Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Energi Dengan

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Daerah Penelitian
SD Negeri 1 Teguhan terletak di Desa Teguhan Kecamatan Grobogan
Kabupaten Grobogan. Sekolah Dasar ini berdiri pada tahun 1985, pemerintah
mendirikan gedung SD Negeri 1 Teguhan di atas tanah seluas 1905,75 m2. selama ini
sudah mengalami beberapa kali perbaikan dengan bantuan Dana Alokasi Khusus
(DAK), sehingga menjadikan SD Negeri 1 Teguhan mempunyai ruangan yang cukup
lengkap.
Suasana SD Negeri 1 Teguhan masih asri dengan suasana pedesaan. Karena
letaknya termasuk di desa, jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat mendukung
untuk kegiatan pembelajaran, disamping itu hal ini menjadikan anak lebih aman
dalam perjalanan berangkat, istirahat, maupun pulang sekolah. Meskipun letak SD
Negeri 1 Teguhan berdampingan dengan rumah penduduk, namun kegiatan belajar
mengajar tetap dapat berjalan dengan baik.
4.2 Gambaran Subyek Penelitian
Jumlah keseluruhan peserta didik SD Negeri 1 Teguhan sebanyak 141 siswa.
Sedangkan jumlah peserta didik kelas IV yang menjadi subyek penelitian adalah
sebanyak 23 siswa yang terdiri dari 15 siswa putra dan 8 siswa putri.
1. Pemahaman Belajar
Pada awalnya siswa kelas IV, nilai rata-rata pelajaran IPA rendah khususnya
pada materi Energi. Hal ini disebabkan karena siswa diberikan pemahaman tentang
materi “Energi” melalui metode ceramah saja yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa
menjadi bosan dan malas saat mengikuti pelajaran.
2. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif,
karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual,
tidak tampak kreatif siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan
bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton.
35
36
4.3 Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II, terlabih dahulu peneliti melakukan
observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa atau hasil
belajarnya terutama pada pelajaran IPA. Selain observasi secara langsung peneliti
juga mendapatkan data dari guru kelas IV melalui dokumentasi kelas. Berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Teguhan
semester II Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 23 siswa pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, terlihat bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah. Hal ini
bisa terlihat dari nilai hasil evaluasi peserta didik pada mata pelajaran IPA yang telah
dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=60). Dari kondisi inilah peneliti mengadakan penelitian
tindakan kelas atau PTK dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
terutama pada pelajaran IPA. Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan
tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1.
Tabel 4. 1
Rekapitulasi Perolehan Nilai Kondisi Awal Sebelum Diadakan Tindakan
1.
˂ 50
Sebelum Tindakan
Jumlah
Persentase
Siswa
(%)
3
13,05
2.
50-59
10
43,47
Belum tuntas
3.
60-69
2
8,69
Tuntas
4.
70-79
5
21,74
Tuntas
5.
80-89
3
13,05
Tuntas
6.
90-100
0
0
Tuntas
Jumlah
23
100
Rata-rata
57,82
Nilai tertinggi
80
Nilai terendah
40
No.
Nilai
Keterangan
Belum tuntas
37
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat jelas perbandingannya siswa yang mencapai
ketuntasan belajar (KKM=60) adalah sebanyak 10 siswa sedangkan siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 13 siswa, jadi dapat diuraikan jumlah
siswa yang mendapat nilai ˂50 sebanyak 3 siswa atau 13,05%, 50 s/d 59 sebanyak
10 siswa atau 43,47%, untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 2 siswa atau 8,69%, nilai 70 s/d
79 sebanyak 5 siswa atau 21,74%, nilai 80 s/d 89 sebanyak 3 siswa atau 13,05% dan
yang memiliki nilai 90 s/d 100 tidak ada atau 0 %. Dengan nilai rata-rata 57,82
sedangkan nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah adalah 40
Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi
membantu meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya siswa kelas IV SD Negeri 1
Teguhan Kabupaten Grobogan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pokok
Bahasan “Energi”.
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan
No.
Jumlah Siswa
Ketuntasan
Belajar
Jumlah
Persen (%)
1.
Tuntas
10
43.47
2.
Belum tuntas
13
56.53
23
100
Jumlah
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa
yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 13
siswa atau 56,53%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak
10 siswa dengan persentase 43.47%.
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang disajikan guru masih rendah dikarenakan guru kurang
memiliki ketrampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif atau selalu
menggunakan pembelajaran yang monoton atau konvensional, dimana metode
ceramah
masih
mendominasi
proses
kegiatan
pembelajaran,
sehingga
mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang berakibat tingkat pemahaman
siswa menjadi rendah dan siswa pun kurang aktif dalam mengikuti proses
38
pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam transformasi ilmu pengetahuan
yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.
Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas IV di SD Negeri 1
Teguhan Semester II Tahun Ajaran 2011/2012, peneliti akan melakukan sebuah
Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan
pada BAB sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan
pendekatan belajar kelompok
menggunakan alat peraga konkret
guna
meningkatkan pemahaman belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua siklus.
Siklus I pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan energi
panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya”, dan siklus
II pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “. Membuat suatu karya/model
untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket
dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut”.
Dari hasil ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum diadakannya
penelitian dapat dibuat diagram sebagai berikut:
Gambar 4.1 Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan
39
4.4 Siklus I Pertemuan I
4.4.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan siklus I ini terdiri dari dua perencanaan pertemuan, yaitu
pertemuan 1 dan pertemuan 2.
Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi
dengan guru kelas IV mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat
penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar pada pertemuan 1 Peneliti
menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya
(RPP) pertemuan 1,media konkret yang akan dijadikan alat peraga, lembar kerja
siswa, lembar observasi, buku pembelajaran yang dipergunakan, serta ruang/lokasi
yang akan digunakan saat pembelajaran berlangsung.
Peneliti bersama dengan guru kelas merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pertemuan 1 dengan pokok bahasan “Memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari” dan sub
pokok bahasan “Energi Panas”. Tujuan pembelajarannya adalah dengan
penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret maka siswa dapat
melakukan percobaan mengenai panas yang timbul akibat gesekan dua buah
benda dan mempraktekkan adanya perpindahan panas secara konduksi
4.4.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Siklus I pertemuan ke 1 yaitu dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April
2012. Dalam siklus I pertemuan ke 1, proses pembelajaran dengan penerapan
belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret. Guru menjelaskan tentang
panas yang timbul akibat gesekan dua buah benda dan perpindahan panas secara
konduksi kemudian meminta setiap kelompok melakukan percobaan tersebut.
Siklus I dikatakan berhasil jika pemahaman konsep siswa dengan kriteria
keberhasilannya yaitu 80% dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan
Grobogan semester II yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa sudah dapat
memenuhi KKM sekolah yaitu nilai 60 dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1
Teguhan Grobogan semester II yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar
siswa.
40
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilaksanakan peneliti dibantu oleh
guru kelas dan dimulai bersamaan dengan dimulainya pembelajaran. Dalam
penelitian
ini pengamatan
dilaksanakan
dengan menggunakan
lembar
pengamatan yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengamati hasil belajar
siswa dengan melihat perolehan hasil tes formatif kondisi awal, siklus I, dan siklus
II. Sedangkan hasil pengamatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran
menggunakan instrumen lembar observasi yang terfokus pada proses kegiatan
belajar mengajar baik aktifitas guru maupun aktifitas siswa.
4.4.3 Refleksi
Proses pembelajaran dalam siklus I pertemuan I dapat dipaparkan sebagai berikut :
Hasil refleksi yang dilakukan pengamatan dapat diketahui beberapa
hambatan atau kekurangan yang dialami sehingga dapat dipertimbangkan untuk
perbaikan tindakan selanjutnya.
Hambatan- hambatan yang muncul selama tindakan adalah :
1) Terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru
2) Ketidak aktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
3) Siswa dalam menyelesaikan masalah secara kelompok belum berjalan dengan
baik.
4) Siswa masih kurang aktif dalam membahas soal dan masih ada dominasi oleh
anggota kelompok yang pandai saja.
Hal ini disebabkan dari faktor yang rendah kemampuannya dalam
menguasai materi pelajaran. Monitoring yang dilaksanakan kepada siswa melalui
pengamatan dengan item pertanyaan yang disusun diperoleh gambaran bahwa
diadakan pembelajaran belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret, siswa
merasa dibantu dalam berpikir untuk menyelesaikan soal-soal. Adapun kekurangan
dalam pertemuan I akan diperbaiki pada pertemuan II.
41
4.5 Siklus I Pertemuan II
4.5.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan II sebagai tindak lanjut
dan perbaikan dari kekurangan/kelemahan pada pertemuan I maka pada
perencanaan pertemuan II masih sama dengan dengan pertemuan I tapi yang
membedakan adalah sub materi yang merupakan kelanjutan dari materi
sebelumnya. Pada pertemuan I proses pembelajaran mengenai energi panas yaitu
tentang gesekan dua buah benda dapat menimbulkan energi panas dan
perpindahan panas secara konduksi. Pada pertemuan II proses pembelajaran
mengenai energi bunyi yaitu tentang sumber bunyi dapat menghasilkan bunyi dan
bunyi dapat merambat melalui zat cair. Sebelum mengajar pada pertemuan II, maka
peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran,
diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan II, lembar kerja
siswa, media konkret yang akan dijadikan alat peraga, lembar observasi, buku
pembelajaran, serta ruang/lokasi yang akan digunakan sama dengan pertemuan I di
ruang kelas IV.
Peneliti bersama dengan guru kelas merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pertemuan II dengan pokok bahasan “Memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari” dan sub
pokok bahasan “Energi Bunyi”. Tujuan pembelajarannya adalah dengan penerapan
belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret maka siswa dapat melakukan
percobaan bahwa sumber bunyi dapat menghasilkan bunyi serta bunyi dapat
merambat melalui zat cair.
4.5.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Siklus I pertemuan ke II dilaksanakan pada hari Jum’at 27 April 2012. Dalam
siklus I pertemuan ke II proses pembelajaran dengan penerapan belajar kelompok
menggunakan alat peraga konkret. Guru menjelaskan tentang sumber bunyi dapat
menghasilkan bunyi dan bunyi dapat merambat melalui zat cair. Siklus I pertemuan
II dikatakan berhasil jika pemahaman konsep siswa dengan kriteria keberhasilannya
yaitu 80% dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Grobogan semester II
42
yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi
KKM sekolah yaitu nilai 60
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilaksanakan peneliti dibantu oleh
guru kelas dan dimulai bersamaan dengan dimulainya pembelajaran. Dalam
penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan
yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengamati hasil belajar siswa dengan
melihat perolehan hasil tes formatif kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Sedangkan
hasil pengamatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran menggunakan
instrumen lembar observasi yang terfokus pada proses kegiatan belajar mengajar
baik aktifitas guru maupun aktifitas siswa. Pada akhir pembelajaran siswa
melaksanakan tes formatif. Pada tes formatif siklus I, peneliti mendapat data nilai
hasil belajar yang disajikan pada tabel 4.3
.
Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Siklus I
Siklus I
No.
Nilai
Jumlah
siswa
Keterangan
Persen (%)
1.
˂50
0
0
-
2.
50-59
7
30,44
Belum Tuntas
3.
60-69
6
26,08
Tuntas
4.
70-79
4
17,39
Tuntas
5.
80-89
4
17,39
Tuntas
6.
90-100
2
8,70
Tuntas
Jumlah
23
100
Rata-rata
64,78
Nilai tertinggi
90
Nilai terendah
50
43
Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa dengan menerapkan pendekatan belajar
kelompok menggunakan alat peraga konkret menunjukkan bahwa perbandingannya
siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=60) adalah sebanyak 16 siswa
sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa, jadi
dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai ˂50 tidak ada atau 0%, 50 s/d 59
sebanyak 7 siswa atau 30,44%, untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 6 siswa atau 26,68%,
nilai 70 s/d 79 sebanyak 4 siswa atau 17,39%, nilai 80 s/d 89 sebanyak 4 siswa atau
17,39% dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 sebanyak 2 siswa. Dengan nilai rata-rata
64,78 sedangkan nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 50.
Perolehan Nilai Siklus I
Berdasarkan data hasil perolehan nilai pada siklus I berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=60) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.4
Tabel 4.4
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
No.
Jumlah Siswa
Ketuntasan
Belajar
Jumlah
Persen (%)
1.
Tuntas
16
69,56
2.
Belum tuntas
7
30,44
Jumlah
23
100
Ketuntasan Belajar Siswa Perolehan Nilai Siklus I dapat diketahui bahwa siswa
yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 7 siswa
dengan persentase 30,44%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
sebanyak 16 siswa dengan persentase 69,56%.
Apabila dicermati dari tabel 4.2 dan 4.4 terdapat perbedaan perolehan nilai.
Meskipun data menunjukkan adanya peningkatan belajar sebesar 26,09%, yaitu dari
sebelum perbaikan sebesar 43,47% menjadi 69,56% namun hal ini belum sepenuhnya
perbaikan pembelajaran pada siklus I berhasil. Sebab batas minimal ketuntasan belajar
klasikal adalah 80%. Maka peneliti berupaya memperbaiki pembelajaran pokok
44
bahasan energi serta mengadakan revisi-revisi mengenai langkah-langkah yang
ditempuh dalam penelitian terutama menentukan perbaikan dalam mengoptimalkan
pendekatan yang dipakai, sehingga ditemukan variasi yang tepat untuk mencapai
tujuan. Kemudian peneliti melanjutkan pada program siklus II yang telah direncanakan.
Untuk lebih jelasnya tabel 4.4 Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat dibuat diagram
seperti pada gambar 4.2.
Gambar 4.2
Hasil Perolehan Nilai Siklus 1
4.5.3 Refleksi
Proses pembelajaran dalam siklus I pertemuan II dapat dipaparkan sebagai berikut :
a.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pokok bahasan Memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan sub
pokok bahasan energi bunyi sudah menerapkan belajar kelompok
menggunakan alat peraga konkret dengan kelompok besar (5-6 siswa)
b.
Sudah terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam belajar
c.
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa sehingga nilai rata-rata kelas
meningkat.
d.
Masih ada 7 siswa (30,44%) yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
sekolah yaitu 60.
45
Peneliti melakukan analisis hasil temuan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar yaitu mengevaluasi program pengajaran dengan pemeriksaan
hasil tes formatif siswa serta membuat persiapan siklus II yang terdiri dari 2
pertemuan
4.6 Siklus II Pertemuan I
4.6.1 Perencanaan Tindakan
Peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran,
diantaranya (RPP) siklus II pertemuan I, lembar kerja siswa, media konkret yang
akan dijadikan alat peraga, lembar observasi, buku pembelajaran yang
dipergunakan. Peneliti bersama dengan guru kelas merancang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II pertemuan I dengan pokok bahasan
“Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari” dan sub pokok bahasan “Membuat suatu karya/model untuk
menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, yaitu baling-baling”.
Tujuan pembelajarannya adalah dengan penerapan belajar kelompok menggunakan
alat peraga konkret maka siswa dapat membuat suatu karya/model baling-baling
untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara
4.6.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Siklus II pertemuan ke I yaitu dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 April 2012.
Dalam siklus II pertemuan ke I, proses pembelajaran dengan penerapan belajar
kelompok menggunakan alat peraga konkret. Guru menjelaskan tentang suatu
karya/model baling-baling untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat
pengaruh udara. Siklus II pertemuan I dikatakan berhasil jika pemahaman konsep
siswa dengan kriteria keberhasilannya yaitu 80 % dari seluruh siswa kelas IV SD
Negeri 1 Teguhan Grobogan semester II yang ditunjukkan dengan peningkatan
hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi KKM sekolah yaitu nilai 60
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilaksanakan peneliti dibantu oleh
guru kelas dan dimulai bersamaan dengan dimulainya pembelajaran. Dalam
penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan
yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengamati hasil belajar siswa dengan
46
melihat perolehan hasil tes formatif kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Sedangkan
hasil pengamatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran menggunakan
instrumen lembar observasi yang terfokus pada proses kegiatan belajar mengajar
baik aktifitas guru maupun aktifitas siswa.
4.6.3 Refleksi
Proses pembelajaran dalam siklus II pertemuan I dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Dalam pelaksanaan siklus II pertemuan I pembelajaran IPA pokok bahasan
“Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari” dan sub pokok bahasan “Membuat suatu karya/model untuk
menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, yaitu baling-baling
sudah menerapkan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dengan
kelompok kecil (2-4siswa).
b. Sudah terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam belajar.
c. Semua siswa akan aktif bekerjasama dalam kelompoknya untuk menyelesaikan
tugas yang telah diberikan oleh guru.
Peneliti melakukan analisis hasil temuan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar yaitu mengevaluasi program pengajaran dengan serta
membuat persiapan siklus II pertemuan II.
4.7 Siklus II Pertemuan II
4.7.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan II sebagai tindak lanjut
dan perbaikan dari kekurangan/kelemahan pada pertemuan I maka pada
perencanaan pertemuan II masih sama dengan dengan pertemuan I tapi yang
membedakan adalah sub materi yang merupakan kelanjutan dari materi sebelumnya.
Pada pertemuan I proses pembelajaran mengenai pembuatan karya/model balingbaling pada pertemuan II proses pembelajaran mengenai pembuatan karya/model
parasut. Sebelum mengajar pada pertemuan II, maka peneliti menyiapkan segala
sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pertemuan 2, lembar kerja siswa, media konkret yang akan
47
dijadikan alat peraga, lembar observasi, buku pembelajaran, serta ruang/lokasi yang
akan digunakan sama dengan pertemuan I di ruang kelas IV.
Peneliti bersama dengan guru kelas merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pertemuan 2 dengan pokok bahasan “Memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari” dan sub
pokok bahasan “Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi
gerak akibat pengaruh udara, yaitu parasut”. Tujuan pembelajarannya adalah
dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret maka siswa
dapat membuat suatu karya/model parasut untuk menunjukkan perubahan energi
gerak akibat pengaruh udara
4.7.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Siklus II pertemuan ke II yaitu dilaksanakan pada hari Senin, 30 April 2012.
Dalam siklus II pertemuan ke II, proses pembelajaran dengan penerapan belajar
kelompok menggunakan alat peraga konkret. Guru menjelaskan tentang suatu
karya/model parasut untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh
udara. Siklus II pertemuan II dikatakan berhasil jika pemahaman konsep siswa
dengan kriteria keberhasilannya yaitu 80 % dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1
Teguhan Grobogan semester II yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar
siswa sudah dapat memenuhi KKM sekolah yaitu nilai 60
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilaksanakan peneliti dibantu oleh
guru kelas dan dimulai bersamaan dengan dimulainya pembelajaran. Dalam
penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan
yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengamati hasil belajar siswa dengan
melihat perolehan hasil tes formatif kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Sedangkan
hasil pengamatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran menggunakan
instrumen lembar observasi yang terfokus pada proses kegiatan belajar mengajar
baik aktifitas guru maupun aktifitas siswa. Pada akhir pembelajaran siswa
melaksanakan tes formatif. Pada tes formatif siklus II, peneliti mendapat data nilai
hasil belajar siswa yang disajikan pada tabel 4.5
48
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Siklus II
No.
Nilai
Siklus I
Jumlah
Keterangan
Persen (%)
siswa
1.
˂ 50
0
0
-
2.
50-59
2
8,70
Belum Tuntas
3.
60-69
2
8,70
Tuntas
4.
70-79
4
17,39
Tuntas
5.
80-89
4
17,39
Tuntas
6.
90-100
11
47,82
Tuntas
Jumlah
23
100
Rata-rata
80
Nilai tertinggi
100
Nilai terendah
60
Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa dengan menerapkan pendekatan belajar
kelompok menggunakan alat peraga konkret menunjukkan bahwa perbandingannya
siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=60) adalah sebanyak 21 siswa
sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 2 siswa, jadi
dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai ˂50 tidak ada atau 0%, 50 s/d 59
sebanyak 2 siswa atau 8,70%, untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 2 siswa atau 8,70%, nilai
70 s/d 79 sebanyak 4 siswa atau 17,39%, nilai 80 s/d 89 sebanyak 4 siswa atau
17,39% dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 sebanyak 11 siswa atau 47,82%. Dengan
nilai rata-rata 80 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 60.
Perolehan Nilai Siklus II
Berdasarkan data hasil perolehan nilai pada siklus II berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=60) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.6
49
Tabel 4.6
Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II
No.
Ketuntasan
Jumlah Siswa
Belajar
Jumlah
Persen (%)
1.
Tuntas
21
91,30
2.
Belum tuntas
2
8,7
23
100
Jumlah
Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus II dapat diketahui bahwa
siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak
2 siswa atau persentase 8,7%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
sebanyak 21 siswa dengan persentase 91,30%. Berarti
dengan menerapkan
pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret pemahaman belajar
siswa meningkat pada materi yang telah disajikan oleh guru serta indikator kinerja
pada penelitian siklus II telah berhasil tercapai.
Untuk lebih jelasnya tabel 4.6 Ketuntasan belajar siswa siklus II dapat dibuat
diagram seperti pada gambar 4.3
Gambar 4.3
Hasil Perolehan Nilai Siklus II
50
Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan perbandingannya
pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Rekapitulasi Ketuntasan
Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II
No.
Nilai
Sebelum
Siklus I
Siklus II
Tindakan
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Siswa
(%)
Siswa
(%)
Siswa
Persen (%)
1.
Tuntas
10
43,47
16
69,56
21
91,30
2.
Tidak
13
56,53
7
30,44
2
8,7
23
100
23
100
23
100
Tuntas
Jumlah
Dilihat dari tabel 4.7 dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Pada kondisi awal ketuntasan belajarnya 43,47% yaitu 10 dari 23
siswa, nilai tersebut sangat kurang dari KKM yang ditentukan sekolah tersebut,
berdasarkan kondisi inilah peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas. Pada
pelaksanaan siklus I ketuntasan belajarnya sebesar 69,56 % yaitu 16 dari 23 siswa hal
ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar jika dibandingkan dengan
kondisi awal sebelum diadakan penelitian. Nilai yang dicapai pada pelaksanaan siklus I
ini belum mencapai hasil yang maksimal karena dari keseluruhan siswa yang berjumlah
23 belum semuanya mencapai nilai ketuntasan, untuk itu peneliti melakukan tindak
lanjut dengan pelaksanaan penelitian pada siklus II. Sedangkan pada pelaksanaan siklus
II ketuntasan belajarnya sebesar 91,30% yaitu 21 dari 23 siswa,
nilai ini sudah
memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 60 dengan Ketuntasan klasikal ≥ 80% dari
jumlah siswa dalam kelas tersebut.
51
Dengan pencapaian hasil belajar 91,30 % dapat di simpulkan bahwa
penelitian ini sudah berhasil. Dari data diatas dapat dibuat grafik ketuntasan
belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II sebagai berikut:
Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa
25
21
≤ 60
≥ 60
20
Frekuensi
16
15
13
10
10
7
5
2
0
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.4
Peningkatan hasil belajar siswa pra siklus, siklus I, dan siklus II
4.7.3 Refleksi
Proses pembelajaran dalam siklus II pertemuan II dapat dipaparkan sebagai berikut :
a.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pokok bahasan Memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan sub
pokok bahasan “Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan
energi gerak akibat pengaruh udara, yaitu parasut” sudah menerapkan belajar
kelompok menggunakan alat peraga konkret dengan kelompok kecil(2-4 siswa)
b.
Sudah terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam belajar
c.
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa sehingga nilai rata-rata kelas
meningkat.
52
d.
Siswa aktif bertanya kepada teman kelompok, jika mengalami kesulitan dalam
percobaan.
e.
keaktifan belajar siswa sudah menunjukkan belajar kelompok, siswa sudah
aktif menyelesaikan soal-soal dalam lembar kerja dengan teman kelompoknya.
f.
Masih ada 2 siswa (8,7%) yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
sekolah yaitu 60.
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian
4.8.1 Siklus I
Hasil belajar yang rendah mendorong peneliti untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran melalui PTK. Fokus perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah
penerapan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret.
Pendekatan ini merupakan penerapan pendekatan yang menggambarkan siswa
bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk
bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya dalam
menyelesaikan tugas. Jadi dominasi guru dalam proses pembelajaran menjadi
berkurang dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Pada kegiatan inti siswa secara berkelompok dengan bimbingan guru
mengerjakan soal tentang pokok bahasan energi pada LKS dalam kelompok. Guru
selalu berusaha mengoptimalkan interaksi antar siswa atau antara siswa dengan guru
melalui kegiatan kelompok. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui
kegiatan diskusi kelompok ataupun diskusi kelas. Pada akhir pembelajaran guru
memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan.
Perolehan hasil belajar siswa pada siklus I masih belum optimal yaitu hanya
sebesar 69,56% yaitu 16 dari 23 siswa. Siswa yang aktif dalam pembelajaran belum
merata, hanya siswa tertentu saja yang sudah aktif dalam pembelajaran dan siswa
yang aktif itu pun sebagian besar merupakan siswa yang sudah aktif sebelum
dilakukan tindakan dan juga merupakan siswa dengan tingkat kemampuan akademik
tinggi. Siswa yang belum aktif dalam pembelajaran salah satunya disebabkan karena
53
mereka masih merasa takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan
atau mengemukakan pendapat.
Kurang optimalnya keaktifan siswa pada siklus I juga disebabkan karena
siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan belajar
kelompok menggunakan alat peraga konkret. Kerjasama antar anggota kelompok
belum tampak nyata karena guru membagi siswa dalam jumlah besar (5-6 siswa)
sehingga ada siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam belajar kelompok. Kegiatan
siswa dalam kelompok masih didominasi oleh siswa yang kemampuan akademiknya
tinggi. Siswa yang kurang pandai belum percaya diri untuk mengemukakan
pendapatnya dalam kegiatan diskusi. Siswa tampaknya masih perlu berlatih untuk
mengemukakan pendapat dan menumbuhkan sikap percaya diri. .
Belum optimalnya peran siswa dalam pembelajaran juga berdampak pada
kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pada siklus I ini
siswa yang tuntas belajar baru mencapai 69,56% dengan nilai rata-rata 64,78. Siswa
yang turut aktif dalam menemukan konsep tentang materi yang dipelajari akan lebih
mudah paham dan mengerti dibandingkan dengan siswa yang hanya sekedar melihat
dan mengamati.
Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan
salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu sedapat
mungkin guru harus mengupayakan agar siswa lebih aktif agar mereka berusaha
menemukan sendiri suatu konsep yang dipelajari. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator yang mengarahkan siswa melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan
siswa seperti melakukan kegiatan diskusi. Selain itu dalam penyampaian materi IPA
guru harus menggunakan alat peraga sehingga siswa lebih mudah dan cepat dalam
memahami pelajaran.
Menurut Briggs (dalam Noehi Nasution, 2008) bahwa harus ada sesuatu
untuk mengkomunikasikan materi supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia
mendefinisikan alat peraga sebagai”wahana fisik yang mengandung materi
pembelajaran”. Penggunaan alat peraga dapat meningkatkan perhatian siswa
terhadap kegiatan belajar mengajar. Terutama alat peraga yang menarik dan akrab
dengan lingkungan siswa.
54
Guru harus lebih banyak memberikan motivasi yang dapat membangkitkan
minat belajar siswa sehingga siswa memiliki kepercayaan diri untuk terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat memberikan bimbingan dan
pemantauan atas jalannya diskusi secara menyeluruh kepada semua kelompok
sehingga kegiatan diskusi dapat berkembang dengan baik dan guru dapat
mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Guru harus selalu menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, tidak menegangkan, serta
memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
4.8.2 Siklus II
Pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilaksanakan guru kelas karena siswa
mampu saling bertukar informasi dalam melakukan percobaan dan di samping itu
siswa akan saling tukar menukar informasi sehingga terjadi interaksi edukatif yang
dapat mempercepat pemahaman terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru membagi siswa ke dalam
kelompok kecil (2-3 siswa) sebelum tiap kelompok membuat model baling-baling dan
parasut terlebih duhulu guru menjelaskan manfaat alat-alat dan bagaimana cara
penggunaannya. Dari pengamatan terhadap proses pembelajaran yang terjadi pada
tindakan siklus II ini,siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan partisipasi. Hal ini nampak
pada siswa yang aktif dan saling bekerja sama untuk membuat model/karya
sederhana yang berhubungan dengan energi gerak. Mereka juga bekerjasama dan
saling tukar pendapat dalam menjawab pertanyaan dan kesimpulan dalam percobaan
yang sedang berlangsung. Guru meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil
pekerjaannya di depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memperhatikan dan
menanggapi. Apabila ada permasalahan yang sulit dipecahkan oleh siswa, disini guru
membimbing serta menilai pekerjaan siswa. Dengan penerapan belajar kelompok
menggunakan alat peraga konkret maka hasilnya ketuntasan belajar siswa mencapai
91,30% meskipun belum dapat mencapai 100%, namun dapat dikatakan bahwa siswa
telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar ketuntasan belajar
80%.
55
Menurut Djamrah (2002) dengan belajar kelompok diharapkan dapat
ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap siswa. Siswa dibina
untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing
sehingga terbina kesetiakawanan sosial antara siswa dengan siswa. Pendekatan
belajar kelompok dari segi pedagogis dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa
seperti adanya kerjasama, toleransi, berpikir kritis dan disiplin. Dari segi psikologis
dapat menimbulkan persaingan yang positif antar kelompok. Dari segi sosial, anak
yang pandai dalam kelompok tersebut dapat membantu anak yang kurang pandai
dalam menyelesaikan tugas.
Seperti dalam hasil penelitian ini bahwa penerapan belajar kelompok
menggunakan alat peraga konkret dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
yang diindikasikan dengan hasil belajar siswa yang meningkat. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang menggunakan penerapan belajar kelompok pada mata pelajaran
IPA pada pokok bahasan energi yang dilakukan oleh Nofita Iryani(2010). Dari hasil
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa memberikan hasil yang
sangat baik yaitu 19 siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi KKM yang
ditetapkan.
Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan beberapa
siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai tuntas. Hal ini disebabkan
karena daya serap siswa terhadap materi sangat rendah dan motivasi belajarnya
kurang. Selain itu menurut Roestiyah N.K (1998 : 17), ada kemungkinan mengapa
siswa tidak tuntas antara lain sebagai berikut:
1) Belajar kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu
sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
2) Tugas yang diberikan kadang-kadang hanya dikerjakan oleh sebagian siswa yang
cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan tugas- tugasnya
kepada teman dalam kelompoknya
3) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah
merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain.
4) Dapat terjadi tempat mengobrol, masing-masing anggota harus menyadari peran
dalam kelompoknya. Harus dihindari pada saat menyelesaikan permasalahan
56
yang dibebankan kepada seseorang, sementara yang lainnya hanya melihat dan
mengobrol sendiri.
Berdasarkan observasi di SD Negeri 1 Teguhan pada akhir siklus II masih
ada 2 siswa yang tidak tuntas. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
sebagai berikut:
1) Kurangnya pemahaman siswa terhadap soal.
2) Kondisi siswa pada saat mengikuti pelajaran kurang menunjukkan adanya rasa
keseriusan serta belum berjalannya kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas
kelompok.
3) Siswa belum memberikan pendapatnya ketika diberi kesempatan.
4) Siswa tersebut kurang memperhatikan penjelasan guru tetapi malah asyik
mengobrol dengan temannya.
5) Siswa tersebut enggan bertanya kepada guru maupun kepada teman
sekelompoknya.
Pelaksanaan hasil tes akhir siklus II siswa sudah mencapai ketuntasan belajar
klasikal yaitu siswa yang tuntas adalah 21 siswa dengan presentase 91,30%.
Keberhasilan tindakan kelas dengan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat
peraga konkret di kelas IV mencapai 91,30% tersebut dianggap tuntas belajar dan
meningkatkan hasil belajar siswa, hal tersebut sesuai dengan fungsi dan kebaikan
pendekatan belajar kelompok itu sendiri. Keistimewaan pendekatan belajar kelompok
adalah memudahkan guru dalam mengawasi murid-murid dalam melakukan kegiatan,
membina semangat kerjasama yang sehat, secara psikologis pendekatan ini
membangkitkan semangat bersaing yang sehat diantara kelompok-kelompok kecil,
pokok pikiran yang dibahas yang berupa tugas guru dapat diselesaikan lebih cepat
dan hasilnya lebih matang dan dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat dilihat dari
keaktifan belajar siswa sudah menunjukkan sebagaimana layaknya kelompok, siswa
aktif dalam mengerjakan soal secara kelompok atas dasar kemampuan sendiri-sendiri
dan kerjasama untuk membahas soal. Kerjasama antar anggota sudah berjalan
efektif untuk mengerjakan soal-soal. Untuk pengamatan keseluruhan terhadap
kegiatan belajar sudah berlangsung baik, walaupun masih ada kekurangan yang
ditampilkan siswa, yang belum mengikuti KBM secara maksimal.
57
Oleh karena itu dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar sebaiknya
guru menggunakan metode serta sarana penunjang yaitu media pembelajaran agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jika dalam hal ini peneliti hanya mencoba pada
mata pelajaran IPA maka guru juga harus mampu mengatur penggunaan metode
pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran yang lain.
Kebaikan pendekatan belajar kelompok yang dilaksanakan dalam tindakan
kelas telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan “energi” di
kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012,
karena dengan penerapan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga
konkret dapat melibatkan siswa dalam proses belajar sebagai rangkaian pengalaman
nyata. Selain itu dapat mengaktifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa
serta dapat memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru
sehingga siswa akan lebih memahami dan mengerti tentang sesuatu yang siswa lihat
dan amati sehingga dapat memperjelas konsep (tidak mempersulit pemahaman).
Download