Knowledge Management

advertisement
Tugas Te
eori Organ
nisasi dan Manajeme
M
en Pengeta
ahuan
Dosen : Dr.Ir. Arief Iman Su
uroso, M.S
Sc
NGETAHU
UAN DI PT
T UNITED
D
PENERAPAN MANAJEMEN PEN
T
TRACTOR
RS, Tbk.
H:
OLEH
NU
URUL HID
DAYAH
P0561014491.46
PROGR
RAM STU
UDI MANA
AJEMEN DAN
D
BISN
NIS
SEKOL
LAH PASC
CA SARJANA
INSTITU
UT PERTAN
NIAN BO
OGOR
20111
PENDAHULUAN
Alvin Toffler membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga
gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era
pertanian faktor yang menonjol adalah muscle (otot) karena pada saat itu
produktivitas ditentukan oleh otot. Dalam era industri, faktor yang
menonjol adalah machine (mesin), dan pada era informasi faktor yang
menonjol adalah mind (pengetahuan).
Pengetahuan merupakan modal yang mempunyai pengaruh besar
dalam menentukan kemajuan individu maupun kelompok (organisasi).
Pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terusmenerus diperbaharui melalui proses belajar. Selain itu, pengetahuan
sebagai sumber bisa hilang dari lingkungan organisasi dikarenakan
beberapa sebab, seperti kematian, mutasi kerja, bahkan mungkin karena
perpindahan anggota organisasi tersebut. Sehingga pada prinsipnya
adalah kehilangan pengetahuan merupakan kehilangan investasi yang
sudah dilakukan suatu organisasi, karena pengetahuan diperoleh melalui
proses pembelajaran dan pengalaman yang cukup panjang
Oleh karena itu, pengetahuan yang melekat pada anggota suatu
organisasi
juga
perlu
diuji,
dimutakhirkan,
ditransfer,
dan
diakumulasikan, agar tetap memiliki nilai. Suatu organisasi agar dapat
mencapai visi dan misinya harus mengelola pengetahuan yang
dimilikinya dengan baik agar dapat bersaing dengan organisasi yang lain.
Salah satu cara tersebut adalah dengan menerapkan manajemen
pengetahuan.
Manajemen pengetahuan merupakan hal yang sudah tidak asing
lagi di Indonesia. Konsep ini telah digunakan oleh berbagai macam
perusahaan dan menampakkan hasil yang optimal. Salah satu perusahaan
yang sukses dalam menerapkan konsep manajemen pengetahuan adalah
United Tractor (UT). Penerapan konsep tersebut sebagai perwujudan dari
visi dan misi organisasi, dan penyelarasan dengan dinamika bisnis
perusahaan. Kesuksesan UT dalam penerapan konsep manajemen
pengetahuan ini, terlihat dengan terpilihnya UT sebagai pemenang dalam
Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study tahun
2009.
MANAJEMEN PENGETAHUAN
2.1 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui
mata
dan
telinga
(www.duniabaca.com). Dalam organisasi, pengetahuan dipandang dari
berbagai perspektif. Pertama, pengetahuan dipandang sebagai sumber
daya
yang
terakumulasi
yang
menunjukkan
kapabilitas.
Kedua
pengetahuan dipandang sebagai suatu struktur yang membatasi tindakan.
Ketiga, pengetahuan sebagai produk.
Nonaka dan Takeuchi (1995) menyebutkan knowledge terdiri dari
dua jenis, yaitu:
1. Explicit knowledge adalah pengetahuan yang terdokumentasikan
dalam berbagai bentuk, seperti paper, laporan penelitian, buku,
artikel, manuskrip, paten dan software, dan lain-lain. Dengan kata
lain knowledge yang sudah dapat dikemukakan dalam bentuk data,
formula, spesifikasi produk, manual, prinsip-prinsip umum, dan
sebagainya. Pengetahuan jenis ini dapat segera diteruskan dari satu
individu ke individu lain secara formal dan sistematis.
2. Tacit knowledge berarti sesuatu yang tidak dengan mudah dilihat
dan diekspresikan. Ia berakar dalam tindakan dan pengalaman
pribadi, seperti dambaan, nilai, atau pun emosi. Wawasan dan
intuisi subjektif juga masuk dalam kategori ini. Pengetahuan tacit
sangat bersifat pribadi dan sulit diformalisasikan. Tacit knowledge
memiliki 2 dimensi, yaitu: a) dimensi teknis, yang lebih bersifat
informal dan know-how dalam melakukan sesuatu. Dimensi teknis
yang mengandung prinsip-prinsip dan teknis pengetahuan yang
diperoleh karena pengalaman ini, relatif sulit didefinisikan, b)
dimensi kognitif, terdiri dari kepercayaan, persepsi, idealisme,
values, emosi dan mental yang juga sulit dijelaskan. Dimensi ini
akan membentuk cara seseorang menerima segala sesuatu yang
ada di lingkungannya.
Dalam pendekatan yang berbeda, Quinn (1996) dalam Tiwana, 2002
mendeskripsikan pengetahuan ke dalam 4 level operasional yaitu knowwhat, know-how, know-why dan care-why. Know-what atau cognitive knowledge
merupakan knowledge yang diperoleh melalui pelatihan, pembelajaran dan
kualifikasi formal.
Know-how merupakan aplikasi praktis. Pada level ini apa yang telah
didapat pada level I diterjemahkan dalam pelaksanaan. Pada tahap ini
merupakan area dimana knowledge menambahkan nilai dalam suatu
organisasi melalui kemampuan untuk menterjemahkan knowledge yang
bersifat teoritis menjadi eksekusi yang efektif.
Know-why disebut juga system understanding merupakan knowledge
terdalam dari jaringan hubungan sebab akibat yag ada pada suatu disiplin
ilmu. Level ini memungkinkan profesional untuk berpindah dari
pelaksanaan kerja ke pemecahan masalah yang lebih besar dan kompleks
dan menciptakan solusi baru bagi permasalahan yang baru. Care-why
tahap lanjutan dari kreativitas diri (self-motivated creativity) merupakan
level dimana inovasi radikal dapat terjadi melalui lompatan imajinatif dari
pemikiran lateral.
2.2 Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)
Manajemen Pengetahuan dapat dipandang dari dua sisi yaitu
secara operasional dan strategis. Manajemen Pengetahuan secara
operasional
artinya
Manajemen
Pengetahuan
merupakan
aktifitas
perusahaan/organisasi dimana terjadi pengembangan dan pemanfaatan
pengetahuan, sedangkan Manajemen Pengetahuan secara strategis
merupakan langkah untuk memantapkan setiap organisasi/perusahaan
sebagai perusahaan yang berbasis pengetahuan.
Menurut Demarest (1997), fase Manajemen Pengetahuan dalam
sebuah organisasi mencakup konstruksi pengetahuan, pemencaran
(diseminasi) pengetahuan, penggunaan pengetahuan; dan perwujudan
pengetahuan. Selain itu, Davenport et al (1998), menjelaskan bahwa
manajemen
pengetahuan
berkaitan
dengan
eksploitasi
dan
pengembangan aset pengetahuan sebuah organisasi dengan arah
mencapai dan memajukan sasaran organisasi.
Jadi,
Manajemen
Pengetahuan
meliputi:
proses
penciptaan
pengetahuan, distribusi pengetahuan dan aplikasi pengetahuan. Dalam
Manajemen Pengetahuan, selain manusia sebagai subjek inspirasi
pengetahuan, dua hal lain yang perlu di-manage adalah tempat (hard &
soft) yang menjadi media dalam proses meraih pengetahuan serta isi
pengetahuan itu sendiri. Pengukuran hasil implementasi Manajemen
Pengetahuan sangat diperlukan untuk dapat mengetahui keefektifan dari
implementasi Manajemen Pengetahuan di suatu perusahaan. Menurut
Bramley dan Newby (Bramely & Newby, 1984), ada 4 tujuan utama untuk
melakukan pengukuran dan evaluasi, yaitu:
1. Feedback
–
Memastikan
bahwa
pelaksanaan
Manajemen
Pengetahuan sesuai dengan harapan para staff dan tujuan dari
Knowledge Management itu sendiri, dan sebagai sarana untuk
quality control.
2. Control – Memastikan agar pelaksanaan Manajemen Pengetahuan
sesuai dengan jalurnya yaitu sesuai dengan kegiatan operasional di
perusahaan,
dan
untuk
memastikan
bahwa
Knowledge
Management tepat guna.
3. Research – Untuk melihat apakah proses pembelajaran karyawan
dan transfer pengetahuan dari para karyawan berjalan dengan baik
dan efektif.
4. Intervention
–
Hasil
dari
evaluasi
dapat
menjadi
bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan mengenai langkah
selanjutnya yang perlu diambil untuk Manajemen Pengetahuan ke
depannya.
2.3
Manajemen Pengetahuan di PT United Tractors, Tbk. (UT)
Penerapan Manajemen Pengetahuan di UT didasarkan pada
timbulnya “rasa sayang” ketika seorang karyawan pindah kerja atau
pensiun. Selain itu, UT juga ingin mewujudkan visi dan misi organisasi
seiring dengan dinamika pertumbuhan bisnis di sektor-sektor insutri yang
menggunakan jasa solusi UT. Dari hasil penjabaran visi dan misi, lahirlah
tiga pilar bisnis UT, yaitu mesin-mesin konstruksi, kontrak penambangan,
dan penambangan batu bara. Transformasi paling utama yang terjadi di
UT adalah transformasi SDM. Namun, dalam penerapannya masih
terdapat beberapa kendala, antara lain upaya untuk menggugah
karyawan
agar
berbagi
pengetahuan.
Implementasi
Manajemen
Pengetahuan di UT dilakukan dengan mengubah training centre menjadi
learning centre. Selanjutnya untuk mendapatkan inovasi, UT harus bisa
menyatukan Manajemen Pengetahuan di perusahaan sebaga budaya yang
terintegrasi dan melekat pada seluruh karyawan. Transfer pengetahuan
dan informasi hanya terjadi jika para individu punya pola pikir terbuka
dan mengedepankan tim.
Ketika UT berjualan baterai alat berat, maka UT diarahkan untuk
menjadi battery management yang mengurusi dari proses delivery barang
hingga penampungan limbah baterai itu. Penerapan pola ini juga
dilakukan di salah satu pelanggan UT yaitu perusahaan pertambangan
besar di Papua. UT bahkan membantu menjualkan aki bekas (disposal)
sehingga perusahaan tambang itu tak repot memikirkan di mana akan
membuang limbah, tetapi justru mendapatkan uang. Cara-cara baru
seperti itu tentu saja lebih solutif bagi pelanggan. Di sisi lain, hal itu juga
merupakan jurus tersendiri bagi UT guna menghindar dari jebakan
perang harga murah yang biasa terjadi di industri ini yang akan
merugikan posisinya jika diikuti.
Bentuk transformasi lain sebagai bentuk perwujudan penerapan
Manajemen Pengetahuan adalah transforamsi tugas tenaga penjualan,
dimana dahulu tenaga penjualan lebih ditugaskan sebagai salesman.
Tugasnya tentu saja menjual, menjual dan menjual. Namun seiring
dengan pergeseran bisnis, kemudian mereka ditiadakan dan diubah
menjadi konsultan. Jadi, yang dibentuk bukan salesman, melainkan
business consultant. Ia tidak sekedar menjual, tetapi juga memberi
informasi solusi layaknya seorang konsultan kepada kliennya. Dari sisi
pengembangan SDM, perusahaan tak serta-merta menuntut karyawannya
bertransformasi, misalnya agar tenaga penjualan berubah menjadi
konsultan bisnis, dll. UT memfasilitasi berbagai kegiatan pengembangan
diri yaitu dengan lembaga pelatihan yang diarahkan menjadi learning
center. Karyawan yang dimasukkan ke UT learning center dikembangkan
hard skill dan soft skill-nya, serta diarahkan menjadi manajer yang punya
jiwa kewirausahaan tinggi agar bisa menciptakan dan mengembangkan
bisnis-bisnis di lingkup UT.
Selain penerapan manajemen pengetahuan dalam SDM, UT juga
menerapkan manajemen pengetahuan dalam sistem teknologi informasi.
Sistem teknologi informasi dikolaborasikan dengan pelanggan, dengan
berbagai keunggulannya. Sistem teknologi informasinya bergesar dari
desk base ke arah solusi yang mudah diakses di lapangan (mobile
application), sebagai contoh penerapan sistem vehicle manajemen untuk
pengelolaan armada alat berat dan angkutan.
KESIMPULAN
Pengetahuan merupakan modal yang mempunyai pengaruh besar
dalam menentukan kemajuan individu maupun kelompok (organisasi).
Pengetahuan dibagi menjadi tacid knowledge dan explicit knowledge. Tacid
knowledge perlu ditransformasi menjadi explicit knowledge agar dapat
bermanfaat bagi orang lain. Penerapan manajemen pengetahuan di PT
United Tractors Tbk. Menunjukkan dampak yang positif terlihat dengan
terpilihnya UT sebagai pemenang dalam Indonesian Most Admired
Knowledge Enterprise (MAKE) Study tahun 2009.. Salah satu bentuk
penerapannya adalah perubahan training center menjadi learning center,
dan transformasi tenaga penjualan menjadi business consultant. Tenaga
penjualan yang tadinya hanya berjualan saja, bertransformasi menjadi
tenaga konsultan, yang menyalurkan pengetahuannya kepada pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Bramely, P., and Newby, A. C. 1984. The Evaluation of Training Part I:
Clarifying the Concept. J. Eur. Ind. Train , 10-16.
Davenport, T.H. and Prusak, L. 1998. Working knowledge: how organizations
manage what they know. Bosto,MA: Harvard Business School Press.
Demares, M. 1997. Knowledge management, Journal of Long Range
Planning, 30 (3):378-84
Nonaka, Ikujiro. 1995. The knowledge-creating company: how Japanese
companies create the dynamics of innovation. New York: Oxford
University Press.
Tiwana, Amrit. 2002. The knowledge management toolkit: orchestrating it,
strategy, and knowledge platforms 2 nd. New Jersey: Prentice Hall.
www.duniabaca.com [diakses tanggal 27 September 2011]
Download