BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebuah sistem terdiri dari berbagai komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. Dalam Standar Nasional Pendidikan sebagaimana digunakan sabagai acuan oleh Badan Akreditas Nasional Perguruan Tinggi (BANPT), komponen pendidikan terdiri dari visi,misi,tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, pendidik,peserta didik, manajemen pengelo laan, sarana prasarana, pembiayaan, sistem komunikasi, lingkungan dan evaluasi pendidikan. 1 Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru. Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif,objektif, dan logis, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas,direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas menjelaskan bahwa proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan 1 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009), h. 16. 1 pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya banyak peserta didik yang tidak mengetahui materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah.Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah. 2 Pembelajaran merupakan dari istilah pengajaran, dan istilah belajarmengajar.Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur,yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.Mereka terlibat dalam sistem pengajaran adalah siswa, guru, dan tenaga lainnya, seperti tenaga laboratorium.Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, audio dan video.Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer.Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruangan saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas, atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi anatara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik. 3 Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, 2 Mulyono, Strategi Pembelajaran, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), h. 1-2. 3 Omar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bu mi Aksara, 2001), h. 57. 2 diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Harapan yangtidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dik uasai oleh anak didik secara tuntas.Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru.Kesulitan itu dikarenakan anakdidik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya,tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. 4 Proses belajar mengajar sebagaimana dinyatakan dalam Bab IV, Pasal 19 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didk untuk berpartisipasi aktif memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan bakat, minat dan psikologis peserta didik. 5 Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan 4 Syaifu l Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h. 1. 5 Abuddin Nata, op. cit., h. 22-23. 3 metode yang tepat,sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan. Metode yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar bermacam- macam.Dalam mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa macam metode. 6 Pemilihan bahan dan metode dalam mengajar mata pealajaran fikih tidak bisa sembarangan.Penggunaan bahasa pengantar juga harus disesuaikan dengan perkembangan anak didik sehingga anak didik dapat mudah mengerti bahan pelajaran yang diberikan. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat, kelas yang tidak bergairah dan kondisi anak yang kurang sesuai dengan sifat dan tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan suatu metode tentunya tidak akan terlaksana dengan mudah, ada faktor- faktor yang mempengaruhi. Oleh karena itu metode yang sesuai akan sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pengajaran itu sendiri. Namun harus pula diingat bahwa betapapun bagusnya suatu metode tentunya tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya hubungan baik antara pendidik dengan peserta didik. Di samping berbagai pernyataan diatas, kompetensi seorang guru juga harus terpenuhi dengan baik. Seorang guru yang mampu menyajikan pelajaran secara terampil dalam menggunakan metode, mampu mengembangkan dengan teknik-teknik pengajaran yang lebih kreatif dan inovatif maka sesungguhnya akan mendorong adanya 6 Ibid., h. 3-4. 4 interaksi yang baik dan proses belajar mengajar ini akan memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap peserta didik. Menurut penjajakan sementara penulis, MTs Inayatuththalibin Banjarmasin adalah sekolah yang cukup bagus dalam penerapan dan pengembangan metode pengajaran, khususnya penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran fikih. Terbukti dengan diterapkannya metode demonstrasi tersebut siswa terlatih untuk mempraktikkan cara berwudhu dan gerakan shalat yang cukup bagus. Ini semua didukung oleh berbagai faktor yang ada di sekolah tersebut. Yang dimaksud metode demonstrasi adalah metode mengajar di mana guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya proses cara mengambil air wudhu, proses jalannya shalat dua rakaat dan sebagainya. 7 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas penulis mencoba mengangkat judul penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsnawiyah Inayatuththalibin Belitung Darat Banjarmasin”. B. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul, maka penulis perlu menegaskan beberapa istilah yang ada di judul yaitu: 7 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), h. 62. 5 1. Penerapan adalah upaya yang dilakukan dan dilaksanakan dari suatu yang bersifat teori kedalam hal real atau nyata. Jadi, penerapan berarti hal mempraktikkan atau mengamalkan suatu cara. 8 Penerapan berarti penggunaan atau pelaksanaan suatu cara pembelajaran antara guru dan siswa. 2. Pembelajaran fikih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fikih sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah. Mata pelajaran fikih membahas tentang tata caramelaksanakan ibadah dalam Islam yaitu shalat jamak, qasar, dan jamak qasar di kelas VII A dan kelas VII B. 3. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memeragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. 9 Jadi yang dimaksud dengan penerapan menurut penulis adala h memasangkan, dan perihal mempraktikkan pelaksanaan proses belajar mengajar yang menggunakan metode demonstrasi untuk mencapai tujua n pembelajaran yang telah ditetapkan. C. Rumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah yaitu sebagai berikut: 8 Wjs. Poedarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 9 Syaifu l Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit,. h. 102. 1059. 6 1. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih di MTs Inayatuththalibin Banjarmasin? 2. Faktor-faktor apa saja yang menunjang dan menghambat penerapan metode demonstrasi di MTs Inayatuththalibin Banjarmasin? D. Alasan me milih Judul Beberapa alasan yang melatar belakangi penulis dalam memilih judul di atas adalah sebagai berikut: 1. Ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang proses penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih di MTs Inayatuththalibin Banjarmasin. 2. Guru yang mengajar mata pelajaran fikih diharapkan memiliki pengetahuan tentang proses belajar mengajar yang baik dan menyenangkan. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih di MTs Inayatuththalibin Banjarmasin. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menunjang dan menghambat penerapan metode demonstrasi di MTs Inayatuththalibin Banjarmasin. 7 F. Signifikansi Penelitian Dari hasil penelitian ini, nantinya diharapkan dapat berguna sebagai berikut: 1. Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam mendalami masalah-masalah pembelajaran fikih. 2. Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam melaksanakan pembelajaran fikih di MTs Inayatuththalibin Banjarmasin. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikhazanahbagi perpustakaan dalam kajian pendidikan tentang penerapan metode demonstrasi pada materi fikih dan taman-taman bacaan, terutama bagi Perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin. G. Sistematika Penulisan Untuk memahami isi dari karya tulis ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dikemukakan: Latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori tentang: Konsep belajar dan mengajar, pengertian pembelajaran fikih, pengertian metode pembelajaran, pengertian metode demonstrasi, kelemahan dan kelebihan metode demonstrasi, langkah- langkah metode demonstrasi, praktik penggunaan metode mengajar, faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar. 8 Bab III Menjelaskan Metode Penelitian, meliputi: Jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data,teknik pengolahan data, analisis data, serta prosedur penelitian. Bab IV Menyajikan hasil penelitian yang meliputi: Gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data, dan analisis data. Bab V Penutup, terdiri dari simpulan dan saran-saran. 9