BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Daerah Penelitian SD Negeri 1 Teguhan terletak di Desa Teguhan Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan. Sekolah Dasar ini berdiri pada tahun 1985, pemerintah mendirikan gedung SD Negeri 1 Teguhan di atas tanah seluas 1905,75 m2. selama ini sudah mengalami beberapa kali perbaikan dengan bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK), sehingga menjadikan SD Negeri 1 Teguhan mempunyai ruangan yang cukup lengkap. Suasana SD Negeri 1 Teguhan masih asri dengan suasana pedesaan. Karena letaknya termasuk di desa, jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran, disamping itu hal ini menjadikan anak lebih aman dalam perjalanan berangkat, istirahat, maupun pulang sekolah. Meskipun letak SD Negeri 1 Teguhan berdampingan dengan rumah penduduk, namun kegiatan belajar mengajar tetap dapat berjalan dengan baik. 4.2 Gambaran Subyek Penelitian Jumlah keseluruhan peserta didik SD Negeri 1 Teguhan sebanyak 141 siswa. Sedangkan jumlah peserta didik kelas IV yang menjadi subyek penelitian adalah sebanyak 23 siswa yang terdiri dari 15 siswa putra dan 8 siswa putri. 1. Pemahaman Belajar Pada awalnya siswa kelas IV, nilai rata-rata pelajaran IPA rendah khususnya pada materi Energi. Hal ini disebabkan karena siswa diberikan pemahaman tentang materi “Energi” melalui metode ceramah saja yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa menjadi bosan dan malas saat mengikuti pelajaran. 2. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatif siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton. 35 36 4.3 Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II, terlabih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa atau hasil belajarnya terutama pada pelajaran IPA. Selain observasi secara langsung peneliti juga mendapatkan data dari guru kelas IV melalui dokumentasi kelas. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Teguhan semester II Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 23 siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, terlihat bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai hasil evaluasi peserta didik pada mata pelajaran IPA yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60). Dari kondisi inilah peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas atau PTK dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pelajaran IPA. Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1. Tabel 4. 1 Rekapitulasi Perolehan Nilai Kondisi Awal Sebelum Diadakan Tindakan 1. ˂ 50 Sebelum Tindakan Jumlah Persentase Siswa (%) 3 13,05 2. 50-59 10 43,47 Belum tuntas 3. 60-69 2 8,69 Tuntas 4. 70-79 5 21,74 Tuntas 5. 80-89 3 13,05 Tuntas 6. 90-100 0 0 Tuntas Jumlah 23 100 Rata-rata 57,82 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 40 No. Nilai Keterangan Belum tuntas 37 Berdasarkan tabel 4.1 terlihat jelas perbandingannya siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=60) adalah sebanyak 10 siswa sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 13 siswa, jadi dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai ˂50 sebanyak 3 siswa atau 13,05%, 50 s/d 59 sebanyak 10 siswa atau 43,47%, untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 2 siswa atau 8,69%, nilai 70 s/d 79 sebanyak 5 siswa atau 21,74%, nilai 80 s/d 89 sebanyak 3 siswa atau 13,05% dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 tidak ada atau 0 %. Dengan nilai rata-rata 57,82 sedangkan nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah adalah 40 Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Kabupaten Grobogan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pokok Bahasan “Energi”. Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan No. Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Jumlah Persen (%) 1. Tuntas 10 43.47 2. Belum tuntas 13 56.53 23 100 Jumlah Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 13 siswa atau 56,53%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa dengan persentase 43.47%. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan guru masih rendah dikarenakan guru kurang memiliki ketrampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif atau selalu menggunakan pembelajaran yang monoton atau konvensional, dimana metode ceramah masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang berakibat tingkat pemahaman siswa menjadi rendah dan siswa pun kurang aktif dalam mengikuti proses 38 pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam transformasi ilmu pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif. Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas IV di SD Negeri 1 Teguhan Semester II Tahun Ajaran 2011/2012, peneliti akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret guna meningkatkan pemahaman belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua siklus. Siklus I pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya”, dan siklus II pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “. Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut”. Dari hasil ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum diadakannya penelitian dapat dibuat diagram sebagai berikut: Gambar 4.1 Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan 39 4.4 Siklus I Pertemuan I 4.4.1 Perencanaan Tindakan Perencanaan siklus I ini terdiri dari dua perencanaan pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas IV mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar pada pertemuan 1 Peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan 1,media konkret yang akan dijadikan alat peraga, lembar kerja siswa, lembar observasi, buku pembelajaran yang dipergunakan, serta ruang/lokasi yang akan digunakan saat pembelajaran berlangsung. Peneliti bersama dengan guru kelas merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan 1 dengan pokok bahasan “Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari” dan sub pokok bahasan “Energi Panas”. Tujuan pembelajarannya adalah dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret maka siswa dapat melakukan percobaan mengenai panas yang timbul akibat gesekan dua buah benda dan mempraktekkan adanya perpindahan panas secara konduksi 4.4.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Siklus I pertemuan ke 1 yaitu dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012. Dalam siklus I pertemuan ke 1, proses pembelajaran dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret. Guru menjelaskan tentang panas yang timbul akibat gesekan dua buah benda dan perpindahan panas secara konduksi kemudian meminta setiap kelompok melakukan percobaan tersebut. Siklus I dikatakan berhasil jika pemahaman konsep siswa dengan kriteria keberhasilannya yaitu 80% dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Grobogan semester II yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi KKM sekolah yaitu nilai 60 dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Grobogan semester II yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa. 40 Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilaksanakan peneliti dibantu oleh guru kelas dan dimulai bersamaan dengan dimulainya pembelajaran. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengamati hasil belajar siswa dengan melihat perolehan hasil tes formatif kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Sedangkan hasil pengamatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar observasi yang terfokus pada proses kegiatan belajar mengajar baik aktifitas guru maupun aktifitas siswa. 4.4.3 Refleksi Proses pembelajaran dalam siklus I pertemuan I dapat dipaparkan sebagai berikut : Hasil refleksi yang dilakukan pengamatan dapat diketahui beberapa hambatan atau kekurangan yang dialami sehingga dapat dipertimbangkan untuk perbaikan tindakan selanjutnya. Hambatan- hambatan yang muncul selama tindakan adalah : 1) Terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru 2) Ketidak aktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran 3) Siswa dalam menyelesaikan masalah secara kelompok belum berjalan dengan baik. 4) Siswa masih kurang aktif dalam membahas soal dan masih ada dominasi oleh anggota kelompok yang pandai saja. Hal ini disebabkan dari faktor yang rendah kemampuannya dalam menguasai materi pelajaran. Monitoring yang dilaksanakan kepada siswa melalui pengamatan dengan item pertanyaan yang disusun diperoleh gambaran bahwa diadakan pembelajaran belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret, siswa merasa dibantu dalam berpikir untuk menyelesaikan soal-soal. Adapun kekurangan dalam pertemuan I akan diperbaiki pada pertemuan II. 41 4.5 Siklus I Pertemuan II 4.5.1 Perencanaan Tindakan Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan II sebagai tindak lanjut dan perbaikan dari kekurangan/kelemahan pada pertemuan I maka pada perencanaan pertemuan II masih sama dengan dengan pertemuan I tapi yang membedakan adalah sub materi yang merupakan kelanjutan dari materi sebelumnya. Pada pertemuan I proses pembelajaran mengenai energi panas yaitu tentang gesekan dua buah benda dapat menimbulkan energi panas dan perpindahan panas secara konduksi. Pada pertemuan II proses pembelajaran mengenai energi bunyi yaitu tentang sumber bunyi dapat menghasilkan bunyi dan bunyi dapat merambat melalui zat cair. Sebelum mengajar pada pertemuan II, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan II, lembar kerja siswa, media konkret yang akan dijadikan alat peraga, lembar observasi, buku pembelajaran, serta ruang/lokasi yang akan digunakan sama dengan pertemuan I di ruang kelas IV. Peneliti bersama dengan guru kelas merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan II dengan pokok bahasan “Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari” dan sub pokok bahasan “Energi Bunyi”. Tujuan pembelajarannya adalah dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret maka siswa dapat melakukan percobaan bahwa sumber bunyi dapat menghasilkan bunyi serta bunyi dapat merambat melalui zat cair. 4.5.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Siklus I pertemuan ke II dilaksanakan pada hari Jum’at 27 April 2012. Dalam siklus I pertemuan ke II proses pembelajaran dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret. Guru menjelaskan tentang sumber bunyi dapat menghasilkan bunyi dan bunyi dapat merambat melalui zat cair. Siklus I pertemuan II dikatakan berhasil jika pemahaman konsep siswa dengan kriteria keberhasilannya yaitu 80% dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Grobogan semester II 42 yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi KKM sekolah yaitu nilai 60 Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilaksanakan peneliti dibantu oleh guru kelas dan dimulai bersamaan dengan dimulainya pembelajaran. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengamati hasil belajar siswa dengan melihat perolehan hasil tes formatif kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Sedangkan hasil pengamatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar observasi yang terfokus pada proses kegiatan belajar mengajar baik aktifitas guru maupun aktifitas siswa. Pada akhir pembelajaran siswa melaksanakan tes formatif. Pada tes formatif siklus I, peneliti mendapat data nilai hasil belajar yang disajikan pada tabel 4.3 . Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Siklus I Siklus I No. Nilai Jumlah siswa Keterangan Persen (%) 1. ˂50 0 0 - 2. 50-59 7 30,44 Belum Tuntas 3. 60-69 6 26,08 Tuntas 4. 70-79 4 17,39 Tuntas 5. 80-89 4 17,39 Tuntas 6. 90-100 2 8,70 Tuntas Jumlah 23 100 Rata-rata 64,78 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 50 43 Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa dengan menerapkan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret menunjukkan bahwa perbandingannya siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=60) adalah sebanyak 16 siswa sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa, jadi dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai ˂50 tidak ada atau 0%, 50 s/d 59 sebanyak 7 siswa atau 30,44%, untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 6 siswa atau 26,68%, nilai 70 s/d 79 sebanyak 4 siswa atau 17,39%, nilai 80 s/d 89 sebanyak 4 siswa atau 17,39% dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 sebanyak 2 siswa. Dengan nilai rata-rata 64,78 sedangkan nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 50. Perolehan Nilai Siklus I Berdasarkan data hasil perolehan nilai pada siklus I berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.4 Tabel 4.4 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I No. Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Jumlah Persen (%) 1. Tuntas 16 69,56 2. Belum tuntas 7 30,44 Jumlah 23 100 Ketuntasan Belajar Siswa Perolehan Nilai Siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 7 siswa dengan persentase 30,44%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa dengan persentase 69,56%. Apabila dicermati dari tabel 4.2 dan 4.4 terdapat perbedaan perolehan nilai. Meskipun data menunjukkan adanya peningkatan belajar sebesar 26,09%, yaitu dari sebelum perbaikan sebesar 43,47% menjadi 69,56% namun hal ini belum sepenuhnya perbaikan pembelajaran pada siklus I berhasil. Sebab batas minimal ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Maka peneliti berupaya memperbaiki pembelajaran pokok 44 bahasan energi serta mengadakan revisi-revisi mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian terutama menentukan perbaikan dalam mengoptimalkan pendekatan yang dipakai, sehingga ditemukan variasi yang tepat untuk mencapai tujuan. Kemudian peneliti melanjutkan pada program siklus II yang telah direncanakan. Untuk lebih jelasnya tabel 4.4 Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat dibuat diagram seperti pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Hasil Perolehan Nilai Siklus 1 4.5.3 Refleksi Proses pembelajaran dalam siklus I pertemuan II dapat dipaparkan sebagai berikut : a. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pokok bahasan Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan sub pokok bahasan energi bunyi sudah menerapkan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dengan kelompok besar (5-6 siswa) b. Sudah terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam belajar c. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa sehingga nilai rata-rata kelas meningkat. d. Masih ada 7 siswa (30,44%) yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu 60. 45 Peneliti melakukan analisis hasil temuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu mengevaluasi program pengajaran dengan pemeriksaan hasil tes formatif siswa serta membuat persiapan siklus II yang terdiri dari 2 pertemuan 4.6 Siklus II Pertemuan I 4.6.1 Perencanaan Tindakan Peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) siklus II pertemuan I, lembar kerja siswa, media konkret yang akan dijadikan alat peraga, lembar observasi, buku pembelajaran yang dipergunakan. Peneliti bersama dengan guru kelas merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II pertemuan I dengan pokok bahasan “Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari” dan sub pokok bahasan “Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, yaitu baling-baling”. Tujuan pembelajarannya adalah dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret maka siswa dapat membuat suatu karya/model baling-baling untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara 4.6.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Siklus II pertemuan ke I yaitu dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 April 2012. Dalam siklus II pertemuan ke I, proses pembelajaran dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret. Guru menjelaskan tentang suatu karya/model baling-baling untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara. Siklus II pertemuan I dikatakan berhasil jika pemahaman konsep siswa dengan kriteria keberhasilannya yaitu 80 % dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Grobogan semester II yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi KKM sekolah yaitu nilai 60 Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilaksanakan peneliti dibantu oleh guru kelas dan dimulai bersamaan dengan dimulainya pembelajaran. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengamati hasil belajar siswa dengan 46 melihat perolehan hasil tes formatif kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Sedangkan hasil pengamatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar observasi yang terfokus pada proses kegiatan belajar mengajar baik aktifitas guru maupun aktifitas siswa. 4.6.3 Refleksi Proses pembelajaran dalam siklus II pertemuan I dapat dipaparkan sebagai berikut : a. Dalam pelaksanaan siklus II pertemuan I pembelajaran IPA pokok bahasan “Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari” dan sub pokok bahasan “Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, yaitu baling-baling sudah menerapkan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dengan kelompok kecil (2-4siswa). b. Sudah terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam belajar. c. Semua siswa akan aktif bekerjasama dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Peneliti melakukan analisis hasil temuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu mengevaluasi program pengajaran dengan serta membuat persiapan siklus II pertemuan II. 4.7 Siklus II Pertemuan II 4.7.1 Perencanaan Tindakan Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan II sebagai tindak lanjut dan perbaikan dari kekurangan/kelemahan pada pertemuan I maka pada perencanaan pertemuan II masih sama dengan dengan pertemuan I tapi yang membedakan adalah sub materi yang merupakan kelanjutan dari materi sebelumnya. Pada pertemuan I proses pembelajaran mengenai pembuatan karya/model balingbaling pada pertemuan II proses pembelajaran mengenai pembuatan karya/model parasut. Sebelum mengajar pada pertemuan II, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan 2, lembar kerja siswa, media konkret yang akan 47 dijadikan alat peraga, lembar observasi, buku pembelajaran, serta ruang/lokasi yang akan digunakan sama dengan pertemuan I di ruang kelas IV. Peneliti bersama dengan guru kelas merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan 2 dengan pokok bahasan “Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari” dan sub pokok bahasan “Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, yaitu parasut”. Tujuan pembelajarannya adalah dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret maka siswa dapat membuat suatu karya/model parasut untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara 4.7.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Siklus II pertemuan ke II yaitu dilaksanakan pada hari Senin, 30 April 2012. Dalam siklus II pertemuan ke II, proses pembelajaran dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret. Guru menjelaskan tentang suatu karya/model parasut untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara. Siklus II pertemuan II dikatakan berhasil jika pemahaman konsep siswa dengan kriteria keberhasilannya yaitu 80 % dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Grobogan semester II yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi KKM sekolah yaitu nilai 60 Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilaksanakan peneliti dibantu oleh guru kelas dan dimulai bersamaan dengan dimulainya pembelajaran. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengamati hasil belajar siswa dengan melihat perolehan hasil tes formatif kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Sedangkan hasil pengamatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar observasi yang terfokus pada proses kegiatan belajar mengajar baik aktifitas guru maupun aktifitas siswa. Pada akhir pembelajaran siswa melaksanakan tes formatif. Pada tes formatif siklus II, peneliti mendapat data nilai hasil belajar siswa yang disajikan pada tabel 4.5 48 Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Siklus II No. Nilai Siklus I Jumlah Keterangan Persen (%) siswa 1. ˂ 50 0 0 - 2. 50-59 2 8,70 Belum Tuntas 3. 60-69 2 8,70 Tuntas 4. 70-79 4 17,39 Tuntas 5. 80-89 4 17,39 Tuntas 6. 90-100 11 47,82 Tuntas Jumlah 23 100 Rata-rata 80 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 60 Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa dengan menerapkan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret menunjukkan bahwa perbandingannya siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=60) adalah sebanyak 21 siswa sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 2 siswa, jadi dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai ˂50 tidak ada atau 0%, 50 s/d 59 sebanyak 2 siswa atau 8,70%, untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 2 siswa atau 8,70%, nilai 70 s/d 79 sebanyak 4 siswa atau 17,39%, nilai 80 s/d 89 sebanyak 4 siswa atau 17,39% dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 sebanyak 11 siswa atau 47,82%. Dengan nilai rata-rata 80 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 60. Perolehan Nilai Siklus II Berdasarkan data hasil perolehan nilai pada siklus II berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.6 49 Tabel 4.6 Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II No. Ketuntasan Jumlah Siswa Belajar Jumlah Persen (%) 1. Tuntas 21 91,30 2. Belum tuntas 2 8,7 23 100 Jumlah Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 2 siswa atau persentase 8,7%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa dengan persentase 91,30%. Berarti dengan menerapkan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret pemahaman belajar siswa meningkat pada materi yang telah disajikan oleh guru serta indikator kinerja pada penelitian siklus II telah berhasil tercapai. Untuk lebih jelasnya tabel 4.6 Ketuntasan belajar siswa siklus II dapat dibuat diagram seperti pada gambar 4.3 Gambar 4.3 Hasil Perolehan Nilai Siklus II 50 Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan perbandingannya pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Rekapitulasi Ketuntasan Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II No. Nilai Sebelum Siklus I Siklus II Tindakan Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Siswa (%) Siswa (%) Siswa Persen (%) 1. Tuntas 10 43,47 16 69,56 21 91,30 2. Tidak 13 56,53 7 30,44 2 8,7 23 100 23 100 23 100 Tuntas Jumlah Dilihat dari tabel 4.7 dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada kondisi awal ketuntasan belajarnya 43,47% yaitu 10 dari 23 siswa, nilai tersebut sangat kurang dari KKM yang ditentukan sekolah tersebut, berdasarkan kondisi inilah peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas. Pada pelaksanaan siklus I ketuntasan belajarnya sebesar 69,56 % yaitu 16 dari 23 siswa hal ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum diadakan penelitian. Nilai yang dicapai pada pelaksanaan siklus I ini belum mencapai hasil yang maksimal karena dari keseluruhan siswa yang berjumlah 23 belum semuanya mencapai nilai ketuntasan, untuk itu peneliti melakukan tindak lanjut dengan pelaksanaan penelitian pada siklus II. Sedangkan pada pelaksanaan siklus II ketuntasan belajarnya sebesar 91,30% yaitu 21 dari 23 siswa, nilai ini sudah memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 60 dengan Ketuntasan klasikal ≥ 80% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut. 51 Dengan pencapaian hasil belajar 91,30 % dapat di simpulkan bahwa penelitian ini sudah berhasil. Dari data diatas dapat dibuat grafik ketuntasan belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II sebagai berikut: Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa 25 21 ≤ 60 ≥ 60 20 Frekuensi 16 15 13 10 10 7 5 2 0 Kondisi Awal Siklus I Siklus II Gambar 4.4 Peningkatan hasil belajar siswa pra siklus, siklus I, dan siklus II 4.7.3 Refleksi Proses pembelajaran dalam siklus II pertemuan II dapat dipaparkan sebagai berikut : a. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pokok bahasan Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan sub pokok bahasan “Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, yaitu parasut” sudah menerapkan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dengan kelompok kecil(2-4 siswa) b. Sudah terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam belajar c. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa sehingga nilai rata-rata kelas meningkat. 52 d. Siswa aktif bertanya kepada teman kelompok, jika mengalami kesulitan dalam percobaan. e. keaktifan belajar siswa sudah menunjukkan belajar kelompok, siswa sudah aktif menyelesaikan soal-soal dalam lembar kerja dengan teman kelompoknya. f. Masih ada 2 siswa (8,7%) yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu 60. 4.8 Pembahasan Hasil Penelitian 4.8.1 Siklus I Hasil belajar yang rendah mendorong peneliti untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui PTK. Fokus perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah penerapan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret. Pendekatan ini merupakan penerapan pendekatan yang menggambarkan siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya dalam menyelesaikan tugas. Jadi dominasi guru dalam proses pembelajaran menjadi berkurang dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pada kegiatan inti siswa secara berkelompok dengan bimbingan guru mengerjakan soal tentang pokok bahasan energi pada LKS dalam kelompok. Guru selalu berusaha mengoptimalkan interaksi antar siswa atau antara siswa dengan guru melalui kegiatan kelompok. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan diskusi kelompok ataupun diskusi kelas. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Perolehan hasil belajar siswa pada siklus I masih belum optimal yaitu hanya sebesar 69,56% yaitu 16 dari 23 siswa. Siswa yang aktif dalam pembelajaran belum merata, hanya siswa tertentu saja yang sudah aktif dalam pembelajaran dan siswa yang aktif itu pun sebagian besar merupakan siswa yang sudah aktif sebelum dilakukan tindakan dan juga merupakan siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi. Siswa yang belum aktif dalam pembelajaran salah satunya disebabkan karena 53 mereka masih merasa takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat. Kurang optimalnya keaktifan siswa pada siklus I juga disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret. Kerjasama antar anggota kelompok belum tampak nyata karena guru membagi siswa dalam jumlah besar (5-6 siswa) sehingga ada siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam belajar kelompok. Kegiatan siswa dalam kelompok masih didominasi oleh siswa yang kemampuan akademiknya tinggi. Siswa yang kurang pandai belum percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya dalam kegiatan diskusi. Siswa tampaknya masih perlu berlatih untuk mengemukakan pendapat dan menumbuhkan sikap percaya diri. . Belum optimalnya peran siswa dalam pembelajaran juga berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pada siklus I ini siswa yang tuntas belajar baru mencapai 69,56% dengan nilai rata-rata 64,78. Siswa yang turut aktif dalam menemukan konsep tentang materi yang dipelajari akan lebih mudah paham dan mengerti dibandingkan dengan siswa yang hanya sekedar melihat dan mengamati. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu sedapat mungkin guru harus mengupayakan agar siswa lebih aktif agar mereka berusaha menemukan sendiri suatu konsep yang dipelajari. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa seperti melakukan kegiatan diskusi. Selain itu dalam penyampaian materi IPA guru harus menggunakan alat peraga sehingga siswa lebih mudah dan cepat dalam memahami pelajaran. Menurut Briggs (dalam Noehi Nasution, 2008) bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai”wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran”. Penggunaan alat peraga dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap kegiatan belajar mengajar. Terutama alat peraga yang menarik dan akrab dengan lingkungan siswa. 54 Guru harus lebih banyak memberikan motivasi yang dapat membangkitkan minat belajar siswa sehingga siswa memiliki kepercayaan diri untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat memberikan bimbingan dan pemantauan atas jalannya diskusi secara menyeluruh kepada semua kelompok sehingga kegiatan diskusi dapat berkembang dengan baik dan guru dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Guru harus selalu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, tidak menegangkan, serta memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. 4.8.2 Siklus II Pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilaksanakan guru kelas karena siswa mampu saling bertukar informasi dalam melakukan percobaan dan di samping itu siswa akan saling tukar menukar informasi sehingga terjadi interaksi edukatif yang dapat mempercepat pemahaman terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil (2-3 siswa) sebelum tiap kelompok membuat model baling-baling dan parasut terlebih duhulu guru menjelaskan manfaat alat-alat dan bagaimana cara penggunaannya. Dari pengamatan terhadap proses pembelajaran yang terjadi pada tindakan siklus II ini,siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan partisipasi. Hal ini nampak pada siswa yang aktif dan saling bekerja sama untuk membuat model/karya sederhana yang berhubungan dengan energi gerak. Mereka juga bekerjasama dan saling tukar pendapat dalam menjawab pertanyaan dan kesimpulan dalam percobaan yang sedang berlangsung. Guru meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memperhatikan dan menanggapi. Apabila ada permasalahan yang sulit dipecahkan oleh siswa, disini guru membimbing serta menilai pekerjaan siswa. Dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret maka hasilnya ketuntasan belajar siswa mencapai 91,30% meskipun belum dapat mencapai 100%, namun dapat dikatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar ketuntasan belajar 80%. 55 Menurut Djamrah (2002) dengan belajar kelompok diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap siswa. Siswa dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing sehingga terbina kesetiakawanan sosial antara siswa dengan siswa. Pendekatan belajar kelompok dari segi pedagogis dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa seperti adanya kerjasama, toleransi, berpikir kritis dan disiplin. Dari segi psikologis dapat menimbulkan persaingan yang positif antar kelompok. Dari segi sosial, anak yang pandai dalam kelompok tersebut dapat membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas. Seperti dalam hasil penelitian ini bahwa penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa yang diindikasikan dengan hasil belajar siswa yang meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menggunakan penerapan belajar kelompok pada mata pelajaran IPA pada pokok bahasan energi yang dilakukan oleh Nofita Iryani(2010). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa memberikan hasil yang sangat baik yaitu 19 siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan. Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan beberapa siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai tuntas. Hal ini disebabkan karena daya serap siswa terhadap materi sangat rendah dan motivasi belajarnya kurang. Selain itu menurut Roestiyah N.K (1998 : 17), ada kemungkinan mengapa siswa tidak tuntas antara lain sebagai berikut: 1) Belajar kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. 2) Tugas yang diberikan kadang-kadang hanya dikerjakan oleh sebagian siswa yang cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan tugas- tugasnya kepada teman dalam kelompoknya 3) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain. 4) Dapat terjadi tempat mengobrol, masing-masing anggota harus menyadari peran dalam kelompoknya. Harus dihindari pada saat menyelesaikan permasalahan 56 yang dibebankan kepada seseorang, sementara yang lainnya hanya melihat dan mengobrol sendiri. Berdasarkan observasi di SD Negeri 1 Teguhan pada akhir siklus II masih ada 2 siswa yang tidak tuntas. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut: 1) Kurangnya pemahaman siswa terhadap soal. 2) Kondisi siswa pada saat mengikuti pelajaran kurang menunjukkan adanya rasa keseriusan serta belum berjalannya kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. 3) Siswa belum memberikan pendapatnya ketika diberi kesempatan. 4) Siswa tersebut kurang memperhatikan penjelasan guru tetapi malah asyik mengobrol dengan temannya. 5) Siswa tersebut enggan bertanya kepada guru maupun kepada teman sekelompoknya. Pelaksanaan hasil tes akhir siklus II siswa sudah mencapai ketuntasan belajar klasikal yaitu siswa yang tuntas adalah 21 siswa dengan presentase 91,30%. Keberhasilan tindakan kelas dengan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret di kelas IV mencapai 91,30% tersebut dianggap tuntas belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa, hal tersebut sesuai dengan fungsi dan kebaikan pendekatan belajar kelompok itu sendiri. Keistimewaan pendekatan belajar kelompok adalah memudahkan guru dalam mengawasi murid-murid dalam melakukan kegiatan, membina semangat kerjasama yang sehat, secara psikologis pendekatan ini membangkitkan semangat bersaing yang sehat diantara kelompok-kelompok kecil, pokok pikiran yang dibahas yang berupa tugas guru dapat diselesaikan lebih cepat dan hasilnya lebih matang dan dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan belajar siswa sudah menunjukkan sebagaimana layaknya kelompok, siswa aktif dalam mengerjakan soal secara kelompok atas dasar kemampuan sendiri-sendiri dan kerjasama untuk membahas soal. Kerjasama antar anggota sudah berjalan efektif untuk mengerjakan soal-soal. Untuk pengamatan keseluruhan terhadap kegiatan belajar sudah berlangsung baik, walaupun masih ada kekurangan yang ditampilkan siswa, yang belum mengikuti KBM secara maksimal. 57 Oleh karena itu dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar sebaiknya guru menggunakan metode serta sarana penunjang yaitu media pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jika dalam hal ini peneliti hanya mencoba pada mata pelajaran IPA maka guru juga harus mampu mengatur penggunaan metode pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran yang lain. Kebaikan pendekatan belajar kelompok yang dilaksanakan dalam tindakan kelas telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan “energi” di kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012, karena dengan penerapan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dapat melibatkan siswa dalam proses belajar sebagai rangkaian pengalaman nyata. Selain itu dapat mengaktifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa serta dapat memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru sehingga siswa akan lebih memahami dan mengerti tentang sesuatu yang siswa lihat dan amati sehingga dapat memperjelas konsep (tidak mempersulit pemahaman).