STRATEGI PEMBELAJARAN BCM ( BERMAIN, CERITA DAN MENYAYI) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK USIA DINI DI RA NU BAITURRAHMAN LANGON TAHUNAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) dalam Bidang Ilmu Pendidikan Islam Oleh NAMA : ICUT FITRI AYU SEJATI NIM : 131310000403 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015 i NOTA PEMBIMBING Lamp : 7 (Tujuh) Eksemplar Hal Jepara, 29 September 2015 : Naskah Skripsi. a.n Sdri: Icut Fitri Ayu Sejati Kepada: Yth. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara di Jepara Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudari: Nama : Icut Fitri Ayu Sejati Nim : 131310000403 Program : Pendidikan Agama Islam Judul skripsi : STRATEGI PEMBELAJARAN BCM ( BERMAIN, CERITA DAN MENYAYI) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK USIA DINI DI RA NU BAITURRAHMAN LANGON TAHUNAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Skripsi saudari tersebut dapat dimunaqosahkan. Dan atas perhatian bapak saya ucapkan terima kasih. Pembimbing Drs.H. Akhirin Ali , M. Ag ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN (٨٤ :﴿اﻻء ﺳراء Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya, masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (QS. Al Isra’ ayat 84).1 Skripsi ini kupersembahkan kepada : 1. Suamiku tersayang, tercinta dan terkasih yang selalu setia membimbingku, menemaniku dan terimakasih atas perjuanganmu. 2. Kedua jagoan kecilku M. Afta Al-Kafi dan AQil Saif Alfailasuf, terimakasih atas semangat yang telah diberikan kepada mama “ yau are my everything” . 3. Umi dan Abi yang selalu ada dihatiku, terimakasih atas limpahan doa yang selalu mengiringi langkah hidupku. 4. Ibu tersayang terimakasih atas semua nasehat yang begitu berharga yang menjadi jembatan perjalanan hidupku. 5. Saudara-saudarku terdekat yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. 1 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Surya Cipta Aksara. 1989), hlm.437 iv ABSTRAK Icut Fitri Ayu Sejati (131310000008). Strategi Pembelajaran BCM (Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Meningkatkan Keaktifan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini Di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015, UNISNU Jepara 2015. Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. 2) Untuk mendeskripsikan apa saja yang menjadi faktor hambatan guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran BCM untuk Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, 3) Untuk mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat Metode BCM dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara?. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif dengan hasil sebagai berikut: 1. Pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara dengan melakukan persiapan, baik persiapan pribadi maupun persiapan teknis. Pembentukan akhlak yang dapat dilihat dari penerapan metode BCM adalah adanya motivasi dan pengarahan dari kegiatan yang dilakukan, terjadi perubahan tingkah laku yang sesuai dengan nilainilai moral dan agama atau norma-norma masyarakat yang diketahuinya dari cerita. 2. Pelaksanaan strategi pembelajaran BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan keaktifan siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, hal itu terbukti keaktifan belajar siswa sebelum menggunakan Metode BCM dapat secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan belajar siswa termasuk rendah karena berada diantara 22 – 66%, dan keaktifan belajar siswa RA setelah menggunakan metode BCM secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan tinggi karena berada diantara 77 – 100 %. 3. Faktor yang mendukung dan menghambat metode BC M dalam meningkatkan pembelajaran PAI siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, adalah : a. Faktor yang mendukung, Metode BCM memang mempunyai posisi tersendiri dalam metode pembelajaran. Sejak pendidikan awal seorang siswa di MI metode kisah ini telah digunakan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa para siswa masih menyukai metode kisah karena beberapa faktor antara lain faktor keterlibatan emosional dalam mendengar sebuah kisah berbeda dengan membaca buku. Keterlibatan emosional ini sebenanya sangat bagus jika ditinjau dari teori pendidikan modern yang berusaha menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan. Selama ini fungsi otak kiri yang berkaitan dengan intelegensi, kemampuan berfikir selalu mendapatkan perhatian yang sangat besar. b. Faktor penghambat ini baik faktor intern dari siswa, guru, metode hingga bahan pelajaran, juga berasal dari faktor ekstern seperti keadaan sosial budaya di masyarakat yang banyak mempengaruhi siswa. Pesatnya informasi dewasa ini tidak hanya membawa pengaruh yang posistif namun juga pengaruh negatif. Kata kunci: Strategi BCM, Pembelajaran PAI Anak Usia Dini v DEKLARASI Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jepara, September 2015 Peneliti ICUT FITRI AYU SEJATI vi KATA PENGANTAR ِﺑِﺴْﻢِ ﷲِ اﻟّ َﺮ ﺣْ َﻤ ِﻦ اﻟّ َﺮﺣِ ﯿﻢ Segala puji hanya bagi Allah pemelihara seluruh Alam, limpahan sholawat dan salam-mu dengan tiada henti keharibaan Nabi Muhammad SAW. Rasul mulia yang diharapkan Syafa’at-Nya di akhir zaman. Hanya karena pertolongan dan hidayah-mu Yaa Allah penulis skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom HM, Rektor UNISNU Jepara 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian. 3. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu serta ketabahan dan kesabarannya dalam membimbing dan memberi petunjuk sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang dengan ikhlas penuh kesabaran dalam mendidik serta memberikan pengajaran kepada penulis sampai selesainya tugas studi. 5. Kedua orang tuaku dan suamiku tercinta yang telah mendukung penulisan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik. 6. Kepala RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara yang telah memberikan ijin penelitian ini. 7. Semua sahabat dan rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah rela membantu peneliti dalam menyusun skripsi. vii Untuk semuanya penulis tidak dapat membalas segala bantuanya, hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan balasan yang sebaik-baiknya. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kepada para pembaca kritik dan saran sangat diharapkan, Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi semua pihak. Jepara, September 2015 Peneliti ICUT FITRI AYU SEJATI viii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN Berdasarkan SKB menteri Agama dan mentri Pendidikan dan kebudayaan RI Nomor 0543 b / U / 1987 Tertanggal 22 Mei 1988 A. Konsonan Tunggal HURUF ARAB NAMA HURUF LATIN KETERANGAN ا Alif - Tidak dilambangkan ب Ba’ B - ت Ta’ T - ث Sa S S dengan titik di atas ج Jim J - ح Ha’ H H dengan titik dibawah خ Kha’ Kh - د Dal D - ذ Zal Z z dengan titik di atas ر Ra’ R - ز Za’ Z - س Sin S - ش syin Sy - ص Sad S S dengan titik di bawah ض Ada d D dengan titik dibawah ix HURUF ARAB NAMA HURUF KETERANGAN LATIN ط t T t dengan titik dibawah ظ Za’ Z z dengan titik dibawah ع ‘ain - - غ gain G - ف Fa’ F - ق qaf Q - ك kaf K - ل lam L - م mim M - ن nun N - و waw W - ه Ha’ H - ء hamzah - ي Ya’ Y Ta’ h ة ...ة Koma lurus miring (tidak untuk awal kata) dibaca ah ketika mauquf marbutah Ta’ marbutah t/h dibaca ah/at ketika mauquf x B. Vokal Pendek ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH - A Bunyi fatkha pendek اﻗﻞ - I Bunyi kasrah pendek ﺳﻠﯿﻢ - U Bunyi dammah pendek اﺣﺪ C. Vokal Panjang ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH غـــــــﺎ A Bunyi fatkha panjang ﻛﺎن ﻓــــــﻰ I Bunyi kasrah panjang ﯾﺒﻨﻰ ﻗـــــﻮ U Bunyi dammah panjang ﻛﻮ ﻧﻮ D. Vokal Diftong ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH ﻗـــــ َﻮ Aw Bunyi fatkha diikuti waw ﻣﻮز ﻓـ َﻲ Ai Bunyi fatkha diikuti ya ﻛﯿﺪ E. Pembauran Kata Sandang Tertentu ARAB LATIN ﻖ َ اﻟ اﻟﺶﱠ I واﻟﻢ ُواﻟﺖﱠ U KETERANGAN CONTOH Bunyi al Qamariyah Bunyi al syamsiyyah dengan / (el) diganti huruf berikutnya Bunyi al Q amariyah / al syamsiyyah diawali huruf hidup, maka tidak terbaca mandiriﭑ اﻟﻘﻤﺮ ب ِ ﺼ َﻮا وﷲُ اَ ْﻋﻠَ ُﻢ ِﺑﺎ ﻟ ﱠ xi اﻟﺸﻤﺴﯿﺔ واﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺮ ﺑﯿﺔ DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv ABSTRAK ..............................................................................................................v HALAMAN DEKLARASI.................................................................................. vi HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................... vii HALAMAN TRANSLITERASI ......................................................................... ix HALAMAN DAFTAR ISI.................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1 B. Penegasan Istilah.................................................................................8 C. Rumusan Masalah ..............................................................................9 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................10 E. Telaah Pustaka ..................................................................................11 F. Metode Penelitian..............................................................................13 G Sistematika Penulisan Skripsi............................................................19 BAB II : LANDASAN TEORI A. Strategi Pembelajaran. ......................................................................21 1. Pengertian Strategi Pembelajaran ................................................21 2. Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak ............................21 B. Kajian Tentang BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi)...................22 1. Pengertian bermain.......................................................................22 2. Macam-macam permainan di TK.................................................23 3. Manfaat permainan ....................................................................23 xii 4. Pengertian Metode Bercerita Bagi Anak TK ...............................27 5. Manfaat Metode Bercerita............................................................30 6. Teknik bercerita ........................................................................31 7. Pengertian menyayi......................................................................31 8. Manfaat menyayi..........................................................................32 C. Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini ........................................33 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini .................33 2. Tujuan pembelajaran Agama Islam .............................................34 3. Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam...........................35 4. Pendidikan anak usia dini ............................................................36 D. Strategi Pembelajaran BCM (Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia .............45 BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Data Umum ..................................................................................47 1. Tinjauan Historis .......................................................................47 2. Visi-Misi RA NU Baiturahman Langon....................................48 3. Struktur organisasi.....................................................................49 4. Letak geografis ..........................................................................50 5. Kondisi fisik RA NU Baiturahman Langon ..............................50 6. Kondisi guru/tenaga pengajar...................................................50 7. Kondisi karyawan .....................................................................51 8. Kondisi siswa............................................................................51 9. Kondisi sarana prasarana ..........................................................52 xiii 10. Kurikulum Pembelajaran di RA NU Baiturahman LangonTahunan Jepara..............................................................53 B. Data Khusus ..................................................................................56 1. Pelaksanaan Pembelajaran BCM (Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini Di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ............................................56 2. Penyajian data penelitian ...........................................................58 BAB IV. PEMBAHASAN A. Analisis pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. .....................................65 B. Analisis pelaksanaan strategi pembelajaran BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) dalam pembelajaran PAI dalam meningkatkan keaktifan siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. ................................................................................72 C. Analisis Faktor-Faktor Pendukung dan Metode BCM Dalam Pembelajaran PAI siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014 ...................................................77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................80 B. Saran ................................................................................................83 C. Kata Penutup.....................................................................................84 DAFTAR PUSTAKA xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya dasar dan terencana dalam penyiapan peserta didik mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa kepada Allah SWT, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Qur’an dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.1 Di era yang serba modern ini, berbagai taman kanak-kanak atau Raudlotul Atfal dan tempat penitipan anak yang telah berkembang maju segi pembelajarannya, kegiatan extrakurikuler, ataupun fasilitas yang menunjang proses pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar harus diutamakan. Hal tersebut akan menentukan berhasil dan tidaknya pembelajaran yang hendak dicapai. Di lingkungan keluarga pun para orang tua juga harus memperhatikan strategi pembelajaran yang tepat untuk anak-anaknya, sebab keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang didapat anak pada usia dini. Kesibukan orangtua dengan pekerjaanya menjadikan alasan mengabaikan hal tersebut. Strategi yang dipilih untuk mendidik anak, hanya sekedar memberikan pesan-pesan untuk berperilaku baik, menghormati orang tua, duduk yang baik, makan dengan tangan yang baik dan sebagainya. Hal tersebut tidak akan menancap lama di benak anak-anak usia dini. Apalagi dalam 1 Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Pendidikan Agama Islam Taman KanakKanak, (Jakarta : Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2004), hlm.2 1 2 Pembelajaran PAI usia dini, dalam pergaulan sehari-hari pun juga perlu diperhatikan. Perilaku-perilaku anak usia dini, seperti selalu ingin berbagi, menolong teman, saling memukul, berebut jajan, saling mengolok, membenci teman hingga akhirnya menangis. Terkadang hal itu menjadi pemicu pertengkaran antar orang tua. Sehingga hanya karena masalah anak dengan anak, orangtua saling bermusuhan. Hal tersebut tidak mengajarkan anak membedakan perilaku yang baik dan buruk, akan tetapi malah akan mendidik anak menaruh sikap dendam pada teman sebayanya. Oleh karena itu, para orangtua harus memberikan suri tauladan yang baik kepada anak-anaknya sejak dini. Jadi, hendaknya orang tua juga dapat memilih jenjang pendidikan anak usia dini yang tepat, terutama untuk Pembelajaran PAI. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.2 Khususnya di taman kanak-kanak strategi pembelajaran yang menarik akan membawa keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Di usia dini (prasekolah) anak harus mendapatkan pendidikan dari lingkungan yang menyenangkan. Masa prasekolah adalah juga masa belajar, tetapi bukan dalam dunia dua dimensi (pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata, yaitu dunia tiga dimensi. Dengan perkataan lain, masa prasekolah merupakan time for play.3 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007) hlm. 124 3 Reni Akbar, Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), hlm. 4-6 3 Pendidikan pada masa ini begitu penting sebab anak pada masa ini disebut juga mengalami masa keemasan (Golden Age).4 Anak-anak TK berumur antara 4-6 tahun juga termasuk dalam umur prasekolah atau dikatakan masih usia dini. TK merupakan lembaga pendidikan formal prasekolah. Di TK tidak ada pelajaran membaca, menulis, dan matematika. Jadi, TK itu bukan sekolah, melainkan taman, tempat anak-anak umur 4-6 tahun bermain. Dengan demikian mereka belajar banyak hal sebagai persiapan untuk bergaul dalam lingkungannya dan untuk memasuki pendidikan sekolah dasar (SD).5 Strategi pembelajaran di Taman Kanak-kanak selama ini dilaksanakan dengan teknik bermain sambil belajar, belajar sambil bermain. Dari bermain guru dapat menumbuhkan dan Pembelajaran PAI anak. Model pembinaan akhlak di Taman Kanak-kanak pada umumnya juga di lakukan dengan teknik pembiasaan pada anak melalui pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Begitu halnya anak-anak, mereka berkembang dimulai dari perubahan secara fisik intelektual, sosial dan emosional, yang terjadi dari lahir sampai dewasa. Manusia berubah sepanjang hidupnya, tetapi pada masa kanak-kanak, manusia mengalami perubahan paling dramastis. Berawal dari sang bayi yang tak berdaya dan bergantung pada orang dewasa, kemudian tumbuh berkembang menjadi anak muda yang cakap, dan berfikir serta berargumentasi dengan canggih, memilki kepribadian unik, dengan selalu 4 Hariwijaya, Bertian dan Eka S. PAUD, Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak Dini. (Mahaddhika Publishing, 2009.) hlm.13 5 Prianto Rose Mini, Perilaku Anak Usia Dini, (Yogjakarta: KANISIUS, 2003) hlm. 47 4 berusaha keras bersosialisasi dengan orang lain. Beragam kemampuan dan karakteristik terbentuk dimasa kanak-kanak mereka.6 Menurut Piaget, perkembangan pada usia ini berada pada periode praoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasional adalah kegiatan- kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau symbolic function yaitu kemampuan untuk mempresentasikan atau mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol (kata-kata, gesture/bahasa gerak, dan benda). Dapat juga dikatakan sebagai semiotic function , yaitu kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol (bahasa, gambar, tanda/isyarat, benda, gesture, atau peristiwa) untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa.7 Mendidik anak adalah dunia yang penuh dengan keunikan. Itulah sebabnya ada pepatah yang mengatakan “Mendidik Anak Bagaikan Mengukir di Atas Batu”. Dengan kata lain pendidikan anak dunia yang dipenuhi oleh tantangan. Akan tetapi, sekali satu ajaran terserap oleh si anak, selamanya ia akan berfikir dan berperilaku sesuai ajaran tersebut.8 Pembinaan akhlak merupakan tindakan yang terpenting dan harus dipersiapkan untuk masa depan anak usia dini. Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlaqul karimah pada 6 Dwi Retna Damayanti, Program Pendidikan Untuk Anak Usia Dini di Prasekolah Islam, (PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta2005 .) hlm. 2-3 7 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 165 8 Mahmud Al-Khal’awi, Said Mursi, Mendidik Anak dengan Cerdas, (Insan Kamil; Solo, 2007.) 5 anak-anaknya yang dapat membahagiakan dialam kehidupan dunia dan akhirat.9 Dalam keluarga pendidikan akhlaqul karimah sangat penting bagi orang tua untuk anak-anaknya, sebagaimana dalam firman Allah: (١٤ : )ﻟﻘﻣﺎن Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kamu akan kembali. (Q.S. Luqman: 14) 10 Dalam ayat tersebut telah menunjukkan dan menjelaskan bahwa tekanan utama pendidikan keluarga dalam Islam adalah pendidikan akhlak, yaitu dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kedua orang tua, bertingkah laku sopan baik dalam perilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.11 Karena itu dengan berbagai cara para orang tua dalam mendidik dan Pembelajaran PAI anak-anaknya yang masih usia dini. Para orang tua yang merasa tidak cukup anak-anaknya dibina dirumah, mereka berlomba-lomba memasukkannya ke tempat penitipan anak, Taman kanak-kanak, bahkan pondokpondok pesantren. Dengan demikian tugas terpenting bagi seorang guru atau pendidik terhadap anak adalah senantiasa menasehati dan Pembelajaran PAI mereka, serta membimbing agar tujuan utama mereka dalam menuntut ilmu 9 Khalik Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, (Lentera: Jakarta, 2007) hlm. 21 10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,( Surya Cipta Aksara : Surabaya, 1989) ,hlm. 11 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2005.) Hlm. 324-325 6 adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sesuai dengan tujuan Rasul sebagai guru dan pendidik manusia yang amat agung dan mulia yakni untuk mendidik dan Pembelajaran PAI manusia.12 Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya” Sesungguhnya saya diutus Allah di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk Pembelajaran PAI anak usia dini. Strategi yang dipilih harus menyenangkan dan tidak membosankan bagi anak TK. Salah satunya menggunakan strategi BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi). Karena sesuai dengan pendidikan di TK yang dilaksanakan dengan teknik bermain sambil belajar. Melalui permainan kreatif dalam PAUD, anak belajar banyak cara. Anak-anak tidak dapat belajar secara optimal jika merasa bosan, mengantuk, lapar, takut, atau bingung dengan yang sedang terjadi. Karena itu, pendidikan anak untuk usia dini harus menciptakan suasana bermain melalui permainan kreatif sesuai dengan cara-cara belajar yang biasa anak-anak alami dalam hidup mereka sehari-hari yang juga harus didukung lingkungan belajar yang aman dan tidak membuat mereka takut. Perlu strategi dalam mengelola permainan yang kreatif agar dapat tercipta lingkungan belajar yang aktif, kreatif, aman, menggembirakan, dan efektif.13 Metode bercerita dan menyanyi juga merupakan metode pembelajaran yang banyak digunakan di TK. Pembelajaran tersebut juga sangat penting di 12 Mansur. Ibid .hlm 289 Igrea Siswanto, Mendidik Anak dengan Permainan Kreatif, (Bermain sambil belajar untuk mengembangkan Kecerdasan Majemuk Sejak Usia Dini), (Yogjakarta: ANDI, 2008.) hlm. 10 13 7 kehidupan dunia anak-anak usia dini.14 Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam-macam informasi tentang pengetahuan, nilai, sikap, untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan seharihari. Kemudian melalui menyanyi, anak juga akan belajar menghafal dan menghayati lagu-lagu yang dinyanyikan bersama. Misalnya, lagu rukun iman, rukun islam, lagu yang berisi adab didalam kelas, dan lain sebagainya. Demikian juga di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 yang menggunakan pembelajaran bermain, cerita dan menyanyi. Guru Pembelajaran PAI anak-anak dengan pembelajaran tersebut. Sehingga hasilnya secara tidak langsung anak akan mendapatkan pelajaran tentang perilaku baik dan buruk atau akhlak lainnya melalui pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yaitu dengan mengambil manfaat dari pembelajaran BCM (bermain, cerita dan menyanyi). Berdasarkan pernyataan analisa sementara, peneliti tertarik dengan objek tersebut. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Strategi Pembelajaran Bcm (Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini Di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”. 14 Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (PT. Rineka Cipta, 2000) hlm. 15 8 B. Penegasan Istilah Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang arah penulisan skripsi ini peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu kata kunci yang terdapat dalam pembahasan ini. 1. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru-murid didalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.15 2. Pengertian Metode BCM Metode BCM adalah serangkaian kegiatan berupa bermain, cerita, menyanyi yang divariasikan dalam satu kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.16 3. Pengertian PAI PAI Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.17 15 J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm. 3 16 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) hlm. 157 17 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,2003), hlm. 10 9 4. Pengertian anak usia dini Anak Usia dini adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun, yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-kanak, yang memiliki karakteristik berpikir konkrit, realisme, sederhana, animism, sentrasi, dan memiliki daya imajinasi yang kaya. Jadi yang dimaksud dengan judul Strategi Pembelajaran BCM ( Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini Di RA Nu Baiturrahman adalah pola umum perbuatan gurumurid didalam perwujudan kegiatan belajar mengajar dengan bermain, cerita, menyanyi yang divariasikan dalam satu kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang menarik dan menyenangkan pada anak Anak Usia dini adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun. C. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara? 2. Apakah pelaksanaan strategi pembelajaran BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan keaktifan siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara? 3. Apasaja faktor-faktor pendukung dan penghambat Metode BCM dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara? 10 D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang akan dicapai diantaranya sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara? 2. Untuk mendeskripsikan apa saja yang menjadi faktor hambatan guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran BCM untuk Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara? 3. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat Metode BCM dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara? Secara praktis manfaat dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti. a. Sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan di Jurusan PAI, Fakultas Tarbiyah dan Imu Keguruan UNISNU Jepara. b. Sebagai wahana dalam meningkatkan kompetensi dalam hal penelitian dan penulisan serta ilmu pengetahuan. c. Sebagai pedoman di dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. d. Sebagai bekal kelak menjadi seorang ibu untuk mendidik anak-anak. 2. Bagi Lembaga. a. Sebagai bahan rujukan dan evaluasi dalam mengambil keputusan dalam kegiatan belajar mengajar. 11 b. Sebagai referensi dalam melakukan pembenahan-pembenahan dan pengembangan-pengembangan dalam pendekatan pembelajaran. 3. Bagi Masyarakat a. Sebagai in-put dalam pelaksanaan pembenahan-pembenahan dan pengembangan-pengembangan dalam proses belajar di luar sekolah. b. Menumbuhkan kesadaran dan semangat masyarakat agar berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan. c. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia dini. E. Telaah Pustaka Dalam pembuatan skripsi ini, peneliti mencoba menggali informasi dari buku-buku maupun skripsi sebagai bahan pertimbangaan untuk membandingkan masalah-masalah yang diteliti baik dalam segi metode maupun objek penelitian. 1..Buku karya Dr. Mansur M.A., yang berjudul ”Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam” penerbit Pustaka Pelajar tahun 2005. yang berisi pentingnya memberikan pendidikan kepada anak sejak dini, terutama dalam memberikan pendidikan agama Islam yaitu dengan penanaman nilai-nilai agama dan akhlak sejak dini. Hubungan kajian pustaka tersebut dengan penelitian ini adalah sebagai acuan dan referensi. 2. Skripsi yang ditulis oleh Isticharoh (3102247), mahasiswi IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2007 yang berjudul “Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Pembentukan Akhlak Pada Anak Prasekolah di TKIT Permata Hati Ngaliyan Semarang” disini, dalam upaya pembentukan akhlak pada anak 12 prasekolah menggunakan metode pembiasaan dimana metode ini melakukan pembentukan kepribadian atau akhlak dengan cara berangsur-angsur. Kemudian peranan guru dalam dalam proses pembentukan akhlak bagi siswa selain mengajar juga mendidik serta memantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa yang terlibat langsung dalam proses pembentukan akhlak. Adapun factor yang memdukung pembentukan akhlak diantaranya faktor lingkungan yaitu sekolah dan motivasi guru. 2. Skripsi yang ditulis oleh Aizatut Taulia (063111102), mahasiswi IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2010 yang berjudul “Pelaksanaan Metode Cerita Dalam Pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah di Gemuh Kendal” secara umum pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di PAUD alwathoniyah gemuh Kendal sudah cukup bagus, sesuai dengan teori-teori yang ada dan khususnya dari tujuan pelaksanaan pembelajaran dengan metode cerita yaitu untuk menjadikan materi pembelajaran di PAUD lebih mudah untuk diterima oleh anak didik. 3. Skripsi yang ditulis oleh Aslahul Munif (073111331), mahasiswa IAIN Walisongo Semarangpada tahun 2009 yang berjudul “Implementasi Metode Nyanyian / Lagu Dalam Pembelajaran Aspek Moral Agama Pada Anak Usia Prasekolah di RA Walisongo Semarang” didalam skripsi ini pada dasarnya metode lagu perlu diterapkan dalam pembelajaran aspek moral agama di TK dan setingkatnya. Karena dalam mendidik agama pada anak usia dini membutuhkan suatu cara atau metode yang khusus dan tepat, yang sesuai dengan dunianya yang cenderung menyukai sesuatu yang indah dan 13 menyenangkan. Dengan lagu anak lebih cepat menghafal liriknya, mudah memahami dan menyerap isi materi yang disampaikan melalui lagu. Lagu-lagu yang dimaksud adalah lagu yang bernuansa keislaman, artinya yang berisi tentang pengenalan ajaran agama Islam. Penelitian terdahulu menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan melakukan Internal analisis. Adapun Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah metode Dokumenter, Kepustakaan, lapangan. Sedangkan teknik pengolahan data, dari data yang di peroleh, dilakukan interpretasi data. Dari penelitian terdahulu yang relevan diatas mempunyai jenis analisis data yang sama yaitu sama-sama menggunakan metode deskriftif kualitatif. Namun dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung, untuk mengetahui strategi pembelajaran BCM yang di lakukan oleh guru. F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu: data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung. 18 Data kualitatif yang dibetulkan dalam penelitian ini adalah data tentang keadaan siswa, hasil interview tentang pendidikan di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. Yang kedua menggunakan penelitian kuantitatif yaitu data yang diperoleh menggunakan angka-angka, dari observasi terhadap proses belajar mengajar di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. 18 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, Rineka Cipta, 2002), hlm.10 14 2. Populasi dan sampel Populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, dengan demikian yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah subyek dalam suatu daerah atau lingkungan tertentu yang akan diteliti, dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh anak RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara yang berjumlah 102 anak. Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif akan mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya.19 Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah teknik random sampling, maksudnya cara pengambilan sampling tanpa pilih-pilih atau pandang bulu dalam arti semua individu dalam populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel.20 Adapun cara yang digunakan dengan mengambil 10 % dari populasi 94 anak RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara yaitu sebanyak 32 anak, 50 dengan perincian sebagai berikut: a. Kelompok A sebanyak 32 anak b. Kelompok B sebanyak 50 anak 19 20 Murti Sumarni, Metodologi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: Andi, 2005), hlm.70 Ibid, hlm. 73 15 3. Jenis data dan sumber data a. Jenis data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu penelitian yang dituntut dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.21 b. Penelitian lapangan (field research) Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang lebih kongkrit yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,22 dalam penelitian lapangan disini dapat diperoleh data dari Kepala RA, guru, karyawan dan anak yang menjadi sample penelitian. 3. Teknik Pengumpulan Data Penggunaan metode merupakan hal yang sangat penting dalam setiap penelitian. Sebab dalam menggunakan metode dapat mempermudah proses pengumpulan data, juga dapat menumbuhkan kualitas dari hasil suatu tujuan penelitian. Dalam pembahasan skripsi ini diperlukan data yang valid dengan permasalahan yang dibahas melalui beberapa metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan: a. Metode Observasi 21 Suharsini Arikunto, Op.cit, hlm,10 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta, Bumi Aksara; 2007), hlm. 28 22 16 Seringkali orang mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologi observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat indera. Metode observasi merupakan prosedur yang sistematis dan staandar dalam pengumpulan data. Pemakaian cara ini didasarkan pada konsep, definisi dan pengukuran variabelnya. Dalam hal ini observasi melibatkan proses pengamatan dan ingatan dan berkenaan dengan perilaku manusia yaitu anak anak RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. Observasi disini dilaksanakan oleh peneliti untuk mengetahui keaktivan atau partisipasi anak dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. Dalam melaksanakan observasi peneliti memperhatikan kejadian kejadian yang masuk kedalam kategori keaktivan atau partisipasi anak misalnya: anak bertanya, anak merespon percakapan, anak mengikuti permainan cerita dan menyanyi dengan tertib dan sebagainya. b. Metode Interview Interview atau wawancara adalah metode pengumpulan data dengan Tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematika dan dilaksanakan secara langsung oleh pewawancara kepada responden. Interview bisa dilakukan secara langsung (personal interview) maupun tidak langsung (misalnya melalui telepon atau email). Interview merupakan komunikasi atau pembicaraan dua arah yang dilakukan oleh 17 pewawancara dan responden untuk menggali informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini metode interview digunakan untuk menggali data tentang situasi sekolah, kondisi siswa dalam proses belajar mengajar, kondisi guru dan lain sebagainya. Adapun instrument pengumpulan datanya berupa pedoman interview yang terstruktur sebelumnya, dengan mewawancarai Kepala sekolah, karyawan, dan guru. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, rangkuman penilaian dan sebagainya.23 Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada lembaga sekolah. Sebagai penunjang data-data tersebut meliputi data-data: kepala sekolah dan guru, struktur organisasi, data siswa, buku rangkuman siswa serta data lain yang dibutuhkan dalam proses penelitian di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. 5. Analisis data Analisa dalam penelitian merupakan bagian yang terpenting karena dengan dengan analisis inilah data yang ada akan tampak manfaatnya terutama 23 Suharsini Arikunto, Op.cit, hlm. 135 18 dalam memecahkan masalah penelitian dan tujuan akhir penelitian. Analisis data adalah suatu proses penyederhanaan dan dalam bentuk lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu: Pertama berupa kualitatif untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kuantitatif. Kedua yaitu kuantitatif yang diperoleh dengan menggunakan rumus statistik, selanjutnya diinterpretasi dan diambil kesimpulan. Adapun rumus statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prosentase, Rumus ini digunakan untuk mencari kesimpulan dari data-data yang diperoleh, yaitu data tentang jumlah anak / sampel dan frekuensi mengikuti kegiatan dengan metode BCM di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. Rumus : P = F x100% N Keterangan P = Prosentase F = Frekuensi yang dicari prosentasinya N = Jumlah responden Adapun skor / penilaian dari masing-masing keaktifan anak dalam pelaksanaan metode BCM adalah sebagai berikut: a. Nilai A (aktif) dengan skor 3 b. Nilai B (kadang kadang) dengan skor 2 19 c. Nilai C ( tidak aktif) dengan skor 1 Skor tersebut dalam pengembangan intelegensi anak yang ada dalam penilaian perkembangan anak di buku Rangkuman penilaian / BLP adalah sebagai berikut: a. Nilai 3 (*3) artinya : anak telah mampu b. Nilai 2 (*2) artinya : anak mampu dengan bantuan c. Nilai 1 (*1) artinya : anak belum mampu.24 F. Sistematika Penulisan skripsi Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Adapun rinciannya sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian, Metodologi Penelitian, membahas tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian. dan sistematika pembahasan. Bab II : Tinjauan Pustaka, yang terdiri uraian teori-teori mengenai BCM (bermain, cerita, menyanyi) dan strategi pembelajaran BCM ( bermain, cerita dan menyayi) dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam anak usia dini. 24 Depdiknas, Pedoman penilaian di TK , (Jakarta; 2005), hlm.8 20 Bab III : Laporan Hasil Penelitian, yaitu peneliti menguraikan hasil temuan penelitian yang terdiri dari sekilas tentang laporan penelitian yang terdiri dari penyajian data yang digunakan sebagai pemberian jawaban masalah dan pembahasan dari laporan hasil penelitian. Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian, yaitu peneliti mengkaji ulang laporan hasil penelitian dan menguraikan jawaban secara keseluruhan dari masalah yang diambil. Bab V : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Peneliti menyimpulkan secara keseluruhan kemudian memberikan saran sebagai perbaikan dari kekurangan peneliti. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran. 1. Pengertian Strategi. Strategi secara umum mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Atau dapat dikatakan bahwa strategi adalah suatu penataan potensi dan sumber daya agar dapat efisien dalam memperoleh hasil sesuai yang dirancangkan. Istilah strategi mula-mula dipakai dikalangan militer dan diartikan sebagai seni dalam merancang peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi ke dalam posisi perang untuk memperoleh kemenangan. Dewasa ini istilah strategi banyak dipinjam dalam bidang pengajaran, termasuk dalam strategi mendidik anak usia dini.1 Dalam surat Ar-rahman ayat 1-4 diterangkan: 1. (Tuhan) yang Maha pemurah. 2. Yang telah mengajarkan Al Quran. 3. Dia menciptakan manusia. 4. Mengajarnya pandai berbicara. (Q.S. Arahman:1-4).2 Kata ar-Rahman menunjukkan bahwa sifat-sifat pendidik adalah murah hati, penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya dan siapa saja yang menunjukan profesionalisasi pada Kompetensi Personal Seorang guru hendaknya memiliki strategi dan 1 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2005), hlm.304-305 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,( Surya Cipta Aksara : Surabaya, 1989) , hlm.885 21 22 kompetensi paedagogis yang baik sebagaimana Allah mengajarkan al-Quran kepada Nabi-NYA. Al-Quran menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah kebenaran/ilmu dari Allah (Kompetensi Profesional) Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, sebagaimana penjelasan AI-Bayan. 2. Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak Strategi secara umum mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Bermain sebagai bentuk kegiatan kanak yang dilakukan dalam bentuk berbagai kegiatan bermain perlu menekankan keempat hal tersebut diatas dan ditambah dengan aspek-aspek lain, seperti moral, perilaku baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai warga Negara, serta sebagai makhluk Tuhan sesuai dengan nilai-nilai keagamaan.3 B. Kajian Tentang BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi) 1. Pengertian Bermain Bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain : a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsic c. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak 3 Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006) hlm. 125-126 23 e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya.4 Montessori mengartikan kegiatan bermain sebagai latihan jiwa dan badan demi kehidupan anak dimasa depan. Berbagai permainan yang dilakukan anak merupakan latihan atas berbagai tugas dan fungsi yang akan dijalani di waktu yang akan datang.5 2. Macam-macam Permainan di TK Macam-macam permainan yang dapat dijumpai di TK adalah: a. Permainan aktif. Permainan ini berupa kegiatan berlari-lari, melompatlompat, meluncur, naik dan turun tangga, meniti balok, bermain ayunan, bermain bola dan sebagainya. b. Permainan konstruktif. Permainan ini dilakukan dengan teknik membangun, antara lain menyusun balok-balok kayu, membuat rumah-rumahan, bermain lego, bermain puzzle, dan lain-lain. c. Permainan kreatif. Permainan ini dilakukan untuk mengembangkan daya cipta anak, antara lain menggambar dengan pensil warna/ cat air/ krayon, menggunting dan menempel, mencocok dan membentuk sesuatu dari lempung, melipat kertas dan lain-lain. d. Permainan imajinatif. Permainan ini melatih anak bermain peran tertentu yang dikagumi, misalnya berperan sebagai ayah atau ibu, dokter, tentara, polisi dan lain-lain.6 3. Manfaat Bermain Bermain bagi anak tentu akan memberikan beberapa manfaat. Salah satu manfaat yang paling besar adalah menjadikan anak dapat menyalurkan kesenangannya. Namun ada beberapa manfaat lain permainan selain untuk kesenangan. Manfaat itu antara lain: a. Mempengaruhi pertumbuhan aspek fisik 4 Prianto Rose Mini, Perilaku Anak Usia Dini, (Yogjakarta: KANISIUS, 2003), hlm. 48 Ibid 6 Ibid, hlm.50 5 24 Dengan bermain anak akan menggerakkan tubuhnya. Maka anak yang aktif akan cenderung sehat. Bayangkan saja saat anak sakit pasti ia malas bergerak karena tidak mempunyai tenaga. Dengan anak bermain maka akan membantu anak untuk lebih bergerak agar sehat. b. Mempengaruhi aspek motorik halus dan kasar Aspek motorik kasar dan halus adalah aspek yang paling penting bagi anak umur 0-2 tahun. Dari memegang benda yang kecil, menggenggam sampai ia dapat melempar bola dipengaruhi oleh motorik kasar. Dengan bermain maka anak dapat mengkoordinasikan tubuhnya untuk bergerak sehingga mempercepat anak untuk mengembangkan aspek motoriknya. c. Baik bagi emosi anak Anak dapat menyalurkan segala emosinya saat bermain. Saat anak tegang anak dapat rileks dengan bermain. Saat anak sedih jika dia dihibur dengan bermain maka kesedihannya akan hilang. d. Berpengaruh pada aspek kognitif Bermain dapat mengasah daya pikirnya. Misalnya jika ia bermain puzzle maka akan melatih ingatannya. Namun tidak semua permainan berpengaruh pada aspek kognitif anak. Hanya permainan tertentu saja yang dapat melatih kognitif anak. e. Mengasah alat indra Dengan bermain biasanya anak akan lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya. Lebih tanggap terhadap alat inderanya. f. Menyalurkan ketrampilan 25 Bermain dapat membuat anak menyalurkan ketrampilannya. Misalnya saja dalam bermain melempar bola saat anak tidak terampil dalam memainkan bola maka ia akan berusaha untuk dapat melemparkan bola, dan pada akhirnya ia akan dapat melempar bola dengan baik. g. Media terapi Jika anak belum bisa menangkap sebuah benda maka anak akan terus belajar untuk mencoba dan mencoba. Dengan ini anak akan dapat menerapi dirinya sendiri dari ketidakbisaan dirinya menangkap bola.7 h. Pendidikan Permainan yang bermacam-macam membuka kesempatan bagi anak untuk belajar dan lebih mengenal banyak tentang sesuatu, misalnya pengetahuan tentang berbagai bentuk, warna, dan yang lainnya. Dari sini anak-anak akan mengekspresikan apa yang dilihatnya ke dalam corat-coret atau menggambar, seiring dengan pertumbuhannya. Di berbagai kesempatan, seorang anak memperoleh pengetahuan lewat permainan yang dilakukannya, yang tidak ia dapati dari yang lainnya. i. Manfaat social Belajar melalui permainan bagaimana membangun relasi atau hubungan dengan orang lain dan sukses berinteraksi dengan mereka. Lewat permainan, anak dapat belajar saling menolong dan dapat saling memberi serta menerima jika mereka bermain dengan orang yang lebih dewasa. j. Akhlak 7 M. Hariwijaya. Bertiani Eka Sukaca, PAUD; Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak Dini. (Yogjakarta: Mahadika Publising, 2009), hlm 106-108 26 Lewat permainan anak mulai belajar mengenal pemahaman yang benar dan salah, sebagaimana ia belajar landasan-landasan akhlak seperti berlaku adil, jujur, amanah dan mengendalikan diri. k. Ekspresi dan daya cipta Anak, melalui permainan, akan mampu mengungkapkan kemampuan daya cipta yang dimilikinya dan keinginan untuk mencobanya. l. Pengembangan diri Seorang anak mampu mengenal dirinya lebih baik melalui permainan yang dilakukannya, sebagaimana mereka mengenal kemampuan dan keahliannya dari pola hubungan dan interaksi mereka dengan teman-temannya. Anak pun akan mengukur dan membandingkan dirinya dengan teman-temannya, sebagaimana ia belajar mengenali permasalahan dan bagaimana cara menyikapinya. m. Manfaat solutif Anak, melalui permainan, ingin melepaskan ketegangan yang lahir dari berbagai tekanan dan aturan yang diharuskan untuk dirinya. Karenanya, anak-anak yang banyak mendapat tekanan, aturan, perintah dan larangan dirumah, akan lebih banyak bermain dibanding dengan anak-anak yang lain. Sebab, permainan adalah salah satu sarana yang efektif untuk menghilangkan permusuhan yang terpendam. Dengan berbagai jenis permainan yang diberikan pada anak, tidaklah mustahil bagi kita untuk 27 mendapatkan hasil yang memuaskan berupa anak- anak yang cerdas, ceria, sekaligus bertaqwa.8 4. Pengertian Metode Bercerita Bagi Anak TK Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Dunia kehidupan anak itu penuh suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikkan. Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak, memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas. Bercerita merupakan salah satu metode untuk mendidik anak. Berbagai nilai-nilai moral, pengetahuan, dan sejarah dapat disampaikan dengan baik melalui cerita. Cerita ilmiah maupun fiksi yang disukai anak-anak dapat digunakan untuk menyampaikan pengetahuan. Cerita dengan tokoh yang baik, kharismatik dan heroik menjadi alat untuk mengembangkan sikap yang baik 8 M. Mufti Mubarok. BCM Plus; Rahasia Cerdas Bermain sambil Belajar. (Surabaya : PT. Java Pustaka Media Utama 2008.) hlm. 43-45 28 kepada anak-anak. Sebaliknya tokoh yang jelek, jahat dan kejam mendidik anak untuk tidak berperilaku seperti itu karena pada umumnnya tokoh jahat di akhir cerita akan kalah dan sengsara. Cerita tentang kepahlawanan, heroisme, dan pemikiran yang cerdas dari para pahlawan dapat mendidik anak agar kelak memiliki jiwa kepahlawanan. Jadi cerita amat potensial untuk mendidik anak. Oleh karena itu, guru anak usia dini sebaiknya pandai bercerita.9 Ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain: a. Membaca langsung dari buku cerita Teknik bercerita dengan membacakan langsung itu sangat bagus bila guru mempunyai prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak TK. Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami perbuatan itu salah dan perbuatan itu benar, atau hal ini bagus dan hal ini jelek, atau kejadian itu lucu, kejadian menarik, dan sebagainya. b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku. Bila bercerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang yang dapat bercerita dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan. Penggunaan ilustrasi gambar dalam 9 Slamet Suyanto, Strategi Pendidikan Anak, ( Jogjakarta: HIKAYAT Publising, 2008), hlm. 45- 46 29 bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalan ceritanya. c. Menceritakan dongeng Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama. Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak. Oleh karena itu seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak. Banyak buku-buku dongeng yang bagus yang dapat dibeli dipasaran, tetapi guru TK yang kreatif dapat mencipta dongeng dari Negara Antah Berantah yang syarat akan nilai kebajikan. d. Bercerita dengan menggunakan papan flannel Guru dapat membuat papan flannel dengan melapisi seluas papan dengan kain flannel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu. Gambar pertokohan yang mewakili perwatakan dalam ceritanya digunting polanya pada kertas yang dilapisi belakangnya dilapis dengan kertas goso yang paling halus untuk menempelkan pada papan flannel supaya dapat melekat. Gambar-gambar foto itu dapat dibeli dipasaran, atau kreasi sendiri oleh guru, sesuai dengan tema-tema dan pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui bercerita. e. Bercerita dengan menggunakan media boneka Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak lakilaki dan anak perempuan, nenek, kakek dan bisa ditambahkan anggota 30 keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu. f. Dramatisasi suatu cerita Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal. Cerita anak-anak yang disukai antara lain Timun Emas, si Kancil mencuri ketimun, dan sebagainya.10 5. Manfaat Metode Bercerita Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak TK mempuyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan TK. Bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru TK yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga. Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilainilai moral, dan keagamaan. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam-macam informasi tentang pengetahuan, nilai, sikap, untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 10 hlm.4-8. Suyadi, Permainan Edukatif Yang Mencerdasakan, (Jogjakarta: Power Books, 2009), 31 6. Teknik Bercerita Yang dimaksud adalah penutur mencoba untuk mengarahkan cerita atau kisahnya ke dalam suatu tujuan akhir berdasarkan alur dan kerangka (plot) cerita. Untuk bercerita ini bisa dimulai dengan alur maju, alur mundur, atau kombinasi. Dengan begitu anak secara langsung ataupun tidak langsung kita kenalkan dengan gaya dan teknik bercerita yang kita tuturkan kepada sang anak. Mengenai muatan dan isi cerita bisa kita pilih dari khasanah cerita Islami yang terdapat dalam kisah Nabi dan Rosul, kisah kekholifahan, atau yang lainnya. Kita tahu bahwa Islam memang sangat kaya akan khasanah cerita, dongeng, legenda, hikayat dan kisah-kisah ketauladanan yang pantas menjadi contoh, menjadi sarana dari kisah yang akan kita ceritakan kepada anak didik kita. Pendidikan agama yang disampaikan pada anak-anak secara dini memang amat bagus, apalagi metode penyampaiannya dengan bercerita, pasti anak-anak akan menaruh minat yang sangat besar, disamping anak-anak juga bisa belajar bagaimana cara bercerita yang baik. 7. Pengertian Menyanyi BCM merupakan salah satu pelatihan yang diberikan kepada anakanak. Dengan BCM ini diharapkan anak-anak mempunyai semangat belajar terutama belajar berkomunikasi lewat bermain, cerita dan menyanyi. Yang diharapkan oleh orang tua nantinya dengan system BCM ini anak akan mempunyai semangat dan kesenangan belajar. Menyanyi juga merupakan suatu kegiatan yang disukai anak. Dengan menyanyi menirukan suara guru 32 didepan kelas bersama teman-temannya, anak akan semakin senang terhadap apa yang dipelajarinya, terutama dilingkungan sekolahnya. Menyanyi dapat menjadi sarana hiburan dan juga pembelajaran bagi semua usia dan golongan. Kita dapat memilih lagu- lagu yang pas untuk acara yang kita selenggarakan. Seperti memilih lagu-lagu rohani yang dapat mengingatkan kita kepada kebesaran Allah pada saat kita mengisi acara pengajian atau kegiatan keagamaan. Begitu pula dalam pembelajaran disekolah kita bisa memilih lagu-lagu yang pas untuk materi pembelajaran yang kita ajarkan, apabila sesuai maka disamping menghibur dan menjadi jeda dan dapat menghilangkan kejenuhan, menyanyi juga dapat menguatkan pemahaman anak terhadap materi yang kita ajarkan.11 8. Manfaat Menyanyi Seni menyanyi tidak lain adalah seni yang berkaitan dengan teori dan teknik vokal. Seni vokal tidak lain adalah seni suara. Seni suara ini akan banyak sekali manfaatnya. Selain untuk mengasah vokal dan olah suara, seni suara juga bermanfaat dalam kelangsungan berkomunikasi. Kebanyakan orang yang mengalami kegagalan dalam berkomunikasi atau ada kesanggupan dalam mengutarakan buah pikiran-buah pikiran dengan jelas. Segala uraiannya diucapkan dengan suara bergumam dalam mulutnya yang sukar ditangkap dan kurang menyakinkan. Satu diantaranya adalah para guru yang berkecimpung dalam komunikasi massa, mereka mengalami kecapekan dan lekas lelah. 12 11 Http//Guru plus da’i temenanan. Menyanyi sebagai metode pembelajaran. (diakses tgl 07 Juli 2015, 02.00 WIB) 12 Mufti Mubarok dan Bachtiar Ichwan, Metode Buroq : 60 Menit Mahir Baca Tulis Al Qur’an , (Surabaya : Java Pustaka Group,2009), hlm. 64 33 Paling banyak dua jam pelajaran, kalau dipaksakan lebih dari itu akan dirasakan pada kerongkongan. Kekurangan tersebut hanya bisa diatasi khusus dengan menggarap dan mengolah seni vocal arti sempit, yakni seni menyanyi. Manfaat seni vokal dan olah suara ini akan terasa pada anak-anak dalam melafalkan bunyi-bunyian dengan baik, sehingga paling sedikit mereka sanggup menyanyi dengan lafal yang tepat. Anak-anak pada usia 6 tahun sampai dengan 10 tahun adalah sedang peka-pekanya menerima pendidikan musik dan olah suara ini. Pada usia itulah kita bisa menanamkan landasan mental yang kuat, karena pada saat itu paling tepat waktunya untuk ditanamkan rasa cinta anak pada musik. Adapun tujuan pokok pembinaan musik pada anak-anak adalah: a. Memupuk kecintaan anak terhadap kesenian b. Meningkatkan apresiasi dan mutu kesenian pada anak-anak c. Memperluas getaran jiwa anak-anak terhadap keindahan dan kreatifitas untuk generasi mendatang d. Memberikan landasan mental, pengetahuan, ketrampilan dan kreatifitas untuk generasi mendatang.13 Disamping itu manfaat seni musik, terutama seni vokal ini banyak hal dan keuntungan yang bisa kita peroleh, antara lain: a. Memperluas kebudayaan dan memberikan pengertian yang mendalam melalui alam pikiran dan perasaan orang lain b. Memperkaya daya imajinasi anak c. Mempunyai olah nafas yang bagus, sebagai akibat kebiasaan menarik nafas dalam d. Memperkuat daya ingatan konsentrasi e. Membahagiakan pada diri sendiri dan orang lain.14 B. Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam 13 Mufti Mubarok dan Bachtiar Ichwan, Metode Buroq : 60 Menit Mahir Baca Tulis Al Qur’an , (Surabaya : Java Pustaka Group,2009), hlm. 67 14 Ibid, hlm.68 34 Di dalam bukunya Muhamad Kholid Fathoni, yang dimaksud pendidikan agama Islam yaitu usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam.15 Menurut Abdul majid dan Dian Andayani dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Islam Berbasis kompetensi” bahwa pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.16 Jadi dapat disimpulkan pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. 2. Tujuan Pembelajaran Agama Islam Tujuan pendidikan Pendidikan Agama Islam secara umum yaitu untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.17 15 Muhamad K. Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional Paradigm Baru, (Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam, 2005) hlm.39. 16 Abdul Majid dan Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2006), cet.3, hlm. 130. 17 Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet.iv, hlm.78. 35 Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Islam Berbasis kompetensi” bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.18 3. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Islam Secara garis besar ruang lingkup materi pendidikan yaitu mencakup: a. Aqidah, mengajarkan keesaan Allah b. Syari’ah, berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan. c. Akhlak, suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi aqidah dan akhlak. d. Kemudian dilengkapi dengan dasar hukum islam yaitu Al-Qur’an dan hadits serta ditambah lagi dengan sejarah Islam.19 Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya, tidak hanya memperhatikan dan mementingkan akidah (keyakinan), ibadah dan akhlak saja, tetapi jauh lebih luas dan dalam dari semua itu. Diantaranya mencakup bidang : keagamaan, akidah dan amaliah, akhlak dan budi pekerti, fisik-biologis, mental-psikis dan kesehatan. Maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi : a. Setiap proses perubahan menuju kearah kemajuan dan perkembangan berdasarkan ruh ajaran Islam b. Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal, mental, emosi dan spiritual 18 19 Abdul Majid dan Andayani, Op.cit, hlm. 135 Ibid, hlm. 77 36 c. Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan, pikir-dzikir, ilmiah-amaliah, materiil-spiritual, individual-sosial, dan dunia- akhirat. d. Realisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagai hamba Allah untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah dan fungsi kekhalifahan sebagai khalifah Allah yang diberi tugas untuk menguasai, memelihara, memanfaatkan, melestarikan dan memakmurkan alam semesta.20 4. Pendidikan Anak Usia Dini a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Mansur, MA. Anak usia dini merupakan sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.21 Menurut NAEYC (National Association for the Education of Young Children), “PAUD adalah pendidikan anak usia dini yang dimulai saat kelahiran hingga anak berusia delapan tahun. Batita dan balita mengalami kehidupan secara menyeluruh di rentang usia ini dibanding periode berikutnya”.22 Menurut UU Sisdiknas pasal 1 butir 14 yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang 20 Moh, Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2009), cet 1, hlm. 22. 21 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, hlm.vii 22 Danar Santi, Pendidikan Usia Dini Antara Teori dan Praktik, (Indonesia:PT INDEKS, 2009)cet I, hlm. Vii. 37 dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.23 Jadi kesimpulannya pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan dan pengajaran kepada sekelompok anak yang berusia 0-6 tahun yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, yang merupakan masa penting bagi anak untuk mengembangkan sikap, minat serta potensi yang ada pada diri anak. Masa ini merupakan masa yang sangat berharga untuk menanamkan nilai-nilai agama, moral, etika dan sosial yang berguna untuk kehidupan selanjutnya. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, maupun informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanakkanak (TK) atau Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat yang menggunakan program untuk anak usia 4-≤ 6 tahun. PAUD pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB) dan bentuk lain yang sederajat yang menggunakan program untuk anak usia 2- <4 tahun dan 4-≤6 tahun; taman penitipan anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat yang menggunakan program untuk anak usia 0-<2 tahun, 2- <4 tahun, 4-≤6 tahun, dan program pengasuhan untuk anak usia 0-≤6 tahun. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.24 23 UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Nuansa Aulia,2008), cet.1, hlm.11. 24 Tim Bina Potensi, Op.cit, hlm.2. 38 b. Landasan PAUD Landasan yuridis (hukum) yang terkait dengan pentingnya pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut: 1) Dalam amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan, “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. 2) Undang-undang nomor 4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak. 3) Dalam UU NO. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 9 ayat 1 dinyatakan, “setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”.25 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional serta pada pasal 28 ayat 1 sampai 6. bahwa PAUD meliputi semua pendidikan anak usia dini apapun bentuknya, dimanapun diselenggarakan dan siapapun yang menyelenggarakan. 4) Keputusan menteri pendidikan nasional nomor 31 tahun 2007 tentang organisasi dan tata kerja direktorat jendral pendidikan nonformal dan informal kementerian pendidikan nasional. 5) Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini.26 c. Prinsip PAUD Dalam melaksanakan PAUD hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Berorientasi Pada Kebutuhan Anak Dalam kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Karena anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional. 2) Belajar Melalui Bermain 25 26 Suyadi, Manajemen Paud, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)cet 1, hlm.15. Tim Bina Potensi, Op.cit, hlm. 39 Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan dan mengambil kesimpulan mengenai benda disekitarnya. 3) Lingkungan Yang Kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melaui bermain. 4) Menggunakan Pembelajaran Terpadu Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat konstektual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak. 5) Mengembangkan Berbagai Kecakapan Hidup Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, bertanggung jawab dan memiliki disiplin diri.27 6) Menggunakan Berbagai Media Edukatif dan Sumber Belajar Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/ guru. 27 Tim Bina Potensi, Op.cit, hlm.9. 40 Media sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru lewat kata-kata atau kalimat. Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu.28 7) Dilaksanakan Secara Bertahap dan Berulang-ulang Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang-ulang. d. Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini Ciri-ciri perkembangan anak usia dini dikelompokkan sebagai berikut: 1). Moral dan Nilai-Nilai Agama a) Umur >2-3 tahun Pada umur ini anak mampu bersenandung lagu keagamaan, mengikuti bacaan doa/ berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan serta menirukan sikap berdoa, meniru gerakan beribadah, mendengarkan cerita sederhana tentang kebesaran tuhan, mengenal nama-nama Tuhan, merawat benda mainannya, mengucapkan salam, terima kasih, maaf dan kata-kata santun.29 b) Umur > 3-4 tahun Pada umur ini anak sudah bisa mengikuti nyanyian lagu keagamaan, mengikuti bacaan doa dengan lengkap sebelum 28 Syaiful B. Djamarah dan Aswan Zain, Op.cit,hlm.3. Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hlm.47. 29 41 melakukan kegiatan dan menirukan sikap berdoa, menirukan gerakan beribadah dengan tertib, menyayangi orang tua, guru, teman dan menyebutkan contoh ciptaan Tuhan secara sederhana.30 c) Umur > 4-5 tahun Pada usia ini anak mampu menyanyikan lagu keagamaan, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan sikap berdoa, dapat melakukan gerakan beribadah, membedakan ciptaan tuhan dengan buatan manusia, mengenal / memahami sifatsifat tuhan dan selalu mengucapkan salam dan terima kasih setelah menerima sesuatu. d) Umur > 5-6 tahun Anak pada usia ini mampu menyanyikan lagu keagamaan, selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan yang dilakukan dengan sikap yang benar, dapat melakukan ibadah, membedakan ciptaan tuhan dengan buatan manusia, menyayangi semua ciptaan Tuhan dan menunjukkan perilaku memelihara ciptaan tuhan, menunjukkan perilaku atas dasar keyakinan adanya Tuhan. Dan menolong teman, orang dewasa, menghargai teman serta tidak memaksakan kehendak. 2) Fisik Dapat dikelompokkan berdasarkan umur sebagai berikut: a) Umur >2-3 tahun Pada umur ini anak dapat berjalan dengan stabil, memanjat, berjalan mengikuti jejak secara lurus/melingkar, menendang dan menangkap, menunjuk mata boneka dan membuat garik acak (mencoret-coret). b) Umur >3-4 tahun Pada usia ini anak berjalan dengan stabil (keseimbangan tubuh semakin baik), naik turun tangga tanpa 30 Tim Bina Potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain, hlm. 74 42 berpegangan, melompat dengan satu kaki bergantian, melipat kertas mengikuti garis dan lain-lain.31 c) Umur >4-5 tahun Pada usia ini anak dapat berjalan dengan berbagai variasi, memanjat / bergelantungan, senam dengan gerakan sendiri dan melipat kertas lebih dari satu lipatan. d) Umur >5-6 tahun Pada umur ini anak sudah bisa berjalan dengan berbagai variasi lebih lancar, berlari lurus, membuat lingkaran dan melipat kertas menjadi suatu bentuk.32 3) Bahasa Ciri-ciri perkembangan anak berdasarkan bahasa yakni: a) Umur >2-3 tahun Pada umur ini anak sudah mulai mengenal suarasuara disekitarnya dan menirukan suara binatang, mengerti satu perintah dan melaksanakan perintah, mengajukan pertanyaan, dan menyebutkan benda. b) Umur >3-4 tahun Pada usia ini anak dapat mengenal, menirukan dan mengetahui suara benda dan binatang, menyatakan dalam kalimat pendek 2-4 kata, mengerti dan melaksanakan dua perintah, menyebutkan nama benda dan fungsi dan minta dibacakan buku. c) Umur >4-5 tahun Dalam usia ini anak sudah dapat membedakan berbagai jenis suara, mengenal masing-masing bunyi huruf, menjawab dengan kalimat lengkap dan belajar membaca.33 d) Umur >5-6 tahun Dalam usia ini anak dapat berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang lebih kompleks, mengajukan dan menjawab dengan kalimat komplek, dapat membaca bila anak sudah siap dan memecahkan masalah dengan berdialog.34 4) Kognitif Ciri perkembangan kognitif anak yaitu: a) Umur >2-3 tahun Pada usia ini anak dapat mengelompokkan benda yang sama, membedakan besar kecil, membedakan rasa, dan bau, mengulang bilangan 1,2,3,4,5, dan dapat mengelompokkan dua warna. b) Umur >3-4 tahun Pada umur ini anak dapat menyebutkan empat bentuk, menyebutkan bilangan 1-10 tanpa mengenal konsep, dan dapat mengelompokkan lima warna. c) Umur >4-5 tahun Pada usia ini anak sudah dapat membedakan penyebab rasa, membedakan sumber bau, dan dapat mengelompokkan lebih dari lima warna serta dapat membedakannya. 31 Carol Seefeldt dan Barbara Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), cet.1, hlm. 65. 32 Tim Bina Potensi, Op.cit, hlm.77 33 Munandar, dan Utami, Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1993), cet.3, hlm.98-99. 34 Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, hlm. 52 43 d) Umur >5-6 tahun Pada umur ini anak dapat menyebutkan semua jenis bentuk, mencipta berbagai desain / gambar, menggunakan alat atau benda untuk berhitung dan mendiskripsikan warna benda-benda 35 dilingkungannya. 5) Sosial Emosional Pada ciri-ciri perkembangan sosial emosional diantaranya: a) Umur >2-3 tahun Dalam usia ini anak mulai mengenal etika makan dan jadwal makan teratur, memberikan mainan jika diminta, dapat ditinggalkan oleh orang tuanya, dapat memilih kegiatannya sendiri, menunjukkan ekspresi wajar saat marah, sedih, takut dan sebagainya serta menjadi pendengar yang baik.36 b) Umur >3-4 tahun Pada umur ini anak terbiasa dengan berbagi, terbiasa menggunakan toilet, membereskan mainan setelah bermain, sabar menunggu giliran dan terbiasa antri, mengenal peraturan dan mengikuti peraturan, dan memiliki kebiasaan teratur. c) Umur >4-5 tahun Pada usia ini anak sudah tidak mengganggu teman dengan sengaja, berani berangkat ke tempat belajar tanpa diantar, mulai mengerti aturan main dalam permainan, menjaga kerapian diri (dibantu), bisa memimpin kelompok kecil (2-5 anak) dan dapat memecahkan masalah sederhana. d) Umur >5-6 tahun Pada usia ini anak sudah bermain bersama,37 dan bergantian menggunakan alat mainan, tertib menggunakan alat atau benda sesuai fungsinya, menjaga kerapian diri (berdandan sendiri) dan mengetahui hak dan kewajiban. 38 6) Seni Ciri perkembangan anak usia dini pada aspek seni adalah sebagai berikut: a) Umur >2-3 tahun Pada usia ini anak mendengarkan musik dan mengikuti irama, bertepuk tangan dengan variasi dan memukul benda dengan tangan. b) Umur >3-4 tahun Dalam umur ini anak dapat menggerakkan tangan jika mendengar musik, menyanyikan lagu sesuai irama, membuat bunyibunyian dengan berbagai alat dan melukis dengan jari.39 c) Umur >4-5 tahun Dalam umur ini anak dapat menggerakkan tubuh mengikuti irama, menyanyikan lagu pendek sesuai irama, bertepuk tangan membentuk irama, memainkan alat musik, dan melukis dengan alat bervariasi. 35 Tim Bina Potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain, hlm.85 Carol Seefeldt dan Barbara Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, hlm.69. 37 Carol Seefeldt dan Barbara Wasik, Op.cit, hlm.85. 38 Zainal Aqib, Op.cit, hlm. 55-56. 39 Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, hlm.56-57. 36 44 d) Umur >5-6 tahun Pada umur ini anak sudah bisa mengikuti gerakan tari sederhana sesuai irama, menyanyikan lagu diiringi musik, dan melukis dengan alat dan bahan bervariasi.40 6) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Dini Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu: 1) Pola Asuh Orang Tua Pola asuh merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang paling besar terhadap perkembangan anak. Orang tua harus menciptakan suasana yang kondusif untuk mewujudkan pola asuh yang baik.41 2) Lingkungan Lingkungan dapat diartikan secara fisiologis, psikologis dan sosio kultural. a) Lingkungan Secara Fisiologis Faktor lingkungan yang mempengaruhi secara fisiologis mencakup segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sitem saraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indokrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani. b) Lingkungan Secara Psikologis Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran . stimulasi itu diantaranya berupa : sifat-sifat gen, selera, keinginan, perasaan, 40 41 Tim bina potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain, hlm. 90. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, hlm. 352. 45 tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual. c) Lingkungan Secara Sosio-Kultural Secara sosio-kultural lingkungan meliputi segenap stimulasi, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan pengajaran baik dirumah ataupun di sekolah, dan bimbingan penyuluhan.42 3) Secara Keturunan Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan anak adalah keturunan, menurut Monks yaitu perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme. Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja, melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi.43 C. Strategi Pembelajaran BCM (Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang tidak hanya teori pengetahuan, namun perlu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari guna membentuk perilaku akhlak yang sesuai dengan ajaran agama. Dalam hal ini perlu bimbingan, asuhan dan keteladanan terhadap anak didik agar nantinya anak dapat 42 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Pemimpin Pendidikan ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hlm.80. 43 Monks dan Knoers, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2002), cet.14, hlm.9. 46 memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam sebagai pedoman dalam hidupnya. Kompetensi pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak adalah: a. Hafal kalimat-kalimat thayyibah b. Mulai tertanam keimanan kepada Allah SWT, melalui sifat-Nya dan ciptaanNya. c. Mulai terbiasa berlaku sopan dan santun kepada semua orang. d. Mulai mengenal ibadah.44 Berdasarkan pengertian PAI serta materi-materi PAI, maka pendidikan agama sangat perlu dilaksanakan. Pada anak usia TK/RA pemahaman beragama lebih bersifat fantasi dan khayalan yang tidak masuk akal. Konsep beragama seluruhnya merupakan hasil pengaruh eksternal orang-orang yang mengajarkannya. Oleh karena itu, pelajaran agama sebaiknya dilakukan melalui bermain, cerita dan menyayi. Namun, karena anak sangat meniru serta verbalis maka keberagamaan lebih merupakan hafalan, latihan, keteladanan, serta pembiasaan.45 Untuk memperoleh keberhasilan dalam pembelajaran PAI maka diperlukan metode BCM agar anak didik tidak merasa bosan, serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan dunia anak sehingga tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan. 44 Departemen Agama RI, Kurikulum 2004: Pendidikan Agama Islam Taman KanakKanak, (Jakarta: Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2004), hlm.5-6 45 Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pembelajaran : Pengembangan Pembentukan Perilaku di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2010), hlm. 1 BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Data Umum 1. Tinjauan Historis RA NU Baiturahman Langon Tahunan Jepara merupakan lembaga Pendidikan Formal yang dikelola oleh YPI. NU Baiturahman Langon. Awal berdirinya RA NU Baiturahman Langon, merupakan ide dari masyarakat sekitar. Adapun tokoh-tokoh yang menggagas berdirinya RA NU Baiturahman Langon ini antara lain : Kyai Ali Ridlo, H. Nur Khoiri, KH. Muhsinin dan tokoh masyarakat lainnya. Pada awal berdirinya RA NU Baiturahman Langonmengalami kendala yang signifikan, diantaranya : secara Internal terkaid sarana prasarana serta sumber pendanaan. Secara Eksternal minimnya dukungan masyarakat terhadap RA NU Baiturahman Langon , sehingga muncul sorotan negatif dan pesimis oleh masyarakat terhadap keberlanjutan RA NU Baiturahman Langon . Pada perkembangannya respon masyarakat yang semula pesimis terhadap kemajuan RA NU Baiturahman Langon berangsur hilang. Bahkan masyarakat mendukung demi kemajuan RA NU Baiturahman Langon . Selang dua tahun berjalan, perkembangan RA NU Baiturahman Langon baik secara fisik, kwalitas, serta SDM dalam Terbukti fisik sebagai bangunan pengelolaannya semakin meningkat. sarana prasarana kegiatan belajar mengajar mencukupi untuk menampung jumlah siswa yang setiap tahunnya 47 48 semakin bertambah. Meskipun masih ada kekurangan dan belum sempurnanya bentuk bangunan. Disisi lain tenaga pengajar dan karyawan yang menjadi guru dan mengelola manajemen di RA NU Baiturahman Langon rata-rata lulusan S1. Sebagian masih dalam proses pendidikan jenjang S1. 2. Visi-Misi RA NU Baiturahman Langon a. Visi Mencetak Generasi Cerdas, Kreati, Beriman, Berakhlakul Karimah, serta Sholeh dan sholihah. b. Misi 1) Membantu pemerintah dlam mempersiapkan SDM berkualitas melalui pendidikan dini. 2) Menanamkan nilai-nilai dasar kemanusiaan, memngembangkan kemanusiaan dasar dan Potensi pada diri anak. 3) Meningkatkan pola pikir anak Cerdas, Kreatif, sesuai Bakat dan Minat masing-masing anak. c. Tujuan Tujuan pendidikan taman kanak-kanan adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, social emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Merujuk pada tujuan pendidikan taman kanak-kanak (TK) tersebut, maka tujuan RA NU Baiturahman Langon Tahunan Jepara (RA) adalah sebagai berikut: 49 1) Agar menjadi anak yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa 2) Melahirkan generasi yang berkepribadian,berbudi luhur,beriman dan bertaqwa. 3) Mempunyai intelegensi yang tinggi dalam ilmu Agama dan Ilmu Umum. 4) Berkemampuan membaca,menulis.berhitung. 5) Bisa menguasai/penguasaan teknologi 3. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan pembagian kerja, tanggung jawab dan wewenang masing-masing bagian yang ada di dalam Organisasi. Dengan demikian tujuan pembentukan struktur organisasi adalah untuk mempermudah pengawasan, pengkoordinasian dan penentuan kedudukan seseorang dalam fungsi kegiatan yang ada di dalam Organisasi tersebut. Adapun Struktur organisasi RA NU Baiturahman Langonadalah sebagai berikut : Struktur Organisasi RA NU Baiturahman Langon a. Kepala RA : Nur Jamilatul Jannah, S.H. I. b. TU : Alfiaturrahmah c. Bendahara : Maslamah, S.H.I d. Guru RA. A : Maslamah, S.H.I Muasyarah Guru RA. B : Nur Jamilatul Jannah, S.H. I. : Nur Iradatin, S.Pd.I 50 4. Letak Geografis RA NU Baiturahman Langon beralamat di Jl. Sukarno hatta Km. 1 Gang masjid RT.02 RW.01 Langon Tahuan Jepara Kode Pos 59426. RA NU Baiturahman Langon sangat strategis, karena keberadaannya di pusat Desa yang bisa diakses dari semua penjuru. 5. Kondisi Fisik RA NU Baiturahman Langon. RA NU Baiturahman Langonadalah lembaga pendidikan khusus untuk anak usia dini. Dari awal berdirinya RA NU Baiturahman Langon belum mendapat perhatian dari masyarakat . Namun sekarang ini animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di lembaga ini sangat tinggi. Dengan melihat animo Masyarakat terhadap RA NU Baiturahman Langon ini, merupakan tuntutan atas kebutuhan masyarakat akan pendidikan khusus anak di wilayah Jepara sangat dibutuhkan. Hal ini merupakan bukti bahwa keberadaan RA NU Baiturahman Langon ini memang diinginkan oleh masyarakat. Hingga sampai saat ini keberadaan RA NU Baiturahman Langon yang semakin eksis merupakan wujud dari partisipasi dan kepercayaan masyarakat yang tetap mengakui dan membutuhkan keberadaan RA NU Baiturahman Langon. 6. Kondisi Guru / Tenaga Pengajar Jumlah Guru RA NU Baiturahman Langon sebanyak 5 orang dan kepala sekolah 1orang. Tenaga pengajar yang menjadi guru RA NU Baiturahman Langon rata-rata lulusan S1. Adapun data guru dan karyawan RA NU Baiturahman Langonadalah sebagai berikut pada Tabel 3.1. 51 Tabal 3.1 Data Guru dan Karyawan RA NU Baiturahman Langon Tahun Pelajaran 2014/2015 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 NO NAMA Nur Jamilatul Jannah, S.H. I. Alfiaturrahmah Maslamah, S.H.I Muasyarah Nur Iradatin, S.Pd.I Icut Putri Ayu Sejati Roykhanita Santi Purnama Sari TTL Jepara, 14 - 02 -1962 Jepara, 24 – 04 - 1984 Pati, 24- 01- 1980 Jepara ,01-04 - 1987 Jepara 16 -01- 1989 Jember 27-04-1990 Jepara 23-05-1987 Muara Enim,17-11-1983 PEND. S1 S1 S1 S1 TMT 2011 2014 2011 2011 2011 2011 2011 2011 7. Kondisi Karyawan Tabel 3.2 Keadaan karyawan No Nama Jabatan Pendidikan 1 Alfiaturrahmah Ka. TU S.I 2 Maslamah, S.H.I Bendahara S.I 3 Muasyarah Staf TU S.I 1) 8. Kondisi Siswa Siswa yang menjadi peserta didik pada RA NU Baiturahman Langon dari Keluarga heterogen. Mereka ada yang berprofesi sebagai pengusaha, Wiraswasta, karyawan, guru dan petani. Berikut adalah data jumlah siswa RA NU Baiturahman Langon Tahun Ajaran 2014/2015 seperti pada tabel 3.3. 1 Buku Administrasi RA NU Baiturrahman Langon, hlm.6 52 Tabel 3.3 Data Jumlah siswa tahun pelajaran 2014/2015 Tahun Pelajaran Kelompok A L P Jml Kelompok B L P Jml 2010/2011 6 15 21 36 26 62 2011/2012 16 21 37 31 32 63 2012/2013 10 10 20 41 36 77 2014/2015 12 13 25 40 37 77 Sumber : Hasil observasi tahun 2014 yang diolah. 9. Kondisi Sarana Dan Prasarana Apabila kita berbicara tentang sekolah, maka pengertian tersebut tidak hanya menyangkut gedungnya saja, akan tetapi menyangkut berbagai komponennya, sebab sekolah meliputi semua peralatan dan perlengkapan yang langsung dipergunakan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Adapun sarana bangunan yang dimiliki RA NU Baiturahman LangonTahunan Jepara saat ini terdiri dari: a. Kantor kepala sekolah : 1 ruang b. Kantor TU : 1 ruang c. Ruang perpustakaan :- d. Kelas untuk KBM : 4 kelas e. Toilet : 2 Buah f. Sumur : 1 Buah g. Area parkir : 1 Buah 53 Sedangkan perangkat yang menunjang proses pembelajaran di RA NU Baiturahman Langon Tahunan Jepara meliputi: TABEL 3.4 SARANA DAN PRASARANA RA NU BAITURAHMAN LANGONTAHUNAN JEPARA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Prasarana Mesin komputer Almari file Rak buku Meja guru Almari buku Meja siswa Kursi siswa Rak sepatu Almari kelas Alat peraga sains Mushola Lapangan olahraga Jumlah 1 unit 3 3 3 2 75 80 4 4 6 1 1 Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Sumber : Hasil Observasi tahun 2014 yang diolah. 10. Kurikulum Pembelajaran di RA NU Baiturahman LangonTahunan Jepara Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) Agama dan Akhlak Mulia untuk RA NU Baiturahman LangonTahunan Jepara selengkapnya adalah sebagai berikut: a. Berdoa sebelum melaksanakan kegiatan b. Doa masuk dan keluar masjid c. Surat –surat pendek d. Menyanyi lagu”nama-nama diri” 54 Adapun muatan Kurikulum Akhlak bertujuan: a. Memberi wawasan terhadap keberagaman agama di Indonesia b. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT sesuai dengan agama yang dianutnya melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, dan pembiasaan. c. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berilmu, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, etis, toleran, harmonis secara personal dan sosial, serta mengembangkan budaya beragama di sekolah. Proses Belajar Mengajar dilaksanakan setiap hari efektif sesuai dengan kalender Pendidikan dilaksanakan pada pagi hingga siang hari mulai pukul 07.30 s.d 10.00 WIB dengan alokasi waktu 30 menit kegiatan awal, 60 menit kegiatan initi dan 30 menit kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai indikator keberhasilan. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik, 55 sehingga tercipta karakter siswa yang baik dengan Proses Belajar Mengajar yang efektif dengan ciri-ciri : a. Menyenangkan (Joy full learning) b. Mampu meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa c. Membantu siswa dalam mencapai kompetensi sesuai dengan KKM. Disamping itu proses pengalaman belajar memuat kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikuasai peserta didik .Kegitan proses belajar dilaksanakan sebagai berikut: Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada peserta didik, khususnya guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan pembelajaran harus sesuai dengan hirarki konsep materi pembelajaran. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung 2 unsur yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi pelajaran. Tugas guru dalam pengelolaan Kegiatan pembelajaran meliputi : a. Menyusun Prota , Promes, RKM dan RKH b. Menyusun pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator hasil belajar c. Menyusun Model (Strategi) pembelajaran d. Menyusun RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) e. Menyusun RKH ( Rencana Kegiatan Harian) dan 56 f. Menyusun bahan pembelajaran. B. Data Khusus 1. Pelaksanaan Pembelajaran BCM (Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini Di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang sangat penting yang akan menentukan keberhasilan dalam pendidikan. Materi yang telah disusun dalam kurikulum akan ditetapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru. Seperti pada pokok bahasan Akhlaq mahmudah sebagai berikut: a. Indikator 1) Mengucap salam 2) Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan 3) Mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan ( sosem.11) 4) Berhenti bermain pada waktunya (sosem.21) b. Kegiatan pembelajaran 1) Baris 2) Mengucap salam 3) Berdo’a sebelum mulai kegiatan 4) Mengaji surat – surat pendek (Al – Fatikhah) 5) Menghafal do’a – do’a harian (do’a akan makan) 6) Melempar dan menangkap bola 7) Bercakap – cakap tentang manfaat makanan dan minuman c. Metode Pembelajaran 57 Menurut pengamatan peneliti, pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan Pendidikan karakter siswa RA NU Baiturahman Langon telah berjalan sesuai rencana. Menurut kepala RA, Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokohtokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal. Cerita anak-anak yang disukai antara lain Timun Emas, si Kancil mencuri ketimun, dan sebagainya. Mengenalkan tentang akhlak dalam pengajaran merupakan bagian utama dalam lembaga pendidikan ini. Karena doktrin tentang pengetahuan akhlak sangat penting bagi perkembangan psikologi anak.2 Kemampuan memahami materi cerita dengan diterapkan dalam karakter anak akhlak menghormati orang lain (teman) dalam bermain, Kemampuan mengingat do’a-doa dan beribadah sekaligus melaksanakannya di sela-sela bermain, kemampuan merapikan peralatan mainan yang telah digunakan. Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan analisis kurikulum untuk menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan dikembangkan pada anak dalam kegiatan permainan disentra main peran. Kompentensi dasarnya adalah anak mampu melakukan kebiasaan yang baik dan menghargai orang lain dalam memerankan setiap jenis-jenis pekerjaan, seperti petani, pedagang, nelayan, dokter, dan lain-lainnya. Perencanaan yang dilakukan adalah membuat persiapan mengajar dengan membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan Tema Pekerjaan,yang akan 2 2015. Hasil wawancara dengan Kepala RA Nu Baiturrahman Langon pada bulan Nopember 58 dilaksanakan dengan komponen-komponen adalah indikator, kegiatan pembelajaran, alat atau sumber belajar serta penilaian perkembangan anak yang terdiri dari alat dan hasil penilaian. Selanjutnya membuat media yang akan digunakan dalam permainan, menentukan metode yang akan digunakan dalam permainan. Metode yang digunakan adalah metode bermain peran dan praktek langsung. Media yang dipakai adalah gambar jenis-jenis pekerjaan dan alat yang digunakannya serta pakaian untuk menentukan jenis pekerjaan yang diperankan. 2. Penyajian Data Penelitian a. Wawancara Dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti salah satunya adalah wawancara. Peneliti memilih wawancara dengan pihak madrasah karena ingin mengetahui implementasi BCM dalam pembelajaran PAI yang sedang dijalankan dengan lebih mendalam di RA NU Baiturahman Langon . Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh pendapat dan sudut pandang yang berbeda tiap pelaksana pembelajaran yang dilaksanakan oleh RA NU Baiturahman Langon . Wawancara tersebut akan dideskripsikan dengan urutan Guru kelompok A dan Kepala RA NU Baiturahman Langon . b. Wawancara dengan Guru kelompok A Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I. Peneliti menanyakan “Bagaimana tanggapan siswa mengenai implementasi metode cerita? Jawaban Guru Kelompok A Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I “ 1) Pada awalnya anak-anak cenderung diam saat kegiatan berdo’a, 2) Tidak mau mengikuti kegiatan menyanyi dan menari, 59 3) Tidak mau menjawab sapaan guru, 4) Terlihat bingung saat menggambar manusia lengkap dari bentuk lingkaran, 5) belum Mau mendengarkan cerita dan tidak mau bercerita (diam saja)” Apa yang anda lakukan supaya anak-anak mempunyai motivasi dan minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran PAI dengan BCM? Jawaban Guru kemompok A Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I: 1) Saya menggunakan BCMdan kegiatan yang beragam, karena melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan kegiatan belajar yang bervariasi di dalam kelas. Membuat pembagian peran, debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja kelompok kecil 2) Menjadikan siswa peserta aktif Karena pada usia muda sebaiknya diisi dengan melakukan kegiatan, berkreasi, berpetualang, mendesain, menciptakan sesuatu dan menyelesaikan suatu masalah. Dan tidak menjadikan siswa peserta pasif di kelas karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuannya. Kegiatan belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Jangan berikan berikan jawaban apabila tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa, 3) Membua tugas yang menantang namun realistis dan sesuai 4) Menciptakan suasana kelas yang kondusif. Sebab kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar. Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka maka mereka cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar, 5) Memberikan tugas secara proporsional. Tugas tidak hanya berorientasi pada nilai dan coba penekanan pada penguasaan materi. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu saya disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu memenuhi standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal. Gunakan mekanisme nilai sepelunya, dan saya memberikan komentar atas hasil kerja siswa mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang bisa mereka tingkatkan. Selanjutnya saya komentari dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka 60 merasa belum cukup. Tidak mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu yang tidak sesuai 6) Saya melibatkan untuk membantu siswa mencapai hasil 7) Memberikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar 8) Menghindari kompetisi antarpribadi Karena kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Saya tidak membanding-bandingan antara siswa satu dengan yang lain dan membuat perpecahan diantara para siswa. Saya berusaha menciptakan metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja sama 9) Memberikan Masukan 10) Menghargai kesuksesan dan keteladanan, dengan demikian kelakuan buruk dan performa rendah yang ditunjukan siswa, akan lebih baik bila karena saya memberikan apresiasi bagi siswa yang menunjukan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses bagi siswa merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi. 11) Saya selalu antusias dalam mengajar 12) Menentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa 13) Memberikan penghargaan untuk memotivasi, 14) Menciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa 15) Mengghindari penggunaan ancaman 16) Menghindari komentar buruk 17) Mengenali minat siswa-siswa 18) Peduli dengan siswa-siswa.3 Selanjutnya peneliti melanjutkan pertanyaan lanjutan dengan tujuan mengetahui perkembangan siswa setelah diadakan tindakan implemetasi BCMdalam pembelajaran akidah-ahklak, bagaimana kemajuan motivasi belajar siswa setelah diadakan tindakan implemetasi BCM dalam pembelajaran PAI? 3 Hasil wawancara dengan Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I, tanggal 24 Agustus 2015 61 Jawaban Guru Kelompok A Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I: setelah saya adakan berbagai upaya dan implementasi BCM maka siswa mulai ada kemajuan dalam mengikuti pembelajaran yaitu: 1) siswa mengikuti do’a sebelum dan sesudah kegiatan 2) Turut menyanyi dan bergerak mengikuti irama Mau menjawab sapaan guru 3) Mampu menggambar manusia lengkap dari bentuk lingkaran 4) Mendengarkan cerita tetapi perlu dipancing agar mau menceritakan kembali isi cerita.4 c. Wawancara dengan Kepala RA Nur Jamilatul Jannah, S.H. I. Berikut ini adalah kutipan pernyataan beliau:” 1) Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. 2) Kedalaman muatan kurikulum akidah-akhlak dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. 3) Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan”. Ketika Peneliti menanyakan mengenai Kurikulum apa yang digunakan di RA NU Baiturahman Langon . Berikut pernyataan Nur Jamilatul Jannah, S.H. I.:” 1) Menentukan tema dan amanat yang akan disampaikan. 2) Menetapkan sasaran dengan siswa. 3) Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur. 4) Membagi peristiwa utama kedalam bagian awal, bagian pengembangan, dan bagian akhir cerita. 5) Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita. 6) Menyusun tokoh, perwatakan tokoh, latar dan sudut pandang. 4 Ibid, tanggal 25 Agustus 2015 62 Ketika Peneliti menanyakan mengenai langkah-langkah apa saja yang ditempuh dalam implementasi BCM di RA NU Baiturahman Langon . Berikut pernyataan Nur Jamilatul Jannah, S.H. I.: BCM adalah suatu cara mengajar dengan bercerita. 1) Ketika guru akan menggunakan BCM, 2) Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah kejelasan arah dan tujuan cerita, 3) Bentuk penyampaian dan sistematika cerita, tingkat kemampuan dan perkembangan anak (sesuai dengan usia anak), situasi dan kondisi kelas, dan penyimpulan hasil cerita. a) Kelebihan BCM (1) Guru mudah menguasai kelas (2) Guru dapat meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang relatif lama (3) Mudah menyiapkannya (4) Mudah melaksanakannya (5) Dapat diikuti oleh anak didik dalam jumlah banyak b) Kekurangan BCM (1) Anak didik terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak dapat mengambil intisarinya. (2) Hanya guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat (3) Menyebabkan siswa pasif karena guru yang aktif (4) siswa lebih cenderung hafal isi cerita daripada sari cerita yang dituturkan. 5 Ketika Peneliti menanyakan mengenai Problematika apa saja yang dihadapi pihak RA NU Baiturahman Langon dalam menerapkan BCM sebagai Pembelajaran akidah-akhlak. Berikut pernyataan Nur Jamilatul Jannah, S.H.I.: “Sebagai guru yang kapasitasnya sebagai pendidik dan pengajar harus dapat: a) memberikan contoh teladan (Uswatun Khasanah), jika ingin anak didiknya memiliki aqidah yang baik, karena segala perilaku yang pada pendidik akan selalu direkam dan diperhatikan oleh peserta didik, sehingga keteladanan ini merupakan metode yang baik dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq. 5 Wawancara dengan Kepala RA, tanggal 25 Agustus 2015 63 b) Salah satu cara mengajarkan PAI yang baik adalah dengan memberikan keteladanan. Memberikan keteladanan yang baik merupakan cara pengajaran yang paling membekas pada peserta didik. Yang ditekankan disini adalah keteladanan kedua orang tua terhadap anak-anaknya dalam hal keimanan dan berpegang teguh kepada aqidah-aqidah Islam serta dalam menjalankan ibadah kepada Allah. c) Selain itu keteladan guru juga sangat besar pengaruhnya bagi tingkah laku peserta didik. Oleh karena itu guru harus menunjukkan sosok teladan yang baik. Karena untuk menciptakan anak yang saleh, guru harus menunjukkan figur pendidik yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut. d) Dan seorang guru hendaknya tidak hanya mampu memerintah atau memberi teori pada peserta didik, tetapi lebih dari itu ia harus mampu menjadi panutan bagi peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengikuti tanpa adanya unsur paksaan. e) Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Dan keteladanan yang dimaksud adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik. Contohnya guru menceritakan tentang histori pendidikan di zaman Rasulullah SAW. Beliau ternyata banyak memberikan keteladanan dalam mendidik para sahabatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua ajaran yang disampaikan Allah sebelum disampaikan kepada umatnya. f) Praktek uswah ini ternyata menjadi pengikat bagi umat untuk menjauhi semua larangan yang disampaikan Rasul dan mengamalkan semua tuntunan yang diperintahkan oleh-Nya seperti melaksanakan salat, puasa, nikah, dan lain-lain. Rasulullah SAW bukanlah teladan satu masa satu bangsa, satu golongan atau satu lingkungan tertentu, tetapi beliau merupakan teladan universal, teladan seluruh umat manusia, serta seluruh generasi.6 Ketika Peneliti menanyakan mengenai apasaja yang paling mendasar dari penerapan BCM dalam pembelajaran PAI di RA NU Baiturahman Langon . 3. Evaluasi Setelah tahap persiapan sampai pelaksanaan BCM dilakukan, pendidik mengadakan evaluasi (penilaian) yang dilakukan dengan cara tanya jawab antara pendidik dengan peserta didik untuk mengetahui sejauh mana mereka mengetahui dan memahami isi cerita yang disampaikan. Selain itu pendidik 6 Ibid, tanggal 25 Agustus 2015 64 juga melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehari-hari di sekolah.7 Setiap akhir pembelajaran pendidik akan mereview apa saja yang mereka lakukan dan siapa saja yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, seperti; saat kegiatan berdo’a dan hafalan surat-surat pendek atau asma’ul husna, berkata sopan, memperhatikan dan mengerjakan tugas dengan baik. Kemudian guru akan memberikan bintang kebaikan kepada masing-masing peserta didik sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Bintang kebaikan tersebut mereka kumpulkan setiap hari dan setiap akhir pekan akan ditukar dengan hadiah yang berupa makanan, mainan atau yang lain.8 7 8 Hasil wawancara dengan Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I, tanggal 25 Agustus 2015 Hasil observasi pada hari/tanggal Rabo, 27 Agustus 2015 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. Secara umum kegiatan belajar mengajar di RA NU Baiturrahman Langon sudah berjalan sesuai dengan kurikulum dan perencanaan-perencanaan yang telah disusun. Dan untuk Pembelajaran akhlak itu sendiri sudah dilaksanakan lewat pembiasaan-pembiasaan dalam kegiatan rutin harian yang selalu dilakukan dengan perencanaan dan persiapan yang matang dari para guru. Selain dengan pembiasaan, Metode BCM juga digunakan dalam Pembelajaran akhlak anak, sesuai dengan naluri seorang anak bahwa ketika anak berusia 4-5 tahun dorongan untuk mencontoh atau meniru orang lain amatlah kuat. Sehingga kecenderungan meniru adalah aspek utama dan mendasar dalam pendidikan awal seorang anak. Dalam hal ini mendidik dan mengajarkan anak dengan keteladanan atau memberikan contoh akan lebih efektif daripada menasihatinya. Tokoh-tokoh dalam cerita dapat memberikan teladan bagi anak-anak, mereka dengan mudah memahami sifat-sifat, figur-figur, dan perbuatan-perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Persiapan Persiapan dalam proses pembelajaran meliputi persiapan pribadi yaitu mempersiapkan kondisi tubuh secara keseluruhan dan suara serta pendalaman materi yang akan disampaikan dan persiapan teknis yaitu media, alat tulis, RPP 65 66 dll. Persiapan sangat diperlukan dalam rangka stabilitas dan efektifitas proses pembelajaran khususnya persiapan teknis. Dengan adanya persiapan proses pembelajaran lebih terarah dan berjalan dengan lancar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Persiapan pribadi dalam hal pendalaman materi juga diperlukan yaitu dengan cara membaca, memahami pesan-pesan yang terkandung dalam cerita bahkan mungkin menghafalnya supaya menguasai alur cerita dan dapat melakukan improfisasi dalam meyampaikan materi cerita kepada peserta didik. Di RA NU Baiturrahman Langon persiapan yang dilakukan baik persiapan pribadi maupun persiapan teknis sudah baik, hanya saja dalam persiapan teknis khususya pengadaan media audio visual masih sangat kurang dalam menunjang pembelajaran. 2. Materi dan Penyampaian a. Materi Materi-materi pendidikan PAI seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa materi-materi tersebut tersaji dalam bentuk cerita, diantaranya: cerita nabi-nabi, cerita islami, cerita tentang binatang, tentang profesi, dan kisahkisah imajinasi lainnya. Dari beberapa materi cerita tersebut, pendidik harus bisa memilih cerita yang sesuai dengan tema. Cerita yang akan disampaikan pun juga harus memiliki unsur pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak dan dapat menjadi motivasi dan teladan untuk peserta didik agar berakhlak yang baik. Secara umum, materi-materi di atas sudah sesuai dengan program pembelajaran di RA NU Baiturrahman Langon 67 yang meliputi dua bidang pengembangan kemampuan yaitu: kemampuan dasar keislaman (Pembelajaran akhlak) dan pengembagan kemampuan dasar. Pendidik juga sudah melakukan persiapan dengan memilih-milih materi yang sesuai dengan perkembangan anak. b. Penyampaian Sebelum penyampaian cerita dilakukan pendidik sudah membuat rancangan atau persiapan, baik persiapan pribadi, persiapan teknis, materi cerita, setting tempat duduk dan media apa yang akan digunakan. Kemudian pendidik menyampaikan materi mulai dari bagaimana membuka cerita, kegiatan bercerita, penyampaian pesan dan membuat kesimpulan dari cerita yang disampaikan. Dalam penyampaian materi pendidik tidak hanya menyampaikan inti atau pesan yang terkandung didalam cerita tetapi sewaktu-waktu pendidik tersebut menghentikan ceritanya untuk menanamkan akhlak pada peserta didik, seperti ketika dalam cerita tersebut menceritakan tentang kegiatan makan, maka pendidik meminta peserta didik untuk melafalkan do’a sebelum dan sesudah makan, ketika dalam cerita tersebut menceritakan tentang nasihat orang tua kepada anaknya, maka pendidik akan memberi motivasi untuk bersikap patuh dan selalu mendo’akan orangtuanya dan memeinta peserta didik untuk melafalkan do’a kepada kedua orang tua. Menurut pengamatan peneliti penyampaian cerita dalam membentuk akhlak anak sudah baik, tetapi dalam mengkondisikan kelas kurang berhasil karena meskipun pendidik sudah menghentikan sejenak untuk melakukan gerak lagu atau dengan tepuk diam, kadang- 68 kadang masih saja ada anak yang tidak focus untuk mendengarkan cerita lagi. Untuk itu sebaiknya pendidik melakukan perjanjian atau tata tertib dalam belajar dan hukuman apa yang akan mereka dapat ketika melanggar perjanjian 3. Media (alat peraga) Media yang digunakan pendidik dalam penerapan Metode BCM antara lain: buku cerita, boneka tangan, audio visual, dan papan tulis. Semua media tersebut digunakan pendidik sebagai pelengkap dari Metode BCM dan penggunaan media sangat efektif untuk membuat peserta didik tertarik dan antusias medengarkan cerita. Dalam pembelajaran, media menjadi salah satu hal peting dalam proses pembelajaran. Dengan media pesan-pesan yang terkandung dalam cerita mampu diserap dengan baik oleh peserta didik. Dalam hal ini, penggunaan media di RA NU Baiturrahman Langon dalam penerapan Metode BCM sudah cukup baik, namun pendidik lebih sering bercerita secara lisan atau mengambil cerita-cerita dari buku dan seharusnya seorang pendidik lebih variatif dalam memanfaatkan media (alat peraga) yang tersedia dan tidak hanya satu media saja yang digunakan, mungkin dalam satu cerita menggunakan dua media. Pemanfaatan media audio visual juga belum maksimal dan bahkan jarang sekali digunakan karena peralatan yang dibutuhkan belum lengkap. Akan tetapi pendidik tetap berusaha menggunakan media tersebut dengan meminjam/ membawa laptop sendiri serta meminjam LCD di kelas lain. 69 4. Evaluasi Berdasarkan hasil observasi, pendidik RA NU Baiturrahman Langon telah melakukan evaluasi dengan baik dan sesuai perkembangan Siswa yaitu dilakukan dengan tanya jawab pada saat kegiatan bercerita berlangsung. Pendidik juga mengamati serta mencatat perkembagan perilaku peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehari-hari di sekolah. 5. Penerapan Metode BCM dalam Pembelajaran PAI merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mempersiapkan anak sedini mungkin agar berakhlakul karimah, membentuk pribadi agar dapat bertindak, berperilaku, memiliki sopan santun, moral dan kebiasaan-kebiasaan yang baik sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadist. Hal ini selalu diutamakan hampir disetiap kegiatan yang dilaksanakan di RA NU Baiturrahman Langon yang bertujuan untuk membentuk akhlak peserta didik, lewat pendisiplinan, pembisaan-pembisaan yang baik, keteladanan dari para guru dan penggunaan Metode BCM serta menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan religius. Secara umum kegiatan belajar mengajar di RA NU Baiturrahman Langon sudah berjalan sesuai dengan kurikulum dan perencanaan-perencanaan yang telah disusun. Penyampaian nilai-nilai agama melalui cerita seringkali lebih didengarkan anak. Karena anak-anak senang mendengarkan cerita, maka secara otomatis pesan-pesan yang diselipkan akan didengarkan anak dengan senang hati pula. Hal itu didukung dengan cara pendidik menyampaikan cerita 70 yang cukup menarik dari perubahan ekspresi dan mimik wajah, intonasi suara dan gerak tubuh sehingga anak-anak lebih memperhatikan dan larut dalam cerita tersebut. Penyampaian pesan dari cerita yang disampaikan pun bermacammacam, kadang pendidik menyimpulkan pesan-pesan yang terkandung dalam cerita pada akhir kegiatan bercerita atau sewaktu- waktu pendidik tersebut menghentikan ceritanya dan menyelipkan pesan-pesan atau nilai keagamaan dalam menanamkan akhlak pada peserta didik, seperti ketika menceritakan tentang kegiatan makan, maka pendidik meminta peserta didik untuk melafalkan do’a sebelum dan sesudah makan, bahkan bisa saja pendidik mengajak peserta didik untuk menyimpulkan nilai-nilai apakah yang terkandung dalam cerita tersebut. Secara khusus penerapan Metode BCM dalam membentuk akhlak di RA NU Baiturrahman Langon terdiri dari beberapa aspek, diantaranya: 1) Akhlak kepada Allah a) Berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan b) Do’a sehari-hari dan Asma’ul Husna c) Mulai meniru gerakan sholat 2) Akhlak kepada Sesama a) Tahu kapan mengucapkan salam, terima kasih dan maaf b) Menghormati dan patuh terhadap nasihat orang tua, guru dan orang yang lebih tua, c) Bersikap ramah 71 3) Akhlak terhadap Lingkungan a) Mengembalikan mainan pada tempatnya b) Membuang sampah pada tempatnya c) Membantu membersihkan lingkungan Dari beberapa aspek diatas hanya beberapa yang disampaikan dengan Metode BCM , seperti; Akhlak kepada Allah; Berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan, Akhlak kepada Sesama; menghormati dan patuh terhadap nasihat orang tua, guru dan orang yang lebih tua, Akhlak terhadap Lingkungan; mengembalikan mainan pada tempatnya; membuang sampah pada tempatnya. Hasil yang dapat dilihat dari penerapan Metode BCM adalah adanya motivasi dan pengarahan dari kegiatan yang dilakukan serta terjadi perubahan tingkah laku yang sesuai dengan akhlak atau norma-norma masyarakat yang diketahuinya dari cerita. Adapun rinciannya seperti pada table berikut: Table. 4.1 Tanggapan Anak Terhadap Metode BCM NO Kriteria Jumlah Anak Prosentase 1 Suka 26 87 % 2 Tidak suka 4 13% 30 100% Jumlah Dari tabel diatas ternyata 87 % atau 26 anak menyukai Metode BCM, sedang yang 13 atau 4 anak tidak menyukai Metode BCM. Anakanak dapat menangkap pesan-pesan moral dari cerita walaupun tidak semua 72 anak langsung mempraktikkannya. Hal tersebut karena perkembangan kognitif dan psikologis yang berbeda-beda pada setiap anak. B. Analisis pelaksanaan strategi pembelajaran BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) dalam pembelajaran PAI dalam meningkatkan keaktifan siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. Untuk mengetahui metode BCM apakah dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa RA NU siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, maka peneliti melakukan observasi di lokasi penelitian, dengan asumsi metode sebelum menggunakan BCM, yang hasilnya peneliti masukkan dalam table berikut: Tabel.4.2 Hasil Observasi Keaktifan sebelum menggunakan metode BCM Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan tingkat pelaksanaan Aktifitas No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Rio Riswandi √ 2 Alpan Khairi √ √ 3 Egis Saputra √ 4 Resky Rahmat √ √ √ 5 Fitri Darisa √ √ √ √ √ √ √ 6 Nadia Safrina √ √ √ √ √ 7 Fitria Safitri √ √ √ √ √ √ √ √ 8 M. Fauzan √ √ 9 Meri Melinda √ √ √ √ √ √ 10 Naili Arromah √ √ √ √ 11 Teguh I √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 Yelpi Rosmita √ √ 13 Yeli Saputri √ √ √ √ √ 14 Wazniati √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 15 Ripaldi √ √ 16 Ikbal √ √ 17 Tengku Ibnu S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 18 Ilham Ridho M √ √ √ √ √ Jumlah 18 10 9 5 4 5 5 12 5 11 Prosentase 100 55 50 27 22 27 27 66 27 61 Jml 1 2 1 3 7 5 8 2 6 4 9 2 5 10 2 2 10 5 84 46.6 Pst (%) 10 20 10 30 70 50 80 20 60 40 90 20 50 100 20 20 100 50 73 Sumber data : hasil observasi keaktifan belaljar sebelum menggunakan BCM Dengan melihat tabel keaktifan belajar siswa pada sebelum menggunakan Metode BCM dapat secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan belajar siswa termasuk rendah karena berada diantara 22 – 66%. Kemudian untuk membuktikan bahwa metode BCM dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa RA NU siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, maka peneliti melakukan observasi di lokasi penelitian pada saat metode BCM di terapkan, yang hasilnya peneliti masukkan dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Observasi Keaktifan Siswa setelah menggunakan metode BCM Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan tingkat pelaksanaan Aktifitas No Nama Jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Rio Riswandi 8 √ √ √ √ √ √ √ √ 2 Alpan Khairi 9 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3 Egis Saputra 8 √ √ √ √ √ √ √ √ 4 Resky Rahmat 8 √ √ √ √ √ √ √ √ 5 Fitri Darisa 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6 Nadia Safrina 9 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7 Fitria Safitri 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 8 M. Fauzan 7 √ √ √ √ √ √ √ 9 Meri Melinda 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 Naili Arromah 8 √ √ √ √ √ √ √ √ 11 Teguh I 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 Yelpi Rosmita 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 Yeli Saputri 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14 Wazniati 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 15 Ripaldi 7 √ √ √ √ √ √ √ 16 Ikbal 7 √ √ √ √ √ √ √ 17 Tengku Ibnu S 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Pst (%) 80 90 80 80 100 90 100 70 100 80 100 100 100 100 70 70 100 74 Ilham Ridho M 9 90 √ √ √ √ √ √ √ √ √ Jumlah 18 18 15 14 17 15 15 15 15 18 160 Persentase 100 100 83 77 94 83 83 83 83 100 88.8 Sumber data : hasil observasi keaktifan belajar siklus kedua 18 Dengan melihat tabel keaktifan belajar siswa RA setelah menggunakan metode BCM secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan tinggi karena berada diantara 77 – 100 %. Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan metode BCM Jumlah Siswa Yang Aktif N O INDIKATOR Membentuk kelompok sesuai dengan yang dibagi guru Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan 2 guru 3 Memperhatikan cerita yang disampaikan Menyebut pokok-pokok masalah yang ada di 4 dalam cerita Memberikan pendapat atau komentar 5 terhadap masalah Siswa untuk mengemukakan pendapatnya 6 kepada guru dan audience Siswa untuk melaksanakan tugas yang 7 diberikan Memperhatikan masalah yang dihadapi 8 kawan Memberikan pendapat atau saran terhadap 9 masalah yang dihadapi kawan Siswa tepat waktu dalam mengumpulkan 10 tugas 1 Jumlah KET Sebelum Sesudah 18 18 Sama 10 18 Meningkat 9 15 Meningkat 5 14 Meningkat 4 17 Meningkat 5 15 Meningkat 5 15 Meningkat 12 15 Meningkat 5 15 Meningkat 11 18 Meningkat 84 160 Meningkat Sumber data : hasil observasi keaktifan siswa siklus sebelum menggunakan BCM dan sesudah menggunakan BCM 75 Dari tabel di atas dapat dilihat secara umum keaktifan belajar setelah BCM meningkat dari sebelum BCM. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini. 1. Membentuk kelompok sesuai dengan yang dibagi guru, siswa yang aktif sebelum BCM adalah 100 % dan dikategorikan sangat tinggi, dan setelah BCM adalah 100 % dan di kategorikan sangat tinggi. Pada indicator ini keaktifan belajar siswa sebelum BCM dan setelah BCM sama. 2. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru, siswa yang aktif pada sebelum metode BCM adalah 55 % dan diketegorikan sedang, sedangkan pada setelah BCM adalah 100 % dan dikategorikan sangat tinggi. jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan sebesar 45 %. 3. Memperhatikan cerita yang disampaikan, siswa yang aktif sebelum BCM adalah 50 % dan dikategorikan sedang, sedangkan setelah BCMadalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan sebesar 33 %. 4. Menyebut pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita, siswa yang aktif sebelum BCM adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan setelah BCMadalah 77 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan sebesar 50 %. 5. Memberikan pendapat atau komentar terhadap masalah, siswa yang aktif sebelum BCM adalah 22 % dan dikategorikan rendah, sedangkan setelah BCMadalah 94 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 72 %. 76 6. Mengemukakan pendapatnya kepada guru, siswa yang aktif sebelum BCM adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan setelah BCM adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan sebesar 56 %. 7. Melaksanakan tugas yang diberikan, siswa yang aktif sebelum BCM adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan setelah BCM adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan sebesar 56 %. 8. Memperhatikan masalah yang dihadapi kawan, siswa yang aktif sebelum BCM adalah 66 % dan dikategorikan tinggi, sedangkan setelah BCM adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 17 %. 9. Memberikan pendapat atau saran terhadap masalah yang dihadapi kawan, siswa yang aktif pada sebelum BCM adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan pada setelah BCM adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan sebesar 56 %. 10. Tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, siswa yang aktif pada sebelum BCM adalah 61 % dan dikategorikan tinggi, sedangkan setelah BCMadalah 100 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan pada setelah BCM sebesar 39 %. 77 C. Analisis Faktor-Faktor Pendukung dan Metode BCM Dalam Pembelajaran PAI siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014 1. Analisis Faktor Pendukung Metode BCM memang mempunyai posisi tersendiri dalam metode pembelajaran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa para siswa masih menyukai Metode BCM karena beberapa faktor antara lain faktor keterlibatan emosional dalam mendengar sebuah kisah berbeda dengan membaca buku. Keterlibatan emosional ini sebenanya sangat bagus jika ditinjau dari teori pendidikan modern yang berusaha menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan. Selama ini fungsi otak kiri yang berkaitan dengan intelegensi, kemampuan berfikir selalu mendapatkan perhatian yang sangat besar. Padahal otak kiri ini juga mempunyai kelemahan antara lain pengetahuan yang diserap cepat hilang dari ingatan. Otak kanan yang berkaitan dengan emosi semisal rasa suka, benci dan perasaan lain seperti kekaguman kepada objek cerita mempunyai potensi untuk digunakan dalam pembelajaran akidah akhlak karena mempunyai kelebihan bisa menyimpan memori dalam jangka waktu yang lama.1 Dalam konteks pembelajaran akidah akhlak, Metode BCM ini mempunyai kelebihan jika disampaikan secara baik karena akan selalu diingat oleh siswa. 2. Faktor penghambat 1 Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2009), hlm. 38 78 Selain faktor pendukung, berdasarkan penelitian juga ditemukan beberapa faktor penghambat yang cukup signifikan. Faktor penghambat ini baik faktor intern dari siswa, guru, metode hingga bahan pelajaran, juga berasal dari faktor ekstern seperti keadaan sosial budaya di masyarakat yang banyak mempengaruhi siswa. Pesatnya informasi dewasa ini tidak hanya membawa pengaruh yang posistif namun juga pengaruh negatif. Faktor Metode BCM Dalam Pembelajaran PAI dari faktor intern cukup kompleks. Dari point pertama yakni materi pelajaran, mata pelajaran PAI terdiri dari dua bagian yakni akidah yang banyak berkaitan dengan keimanan terhadap hal-hal yang ghaib, dan akhlak yang berkaitan dengan tingkah laku sehari hari. Keduanya mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, masalah akhlak lebih mudah digambarkan karena paling tidak bisa dilihat didengar dengan panca indera sedangkan akidah lebih banyak berbicara tentang keimanan yang sulit diserap dengan panca indera kecuali melalui keyakinan hati. Hubungannya dengan metode BCM, banyak materi akidah yang sulit diberikan dengan Metode BCM . Keimanan terhadap tauhid lebih banyak bersifat keyakinan yang sulit diceritakan. Materi akhlak lebih mudah diberikan dibandingkan dengan akidah karena banyak kisah kongkret yang bisa disampaikan. Problem selanjutnya adalah dari siswa. Siswa cenderung kurang tertarik jika cerita yang disampaikan terlalu panjang atau terkesan klise. Inilah yang menjadi faktor penyebab mereka mengantuk, ramai, atau berbicara dan membuat gaduh dalam ruangan. Di tinjau dari faktor kejiwan mereka masih 79 usia anak-anak yang cenderung meniru atau mengalami perubahan secara cepat.2 Jika mereka tertarik pada pelajaran mereka akan cepat memperhatikan, namun jika merasa bosan mereka juga akan cepat kehilangan konsentrasi. Faktor selanjutnya adalah guru. Kadang guru menganggap bahwa materi PAI yang ada sukar disampaikan dengan Metode BCM . Metode BCM ini memang memerlukan waktu untuk dapat diserap. Berbeda dengan metode tanya jawab yang membuat siswa langsung harus beradaptasi untuk memproses informasi yang dibutuhkan. Faktor penghabat selanjutnya adalah dari faktor ekstern. Siswa sebagai anak-anak berada di lingkungan yang memungkinkan ia menerima begitu banyak informasi akibat perkembangan tekhnologi. Kenyataan dan fenomena masyarakat modern saat ini banyak yang bertentangan dengan materi PAI ini. Akibat seringnya bertemu dengan hal hal yang salah dari sisi akhlak, misalnya hubungan yang terlalu bebas antara laki-laki dan perempuan, maka siswa menganggap kesalahan itu sebagai hal yang biasa karena orang lain juga banyak yang melakukannya. Faktor ekstern lainya berkaitan dengan faktor lain semisal peran orang tua yang kurang dalam memperhatikan siswa. Kebanyakan orang tua sekarang bersikap acuh tak acuh dalam mendidik anak terutama di bidang akhlak. 2 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.74. BAB V PENUTUP A.Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut: 1. Pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara dengan melakukan persiapan, baik persiapan pribadi maupun persiapan teknis. Dengan adanya persiapan proses pembelajaran lebih terarah dan berjalan dengan lancar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat dan tujuan dari metode BCM yang disampaikan dapat diterima oleh siswa, selanjutnya proses yang dilakukan ialah dengan melakukan penyampaian materi cerita dengan beberapa langkah yaitu dengan melakukan proses komunikasi dua arah yang jelas, menggunakan variasi suara yang disesuaikan dengan isi cerita sehingga emosi siswa bisa tergugah, penggunaan alat peraga untuk mempermudah pemahaman siswa dan yang terakhir dengan memberikan pancingan pertanyaan sehingga nanti diketahui seberapa besar pemahaman siswa tentang cerita yang disampaikan. 2. Pelaksanaan strategi pembelajaran BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan keaktifan siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, hal itu terbukti keaktifan belajar siswa sebelum menggunakan Metode BCM dapat secara keseluruhan dapat diketahui 80 81 bahwa keaktifan belajar siswa termasuk rendah karena berada diantara 22 – 66%, dan keaktifan belajar siswa RA setelah menggunakan metode BCM secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan tinggi karena berada diantara 77 – 100 %. 3. Faktor yang mendukung dan menghambat metode BC M dalam meningkatkan pembelajaran PAI siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, adalah : a. Faktor yang mendukung, Metode BCM memang mempunyai posisi tersendiri dalam metode pembelajaran. Sejak pendidikan awal seorang siswa di MI metode kisah ini telah digunakan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa para siswa masih menyukai metode kisah karena beberapa faktor antara lain faktor keterlibatan emosional dalam mendengar sebuah kisah berbeda dengan membaca buku. Keterlibatan emosional ini sebenanya sangat bagus jika ditinjau dari teori pendidikan modern yang berusaha menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan. Selama ini fungsi otak kiri yang berkaitan dengan intelegensi, kemampuan berfikir selalu mendapatkan perhatian yang sangat besar. Padahal otak kiri ini juga mempunyai kelemahan antara lain pengetahuan yang diserap cepat hilang dari ingatan. Otak kanan yang berkaitan dengan emosi semisal rasa suka, benci dan perasaan lain seperti kekaguman kepada objek cerita mempunyai potensi untuk digunakan dalam pembelajaran akidah akhlak karena mempunyai kelebihan bisa menyimpan memori dalam jangka waktu yang lama. 82 b. Selain faktor pendukung, berdasarkan penelitian juga ditemukan beberapa faktor penghambat yang cukup signifikan. Faktor penghambat ini baik faktor intern dari siswa, guru, metode hingga bahan pelajaran, juga berasal dari faktor ekstern seperti keadaan sosial budaya di masyarakat yang banyak mempengaruhi siswa. Pesatnya informasi dewasa ini tidak hanya membawa pengaruh yang posistif namun juga pengaruh negatif. Problem selanjutnya adalah dari siswa, Siswa cenderung kurang tertarik jika cerita yang disampaikan terlalu panjang atau terkesan klise. Inilah yang menjadi faktor penyebab mereka mengantuk, ramai, atau berbicara dan membuat gaduh dalam ruangan. Di tinjau dari faktor kejiwan mereka masih usia anak-anak yang cenderung . Faktor selanjutnya adalah guru. Kadang guru menganggap bahwa materi akidah akhlak yang ada sukar disampaikan dengan BCM. Metode BCM ini memang memerlukan waktu untuk dapat diserap. Berbeda dengan metode tanya jawab yang membuat siswa langsung harus beradaptasi untuk memproses informasi yang dibutuhkan. Faktor penghabat selanjutnya adalah dari faktor ekstern. Siswa sebagai remaja berada di lingkungan yang memungkinkan ia menerima begitu banyak informasi akibat perkembangan tekhnologi. Kenyataan dan fenomena masyarakat modern saat ini banyak yang bertentangan dengan materi akidah akhlak ini. Akibat seringnya bertemu dengan hal hal yang salah dari sisi akhlak, misalnya hubungan yang terlalu bebas antara laki- 83 laki dan perempuan, maka siswa menganggap kesalahan itu sebagai hal yang biasa karena orang lain juga banyak yang melakukannya. Faktor ekstern lainya berkaitan dengan faktor lain semisal peran orang tua yang kurang dalam memperhatikan siswa. Kebanyakan orang tua sekarang bersikap acuh tak acuh dalam mendidik anak terutama di bidang akhlak B. Saran Mengingat pentingnya keberhasilan pendidikan pada usia 4-5 tahun adalah faktor penentu keberhasilan dimasa mendatang. Dalam hal ini penulis mencoba memberikan beberapa saran yang berhubungan dengan permasalahan diatas: 1. Saran bagi RA Hendaknya kepala sekolah selalu mengontrol dan memberikan pengarahan kepada pendidik. Karena semua tingkah laku yang dilakukan pendidik akan mudah ditiru oleh peserta didiknya. 2. Saran bagi guru. a. Guru sebagai pemberi informasi sekaligus pendidik dan pembimbing dalam proses pembelajaran hendaknya selalu meningkatkan kemampuannya (kompetesi) yang dimilikinya khususya dalam penggunaan metode cerita. Pemilihan cerita, pemanfaatan media yang bervariatif serta cara penyampaian yang menarik akan menambah minat dan antusias peserta didik dalam mendengarkan cerita sehingga isi yang terkandung dalam cerita diharapkan dapat memberikan teladan bagi anak-anak. 84 b. Guru perlu melakukan pendekatan kepada peserta didik yang tidak mau bercerita, agar mereka terlatih untuk tampil di depan teman-teman yang lain. c. Hendaknya lebih sabar, telaten dan dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya sehingga peserta didik akan mudah memahami dan mencerna materi yang diberikan, sehingga akan terbentuk anak-anak yang saleh. 3. Saran Bagi Orangtua. Orang tua adalah guru pertama bagi putra-putrinya, diharapkan senantiasa memberikan pengawasan dan perhatian serta memotivasi anak melakukan hal-hal baik, karena perhatian orang tua berpengaruh besar terhadap pembentukan akhlak anak. Dalam peran tersebut, orang tua hendaknya turut serta membantu dan bekerjasama dengan pihak sekolah dalam meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan putra-putri mereka. C. Penutup Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, tautiq serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi penulis sendiri. Tidak lupa penulis mohon maaf, apabila dalam penyusunan kalimat maupun bahasanya masih dijumpai banyak kekeliruan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif guna perbaikan di masa mendatang. 85 Mudah mudahan apa yang penulis buat ini mendapat ridha dari Allah yang maha murah. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung di akhirat nanti. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, serta segenap pengelola madrasah semoga menambah pengetahuan dalam mendidik siswa-siswinya. Amin ya rabbal almin. DAFTAR PUSTAKA Akbar, Reni, Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006) Al-Khal’awi, Mahmud, Said Mursi, Mendidik Anak dengan Cerdas, (Insan Kamil; Solo, 2007.) Al-Musawi, Khalik, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, (Lentera: Jakarta, 2007) Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, Rineka Cipta, 2002) Carol Seefeldt dan Barbara Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008) Damayanti, Dwi Retna, Program Pendidikan Untuk Anak Usia Dini di Prasekolah Islam, (PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta2005 .) Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,2003) Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Pendidikan Agama Islam Taman KanakKanak, (Jakarta : Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2004) Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,( Surya Cipta Aksara : Surabaya, 1989) Departemen Agama RI, Kurikulum 2004: Pendidikan Agama Islam Taman Kanak- Kanak, (Jakarta: Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2004) Hariwijaya, Bertian dan Eka S. PAUD, Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak Dini. (Mahaddhika Publishing, 2009.) Http//Guru plus da’i temenanan. Menyanyi sebagai metode pembelajaran. (diakses tgl 07 Juli 2015, 02.00 WIB) J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Rosdakarya, 2012) Jamaris, Martini, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanakkanak, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006) K. Fathoni, Muhamad, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional Paradigm Baru, (Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam, 2005) Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pembelajaran : Pengembangan Pembentukan Perilaku di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2010) M. Hariwijaya. Bertiani Sukaca, Eka, PAUD; Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak Dini. (Yogjakarta: Mahadika Publising, 2009) Majid, Abdul dan Andayani, Pendidikan Islam (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2006) Berbasis Kompetensi, Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2005.) Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta, Bumi Aksara; 2007) Mini, Prianto Rose, Perilaku Anak Usia Dini, (Yogjakarta: KANISIUS, 2003) Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) Monks dan Knoers, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2002) Mubarok, M. Mufti. BCM Plus; Rahasia Cerdas Bermain sambil Belajar. (Surabaya : PT. Java Pustaka Media Utama 2008.) Mubarok, Mufti dan Ichwan, Bachtiar, Metode Buroq : 60 Menit Mahir Baca Tulis Al Qur’an , (Surabaya : Java Pustaka Group,2009) Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) Munandar, dan Utami, Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1993) Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2009) Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007) Santi, Danar, Pendidikan Usia Dini Antara Teori dan Praktik, (Indonesia:PT INDEKS, 2009) Seefeldt, Carol dan Wasik, Barbara, Pendidikan Anak Usia Dini Siswanto, Igrea, Mendidik Anak dengan Permainan Kreatif, (Bermain sambil belajar untuk mengembangkan Kecerdasan Majemuk Sejak Usia Dini), (Yogjakarta: ANDI, 2008.) Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Landasan Pemimpin Pendidikan ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990) Sumarni, Murti, Metodologi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: Andi, 2005) Suyadi, Permainan Edukatif Yang Mencerdasakan, (Jogjakarta: Power Books, 2009) Suyadi, Manajemen Paud, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) Suyanto, Slamet, Strategi Pendidikan Anak, ( Jogjakarta: HIKAYAT Publising, 2008) Tim Bina Potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Nuansa Aulia,2008) Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010)