BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II merupakan salah satu rumah sakit tipe C di Yogyakarta yang telah terakreditasi pelayanan dasar. Rumah sakit tersebut adalah rumah sakit swasta yang dimiliki oleh Persarikatan Muhammadiyah. Saat ini, rumah sakit yang beralamat di Jl. Wates KM 5,5 Gamping, Sleman ini dipimpin oleh Direktur yaitu dr. H Ahmad Faesol, Sp. Rad., M. Kes. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dalam hal ini merupakan pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang terletak di Jl. Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta. Sebagai bagian pengembangan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, maka secara historis kemudian sejarah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II juga tidak dapat dilepaskan dari sejarah rumah sakit tersebut. Secara operasional, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II rumah sakit ini dibuka pada tanggal 15 Februari 2009. Pada tanggal 16 Juni 2010 Rumah Sakit mendapatkan ijin operasional sementara nomer 503/0299a/DKS/2010. 53 54 Salah satu pelayanan yang ada di RS PKU Muhammadiyah adalah IGD. IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II melayani 24 jam kasus emergency dan non emergency. Memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 10 tempat tidur. Yang masih dibagi lagi 4 tempat tidur untuk kasus false emergency, 5 tempat tidur untuk ruang tindakan kasus emergency dan 1 tempat tidur untuk ruang observasi. Angka kunjungan selama 3 bulan periode Desember – Februari di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah 7912 kunjungan. Selain IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II saat ini memiliki beberapa jenis pelayanan. Berikut menunjukkan jenis-jenis pelayanan di RS adalah tabel yang PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tabel 2. Jenis Pelayanan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Jenis Pelayanan Keterangan Gawat darurat 24 jam Klinik spesialis Spesialis kebidanan, anak, penyakit dalam, paru, jantung, bedah umum, bedah orthopedic, bedah urologi, gigi anak, THT, mata, saraf, kulit dan kelamin Rawat inap Klas 3 : 70 tempat tidur Klas 2 : 32 tempat tidur Klas 1 : 12 tempat tidur Klas VIP: 10 tempat tidur Kamar bayi 5 tempat tidur Perawatan intensif 15 tempat tidur Kamar operasi Hemodialisa Laboratorium Fisioterapi Radiologi CT – Scan, X – Ray, USG 4 Dimensi Farmasi Rumah Sakit - 55 12 13 14 Gizi Bina Ruhani Pemulasaran Jenazah - Saat ini RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II memiliki 28 dokter umum, 2 dokter gigi, dan 38 dokter spesialis berbagai bidang. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan distribusi SDM medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II: Tabel 3. Distribusi SDM Medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II No Uraian Jumlah 1. Dokter Umum 28 2. Dokter Gigi Umum 2 3. Dokter Spesialis Obsgyn 3 4. Dokter Spesialis Anak 3 5. Dokter Spesialis Dalam 5 6. Dokter Spesialis Paru 1 7. Dokter Spesialis Jantung 1 8. Dokter Spesialis Bedah Umum 3 9. Dokter Spesialis Bedah Tulang 2 10. Dokter Spesialis Bedah Digestiv 1 11. Dokter Spesialis Konservasi Gigi 1 12. Dokter Spesialis Bedah Mulut 1 13. Dokter Spesialis Anestesi 3 14. Dokter spesialis Radiologi 2 15. Dokter Spesialis THT 3 16. Dokter Spesialis Mata 3 17. Dokter Spesialis Kulit & Kelamin 2 18. Dokter Spesialis Syaraf 3 19. Dokter Spesialis Jiwa 1 Selain SDM medik, pelayanan pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II juga didukung oleh SDM keperawatan, penunjang medik, dan penunjang non medik. Untuk SDM keperawatan, PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II saat ini memiliki 156 SDM. Sementara SDM penunjang medik meliputi SDM bagian pendaftaran/ MR, 56 laboratorium, farmasi, radiologi, elektro medik, gizi, dan fisioterapi dengan jumlah keseluruhannya adalah 59 SDM. Untuk SDM penunjang non medik terdiri dari SDM bagian pemeliharaan, sanitasi, linen laoundry, kendaraan, dan satpam dengan jumlah keseluruhannya adalah 31 orang. 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Instrumen 1) Angket Pengguna Internal Sampel penelitian untuk pengguna internal ini berjumlah 26 sehingga nilai r tabelnya (0,05, 26) adalah 0,388. Oleh karena itu, item dinyatakan valid jika jika, nilai pearson correlation (r hitung) diatas 0,388. Hasil pengujian validitas untuk pengguna internal tersaji pada tabel berikut: Tabel 4. Uji Validitas Angket Pengguna Internal No. Item IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 IT7 Pearson Correlation Keterangan 0.676 Valid 0.436 Valid 0.485 Valid 0.440 Valid 0.447 Valid 0.512 Valid 0.469 Valid Tabel 4 (Lanjutan) Uji Validitas Angket Pengguna Internal No. Item Pearson Correlation Keterangan IT8 0.468 Valid IT9 0.445 Valid IT10 0.506 Valid IT11 0.434 Valid IT12 0.403 Valid IT13 0.555 Valid 57 IT14 IT15 IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 0.573 0.610 0.699 0.509 0.573 0.407 0.544 0.548 0.482 0.524 0.731 0.471 0.504 0.496 0.418 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tabel tersebut menunjukkan hasil uji validitas untuk angket pengguna internal. Berdasarkan tabel terlihat bahwa semua item pertanyaan memiliki nilai r hitung lebih besar dari 0,388 sehingga semua item pertanyaan dinyatakan valid. 2) Angket Pengguna Eksternal Sementara sampel penelitian untuk pengguna eksternal berjumlah 30 responden sehingga nilai r tabelnya (0,05, 30) adalah 0,361. Oleh karena itu, item dinyatakan valid jika jika, nilai pearson correlation (r hitung) diatas 0,361. Hasil pengujian validitas untuk pengguna internal tersaji pada tabel berikut: Tabel 5 Uji Validitas Angket Pengguna Eksternal No. Item Pearson Correlation Keterangan ET1 ET2 ET3 0.581 0.578 0.415 Valid Valid Valid 58 0.724 0.426 0.819 0.669 0.490 0.490 0.500 0.639 0.595 0.819 0.539 0.500 ET4 ET5 ET6 ET7 ET8 ET9 ET10 ET11 ET12 ET13 ET14 ET15 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tabel tersebut menunjukkan hasil uji validitas untuk angket pengguna eksternal. Berdasarkan tabel terlihat bahwa semua item pertanyaan memiliki nilai r hitung lebih besar dari 0,361 sehingga semua item pertanyaan dinyatakan valid. b. Uji Reliabilitas Instrumen Tabel 6 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Internal Eksternal Alpha Cronbach Keterangan 0,743 0,745 Reliabel Reliabel Nilai Alpha Cronbach untuk masing-masing variabel lebih dari 0,6 sehingga dikatakan bahwa instrumen yang digunakan di dalam penelitian memiliki reliabilitas yang baik. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner sudah layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. 59 3. Hasil Observasi a. Fisik Bangunan IGD Letak bangunan IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dalam hal ini dapat dikatakan strategis, yaitu terletak pada jalan utama yang mudah dijangkau. Berikut merupakan tampak depan bangunan ruang IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II: Gambar 3 Tampak Depan Ruang IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa pintu utama untuk mengakses IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dalam hal ini adalah satu. Artinya bahwa pintu masuk dan pintu keluar didesain satu pintu, sehingga akses keluar masuk pasien dan pengunjung terpusat pada satu pintu tersebut. Sementara itu, untuk denah dalam ruang IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dapat dilihat pada gambar berikut: 60 Gambar 4 Denah Ruang IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II b. Hasil Observasi pada Titik Pengamatan Observasi pada penelitian ini dilakukan pada lima titik pengamatan. Kelima titik pengamatan tersebut dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama adalah ruang dalam, main entrance, dan dropping area pasien. Sementara kelompok kedua adalah ruang tunggu dan dropping area umum. 1) Observasi Ruang Utama di Bagian Dalam Ruang utama yang dimaksud dalam hal ini adalah ruangan yang berada di daerah utama IGD. Ruang ini terdiri dari ruang pemeriksaan, tindakan atau observasi. Pengamatan dilakukan pada tiga unsur, yaitu keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. 61 Gambar 5 Ruang observasi pasien IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Gambar 6 Ruang kerja perawat dan dokter IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II 62 Gambar 7 Ruang tindakan medis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil observasi di ruang utama bagian dalam IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II: Tabel 7 Hasil Observasi Area Pengamatan RuangUtama Bagian Dalam Hasil Kriteria Hasil Observasi Kategori Penilaian Penilaian Ya Tidak Keselamatan: Jumlah skor Cukup a) Pintu keluar mengarah ke luar √ 1 : buruk bangunan 2 : cukup b) Tersedia dua buah pintu keluar √ 3-4 : baik c) Terdapat tanda untuk pintu √ keluar darurat d) Pintu keluar langsung √ Keamanan: Jumlah skor Cukup a) Bebas tabrakan √ 1 : buruk b) Tidak licin √ 2 : cukup c) Terkontrol √ 3 : baik Kenyamanan: Jumlah skor Baik a) Suhu optimal √ 1 : buruk b) Cukup terang √ 2 : cukup c) Bebas kebisingan √ 3-4 : baik d) Luasan cukup √ Sumber: Diolah dari data primer (2015) 63 Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat dilihat bahwa untuk area pengamatan di ruang utama bagian dalam di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, keselamatan dan keamanan berada dalam kriteria cukup, sedangkan kenyamanan dalam kriteria baik. Permasalahan utama dalam hal ini adalah bahwa jumlah pintu utama hanya satu, sehingga tidak dilakukan pemisahan antara jalan masuk dengan jalan keluar. Hal ini membuat akses masuk dan keluar ruang IGD menjadi terganggu. Sementara itu, di dalam ruangan sendiri tidak terpenuhi unsur bebas tabrakan. Meskipun terdapat ruang triase, akan tetapi karena pintu IGD belum dalam kondisi siap untuk didorong karena terkadang terbentur peralatan angkut penggerak. 2) Observasi Main Entrance Pintu masuk utama di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dalam hal ini mudah ditemukan karena posisinya berada pada koridor utama. Berikut adalah gambar yang menunjukkan pintu masuk IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II: 64 Gambar 8 Pintu Masuk IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Berikut tabel yang menunjukkan hasil observasi di pintu masuk utama di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II: Tabel 8 Hasil Observasi Area Main Entrance Hasil Kriteria Kategori Observasi Penilaian Ya Tidak Keselamatan: Jumlah skor a) Pintu keluar mengarah ke luar √ 1 : buruk bangunan 2 : cukup b) Tersedia dua buah pintu keluar √ 3-4 : baik c) Terdapat tanda untuk pintu √ keluar darurat d) Pintu keluar langsung √ Keamanan: Jumlah skor a) Bebas tabrakan √ 1 : buruk b) Tidak licin √ 2 : cukup c) Terkontrol √ 3 : baik Kenyamanan: Jumlah skor a) Suhu optimal √ 1 : buruk b) Cukup terang √ 2 : cukup c) Bebas kebisingan √ 3-4 : baik d) Luasan cukup √ Sumber: Diolah dari data primer (2015) Hasil Penilaian Baik Cukup Baik 65 Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengamatan di main entrance di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II untuk keselamatan adalah baik, untuk keamanan adalah cukup, dan untuk kenyamanan adalah baik. Permasalahan yang dapat dilihat dari hasil pengamatan di main entrance di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah bahwa hanya tersedia satu pintu keluar. Hal ini belum memenuhi standar karena seharusnya terdapat dua pintu keluar. Kondisi tersebut berkaitan dengan akses yang menjadi tidak bebas tabrakan. Selain itu, area main entrance juga tidak memenuhi indikator cukup luas meskipun aksesnya telah terpisah dari akses menuju poliklinik dan instalasi rawat inap. 3) Observasi Dropping Area Pasien Dropping area pasien dalam hal ini berarti area yang digunakan untuk menurunkan pasien dari kendaraan sebelum pasien dibawa masuk ke ruang pemeriksaan. Hasil observasi menunjukkan bahwa dropping area pasien masih menjadi satu akses jalur dengan dropping area umum. 66 Gambar 9 Dropping area pasien IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil observasi di titik pengamatan dropping area pasien: Tabel 9 Hasil Observasi Dropping Area Pasien Hasil Kriteria Observasi Kategori Penilaian Ya Tidak Keselamatan: Jumlah skor a) Pintu keluar mengarah ke luar √ 1 : buruk bangunan 2 : cukup b) Tersedia dua buah pintu keluar √ 3-4 : baik c) Terdapat tanda untuk pintu √ keluar darurat d) Pintu keluar langsung √ Keamanan: Jumlah skor a) Bebas tabrakan √ 1 : buruk b) Tidak licin √ 2 : cukup c) Terkontrol √ 3 : baik Kenyamanan: Jumlah skor a) Suhu optimal √ 1 : buruk b) Cukup terang √ 2 : cukup c) Bebas kebisingan √ 3-4 : baik d) Luasan cukup √ Sumber: Diolah dari data primer (2015) Hasil Penilaian Cukup Cukup Cukup 67 Hasil observasi di titik dropping area pasien dalam hal ini menunjukkan bahwa untuk katagori keselamatan, keamanan, maupun kenyamanan berada pada kriteria cukup. Permasalahan utama yang dapat dilihat pada titik observasi ini adalah bahwa lokasi dropping area pasien yang terlalu dekat dengan jalan umum, sehingga menyebabkan area tersebut menjadi tidak bebas bising. Suara kendaraan bermotor yang melalui jalan utama di luar rumah sakit dalam hal ini terdengar cukup jelas. Selain itu, luasan area ini juga belum cukup luas. Hal ini dapat dilihat dari jalur yang hanya dapoat dilalui oleh dua ambulance sekaligus. Oleh sebab itu, ketika terdapat beberapa kendaraan yang bersamaan akan masuk, maka terdapat antrian sebelum pasien dapat diturunkan dari kendaraan di dropping area pasien. 4) Observasi Ruang Tunggu Secara keseluruhan, observasi di ruang tunggu menunjukkan hasil yang baik. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil observasi di ruang tunggu: 68 Tabel 10 Hasil Observasi Ruang Tunggu Hasil Kriteria Observasi Kategori Penilaian Ya Tidak Keselamatan: Jumlah skor a) Pintu keluar mengarah ke luar √ 1 : buruk bangunan 2 : cukup b) Tersedia dua buah pintu keluar √ 3-4 : baik c) Terdapat tanda untuk pintu √ keluar darurat d) Pintu keluar langsung √ Keamanan: Jumlah skor a) Bebas tabrakan √ 1 : buruk b) Tidak licin √ 2 : cukup c) Terkontrol √ 3 : baik Kenyamanan: Jumlah skor a) Suhu optimal √ 1 : buruk b) Cukup terang √ 2 : cukup c) Bebas kebisingan √ 3-4 : baik d) Luasan cukup √ Sumber: Diolah dari data primer (2015) Hasil Penilaian Baik Baik Baik Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat dilihat bahwa ssecara keseluruhan untuk ruang tunggu pada katagori keselamatan, keamanan, dan kenyamanan berada pada kriteria baik. Terdapat dua indikator saja yang tidak terpenuhi, yaitu belum adanya dua buah pintu keluar dan suhu yang belum optimal. Salah satu permasalahan utama di ruang tunggu yang dapat dilihat dari hasil observasi adalah bahwa suhu di ruang tunggu belum cukup nyaman. Dalam hal ini tidak terdapat pendingin ruangan, namun suhunya masih mendekati suhu ruang. 69 Gambar 10 Ruang tunggu pasien IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II 5) Observasi Dropping Area Umum Dropping area umum dalam hal ini berarti area yang digunakan untuk menurunkan pengguna eksternal IGD selain pasien. Misalnya adalah keluarga pasien atau kendaraan pengangkut barang-barang medis keperluan IGD. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa dropping area umum dalam hal ini masih menjadi satu akses jalur dengan dropping area pasien. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil observasi di titik pengamatan dropping area umum: 70 Tabel 11 Hasil Observasi Dropping Area Umum Hasil Kriteria Observasi Kategori Penilaian Ya Tidak Keselamatan: Jumlah skor a) Pintu keluar mengarah ke luar √ 1 : buruk bangunan 2 : cukup b) Tersedia dua buah pintu keluar √ 3-4 : baik c) Terdapat tanda untuk pintu √ keluar darurat d) Pintu keluar langsung √ Keamanan: Jumlah skor a) Bebas tabrakan √ 1 : buruk b) Tidak licin √ 2 : cukup c) Terkontrol √ 3 : baik Kenyamanan: Jumlah skor a) Suhu optimal √ 1 : buruk b) Cukup terang √ 2 : cukup c) Bebas kebisingan √ 3-4 : baik d) Luasan cukup √ Sumber: Diolah dari data primer (2015) Hasil Penilaian Cukup Cukup Cukup Hasil observasi di titik dropping area umum dalam hal ini menunjukkan bahwa untuk katagori keselamatan, keamanan, maupun kenyamanan berada pada kriteria cukup. luasan area ini juga belum cukup luas. Hal ini dapat dilihat dari jalur yang hanya dapat dilalui oleh dua mobil sekaligus. Oleh sebab itu, ketika terdapat beberapa kendaraan yang bersamaan akan masuk, maka terdapat antrian sebelum kendaraan dapat memasuki dropping area umum. 4. Deskripsi Data Kuseioner a. Profil Responden Responden pada penelitian ini diperoleh dengan teknik stratified random sampling. Keseluruhan responden meliputi pengguna internal 71 dan pengguna eksternal. Untuk responden pengguna internal meliputi petugas media, petugas non medis, dan manajemen rumah sakit. Berikut adalah rincian jumlah responden dalam penelitian ini: Tabel 12 Responden Pengguna Internal Responden Petugas Medis Petugas Non Medis Manajemen Rumah Sakit Dokter Umum Perawat Asisten Apoteker Petugas Laboratorium Petugas Radiologi Petugas Pendaftaran Pasien Kepala Bagian Umum Kepala Bagian Pelayanan Medis Jumlah Sumber: Diolah dari data primer (2015) Jumlah 8 12 1 1 1 1 1 1 26 Responden dari pengguna eksternal berjumlah 30 responden yang masing-masing responden mewakili seorang pasien di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Berdasarkan hal tersebut, maka keseluruhan responden pada penelitian ini berjumlah 56 responden. b. Persepsi Pengguna Ruangan IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Persepsi pengguna ruangan IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dalam penelitian ini dikaji untuk mengentahui persepsi terhadap tiga katagori, yaitu keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. Sementara pengguna dibedakan menjadi pengguna internal dan eksternal. 72 1) Persepsi Keselamatan Persepsi keselamatan dalam hal ini berkaitan dengan kondisi pintu keluar dan tanda atau simbol yang digunakan untuk mengakses pintu keluar dalam kondisi kedaruratan. Hasil pengolahan data kuesioner menunjukkan bahwa aspek keselamatan secara umum belum dipersepsikan baik oleh sebagian besar responden, baik pengguna internal maupun pengguna eksternal. Terutama terkait dengan kondisi pintu masuk yang dinilai cukup mengganggu lalu lintas pasien karena pintu masuk masih jadi satu dengan pintu keluar. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hal tersebut: Tabel 13 Kondisi Pintu Masuk dan Pintu Keluar IGD Pernyataan Responden Apakah pintu masuk Internal mengganggu kelancaran lalu lintas pasien karena jadi satu Eksternal dengan pintu keluar? Ya (%) 57,69 Tidak (%) 42,31 57,69 42,31 Sumber: Diolah dari data primer (2015) Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar pengguna internal maupun eksternal menilai bahwa pintu masuk yang menjadi satu dengan pintu keluar cukup mengganggu kelancaran lalu lintas pasien. Masing-masing sebanyak 57,69 responden, baik untuk pengguna internal maupun eksternal menyatakan hal tersebut. 73 Gambar 11 Pintu masuk dan pintu keluar IGD RS PKU Muhammadiyah Unit II Bagi pengguna internal, unsur keselamatan ini juga berkaitan dengan posisi pintu masuk dengan kemudahannya untuk menurunkan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengguna internal (84,62%) menyatakan bahwa posisi pintu masuk IGD mudah untuk menurunkan pasien dan 15,38% yang menyatakan tidak. Sejalan dengan hal tersebut, pada sisi lain dari sisi pengguna eksternal kondisi pintu masuk IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dinilai cukup mudah dicapai oleh pasien. Hal ini ditunjukkan dengan persepsi 84,62% responden pengguna eksternal yang menilai bahwa posisi pintu masuk IGD mudah dicapai oleh pasien. 74 Selain itu, 86,67% responden pengguna eksternal juga menyatakan bahwa IGD dekat dengan jalan umum (jalan raya) atau parkir. Hal ini sejalan dengan persepsi pengguna internal yang sebagian besar juga menyatakan hal tersebut. Sebanyak 65,38% responden pengguna internal menilai bahwa IGD dekat dengan jalan umum (jalan raya) atau parkir. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dilihat bahwa responden pengguna eksternal menilai bahwa IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II mudah diakses, sehingga memudahkan pasien dalam kondisi darurat yang memerlukan penanganan segera. Untuk sistem proteksi kebakaran, di IGD RS PKU Muhammadiyah Unit II sudah dilengkapi dengan satu alat pemadam kebakaran dan sudah terpasang di dalam ruangan. Dan jika terjadi kebakaran alat tersebut sudah siap langsung digunakan. Berikut gambar untuk alat pemadam kebakaran yang terpasang di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II : 75 Gambar 12 Alat pemadam kebakaran IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa capaian untuk aspek keselamatan dalam hal ini masih perlu ditingkatkan. Terutama berkaitan dengan persepsi pengguna internal maupun eksternal mengenai lalu lintas pasien yang terganggu akibat pintu masuk jadi satu dengan pintu keluar IGD. 2) Persepsi Keamanan Persepsi keamanan dalam hal ini berkaitan dengan tiga hal utama, yaitu bebas tabrakan, tidak licin, dan terkontrol. Untuk unsur bebas tabrakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pengguna internal yang menilai bahwa aktivitas kerja di 76 IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II belum bebas tabrakan masih cukup tinggi. Sebagian besar responden pengguna internal menilai kondisi pintu IGD belum cukup siap didorong. Hal ini terlihat dari masih tingginya responden pengguna internal yang menyatakan bahwa pintu IGD terbentur peralatan angkut penggerak saat didorong. Sebanyak 50% responden pengguna internal menyatakan hal tersebut. Artinya bahwa unsur bebas tabrakan belum dipersepsikan baik oleh sebagian besar responden pengguna internal. Sementara untuk bebas licin, sebagian besar responden, baik pengguna internal maupun eksternal dalam hal ini telah memiliki persepsi positif. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hal tersebut: Tabel 14 Persepsi terhadap Unsur Bebas Licin Pernyataan Responden Ya (%) Apakah tempat menurunkan Internal 38,46 pasien di IGD sudah aman atau tidak licin? Eksternal 43,33 Tidak (%) 61,54 56.67 Sumber: Diolah dari data primer (2015) Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengguna internal maupun eksternal menilai bahwa tempat menurunkan pasien di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sudah aman dan tidak licin. Hal ini menunjukkan bahwa tempat menurunkan pasien di IGD 77 rumah sakit tersebut dapat meminimalisasi terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dalam proses menurunkan pasien. Tidak hanya tempat menurunkan pasien, lantai di dalam IGD sendiri dalam hal ini juga bebas licin. Hal ini dapat dilihat dari persepsi responden eksternal yang sebagian besar (86,67 %) menyatakan bahwa lantai IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tidak licin. Selain bebas tabrakan dan bebas licin, keamanan dalam hal ini juga berkaitan dengan kondisi yang terkontrol. Hal ini berkaitan dengan beberapa kondisi. Kondisi pertama adalah kebersihan lantai IGD. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hal tersebut: Tabel 15 Persepsi terhadap Kebersihan Lantai IGD Pernyataan Responden Ya (%) Apakah menurut anda lantai Internal 76,92 di IGD bersih? Eksternal 86,67 Tidak (%) 23,08 13.33 Sumber: Diolah dari data primer (2015) Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar respoden, baik pengguna internal maupun eksternal menilai bahwa lantai IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tidak licin. Terdapat 76,92 % responden pengguna internal dan 86,67 % responden pengguna eksternal yang menyatakan hal tersebut. 78 Gambar 13 Kondisi lantai IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Bagi pengguna internal, persepsi keamanan yang terkait dengan unsur terkontrol dalam hal ini berkaitan dengan beberapa hal lainnya. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil penelitian mengenai unsur terkontrol oleh responden internal: 79 Tabel 16 Persepsi Responden Internal tentang Unsur Terkontrol Pernyataan Ya (%) Tidak (%) Apakah ada tempat pemisahan ruang sesuai 76,92 23,08 dengan kondisi penyakit? Apakah ruang triage sudah ada? 53,85 46,15 Apakah ruang triage terletak berdampingan dengan ruang tempat kepala perawat/dokter jaga sehingga dengan mudah dapat mengawasi semua kegiatan di pintu masuk, ruang tunggu, ruang tindakan dan ruang observasi? Apakah ada pemisahan antara ruang tindakan dan pemeriksaan? Apakah ruang tindakan bedah dan non bedah ada pemisahan? Sumber: Diolah dari data primer (2015) 50,00 50,00 65,38 34,62 84,62 15,38 Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat dilihat bahwa persepsi responden pengguna internal terhadap unsur terkontrol pada aspek keamanan sudah mengarah semua pada capaian positif. Sementara untuk proses triase sendiri, 50% responden menyatakan bahwa lokasinya belum menunjang kemudahan pengawasan semua kegiatan di pintu masuk, ruang tunggu, ruang tindakan, dan ruang observasi. 80 Gambar 14 Ruang dan tanda triase IGD PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Pada sisi lain, tempat pemisahan ruang sesuai dengan kondisi penyakit sudah ada sebagaimana dinyatakan oleh 76,92% responden. Begitu pula dengan pemisahan antara ruang tindakan dan pemeriksaan yang telah dilakukan sebagaimana dinyatakan oleh 65,38% responden, serta ruang tindakan bedah dan non bedah yang juga telah dibedah. Sebanyak 84,62% responden menyatakan hal tersebut. Terlepas dari kondisi tersebut, sebagian besar responden pengguna internal dalam hal ini telah menyatakan bahwa bekerja di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sudah aman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengguna internal (88,46%) merasa aman bekerja di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Pada sisi lain, terdapat 11,54% responden dari pengguna internal yang merasa tidak aman bekerja di lokasi tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, dapat 81 dinyatakan bahwa permasalahan yang masih terdapat pada aspek keamanan terdapat pada unsur bebas tabrakan dan terkontrol. 3) Persepsi Kenyamanan Persepsi kenyamanan dalam hal ini berkaitan dengan beberapa unsur. Pertama adalah unsur suhu optimal. Terkait dengan hal ini, responden pengguna internal maupun eksternal menunjukkan adanya perbedaan persepsi mengenai unsur ini. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hal tersebut: Tabel 17 Persepsi terhadap Suhu IGD Pernyataan Responden Apakah IGD memiliki alat Internal pendingin ruangan? Eksternal Apakah suhu ruangan IGD Internal sesuai dengan kebutuhan? Eksternal Ya (%) Tidak (%) 88,46 11,54 83,33 16,67 92,31 7,69 46,67 53.33 Sumber: Diolah dari data primer (2015) Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk keberadaan alat pendingin ruangan, responden pengguna internal maupun eksternal sebagian besar telah menyatakan bahwa di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II terdapat alat tersebut. Sementara itu, untuk kesesuaian suhu ruangan IGD dengan kebutuhan dalam hal ini terlihat adanya perbedaan. Bagi responden pengguna internal, sebagian besar 92,31% menyatakan bahwa suhu IGD telah sesuai dengan kebutuhan. Berbeda dengan 82 persepsi pengguna eksternal yang sebagian besar 53.33% menilai bahwa suhu ruangan IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II belum sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran langsung di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, hasil pengukuran dengan menggunakan alat humidity meter suhu ruangan IGD di RS menunjukkan angka 27,8C. Angka ini lebih besar dari standar yang ditetapkan dan dapat disimpulkan bahwa suhu ruangan di IGD masih tidak sesuai atau masih terlalu panas. Unsur kedua adalah cukup terang. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hal tersebut: Tabel 18 Persepsi terhadap Unsur Cukup Terang IGD Pernyataan Responden Apakah ruangan di IGD Internal cukup terang baik pada pagi, siang, maupun malam hari? Eksternal Ya (%) Tidak (%) 88,46 11,54 90 10 Sumber: Diolah dari data primer (2015) Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa suhu di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II telah dinilai cukup terang, baik pada pagi, siang, maupun malam hari. Hal ini dinyatakan oleh 88,46% responden internal dan 90% responden eksternal. 83 Unsur ketiga adalah bebas kebisingan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan persepsi pengguna internal dan eksternal sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 19 Persepsi terhadap Unsur Bebas Kebisingan IGD Pernyataan Responden Apakah ruangan IGD bebas Internal dari kebisingan (suara kendaraan bermotor)? Eksternal Ya (%) Tidak (%) 42,31 57,69 96,67 3,33 Sumber: Diolah dari data primer (2015) Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat dilihat bahwa responden pengguna internal sebagian besar (57,69%) menilai bahwa IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II belum bebas kebisingan. Berbeda dengan responden pengguna eksternal yang sebagian besar (96,67%) menilai bahwa ruang IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sudah bebas dari kebisingan. Unsur keempat adalah cukup luas. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan persepsi responden mengenai luasan ruang IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II: Tabel 20 Persepsi terhadap Kecukupan Luas IGD Pernyataan Responden Apakah anda sudah merasa nyaman bekerja dengan keadaan Internal luas ruang pemeriksaan, tindakan atau observasi? Apakah menurut anda ruang pemeriksaan / tindakan pasien Eksternal cukup luas? Ya (%) Tidak (%) 92,31 7,69 86,67 13.33 84 Sumber: Diolah dari data primer (2015) Data pada tabel tersbeut menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengguna internal (92,31%) menyatakan sudah merasa nyaman bekerja dengan keadaan luas ruang pemeriksaan, tindakan atau observasi. Pada sisi lain, sebagian besar responden pengguna eksternal (86,67%) menilai bahwa ruang pemeriksaan atau tindakan pasien sudah cukup luas. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna internal maupun eksternal memiliki penilaian bahwa IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sudah cukup luas. Selain itu, unsur selanjutnya dalam hal ini adalah penilaian kenyamanan pengguna IGD atas berbagai fasilitas yang ada di dalamnya. Berikut adalah persepsi responden pengguna internal dan eksternal mengenai hal tersebut: 85 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Tidak Kamar mandi berfungsi baik Terganggu dengan letak penyimpanan Kebutuhan air lancar Ada kamar mandi Terganggu letak ruangan Terganggu letak peralatan Ada ruang istirahat petugas Nyaman dengan ruang istirahat Ruang tunggu ada Terganggu keluarga pasien Ya Gambar 15 Persepsi Pengguna Internal tentang Kenyamanan IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Berdasarkan data pada Gambar 15 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden internal telah merasa nyaman dengan kondisi fasilitas atau sarana di ruang IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Persepsi positif atas kenyamanan tersebut dinilai untuk kamar mandi, ruang tunggu, ruang istirahat, maupun tata letak peralatann. Permasalahan yang dapat dilihat adalah pada banyaknya keluarga pasien yang dirasakan oleh sebagian besar responden pengguna internal cukup mengganggu kinerja dalam ruang IGD. 86 Tabel 21 Kondisi Ruang Istirahat Petugas Pernyataan Responden Apakah ada ruang istirahat Internal petugas? Apakah ada merasa nyaman Internal dengan ruang istirahat anda? Sumber: Diolah dari data primer (2015) Ya (%) 7,69 Tidak (%) 92,31 23,08 76,92 Data pada tabel tersbeut menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengguna internal (92,31%) menyatakan tidak ada ruang istirahat petugas. Sementara itu, 76,92% responden internal merasa tidak nyaman dengan ruang istirahat. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna internal memiliki penilaian bahwa ruang istirahat petugas di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II belum cukup nyaman. Berikut gambar ruang istirahat petugas : Gambar 16 Ruang istirahat perawat dan ruang istirahat dokter IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa ada ketidaknyamanan dari ruang istirahat perawat dengan alas tidur seadanya dan tidak terlalu rapi. Dari hasil wawancara langsung dengan salah satu petugas yang bekerja di IGD, mengatakan bahwa 87 tidak disediakan ruang istirahat khusus untuk perawat. Ruang istirahat perawat yang sekarang digunakan adalah ruang operasi yang tidak terpakai dan tidak layak digunakan sebagai ruang istirahat. Disini dapat kita lihat bahwa ruang operasi sudah beralih fungsi menjadi ruang istirahat. Berbeda dengan ruang istirahat dokter yang memang sudah disediakan khusus untuk istirahat dokter jaga. Diruang tersebut sudah tersedia tempat tidur, meja, kursi, almari. Sementara itu, untuk kenyamanan pengguna eksternal dapat dilihat pada gambar berikut: 120 100 80 60 40 Ya 20 Tidak 0 Apakah ruang Apakah ada Apakah ada Apakah pemeriksaan ruangan tunggu fasilitas kamar kebutuhan air yang ada untuk keluarga mandi? untuk kamar menurut anda pasien? mandi atau merasa kegiatan lainnya nyaman? lancar? Gambar 17 Persepsi Pengguna Eksternal tentang Kenyamanan IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Berdasarkan data pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden eksternal telah merasa nyaman dengan kondisi fasilitas atau sarana di ruang IGD RS PKU 88 Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Persepsi positif atas kenyamanan tersebut dinilai untuk kamar mandi, ruang tunggu, maupun ruang pemeriksaan. Sebagian besar responden pengguna eksternal memiliki penilaian yang positif mengenai kenyamanan fasilitas tersebut. B. Pembahasan 1. Performansi fisik di dalam ruang IGD di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II a. Lokasi IGD Berdasarkan pedoman teknis bangunan ruang gawat darurat rumah sakit dari Kementrian Kesehatan RI Tahun 2012, lokasi IGD Rumah Sakit harus memenuhi beberapa kriteria. Bangunan gawat darurat terletak di lantai dasar dengan akses masuk yang mudah dicapai khususnya pasien yang datang dengan menggunakan ambulan (Kemenkes, 2012). Lokasi bangunan ruang gawat darurat harus dapat dengan mudah dikenal dari jalan raya baik dengan menggunakan pencahayaan lampu atau tanda arah lainnya (Kemenkes, 2012). Hasil observasi menunjukkan lokasi IGD dekat dengan jalan raya sehingga mudah diakses pasien termasuk yang datang dengan menggunakan ambulan. Permasalahan pada lokasi IGD ini terletak pada dropping area dimana jalur dropping area IGD hanya dapat dilalui oleh dua ambulance sekaligus. Oleh sebab itu, ketika terdapat beberapa 89 kendaraan yang bersamaan akan masuk, maka terdapat antrian sebelum pasien dapat diturunkan dari kendaraan. b. Pencahayaan Pencahayaan merupakan salah satu aspek penting dalam perancangan ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila tidak disediakan akses pencahayaan. Intensitas pencahayaan perlu disesuaikan dengan kebutuhan penglihatan di dalam ruang berdasarkan aktivitas-aktivitas di dalamnya. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan publik yang penting. Kualitas pelayanan dalam rumah sakit dapat ditingkatkan apabila didukung dengan peningkatan kualitas fasilitas fisik. IGD merupakan salah satu wujud fasilitas fisik yang penting bagi pelayanan pasien. Tata pencahayaan dalam IGD dapat mempengaruhi kenyamanan pasien, di samping juga berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam menjalankan aktivitasnya melayani pasien. Pencahayaan yang baik digunakan untuk mendukung aktivitas dan kegiatan lainnya pengguna bangunan, mendukung fungsi keamanan dan menciptakan lingkungan yang sesuai dan menyenangkan (Simha, 1985). Berdasarkan pedoman teknis bangunan ruang gawat darurat rumah sakit dari Kementrian Kesehatan RI Tahun 2012, ruang tindakan dalam IGD harus mempunyai tingkat pencahayaan sebesar 300 sampai dengan 500 lux. Hasil pengukuran tingkat pencahayaan di ruang tindakan menunjukkan angka 328 lux. Hasil pengukuran tingkat 90 pencahayaan menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan sudah lebih besar dari standar minimal yang tentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pencahayaan di ruang tindakan IGD sudah memenuhi persyaratan. Dengan adanya pencahayaan yang baik ini dapat mendukung aktivitas dan kegiatan di ruang tindakan IGD. c. Kelembaban Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus memiliki ruang IGD yang memenuhi syarat kesehatan termasuk kualitas udaranya. Ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mudah menularkan penyakit melalui peralatan, bahan yang digunakan, makanan minuman, petugas kesehatan dan pengunjung. Untuk mencegah penularan penyakit, Kementrian Kesehatan RI mensyaratkan agar tingkat kelembaban relatif ruang tindakan adalah 30-60%. Tingkat kelembaban diukur dengan menggunakan alat humidity meter. Hasil pengukuran tingkat kelembaban di ruangan IGD menunjukkan angka 58,0%. Hasil pengukuran ini menunjukkan angka yang lebih besar dari standar tingkat kelembaban. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan tingkat kelembaban di ruangan IGD sudah sesuai dengan rekomendasi dari pedoman teknis yang telah ditetapkan. d. Kebisingan 91 Pentingnya kenyamanan di sekitar kawasan rumah sakit khususnya pada bangunan IGD maka sedapat mungkin kawasan rumah sakit terhindar dari kebisingan lingkungan sekitarnya seperti dari kendaraan bermotor. Hasil studi menunjukkan kebisingan dapat mengganggu kinerja tenaga medis ketika bekerja. Oleh karena itu Kementrian Kesehatan RI mensyaratkan batas paparan tingkat kebisingan untuk kawasan RS tidak lebih dari 55 dB. Hasil pengukuran tingkat kebisingan ruang IGD di RS menunjukkan angka 55,8 dB. Angka ini sedikit lebih besar dari standar yang ditetapkan. Kebisingan di ruang IGD ini tidak terlepas dari lokasi RS yang dekat dengan jalan raya sehingga banyak suara lalu lalang kendaraan bermotor yang terdengar sampai RS. e. Suhu Permasalahan suhu RS merupakan hal yang penting untuk dicermati karena hal ini berhubungan langsung dengan kenyamanan manusia, yaitu pasien yang sedang menjalani proses penyembuhan, perawat yang melakukan aktivitas pemantauan dan perawatan pasien setiap saat. Suhu yang terlalu panas dapat menimbulkan perasaan capai dan kantuk, sedangkan terlalu dingin membuahkan ketidaktegangan dan mengurangi daya atensi (Sastrowinoto, 1985). Kementrian Kesehatan RI mensyaratkan suhu ruangan yang ideal bagi RS antara 21,1 – 23,9oC. 92 Hasil pengukuran suhu ruangan IGD di RS menunjukkan angka 27,8oC. Angka ini ebih besar dari standar yang ditetapkan oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa suhu ruangan di IGD masih terlalu panas. 2. Evaluasi Pasca Huni berdasarkan persepsi pengguna internal dan eksternal terhadap performansi fisik ruang instalasi gawat darurat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Evaluasi pasca huni diperoleh berdasarkan hasil kuesioner yang disebar ke pengguna internal dan pengguna eksternal RS terhadap performansi fisik bangunan pada lima titik observasi dari segi keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Pengguna internal merupakan pemilik, pimpinan dan seluruh karyawan rumah sakit itu sendiri. Sementara pengguna eksternal merupakan pasien, keluarganya, rekanan pemasok dan masyarakat luas. Menurut Daniar Valent, dkk (2014), evaluasi pasca huni adalah proses evaluasi terhadap bangunan dengan cara sistematis dan teliti setelah bangunan selesai dibangun dan telah dipakai untuk beberapa waktu. Tahapan yang dilakukan dalam evaluasi pasca huni adalah perencanaan, pengumpulan data dan penerapan. Aspek keselamatan dalam hal ini berhubungan dengan kondisi pintu keluar dan tanda atau simbol yang digunakan untuk mengakses pintu keluar pada kondisi darurat. Hasil kuesioner menunjukkan aspek keselamatan masih belum dipersepsikan baik oleh sebagian besar responden sehingga capaian untuk aspek keselamatan masih perlu ditingkatkan oleh pihak RS. Khususnya terkait dengan kondisi pintu 93 masuk yang masih jadi satu dengan pintu keluar yang menganggu lalu lintas pasien. Hal ini juga sesuai dengan hasil observasi dimana jumlah pintu utama IGD RS hanya satu, sehingga tidak dilakukan pemisahan antara jalan masuk dengan jalan keluar. Tentu saja, hal ini mengakibatkan akses masuk dan keluar ruang IGD menjadi terganggu. Meskipun demikian, dilihat dari kemudahan pintu masuk ruang IGD untuk menurunkan pasien, sebagian besar responden menilai pintu masuk mudah untuk menurunkan pasien. Selain itu, pintu masuk IGD juga mudah dicapai oleh pasien. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dimana posisi pintu masuk utama IGD berada pada koridor utama. Ruang IGD yang dekat dengan jalan umum atau parkir juga memudahkan untuk diakses sehingga dapat dengan segera menurunkan pasien dalam kondisi darurat yang memerlukan penanganan segera. Aspek keamanan dalam hal ini berhubungan dengan bebas tabrakan, tidak licin dan terkontrol. Hasil kuesioner menunjukkan permasalahan utama pada aspek keamanan terletak pada unsur bebas tabrakan dan terkontrol. Sementara unsur tidak licin sudah dipersepsikan baik oleh pengguna internal dan pengguna eksternal. Unsur bebas tabrakan di ruang IGD maih belum terpenuhi karena pintu IGD masih terbentur peralatan angkut penggerak saat didorong. Selain bebas tabrakan, aspak keamanan juga terkait dengan unsur bebas licin. Sebagian besar responden menyatakan tempat menurunkan pasien sudah bebas licin dan aman sehingga dapat meminimalisasi kejadian yang tidak diinginkan ketika 94 sedang menurunkan pasien. Lantai di ruang IGD sendiri juga sudah bebas licin. Sementara itu, untuk unsur kondisi yang terkontrol berkaitan dengan kebersihan lantai, tempat pemisahan ruang, terdapat ruang triage, letak ruang triage, pemisahan ruang tindakan dengan ruang pemeriksaan dan pemisahan ruang bedah dan non bedah. Sebagian besar responden menyatakan lantai IGD sudah bersih. Sementara untuk pemisahan ruang sesuai dengan kondisi penyakit sudah ada. Ruang triage di IGD juga sudah ada. Berikut gambar tanda triase di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II : Gambar 18 Tanda triase IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Dari gambar tersebut ada empat tanda triage di IGD yaitu hijau, kuning, merah dan hitam. Ruang triage warna hijau digunakan untuk pasien yang tidak memerlukan penanganan langsung segera. Hal ini biasanya digunakan untuk pasien yang masih bisa berjalan sendiri. Ruang triage warna kunign digunakan untuk pasien yang memerlukan 95 penanganan segera akan tetapi kondisi pasien tidak dalam keadaan kritis. Ruang triage warna merah diguankan untuk pasien yang memerlukan penangan segera karena kondisi pasien dalam keadaan kritis. Sementara ruang triage warna hitam digunakan untuk pasien yang sudah dalam keadaan meninggal. Pemisahan antara ruang tindakan dengan ruang pemeriksaan juga sudah ada. Sementara pemisahan antara ruang tindakan bedah dan non bedah juga sudah ada di ruang IGD. Aspek kenyamanan dalam hal ini berhubungan dengan suhu, tingkat pencahayaan, tingkat kebisingan, tingkat kelembaban dan fasilitas yang ada di ruang IGD RS. Hasil kuesioner menunjukkan permasalahan utama pada aspek kenyamanan terletak pada unsur suhu belum optimal, tingkat kebisingan dan fasilitas RS. Ruang IGD telah memiliki alat pendingin ruangan akan tetapi pengguna eksternal sebagain besar merasa suhu ruangan IGD masih belum sesuai dengan kebutuhan, sementara untuk pengguna internal suhu sudah sesuai dengan kebutuhan. Hasil observasi pengukuran suhu ruangan yang dilakukan dengan termometer ruangan menunjukkan angka 27,8oC lebih besar dari standar yang ditetapkan yakni 21,1 – 23,9oC. Maka dapat disimpulkan suhu ruangan IGD masih belum sesuai dengan kebutuhan. Unsur tingkat pencahayaan menunjukkan angka 328 lux telah sesuai dengan standarnya sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pencahayaan di ruang IGD sudah sesuai dengan kebutuhan. Untuk tingkat kebisingan, sebagian besar responden menilai ruangan IGD masih belum bebas dari kebisingan. Hal ini 96 dikarenakan lokasi dropping area pasien yang terlalu dekat dengan jalan umum, sehingga menyebabkan area tersebut menjadi tidak bebas bising. Suara kendaraan bermotor yang melalui jalan utama di luar rumah sakit dalam hal ini terdengar cukup jelas. Hal ini juga didukung dari hasil observasi dimana angka tingkat kebisingan menunjukkan angka 55,8 db lebih besar dibandingkan dengan standar yang seharusnya yaitu 56,2 db. Unsur berikutnya adalah cukup luas. Hasil kuesioner menunjukkan ruang IGD sudah cukup luas dan sesuai dengan kebutuhan. Unsur selanjutnya terkait dengan fasilitas yang ada di RS. Pengguna eksternal sendiri telah merasa nyaman dengan fasilitas yang diberikan RS sementara pengguna internal masih merasa terganggu dengan banyaknya keluarga pasien yang keluar masuk ruang IGD. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suhu, tingkat kebisingan dan fasilitas RS masih harus ditingkatkan.