan tentang psikologi sebagai berikut ; psychologi can be defined as the
science of the aktivities of in the individual”
Bahwa psikologi ialah segala sesuatu yang dapat memberikan jawaban
tentang apa sebenarnya manusia itu, mengapa ia berbuat/berlaku
sedemikian, apa maksud dan tujuannya berbuat demikian. Psikologi
merupakan ilmu yang mempelajari tinglah laku manusia.
Yang dimaksud tingkah laku disini ialah segala kegiatan / tindakan /
perbuatan manusia yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang
disadari maupun yang tidak disadarinya. Termasuk didalamnya ; cara ia
berbicara, berpikir/mengambil keputusan, cara ia melakukan sesuatu, cara
bereaksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya, mapun dari
dalam dirinya.
“Crow and Crow (dalam Ngalim Purwanto,1992:2) memberikan batasan
tentang psikologi sebagai berikut : “psychologi is the study of human
behavior and human relationship” psikologi ialah tingkah laku manusia lain
(human relationship) maupun yang bukan manusia : hewan, iklim,
kebudayaan dan sebagainya”.
Adapun cakupan psikologi yang meliputi hampir semua aspek
kepribasian atau tingkah laku manusia, selama kita berpendapat bahwa
psikologi adalah suatu ilmu yang berusaha menyelidiki semua aspek
kepribadian dan tingkah laku manusia, baik bersifat jasmani maupun rohani,
baik secara individual maupun dalam hubungan dengan manusia lain atau
lingkungannya.
Para ahli psikologi pendidikan pada umumnya berpendapat bahwa
psikologi pendidikan adalah psikologi yang diterapkan di dalam pendidikan.
Selanjutnya dijelaskan dalam encyclopedia tersebut bahwabelajar yang
efisien juga bergantung/dipengaruhi oleh iklim belajar (learning climate)
yang mencakup keadaan fisik, sosial, dan mental siswa, minat, sikap, dan
nilai-nilai, sifat kepribadiannya, kecakapan-kecakapan dan sebagainya. Oleh
karena itu, para ahli psikologi pendidikan mencoba untuk menguraikan halhal tersebut sedemikian rupa sehingga dapat membantu guru-guru untuk
menciptakan terjadinya ilmu dan proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien.
“Crow and Crow (dalam Ngalim Purwanto,1992:8) mengatakan bahwa
pendidikan merupakan suatu ilmu yang berusaha menjelaskan masalah
belajar yang dialami individu dari sejak lahir sampai berusia lanjut, terutama
menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar”.
Dari semua pendapat para ahli tentang psikologi pendidikan dapat
disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang
dalam pengurai dan penelitian lebih menekankan pada masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang
sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang
mempengaruhi proses keberhasilan belajar.
Ruang lingkup psikologi pendidikan, di mana psikologi pendidikan
merupakan ilmu yang memusatkan dirinya pada penemua dan aplikasi
prinsip-prinsip dan teknik psikologi kedalam pendidikan. Disamping itu
dikemukakan oleh Pintner dalam kutipan Crow dan Crow (dalam Ngalim
Purwanto,1992:10) secara eksplisit mengemukakan : psikologi pendidikan
sebagai ilmu terapan (applied science) berusaha untuk menerangkan
masalah belajar menurut prinsip dan kata-kata mengenai tingkah laku
manusia yang telah ditentukan secara ilmiah.
Ruang lingkup psikologi pendidikan seusia pendapat Crow and Crow
(dalam Ngalim Purwanto,1992:10):
1. Sampai sejauh mana faktor - faktor pembawaan dan lingkungan
berpengaruh terhadap belajar
2. Sifat-sifat dari proses belajar
3. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar
(learning readiness)
4. Signifikan pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam
kecepatan dan keterbatasan belajar
5. Perubahan -perubahan jiwa (iner changes) yang terjadi selam dalam
belajar
6. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar
7. Teknik - teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam
belajar
8. Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil
sekolah
9. Akibat/ pengaruh psiokologi
(psychologiacal
imact)
yang
ditimbulkan oleh kondisi - kondisi sosiologis terhadap sikap para
siswa
10. Pengaruh / akibat relatif dari pendidikan formal
dibandingkan
dengan pengalaman - pengalaman
belajar yang insidental dan
informal terhadap suatu individu.
Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Depdikbud,
1996:623). Prestasi belajar ditentukan juga oleh factor kemampuan atau
kesanggupan dalam belajar.Ketidak mampuan atau ketidak sanggupan
dalam melaksanakan kegiatan belajar memungkinkan tidak dicapai prestasi
dalam kegiatan belajar. Kesanggupan atau kecakapan dalam mata pelajaran
tertentu akan memungkinkan diperolehnya suatu prestasi belajar dalam mata
pelajaran yang bersangkutan. Oleh karena itu para siswa yang memiliki
kesanggupan atau kecakapan dalam suatu mata pelajaran tertentu memiiki
prestasi pada mata pelajaran yang bersangkutan.
Simpulan
Remedian penting untuk dilakukan untuk memberikan kesempatan agar
siswa yang terlambat mencapai ketuntasan menguasai materi
pelajaran,
sehingga mendapatkan hasil ketuntasan belajar yang maksimal. Kegiatan
evaluasi yang dilakukan oleh seorang guru seharusnya mempunyai umpan
balik (feed back). Artinya seorang guru harus secara teratur memantau dan
menerima informasi tentang kemajuan belajar siswa. Namun, umpan balik
semata tidaklah menolong siswa untuk dapat memperbaiki kondisi belajar
mereka. Untuk hal ini diperlukan kegiatan yang menawarkan program
perbaikan (remidial) dan bimbingan untuk mengoreksi kesalahan belajar
siswa dan memperbaiki atau membantu mengatasi kesulitan/ masalah
belajar yang mereka alami. Disisi lain, bagi siswa yang telah mencapai taraf
ketuntasan belajar diberikan program pengayaan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi 1996 . Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta:
Bumi Aksara
.............. 1992, prosedur penelitian, edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta
............. 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi V). Jakarta, Rineka Cipta
Degeng,
Sudana I
Nyoman.
2005,
Teori
pembelajaran 2
(Terapan Teori Konstruktifisme). Surabaya.
Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya, Apolo
Djiwandono,Sri
Esti
Wuryani,2006,
Psikologi
Pendidikan.Edisi
Revisi,Jakarta, Grasindo
Hamalik, Oemar 2001, Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
http/www/.23 September 2010/duniapendidikan.com.
Mukhtar. Rusmiani 2007, pengajaran Remedial. Jakarta Hima Multima
Nasution 2003, Metode Reseach (Penelitian Ilmiah), Bumi Aksara.
Jakarta
Ngalim, purwanto 1992, psikologi pendidikan.
Bandung : Remaja
Rosda
Karya
Nurkancana, 1986, Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Riduwan, 2004. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Dan Karyawan,
Bandung: Alfabeta
Sudjana, Nana, 2004. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru
Algensindo. Bandung
Suhardjono, Ruti’l 2006, metodologi penelitian. Surabaya : Univesity
Pres
Surya brata, Sumadi,1985, Psikologi pendidikan. Jakarta: CV Rajawali Pers
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian . Surabaya: Usaha Nasional
Rahayu Sri, 2004, Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Dan Cara
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS SMP Negeri
Pakusari Jember, Tesis Magister Manajemen Pendidikan, Perpustakaan
PPs. UM Malang.
Syaiful Bahri Djamarah. 1994, Prestasi Belajar Dan
Kompetensi
Guru. Surabaya: Usaha Nasonal
Riyanto, Yatim, 2001, Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya. SIC
Tohri Ahmad Ridwan Markarma, 2007 Belajar
Dan Pembelajaran.
Pancor
Download