Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati Terhadap

advertisement
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print)
1
Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati Terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai
Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas
Bhaskara di PT Petrokimia Gresik
Shinta Wardhani1), Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si.1) dan Warisnu Anugerahani, S.Si.2)
1)
Jurusan Biologi, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected]
2)
PT Petrokimia Gresik, Jl. Jendral Ahmad Yani Gresik 61119
Abstrak---- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi
pupuk hayati dan berapa dosis optimal pemberian pupuk hayati
terhadap peningkatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman
cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Bhaskara.
Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi tanaman,
jumlah buah dan berat buah. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk hayati produksi PT Petrokimia Gresik dengan beberapa
dosis pengaplikasian. Hasil pengamatan dianalisis dengan Anova
One Way pada taraf signifikansi 5% dilanjutkan dengan uji
Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk hayati
berpengaruh tetapi tidak berbeda nyata terhadap jumlah buah
dan berat buah tanaman cabai rawit. Dosis pemberian pupuk
hayati terhadap peningkatan produktivitas tanaman cabai rawit
adalah pada kisaran 50-100 kg/ha.
Kata kunci--- pupuk hayati, produktivitas, Capsicum frutescens
L., dosis.
I. PENDAHULUAN
P
UPUK
adalah
pupuk
yang
mengandung
mikroorganisme hidup untuk meningkatkan pengambilan
hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara.
Pemanfaatan pupuk hayati dilakukan berdasarkan respon
positif terhadap peningkatan efektivitas dan efisiensi
pemupukan sehingga dapat menghemat biaya pupuk dan
penggunaan tenaga kerja. Mikrobia yang digunakan sebagai
pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan langsung ke dalam
tanah, disertakan dalam pupuk organik atau disalutkan pada
benih yang akan ditanam [1].
Cabai rawit (C.frutescens L.) merupakan salah satu jenis
tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara
komersial. Cabai rawit adalah tanaman berumur pendek atau
tanaman semusim (annual) yang habitat perdu dan tanaman
ini dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun daratan rendah
[2].
Pupuk hayati produksi PT Petrokimia Gresik mengandung
berbagai
jenis
mikroorganisme
fungsional
seperti:
Azospirillum sp., Azotobacter sp., Aspergillus sp.,
Pseudomonas sp., Penicillium sp., dan Streptomyces sp..
mikroorganisme inilah memiliki potensi yang besar dalam
memacu pertumbuhan tanaman. Azospirillum sp. dan
Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp.sebagai penghasil
hormon pertumbuhan dan penambat N2 udara. Penggunaan
pupuk hayati ini memberikan respon positif terhadap
peningkatan efektivitas dan efisiensi pemupukan sehingga
dapat menghemat biaya pupuk, penggunaan tenaga kerja, dan
dalam jangka panjang dapat mencegah degradasi lahan.
Penelitian ini brtujuan untuk mengetahui pngaruh aplikasi
pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produktivitas
tanaman cabai rawit (C.frutescens L.) varietas Bhaskara dan
mengetahui berapa dosis optimal pemberian pupuk hayati
terhadap peningkatan produktivitas tanaman cabai rawit
(C.frutescens L.) varietas Bhaskara.
I.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian Tugas Akhir ini dilakukan
pada bulan Maret 2013 – Juni 2013 di Kebun Percobaan,
Kompartemen Riset PT Petrokimia Gresik yang berkantor
pusat di Jl. Jendral Ahmad Yani Gresik 61119.
B. Persiapan Benih
Biji tanaman cabai yang digunakan adalah varietas Bhaskara
yang sudah teruji kualitasnya, lalu diambil yang bentuknya
sempurna dan tidak cacat.
C. Pesemaian
Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kompos
dengan perbandingan 1: 1 lalu dimasukan ke dalam tray. Biji
cabai yang telah dipilih, kemudian ditanam pada media dan
diusahakan agar biji tidak menumpuk dengan menggunakan
semai baris yaitu ditaburkan pada baris-baris persemaian yang
telah diolah, lalu ditutup dengan tanah tipis. Persemaian harus
disimpan pada suhu kamar dengan menjaga kelembaban,
penyiraman air pada pagi dan sore hari. Setelah 4-7 hari dalam
persemaian, tumbuhlah benih yang mengeluarkan radikula
atau calon akar siap ditanam.
D. Penanaman
Benih yang telah berkecambah atau bibit cabai umur 10-14
hari (biasanya telah tumbuh sepasang daun) sudah dapat
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print)
dipindahkan ke polybag penanaman. Bibit cabai dipilih yang
baik yaitu pertumbuhannya segar, warna daun hijau, tidak
cacat atau terkena hama penyakit. Siapkan tempat penanaman
berupa polybag volume 50 liter (28 kg). Disiapkan campuran
tanah, arang sekam, sekam kompos dan kompos dengan
perbandingan 1:1:1:1 dimasukkan ke dalam polybag. Tray
yang berisi bibit harus dibuka dulu sebelum ditanam. Tanah
tidak boleh menggumpal agar akar tidak lepas. Pada saat bibit
ditanam, tanah di sekitar akar tanaman ditekan-tekan agar
sedikit padat dan bibit berdiri tegak. Bibit ditanam tepat di
bagian tengah. Bibit diletakkan di tempat yang tersinari
matahari dan disirami secukupnya untuk menjaga
kelembabannya.
Dilakukan 8 perlakuan dengan masing-masing 4
pengulangan sebagai berikut:
Tabel 1.
Dosis Pupuk Pada Tanaman Cabai Rawit (C. frutescens L.) Varietas
Bhaskara
Dosis Pupuk (kg/ha)
Perlakuan
NPK
ZA
A
Pupuk
organik
0
Pupuk
hayati
0
0
0
B
2000
800
200
0
C
2000
800
200
25
D
2000
800
200
E
2000
800
200
50
75
F
2000
800
200
100
G
2000
800
200
125
H
2000
800
200
150
Keterangan:
Aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pupuk organik diaplikasikan sebagai pupuk dasar.
Pupuk organik diaplikasikan pada 0-1 Minggu Setelah Tanam (MST),
NPK pada 2-9 MST , dan ZA pada 0-1 MST.
Pupuk hayati diaplikasikan 2 kali pada 0-1 MST dan 5 MST.
Pupuk NPK yang diberikan pada 2-9 MST per polybag sebanyak 1,05
gram dengan cara diaplikasikan dengan dilarutkan dalam air. Sedangkan
pupuk hayati diaplikasikan dengan cara ditunggal.
E. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan secukupnya untuk menjaga
kelembaban. Pemeliharaan cabai meliputi penyiraman, dan
pengamatan, serta pemberian pupuk dan penyemprotan
pestisida jika diperlukan. Penyiraman dilakukan setiap hari
atau sesuai kebutuhan dan keadaan tanahnya. Pemupukan
dilakukan tiap 1 minggu sekali. Pemberian pupuk selanjutnya
dilakukan pada 2-9 MST.
F. Pemanenan Cabai
Cabai bisa dipanen pada saat berumur 85 hari setelah tanam
(HST), yang ditandai dengan buahnya yang padat dan
berwarna merah menyala. Pemanenan bisa dilakukan dengan
cara memetik buah cabai beserta tangkainya. Berat buah per
polybag ditimbang menggunakan neraca analitik. Frekuensi
panen hingga 6 kali.
G. Pengamatan
Parameter
pengamatan pertumbuhan cabai rawit yang
meliputi tinggi tanaman, jumlah buah, dan berat buah.
1. Tinggi Tanaman
2
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar, mulai
dari pangkal batang yang sudah ditandai sebelumnya (± 1 cm
di atas media) hingga titik tumbuh pucuk apikal. Pengamatan
dilakukan setiap 2 minggu sekali dari 0 MST sampai tumbuh
buah dan dilakukan hingga pemanenan.
2. Jumlah Buah
Perhitungan jumlah buah dengan cara memetik buah cabai
beserta tangkainya. Buah cabai yang telah dipanen, dihitung
jumlahnya per polybag.
3. Berat Buah
Perhitungan berat buah dilakukan dengan cara memetik
buah cabai beserta tangkainya. Buah cabai yang telah dipanen,
ditimbang beratnya per polybag menggunakan neraca analitik.
Berat buah ditimbang setelah pemanenan.
H. Rancangan Penelitian
Pengamatan penelitian ini terdiri dari 1 faktorial yaitu dosis
pupuk hayati, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 8 perlakuan dan 4 pengulangan. Analisa statistik
menggunakan ANOVA One Way dengan taraf signifikansi
5%, lalu dilanjutkan dengan Uji Duncan.
I.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang dilakukan selama kurang lebih 4 – 5
bulan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman cabai
rawit, dapat diketahui hasil beberapa parameter yang diamati
yaitu tinggi, berat buah dan jumlah buah tanaman cabai rawit.
Tabel 2.
Aplikasi Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman
Cabai Rawit (C.frutescens L.) Varietas Bhaskara
Perlakuan
Tinggi
Jumlah
Berat
tanaman
buah
buah
(cm)
(gr)
A
112.7500 a
105.0000a
71.3075 a
B
123.9000 a
245.2500 a
172.0575 b
C
115.8750 a
126.7500 a
77.1075 a
D
129.5500 a
238.0000 b
141.0350 ab
E
124.7250 a
249.0000 b
188.9500 b
F
122.5500 a
168.5000 ab
99.9325 ab
G
118.6750 a
113.7500 a
66.5850 a
H
111.2750 a
78.5000 a
61.8500 a
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan One Way pada taraf nyata signifikansi
5%
Hasil pada tabel 2. menunjukkan bahwa parameter tinggi
tanaman tidak berpengaruh dan tidak berbeda nyata antar
perlakuan. Sedangkan aplikasi pupuk hayati berpengaruh dan
tidak berbeda nyata terhadap jumlah buah dan berat buah.
Tinggi tanaman dipengaruhi oleh air. Jumlah buah dan berat
buah dipengaruhi oleh unsur hara N, P dan K.
Dalam penelitian ini pupuk organik berfungsi sebagai pupuk
dasar untuk memperbaiki kondisi fisik tanah yaitu
kegemburan tanah dan KTK sehingga perakaran tanaman
menjadi baik untuk penyerapan hara. Pupuk ZA dan NPK
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print)
sebagai penyedia unsur hara yang berfungsi untuk
menyediakan makanan kimiawi untuk tanaman, sehingga
tanaman tidak kekurangan unsur hara untuk pertumbuhannya.
Pupuk NPK mengandung berbagai unsur hara yaitu
nitrogen, fosfat, kalium dan sulfur. Pupuk ZA mengandung
unsur hara yaitu nitrogen dan sulfur. Nitrogen dimanfaatkan
tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan dan merangsang pertumbuhan vegetatif seperti
daun; fosfor digunakan tanaman untuk pengangkutan energi
hasil metabolisme dalam tanaman dan merangsang
pembungaan dan pembuahan; kalium berfungsi dalam proses
fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral
termasuk air; dan sulfur yang berfungsi sebagai pembentukan
asam amino dan pertumbuhan tunas.
Pupuk anorganik yang digunakan harus sesuai dosis yang
pas artinya, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Karena
apabila pemberian pupuk anorganik secara berlebihan akan
menyebabkan kerusakan tanah karena sifat pupuk anorganik
ini adalah cepat terserapnya zat hara sehingga menjadikan
tanah tersebut menjadi miskin hara. Namun apabila
kekurangan pupuk anorganik maka tanaman tersebut menjadi
kekurangan makanan kimiawi untuk tanaman, sehingga
tanaman kekurangan unsur hara untuk pertumbuhannya.
Varietas cabai rawit yang dipakai adalah varietas Bhaskara,
yang memiliki beberapa keunggulan yaitu: perkembangannya
lebih cepat, sehingga lebih cepat panen; produktivitasnya
tinggi, menghasilkan buah yang lebih banyak; umurnya lebih
panjang; tahan terhadap berbagai macam musim; memiliki
adaptasi yang luas baik di dataran tinggi maupun dataran
rendah; perawatannya mudah; dan memiliki ukuran buah lebih
besar yaitu panjang ± 6 cm dan diameter ± 0,7 cm [3].
140
pembelahan, pembesaran, pemanjangan sel dan mendukung
tegaknya tanaman. Selain itu tinggi tanaman dipengaruh juga
oleh cahaya matahari.
Interval
pemberian
pupuk
hayati
mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dalam memenuhi kebutuhan unsur hara
pada fase vegetatif tanaman. Kebutuhan tanaman akan unsur
hara tidak sama, membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak
sama banyaknya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan awal tanaman adalah kecukupan unsur hara di
dalam tanah. Selain itu, di awal fase pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, kebutuhan akan unsur hara masih
sedikit sehingga hara yang tersedia di dalam tanah masih
mencukupi
untuk
mendukung
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman yang optimal.
Gambar 2. Jumlah buah cabai rawit
120
Tinggi Tanaman (cm)
3
100
A
B
80
C
60
D
E
40
F
20
G
H
0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Umur (MST)
Gambar 1. Tinggi tanaman cabai rawit
Analisis Anova pada taraf signifikansi 5% menunjukan
bahwa pemberian pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap
tinggi tanaman cabai rawit. Hasil data tertinggi tinggi tanaman
cabai rawit pada perlakuan D dengan dosis pupuk hayati
sebanyak 50 kg/ha dengan nilai tinggi tanaman 129,5 cm.
Tinggi tanaman dipengaruhi oleh air. Air digunakan oleh
tanaman untuk proses fotosintesis dan transpirasi. Air
merupakan reagen yang penting dalam proses-proses
fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Peranan air
dalam tubuh tanaman untuk sumber H dan O2 dalam
fotosintesis, serta untuk menjaga sel yang penting untuk
Analisis Anova pada taraf signifikansi 5% menunjukan
bahwa kelompok perlakuan berpengaruh terhadap jumlah
buah dengan pengaruh yang signifikan ditunjukkan pada
perlakuan D-E terhadap perlakuan A (kontrol positif). Dosis
pemberian pupuk hayati terhadap peningkatan produktivitas
tanaman cabai rawit pada kisaran 50-100 kg/ha.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada jumlah buah, pada
tabel 4.3, perlakuan A dan B menunjukkan perbedaan. Hal ini
jkarena pada perlakuan A tidak diaplikasikan pupuk sehingga
hasil yang didapatkan jauh berbeda dari yang diaplikasikan
pupuk. Sedangkan pada perlakuan B ini menunjukkan hasil
jumlah buah yang banyak, padahal dalam penelitian ini, pada
perlakuan B tidak diaplikasikan pupuk hayati. Hal ini
dikarenakan pada saat akan melakukan penelitian, tanah yang
dipakai tidak melalui proses sterilisasi terlebih dahulu,
sehingga diduga di dalam tanah pada perlakuan B tersebut
masih terdapat mikroorganisme sisa penelitian sebelumnya
yang mengakibatkan mikroorganisme tersebut mencukupi
kebutuhan hara yang dibutuhkan oleh tanaman pada perlakuan
B tersebut.
Buah merupakan bagian yang penting pada tanaman karena
organ ini merupakan tempat yang sesuai bagi perkembangan,
perlindungan dan penyebaran biji. Pembentukan buah
dipengaruhi oleh unsur hara K. karena unsur hara K
mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print)
Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik
dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun dalam xylem dan
floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma. Unsur hara
K berfungsi untuk pengangkutan karbohidrat, sebagai
katalisator dalam pembentukan protein, meningkatkan kadar
karbohidrat dan gula dalam buah, membuat biji tanaman
menjadi lebih berisi dan padat, serta meningkatkan kualitas
buah seperti bentuk dan warna lebih baik.
200
188.95
172.05
180
160
141.03
Berat Buah (gr)
140
120
99.93
100
77.1
80
60
66.58
61.85
53.3
40
20
0
A (Kontrol B (Kontrol C (Pupuk
positif)
Negatif) Hayati 25
kg/ha)
D (Pupuk
Hayati 50
kg/ha)
E (Pupuk F (Pupuk G (Pupuk H (Pupuk
Hayati 75 Hayati 100 Hayati 125 Hayati 150
kg/ha)
kg/ha)
kg/ha)
kg/ha)
Perlakuan
Gambar 3. Berat buah cabai rawit
Analisis Anova pada taraf signifikansi 5% menunjukan
bahwa kelompok perlakuan berpengaruh terhadap jumlah
buah dengan pengaruh yang signifikan ditunjukkan pada
perlakuan D terhadap perlakuan A (kontrol positif). Dosis
pemberian pupuk hayati terhadap peningkatan produktivitas
tanaman cabai rawit pada kisaran 50-100 kg/ha.
Perlakuan A didapatkan hasil berat buah sebanyak 71,3 gr.
Hasil ini ini terlihat lebih tinggi dibanding dengan perlakuan G
dan H. Padahal pada perlakuan A tidak diaplikasikan pupuk
apapun. Perlakuan B menunjukkan hasil besar berat buah
yang tinggi. Padahal pada perlakuan B tidak diaplikasikan
pupuk hayati. Hal ini mungkin dikarenakan pada awal
penanaman, tanah yang dipakai tidak melalui tahap sterilisasi
terlebih dulu. Sehingga diindikasikan bahwa didalam tanah
yang dipakai tersebut masih ada sisa-sisa penelitian
sebelumnya terdapat mikroba indigenus yang berfungsi untuk
menghasilkan berat buah yang lebih besar.
Pembentukan buah dipengaruhi oleh unsur hara N, P dan K.
Pembentukan dan pengisian buah sangat dipengaruhi oleh
unsur hara (N, P dan K) yang akan digunakan dalam proses
fotosintesis yaitu sebagai penyusun karbohidrat, lemak,
protein, mineral dan vitamin yang akan ditranslokasikan
kebagian penyimpanan buah [4].
Untuk perkembangan buah sangat dipengaruhi oleh
pembentukan auksin pada biji-biji yang sedang berkembang
dan bagian-bagian lain pada buah yang berfungsi untuk
menyuplai
cadangan
makanan
guna
meningkakan
perkembangan buah [5].
Dimana mikroorganisme yang berperan sebagai penghasil
hormon auksin adalah Azotobacter sp., dan Azospirilium sp.,
sebagai mikroba penambat nitrogen, penghasil zat pengatur
tumbuh.
4
Pada pengamatan tersebut, dosis optimal tidak tercapai,
karena semua perlakuan menunjukkan hasil yang baik, yaitu
mampu menghasilkan buah.
Pupuk
hayati
ini
mengandung
beberapa
jenis
mikroorganisme fungsional seperti: Azotobacter sp., dan
Azospirilium sp., sebagai mikroba penambat nitrogen,
penghasil zat pengatur tumbuh. Pseudomonas sp., Aspergillus
sp., dan Penicillium sp., sebagai pelarut fosfat dan perombak
bahan organik. Serta mikroba pelarut kalium yaitu
Streptomyces sp., dan pada umumnya miroba pelarut fosfat
juga mampu melarutkan kalium dalam tanah yang terdapat
pada mineral tanah.
Perlakuan H dengan dosis pupuk hayati terbanyak yaitu 150
kg/ha, menghasilkan produktivitas yang terkecil diantara
lainnya. Hal ini dikarenakan aplikasi pupuk hayati dalam suatu
tanaman terlalu banyak, sehingga jika jika pupuk hayati yang
banyak akan menghasilkan mikroorganisme yang lebih
banyak pula didalam tanah tersebut. Banyaknya populasi
mikroorganisme ini mengakibatkan kompetisi antar sesama
mikroorganisme untuk mendapatkan kecukupan kebutuhan
makanan, oksigen dan air. Sehingga akan mudah mati karena
kekurangan kebutuhan hidup dari mikroorganisme itu sendiri.
Varietas cabai rawit yang dipakai adalah varietas Bhaskara.
Varietas ini sudah melalui beberapa tahapan proses tahapan uji
genetik oleh penemunya, sehingga termasuk dikategorikan
sebagai kualitas yang unggul. Oleh karena itu, hasil yang
didapatkan untuk perlakuan jumlah buah dan berat buah
menghasilkan data yang sangat baik, yaitu semua perlakuan
tumbuh buah, sehingga hasil yang diperoleh tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Untuk
mencapai produksi yang tinggi ditentukan oleh potensi
varietas unggul. Potensi varietas unggul di lapangan masih
dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik (varietas)
dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan
lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi
produksi yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat
tercapai.
Setiap varietas memiliki perbedaan genetik yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil serta kemampuan
adaptasi suatu varietas berbeda-beda. Varietas bermutu
(varietas unggul) mempunyai salah satu sifat keunggulan dari
varietas lokal. Keunggulan tersebut dapat tercermin pada sifat
morfologinya yang dapat menunjukkan produksi buah yang
tinggi, respons terhadap pemupukan dan resisten terhadap
hama dan penyakit. Jenis varietas yang sesuai dengan keadaan
lingkungan diharapkan tumbuh dengan baik dan memberikan
hasil yang tinggi [6].
Mikroorganisme akan berkembang dengan baik apabila
memenuhi persyaratan tumbuhnya tepenuhi, yaitu makanan
yang cukup, adanya oksigen dan air, serta suhu yang tidak
terlalu panas. Biasanya mikroorganisme bisa dijumpai pada
tanah yang lembab, dan subur. Apabila populasi
mikroorganisme dalam tanah terlalu sedikit, akibatnya
tanaman tersebut tidak tumbuh secara optimal, karena
kebutuhan hara yang dibutuhkan tanaman tersebut tidak
sepenuhnya terpenuhi. Namun jika mikroorganisme dalam
tanah tersebut terlalu banyak akibatnya mikroorganisme itu
bisa kekurangan kebutuhan hidupnya seperti oksigen, air dan
makanan yang cukup, karena harus berkompetisi dengan
banyak mikroorganisme lainnya.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print)
Pupuk hayati yang diberikan pada setiap perlakuan berbedabeda dan hasilnya pun juga terlihat berbeda. Dalam hal ini
pengaruh pupuk hayati berperan dalam membangkitkan
kehidupan tanah secara alami melalui proses mikrobiologi,
mekanisme kerja yang dilakukan oleh pupuk hayati lebih
dititik beratkan pada peningkatan aktivitas biologi dalam tanah
untuk menuju keseimbangan dan kesuburan tanah, sehingga
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia tanah dan meningkatkan
unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Selain
itu, penggunaan pupuk hayati lebih ekonomis dan ramah
lingkungan sehingga cocok untuk pemakaian alternatif bagi
petani untuk memanfaatkan pemasok nitrogen dan fosfor.
Pemanfaatan pupuk hayati dilakukan berdasarkan respon
positif terhadap peningkatan efektivitas dan efisiensi
pemupukan sehingga dapat menghemat biaya pupuk dan
penggunaan tenaga kerja. Teknologi yang dapat digunakan
adalah penerapan pupuk hayati (biofertilizer). Dalam hal ini
suplai sebagian unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat
dilakukan oleh bakteri yang mempunyai kemampuan
menambat N dari udara dan mikroba pelarut fosfat yang dapat
menambang P di dalam tanah menjadi P-tersedia bagi
pertumbuhan tanaman, sehingga dapat menghemat
penggunaan pupuk kimia [7].
II. KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari hasil aplikasi pupuk hayati terhadap produktivitas
tanaman cabai rawit (C. frutescens L.) varietas Bhaskara dapat
disimpulkan bahwa pemberian pupuk hayati berpengaruh
tetapi tidak berbeda nyata terhadap jumlah buah, berat buah
dan panjang akar tanaman cabai rawit. Dosis pemberian pupuk
hayati terhadap peningkatan produktivitas tanaman cabai rawit
adalah pada kisaran 50-100 kg/ha
DAFTAR PUSTAKA
[1] Simanungkalit, R.D.M, et al. 2008. “Pupuk Organik dan Pupuk Hayati”.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian
Pengembangan Pertanian. Bogor.
[2] Steenis van, et al. 2010. “Flora”. Jakarta: PT Pradnya Paramita
[3] Zainuri.2013. “Bhaskara, Genjah dan Hasil Melimpah”. Sidoarjo: PT
Tanindo Intertraco.
[4] Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Penerbit Gramedia.
[5] Mc. Mahon, Margareth J, et al. Hartmann’s Plant Science Growth
Development and Utilization of Cultified Plants 4th Edition. New Jersey:
Pearson Education, inc., Upper Saddle River.
[6] Prajnanta, F. 2004. “Pemeliharaan Tanaman Budidaya Secara Intensif dan
Kiat Sukses Beragribisnis”. Bogor: Penebar Swadaya.
[7] Abdurrahman, Fahim, dan Susanti. 2000. “Pemanfaatan Berbagai Bahan
Organik Sebagai Suplemen Dalam Peningkatan Produktivitas Lahan”.
Kumpulan Makalah Hasil Penelitian Buku I. Balitpa, Sukamandi.
5
Download