analisis proses sertifikasi halal dan kajian ilmiah alkohol sebagai

advertisement
ANALISIS PROSES SERTIFIKASI HALAL DAN KAJIAN
ILMIAH ALKOHOL SEBAGAI SUBSTANSI DALAM KHAMR
DI LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN, OBAT-OBATAN, DAN
KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA (LPPOM MUI)
SKRIPSI
RAHAJENG ADITYA
F24070120
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ANALYSIS OF HALAL CERTIFICATION PROCESS AND
SCIENTIFIC STUDY OF ALCOHOL AS A SUBSTANCE IN
KHAMR IN THE ASSESSMENT INSTITUTE FOR FOODS,
DRUGS, AND COSMETICS INDONESIAN COUNCIL OF
ULAMA (LPPOM MUI)
Rahajeng Aditya1, Dahrul Syah1, and Muti Arintawati2
Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor
Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia
2
The Assessment Institute for Foods, Drugs, and Cosmetics Indonesian Council of Ulama (LPPOM
MUI), LPPOM MUI Centre Office, IPB Baranangsiang Campus, Pajajaran Street, 16144, Bogor,
West Java, Indonesia
Phone: +62 251 8343322, e-mail: [email protected]
1
ABSTRACT
Halal aspect is being developed today which are showed by the advancement of halal
certification process, especially in Indonesia, and scientific study based on Islamic literature. The
analysis of halal certification process is done based on product criterias and stages of halal
certification process. In addition, scientific study about alcohol as a substance in khamr based on
Hadis Rasulullah is done by analysis of simulated five successive days fermentation of fruit juice
(nabidh). The results for analysis of halal certification process show that there are influence of
product criteria and stages againts time (days) of certification process which are continue with
Duncan method as further test. Average of certification time (days) which is appropriate with the
target by LPPOM MUI is only in criteria low risk (LR) and risk (R). Average of certification time also
show the longest and the shorthest time of the stages. On the other side, research of scientific study
gives several compounds were detected in five succesive days fermentation of three fruit juices
(nabidh), such as fructose, glucose, sucrose, ethanol, malic acid, tartaric acid, citric acid, and acetic
acid. The compound which has the strongest correlation and has the most significance with the time of
fermentation is ethanol. Further more, the influence of the fermentation time againts ethanol
concentration was gave in second day (grape juice), third day (date juice), and first day (apple juice).
The fermentation patterns of ethanol in the three fruit juices (nabidh) are separate in two clusters that
show the high similarities in level amounts 95.7563 and 99.7976. Mathematical model of fermentation
also were done for sugar, ethanol, and acid of each fruit juice by dinamic system model. Ratio of
sugar, ethanol, and acid fraction in three fruit juices have almost the same pattern.
Keywords: halal certification, fermentation, mathematical model
Rahajeng Aditya. F24070120. Analisis Proses Sertifikasi Halal dan Kajian Ilmiah Alkohol
sebagai Substansi dalam Khamr di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Di bawah bimbingan Dahrul Syah. 2011.
RINGKASAN
Pesatnya kemajuan aspek kehalalan dalam dunia industri tidak terlepas dari pengaruh sistem
yang digunakan oleh setiap negara dalam menjamin kualitas kehalalan produk. Salah satu penjamin
kehalalan di Indonesia adalah dengan sertifikat halal, yang diperoleh melalui proses sertifikasi halal.
Analisis terhadap proses sertifikasi halal merupakan salah satu upaya dalam mengevaluasi proses
sertifikasi sehingga dapat memberikan gambaran kondisi proses sertifikasi yang telah berjalan dan
membantu dalam perbaikan proses sertifikasi agar menjadi lebih baik.
Di samping itu, dalam menunjang kemajuan aspek kehalalan, diperlukan keselarasan terhadap
pemahaman mengenai halal-haram. Salah satu aspek kehalalan yang penting adalah mengenai alkohol
dan khamr dalam produk pangan. Kajian ilmiah terhadap alkohol sebagai substansi dalam khamr
berdasarkan hadis terkait dapat dilakukan sebagai sarana informasi kepada masyarakat terhadap aspek
halal-haram. Selain itu, kajian ilmiah terhadap kehalalan dapat menjadi bentuk dukungan ilmu
pengetahuan terhadap aturan Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadis.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk menganalisis proses sertifikasi halal dan kajian ilmiah
alkohol berdasarkan hadis terkait yang dilakukan dalam bentuk penelitian. Pada analisis proses
sertifikasi, dilakukan analisis terhadap pengaruh kriteria produk dan tahapan proses terhadap rentang
waktu sertifikasi halal. Analisis juga dilakukan terhadap rata-rata waktu sertifikasi. Pada kajian
ilmiah, kajian yang dilakukan menggunakan dasar hadis larangan dari Rasulullah untuk
mengonsumsi perasan buah setelah tiga hari. Penelitian dilakukan dengan membuat simulasi
fermentasi perasan buah selama lima hari. Senyawa yang teridentifikasi dan terukur dengan HPLC
kemudian dianalisis dari aspek biokimia dan mikrobiologi, kemudian dianalisis secara statistik untuk
diperoleh senyawa penciri dan kadar senyawa penciri pada hari ketiga serta membuat permodelan
matematika dari profil fermentasi yang dihasilkan.
Metode penelitian untuk analisis proses sertifikasi meliputi: (1) pemilihan data atau sampling,
(2) analisis pengaruh kriteria produk dan tahapan proses terhadap waktu sertifikasi, (3) analisis
perhitungan rata-rata waktu. Adapun metode penelitian untuk kajian ilmiah meliputi: (1) pemilihan
buah, (2) pembuatan perasan buah, (3) proses fermentasi perasan buah, (4) identifikasi dan
pengukuran senyawa hasil fermnetasi dengan HPLC, (5) analisis korelasi dan signifikansi antara
waktu terhadap kadar senyawa yang teridentifikasi (6) analisis pengaruh waktu fermentasi terhadap
kadar senyawa yang signifikan pada ketiga perasan buah, (7) analisis kesamaan pola fermentasi, dan
(8) pembuatan model matematika dari hasil fermentasi.
Hasil penelitian analisis proses sertifikasi terdiri atas beberapa poin. Pertama, dari hasil analisis
pengaruh kriteria produk dan tahapan proses diperoleh kesimpulan terdapat paling sedikit sepasang
kriteria atau tahapan yang berpengaruh terhadap rentang waktu sertifikasi pada taraf α 5%. Kedua,
hasil uji lanjut pengaruh kriteria produk memberikan kesimpulan bahwa kriteria risk dan very high
risk memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi pada taraf α 5% (0.05)
sedangkan pasangan kriteria lainnya tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu
sertifikasi. Hal ini berarti semakin kompleks atau kritis bahan yang ada pada produk, akan semakin
mempengaruhi rentang waktu sertifikasi yang harus dilalui.
Di samping itu, untuk uji lanjut pengaruh tahapan proses diperoleh kesimpulan tahap 1, 2, 5,
dan 7 memiliki pengaruh berbeda jika dibandingkan dengan tahap 3, 4, dan 6 dan begitu pula
sebaliknya. Ketiga, Rata-rata waktu yang dibutuhkan dari pendaftaran menuju audit yang terbesar
terdapat pada kriteria risk (44 hari) dan kriteria very high risk (44 hari) sedangkan terendah terdapat
pada kriteria low risk (40 hari). Selain itu, rata-rata waktu dari audit hingga menuju Komisi Fatwa
terbesar terdapat pada kriteria very high risk, yaitu 67 hari. Keempat, rata-rata waktu sertifikasi antara
proses audit hingga menuju Komisi Fatwa terhadap 136 sampel data (24 hari) tidak sesuai dengan
target LPPOM MUI (21 hari) sedangkan kriteria yang sesuai dengan target LPPOM MUI adalah
kriteria no risk (19 hari) dan low risk (14 hari). Persentase pencapaian target LPPOM MUI untuk
proses audit hingga masuk ke Komisi Fatwa (maksimum 21 hari) dari 136 sampel data adalah
sebanyak 60% dan untuk kriteria no risk (12 sampel data) adalah 58%, kriteria low risk 66%, kriteria
risk 60%, dan kriteria very high risk 33%.
Kelima, pada perhitungan rata-rata waktu (hari) setiap tahap, diperoleh rata-rata waktu terbesar
terdapat pada tahap 3, yaitu 35 hari. Adapun rata-rata waktu terkecil terdapat pada tahap 5, yaitu 6
hari. Keenam, rata-rata waktu pada tahap 1, 2, 5, dan 7 cenderung sama dan pada tahap 3, 4, dan 6
juga cenderung sama di sisi lain rata-rata waktu kedua grup berbeda cukup jauh. Hal ini sesuai dengan
hasil uji lanjut pengaruh tahapan proses terhadap rentang waktu sertifikasi.
Adapun hasil penelitian kajian ilmiah terdiri atas beberapa poin. Pertama, senyawa yang
berhasil diidentifikasi terdiri atas fruktosa, glukosa, sukrosa, etanol, asam tartarat, asam sitrat, asam
malat, dan asam asetat. Kedua, diperoleh kesimpulan bahwa signifikansi terbesar (kecilnya nilai
Pvalue) dan korelasi kuat (tingginya koefisien korelasi) yang berada pada ketiga perasan buah terdapat
pada hubungan antara waktu (hari) dengan kadar etanol. Ketiga, analisis pengaruh waktu terhadap
kadar etanol diperoleh bahwa terdapat pengaruh waktu (hari) terhadap kadar etanol dan uji lanjut
Tukey menyimpulkan bahwa pada ketiga perasan buah memberikan hasil berbeda. Pada perasan
anggur perbedaan pengaruh terjadi pada hari kedua dibandingkan dengan hari ketiga hingga kelima.
Pada perasan apel perbedaan pengaruh terjadi pada hari ketiga dibandingkan dengan hari keempat dan
kelima. Adapun pada perasan apel, perbedaan pengaruh berada pada hari pertama dibandingkan hari
keempat dan kelima.
Kelima, kadar etanol pada ketiga perasan buah kemudian dianalisis kesamaan atribut (dalam
hal ini adalah pola fermentasi) melalui analisis cluster yang hasilnya terbagi dalam dua cluster, di
mana kedua cluster memiliki tingkat kemiripan yang besar, yaitu 99.7976 untuk cluster 2 (etanol
perasan anggur dengan perasan apel) dan 95.7563 untuk cluster 1 (etanol perasan kurma dengan
etanol perasan anggur dan perasan apel). Keenam, dihasilkan model matematika (sebagai solusi sistem
dinamik) untuk laju perubahan gula, etanol, dan asam pada setiap perasan buah menggunakan metode
Kuadrat Terkecil (Least Square) dengan model logistik. Selain itu diperoleh kadar gula, etanol, dan
asam di hari ketiga dan saat titik balik pada setiap perasan buah dengan menggunakan solusi numerik.
Kemudian diperoleh juga fraksi dan rasio fraksi dari gula, etanol, dan asam pada setiap perasan buah.
Rasio fraksi etanol pada ketiga perasan buah merupakan rasio fraksi yang paling dominan
dibandingkan dengan rasio fraksi gula dan asam, dimana rasio fraksi etanol berada pada kisaran dua
kali lipat dari rasio fraksi gula dan asam. Adapun rasio fraksi gula dan asam pada ketiga perasan buah
berada pada kisaran yang sama. Pola rasio fraksi yang diperoleh dapat menjadi cara dalam
mendefinisikan khamr atau senyawa penciri dalam khamr. Namun, kajian ilmiah perlu diperkaya
dengan penelitian serupa menggunakan buah yang lebih beragam untuk melihat kesamaan pola
fermentasi dan mendapatkan model matematika yang lebih sempurna sehingga rasio fraksi yang
diperoleh lebih baik.
ANALISIS PROSES SERTIFIKASI HALAL DAN KAJIAN ILMIAH ALKOHOL SEBAGAI
SUBSTANSI DALAM KHAMR DI LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN, OBAT-OBATAN,
DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA (LPPOM MUI)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PANGAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RAHAJENG ADITYA
F24070120
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Analisis Proses Sertifikasi Halal dan Kajian Ilmiah Alkohol sebagai
Substansi dalam Khamr di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan,
dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)
: Rahajeng Aditya
: F24070120
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Pembimbing Lapang,
(Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.)
NIP 1965.0814.199002.1.001
(Ir. Hj. Muti Arintawati, M.Si.)
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
(Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc.)
NIP 1968.0526.199303.1.004
Tanggal lulus : 2 Desember 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Kajian Ilmiah
Alkohol sebagai Substansi dalam Khamr dan Analisis Proses Sertifikasi Halal di Lembaga
Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)
adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing
Lapang, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagain akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2010
Yang membuat peryataan
Rahajeng Aditya
F24070120
© Hak cipta milik Rahajeng Aditya, tahun 2011
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,
fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
BIODATA PENULIS
Rahajeng Aditya. Lahir di Pemalang, 19 Januari 1990 dari ayah H. Aswadi
Wibowo dan ibu Hj. Siti M. Wibowo, sebagai putri pertama dari dua
bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMA Negeri 1
Bogor dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur SPMB.
Penulis memilih Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti
organisasi dan kepanitiaan yang berkaitan dengan disiplin ilmu. Saat di
bangku sekolah penulis aktif di olah raga softball dan pada tahun 2007
menjadi anggota tim softball Jawa Barat serta meraih juara dua dalam turnamen softball pelajar
tingkat Kota Bogor. Saat di bangku kuliah penulis mengikuti beberapa kegiatan organisasi dan
keilmuan. Pada tahun 2009 penulis menjadi pengurus aktif dalam Divisi Kesekretariatan Himpunan
Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB. Beberapa kepanitiaan yang pernah diikuti
oleh penulis diantaranya Penyuluhan Pangan Siswa HIMITEPA IPB pada tahun 2009, Trainer
Pelatihan Pembuatan Kerupuk Ikan yang diadakan HIMITEPA bekerjasama dengan Pasar Modal pada
tahun 2009, Sekretaris Kepanitiaan Musyawarah Anggota HIMITEPA pada tahun 2009, PAK Masa
Perkenalan Fakultas (MPF) dan PAK Masa Perkenalan Departemen (MPD) pada tahun 2010. Penulis
juga mengikuti berbagai seminar maupun pelatihan, diantaranya Pelatihan Hazard Analytical Critical
Control Point (HACCP) dan Pelatihan Sistem Manajemen Halal yang diadakan oleh HIMITEPA IPB.
Karya tulis yang pernah penulis hasilkan bersama rekan sedisiplin ilmu, diantaranya ―Gula Aren
sebagai Pengganti Pemanis Buatan‖ yang berhasil didanai dalam Program Kreatifitas Mahasiswa
bidang Gagasan Tertulis (PKMGT) 2010, ―Castor Seed as An Antimicrobial Agent for Healthier Palm
Sugar‖ yang dipresentasikan penulis bersama rekan mahasiswa ITP dalam kegiatan Annual Meeting
of Science and Technology Studies (AMSTECS) di Tokyo Jepang pada bulan Juni 2011, dan makalah
ilmiah berjudul ―Oyron, Healthy Sprinkle Made of Soybean Hulls, Corn and Fish Flakes that Rich in
Iron to Overcome Iron Deficiency in Indonesia. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan kegiatan
magang di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia
(LPPOM MUI) Pusat Bogor selama empat bulan (Februari-Juni 2011) untuk melaksanakan penelitian
yang berjudul ―Analisis Proses Sertifikasi Halal dan Kajian Ilmiah Alkohol sebagai Substansi dalam
Khamr di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia
(LPPOM MUI)‖.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas karuniaNya sehingga skripsi ini
berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul ―Kajian Ilmiah Alkohol sebagai Substansi dalam Khamr
dan Analisis Proses Sertifikasi Halal di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)‖ dilaksanakan di Kantor LPPOM MUI Pusat Bogor sejak
bulan Februari sampai Juni 2011. Pemilihan judul skripsi bertujuan sebagai bentuk kontribusi ilmu
pengetahuan terhadap kemajuan pangan halal di dunia secara umum dan di Indonesia secara khusus.
Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga besar tercinta, Papa, Mama, dan Adik, Mbah Putri dan Mbah Kakung, serta keluarga
besar seluruhnya atas segala doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan
2. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik, atas dukungan, saran,
bimbingan, dan perhatian yang telah diberikan
3. Ir. Hj. Muti Arintawati, M.Si selaku pembimbing lapang, atas bimbingan, saran, perhatian, dan
fasilitas yang telah diberikan selama magang
4. Dr. Ir. Joko Hermanianto selaku dosen penguji, atas banyak nasihat, dukungan, bimbingan,
diskusinya, tawaran, ilmu-ilmu, dan bantuannya selama ini
5. Seluruh staf pengajar dan administrasi di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan yang telah
memberikan ilmu dan bantuan selama ini
6. Ir. Lukmanul Hakim, M.Si selaku direktur eksekutif LPPOM MUI yang telah memberikan izin
dan kesempatan kepada saya untuk dapat melakukan kegiatan magang di LPPOM MUI Pusat
Bogor
7. Keluarga besar LPPOM MUI Pusat Bogor yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, Ibu
Mulyorini, Pak Hendra Utama, Prof. Purwatinigsih, Pak Muslich, Pak Firman, Mba Ivon, Mba
Riska, Mas Aang, Mas Hery, Mba Duni, dan Pak Ujang
8. Pak Sholahuddin Al Ayubi dan Pak Mustafa Ali Yaqub Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas
diskusi seputar hadist-nya
9. Pak Novik Nur Hidayat, PhD, peneliti di bagian mikrobiologi LIPI Cibinong atas banyak sekali
bantuannya dan kemurahatiannya untuk mau berdiskusi dan membantu dalam penyelesaian
skripsi ini
10. Pak Ir. Ngakan Komang Kutha Ardhana, M.Sc., selaku dosen Matematika di Departemen
Matematika, atas kesediaan, bantuan, dan diskusinya tentang konsep model matematika
11. Pak Arie Wijayanto, atas banyak bantuan, saran, dan diskusinya dalam hal pengolahan model
matematika
12. Pak Dr. Ir. Budi Suharjo, M.S. atas diskusi dan rekomendasinya dalam penyusunan model
matematika
13. Rekan magang di LPPOM MUI, Chintia, Amelia, dan Rossy, atas semua saran dan
kebersamaannya selama magang di LPPOM MUI
14. Seluruh staf Laboratorium Terpadu IPB Baranangsiang, Mas Ian, Mas Khotib, Mba Mila, Mba
Ani dan Mas Udin atas bantuan dan perhatian yang diberikan selama melaksanakan penelitian
15. Seluruh staf LIPI Cibinong, Mba Ratih, Uni, atas bantuannya selama ini
16. Untuk staf di Statistika Center, khususnya Ami dan Mba Rina, atas diskusi dan nasihatnya
17. Seluruh pengurus dan alumni FORKOM ALIMS yang saya cintai karena Allah, atas pengertian,
dukungan, ilmu, dan pengalaman yang diberikan
18. Teman-teman seperjuangan, Uswatun Hasanah, Izzatul Mabniyyah, Nadia Svenskarin, Nur
Apriyanti Dwiatcita, atas dukungan, ilmu, dan bantuan yang tidak pernah berhenti
19. Lingkaran cahaya yang senantiasa memberikan dukungan dan optimisme untuk bisa
menyelesaikan skripsi ini
20. Adik-adik MP Smansa, arin, dyah, iin, dania, tika, nurul, diar, nabil, dila, listi, dan rara atas
semangatnya dan hiburannya
21. Rekan-rekan ITP 44 atas persahabatan dan bantuannya selama studi di ITP
22. Kakak-kakak ITP 42 dan 43 atas ilmu dan ajarannya selama di studi di ITP
23. Pengurus HIMITEPA 2009-2010 atas kebersamaan, ilmu, dan persahabatan selama menjalankan
kepengurusan HIMITEPA
24. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun turut memberikan doa dan
bantuannya.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi
nyata terhadap ilmu pengetahuan di bidang teknologi pangan dan pangan halal.
Bogor,Desember 2011
Rahajeng Aditya
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .........................................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................................
1
1.1. LATAR BELAKANG ....................................................................................................
1
1.2. TUJUAN PENELITIAN .................................................................................................
2
II. PROFIL INSTANSI ................................................................................................................
3
2.1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LPPOM MUI ....................................................
3
2.2. VISI DAN MISI LPPOM MUI........................................................................................
4
2.3. RUANG LINGKUP KERJA ...........................................................................................
4
2.4. ORGANISASI LPPOM MUI..........................................................................................
4
III. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................................
6
3.1 SERTIFIKASI HALAL ..................................................................................................
6
3.1.1
Sertifikat Halal ..................................................................................................
6
3.1.2
Sistem Jaminan Halal (SJH)..............................................................................
6
3.1.3
Sertifikasi Halal ................................................................................................
8
3.1.4
Prosedur Sertifikasi Halal .................................................................................
9
3.1.5
Kebijakan Baru LPPOM MUI .......................................................................... 12
3.2 KHAMR DALAM ISLAM................................................................................... ........... 13
3.2.1
Definisi dan Pendapat Seputar Khamr .............................................................. 13
3.2.2
Alur Pengharaman Khamr ................................................................................. 14
3.2.3
Pengidentikan Khamr dengan Alkohol ............................................................. 15
3.2.4
Nabidz dan Hadist Acuan .................................................................................. 15
3.2.5
Fatwa MUI tentang Khamr dan Alkohol ........................................................... 16
3.3 FERMENTASI ................................................................................................................ 16
3.3.1
Definisi Fermentasi ............................................................................................ 16
3.3.2
Fermentasi Alkohol ............................................................................................ 17
3.3.3
Khamir ............................................................................................................... 19
3.4 PERTUMBUHAN MIKROBIAL ................................................................................... 20
3.5 ALKOHOL ...................................................................................................................... 21
3.5.1
Jenis dan Karakteristik Alkohol ......................................................................... 21
3.5.2
Etanol (etil alkohol) ............................................................................................ 22
3.5.3
Mekanisme Narkosis Alkohol pada Tubuh Manusia ......................................... 23
3.6 ANGGUR ........................................................................................................................ 26
3.7 APEL ............................................................................................................................... 27
3.8 KURMA .......................................................................................................................... 27
3.9 KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (HPLC) ................................................. 28
3.10 METODE KRUSKAL WALLIS ..................................................................................... 29
3.11 ANALISIS KORELASI .................................................................................................. 30
3.11.1 Koefisien Korelasi ............................................................................................... 31
3.11.2 Signifikansi ........................................................................................................ 31
3.11.3 Interpretasi Korelasi ........................................................................................... 32
3.12 ANALISIS MULTIVARIAT .......................................................................................... 32
3.12.1
Analisis Klaster (Cluster Analysis) ..................................................................... 33
3.13 PERMODELAN MATEMATIKA SISTEM DINAMIK ................................................ 35
IV. METODE PENELITIAN ........................................................................................................ 36
4.1 ANALISIS PROSES SERTIFIKASI HALAL ................................................................ 36
4.1.1
Bahan ................................................................................................................ 36
4.1.2
Alat.................................................................................................................... 36
4.1.3
Metode Penelitian ............................................................................................. 36
4.2 KAJIAN ILMIAH KHAMR DAN ALKOHOL.......................................................... .... 39
4.2.1
Bahan ................................................................................................................ 39
4.2.2
Alat.................................................................................................................... 40
4.2.3
Metode Penelitian ............................................................................................. 40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................... 46
5.1 ANALISIS PROSES SERTIFIKASI HALAL ................................................................ 46
5.1.1
Pemilihan Data atau Sampling .......................................................................... 46
5.1.2
Analisis Pengaruh Kriteria Produk .................................................................... 47
5.1.3
Analisis Pengaruh Tahapan Proses ................................................................... 49
5.1.4
Perhitungan Rata-rata Waktu dalam Proses Sertifikasi ..................................... 52
5.2 KAJIAN ILMIAH KHAMR DAN ALKOHOL ............................................................. 56
5.2.1
Profil Kadar Gula (Fruktosa, Glukosa, dan Sukrosa) ........................................ 57
5.2.2
Profil Kadar Alkohol (Etanol) ........................................................................... 59
5.2.3
Profil Kadar Asam (Tartarat, Sitrat, Malat, dan Asetat) .................................... 61
5.2.4
Profil Keseluruhan Fermentasi Perasan Anggur, Apel, dan Kurma .................. 65
5.2.5
Analisis Korelasi (Pearson) ............................................................................... 68
5.2.6
Analisi Pengaruh Waktu (hari) Terhadap Kadar Etanol.................................... 71
5.2.7
Analisis Klaster (Cluster Analysis) ................................................................... 73
5.2.8
Permodelan Matematika ................................................................................... 74
5.2.8.1 Model Solusi Sistem Dinamik............................................................... 74
5.2.8.2 Fraksi dan Rasio Fraksi ......................................................................... 80
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................... 83
6.1 KESIMPULAN ................................................................................................................ 83
6.1.1
Analisis Proses Sertifikasi Halal ......................................................................... 83
6.1.2
Kajian Ilmiah Khamr dan Alkohol ..................................................................... 83
6.2 SARAN............................................................................................................................. 84
6.2.1
Analisis Proses Sertifikasi Halal ......................................................................... 84
6.2.2
Kajian Ilmiah Khamr dan Alkohol ..................................................................... 84
VII. REKOMENDASI .................................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 86
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 92
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penamaan alkohol ......................................................................................................... 23
Tabel 2. Kandungan gizi buah anggur per 100 gram .................................................................. 26
Tabel 3. Energi yang terkandung dalam 100 gram buah kurma .................................................. 27
Tabel 4. Karbohidrat yang terkandung dalam 100 gram kurma .................................................. 28
Tabel 5. Hasil uji lanjut pengaruh kriteria produk terhadap rentang waktu sertifikasi ................ 50
Tabel 6. Hasil perhitungan uji lanjut setiap tahapan ................................................................... 52
Tabel 7. Pengelompokkan (grouping) setiap tahap hasil perhitungan uji lanjut pengaruh
tahapan ........................................................................................................................... 53
Tabel 8. Rata-rata waktu proses setiap kriteria ........................................................................... 55
Tabel 9. Rata-rata waktu (hari) untuk setiap tahap dalam proses sertifikasi halal ...................... 57
Tabel 10. Kadar fruktosa, glukosa, dan sukrosa pada perasan anggur, apel, dan kurma ............... 59
Tabel 11. Kadar etanol pada perasan anggur, apel, dan kurma ..................................................... 62
Tabel 12. Kadar Asam tartarat, sitrat, malat, dan asetat pada perasan anggur, apel, dan kurma ... 64
Tabel 13. Profil dan hasil analisa kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan
anggur ............................................................................................................................ 67
Tabel 14. Profil dan hasil analisa kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan
apel ................................................................................................................................. 68
Tabel 15. Profil dan hasil analisa kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan
kurma ............................................................................................................................. 68
Tabel 16. Nilai signifikansi pada perasan anggur, apel, dan kurma .............................................. 72
Tabel 17. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh hari terhadap kadar etanol pada perasan anggur ........ 73
Tabel 18. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh hari terhadap kadar etanol pada perasan apel ............. 74
Tabel 19. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh hari terhadap kadar etanol pada perasan kurma ......... 75
Tabel 20. Perhitungan solusi numerik kadar gula, etanol, dan asam di hari ketiga pada setiap
perasan buah .................................................................................................................. 82
Tabel 21. Kadar etanol dan asam pada saat titik balik di setiap perasan buah .............................. 83
Tabel 22. Fraksi gula, etanol, dan asam yang dihitung dengan cara pertama................................ 83
Tabel 23. Fraksi gula, etanol, dan asam yang dihitung dengan cara kedua ................................... 83
Tabel 24. Rasio fraksi gula, etanol, dan asam dari perhitungan fraksi dengan cara pertama ........ 83
Tabel 25. Rasio fraksi gula, etanol, dan asam dari perhitungan fraksi dengan cara kedua ........... 84
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Logo Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) ...............................................................................
5
Gambar 2. Sertifikat halal yang dikeluarkan LPPOM MUI ........................................................
6
Gambar 3. Sertifikat Sistem Jaminan Halal (SJH) ......................................................................
8
Gambar 4. Diagram alir proses sertifikasi halal .......................................................................... 11
Gambar 5. Proses reaksi glikolisis jalur EMP ............................................................................. 19
Gambar 6. Proses perubahan asam piruvat menjadi etanol dan karbondioksida ......................... 20
Gambar 7. Kurva pertumbuhan mikroba ..................................................................................... 22
Gambar 8. Dendogram analisis klaster hirarki ............................................................................ 34
Gambar 9. Diagram alir siklus permodelan matematika ............................................................. 35
Gambar 10. Diagram alir metode penelitian analisis proses sertifikasi halal ................................ 40
Gambar 11. Diagram air metode penelitian kajian ilmiah khamr dan alkohol .............................. 42
Gambar 12. Diagram alir preparasi sampel untuk analisis HPLC ................................................. 44
Gambar 13. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada 136 sampel ............................... 55
Gambar 14. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada kriteria no risk.......................... 55
Gambar 15. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada kriteria low risk ........................ 56
Gambar 16. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada kriteria risk............................... 56
Gambar 17. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada kriteria very high risk ............... 56
Gambar 18. Profil Kadar Gula Perasan Anggur ............................................................................ 60
Gambar 19. Profil Kadar Gula Perasan Apel ................................................................................ 60
Gambar 20. Profil Kadar Gula Perasan/Rendaman Kurma ........................................................... 61
Gambar 21. Profil Kadar Alkohol (etanol) Perasan Anggur, Perasan Apel, dan
Perasan/Rendaman Kurma ........................................................................................ 63
Gambar 22. Profil asam tartarat, sitrat, dan malat perasan anggur ................................................ 64
Gambar 23. Profil asam sitrat dan malat perasan apel .................................................................. 64
Gambar 24. Profil asam tartarat, malat, dan asetat perasan kurma ................................................ 65
Gambar 25. Jalur metabolisme heterofermentatif ......................................................................... 66
Gambar 26. Profil kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan anggur................ 67
Gambar 27. Profil kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan apel .................... 68
Gambar 28. Profil kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan kurma ................ 69
Gambar 29. Korelasi waktu dengan kadar fruktosa, glukosa, sukrosa, etanol, tartarat, sitrat, dan
malat pada perasan anggur ........................................................................................ 70
Gambar 30. Korelasi waktu dengan kadar fruktosa, glukosa, sukrosa, etanol, sitrat, dan malat
pada perasan apel ...................................................................................................... 71
Gambar 31. Korelasi waktu dengan kadar fruktosa, sukrosa, etanol, tartarat, malat, dan asam
asetat ......................................................................................................................... 71
Gambar 32. Dendogram analisis klaster etanol perasan anggur, apel, dan kurma ........................ 76
Gambar 33. Plot kurva solusi penduga (garis merah) dengan sebaran data penelitian (titik biru)
senyawa gula (a), etanol (b), dan asam (c) pada perasan anggur .............................. 77
Gambar 34. Plot kurva solusi penduga (garis merah) dengan sebaran data penelitian (titik biru)
senyawa gula (a), etanol (b), dan asam (c) pada perasan apel ................................... 78
Gambar 35. Plot kurva solusi penduga (garis merah) dengan sebaran data penelitian (titik biru)
senyawa gula (a), etanol (b), dan asam (c) pada perasan kurma ............................... 79
Gambar 36. Kurva gabungan solusi penduga (garis biru) dengan sebaran data gula (titik biru),
etanol (titik ungu), dan asam (titik kuning) pada perasan anggur ............................. 80
Gambar 37. Kurva gabungan solusi penduga (garis biru) dengan sebaran data gula (titik biru),
etanol (titik ungu), dan asam (titik kuning) pada perasan apel .................................. 80
Gambar 38. Kurva gabungan solusi penduga (garis biru) dengan sebaran data gula (titik biru),
etanol (titik ungu), dan asam (titik kuning) pada perasan kurma .............................. 81
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Susunan kepengurusan LPPOM MUI ..................................................................... 95
Lampiran 2. Struktur organisasi LPPOM MUI ........................................................................... 96
Lampiran 3. Diagram alir tahapan proses sertifikasi halal LPPOM MUI ................................... 97
Lampiran 4. Daftar perusahaan (136 data/sampel) skala interval ............................................... 98
Lampiran 5. Daftar perusahaan (136 data/sampel) skala rasio .................................................... 104
Lampiran 6. Output analisis pengaruh kriteria produk terhadap rentang waktu sertifikasi
(Minitab 15) ............................................................................................................. 110
Lampiran 7. Output analisis pengaruh tahapan proses terhadap rentang waktu sertifikasi
(Minitab 15) ............................................................................................................. 110
Lampiran 8. Perhitungan uji lanjut pengaruh kriteria produk terhadap rentang waktu
sertifikasi (Uji Dunn) ............................................................................................... 111
Lampiran 9. Perhitungan uji lanjut pengaruh tahapan proses terhadap rentang waktu
sertifikasi (Uji Dunn) ............................................................................................... 112
Lampiran 10. Kromatogram standar gula (Fruktosa, Glukosa, Sukrosa) ...................................... 113
Lampiran 11. Contoh kromatogram fruktosa, glukosa, sukrosa perasan anggur........................... 114
Lampiran 12. Contoh kromatogram fruktosa, glukosa, sukrosa perasan apel ............................... 115
Lampiran 13. Contoh kromatogram fruktosa, glukosa, sukrosa perasan kurma ........................... 116
Lampiran 14. Kromatogram standar alkohol................................................................................. 117
Lampiran 15. Contoh kromatogram etanol perasan anggur .......................................................... 118
Lampiran 16. Contoh kromatogram etanol perasan apel ............................................................... 119
Lampiran 17. Contoh kromatogram etanol perasan kurma ........................................................... 120
Lampiran 18. Kromatogram standar asam .................................................................................... 121
Lampiran 19. Contoh kromatogram asam tartarat, sitrat, dan malat perasan anggur .................... 123
Lampiran 20. Contoh kromatogram asam sitrat dan malat perasan apel ....................................... 124
Lampiran 21. Contoh kromatogram asam tartarat, malat, dan asam asetat perasan kurma ........... 125
Lampiran 22. Contoh perhitungan kadar fruktosa, glukosa, dan sukrosa ...................................... 126
Lampiran 23. Contoh perhitungan kadar etanol ............................................................................ 127
Lampiran 24. Contoh perhitungan kadar asam.............................................................................. 128
Lampiran 25. Input uji lanjut Tukey perasan anggur, perasan apel, dan perasan kurma ............... 129
Lampiran 26. Output uji lanjut Tukey perasan anggur .................................................................. 131
Lampiran 27. Output uji lanjut Tukey perasan apel ...................................................................... 133
Lampiran 28. Output uji lanjut Tukey perasan kurma................................................................... 135
Lampiran 29. Alat analisis HPLC ................................................................................................. 137
Lampiran 30. Alat sentrifus ........................................................................................................... 139
Lampiran 31. Sampel perasan buah siap analisis HPLC ............................................................... 140
Lampiran 32. Input dan output model matematika perasan anggur (Mathematica 7.0 for
Students) .................................................................................................................... 141
Lampiran 33. Input dan output model matematika perasan apel (Mathematica 7.0 for
Students) .................................................................................................................... 144
Lampiran 34. Input dan output model matematika perasan kurma (Mathematica 7.0 for
Students) .................................................................................................................... 147
Lampiran 35. Kurva turunan fungsi polinom etanol dan asam perasan anggur ............................ 150
Lampiran 36. Kurva turunan fungsi polinom etanol dan asam perasan apel ................................. 151
Lampiran 37. Kurva turunan fungsi polinom etanol dan asam perasan kurma ............................. 152
Lampiran 38. Perhitungan fraksi gula, etanol, dan asam dengan cara pertama ............................. 153
Lampiran 39. Perhitungan fraksi gula, etanol, dan asam dengan cara kedua ................................ 154
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bagi negara dengan penduduk mayoritas muslim, terdapat salah satu aspek keamanan pangan
yang menjadi perhatian saat ini, yaitu kehalalan. Aspek ini tidak hanya menjadi perhatian serius di
negara-negara muslim, namun juga menjadi perhatian di negara-negara non muslim. Jumlah populasi
muslim merupakan populasi terbesar di dunia, yaitu 1.57 miliar muslim atau 23% dari total populasi
manusia keseluruhan sebesar 6.8 miliar manusia di dunia (The Pew Forum, 2009). Besarnya populasi
muslim menjadi gambaran besarnya konsumen muslim di dunia yang dapat menunjukkan urgensi
kehalalan dalam produk pangan.
Dalam satu dekade terakhir, industri pangan halal dunia berkembang luar biasa pesat.
Diperkirakan nilai pasar kebutuhan pangan umat muslim pada tahun 2009 lalu mencapai US$ 634.6
milyar, atau 16% dari total industri pangan dunia. Pada tahun 2010, angka ini tumbuh menjadi US$
661.6 milyar. Kondisi ini didukung oleh sistem penjamin kehalalan pangan yang berada di setiap
negara. Sebagai bentuk upaya untuk menjamin kehalalan suatu produk pangan, terdapat sebuah
lembaga yang fokus mengkaji kehalalan pangan, obat, dan makanan di Indonesia, yaitu Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Lembaga
ini memberikan status terhadap kehalalan suatu produk pangan, obat, dan kosmetika di Indonesia.
Pangan yang telah memenuhi syarat kehalalan akan memperoleh sertifikat halal. Sertifikat halal
tersebut akan sangat berguna terhadap citra atau mutu keamanan suatu produk pangan di mata
konsumen muslim.
Produktivitas sertifikat halal yang besar tentunya didukung oleh sistem sertifikasi halal yang
diterapkan oleh setiap lembaga terkait. Sistem yang baik dan terevaluasi akan menjadi saran dan
masukan terhadap kemajuan sertifikasi dan sertifikat halal yang dihasilkan. Selain itu, evaluasi
tersebut dapat menjadi gambaran respon konsumen terhadap sistem kehalalan yang diterapkan di
negara tersebut.
Kemajuan aspek kehalalan juga terlihat dari meluasnya berbagai kajian ilmiah mengenai halalharam. Terkait dengan halal-haram, dalam Islam dikenal bahan-bahan yang secara jelas diharamkan
dalam Al-Qur‘an, yaitu babi, khamr, darah, bangkai, sembelihan atas nama selain Allah, hewan buas
bertaring, hewan yang menjijikkan, dan hewan yang hidup di dua alam (Muhammad, 2006). Khamr
merupakan salah satu produk pangan yang sudah dikenal luas keberadaannya. Para ulama pun telah
sepakat akan keharaman khamr, mengingat penyebutannya telah jelas dalam Al-Qur‘an. Khamr
dihasilkan melalui proses fermentasi, yaitu fermentasi alkohol (Ruhamah, 2009). Fermentasi itu
sendiri adalah perubahan gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir, dan kapang (Stanbury 1984).
Senyawa alkohol yang diproduksi pada fermentasi alkohol untuk konsumsi manusia adalah etil
alkohol atau etanol.
Terdapat beberapa kajian ilmiah seputar alkohol dan khamr yang sudah dilakukan di negara
lain. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya penyelarasan implementasi aturan halal-haram dalam Islam
pada kemajuan teknologi yang ada. Selain itu, kajian ilmiah dapat memberikan informasi baru kepada
masyarakat mengenai aspek halal-haram yang seringkali terkendala pada pemahaman masyarakat
yang kurang.
Berdasarkan beberapa kondisi di atas, perlu dilakukan analisis proses sertifikasi halal sebagai
salah satu cara untuk mengevaluasi sistem manajemen halal yang telah dilakukan agar tercipta
perbaikan ke arah yang lebih baik. Di samping itu, aspek kehalalan dirasa perlu dipahami secara
komprehensif oleh masyarakat. Kajian ilmiah dan riset berdasarkan hadis dari Rasulullah mengenai
larangan mengonsumsi perasan buah setelah tiga hari akan dilakukan dalam rangka mengkaji aspek
halal-haram dalam Islam, khususnya mengenai alkohol dalam khamr, serta dapat berguna untuk
memberi pemahaman pada masyarakat terhadap hasil kajian ilmiah dan riset yang mendukung
kebenaran hukum dalam Islam.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pelaksanaan magang di LPPOM MUI dengan topik analisis proses
sertifikasi halal dan kajian ilmiah alkohol sebagai substansi dalam khamr ini terdiri atas tujuan umum
dan tujuan khusus.
Tujuan umum :
1. mengaplikasikan ilmu teknologi pangan yang telah dipelajari di Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan
2. mempelajari Sistem Jaminan Halal dan Sertifikasi Halal yang diterapkan oleh LPPOM-MUI
beserta aplikasinya
Tujuan khusus :
1. menganalisis pengaruh kriteria produk dan tahapan proses terhadap rentang waktu sertifikasi halal
di LPPOM MUI periode Januari-April 2011
2. menganalisis rata-rata waktu sertifikasi halal LPPOM MUI periode Januari-April 2011
3. mempelajari hakikat khamr, alkohol dalam khamr, dan pengharamannya
4. mengkaji secara ilmiah hadist tentang larangan mengonsumsi perasan buah lebih dari tiga hari
melalui simulasi fermentasi perasan buah
5. menganalisis profil fermentasi dari aspek biokimia dan fisiologi
6. menganalisis senyawa penciri hasil fermentasi secara statistik dan membuat model matematika
fermentasi
7. menganalisis rasio fraksi senyawa gula, etanol, dan asam pada perasan buah
8. memberikan rekomendasi terkait hasil analisis terhadap proses sertifikasi halal dan kajian ilmiah
yang dilakukan
2
II. PROFIL INSTANSI
2.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LPPOM MUI
Masalah halal dan haram bagi umat Islam adalah sesuatu yang sangat penting dan menjadi
bagian dari keimanan dan ketakwaan. Perintah untuk mengkonsumsi yang halal dan larangan
menggunakan yang haram sangat jelas dalam tuntunan agama Islam. Oleh karena itu, tuntutan
terhadap produk halal juga semakin gencar disuarakan konsumen muslim, baik di Indonesia maupun
di negara-negara lain. Dalam sejarah perkembangan kehalalan di Indonesia, ada beberapa kasus yang
berkaitan dengan masalah tersebut. Misalnya kasus lemak babi pada tahun 1988. Isu yang berawal
dari kajian Dr. Ir. Tri Susanto dari Universitas Brawijaya Malang ini kemudian berkembang menjadi
isu nasional yang berdampak kepada perekonomian nasional. Menyadari tanggung jawabnya untuk
melindungi masyarakat, maka Majelis Ulama Indonesia mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan,
Obat-obatan, dan Kosmetika atau lebih dikenal sebagai LPPOM MUI. Lembaga ini didirikan sebagai
bagian dari upaya untuk memberikan ketenteraman batin umat, terutama dalam mengkonsumsi
pangan, obat dan penggunaan kosmetika.
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM
MUI) didirikan pada tanggal 6 Januari 1989 dan telah memberikan peranannya dalam menjaga
kehalalan produk-produk yang beredar di masyarakat. Pada awal-awal tahun kelahirannya, LPPOM
MUI berulang kali mengadakan seminar, diskusi–diskusi dengan para pakar, termasuk pakar ilmu
syariah, dan kunjungan–kunjungan yang bersifat studi banding serta muzakarah. Hal ini dilakukan
untuk mempersiapkan diri dalam menentukan standar kehalalan dan prosedur pemeriksaan,
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kaidah agama. Pada awal tahun 1994, barulah
LPPOM MUI mengeluarkan sertifikat halal pertama untuk konsumen maupun produsen, dan sekarang
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Terkait pelaksanaan sertifikat halal, LPPOM MUI melakukan kerjasama dengan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Departemen Agama, Institut Pertanian Bogor (IPB),
Kementrian Pertanian, dan Kementrian Koperasi. Khusus dengan BPOM dan Kementrian Agama,
sertifikat halal MUI merupakan persyaratan dalam penentuan label pada kemasan.
Dalam perjalanannya LPPOM MUI telah mengalami tiga periode kepengurusan. Periode
pertama dipimpin oleh Dr. Ir. M. Amin Aziz yang memegang kepemimpinan LPPOM MUI sejak
berdiri tahun 1989 hingga tahun 1993. Periode kedua adalah kepengurusan di bawah pimpinan Prof.
Dr. Aisjah Girindra, yang memimpin dari tahun 1993 hingga tahun 2006. Periode kepengurusan tahun
2006 hingga tahun 2011 dipegang oleh Dr. Ir. H. M. Nadratuzzaman Hosen. Namun pada Oktober
2009 terjadi pergantian kepengurusan, yakni dengan adanya Pengurus Antar Waktu (PAW). Dalam
keputusan tersebut Ir. Lukmanul Hakim M. Si dipercaya untuk memegang amanah sebagai pimpinan
LPPOM MUI hingga tahun 2010. Pada September 2010 LPPOM MUI kembali melakukan pergantian
kepengurusan dan mempercayakan Ir. Lukmanul Hakim M.Si untuk memimpin LPPOM MUI hingga
tahun 2015.
2.2 VISI DAN MISI LPPOM MUI
Visi dari lembaga ini adalah menjadi lembaga sertifikasi halal terpercaya di Indonesia dan
dunia untuk memberikan ketenteraman bagi umat Islam dan menjadi pusat halal dunia yang
memberikan informasi, solusi dan standar halal yang diakui secara nasional dan internasional. Adapun
misi dari lembaga ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat dan mengembangkan standar sistem pemeriksaan halal.
2. Melakukan sertifikasi halal untuk produk-produk halal yang beredar dan dikonsumsi
masyarakat.
3. Mendidik dan menyadarkan masyarakat untuk senantiasa mengkonsumsi produk halal.
4. Memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai kehalalan produk dari berbagai
aspek.
2.3 RUANG LINGKUP KERJA
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM
MUI) merupakan lembaga teknis dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ruang lingkup usaha dari
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika meliputi sertifikasi halal, pelatihan sistem
jaminan halal, penelitian dan pengkajian ilmiah, sosialisasi dan promosi halal, dan pembinaan
LPPOM daerah. Sertifikasi halal merupakan inti dari lembaga ini.
2.4 ORGANISASI LPPOM MUI
Lembaga ini memiliki perangkat organisasi dalam menjalankan fungsi organisasinya, yaitu: (1)
direktur, (2) wakil direktur, (3) bidang pembinaan LPPOM provinsi, (4) bidang sosialisasi dan
promosi halal, (5) bidang informasi halal, (6) bidang auditing, (7) bidang Sistem Jaminan Halal (SJH),
(8) bidang penelitian dan kajian ilmiah, (9) bidang standar dan pelatihan, (10) bidang organisasi dan
kelembagaan, (11) bidang administrasi sertifikasi, dan (12) bidang manajemen informasi. Saat ini
kepengurusan LPPOM MUI dipimpin oleh Ir. Lukmanul Hakim, M. Si sebagai direktur LPPOM MUI.
Struktur organisasi dan susunan kepengurusan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
Saat ini LPPOM MUI memiliki dua kantor pusat yaitu LPPOM MUI Pusat Jakarta dan
LPPOM MUI Pusat Bogor. Kantor LPPOM MUI Pusat Jakarta berlokasi di Gedung Majelis Ulama
Indonesia yang terletak di Jalan Proklamasi nomor 51, Lantai III, Menteng, Jakarta Pusat. Sementara
itu, kantor LPPOM MUI Pusat Bogor berlokasi di Kampus IPB Branangsiang, Jalan Raya Pajajaran,
Bogor 16144. Hingga saat ini LPPOM MUI telah memiliki 32 LPPOM MUI Provinsi yang tersebar di
wilayah Indonesia.
Seiring dengan perkembangan kebutuhan, tugas-tugas LPPOM MUI mengalami
penyempurnaan, yaitu:
1. Melaksanakan program MUI untuk memeriksa kehalalan makanan, obat-obatan, dan kosmetika
yang beredar, baik produk domestik maupun produk impor.
2. Mengajukan hasil pemeriksaan dan pengkajian secara terperinci kepada Komisi Fatwa MUI
sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan status hukum kehalalan produk.
3. Mengadakan berbagai kegiatan untuk menjalin kerjasama dengan instansi-instansi pemerintah
dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.
4. Membentuk LPPOM MUI Daerah bersama Dewan Pimpinan MUI
4
Gambar 1. Logo Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia
(LPPOM-MUI)
Logo LPPOM MUI yang disepakati adalah logo MUI dengan tulisan ―halal‖ di bagian tengah
(Gambar 1). Logo ini sekaligus menjadi logo halal pada setiap kemasan produk yang telah memiliki
sertifikat halal.
5
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 SERTIFIKASI HALAL
3.1.1 Sertifikat Halal
Sertifikat Halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yang menyatakan kehalalan suatu produk yang merupakan keputusan sidang Komisi Fatwa MUI
berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI. Sertifikat halal merupakan bukti otentik
yang sangat penting dalam menjamin kehalalan suatu produk untuk dapat digunakan atau dikonsumsi.
Proses untuk memperoleh sertifikat halal adalah sertifikasi halal.
Pemberian sertifikat halal bertujuan untuk membantu mengembangkan pelaku KUMKM agar
dapat memperkuat nilai tawar pasar domestik juga mampu bersaing dalam pasar global. Sekarang ini
masyarakat tidak hanya melihat merek dan produk, tapi mereka membutuhkan kepastian kehalalan
suatu produk yang sangat menentukan laku tidaknya produk KUMKM (Hermawan 2010). Pada
prinsipnya sertifikat halal merupakan dokumen hukum yang bersifat kedinasan. Sertifikat halal dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Sertifikat Halal yang dikeluarkan LPPOM MUI
3.1.2 Sistem Jaminan Halal (SJH)
Sistem Jaminan Halal (SJH) adalah suatu perangkat kerja yang tersusun dari komitmen
manajemen, sumber daya, dan prosedur yang saling berhubungan untuk menjamin kehalalan produk
sesuai dengan persyaratan sehingga status kehalalannya konsisten dan berkelanjutan.
Sistem Jaminan Halal merupakan suatu sistem manajemen yang disusun, diterapkan dan
dipelihara oleh perusahaan pemegang sertifikat halal untuk menjaga kesinambungan proses produksi
halal sesuai dengan ketentuan LPPOM MUI. Sistem ini dapat diterapkan pada berbagai jenis industri
seperti industri pangan, obat, kosmetik baik dalam skala besar maupun kecil serta memungkinkan
untuk industri berbasis jasa seperti importir, distributor, transportasi, dan retailer. Tujuan penyusunan
dan penerapan SJH di perusahaan adalah untuk menjaga kesinambungan proses produksi halal,
sehingga produk yang dihasilkan dapat selalu dijamin kehalalannya sesuai dengan ketentuan LPPOM
MUI.
Sistem Jaminan Halal merupakan kerangka kerja yang dipantau terus menerus dan dikaji secara
periodik untuk memberikan arahan yang efektif bagi pelaksanaan kegiatan proses produksi halal. Hal
ini perlu dilakukan mengingat adanya peluang perubahan baik secara internal maupun eksternal.
Sistem Jaminan Halal harus diuraikan secara tertulis dalam bentuk Manual Halal yang secara garis
besar terdiri dari (1) Kendali Dokumen, (2) Pendahuluan (informasi dasar perusahaan, tujuan
penerapan, dan ruang lingkup penerapan), (3) Komponen SJH, (4) Lampiran Manual. Adapun
komponen SJH meliputi :
1. Kebijakan Halal
2. Panduan Halal
3. Organisasi Manajemen Halal
4. Standard Operating Procedures (SOP)
5. Acuan Teknis
6. Sistem Administrasi
7. Sistem Dokumentasi
8. Sosialisasi
9. Pelatihan
10. Komunikasi Internal dan Eksternal
11. Audit Internal
12. Tindakan Perbaikan
13. Kaji Ulang Manajemen
Dalam operasional SJH, terdapat prinsip-prinsip yang ditegakkan. Prinsip-prinsip tersebut
meliputi:
1. Maqoshidu syariah, yaitu Pelaksanaan SJH bagi perusahaan yang memiliki sertifikat halal MUI
mempunyai maksud memelihara kesucian agama, kesucian pikiran, kesucian jiwa, kesucian
keturunan, dan kesucian harta.
2. Jujur, yaitu perusahaan harus jujur menjelaskan semua bahan yang digunakan dan proses produksi
yang dilakukan di perusahaan di dalam Manual SJH serta melakukan operasional produksi halal
sehari-hari berdasarkan apa yang telah ditulis dalam Manual SJH.
3. Kepercayaan, yaitu LPPOM MUI memberikan kepercayaan kepada perusahaan untuk menyusun
sendiri Manual SJH perusahaan berdasarkan kondisi nyata internal perusahaan.
4. Sistematis, yaitu SJH didokumentasikan secara baik dan sistematis dalam bentuk Manual SJH dan
arsip terkait agar bukti-bukti pelaksanaannya di lingkungan perusahaan mudah untuk ditelusuri.
5. Disosialisasikan, yaitu implementasi SJH adalah merupakan tanggung jawab bersama dari tingkat
manajemen puncak sampai dengan karyawan, sehingga SJH harus disosialisasikan dengan baik di
lingkungan perusahaan.
6. Keterlibatan key person, yaitu perusahaan melibatkan personal-personal dalam jajaran manajemen
untuk memelihara pelaksanaan SJH.
7. Komitmen manajemen, yaitu implementasi SJH di perusahaan dapat efektif dilaksanakan jika
didukung penuh oleh top manajement. Manajemen harus menyatakan secara tertulis komitmen
halalnya dalam bentuk kebijakan halal.
8. Pelimpahan wewenang, yaitu manajemen memberikan wewenang proses produksi halalnya kepada
auditor halal internal.
9. Mampu telusur, yaitu setiap pelaksanaan fungsi produksi halal selalu ada bukti dalam bentuk
lembar kerja yang dapat ditelusuri keterkaitannya.
7
10. Absolut, yaitu semua bahan yang digunakan dalam proses produksi halal harus pasti kehalalannya.
SJH tidak mengenal adanya status bahan yang berisiko rendah, menengah, atau tinggi terhadap
kehalalan suatu produk.
11. Spesifik, yaitu dalam manual Sistem Jaminan Halal tercakup komponen-komponen penunjang
Sistem Jaminan Halal, yaitu kebijakan halal, panduan halal, organisasi manajemen halal, Standard
Operating Procedure (SOP), acuan teknis, sistem administrasi, sistem dokumentasi, sosialisasi,
pelatihan, komunikasi eksternal dan internal, audit internal, tindakan perbaikan, dan kaji ulang
manajemen. Melalui proses penerapan Sistem Jaminan Halal diperoleh sertifikat SJH. Sertifikat
SJH adalah pernyataan tertulis dari LPPOM MUI bahwa perusahaan pemegang sertifikat halal
MUI telah mengimplementasikan SJH sesuai dengan ketentuan LPPOM MUI. Sertifikat tersebut
dapat dikeluarkan setelah melalui proses audit SJH sebanyak tiga kali dengan status SJH
dinyatakan baik (A). Sertifikat SJH dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Sertifikat Sistem Jaminan Halal
3.1.3 Sertifikasi Halal
Sertifikasi halal merupakan suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa
tahap untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi, dan SJH memenuhi persyaratan LPPOM
MUI dan diimplementasikan oleh perusahaan sesuai dengan Manual Halal yang telah disepakati oleh
perusahaan tersebut. Sertifikasi halal merupakan bagian inti dari LPPOM dalam lingkup usahanya.
Sertifikasi halal bertujuan untuk memberikan kepastian kehalalan suatu produk, berupa sertifikat
halal, sehingga dapat menentramkan batin konsumen yang mengonsumsinya. Selain itu, bagi
produsen, sertifikasi halal dapat mencegah kesimpangsiuran status kehalalan produk yang dihasilkan.
Lembaga yang berwenang melakukan sertifikasi halal di Indonesia adalah LPPOM MUI. Sertifikasi
dan pencantuman tanda halal hingga saat ini masih bersifat sukarela (tidak harus). Tahapan secara
detil dapat dilihat pada Gambar 4 atau pada Lampiran 3.
3.1.4 Prosedur Sertifikasi Halal
Prosedur sertifikasi halal merupakan kriteria dan tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh
perusahaan yang mengajukan sertifikasi halal (LPPOM MUI, 2010b). Prosedur sertifikasi halal saat
ini sedikit berbeda dari sebelumnya karena adanya beberapa kebijakan baru yang diterapkan oleh
LPPOM MUI. Prosedur sertifikasi halal meliputi:
8
1.
Kriteria Pendaftaran
a. Industri Pengolahan
1) Produsen harus mendaftarkan seluruh produk yang diproduksi di lokasi yang sama
dan/atau memiliki merek/brand yang sama.
2) Produsen harus mendaftarkan seluruh lokasi produksi termasuk maklon dan pabrik
pengemasan.
3) Ketetentuan untuk tempat maklon harus dilakukan di perusahaan yang sudah
mempunyai produk bersertifikasi halal atau bersedia disertifikasi halal.
b. Restoran dan Katering
1) Restoran dan katering harus mendaftarkan semua menu yang dijual, termasuk produkproduk titipan, kue ulang tahun serta menu musiman.
2) Restoran dan katering harus mendaftarkan semua gerai, dapur, serta gudang.
c. Rumah Potong Hewan (RPH)
1) Produsen harus mendaftarkan semua tempat penyembelihan yang berada dalam satu
perusahaan yang sama.
2) Harus mempekerjakan jagal yang beragama Islam dan terlatih dalam proses
penyembelihan sesuai dengan syariat Islam (memiliki sertifikat penyembelih).
3) Lokasi penyembelihan jauh dari tempat peternakan dan pemotongan babi.
4) Menerapkan standar pelaksanaan penyembelihan sesuai dengan syariat Islam.
2. Persyaratan Dasar
a. Persyaratan Dokumen Bahan (daftar bahan beserta lampiran sertifikat halal, alur proses,
spesifikasi teknis, pernyataan pork free facilities untuk bahan impor kritis, dan matriks
bahan).
b. Persyaratan Dokumen Proses berupa diagram alir proses produk yang didaftarkan.
c. Persyaratan Dokumen Fasilitas/Sarana dan Prasarana Produksi (pernyataan pork free
facilities untuk produk yang akan disertifikasi).
d. Persyaratan Dokumen Produk (nama produk tidak berasosiasi dengan produk haram).
e. Persyaratan Manual Sistem Jaminan Halal dan bukti implementasi Sistem Jaminan Halal.
f. Perusahaan memiliki Auditor Halal Internal (AHI) dalam organisasi manajemen halal.
3. Kriteria Audit
a. Telah melengkapi semua dokumen halal untuk seluruh bahan yang digunakan.
b. Telah memiliki Manual Sistem Jaminan Halal perusahaan.
c. Telah menerapkan Sistem Jaminan Halal dengan status implementasi minimal ―B‖.
d. Telah menandatangani akad sertifikasi dan melunasi biaya yang telah disepakati.
4. Tahapan Proses Sertifikasi Halal
Secara umum proses sertifikasi halal dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu: (1) persiapan
pengajuan sertifikasi halal, (2) pendaftaran sertifikasi halal, (3) audit Sistem Jaminan Halal, (4)
evaluasi rapat auditor, dan (5) penentuan status produk (kehalalan) oleh Sidang Fatwa MUI. Tahapan
proses sertifikasi halal dapat dilihat pada Gambar 3 yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Perusahaan mempersiapkan hal-hal, sebelum pengajuan sertifikasi halal, yang meliputi :
1. Produsen menyiapkan suatu Sistem Jaminan Halal (Halal Assurance System).
2. Sistem Jaminan Halal tersebut harus didokumentasikan secara jelas dan rinci serta
merupakan bagian dari kebijakan manajemen perusahaan.
3. Dalam pelaksanaannya, Sistem Jaminan Halal ini diuraikan dalam bentuk panduan halal
(Manual Halal). Tujuan membuat panduan halal adalah untuk memberikan uraian sistem
9
b.
c.
d.
e.
f.
manajemen halal yang dijalankan produsen. Selain itu, panduan halal ini dapat berfungsi
sebagai rujukan tetap dalam melaksanakan dan memelihara kehalalan produk tersebut.
4. Produsen menyiapkan prosedur baku pelaksanaan (Standard Operating Procedure) untuk
mengawasi setiap proses yang kritis agar kehalalan produknya dapat terjamin.
5. Baik panduan halal maupun prosedur baku pelaksanaan yang disiapkan harus
disosialisasikan dan diuji coba di lingkungan produsen, sehingga seluruh jajaran dari mulai
direksi hingga karyawan memahami tata cara memproduksi produk yang halal dan baik.
6. Produsen melakukan pemeriksaan internal (audit internal) serta mengevaluasi kesesuaian
Sistem Jaminan Halal yang dilakukan untuk menjamin kehalalan produk.
7. Perusahaan harus mengangkat minimum seorang Auditor Halal Internal (AHI) yang
beragama Islam dan berasal dari bagian yang terkait dengan produksi halal.
Pendaftaran sertifikasi halal dapat dilakukan di tiga tempat, yaitu (1) BPOM, (2) LPPOM MUI
pusat, (3) LPPOM MUI provinsi. Pendaftaran melalui BPOM dilakukan untuk produk yang
membutuhkan pencantuman label halal pada kemasannya dan dijual secara langsung untuk
konsumsi masyarakat (industri pengolahan yang menghasilkan produk retail). Pendaftaran
melalui LPPOM MUI pusat dilakukan oleh industri pengolahan dan restoran yang memiliki
jangkauan pemasaran atau outlet lebih dari satu provinsi. Sementara itu, pendaftaran melalui
LPPOM MUI provinsi dilakukan untuk industri pengolahan yang termasuk dalam kelompok
AMDK, bleaching earth, dan karbon aktif serta restoran atau catering yang memiliki jangkauan
pemasaran atau outlet hanya pada provinsi tersebut (pemasaran bersifat lokal) berikut Rumah
Potong Hewan (RPH) di daerahnya. Pendaftaran ini berlaku untuk perusahan lokal atau nasional,
baik yang memiliki pabrik sendiri maupun yang memproduksi produknya secara maklon. Selain
itu, pendaftaran ini juga berlaku bagi perusahaan multinasional yang memasarkan produknya di
Indonesia.
Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal bagi produknya, harus mengisi
berkas pendaftaran yang telah disediakan. Berkas pendaftaran meliputi form pendaftaran,
matriks bahan, dokumen pendukung, dan dokumen SJH (Manual Halal)
Berkas yang sudah diisi dan dilengkapi beserta dokumen pendukungnya dikembalikan ke
sekretariat LPPOM MUI untuk diperiksa kelengkapannya. Proses ini disebut penilaian pra audit
(on desk appraisal). Apabila berkas yang dibutuhkan belum memadai, perusahaan harus
melengkapi sesuai ketentuan. Hal ini akan diberitahukan oleh LPPOM MUI melalui pra audit
memorandum yang diberikan pada perusahaan. Pra audit memorandum adalah surat atau alat
komunikasi yang diberikan oleh LPPOM MUI untuk memberitahukan kepada perusahaan yang
mendaftar mengenai ketidaklengkapan berkasnya.
Apabila kelengkapan berkas sudah terpenuhi dan akad telah dilakukan, LPPOM MUI akan
memberitahukan perusahaan mengenai jadwal audit. Tim auditor LPPOM MUI akan melakukan
pemeriksaan atau audit ke lokasi produsen (on site audit). Pada saat audit, perusahaan harus
dalam keadaan memproduksi produk yang disertifikasi. Audit dilakukan pada seluruh fasilitas
yang terkait dengan produk yang akan disertifikasi.
Hasil pemeriksaan atau audit dan hasil laboratrium (bila diperlukan) dievaluasi dalam Rapat
Auditor LPPOM MUI. Hasil audit yang belum memenuhi persyaratan akan diberitahukan
kepada perusahaan melalui audit memorandum. Audit memorandum adalah surat atau alat
komunikasi antara LPPOM MUI dengan pihak perusahaan/industri yang diaudit untuk
mengomunikasikan hasil audit. Jika telah memenuhi persyaratan, auditor akan membuat laporan
hasil audit guna diajukan pada Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya.
10
Gambar 4. Diagram alir proses sertifikasi halal
g.
h.
i.
j.
Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak hasil audit jika dianggap belum memenuhi semua
persyaratan yang telah ditentukan, dan hasilnya akan disampaikan kepada produsen pemohon
sertifikasi halal.
Sertifikat halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah ditetapkan status kehalalannya
dan status implementasi SJH oleh Komisi Fatwa MUI
Sertifikat halal dan status implementasi SJH berlaku selama dua tahun sejak tanggal penetapan
fatwa.
Tiga bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berakhir, produsen harus mengajukan
perpanjangan sertifikat halal sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan LPPOM MUI.
11
3.1.5 Kebijakan Baru LPPOM MUI
Salah satu upaya dalam meningkatkan kredibilitas, pihak LPPOM MUI menerapkan beberapa
kebijakan baru dalam proses sertifikasi. Kebijakan tersebut disosialisasikan mulai tanggal 6 Januari
2011. Beberapa kebijakan baru LPPOM MUI dalam proses sertifikasi halal diantaranya:
1. Mempertegas kebijakan Sistem Jaminana Halal (SJH) sebagai prasyarat sertifikasi halal untuk
semua kategori perusahaan dan pendaftaran.
Pada awalnya, bukti implementasi Sistem Jaminan Halal di perusahaan, diserahkan kepada
LPPOM MUI paling lambat enam bulan setelah terbitnya sertifikat halal. Selain itu, pada saat
pendaftaran, perusahaan hanya menyerahkan Manual Sistem Jaminan Halal Minimum yang
berisi klausul kebijakan halal, struktur manajemen halal, dan ruang lingkup penerapan SJH.
Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh pihak LPPOM MUI, tidak sedikit dari perusahaan
yang lupa ataupun tidak menyerahkan implementasi Sistem Jaminan Halal.
Sistem Jaminan Halal sangat berperan penting untuk menjamin kontinuitas kehalalan suatu
produk setelah mendapatkan sertifikat halal. Selain itu, Sistem Jaminan Halal menjadi
pertanggungjawaban perusahaan dalam memproduksi produk secara halal. Oleh karena itu, pihak
LPPOM MUI mensyaratkan kepada perusahaan yang akan mengajukan sertifikasi halal untuk
menyusun Manual Sistem Jaminan Halal berdasarkan kategori perusahaan beserta bukti
implementasinya. Selain itu, perusahaan akan mendapatkan sertifikat halal, jika status
implementasi Sistem Jaminan Halal bernilai minimun ―B‖. Audit sertifikasi halal sudah
mencakup audit implementasi Sistem Jaminan Halal. Manual Halal disesuaikan dengan kategori
produk dan bahan kritis yang digunakan serta kemamputelusurannya.
2. Pembayaran biaya sertifikasi halal dilakukan pada saat pendaftaran. Biaya sertifikasi ini belum
termasuk biaya transportasi dan akomodasi untuk para auditor.
Sebelumnya, biaya sertifikasi halal dibebankan pada perusahaan apabila perusahaan telah
menerima sertifikat halal. Berdasarkan hal itu, tidak sedikit perusahaan yang lupa atau tidak
memenuhi kewajiban tersebut padahal proses sertifikasi telah berjalan dan sertifikat halal telah
diterima. Selain itu, ada beberapa perusahaan yang tidak mengambil sertifikat halal yang telah
diterbitkan LPPOM MUI, sementara itu pembiayaan selama proses sertifikasi halal telah
dilakukan oleh LPPOM MUI.
Kebijakan baru ini dibuat tidak semata-mata untuk mencari keuntungan, akan tetapi lebih
kepada kesungguhan pihak perusahaan dalam menjalani setiap tahapan selama proses sertifikasi
halal. Oleh karena itu, diharapkan pihak perusahaan dapat bekerja sama dengan baik dengan
LPPOM MUI pada saat proses sertifikasi halal. Jika perusahaan belum melunasi biaya yang telah
disepakati, maka audit sertifikasi tidak dapat dijadwalkan.
3. Menetapkan masa berlaku status Sistem Jaminan Halal sama dengan Sertifikat Halal yaitu dua
tahun. Selain itu, menetapkan masa berlaku Sertifikat Sistem Jaminan Halal selama empat tahun.
Sebelumnya, masa berlaku status Sistem Jaminan Halal adalah selama satu tahun. Hal ini
dilakukan untuk menyesuaikan masa berlaku status Sistem Jaminan Halal dengan Sertifikat
Halal. Pada saat perpanjangan Sertifikat Halal, perusahaan masih memiliki status Sistem
Jaminan Halal bersamaan dengan audit perpanjangan Sertifikat Halal, sehingga perusahaan akan
memperoleh status baru dengan masa berlaku yang sama dengan Sertifikat Halal.
4. Kegiatan audit akan lebih melibatkan auditor nasional yang ada di LPPOM provinsi. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan prima kepada produsen yang menghendaki sertifikasi
halal. Saat ini LPPOM MUI terus berusaha meningkatkan jumlah dan kompetensi auditor.
Jumlah auditor saat ini terdiri atas 415 orang tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu, termasuk
ahli pangan, ahli kimia, dan ahli syariah dan tersebar di LPPOM pusat dan provinsi.
12
Selain itu, terdapat beberapa kebijakan terbaru LPPOM MUI di bidang (1) Organisasi dan
Kelembagaan LPPOM, (2) Standar dan pelatihan, (3) Pelatihan dan Kajian Ilmiah. Kebijakankebijakan tersebut antara lain:
a. Membina hubungan dan komunikasi strategis dengan seluruh pemangku kepentingan LPPOM
MUI, baik dengan pemerintah, asosiasi industri, perusahaan, maupun masyarakat.
b. Setiap produk yang dinyatakan halal dan beredar di Indonesia harus mengikuti standar halal dari
Majelis Ulama Indonesia.
c. Rujukan standar halal adalah hasil-hasil fatwa dari Komisi Fatwa MUI, hasil telaah ilmiah
(scientific judgement), dan kultur budaya Indonesia.
d. Standar halal MUI yang telah disusun oleh LPPOM MUI diharapkan segera disahkan oleh
pemerintah sebagai Standar Halal Indonesia.
e. Standar Halal Indonesia menjadi rujukan setiap stakeholder kehalalan di Indonesia bahkan di
dunia internasional.
f.
Penyelenggaraan jasa pelatihan dan konsultasi dalam rangka membantu perusahaan
mendapatkan Sertifikat Halal dari MUI.
g. Perusahaan baru wajib mengikuti penjelasan selama persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
dilaksanakan audit lapangan.
h. Kewajiban perusahaan setelah menerima sertifikat halal adalah:
1) Mengikuti tentang pelatihan Sistem Jaminan Halal setidaknya minimal sekali dalam dua
tahun bagi organisasi Manajemen Halal Perusahaan.
2) Menandatangani Surat Perjanjian untuk tetap konsisten menggunakan bahan yang ada dalam
Matrik Bahan.
3) Matrik Bahan didokumentasikan sebagai lampiran dalam Surat Perjanjian antara perusahaan
kepada LPPOM MUI.
4) Apabila perusahaan berencana melakukan perubahan baik mengganti atau menambah bahan,
maka setiap perubahan bahan wajib dilaporkan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam
proses produksi atau trial produksi.
i.
Melakukan pengujian produk/material paling lama tiga hari setelah penerimaan sampel.
j.
Mengeluarkan surat persetujuan penggunaan bahan paling lama tiga hari setelah surat
persetujuan bahan dan data pendukung diterima oleh perusahaan.
3.2 KHAMR DALAM ISLAM
3.2.1 Definisi dan Pendapat Seputar Khamr
Kata khamr secara jelas tersebut di dalam Al-Qur‘an dan merupakan minuman yang
diharamkan dalam Islam. Namun, masyarakat perlu mengetahui apa definisi dari khamr itu sendiri.
Hal ini dikarenakan teknologi pengolahan minuman saat ini sudah semakin maju dan berkembang,
baik dari segi bahan baku, pengolahan, dan pengemasan, sehingga dapat mengaburkan pandangan dan
definisi mengenai khamr. Oleh karena itu, pendapat dari beberapa ulama mengenai khamr akan
disajikan guna memberikan wawasan seluas-luasnya mengenai berbagai definisi khamr.
Menurut Basith (2006), khamr diambil dari kata khamara dalam bahasa Arab, yang berarti
‗menutupi‘. Menurut pengertian urfi pada masa itu, khamr adalah apa yang bisa menutupi akal yang
terbuat dari perasan anggur. Sedangkan dalam pengertian syara', khamr tidak terbatas pada perasan
anggur saja, tetapi semua minuman yang memabukkan. Pengertian ini diambil berdasarkan beberapa
hadits Nabi SAW, diantaranya adalah hadits dari Nu'man bin Basyir bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya dari biji gandum itu terbuat khamr, dari jewawut itu terbuat khamr, dari
13
kismis terbuat khamr, dari kurma terbuat khamr, dan dari madu terbuat khamr” (HR Jama'ah, kecuali
An Nasa'i). Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW juga bersabda: ―Setiap yang memabukkan itu khamr,
dan setiap khamr itu haram” (HR Muslim dan Daruquthni).
Ulama kontemporer menyimpulkan makna khamr adalah setiap yang memabukkan, baik dalam
pengertian etimologi dan terminologi, dari jenis apa saja, baik berupa minuman maupun makanan,
baik dengan cara dihirup, disuntik, maupun dengan cara lainnya. Mengenai khamr, para ulama
berbeda pendapat tentang istilah khamr.
Pendapat para ulama mengenai khamr terbagi ke dalam pendapat yang ketat dalam hal
mengacu konteks Al Quran, pendapat yang moderat, dan pendapat yang longgar. Pendapat yang ketat
dalam hal mengacu konteks Al Quran menyebutkan bahwa khamr hanya terbatas pada perasan anggur
saja. Ulama yang berpendapat untuk hal ini terdiri dari ulama Hanafiyah dan Syafi‘iyah. Pendapat
yang moderat dalam hal mengacu konteks Al Quran menyebutkan bahwa khamr tidak terbatas pada
anggur saja, melainkan setiap minuman yang memabukkan, baik mentah maupun matang (dimasak).
Ulama yang berpendapat ketat hal ini terdiri dari ulama Malikiyah, sebagian Syafi‘iyah, dan
Hanabilah. Pendapat yang longgar dalam hal mengacu konteks Al Quran mengenai khamr
memberikan pendapat bahwa istilah khamr mencakup semua hal yang memabukkan, baik berasal dari
perasan anggur atau bahan-bahan lainnya, baik berupa zat cair atau zat padat.
Namun, terdapat pendapat yang kuat tentang khamr yaitu madzhab ulama moderat yang
berpendapat bahwa khamr terbatas pada minuman yang memabukkan saja, atau zat cair saja, baik
perasan anggur maupun bahan lain. Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia mengenai khamr adalah
setiap minuman yang memabukkan, baik dari anggur atau yang lainnya, baik dimasak ataupun tidak
(MUI, 2010).
3.2.2 Alur Pengharaman Khamr
Sebagai salah satu pangan yang diharamkan dalam Islam, khamr memiliki alur pengharaman
yang terdiri atas beberapa tahapan. Alur pengharaman khamr diawali dengan turunnya surat An-Nahl
ayat 67, ―Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rizki yang
baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi
orang-orang yang memikirkan.” Ayat Al Quran tersebut mengisyaratakan bahwa kebiasaan bangsa
Arab meminum minuman keras yang terbuat dari perasan anggur dan kurma memberikan efek negatif,
yaitu memabukkan.
Kemudian Umar bin Khattab berdoa memohon penjelasan dari Allah mengenai khamr
sehingga turunlah ayat 219 surat Al Baqarah, ―Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi;
katakanlah: “Pada yang demikian itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya…” Ayat ini menjelaskan bahwa pada khamr (dan
judi) terdapat dosa besar dan manfaat, namun dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Kemudian
setelah itu turun kembali ayat 43 surat An Nisaa, ―Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” Ayat
ini baru merupakan larangan mengerjakan shalat jika dalam keadaan mabuk. Akhirnya turunlah ayat
90-91 surat Al-Maaidah, ―Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
setan.maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya
setan itu hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (Basyir, 1994)
14
Pengharaman khamr melalui beberapa tahapan yang diawali dengan penjelasan bahwa dalam
minuman keras, yang biasa dibuat oleh bangsa Arab, memiliki dampak negatif, yaitu memabukkan.
Kemudian dilanjutkan dengan turunnya ayat yang menjelaskan bahwa dalam khamr terdapat dosa
yang lebih besar daripada manfaatnya. Lalu larangan untuk mengerjakan solat dalam kondisi mabuk.
Kemudian alur pengharaman ditutup dengan perintah dari Allah untuk menjauhi dan berhenti dari
meminum khamr. Oleh karena itu, hukum mengonsumsi khamr adalah haram dalam Islam. Mengenai
hal tersebut juga ditegaskan melalui hadist dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: ―Setiap yang
memabukkan itu khamr, dan setiap khamr itu haram” (HR Muslim dan Daruquthni).
3.2.3 Pengidentikan Khamr dengan Alkohol
Dalam memandang khamr dan alkohol, masyarakat seringkali salah dan cenderung
mengidentikkan khamr dengan alkohol. Masyarakat seringkali menyebutkan bahwa khamr adalah
alkohol dan begitu pula sebaliknya. Pada kenyataannya, kedua benda ini memiliki pengertiannya
masing-masing. Jika ditinjau dari segi istilah, terdapat kesalahan dalam penerjemahan istilah khamr
(bahasa Arab) menjadi alcohol (bahasa Inggris). Berdasarkan definisinya, kedua benda ini sangat
berbeda. Khamr adalah setiap yang memabukkan, baik dalam pengertian etimologi dan terminologi,
dari jenis apa saja, baik berupa minuman maupun makanan, baik dengan cara dihirup, disuntik,
maupun dengan cara lainnya (Yaqub, 2009).
Mengenai pengertian khamr ini, meskipun para ulama berbeda pendapat, namun secara
keseluruhan mengerucut pada dampaknya, yaitu memabukkan. Istilah khamr berdasarkan fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah setiap minuman yang memabukkan, baik dari anggur atau
yang lainnya, baik dimasak ataupun tidak. Pengertian alkohol jika dilihat dari perspektif kimia, lebih
dari sekedar etanol (Hashim, 2010). Alkohol merupakan suatu senyawa organik yang mengandung
gugus hidroksil (-OH) sebagai gugus fungsionalnya (Arsyat, 2001). Alkohol merupakan cairan yang
tidak berwarna, jernih, mudah menguap, mudah terbakar dengan nyala biru yang tidak berasap, rasa
panas membakar. Proses untuk memperoleh alkohol terdiri dari dua cara, yaitu secara sintesis (reaksi
kimia elementer) dan secara fermentasi (aktivitas mikroba). Senyawa alkohol hasil dari proses
fermentasi yang terdapat pada minuman adalah etanol (Mardoni et al., 2007). Etanol merupakan
senyawa penyusun minuman beralkohol. Etanol atau etil alkohol adalah jenis alkohol yang paling
populer dan digunakan dalam berbagai industri, terutama industri minuman (Darwis, 1994).
Komponen yang menyebabkan mabuk pada khamr yang hingga saat ini diketahui adalah salah satu
komponen alkohol yang terdapat pada minuman, yaitu etanol. Berdasarkan definisi masing-masing,
maka dapat disimpulkan bahwa khamr tidaklah sama dengan alkohol atau dapat dikatakan khamr
tidak identik dengan alkohol. Alkohol tidak serta merta merupakan khamr meskipun senyawa yang
menyebabkan kemabukan dalam khamr adalah salah satu jenis alkohol, yaitu etanol.
3.2.4 Nabidz dan Hadist Acuan
Menurut hasil Muzakarah Nasional LPPOM MUI nabidz merupakan jenis minuman keras yang
diharamkan. Muskir, yang dikenal dengan istilah nabidz, adalah minuman memabukkan yang terbuat
bukan dari perasan buah anggur. Atas dasar ijma’, meminum muskir (nabidz) pada kadar yang
memabukkan hukumnya adalah haram (Hosen,1994).
Dalam hadist disebutkan, Ibnu Abbas mengatakan bahwa nabidz (perasan buah) dipersiapkan
untuk Rasulullah pada suatu malam. Kemudian Rasulullah masih meminumnya pada pagi harinya dan
malam harinya, dan pada hari berikutnya hingga malam harinya, dan pada hari berikutnya sampai sore
harinya. Jika masih ada yang tersisa, maka Rasulullah memberikannya pada pelayan atau menyuruh
membuangnya (HR Muslim, 4971-4974). Dalam hadist lain disebutkan, “Rasulullah Saw bersabda,
15
“Minumlah perasan buah selagi ia belum keras. Sahabat-sahabat bertanya, “Berapa lama ia menjadi
keras?” “Dalam tiga hari”, jawab Nabi. (HR Imam Ahmad).
Hadis di atas adalah shahih. Imam Nawawi berkata bahwa hadis tersebut menunjukkan atas
dibolehkannya membuat nabidz dan boleh meminumnya selagi manis, aroma dan rasanya tidak
berubah, dan tidak menghilangkan akal. Minuman ini berdasarkan ijma’ ulama adalah halal. Adapun
sikap Nabi yang memberikan minuman itu kepada pelayannya setelah tiga hari atau
menumpahkannya, itu karena beliau tidak yakin bahwa setelah tiga hari berselang, minuman itu tidak
berubah. Sementara Nabi menghindari nabidz itu setelah berselang tiga hari lamanya. Adapun
mengenai Nabi yang mengonsumsi nabidz sebelum tiga hari berselang, maka ini karena minuman
tersebut tidak mengalami perubahan, juga tidak tampak tanda-tanda perubahan (Yaqub, 2009).
Mengenai nabidz, dibedakan antara meminumnya sampai kadar yang memabukkan dengan
kadar yang tidak sampai memabukkan. Jika sampai memabukkan maka merupakan dosa besar dan
menyebabkan peminumnya dijatuhi hukum hadd serta kesaksiannya ditolak. Berdasarkan ijma‘ orang
yang menghalalkannya dinyatakan kafir. Adapun jika tidak sampai kadar memabukkan, terdapat
perbedaan pendapat, yaitu:
1. Menurut Imam Malik, termasuk dosa besar dan menyebabkan peminumnya dijatuhi hukuman
hadd serta tertolak kesaksiannya
2. Menurut Imam Syafi‘i dan sebagian ulama mazhab Maliki, termasuk dosa kecil, tidak
menyebabkan dijatuhi hukuman hadd dan tidak pula ditolak kesaksiannya
3. Menurut Abu Hanifah, tidak berdosa bahkan dibolehkan meminumnya. Oleh karena itu,
peminumnya tidak dijatuhi hukuman hadd dan tidak pula ditolak kesaksiannya. Jika seseorang
tidak mabuk kecuali ketika meminum gelas yang keempat, maka yang diharamkan baginya
hanyalah minuman gelas yang keempat.
4. Sebagian ulama mazhab Hanafi mensyaratan kebolehan meminum nabidz yang tidak sampai
pada kadar memabukkan itu jika untuk keperluan dan menambah kekuatan beribadah, bukan
sekedar untuk berfoya-foya (Hosen, 1994).
3.2.5 Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Khamr dan Alkohol
Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia (2010), khamr adalah setiap minuman yang
memabukkan, baik dari anggur atau yang lainnya, baik dimasak ataupun tidak. Alkohol adalah istilah
yang umum untuk senyawa organik apapun yang memiliki gugus fungsional yang disebut gugus
hidroksil
(-OH) yang terikat pada atom karbon. Rumus umum senyawa alkohol tersebut adalah ROH atau Ar-OH di mana R adalah gugus alkil dan Ar adalah gugus aril. Minuman beralkohol
memiliki definisi, yaitu minuman yang mengandung etanol dan senyawa lain diantaranya metanol,
asetaldehida, dan etilasetat yang dibuat secara fermentasi dengan rekayasa dari berbagai jenis bahan
baku nabati yang mengandung karbohidrat atau minuman yang mengandung etanol dan/atau metanol
yang ditambahkan dengan sengaja.
Meminum minuman beralkohol sebagaimana tersebut definisinya di atas hukumnya haram dan
khamr, sebagaimana tersebut definisinya di atas, adalah najis. Alkohol yang berasal dari khamr adalah
najis, sedangkan alkohol yang tidak berasal dari khamr adalah tidak najis. Minuman beralkohol adalah
najis jika alkohol/etanolnya berasal dari khamr dan minuman beralkohol adalah tidak najis jika
alkohol/etanolnya berasal dari bukan khamr. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri khamr untuk
produk makanan, minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya haram. Penggunaan
alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil sintesis kimiawi [dari petrokimia]
ataupun hasil industri fermentasi non khamr) untuk proses produksi produk makanan, minuman,
16
kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya adalah mubah jika secara medis tidak membahayakan dan
menjadi haram jika secara medis membahayakan.
3.3 FERMENTASI
3.3.1 Definisi Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu bentuk pengolahan yang telah banyak diaplikasikan di berbagai
belahan dunia. Bahkan fermentasi telah berkembang menjadi sebuah teknologi. Teknologi fermentasi
adalah ilmu yang dianggap sangat tua. Hal ini karena seperti pembuatan alkohol atau bir dengan cara
fermentasi telah dilakukan orang sekitar 6000 tahun sebelum masehi.
Kata ―fermentasi‖
(Fermentation dalam bahasa Inggris) berasal dari kata latin ferfere yang artinya mendidihkan. Ini
dapat dianggap sebagai suatu peninggalan pada waktu ilmu kimia masih sangat muda sehingga
terbentuknya gas dari suatu cairan kimia hanya dibandingkan dengan keadaan seperti air mendidih
atau mulai mendidih. Pada masa itu memang belum diketahui bahwa kejadian tersebut dapat pula
terjadi oleh terbentuknya gas-gas lain dalam cairan, termasuk gas CO2 yang terbentuk oleh proses
fermentasi (Smith 1967).
Secara umum fermentasi merupakan salah satu bentuk respirasi anaerobik (tanpa oksigen).
Pada saat ini fermentasi secara mudahnya dapat diartikan sebagai suatu proses pengolahan pangan
dengan menggunakan jasa mikroorganisme untuk menghasilkan sifat-sifat produk sesuai yang
diharapkan. Menurut Stanbury dan Whitaker (1984) fermentasi dapat didefinisikan sebagai perubahan
gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir, dan kapang. Beberapa contoh perubahan kimia dari
fermentasi meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan karbon
dioksida, dan oksidasi senyawa nitrogen organik. Definisi lain mengenai fermentasi yaitu proses
penguraian karbohidrat oleh khamir menjadi bentuk yang lebih sederhana seperti etanol pada berbagai
keadaan. Hasil akhir menunjukkan 95% glukosa diuraikan menjadi etanol pada fermentasi anaerobik.
Selain itu disebutkan pula Fermentasi adalah proses oksidasi reduksi, dimana donor dan akseptor
elektronnya adalah senyawa organik. Senyawa organik yang biasa digunakan adalah karbohidrat
dalam bentuk glukosa (Rachman 1989).
Gula adalah bahan yang umum digunakan dalam proses fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga
dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum
digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol
lainnya.
Berdasarkan penambahan starter (kultur mikroorganisme), fermentasi dibedakan atas dua jenis,
yakni fermentasi spontan dan fermentasi tidak spontan. Fermentasi spontan, adalah fermentasi bahan
pangan dimana dalam pembuatannya tidak ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk starter atau
ragi, tetapi mikroorganisme yang berperan aktif dalam proses fermentasi berkembang biak secara
spontan karena lingkungan hidupnya dibuat sesuai untuk pertumbuhannya. Fermentasi tidak spontan
adalah fermentasi yang terjadi dalam bahan pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan
mikroorganisme dalam bentuk starter atau ragi, dimana mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan
berkembangbiak secara aktif merubah bahan yang difermentasi menjadi produk yang diinginkan,
contohnya pada pembuatan oncom.
Menurut Afrianti (2004) fermentasi berdasarkan kebutuhan oksigen, dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu fermentasi aerob dan fermentasi anaerob. Fermentasi aerob (proses respirasi) adalah
disimilasi bahan-bahan yang disertai dengan pengambilan oksigen. Bahan energi yang paling banyak
digunakan mikroorganisme untuk tumbuh adalah glukosa. Dengan adanya oksigen maka
17
mikroorganisme dapat mencerna glukosa menghasilkan air, karbondioksida dan sejumlah besar
energi. Contoh: fermentasi asam asetat, asam nitrat, dan sebagainya. Fermentasi anaerob adalah
fermentasi yang tidak membutuhkan adanya oksigen. Beberapa mikroorganisme dapat mencerna
bahan energinya tanpa adanya oksigen. Fermentasi tipe anaerob menghasilkan sejumlah kecil energi,
karbondioksida, air, dan produk akhir metabolik organik lain, seperti asam laktat, asam asetat, dan
etanol serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya (Buckle et.al., 1985).
3.3.2 Fermentasi Alkohol
Fermentasi alkohol merupakan salah satu proses fermentasi gula yang menghasilkan alkohol
sebagai produk akhirnya. Fermentasi ini dilakukan oleh khamir dari genus Saccaromyces. Spesies
yang paling umum terlibat dalam fermentasi ini adalah S. cerevisiae dan S. bayanus (Bisson, 2001).
Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana melalui fermentasi akan
menghasilkan etanol (2C2H5OH). Persamaan reaksi kimia pada proses fermentasi meliputi:
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Dalam proses fermentasi, perubahan glukosa menjadi asam piruvat terjadi melalui jalur
Embden-Meyerhoff atau glikolisis. Kemudian asam piruvat ini akan diubah menjadi asetaldehida dan
akhirnya menjadi etanol dan CO2 (Fardiaz, 1988). Berikut adalah gambar mengenai proses perubahan
glukosa menjadi etanol pada Gambar 4 dan 5.
Menurut Jeffers (2000), proses fermentasi lebih rinci meliputi beberapa tahap. Sukrosa
dihidrolisis untuk menghasilkan monosakarida berupa glukosa dan fruktosa. Maltosa dihidrolisis
menghasilkan dua unit glukosa. Pada kondisi yang lain monosakarida masing-masing dikonversi
menjadi turunan fosfat. Kemudian, melalui serangkaian reaksi, masing-masing monosakarida-fosfat 6
karbon menghasilkan molekul piruvat 3 karbon. Masing-masing piruvat dikonversi melalui fermentasi
dengan kondisi anaerob menjadi etanol dan CO2.
Gambar 5. Proses reaksi glikolisis jalur EMP
18
17
Gambar 6. Proses perubahan asam piruvat menjadi etanol dan karbondioksida
3.3.3 Khamir
Menurut Wanto dan Arif Subagyo dalam Maimuna (2004), khamir merupakan fungi bersel
tunggal sederhana, kebanyakan bersifat saprofitik dan biasanya terdapat dalam tumbuh-tumbuhan
yang mengandung karbohidrat. Khamir dapat diisolasi dari tanah yang berasal dari kebun anggur,
kebun buah-buahan dan biasanya khamir berada di dalam cairan yang mengandung gula, seperti
cairan buah, madu, sirup, dan sebagainya.
Khamir maupun bakteri dapat digunakan untuk memproduksi etanol. Khamir Saccharomyces
cerevisiae var ellipsoides mampu menghasilkan etanol dalam jumlah tinggi (16-18%) pada media
yang sesuai. Khamir lain yang dapat digunakan adalah Schizosaccharomyces sp., S. uvarum, dan
Kluyveromyces sp. Bakteri Zymomonas mobilis diketahui merupakan penghasil etanol yang potensial
(Hartoto, 1992).
Khamir memerlukan media dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Unsur-unsur dasar yang dibutuhkan adalah karbon, hidrogen, oksigen, fosfor,
potasium, zat besi, dan magnesium. Unsur karbon banyak diperoleh dari gula, sedangkan sebagai
sumber nitrogen dapat digunakan amonia, garam amonium, asam amino, peptida, pepton, nitrat atau
urea tergantung dari jenis khamir (Prescott dan Dunn, 1981).
Khamir tumbuh optimum pada suhu 25-30ºC dan maksimum pada suhu 35-47ºC, pH yang
disukai antara 4-5. Batas minimal aw untuk khamir biasa adalah 0.88-0.94 sedangkan khamir
osmofilik dapat tumbuh pada aw yang lebih rendah yaitu sekitar 0.62-0.65, namun banyak juga khamir
osmofilik yang pertumbuhannya pada aw 0.78 seperti pada larutan garam ataupun sirup gula (Frazier
dan Westhoff, 1978). Khamir tumbuh pada kondisi aerobik, tetapi yang bersifat fermentatif dapat
tumbuh secara anaerobik meskipun lambat (Fardiaz, 1992). Khamir mempunyai kemampuan untuk
memecah pangan karbohidrat menjadi alkohol dan karbondioksida. Proses ini diketahui sebagai
fermentasi alkohol yaitu proses anaerob. Khamir mempunyai sekumpulan enzim yang diketahui
sebagai zymase yang berperan pada fermentasi senyawa gula, seperti glukosa menjadi etanol dan
karbondioksida (Irianto, 2006). Pada kondisi anaerob pertumbuhan khamir lambat dan piruvat dari
jalur katabolik dipecah oleh enzim piruvat dekarboksilase menjadi asetaldehid dan karbondioksida
secara reduksi oleh enzim alkohol dehidrogenase. Kebanyakan yeast bersifat tahan terhadap tekanan
osmose tinggi dan biasanya terdapat pada bahan berkadar gula tinggi.
Saccharomyces cerevisiae dapat memfermentasi glukosa, sukrosa, galaktosa, dan rafinosa.
Saccharomyces cerevisiae merupakan top yeast tumbuh cepat dan sangat aktif memfermentasi pada
suhu 20ºC (Frazier dan Westhoff, 1978). Saccharomyces cerevisiae dapat toleran terhadap alkohol
19
17
yang cukup tinggi (12-18% v/v), tahan terhadap kadar gula yang tinggi, dan tetap aktif melakukan
fermentasi pada suhu 4-32ºC (Harisson dan Graham, 1970).
Menurut Hartoto (1992), pada kondisi aerobik atau konsentrasi glukosa tinggi Saccharomyces
cerevisiae tumbuh dengan baik, namun alkohol yang dihasilkan rendah. Akan tetapi, pada kondisi
anaerobik pertumbuhan lambat dan piruvat dari jalur katabolik dipecah oleh enzim piruvat
dekarboksilase menjadi asetaldehid dan karbondiokasida secara reduksi oleh enzim alkohol
dehidrogenase.
3.4 PERTUMBUHAN MIKROBIAL
Pertumbuhan sel merupakan puncak aktivitas fisologis yang saling mempengaruhi secara
beraturan. Proses pertumbuhan ini sangat kompleks mencakup pemasukan nutrien dasar pada
lingkungan ke dalam sel, konversi bahan-bahan nutrien menjadi energi dan berbagai konstituen sel
yang vital serta perkembangbiakan (Moat, 1979). Pertumbuhan mikrobial dapat ditandai dengan
peningkatan jumlah dan massa sel sedangkan kecepatan pertumbuhan tergantung pada lingkungan
fisik dan kimianya (Rehm dan Reed, 1981).
Menurut Fardiaz (1987), laju pertumbuhan terdiri dari enam tahap, yaitu fase adaptasi, fase
pertumbuhan awal, fase pertumbuhan logaritmik, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap
(statis), serta fase menuju kematian dan kematian. Berikut adalah penjelasan setiap fase pertumbuhan:
1. Fase adaptasi
Pada fase ini mikroba menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Lamanya fase
adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Medium dan lingkungan pertumbuhan
Jika lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin
tidak diperlukan waktu adaptasi. Namun, jika nutrien yang tersedia dan kondisi lingkungan
yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa
enzim-enzim
b. Jumlah inokulum
Jumlah sel awal yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi
Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1) kultur
dipindahkan dari media yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nutriennya terbatas, (2)
mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan kompisisi sama seperti
sebelumnya.
2. Fase pertumbuhan awal
Setelah mengalami fase adaptasi, mikroba mulai memebelah dengan kecepatan yang rendah
karena baru mulai menyesuaikan diri.
3. Fase pertumbuhan logaritmik
Pada fase ini mikroba membelah dnegan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik.
Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tepat tumbuhnya seperti
nutrien dan pH, kondisi lingkungan, suhu, dan kelembapan udara. Pada fase ini mikroba
membutuhkan energi lebih banyak daripada fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif
terhadap keadaan lingkungan.
4. Fase pertumbuhan lambat
Pada fase ini pertubuhan populasi mikroba diperlambat karena beberapa sebab, yaitu:
a. Zat-zat nutrisi di dalam medium sudah sangat berkurang
b. Adanya hasil-hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan
mikroba
Pada fase ini jumlah populasi masih naik karena jumlah sel yang tumbuh masih lebih
banyak daripada jumlah sel yang mati.
5. Fase pertumbuhan tetap (statis)
Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah
sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun
20
17
zat-zat nutrisi sidah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi
berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap
keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.
6. Fase menuju kematian dan fase kematian
Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena beberapa sebab,
yaitu:
a. Nutrien di dalam medium sudah habis
b. Energi cadangan di dalam sel habis
Kecepatan kematian tergantung dari kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba.
Menurut Rehm dan Reed (1981) tiga cara pengukuran pertumbuhan mikrobial yang sering
digunakan adalah (1) pengukuran langsung jumlah sel, antara lain dengan pengukuran jumlah sel
hidup menggunakan plate count dan pengukuran langsung di bawah mikroskop, (2) pengukuran
langsung massa sel, antara lain dengan mengukur bobot kering sel dan mengukur derajat kekeruhan
kuktur dengan menggunakan spektrofotometer, dan (3) pengukuran tidak langsung massa sel, antara
lain dengan mengukur konsumsi substrat atau nutrien (misalnya konsumsi sumber karbon, nitrogen,
oksigen, dan sebagainya) dan analisis komposisi sel.
Gambar 7. Kurva pertumbuhan mikroba
3.5 ALKOHOL
3.5.1 Jenis dan Karakeristik Alkohol
Dalam ilmu kimia yang dimaksud alkohol adalah suatu senyawa organik yang mengandung
gugus hidroksil (-OH) sebagai gugus fungsionilnya (Arsyat, N, M., 2001). Proses pembuatan alkohol
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) Cara sintesis yaitu dengan melakukan reaksi kimia
elementer untuk mengubah bahan baku menjadi alkohol. (2) Cara fermentasi yaitu dengan
menggunakan aktivitas mikroba. Mikroba yang berperan dalam pembuatan alkohol adalah ragi yaitu
Saccharomyces cerevisiae (jenis utama) dan beberapa jenis lainnya seperti, Saccharomyces anamesis
(Mardoni, et al., 2007).
Sebagaimana senyawa kimia lainnya, penamaan alkohol menggunakan semi sistematik
IUPAC. Menurut sistem IUPAC, akhiran –a pada nama hidrokarbon diganti dengan akhiran –ol, yang
mencirikan adanya gugus fungsional –OH. Berdasarkan menurut penamaan sistem IUPAC, maka kita
kenal beberapa senyawa alkohol, diantaranya : metanol, etanol (etil alkohol), propanol, 1,2-etanadiol,
gliserol, dan lain-lain. Berikut adalah struktur kimia dan nama lain beberapa jenis alkohol.
Beberapa senyawa alkohol yang secara umum dikenal oleh masyarakat adalah metanol, etanol,
propanol, etilen glikol, dan gliserol. Metanol adalah bentuk alkohol yang paling sederhana dan disebut
21
17
juga alkohol kayu (wood liguar). Di samping itu, metanol dapat pula diproduksi dengan cara
hidrogenasi karbon monoksida (CO) dan seng-oksida (ZnO) dengan katalis Cr2O3 dan pada suhu
300⁰C. Metanol digunakan dalam berbagai keperluan, seperti pelarut untuk pernis, produksi
formaldehida (digunakan dalam plastik, cairan balsam, germisida, dan fungisida), bahan bakar
pesawat jet, campuran antibeku, pelarut, dan denaturasi. Apabila metanol digunakan dalam minuman
sebagai pengganti etanol (etil alkohol) akan membawa kematian karena senyawa ini bersifat racun.
Jika masuk ke dalam tubuh, dihirup atau diserap tubuh, pada awalnya akan mengakibatkan kebutaan
tetap, dan akhirnya penderita akan mengalami kematian (LPPOM, 1994).
Tabel 1. Penamaan alkohol
Formula
Nama Menurut
IUPAC
Nama Populer
CH3OH
C2H5OH
C3H7OH
C3H7OH
C2H4(OH)2
C3H5(OH)3
Metanol
Etanol
1-Propanol
2-propanol
1,2-etanadiol
1,2,3-propanatriol
Metil alkohol
Etil alkohol
n-propilalkohol
Isopropilalkohol
Etilen glikol
Gliserol
Sumber : Jones, et al., 1987
3.5.2 Etanol (etil alkohol)
Etanol (etil alkohol) adalah cairan jernih, tidak berwarna, dengan karakteristik bau yang khas.
Pada larutan yang encer, senyawa ini memiliki sejenis rasa manis, namun pada konsentrasi larutan
yang lebih tinggi senyawa ini memiliki rasa terbakar. Etanol meleleh pada suhu -114,1⁰C, mendidih
pada 78,5⁰C dan memiliki densitas 0,789 g/ml pada suhu 20⁰C. Etanol sudah dibuat sejak jaman
dahulu melalui fermentasi gula. Seluruh minuman yang mengandung senyawa ini dan lebih dari
setengah industri ethanol masih mempergunakan fermentasi gula sebagai prosesnya (Shakhashiri,
2009).
Etanol (etil alkohol) adalah jenis alkohol yang paling popular dan digunakan dalam berbagai
industri (industri minuman). Senyawa ini dapat diproduksi dari setiap bahan yang mengandung
karbohidrat (pati). Bahan baku yang digunakan sangat beragam, seperti biji-bijian, umbi-umbian,
buah-buahan, tanaman palma, dan hasil samping atau limbah hasil pertanian. Industri etanol telah
dikenal cukup lama dan diproduksi secara besar-besaran. Metode yang digunakan terdiri dari proses
fermentasi dan secara sintesis. Kegunaannya disamping untuk minuman beralkohol, digunakan pula
dalam berbagai keperluan, seperti bahan baku untuk senyawa kimia lain (eter, etilen, dan lainnya),
pelarut (zat pewarna, nitrosellulosa, gum dan resin, minyak dan waxes, dan lainnya), bahan bakar, dan
keperluan umum (rumah sakit, laboratorium, rumah tangga, dan lainnya). Penggunaan etanol dalam
kehidupan sehari-hari tidak seberbahaya penggunaan metanol, tetapi akan menyebabkan kematian,
apabila masuk ke dalam tubuh dalam keadaan murni dan dalam jumlah tertentu (LPPOM, 1994).
3.5.3 Mekanisme Narkosis Alkohol pada Tubuh Manusia
Alkohol masuk ke dalam tubuh secara oral melalui mulut. Kemudian alkohol diserap 20% di
dalam lambung dan 80% di dalam usus halus (Cohen, 2011). Di dalam lambung dan usus halus,
alkohol diserap oleh dinding lambung dan dinding usus halus yang kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah. Pembuluh darah mengalirkan darah ke jantung. Kemudian jantung memompa darah
22
17
yang sudah bercampur dengan alkohol ke seluruh tubuh. Alkohol kemudian sampai di otak dan di
hati. Di hati alkohol mengalami proses oksidasi menjadi asetaldehid sedangkan di otak alkohol akan
mengganggu kerja sisem saraf.
Alkohol memiliki kemampuan untuk berikatan secara langsung dengan reseptor untuk asetil
kolin, serotonin, GABA (gamma-aminobutyric acid), dan NMDA (N-Methyl-D-aspartic acid). Salah
satu proses mabuk akibat alkohol dapat dijelaskan melalui ikatan alkohol dengan reseptor GABA
(CIHR, 2011). GABA adalah asam amino yang berperan sebagai neurotransmiter (pesan kimia) pada
sistem saraf pusat. Senyawa ini menghambat transmisi saraf di otak dan menurunkan aktivitas saraf.
GABA dapat menghalangi proses pengiriman impuls pada saraf. Tanpa GABA, sel saraf akan bekerja
aktif dalam intensitas tinggi sehingga mengakibatkan serangan panik, sakit kepala, sindrom
Parkinson, dan gangguan pada kemampuan kognitif. Namun, aktivitas GABA sebaiknya tidak
berlebih (DNC, 2011).
GABA mengurangi aktivitas sel saraf dengan memberi jalan pada ion klorida (Cl) untuk masuk
ke dalam saraf post synaptic melalui saluran ion. Ion ini memiliki efek negatif, yaitu membuat neuron
menjadi kurang peka terhadap rangsangan. Alkohol yang masuk ke otak dapat berikatan langsung
dengan reseptor GABA. Ikatan ini akan menyebabkan saluran ion terbuka lebih lama sehingga jumlah
ion klorida (Cl) yang masuk semakin banyak. Hal ini menyebabkan kemampuan rangsang neuron
semakin berkurang sehingga aktivitas neuron menurun. Penurunan aktivitas ini akan menyebabkan
penyampaian neurotransmiter (pesan kimia) menjadi terhambat. Proses ini menyebabkan gangguan
kerja pada beberapa bagian otak, seperti cerebral cortex, sistem Limbic, cerebellum, hipotalamus serta
kelenjar di bawah otak, dan medulla.
Cerebral cortex merupakan bagian terbesar dalam otak. Korteks berfungsi memproses
informasi yang diperoleh dari indra, melakukan proses berpikir dan kesadaran. Di dalam cerebral
cortex, alkohol dapat menekan pusat pencegahan perilaku yang berakibat seseorang menjadi cerewet
dan lebih percaya diri. Selain itu alkohol juga dapat menurunkan kinerja dalam memproses informasi
dari indra yang berakibat seseorang bermasalah dalam melihat, mendengar, mencium, menyentuh, dan
meraba. Alkohol juga dapat mencegah proses berpikir yang berakibat seseorang tidak dapat berpikir
jernih dan memutuskan sesuatu dengan dengan baik.
Sistem Limbic merupakan bagian otak yang mengontrol emosi dan ingatan. Jika alkohol
menyerang bagian ini, maka seseorang akan menjadi lebih agresif, berlebihan saat marah, dan
kehilangan ingatan. Cerebellum mengoordinasikan pergerakan otot. Otak melakukan rangsangan
untuk memulai pergerakan otot pada pusat motorik dari cerebral cortex dan berjalan melalui medulla
dan spinal cord menuju bagian otot. Selama sinyal saraf melalui medulla, sinyal tersebut dipengaruhi
oleh impuls saraf dari cerebellum. Jika alkohol menyerang cerebellum, maka pergerakan otot menjadi
tidak terkoordinasi dengan baik dan kehilangan keseimbangan.
Hipotalamus merupakan area dalam otak yang mengontrol dan mempengaruhi beberapa fungsi
otomatis otak seperti kerja medulla, mengoordinasikan fungsi endokrin seperti sekresi hormon sex,
tiroid, dan hormon pertumbuhan. Alkohol berperan dalam mempengaruhi perilaku seksual dan
ekskresi urin dalam ginjal. Dalam hal pengaruh ekskresi urin, alkohol mencegah tingkat sirkulasi
ADH (anti-diuretic hormone) sehingga ginjal tidak dapat menyerap ulang (reabsorb) air. Hal ini
menyebabkan ginjal memproduksi lebih banyak urin. Medulla atau batang otak berfungsi mengontrol
atau mempengaruhi seluruh fungsi tubuh yang dikerjakan tanpa disadari, seperti bernapas, denyut
jantung, suhu tubuh, dan lainnya. Alkohol dapat mempengaruhi pusat medulla bagian atas, seperti
formasi retikular, yang menyebabkan seseorang merasa mengantuk bahkan bisa menjadi tidak
sadarkan diri (Freudenrich, 2011).
23
17
Proses di atas merupakan beberapa proses alkohol yang masuk ke dalam tubuh, masuk ke otak
dan mempengaruhi kerja saraf di otak. Hal ini menyebabkan kerja saraf menurun yang tanda-tandanya
dapat dilihat pada orang yang sedang mabuk, seperti pusing, kehilangan kontrol gerak tubuh dan
bicara, kehilangan kontrol emosi dan daya ingat, serta dapat menjadi tidak sadarkan diri.
3.6 ANGGUR
Anggur merupakan tanaman perdu merambat yang termasuk ke dalam keluarga Vitaceae.
Selain untuk minuman, anggur juga dapat digunakan dalam pembuatan jelly, minyak biji anggur, dan
kismis (Prihatman, 2000). Anggur berasal dari Armenia, tetapi budidaya anggur sudah dikembangkan
di Timur Tengah sejak 4000 SM. Namun, teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali
dikembangkan orang Mesir pada 2500 SM. Dari Mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur
masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai Spanyol, Jerman, Prancis dan Austria.
Terdapat beberapa varietas anggur yang ada. Anggur memiliki marga Vitis. Namun, tidak
semua jenis marga ini dapat dimakan. Varietas yang dapat dimakan diantaranya Vitis vinifera dan
Vitis labrusca. Dari kedua jenis ini yang banyak dikembangkan di Indonesia dan direkomendasikan
oleh Kementrian Pertanian sebagai jenis unggul adalah jenis Vitis vinifera. Jenis ini memiliki ciri-ciri
kulit tipis, rasa manis dan segar, dan memiliki kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 300 m
dari permukaan laut beriklim kering (Menegristek, 2010). Secara taksonomi, anggur diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliosida
Ordo
: Vitales
Genus
: Vitis
Spesies
: Vitis vinifera
Anggur dikenal sebagai buah yang memiliki nilai gizi yang sangat baik, terutama kandungan
vitaminnya seperti vitamin C, vitaminB1, vitamin B6, dan mineralnya seperti mangan dan kalium.
Kandungan gizi anggur dapat dilihat pada Tabel 2. Anggur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan
karena mengandung berbagai jenis senyawa metabolit sekunder, terutama golongan flavonoid,
antosianin, dan resveratol (Givens, et al., 2008). Selain itu anggur juga mengandung senyawa
antioksidan yang daya kerjanya lebih kuat daripada vitamin C dan vitamin E (Mangano, 2009).
Tabel 2. Kandungan Gizi Buah Anggur per 100 gram
Komponen Gizi
Konsentrasi
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Total Serat (g)
Total Gula (g)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
Magnesium (mg)
Fosfor (mg)
Kalium (mg)
Natrium (mg)
69
0,72
0,16
18,1
0,9
15,48
10
0,36
7
20
191
2
24
17
Komponen Gizi
Seng (mg)
Tembaga (mg)
Mangan (mg)
Selenium (mg)
Vitamin C (mg)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niacin (mg)
Vitamin B6 (mg)
Total Folat (mg)
Vitamin A (mg)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (mg)
Sumber : Majalah SENIOR, 2007
Konsentrasi
0,07
0,13
0,07
0,1
10,8
0,07
0,07
0,19
0,09
2
66
0,19
14,6
3.7 APEL
Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub
tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Taksonomi dari buah ini
adalah sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rosales
Famili
: Rosaceae
Genus
: Malus
Spesies
: Malus sylvestrisMill (Menegristek, 2010).
Apel dapat hidup subur di daerah yang mempunyai temperatur udara dingin. Tumbuhan ini di
Eropa dibudidayakan terutama di daerah subtropis bagian Utara. Apel lokal di Indonesia yang terkenal
berasal dari daerah Malang, Jawa Timur dan berasal dari daerah Gunung Pangrango, Jawa Barat. Di
Indonesia, apel dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila dibudidayakan pada daerah yang
mempunyai ketinggian sekitar 1200 meter di atas permukaan laut.
Buah yang masih teralu muda mempunyai kandungan gula yang kurang dan hanya sedikit
asam, yang mengakibatkan perbandingan Total Zat Terlarut (TZT) dengan asam tinggi. Dengan
semakin masaknya buah, TZT bertambah (Pantastico, 1989). Kandungan TZT yang terdapat pada apel
seperti fruktosa, glukosa, dan sukrosa, dipadukan dengan rasa asam yang menimbulkan rasa khas pada
apel. Buah apel yang disimpan dalam kamar pendingin dapat tetap segar selama 4 – 8 bulan. Pada
suhu 32⁰F – 33⁰F (0 sampai 6⁰C). Buah apel tidak boleh disimpan bersama-sama dengan bahan-bahan
lain yang mempunyai bau kuat, misalnya bawang, minyak tahan, dan sebagainya, karena buah apel
dapat mengabsorbsi bau. (Soelarsoe, 1998). Kecepatan respirasi buah apel pada penyimpanan suhu
⁰
5 C mencapai 3 mg CO2/kg/hari dan mampu bertahan hingga 12 – 32 minggu, sedangkan pada
penyimpanan 25⁰C kecepatan respirasinya mencapai 30 mg CO2/kg/hari (Tranggono dan Sutardi,
1989).
25
17
3.8 KURMA
Kurma (Phoenix dactylifera = date palm) adalah keluarga palma (palem) yang berasal dari
Jazirah Arab dan Afrika Utara. Buah ini merupakan tumbuhan gurun yang tahan panas, kelembapan
rendah dan udara kering. Namun untuk dapat tumbuh dengan baik, pohon kurma tetap memerlukan
air. Itulah sebabnya kurma tumbuh di oasis atau kawasan yang memperoleh pengairan teknis.
Pohon kurma bernama latin Phoenix dactylifera dan sering disebut date palm. Taksonomi
kurma adalah sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Famili
: Palmae
Genus
: Phoenix
Spesies
: Phoenix dactylifera (Vyawahare, 2009).
Kurma dapat dimakan selagi mentah ataupun matang (Rakhmawan, 2006). Kurma segar
(ruthab) mengandung kadar air dan vitamin yang lebih banyak, tetapi rendah kandungan energi siap
pakainya. Sementara kurma yang kering (tamr) tinggi akan kandungan energi siap pakai, namun
kandungan air dan beberapa vitamin menjadi lebih rendah. Buah kurma merupakan makanan yang
mengandung energi tinggi dengan komposisi yang ideal. Energi yang terkandung dalam buah kurma
adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Energi yang Terkandung dalam 100 gram Kurma
Energi Makanan
Jumlah (kkal)
Total
Karbohidrat
Protein
Lemak
Alkohol
282
270
3,3
8,3
-
Secara umum buah kurma kaya akan kandungan gula, vitamin, dan mineral (Vyawahare,
2009). Kandungan gula buah kurma terdiri atas sukrosa dan gula-gula monosakarida berupa glukosa
dan fruktosa. Kandungan gula, vitamin, dan mineral buah kurma terdapat pada tabel berikut.
Tabel 4. Karbohidrat yang Terkandung dalam 100 gram Kurma
Jenis Karbohidrat
Jumlah (gram)
Sukrosa
Glukosa
Fruktosa
Laktosa
Maltosa
Galaktosa
23,8
19,9
19,5
0,0
0,1
0,0
3.9 KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (HPLC)
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi adalah salah satu jenis kromatografi partisi cairan-cairan.
Keuntungan pemakaian kromatografi partisi dibandingkan dengan kromatografi adsorbsi adalah
26
17
karena daya ulangnya yang lebih baik dan dari data kelarutannya, hasilnya sudah dapat diramalkan.
Koefisien distribusinya konstan dalam jangka konsentrasi yang agak luas, sehingga dapat dihasilkan
puncak yang simetris dan lebih tajam. Kromatografi cairan kinerja tinggi mempunyai keuntungan
pada kemampuannya untuk menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi.
Prinsip kerja HPLC terdiri dari beberapa tahap. Pertama, dengan bantuan pompa fasa gerak
cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Kemudian cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak
dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran karena
perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang
interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat
berinteraksi dengan fasa diam maka solut-solut tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap
komponen campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram. Kromatogram HPLC menggambarkan jumlah peak dan luas peak, dimana jumlah peak
menyatakan jumlah komponen sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran (Hendayana, 2006).
Proses partisi dari kromatografi sangat peka terhadap perbedaan berat molekul dan polaritas
solut. HPLC dapat melakukan pemisahan komponen jika komponen-komponen tersebut mempunyai
berat molekul dan polaritas yang berbeda-beda. Pemisahan tersebut dilakukan di dalam kolom
berdasarkan atas waktu retensi relatif dari masing-masing komponen. Analisa dengan teknik HPLC
sangat kritis terhadap perubahan kondisi kerja, sehingga apabila akan melakukan analisa sejumlah
besar sampel dianjurkan untuk melakukan preparasi seluruh sampelnya, pencucian dan stabilisasi
kolom, dan baru dilakukan analisa secara sinambungan seluruh sampelnya. Cara ini dapat lebih
menjamin kondisi analisa yang relatif konstan (Sudarmaji, et.al., 1997).
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kuantitatif dan sekaligus kualitatif. Untuk analisa
kualitatif dengan membandingkan kromatogram sampel dengan kromatogram baku pembanding
berdasarkan waktu retensinya sedangkan untuk analisa kuatitatif dapat rumus penghitungan senyawa,
sebagai berikut (Masruri, 2009):
Cx = Ax / Ap X Cp
Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
Cp = Konsentrasi standar
Ax = Peak area sampel
Ap = Peak area standar
3.10 METODE KRUSKAL WALLIS (Daniel, 1990)
Uji Kruskal Wallis (Kruskal-Wallis one-way analysis of variance by ranks) adalah teknik
statistika nonparametrik untuk menguji hipotesis awal bahwa beberapa contoh berasal dari populasi
yang sama/identik. Metode ini memiliki beberapa asumsi, diantaranya data terdiri dari contoh acak X 1,
X2,..., Xn yang berasal dari populasi 1, median Mx, dan contoh acak Y1, Y2,...., Yn dari populasi 2
dengan median My (nilai Mx dan My tidak diketahui), kedua contoh saling bebas, peubah acak bersifat
kontinyu, skala pengukuran minimal ordinal, fungsi sebaran dari kedua populasi hanya dipisahkan
oleh lokasi parameter.
Kruskal Wallis test—disebut juga H test—adalah suatu prosedur alternatif dari one-way
ANOVA. Uji ini digunakan jika asumsi ANOVA tidak terpenuhi atau data yang dimiliki tidak
menyebar normal. Statistik uji Kruskal Wallis menggunakan nilai distribusi chi-kuadrat dengan
27
17
derajat bebas adalah k-1 dengan jumlah sampel harus lebih dari 5. Jika nilai uji Kruskal Wallis lebih
kecil daripada nilai chi-kuadrat tabel, maka hipotesis null (H0) diterima, yaitu berarti sampel berasal
dari populasi yang sama, demikian pula sebaliknya. Rumus yang digunakan persamaan adalah :
atau
Ketika uji Kruskal Wallis memberikan penolakan terhadap H0, yang artinya terdapat minimal
sepasang perlakuan yang mempunyai pengaruh berbeda terhadap respon atau ada data contoh yang
memiliki median yang berbeda, dapat dilakukan pengujian lanjut untuk mengetahui letak perbedaan
tersebut. Oleh karena itu diperlukan prosedur perbandingan berganda yang konsisten untuk dapat
digunakan bersama dengan uji Kruskal Wallis. Uji lanjut yang digunakan adalah Uji Dunn. Uji ini
memiliki berbagai rumus. Pada kondisi data yang memiliki pengulangan data, maka rumus yang
digunakan untuk kesimpulan tolak H0 atau terima H1 adalah :
dimana :
dan
t
N
K
ni dan nj
= rata-rata peringkat untuk contoh/perlakuan ke –i dan ke-j
= banyaknya ties
= n1 + n2 + ...... + nn
= jumlah perlakuan
= jumlah data pada perlakuan ke-i dan ke-j
3.11 ANALISIS KORELASI (Sarwono, 2006)
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran
asosiasi atau hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang
mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua
teknik korelasi yang sangat populer hingga saat ini, yaitu korelasi Pearson Product Moment dan
korelasi Rank Spearman. Selain kedua teknik tersebut, terdapat pula teknik-teknik korelasi
lain,
27
seperti Kendal, Chi-Square, Phi Coefficient, Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson.
17
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (atau lebih dari
dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya Pearson, data harus berskala interval atau rasio,
Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal, dan Chi Square menggunakan data nominal. Kuat
lemah hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan
pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi bernilai positif,
sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah. Koefesien korelasi ialah
suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika koefesien korelasi
ditemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut.
Jika koefesien korelasi diketemukan +1, maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna
atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif. Jika koefesien korelasi
diketemukan -1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear
sempurna dengan kemiringan (slope) negatif.
28
17
Dalam korelasi sempurna tidak diperlukan lagi pengujian hipotesis, karena kedua variabel
mempunyai hubungan linear yang sempurna. Hal ini berarti variabel X mempengaruhi variabel Y
secara sempurna. Jika korelasi sama dengan nol (0), maka tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut. Asumsi dasar korelasi terdiri atas :
1. Kedua variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya masing-masing variabel berdiri
sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya. Tidak ada istilah variabel bebas dan variabel
tergantung.
2. Data untuk kedua variabel berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi normal artinya
data yang distribusinya simetris sempurna. Jika digunakan bahasa umum disebut berbentuk
kurva bel.
3. X dan Y mempunyai hubungan linier. Hubungan linier artinya hubungan kedua variabel
membentuk garis lurus
Adapun karakteristik korelasi meliputi :
1. Kisaran Korelasi
Kisaran (range) korelasi mulai dari 0 sampai dengan 1. Korelasi dapat positif dan dapat pula
negatif.
2. Korelasi Sama Dengan Nol
Korelasi sama dengan 0 mempunyai arti tidak ada hubungan antara dua variabel.
3. Korelasi Sama Dengan Satu
Korelasi sama dengan + 1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna
(membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X
naik, maka Y juga naik. Korelasi sama dengan -1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan
linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai
makna jika nilai X naik, maka Y turun (dan sebaliknya)
3.11.1 Koefesien Korelasi
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel.
Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan
(strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka
kedua variabel mempunyai hubungan searah. Hal ini berarti jika nilai variabel X tinggi, maka nilai
variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel
mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan
menjadi rendah (dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan
hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut:
1. 0
: Tidak ada korelasi antara dua variabel
2. >0 – 0.25 : Korelasi sangat lemah
3. >0.25 – 0.5 : Korelasi cukup
4. >0.5 – 0.75 : Korelasi kuat
5. >0.75 – 0.99: Korelasi sangat kuat
6. 1
: Korelasi sempurna
3.11.2 Signifikansi.
Dalam bahasa Inggris umum, kata "significant" mempunyai makna penting, sedangkan dalam
pengertian statistik kata tersebut mempunyai makna ―benar‖ tidak didasarkan secara kebetulan. Hasil
riset dapat benar tapi tidak penting. Signifikansi/probabilitas/α (alfa) memberikan gambaran mengenai
bagaimana hasil riset itu mempunyai kesempatan untuk benar. Jika kita memilih signifikansi sebesar
29
17
0.01, maka artinya hasil riset akan mempunyai kesempatan untuk benar sebesar 99% dan untuk salah
sebesar 1%. Secara umum kita menggunakan angka signifikansi sebesar 0.01, 0.05 dan 0.1.
Pertimbangan penggunaan angka tersebut didasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval)
yang diinginkan oleh peneliti. Angka signifikansi sebesar 0.01 mempunyai pengertian bahwa tingkat
kepercayaan atau bahasa, umumnya keinginan kita untuk memperoleh kebenaran dalam riset kita,
adalah sebesar 99%. Jika angka signifikansi sebesar 0.05, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar
95%. Jika angka signifikansi sebesar 0.1, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 90%.
Pertimbangan lain ialah menyangkut jumlah data atau sampel yang akan digunakan dalam riset.
Semakin kecil angka signifikansi, maka ukuran sampel akan semakin besar. Sebaliknya, semakin
besar angka signifikansi, maka ukuran sampel akan semakin kecil. Unutuk memperoleh angka
signifikansi yang baik, biasanya diperlukan ukuran sampel yang besar. Sebaliknya jika ukuran sample
semakin kecil, maka kemungkinan munculnya kesalahan semakin ada. Kriteria pengujian terdiri atas :
a. Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan.
b. Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan
3.11.3 Interpretasi Korelasi
Pada interpretasi korelasi, terdapat tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: (1) melihat
kekuatan hubungan dua variabel, (2) melihat signifikansi hubungan, dan (3) melihat arah hubungan.
Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka
koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb:
a. Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan
b. Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin
kuat
c. Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin
lemah
d. Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier
sempurna positif.
e. Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier
sempurna negatif.
Interpretasi berikutnya melihat signifikansi hubungan dua variabel dengan didasarkan pada
angka signifikansi yang dihasilkan dari penghitungan dengan ketentuan sebagaimana sudah dibahas
sebelumnya. Interpretasi ini akan membuktikan apakah hubungan kedua variabel tersebut signifikan
atau tidak. Dalam korelasi terdapat dua arah korelasi, yaitu searah dan tidak searah. Arah korelasi
dilihat dari angka koefesien korelasi. Jika koefesien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel
searah. Hal ini berarti jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y juga tinggi. Jika koefesien
korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah. Hal ini berarti jika variabel X nilainya
tinggi, maka variabel Y akan rendah.
Pengujian hipotesis uintuk korelasi digunakan uji T. Pengambilan keputusan
menggunakan angka pembanding t tabel dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika t hitung > t tabel H0 ditolak; H1 diterima
b. Jika t hitung < t tabel H0 diterima; H1 ditolak
3.12 ANALISIS MULTIVARIAT
Analisis statistik multivariat merupakan metode statistik yang memungkinkan kita melakukan
penelitian terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan. Menurut Hair et al. (1998), analisis
multivariat adalah metode-metode statistik yang mengolah beberapa pengukuran menyangkut individu
30
17
objek sekaligus (simultaneously). Variabel adalah karakteristik, sifat, simbol, atau atribut yang diukur,
yang di kepadanya diberi nilai. Variat itu sendiri adalah kombinasi linier variabel-variabel yang
memiliki bobot yang penentuannya (bobot tersebut) dilakukan secara empiris (Zikmund, 2000).
Dengan pengertian ini, analisis multivariat merupakan perluasan dari analisis univariat dan bivariat.
Analisis ini dapat menganalisis pengaruh beberapa variabel terhadap variabel-variabel lainnya dalam
waktu yang bersamaan.
Mengenai pengertian multivariat, hingga saat ini belum terdapat kesepakatan antara para ahli.
Beberapa ahli menyederhanakan pengertian analisis multivariat sebagai hubungan antara atau di
antara lebih dari dua variabel. Agar benar-benar multivariat, semua variabel harus acak (random),
terdapat interrealasi sesamanya, dan efek masing-masing variabel secara sendiri-sendiri sulit
diinterpretasikan. Beberapa ahli lain mengatakan tujuan tujuan analisis ini adalah mengukur,
menerangkan, dan memprediksi tingkat relasi di antara variat-variat. Apa saja bentuk bentuk analisis
yang menggunakan banyak variabel dan variat, dimasukkan sebagai analisis multivariat. Berbagai
teknik multivariat yang telah diterima sangat luas adalah principal component dan common factor
analysis, multiple regression dan multiple correlation, multiple discriminant analysis, multivariate
analysis of variance and covaroance, conjoint analysis, canonical correlation, custer analysis,
multidimension analysis, dan correspondence analysis (Simamora, 2006).
Teknik analisis multivariat secara dasar diklasifikasi menjadi dua, yaitu analisis dependensi
dan analisis interdependensi. Analisis dependensi berfungsi untuk menerangkan atau memprediksi
variabel tergantung dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas. Jenis analisis yang tergolong
ke dalam analisis dependensi terdiri atas analisis regresi linear berganda, analisis diskriminan, analisis
multivariat varian (MANOVA), dan analisis korelasi kanonikal. Analisis interdependensi berfungsi
untuk memberikan makna terhadap seperangkat variabel atau membuat kelompok-kelompok secara
bersama-sama. Jenis analisis yang tergolong ke dalam analisis interdependensi terdiri atas analisis
faktor, analisis kluster, dan analisis multidimensional scalling.
3.12.1 Analisis Klaster (Cluster Analysis)
Analisis klaster sangat bermanfaat dalam membentuk kelompok-kelompok individu ataupun
objek. Teknik ini dipakai untuk mengelompokkan entitas (individu maupun objek) ke dalam
kelompok-kelompok terpisah, berdasarkan kesamaan-kesamaan (similarities) di antara mereka
(Simamora, 2006). Dalam dunia kemometriks (chemometrics), analisis klaster (cluster analysis)
tergolong ke dalam kelompok analisis pengenalan pola (pattern recognition) (Adams, 2004). Objek
bisa berupa produk (barang atau jasa), benda (tumbuhan atau lainnya), serta orang (responden atau
konsumen). Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih klaster (kelompok) sehingga
objek-objek yang berada dalam satu klaster akan mempunyai kemiripan satu dengan yang lain
(Johnson dan Wichern, 2002).
Mengklasterkan (clustering) juga dikenal sebagai unsupervised learning yang membagi data
menjadi kelompok atau cluster berdasarkan suatu kemiripan atrubut-atribut di antara data tersebut.
Analisis klaster memerlukan tiga langkah. Langkah pertama, mengidentifikasi kesamaan atau asosiasi
di antara entitas-entitas untuk mengetahui ada berapa grup di dalam sampel. Langkah kedua
merupakan proses klaster sebenarnya. Setiap entitas dihubungkan dengan kelompok-kelompok atau
klaster-klaster yang ada. Langkah ketiga, membuat profil individu atau objek untuk mengetahui
komposisi mereka. Pada analisis klaster, variat yang ada diartikan sebagai sejumlah variabel –yang
dianggap sebagai karakteristik- yang dipakai untuk membandingkan sebuah objek dengan objek
lainnya. Jadi, dalam analisis klaster tidak dilakukan pencarian nilai variat secara empiris sebagaimana
pada teknik-teknik multivariat lainnya (Simamora, 2006).
31
17
Prinsip dari clustering adalah memaksimalkan kesamaan antar anggota cluster dan
meminimumkan kesamaan antar anggota cluster yang berbeda (Han, 2001). Pada algoritma clustering,
yang banyak dikenal adalah Hierarchical Clustering. Hierarchical Clustering adalah salah satu
algoritma clustering yang dapat digunakan untuk mengklaster dokumen. Hasil keseluruhan dari
algoritma hierarchical clustering secara grafik dapat digambarkan sebagai tree, yang disebut dengan
dendogram. Tree ini secara grafik menggambarkan proses penggabungan dari cluster yang ada,
sehingga menghasilkan cluster yang lebih tinggi. Berikut ini adalah contoh dendogram (Gambar 7).
Dendogram biasa disebut tree graph, yaitu perangkat grafik untuk menunjukkan hasil dari
proses pengklasteran. Garis vertikal menunjukkan cluster yang digabungkan bersama. Posisi garis
pada skala menunjukkan jarak dimana cluster bergabung. Membaca dendogram dilakukan dari kiri ke
kanan (Steinbach, 2007).
Gambar 8. Dendogram analisis klaster hirarki
Hal penting dalam metode hirarki adalah bahwa hasil pada tahap sebelumnya selalu bersarang
di dalam hasil pada tahap berikutnya, membentuk sebuah pohon. Ada lima metode aglomerasi dalam
pembentukan cluster, yaitu :
a. Pautan Tunggal (Single Linkage)
Metode ini didasarkan pada jarak minimum. Dimulai dengan dua objek yang dipisahkan dengan
jarak paling pendek maka keduanya akan ditempatkan pada cluster pertama, dan seterusnya.
Metode ini dikenal pula dengan nama pendekatan tetangga terdekat.
b. Pautan Lengkap (Complete Linkage)
Metode ini disebut juga pendekatan tetangga terjauh. Dasarnya adalah jarak maksimum. Dalam
metode ini seluruh objek dalam suatu cluster dikaitkan satu sama lain pada suatu jarak
maksimum atau dengan kesamaan minimum.
c. Pautan Rata-rata (Average Linkage)
Dasar metode ini adalah jarak rata-rata antar observasi. Pengelompokan dimulai dari tengah atau
pasangan observasi dengan jarak paling mendekati jarak rata-rata.
d. Metode Ward (Ward’s Method)
Dalam metode ini jarak antara dua cluster adalah jumlah kuadrat antara dua cluster untuk
seluruh variabel. Metode ini cenderung digunakan untuk mengkombinasi cluster-cluster dengan
jumlah kecil.
e. Metode Centroid
32
17
Pada metode ini jarak antara dua cluster adalah jarak antar centroid cluster tersebut. Centroid
cluster adalah nilai tengah observasi pada variabel dalam suatu set variabel cluster.
Keuntungannya adalah outlier hanya sedikit berpengaruh jika dibandingkan dengan metode lain.
3.13 PERMODELAN MATEMATIKA SISTEM DINAMIK
Model adalah gambaran sederhana dari suatu sistem yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan seseorang dalam memahami, memprediksi, dan mengendalikan sifat sistem. Menurut
Hedwig (2010), model matematika adalah suatu cara untuk menggambarkan sifat dari sistem dengan
menggunakan matematika. Kegunaan model adalah (1) untuk berpikir dan melakukan analisa, (2)
untuk komunikasi, (3) untuk peramalan, (4) untuk kontrol/pengendali/pengawasan, dan (5) untuk
berlatih/simulasi.
Model dinamik adalah model yang memasukkan waktu sebagai variabel, model ini mewakili
tingkah laku entity sepanjang waktu. Sistem dinamik sering diidentifikasikan pada model matematika
dari persamaan kimia, persamaan fisika, dan persamaan biologi yang persamaannya mengandung
parameter-parameter yang saling berhubungan. Konsep sistem dinamik merupakan model matematis
dari fenomena gerakan obyek yang bergantung waktu dan keadaan, yang evolusi di dalamnya
mengikuti aturan (deterministik) tertentu. Model matematis yang menyajikan suatu sistem dinamik
menggunakan sistem persamaan diferensial (biasa maupun parsial). Berdasarkan pertimbangan
mengenai fenomena gerakan yang dihadapi, sistem dinamik tersebut dapat berupa sistem dinamik
linier ataupun non linier. Dalam hal praktisnya, model tersebut dibawa ke bentuk sistem persamaan
diferensi sehingga dapat dikomputasikan dengan pendekatan metode numerik.
Menurut Barnes dan Fulford (2002), model matematika adalah penyederhanaan suatu masalah
yang kompleks dalam dunia nyata yang disampaikan dalam bentuk fungsi matematika. Tujuan utama
dalah pembuatan model adalah untuk menghasilkan pemahaman lebih dalam dari sebuah system atau
proses dan untuk dipergunakan sebagai sarana prediksi dan membuat keputusan. Terdapat beberapa
tahapan dalam membangun dan menyusun model matematika. Tahapan tersebut digambarkan pada
Gambar 8.
Tahap pertama dalam membangun sebuah model matematika adalah dengan mengidentifikasi
masalahnya. Hal ini tidak semudah seperti terlihatnya. Agar sebuah model matematika dapat
berfungsi, penting untuk memiliki tujuan kerja ke depan dan seringkali hal tersebut memerlukan
kemampuan besar dan pengalaman untuk memodelkan sebuah proses dari sebuah sistem. Kemudian,
pada tahap kedua adalah membuat asumsi sederhana tentang masalah tersebut yang mengubahnya
menjadi mudah untuk diatasi dan mudah untuk dipahami. Asumsi yang dibuat haruslah tidak
menjadikan masalah terlihat rumit, akan tetapi membuat masalah menjadi terlihat sederhana.
Identifikasi
masalah
Buat asumsi
Formulasi
fungsi
Validasi
model
Interpretasi
hasil
Selesaikan
fungsi
Gambar 9. Diagram alir siklus permodelan matematika
33
17
Tahap ketiga adalah memformulasikan fungsi terkait variabel yang penting. Tahap ini
merupakan tahap yang tidak mudah. Pada tahap ini dimungkinkan pula untuk membuat asumsi
sederhana tambahan, yang tidak dibuat pada tahap kedua. Jika ditemui bahwa fungsi yang ada tidak
dapat diselesaikan dengan teknik yang ada, maka diperlukan untuk kembali pada tahap sebelumnya
dan menyederhanakan fungsi agar fungsi tersebut dapat diselesaikan sehingga ditemukan sebuah
solusi. Kemudian, solusi yang diperoleh dapat diaplikasikan untuk mencoba menjawab pertanyaan
yang timbul pada tahap pertama. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan hasil dan
mempertimbangkan bagaimana perubahan pada sebuah variabel dapat menyebabkan perubahan pada
bagian lainnya. Apabila model yang dihasilkan belum dapat memberikan hasil yang konsisten
terhadap penelitian, maka kita dapat kembali pada tahap kedua dan mengurangi asumsi sederhana
yang kita buat.
34
17
IV. METODE PENELITIAN
Selama magang di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI), pekerjaan yang dilakukan terdiri atas: (1) analisis proses sertifikasi halal,
dan (2) kajian ilmiah khamr dan alkohol berupa penelitian mengenai analisis senyawa penciri hasil
fermentasi perasan buah berdasarkan tinjauan hadist dari Rasulullah.
4.1 ANALISIS PROSES SERTIFIKASI HALAL
Analisis proses sertifikasi halal meliputi analisis pengaruh kriteria produk dan tahapan proses
terhadap rentang waktu proses sertifikasi halal dan analisis rata-rata waktu sertifikasi halal. Analisis
dilakukan dengan metode statistik.
4.1.1 BAHAN
Bahan yang digunakan untuk analisis proses sertifikasi halal adalah data berupa keterangan
alokasi waktu proses sertifikasi halal perusahaan atau industri pangan yang mendapat sertifikat halal
pada bulan Januari tahun 2011 hingga April tahun 2011.
4.1.2 ALAT
Alat yang digunakan dalam pengukuran pengaruh kriteria produk dan tahapan proses terhadap
rentang waktu proses sertifikasi halal adalah program Minitab 15 untuk analisis metode Kruskal
Wallis. Adapun untuk uji lanjut dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus uji lanjut pada
prosedur perbandingan berganda Uji Dunn. Adapun untuk analisis rata-rata waktu sertifikasi halal
menggunakan program Microsoft Excel.
4.1.3 METODE PENELITIAN
Tahap-tahap yang dilalui dalam pengukuran pengaruh kriteria produk dan tahapan proses
terhadap rentang waktu proses sertifikasi halal meliputi: (1) pemilihan data atau sampling, (2)
interpretasi data, (3) analisis pengaruh kriteria produk dan pengaruh tahapan proses terhadap rentang
waktu sertifikasi, (4) uji lanjut pengaruh kriteria produk dan uji lanjut pengaruh tahapan proses
terhadap rentang waktu sertifikasi, (5) perhitungan rata-rata waktu sertifikasi. Secara umum diagram
alir metode penelitian analisis sertifikasi halal ditampilkan pada Gambar 9.
4.1.3.1 Pemilihan Data atau Sampling (Siregar, 2010)
Populasi data berasal dari perusahaan industri pangan yang mendapat sertifikat halal mulai dari
bulan Januari hingga April tahun 2011. Populasi data yang diperoleh sebanyak 206 data proses
sertifikasi perusahaan atau industri pangan. Pengambilan sampel meggunakan Teknik Solvin dengan
persamaan (4.1), yaitu :
n=
N
1 + N(d2)
dimana :
n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
d
= galat pendugaan, dalam kasus ini nilai yang diambil adalah 0.05%
(4.1)
Jenis kriteria produk terdiri atas 4 macam, yaitu no risk, low risk, risk, dan high risk. Data dari
masing-masing kriteria diambil menggunakan Teknik Stratified Random Sampling dengan persamaan
(4.2), yaitu :
ni = (Ni dari n) x (n/N)
(4.2)
dimana :
ni
= ukuran sampel pada kriteria i
i
= no risk, low risk, risk, dan high risk
Ni
= populasi pada kriteria i
n
= ukuran sampel
Kemudian jumlah sampel data yang diperoleh melalui kedua teknik diperoleh melalui
pengambilan secara acak menggunakan program Microsoft Excel.
4.1.3.2 Perhitungan Secara Statistik
Perhitungan secara statistik terdiri dari beberapa tahap, yaitu (1) interpretasi data ke dalam
skala rasio, (2) analisis pengaruh kriteria produk dan pengaruh tahapan proses sertifikasi terhadap
rentang waktu proses sertifikasi dengan metode nonparametrik Kruskal-Wallis (3) uji lanjut pengaruh
kriteria produk dan pengaruh tahapan proses sertifikasi terhadap rentang waktu proses sertifikasi
dengan metode perbandingan berganda Uji Dunn, dan (4) penghitungan rata-rata waktu yang dilalui
proses sertifikasi
4.1.3.3.1 Interpretasi data
Interpretasi data merupakan proses interpretasi data ke dalam skala rasio. Skala rasio
merupakan skala pengukuran tertinggi. Pada skala rasio antara dua nilai yang berurutan mempunyai
jarak yang sama. Nilai-nilai pada skala rasio dapat dibandingkan karena mempunyai nilai dasar yang
mutlak (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Interpretasi data menjadi skala rasio diperlukan untuk
dianalisis pada tahap berikutnya. Data berupa keterangan tanggal dari setiap tahap diinterpretasikan ke
dalam jumlah hari tahap tersebut dilakukan. Kemudian jumlah hari dari setiap tahap dijumlahkan
sehingga diperoleh total hari dalam satu kali proses sertifikasi. Proses interpretasi dilakukan secara
manual untuk seluruh sampel.
4.1.3.3.2 Analisis Pengaruh Kriteria Produk dan Pengaruh Tahapan Proses
Data yang sudah diiterpretasikan dalam skala rasio kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode Kruskal Wallis untuk mengetahui pengaruh kriteria produk terhadap rentang waktu proses
sertifikasi. Analisis dengan metode ini menggunakan program Minitab 15.
Untuk mengukur pengaruh kriteria produk terhadap rentang waktu proses sertifikasi maka data
yang ada dikelompokkan ke dalam empat kriteria, yaitu No Risk, Low Risk, Risk, dan Very High Risk.
Kemudian data dari total jumlah hari seluruh perusahaan dari masing-masing kriteria diinput ke dalam
worksheet yang terdapat pada program Minitab 15. Data diinput pada kolom C1 sebagai jumlah hari
dan kriteria diinput pada kolom C2 sebagai kolom untuk kriteria pertama hingga kriteria keempat.
Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan icon Stat, lalu dipilih icon Nonparametrics, dan pilih icon
36
17
Kruskal Wallis. Selanjutnya masukkan nama kolom C1 pada kotak ‗respon‘ dan nama kolom C2 pada
kotak ‗faktor‘.
Adapun untuk mengukur pengaruh tahapan proses terhadap rentang waktu proses sertifikasi,
data pada setiap tahapan diinput ke dalam worksheet yang terdapat pada program Minitab 15
berurutan dari tahap pertama hingga tahap ketujuh. Data diinput pada kolom C1 sebagai kolom untuk
jumlah hari dan tahapan diinput pada kolom C2 sebagai kolom untuk tahap pertama hingga tahap
ketujuh. Kemudian tahap berikutnya sama dengan pada pengukuran pengaruh kriteria produk.
Pada analisis dengan metode Kruskal Wallis ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
H0 = kriteria produk/tahapan memberikan pengaruh yang sama terhadap rentang waktu sertifikasi
pada
taraf α (alfa) 5 persen atau 0,05.
H1 = paling sedikit terdapat sepasang kriteria produk/tahapan memberikan pengaruh berbeda terhadap
rentang waktu sertifikasi pada taraf α (alfa) 5 persen atau 0,05.
Jika nilai Pvalue lebih kecil dibandingkan nilai alfa (0,05) maka kesimpulan yang diambil
adalah tolak H0 atau terima H1, dan sebaliknya.
4.1.3.3.3 Uji Lanjut Perbandingan Berganda (Uji Dunn)
Jika hasil analisis pengaruh kriteria produk dan tahapan proses terhadap rentang waktu
sertifikasi memberikan hasil tolak H0 atau terima H1 yang berarti paling sedikit terdapat sepasang
kriteria produk/tahapan yang memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi.
Pengujian lanjut dilakukan secara manual menggunakan rumus pada prosedur perbandingan berganda
Uji Dunn. Karena pada data ditemukan pengulangan angka (ties), maka untuk tolak H0 digunakan
rumus:
dimana
dan
t
N
K
ni dan nj
= rata-rata peringkat untuk contoh/perlakuan ke –i dan ke-j
= banyaknya ties
= n1 + n2 + ...... + nn
= jumlah perlakuan
= jumlah data pada perlakuan ke-i dan ke-j
4.1.3.2.4 Perhitungan Rata-rata Waktu dalam Proses Sertifikasi
Perhitungan rata-rata proses sertifikasi dilakukan dengan program Microsoft Excel.
Perhitungan rata-rata ini meliputi rata-rata waktu berdasarkan kriteria produk dan rata-rata waktu
untuk setiap tahapan proses sertifikasi. Perhitungan rata-rata waktu berdasarkan kriteria produk
terbagi menjadi dua. Pertama, perhitungan rata-rata waktu untuk keseluran sampel dan rata-rata waktu
setiap kriteria. Pada perhitungan ini data yang ada dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian 1 (dari proses
pendaftaran menuju audit) dan bagian 2 (dari audit hingga menuju ke Komisi Fatwa). Kedua,
perhitungan rata-rata waktu untuk setiap tahapan yang dilalui dalam proses sertifikasi. Pada
perhitungan ini data yang digunakan tidak dibagi menjadi 2 bagian.
37
17
Pemilihan
data/sampling
136 data
sampel
Analisis Statistik
Analisis pengaruh
kriteria produk
Analisis pengaruh
tahapan proses
Tolak
H0/terima H1
Tolak
H0/terima H1
Uji lanjut Dunn
Uji lanjut Dunn
Output
kriteria
Perhitungan rata-rata
untuk kriteria dan tahapan
Rata-rata
waktu
Rata-rata
untuk
kriteria
tahapan &
danproses
tahapan
Output
tahapan
Gambar 10. Diagram alir metode penelitian analisis proses sertifikasi halal
4.2 KAJIAN ILMIAH KHAMR DAN ALKOHOL
Kajian ilmiah yang dilakukan adalah penelitian mengenai profil fermentasi perasan buah
berdasarkan tinjauan hadist yang ditinjau dari aspek biokimia dan fisiologi serta menganalisis
senyawa penciri hasil fermentasi secara statistik dan membuat model matematika fermentasi. Senyawa
yang dianalisis terdiri atas profil gula (fruktosa, glukosa, sukrosa), alkohol, dan asam organik selama
proses fermentasi berlangsung.
4.2.1 BAHAN
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah anggur Vitis vinifera, kurma
Deglet Nour (Tunisia), Apel varietas Malang, dan air matang. Bahan-bahan untuk analisis terdiri atas
asam sitrat, asam tartarat, asam malat, asam asetat, metanol, etanol, propanol, butanol, fruktosa,
glukosa, sukrosa, buffer fosfat, asetonitril 75 %, asam sulfat 0.01 N, dan air bebas ion.
38
17
4.2.1.2 ALAT
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas timbangan analitik, pisau, panci, botol
propilen ukuran 100 ml, botol vial 10 ml, juicer, sarung tangan, baskom/mangkuk, kain Muslin, pipet
tetes, pipet Mohr 25 ml, gelas ukur 1 liter, termometer, inkubator suhu 29⁰C, sentrifus 10.000 rpm,
membrane filter Whatman ukuran 0.2 µm, membrane filter cartridge, syringe, tube 1.5 ml,
mikropipet, satu set HPLC tipe 10 APV (detektor RID (Refractive Index Detector), kolom RH
Phenomenex tipe Rezex ROA-organic acid H+, dimensi 250 x 4.6 mm, pori 8 µm, kolom amino
Pinnacle II, pori 5 µm, panjang 150 x 4,6 mm Restek) dan HPLC Shimadzu LC 250 AB (detektor UV,
kolom C18).
4.2.2 METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini terdiri atas beberapa tahap. Tahap pertama yaitu pemilihan buah yang
akan dipergunakan dalam penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu pembuatan
perasan buah atau jus buah. Tahap ketiga yaitu proses fermentasi perasan buah atau jus buah. Tahap
keempat yaitu analisis kimia perasan buah yang terfermentasi. Analisis ini menghasilkan profil
fermentasi buah selama 5 hari berturut-turut. Tahap kelima adalah analisis korelasi antara waktu
fermentasi (hari) dengan senyawa hasil fermentasi. Pada tahap ini akan diperoleh senyawa yang
memiliki korelasi paling kuat dan memiliki signifikansi terbesar pada ketiga perasan buah. Tahap
keenam adalah analisis pengaruh waktu fermentasi (hari) terhadap kadar senyawa yang diperoleh dari
tahap lima pada ketiga perasan buah. Tahap ketujuh adalah analisis kesamaan pola fermentasi pada
senyawa yang diperoleh dari tahap lima pada ketiga perasan buah. Tahap kedelapan atau tahap
terakhir adalah membuat permodelan matematika dan rasio fraksi untuk profil gula, etanol, dan asam
pada ketiga perasan buah. Secara umum diagram alir metode penelitian ditampilkan pada Gambar 10.
4.2.2.1 Pemilihan Buah
Tahap ini merupakan tahap menentukan buah apa saja yang akan digunakan dalam penelitian.
Hal ini dikarenakan buah yang sangat beragam jenis dan varietasnya sehingga tidak memungkinkan
untuk dianalisis seluruhnya sekaligus. Secara garis besar, pemilihan buah didasarkan pada literatur
syar‘i yang dapat menggambarkan kondisi saat hadis turun dan kondisi saat ini.
Anggur dan kurma dipilih berdasarkan literatur yang disebutkan dalam Al-Qur‘an, ―Dan dari
buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang memabukkan dan rizki yang baik.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orangorang yang berpikir.” (Qu‘ran Surat An-Nahl : 67). Selain itu, dalam Muzakarah Nasional LPPOMMUI (1994) menyebutkan bahwa ayat ini mengisyaratkan akan kebiasaan meminum minuman keras
yang dibuat dari kurma dan anggur di kalangan bangsa Arab Mekkah. Anggur dan kurma hingga saat
ini masih dinikmati sebagai wine di beberapa negara. Anggur yang digunakan adalah varietas Vitis
vinifera, sedangkan kurma yang digunakan adalah jenis Deglet Nour yang berasal dari Tunisia atau
disebut palm fruit.
Apel dipilih untuk menggambarkan kondisi saat ini. Apel banyak diolah menjadi berbagai jenis
minuman, seperti cider, sari buah, sirup, cuka apel, dan jus buah. Apel juga merupakan komoditi yang
mudah diperoleh di Indonesia. Adapun varietas apel yang digunakan adalah varietas Apel Malang.
39
17
Pemilihan Buah
Anggur
Apel
apel
kasar
Pembuatan
perasan anggur
Kurma
kasar
Pembuatan
perasan apel
Pembuatan
perasan kurma
Perasan
Apel
Perasan
Kurma
Fermentasi
Fermentasi
Fermentasi
Perasan
anggur
terfermentasi
Perasan apel
terfermentasi
Perasan
kurma
terfermentasi
Perasan
Anggur
Analisis kimia
(HPLC)
Identifikasi
&kadar gula
Identifikasi&
kadar alkohol
Identifikasi&
kadar asam
Analisis
statistik(Pearson)
Permodelan
Matematika
Senyawa
signifikan
Model
Matematika
&rasio
fraksi
ANOVA dan Klaster
Gambar 11. Diagram alir metode penelitian kajian ilmiah khamr dan alkohol
40
17
4.2.2.2 Pembuatan Perasan atau Jus Buah
4.2.2.2.1 Perasan atau Jus Anggur dan Apel
Anggur dan apel utuh dihilangkan bijinya, kemudian ditimbang sebanyak 700 gram dan 600
gram. Kemudian dihancurkan dengan menggunakan juicer dan disaring dengan kain muslin agar
diperoleh perasan buah tanpa padatan kasar. Kemudian dituang masing-masing sebanyak 20 ml ke
dalam botol, lalu ditutup rapat untuk kemudian difermentasi.
4.2.2.2.2 Perasan Kurma (Dirar, 1993)
Kurma utuh dihilangkan bijinya, kemudian ditimbang sebanyak 130 gram. Kemudian kurma
ditaruh dalam wadah dan ditambahkan air matang (boiled water) 100⁰C sebanyak 390 ml (1:3), lalu
aduk perlahan-lahan. Kemudian rendam selama semalam. Air rendaman yang diperoleh kemudian
disaring dengan kain muslin dan cairan yang telah disaring dimasukkan masing-masing 20 ml ke
dalam botol lalu ditutup rapat untuk kemudian difermentasi.
4.2.2.3 Proses Fermentasi
Fermentasi dilakukan dalam kondisi mikroaerob/mikroaerofilik secara spontan pada suhu
ruang selama 5 hari berturut-turut. Kondisi mikroaerob/mikroaerofilik berarti bahwa fermentasi
dilakukan dengan menyimpan perasan buah dalam wadah tertutup tanpa dilakukan pengambilan
oksigen atau penambahan nitrogen seperti yang dilakukan pada fermentasi anaerob, sehingga kondisi
tidak sepenuhnya anaerob namun oksigen sangat rendah. Berdasarkan literatur yang ditemukan dalam
jurnal ilmiah (Najiha, et. al., 2010), disebutkan bahwa suhu Madinah pada musim panen pertengahan
Oktober adalah 30⁰C. Suhu tersebut mendekati suhu ruangan rata-rata di Indonesia, yaitu 27-34⁰C
(Sahupala, 2005). Berdasarkan hasil pengukuran suhu di ruangan percobaan, maka suhu yang
digunakan akan dijaga konstan pada suhu 29⁰C.
4.2.2.4 Analisis Kimia
Analisis kimia dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengukur senyawa-senyawa hasil
fermentasi selama 5 hari berturut-turut. Analisis dilakukan setiap hari (per 24 jam) mulai dari hari ke0 hingga hari ke-5. Senyawa-senyawa yang diidentifikasi adalah senyawa gula (glukosa, fruktosa, dan
sukrosa), alkohol (metanol, etanol, propanol, butanol), dan senyawa asam (asam tartarat, asam sitrat,
asam malat, asam asetat). Tahap ini terdiri dari preparasi sampel, identifikasi senyawa standar, dan
pengukuran kadar senyawa.
4.2.2.4.1 Preparasi Sampel
Setiap hari (hari ke-0 hingga hari kelima) sejumlah 3 ml cairan hasil fermentasi setiap perasan
buah diambil dan dimasukkan dalam 2 buah tube 1,5 ml. Kemudian cairan dalam tube tersebut
disentrifus pada kecepatan 10000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan supernatan yang berupa
cairan bening. Kemudian supernatan tersebut diambil dan disaring seluruhnya dengan membrane filter
0,2 µl. Supernatan yang telah disaring kemudian disimpan dalam botol vial 10 ml untuk dianalisis.
Berikut adalah bagan alir preparasi sampel untuk tiap ulangan sampel yang disajikan pada Gambar 11.
4.2.2.4.2 Identifikasi Senyawa Standar
Sebelum dilakukan analisis atau pengukuran senyawa yang akan diidentifikasi, maka terlebih
dahulu dilakukan identifikasi senyawa standar yang akan diidentifikasi dan diukur. Senyawa standar
41
17
yang diidentifikasi terdiri atas fruktosa, glukosa, sukrosa, metanol, etanol, propanol, butanol, asam
tartarat, asam sitrat, asam malat, dan asam asetat. Masing-masing senyawa dibuat larutan 0.5% dengan
menggunakan air bebas ion. Kemudian sebanyak 10 µl dari masing-masing larutan diinjeksikan ke
dalam HPLC untuk kemudian diidentifikasi pemisahan kurva standar yang terbentuk.
3 ml sampel
Sentrifus 10.000 rpm
selama 15 menit
Supernatan
Endapan
Saring dengan membrane
filter 0,2 µl
Masukkan dalam botol vial
Sampel siap analisis
Gambar 12. Diagram alir preparasi sampel untuk analisis HPLC
4.2.2.4.3 Identifikasi dan Pengukuran Senyawa yang Dianalisis
Setelah tahap preparasi selesai dan diperoleh kurva pemisahan senyawa standar yang baik,
maka analisis senyawa hasil fermentasi siap untuk dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan instrumen analisis High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Pada analisis
gula digunakan detektor RID, kolom RH, dan fase gerak asetonitril 75%. Pada analisis alkohol
digunakan detektor RID, kolom amino, dan fase gerak asam sulfat 0.01 N. Pada analisis asam organik
digunakan detektor UV, kolom C18, dan fase gerak buffer fosfat.
Sebanyak 10 µl cairan dalam botol vial diambil dengan menggunakan microsyringe 10 µl dan
diinjeksikan ke dalam HPLC. Identifikasi senyawa/komponen ditentukan melalui jumlah peak
(puncak kurva) yang menyatakan jumlah komponen yang disesuaikan dengan kurva standar.
Pengukuran konsentrasi tiap senyawa/komponen yang telah diidentifikasi ditentukan melalui
penghitungan luas peak yang menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran (Hendayana, 2006).
4.2.2.5 Analisis Statistik
4.2.2.5.1 Analisis Korelasi (Pearson)
Data hasil pengukuran dengan HPLC dikelompokkan berdasarkan objek, yaitu perasan anggur,
perasan apel, dan perasan kurma. Analisis Pearson menggunakan program Minitab 15. Analisis
dilakukan tiap objek secara terpisah. Data waktu (hari), kadar fruktosa, glukosa, sukrosa, etanol, asam
tartarat, asam sitrat, asam malat, dan asam asetat pada setiap perasan buah diinput ke dalam
42
17
worksheet. Kemudian pilih menu Stat, kemudian menu Basic Statistic kemudian pilih menu
Correlation. Seluruh variabel yang dianalisis dipindah ke kolom ‗variables‘, kemudian klik OK.
Maka akan keluar tampilan output korelasi setiap senyawa.
4.2.2.5.2 Analisis Pengaruh Waktu Fermentasi (hari) terhadap Kadar Senyawa
Signifikan
Analisis pengaruh waktu fermentasi (hari) terhadap kadar senyawa signifikanANOVA
menggunakan program SAS 9.1.3. Data waktu (hari) dan kadar etanol pada ketiga perasan buah
diinput ke dalam file editor pada program SAS 9.1.3 kemudian klik menu ‗run‘ untuk memproses
data. Kemudian uji lanjut dilakukan dengan metode Tukey menggunakan program SAS 9.1.3. Input
analisis pengaruh waktu fermentasi dan uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 25.
4.2.2.5.3 Analisis Klaster (Cluster Analysis)
Analisis Klaster menggunakan program Minitab 15. Data waktu (hari) dan kadar etanol pada
ketiga perasan buah diinput ke dalam worksheet. Kemudian pilih menu Stat, kemudian pilih menu
Multivariate, lalu pilih menu Cluster Variables. Setelah itu akan muncul tampilan Cluster Variables.
Pindahkan seluruh variabel yang akan diukur ke dalam kotak Variables or Distance Matrix dengan
cara memblok seluruh variabel kemudian pilih select. Pilih link method Ward dan pilih Correlation
untuk jarak matriks serta ketik angka ‗1‘ untuk jumlah klaster. Lalu klik menu Show Dendogram
untuk menampilkan output dendogram kemudian klik OK.
4.2.2.6 Permodelan Matematika dan Perhitungan Rasio Fraksi
Model matematika dibuat untuk profil keseluruhan fermentasi (gula, etanol, dan asam) pada
setiap perasan buah (perasan anggur, perasan apel, dan perasan/rendaman kurma). Model yang
dihasilkan merupakan suatu fungsi diferensial dari setiap senyawa. Oleh karena itu, pada setiap
perasan buah akan dihasilkan fungsi untuk ketiga senyawa dimana fungsi-fungsi tersebut merupakan
suatu kesatuan sistem dinamik.
Pertama-tama dibuat asumsi sederhana yang menggambarkan dinamika gula, etanol, dan asam
dalam proses fermentasi yang dilakukan. Kemudian berdasarkan asumsi tersebut, diformulasikan
suatu fungsi diferensial untuk masing-masing senyawa. Fungsi yang ada dan data penelitian kemudian
diinput ke dalam program Mathematica 7.0 for Students untuk diperoleh nilai parameter penduga.
Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (Least Square). Adapun model yang
dipergunakan adalah model logistik. Tampilan input dapat dilihat pada Lampiran 28 (untuk perasan
anggur), Lampiran 29 (untuk perasan apel), dan Lampiran 30 (untuk perasan/rendaman kurma).
Kemudian diperoleh solusi berupa persamaan dari ketiga senyawa dengan parameter yang
dihasilkan dari pengolahan fungsi dengan data penelitian. Kesesuaian model dilihat melalui output
kurva solusi penduga dengan sebaran data penelitian. Secara umum, fungsi diferensial pada model
logistik adalah:
dimana:
dX/dt = laju perubahan X pada t tertentu
X
= senyawa/fungsi senyawa
r
= rasio pertumbuhan senyawa
43
17
K
t
= kapasitas kadar senyawa
= waktu
Berdasarkan fungsi dasar tersebut, maka fungsi yang dipakai pada penggunaan gula,
pembentukan etanol, dan pembentukan asam menjadi:
dimana :
dS/dt = laju perubahan gula pada t tertentu
dE/dt = laju perubahan etanol pada t tertentu
dA/dt = laju perubahan asam pada t tertentu
S
= konsentrasi gula
E
= konsentrasi etanol
A
= konsentrasi asam
S[t]
= fungsi gula
E[t]
= fungsi alkohol
A[t]
= fungsi asam
α
= parameter fungsi diferensial gula
β
= parameter fungsi diferensial etanol
γ
= parameter fungsi diferensial asam
K
= kadar maksimum senyawa gula/alkohol/asam pada setiap perasan buah
t
= waktu
Fungsi diferensial di atas menjelaskan laju penurunan gula (dS/dt), laju peningkatan etanol
(dE/dt), dan laju peningkatan asam (dA/dt). Laju perubahan gula merupakan suatu penurunan
konsentrasi gula. Laju perubahan etanol merupakan suatu peningkatan konsentrasi etanol yang
dipengaruhi keberadaan gula. Laju perubahan asam juga merupakan suatu peningkatan konsentrasi
asam yang dipengaruhi keberadaan gula.
Setelah diperoleh model matematika di atas (sebagai solusi sistem dinamik), maka dilakukan
perhitungan kadar gula, etanol, dan asam di hari ketiga pada masing-masing perasan buah untuk
dibandingkan dengan kadar gula, etanol, dan asam hasil penelitian di hari yang sama. Perhitungan ini
dilakukan dengan mengintegralkan model matematika yang ada dengan bantuan program
Mathematica 7.0 for Student.
Kemudian dilakukan perhitungan rasio fraksi untuk senyawa gula, etanol, dan asam pada
masing-masing perasan buah. Perhitungan diawali dengan menghitung fraksi dari senyawa
gula,etanol, dan asam dengan rumus :
44
17
dimana:
F
= fraksi senyawa gula/etanol/asam
X
= kadar senyawa gula/etanol/asam di hari ketiga berdasarkan perhitungan dari model
matematika
Y
= kadar awal senyawa gula/kadar senyawa etanol dan asam saat titik balik/kadar senyawa
etanol dan asam pada saat maksimum
Fraksi yang telah diperoleh untuk senyawa gula, etanol, asam kemudian dibandingkan antar perasan
buah untuk dilihat pola rasio/perbandingan gula,etanol,dan asamnya. Nilai rasio pada masing-masing
perasan buah diperoleh dengan membangi fraksi tiap senyawa dengan fraksi senyawa terkecil yang
terdapat pada perasan buah tersebut.
45
17
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
ANALISIS PROSES SERTIFIKASI HALAL
5.1.1 Pemilihan Data atau Sampling
Populasi sampel berjumlah 206 data perusahaan yang seluruhnya merupakan perusahaan atau
industri pangan, baik yang berada di dalam negeri maupun luar negeri. Data tersebut berasal dari
perusahaan yang mendapat sertifikat halal di bulan Januari tahun 2011 hingga perusahaan yang
mendapat sertifikat halal di bulan April tahun 2011. Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel
merupakan cara pemilihan sampel terhadap populasi yang ada agar hasil penelitian yang dilakukan
terhadap sampel dapat dipercaya, dengan kata lain tetap dapat mewakili karakteristik populasi
(Mustafa, 2000). Pengambilan sampel meggunakan Teknik Solvin, yaitu :
n=
206
1 + 206(0,052)
n = 135,97 ~ 136
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Teknik Solvin, maka diperoleh jumlah sampel yang
akan dianalisis dari populasi yang ada adalah sebanyak 136 sampel, berupa data proses sertifikasi
perusahaan atau industri pangan. Kemudian ditentukan pula jumlah data atau sampel untuk setiap
kriteria yang terdapat pada 136 data/sampel yang dianalisis. Jumlah data atau sampel untuk setiap
kriteria diperoleh dengan Teknik Stratified Random Sampling. Hasil perhitungan dengan teknik ini
memberikan hasil sebagai berikut.
n1 = 18 x (136/206)
n1 = 11,88 ~ 12
dimana n1 = jumlah sampel pada kriteria no risk
n2 = 9 x (136/206)
n2 = 5,94 ~ 6
dimana n2 = jumlah sampel pada kriteria low risk
n1 = 170 x (136/206)
n1 = 112,23 ~ 112
dimana n1 = jumlah sampel pada kriteria risk
n4 = 9 x (136/204)
n4 = 5,94 ~ 6
dimana n4 = jumlah sampel pada kriteria very high risk
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Teknik Stratified Random Sampling, diperoleh jumlah
data/sampel untuk kriteria no risk adalah 12, kriteria low risk adalah 6, kriteria risk adalah 112, dan
kriteria very high risk adalah 6.
5.1.2 Analisis Pengaruh Kriteria Produk
Pada proses sertifikasi halal, produk yang disertifikasi diklasifikasikan ke dalam empat kriteria,
yaitu kriteria no risk, kriteria low risk, kriteria risk, dan kriteria very high risk. Masing-masing kriteria
memiliki definisi berbeda sesuai dengan yang diberikan oleh LPPOM MUI. Kriteria no risk
merupakan kriteria dengan karakteristik tidak melibatkan bahan (bahan baku, bahan penolong, dan
bahan tambahan) kritis dan fasilitas yang digunakan terbebas dari bahan najis dan haram. Contoh
produk yang tergolong no risk adalah tepung beras, tepung jagung (dan sejenisnya), garam murni,
madu, arang aktif non tulang, bihun (dan sejenisnya), sayuran kering tanpa bahan tambahan, dan
lainnya. Kriteria low risk merupakan kriteria dengan karakteristik melibatkan satu atau dua bahan
kritis yang bukan kategori Sangat Beresiko Tinggi dan fasilitas digunakan terbebas dari bahan najis
dan haram. Contoh produk yang tergolong low risk adalah mi kering, minyak goreng, asam lemak,
AMDK, tepung telur, dan lainnya. Kriteria very high risk merupakan kriteria dengan karakteristik
melibatkan bahan hewani dan/atau bahan kritis lainnya. Contoh produk yang tergolong very high risk
adalah gelatin, whey dan laktosa, rennet hewani, casing kolagen, kondroitin, dan kolagen. Kriteria
risk merupakan kriteria dengan karakteristik selain dari ketiga kriteria di atas. Contoh produk yang
tergolong risk yang paling umum adalah flavor.
Analisis pengaruh kriteria produk terhadap rentang waktu proses sertifikasi menggunakan
metode Kruskal Wallis. Metode ini digunakan karena data yang akan dianalis tidak
menyebar/terdistribusi normal. Program yang digunakan untuk menganalisis dengan metode Kruskal
Wallis adalah Minitab 15. Kriteria yang ada terdiri dari empat macam, yaitu no risk, low risk, risk, dan
very high risk.
Setelah dilakukan prosedur pengolahan data dengan Minitab 15 maka diperoleh output
pengolahan data. Pada halaman output tercantum beberapa kolom, yaitu kolom Kriteria yang berisi
keempat jenis kriteria (no risk, low risk, risk, dan very high risk), kolom ―N‖ yaitu jumlah sampel
pada setiap kriteria, kolom Median yang merupakan nilai tengah dari masing-masing kriteria, dan
kolom Peringkat Rata-rata (average rank). Kolom Peringkat Rata-rata ini akan dipergunakan pada
pengujian lanjut. Hasil analisis pengaruh kriteria produk dapat dilihat pada Lampiran 6.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai Pvalue (0.032) lebih kecil dari nilai α (0.05). Hal ini
memberikan kesimpulan tolak H0 atau terima H1 yang berarti paling sedikit terdapat sepasang kriteria
produk yang memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi pada taraf α (alfa) 5%
atau 0.05. Kesimpulan yang diberikan menunjukkan bahwa keempat kriteria produk yang ada
memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu proses sertifikasi taraf α 5%. Oleh karena itu,
maka perlu dilakukan uji lanjut terhadap hasil analisis pengaruh kriteria yang dihasilkan untuk
mengetahui letak perbedaan tersebut.
Pengujian lanjut dilakukan secara manual menggunakan rumus pada prosedur perbandingan
berganda Uji Dunn. Prosedur perbandingan berganda Uji Dunn merupakan pengujian lanjut yang
digunakan berdampingan dengan metode Kruskal Wallis. Perbandingan berganda merupakan
perhitungan dengan membandingkan antara dua contoh atau perlakuan. Oleh karena itu, maka
perhitungan dilakukan pada setiap pasang kriteria. Pasangan kriteria tersebut adalah kriteria no risk
dengan low risk (NR-LR), kriteria no risk dengan risk (NR-R), kriteria no risk dengan very high risk
(NR-VHR), kriteria low risk dengan risk (LR-R), kriteria low risk dengan very high risk (LR-VHR),
dan kriteria risk dengan very high risk (R-VHR). Kesimpulan hasil perhitungan adalah tolak H0 atau
terima H1 jika :
47
17
Terdapat beberapa rumus yang dapat digunakan dalam uji lanjut, bergantung pada kondisi data
yang dimiliki. Rumus di atas digunakan karena terdapat beberapa pengulangan angka (ties) pada data
yang digunakan. Pada rumus, pengulangan data dilambangkan dengan simbol ‗t‘. Nilai average range
(dilambangkan dengan
diperoleh dari output atau hasil perhitungan analisis pengaruh kriteria
produk dengan metode Kruskal Wallis yang dilakukan sebelumnya (lihat di Lampiran 6). Berdasarkan
hasil perhitungan, diperoleh hasil untuk masing-masing pasangan kriteria. Hasil untuk pasangan
kriteria NR-LR = 10.1 < 52.2, pasangan kriteria NR-R = 2.1 < 31.7, pasangan kriteria NR-VHR =
45.6 < 52.2, pasangan kriteria LR-R = 8.0 < 43.7, pasangan kriteria LR-VHR = 55.7 < 60.3, dan
pasangan kriteria R-VHR = 47.7 > 43.7. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji lanjut pengaruh kriteria produk terhadap rentang waktu sertifikasi
Pasangan Kriteria
Hasil Uji Lanjut
NR-LR
10.1 < 52.2
NR-R
2.1 < 31.7
NR-VHR
45.6 < 52.2
LR-R
8.0 < 43.7
LR-VHR
55.7 < 60.3
R-VHR
47.7 > 43.7
*Taraf α = 0.05
Apabila tanda yang diperoleh adalah lebih kecil ―<‖ (selisih average range lebih kecil dari
nilai perhitungan rumus di sebelah kanannya), maka antara pasangan tersebut tidak memberikan
pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi. Sebaliknya, apabila tanda yang diperoleh adalah
lebih besar ―>‖ (selisih average range lebih besar dari nilai perhitungan rumus di sebelah kanannya),
maka antara pasangan tersebut memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi.
Keseluruhan hasil perhitungan tersebut memberikan kesimpulan bahwa pengaruh berbeda dari
kriteria produk terhadap rentang waktu sertifikasi pada taraf α 5% (0.05) hanya diberikan oleh
pasangan kriteria R-VHR (47.7 > 43.7). Hal ini ditunjukkan dengan tanda lebih besar ―>‖ (selisih
mutlak dari average range lebih besar dari nilai perhitungan rumus di sebelah kanannya). Adapun
pasangan kriteria lainnya tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi.
Berdasarkan hasil ini dapat pula dikatakan kriteria risk dan kriteria very high risk memberikan
pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi sedangkan pasangan kriteria lainnya tidak pada
taraf α 5% (0.05).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kriteria R (risk) merupakan kriteria dengan
bahan kritis lebih banyak dibandingkan kriteria NR (no risk) dan kriteria LR (low risk). Adapun
kriteria VHR (very high risk) merupakan kriteria dengan karakteristik melibatkan bahan hewani
dan/atau bahan kritis lainnya. Kriteria R (risk) merupakan kriteria dengan tingkat kompleksitas tinggi
sedangkan kriteria VHR merupakan kriteria dengan tingkat kompleksitas paling tinggi dibandingkan
kriteria lainnya. Berdasarkan kesimpulan hasil uji lanjut tersebut, maka terdapat kemungkinan bahwa
semakin kompleks atau kritis bahan yang ada pada produk, akan mempengaruhi rentang waktu
sertifikasi yang harus dilalui.
48
17
5.1.3 Analisis Pengaruh Tahapan Proses Sertifikasi
Analisis pengaruh tahapan proses terhadap rentang waktu proses sertifikasi juga menggunakan
metode Kruskal Wallis. Metode ini digunakan karena data yang akan dianalisis tidak menyebar
normal. Tahapan yang dianalisis terdiri atas tujuh tahap dalam melalui proses sertifikasi, yaitu tahap 1
(dari pendaftaran hingga menuju penyeleksian berkas masuk), tahap 2 (dari penyeleksian berkas
masuk hingga menuju pra audit memorandum), tahap 3 (dari penyeleksian berkas masuk hingga
menuju audit), tahap 4 (dari pra audit memorandum hingga menuju audit), tahap 5 (dari audit hingga
menuju audit memorandum), tahap 6 (dari audit hingga masuk Komisi Fatwa), dan tahap 7 (dari audit
memorandum hingga Komisi Fatwa).
Setelah dilakukan prosedur pengolahan data dengan Minitab 15 maka diperoleh output atau
hasil pengolahan data yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai
Pvalue (0.0000) lebih kecil dari nilai α (0.05). Hal ini memberikan kesimpulan tolak H0 atau terima
H1 yang berarti paling sedikit terdapat minimal sepasang tahapan proses yang memberikan pengaruh
berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi pada taraf α (alfa) 5%. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji
lanjut terhadap hasil analisis pengaruh tahapan proses yang dihasilkan untuk mengetahui letak
perbedaan tersebut.
Sama halnya dengan pengujian lanjut pengaruh kriteria produk, pengujian lanjut pengaruh
tahapan dilakukan secara manual menggunakan rumus pada prosedur perbandingan berganda Uji
Dunn. Pasangan tahapan yang diukur berjumlah 21 pasang tahap. Karena terdapat pengulangan angka
(ties) pada data yang digunakan, maka digunakan rumus yang sama dengan rumus yang digunakan
pada uji lanjut pengaruh kriteria produk, dimana kesimpulan tolak H0 atau terima H1 diperoleh oleh
tiap
pasangan
tahapan
proses
sertifikasi
jika
diperoleh
hasil:
Pembacaan hasil perhitungan sama dengan pada analisis kriteria produk. Apabila tanda yang
diperoleh adalah lebih kecil ―<‖ (selisih average range lebih kecil dari nilai perhitungan rumus di
sebelah kanannya), maka antara pasangan tersebut tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap
rentang waktu sertifikasi. Sebaliknya, apabila tanda yang diperoleh adalah lebih besar ―>‖ (selisih
average range lebih besar dari nilai perhitungan rumus di sebelah kanannya), maka antara pasangan
tersebut memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh hasil untuk masing-masing pasangan tahapan. Hasil tersebut dapat dilihat pada
Tabel 6.
Keseluruhan hasil perhitungan memberikan kesimpulan bahwa tahap 1 memberikan pengaruh
berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi jika dibandingkan dengan dengan tahap 3, 4, dan 6.
Namun, tahap 1 memberikan respon yang sama jika dibandingkan dengan tahap 2, 5, dan 7. Tahap 2
memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi jika dibandingkan dengan dengan
tahap 3, 4, dan 6. Namun tahap 2 memberikan pengaruh yang sama terhadap rentang waktu sertifikasi
jika dibandingkan dengan dengan tahap 5 dan 7.
Tahap 3 memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi jika dibandingkan
dengan dengan tahap 5 dan 7. Namun tahap 3 memberikan pengaruh yang sama terhadap rentang
waktu sertifikasi jika dibandingkan dengan dengan tahap 4 dan 6. Tahap 3 memberikan pengaruh
berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi jika dibandingkan dengan dengan tahap 5. Namun tahap 4
memberikan pengaruh yang sama terhadap rentang waktu sertifikasi jika dibandingkan dengan dengan
tahap 6 dan 7. Tahap 5 memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi jika
49
17
dibandingkan dengan dengan tahap 6. Namun tahap 5 memberikan pengaruh yang sama terhadap
rentang waktu sertifikasi jika dibandingkan dengan dengan tahap 7. Adapun tahap 6 memberikan
pengaruh yang sama terhadap rentang waktu sertifikasi jika dibandingkan dengan dengan tahap 7.
Keseluruhan kesimpulan ini diperoleh pada taraf α 5% (0.05).
Tabel 6. Hasil perhitungan uji lanjut setiap tahapan
Pasangan Tahapan
Hasil Perhitungan
1 vs 2
62.30 < 77.77
1 vs 3
197.00 > 44.40
1 vs 4
185.00 > 69.66
1 vs 5
6.00 < 88.84
1 vs 6
158.80 > 43.06
1 vs 7
82.10 < 96.93
2 vs 3
134.70 > 79.25
2 vs 4
122.60 > 95.62
2 vs 5
56.30 < 110.35
2 vs 6
96.50 > 78.42
2 vs 7
19.80 < 117.08
3 vs 4
12.1 < 71.21
3 vs 5
191.00 > 90.06
3 vs 6
38.20 < 45.47
3 vs 7
114.90 > 98.06
4 vs 5
178.90 > 104.85
4 vs 6
26.10 < 70.38
4 vs 7
102.80 < 111.79
5 vs 6
152.80 > 89.41
5 vs 7
76.10 < 124.65
6 vs 7
*Taraf α = 0.05
76.70 < 97.46
Untuk mempermudah pembacaan kesimpulan uji lanjut pengaruh tahapan, maka dilakukan
pengelompokkan sesuai hasil perhitungan uji lanjut di atas yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa tahap 1, 2, 5, dan 7 berada pada grup yang sama, yaitu grup A
dan di sisi lain tahap 3, 4, dan 6 berada pada grup yang sama, yaitu grup B. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tahap antara 1, 2, 5, dan 7 tidak memiliki pengaruh berbeda terhadap rentang
waktu sertifikasi. Di sisi lain tahap antara 3, 4, dan 6 juga tidak memiliki pengaruh berbeda terhadap
rentang waktu sertifikasi. Namun, tahap 1, 2, 5, dan 7 memiliki pengaruh berbeda jika dibandingkan
dengan tahap 3, 4, dan 6 dan begitu pula sebaliknya.
50
17
Tabel 7. Pengelompokkan (grouping) setiap tahap hasil perhitungan uji lanjut pengaruh tahapan
Tahap
Grup
1
A
2
A
3
B
4
B
5
A
6
7
B
A
Tahap 1 merupakan tahap dari pendaftaran hingga menuju seleksi berkas masuk. Pada tahap ini
perusahaan yang ingin mengajukan sertifikasi halal melakukan pendaftaran dan menyerahkan
beberapa dokumen pendaftaran yang terdiri atas formulir pendaftaran, alur proses produksi, daftar
produk, daftar bahan baku/tambahan/penolong, matriks produk vs bahan baku, dokumen pendukung
(sertifikat halal/spesifikasi/bagan alir/asal-usul/COA/informasi produk), dokumen persyaratan Sistem
Jaminan Halal (Manual Halal), dokumen Implementasi Sistem Jaminan Halal, daftar alamat pabrik,
baik pabrik milik perusahaan maupun maklon (untuk industri pengolahan), dan daftar alamat outlet
restoran (untuk jenis perusahaan restoran).
Tahap 2 merupakan proses dari seleksi berkas hingga menuju pra audit memorandum. Pada
tahap ini dokumen pendaftaran perusahaan diperiksa oleh internal LPPOM MUI. Apabila terdapat
kekurangan atau ketidaklengkapan berkas yang dibutuhkan, maka perusahaan akan diberitahukan oleh
LPPOM MUI dengan menggunakan pra audit memorandum. Pra audit memorandum adalah surat atau
alat komunikasi yang diberikan oleh LPPOM MUI Pusat untuk memberitahukan kepada perusahaan
yang mendaftar mengenai ketidaklengkapan berkasnya. Tahap 3 merupakan proses dari seleksi berkas
masuk hingga menuju audit. Tahap 3 dilalui oleh perusahaan yang berkas/dokumen pendaftarannya
telah lengkap sehingga tidak mendapat pra audit memorandum dan dapat menuju tahap berikutnya,
yaitu audit. Tahap 4 merupakan proses dari pra audit memorandum hingga menuju audit.
Tahap 5 merupakan proses dari audit hingga menuju audit memorandum. Pada tahap ini proses
audit dilakukan. Proses audit adalah kegiatan audit yang dilakukan oleh auditor di lokasi perusahaan.
Audit yang dilakukan adalah audit implementasi Sistem Jaminan Halal berdasarkan Manual Sistem
Jaminan Halal dimana audit proses produksi tercakup di dalamnya. Tahap ini hanya dilalui oleh
perusahaan jika ditemukan bahan baku, alur proses, atau kendali mutu yang dapat mengubah status
kehalalan produk. Jika hal itu terjadi, maka perusahaan akan mendapat pemberitahuan berupa audit
memorandum dari LPPOM MUI untuk melakukan tindakan koreksi. Audit memorandum adalah surat
atau alat komunikasi antara LPPOM MUI dengan pihak perusahaan/industri yang diaudit untuk
mengomunikasikan hasil audit.
Tahap 6 merupakan proses dari audit hingga menuju Komisi Fatwa. Tahap ini dilalui jika hasil
audit telah sesuai dan lengkap serta tidak ditemukan bahan baku, alur proses, atau kendali mutu yang
dapat mengubah status kehalalan produk sehingga dapat diproses ke Komisi Fatwa untuk diputuskan
fatwa produk yang diaudit tanpa harus mendapat audit memorandum. Adapun tahap 7 merupakan
proses dari audit memorandum hingga menuju Komisi Fatwa.
Berdasarkan hasil uji lanjut pengaruh tahapan proses terhadap rentang waktu sertifikasi yang
diperoleh, tahapan-tahapan terklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok A (tahap 1, 2, 5, dan
7) dan kelompok B (tahap 3, 4, 6). Tiap tahap pada kelompok A akan memberikan pengaruh yang
51
17
berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi jika dibandingkan dengan tiap tahap pada kelompok B, dan
sebaliknya. Hasil uji lanjut pengaruh tahapan proses terhadap rentang waktu sertifikasi ini memiliki
kesamaan hasil dengan perhitungan rata-rata tiap tahapan proses sertifikasi yang akan dijelaskan pada
bagian pembahasan berikutnya.
5.1.4 Perhitungan Rata-rata Waktu dalam Proses Sertifikasi
Perhitungan rata-rata waktu dalam proses sertifikasi meliputi perhitungan rata-rata untuk
seluruh sampel, setiap kriteria, dan perhitungan rata-rata untuk setiap tahapan. Pada perhitungan untuk
seluruh sampel dan setiap kriteria terdiri atas rata-rata dari proses pendaftaran hingga menuju proses
audit dan rata-rata audit hingga menuju Komisi Fatwa. Hasil perhitungan rata-rata waktu proses
sertifikasi untuk 136 sampel data memberikan hasil bahwa rata-rata waktu dari proses pendaftaran
hingga menuju proses audit adalah 44 hari. Jika dilihat berdasarkan kriteria produk, hasil yang
diberikan berbeda-beda. Pada kriteria no risk rata-rata waktu dari proses pendaftaran hingga menuju
proses audit adalah 42 hari, kriteria low risk 40 hari, kriteria risk 44 hari, dan kriteria very high risk 44
hari. Jika menganalisis kondisi tersebut, maka rata-rata waktu yang dibutuhkan dari pendaftaran
menuju audit yang terbesar terdapat pada kriteria risk dan very high risk (44 hari) sedangkan terendah
terdapat pada kriteria low risk (40 hari). Namun, rata-rata waktu pada kriteria no risk (42 hari) dan
kriteria low risk (40 hari) tidak berbeda jauh dengan kriteria risk dan very high risk (44 hari).
Jika melihat definisi masing-masing kriteria yang telah dijelaskan pada bahasan analisis
pengaruh kriteria produk, maka rata-rata waktu dari proses pendaftaran hingga menuju proses audit
pada kriteria no risk dan low risk seharusnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pada kriteria risk
dan kriteria very high risk. Hal ini dikarenakan tingkat kompleksitas dan kekrtitisan bahan sangat
berbeda. Penyebab besarnya rata-rata waktu dari proses pendaftaran hingga menuju proses audit pada
kriteria no risk dan low risk tidak terletak pada tingkat kompleksitas maupun kekritisan bahan yang
digunakan, akan tetapi dapat terletak pada pemenuhan kelengkapan berkas pendaftaran.
Sejak tahun 2011 LPPOM MUI mengeluarkan kebijakan mengenai perbedaan Manual Sistem
Jaminan Halal (Manual SJH) pada masing-masing kriteria produk, dimana Manual SJH akan
disesuaikan dengan tingkat kekritisan bahan pada masing-masing kriteria. Sampel yang dianalisis
merupakan sampel perusahaan yang didominasi melakukan pendaftaran di akhir tahun 2010 sehingga
perusahaan yang akan diaudit tersebut masih menggunakan sistem pemenuhan berkas pendaftaran dan
Manual SJH yang lama, dimana perusahaan dengan kriteria apapun wajib melengkapi seluruh elemen
dalam Manual Halal. Hal ini dapat menjadi penyebab lamanya waktu bagi perusahaan untuk
memenuhi kelengkapan berkas.
Di samping itu, hasil perhitungan rata-rata waktu proses sertifikasi untuk 136 sampel data
memberikan hasil lainnya, bahwa rata-rata waktu dari proses audit hingga sampai ke Komisi Fatwa
adalah 24 hari. Jika dilihat berdasarkan kriteria produk, hasil yang diberikan berbeda-beda. Pada
kriteria no risk rata-rata waktu dari proses audit hingga sampai ke Komisi Fatwa adalah 19 hari,
kriteria low risk 14 hari, kriteria risk 22 hari, dan kriteria very high risk 67 hari. Hasil perhitungan
rata-rata waktu proses sertifikasi untuk seluruh sampel/data (136 data) dan untuk setiap kriteria dapat
dilihat pada Tabel 8.
Hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata waktu dari
audit hingga menuju Komisi Fatwa terbesar terdapat pada kriteria very high risk, yaitu 67 hari. Ratarata waktu yang lama ini dapat dikarenakan terdapat berbagai temuan saat audit di lapangan oleh tim
auditor LPPOM MUI. Hal ini menyebabkan perusahaan tersebut mendapat audit memorandum atau
bahkan dilakukannya audit ulang sehingga waktu yang dibutuhkan menjadi semakin lama.
52
17
Tabel 8. Rata-rata waktu proses setiap kriteria
Klasifikasi Data
Rata-rata Waktu (hari)
Pendaftaran menuju Audit
Audit ke KF
Seluruh data (136 data)
44
24
Kriteria No Risk (NR)
42
19
Kriteria Low Risk (LR)
Kriteria Risk (R)
Kriteria Very High Risk
(VHR)
40
44
14
22
44
67
Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak LPPOM MUI bahwa LPPOM MUI menargetkan
waktu yang dibutuhkan dari proses audit hingga sampai ke Komisi Fatwa adalah 21 hari. Jika
dibandingkan dengan rata-rata waktu sertifikasi terhadap 136 sampel data, yaitu sebesar 24 hari, maka
rentang waktu sertifikasi belum sesuai dengan target LPPOM MUI. Namun, jika dilihat dari keempat
kriteria, maka rata-rata waktu proses audit hingga masuk Komisi Fatwa yang sesuai dengan target
LPPOM MUI adalah kriteria no risk (19 hari) dan kriteria low risk (20 hari).
Pada diagram pie chart (Gambar 12), terlihat bahwa persentase pencapaian target LPPOM
MUI untuk proses audit hingga masuk ke Komisi Fatwa (KF) dari 136 sampel data adalah sebanyak
60%. Jika dilihat masing-masing kriteria, maka untuk kriteria no risk adalah sebanyak 58% (Gambar
13), kriteria low risk sebanyak 66% (Gambar 14), kriteria risk sebanyak 60% (Gambar 15), dan
kriteria very high risk sebanyak 33% (Gambar 16).
Persentase Ketercapaian Audit
Hingga KF untuk 136 Sampel Data
40%
<= 21 hari
60%
>21 hari
Gambar 13. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada 136 sampel
Persentase Ketercapaian Audit
Hingga KF Kriteria No Risk
<= 21 hari
42%
58%
>21 hari
Gambar 14. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada kriteria no risk
53
17
Persentase Ketercapaian Audit
Hingga KF Kriteria Low Risk
33%
<= 21 hari
66%
>21 hari
Gambar 15. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada kriteria low risk
Persentase Ketercapaian Audit
Hingga KF Kriteria Risk
<= 21 hari
40%
60%
>21 hari
Gambar 16. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada kriteria risk
Persentase Ketercapaian Audit
Hingga KF Kriteria Very High Risk
33%
<= 21 hari
>21 hari
67%
Gambar 17. Persentase pencapaian target audit hingga KF pada kriteria very high risk
Di samping itu, juga dilakukan perhitungan rata-rata waktu untuk setiap tahapan yang dilalui
dalam proses sertifikasi. Hasil perhitungan rata-rata terhadap setiap tahap yang dilalui dalam proses
sertifikasi halal terdapat pada Tabel 9.
Rentang waktu yang dilalui selama proses sertifikasi tidak terlepas dari dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kinerja internal LPPOM MUI dan sistem yang
diterapkan oleh internal LPPOM MUI. Faktor eksternal meliputi kinerja perusahaan yang mendaftar,
respon perusahaan, dan pemahaman perusahaan terhadap sertifikasi halal. Jika dilakukan analisa
terhadap dominasi peran pada setiap tahap terhadap keberlangsungan tahap tersebut, maka untuk
tahap 1 didominasi oleh faktor eksternal, tahap 2 oleh faktor internal, tahap 3 oleh faktor internal dan
54
17
eksternal, tahap 4 oleh faktor internal dan eksternal, tahap 5 oleh faktor internal, tahap 6 oleh faktor
internal dan eksternal, dan tahap 7 oleh faktor eksternal.
Tabel 9. Rata-rata waktu (hari) untuk setiap tahap yang dilalui dalam proses sertifikasi halal
Tahap
Rata-rata
waktu (hari)
1
2
3
4
5
6
7
7
11
35
30
6
24
12
Keterangan :
Tahap 1 = pendaftaran hingga menuju seleksi berkas masuk
Tahap 2 = seleksi berkas masuk hingga menuju pra audit memorandum
Tahap 3 = seleksi berkas masuk hingga menuju audit
Tahap 4 = pra audit memorandum hingga menuju audit
Tahap 5 = audit hingga menuju audit memorandum
Tahap 6 = audit hingga menuju Komisi Fatwa
Tahap 7 = audit memorandum menuju Komisi Fatwa
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 9, diperoleh rata-rata waktu (hari) terbesar berada di
tahap 3 (seleksi berkas masuk hingga menuju audit) sebesar 35 hari, dan nilai terbesar kedua berada di
tahap 4 (pra audit memorandum hingga menuju audit) sebesar 30 hari. Pada tahap 3 dan 4 faktor
internal dan eksternal mempengaruhi rentang waktu sertifikasi. Pada tahap 3 (seleksi berkas masuk
hingga menuju audit), faktor internal berupa kemampuan internal LPPOM MUI dalam proses
penyeleksian berkas, sedangkan faktor eksternal berupa kesalahan/ketidaklengkapan persyaratan
dokumen/berkas pendaftaran yang diberikan oleh perusahaan dan respon dari perusahaan terhadap pra
audit memorandum yang dikirimkan oleh LPPOM MUI kepada perusahaan yang mendaftar
sertifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faradina (2011) terhadap evaluasi proses
sertifikasi halal, ditemukan beberapa masalah yang dialami oleh perusahaan selama melakukan
sertifikasi halal. Salah satu permasalahan tersebut adalah dalam hal melengkapi dokumen-dokumen
pendukung. Hal ini dapat menjadi penyebab dokumen/berkas persyaratan yang diseleksi mengalami
kekurangan atau ketidaklengkapan sehingga membutuhkan perbaikan yang akhirnya berdampak pada
waktu sertifikasi yang lebih lama.
Pada tahap 4 (pra audit memorandum hingga menuju audit), faktor internal berupa kendala
pada penjadwalan audit, sedangkan faktor eksternal berupa respon dari perusahaan terhadap pra audit
memorandum yang dikirimkan oleh LPPOM MUI kepada perusaan yang mendaftar sertifikasi.
Adapun rata-rata waktu terkecil berada pada tahap 5 (audit hingga menuju audit memorandum)
sebesar 6 hari. Pada tahap ini didominasi oleh faktor internal, yaitu kemampuan internal LPPOM MUI
dalam melaksanakan proses audit ke perusahaan. Oleh karena rata-rata waktu pada tahap ini
merupakan rata-rata waktu terkecil dibandingkan dengan tahap lainnya, maka dapat dikatakan kinerja
LPPOM MUI dalam melaksanakan audit ke perusahaan sudah baik.
Hasil lain yang dapat dilihat adalah, bahwa pada setiap tahap memiliki rata-rata waktu yang
berbeda-beda. Namun, rata-rata waktu pada tahap 1, 2, 5, dan 7 memiliki nilai yang tidak jauh
berbeda. Di sisi lain, rata-rata waktu pada tahap 3, 4, dan 6 juga memiliki nilai yang tidak jauh
berbeda. Akan tetapi, rata-rata waktu antara tahap 1, 2, 5, dan 7 jauh berbeda dibandingkan dengan
rata-rata waktu pada tahap 3, 4, dan 6. Jika melihat kembali hasil yang diberikan pada hasil uji lanjut
pengaruh tahapan proses terhadap rentang waktu sertifikasi, bahwa tahap 1, 2, 5, dan 7 memiliki
55
17
pengaruh berbeda jika dibandingkan dengan tahap 3, 4, dan 6 dan begitu pula sebaliknya, maka
perbedaan yang ada pada tahap 1, 2, 5, dan 7 dibandingkan tahap 3, 4, dan 6 juga yang ditunjukkan
dengan perbedaan kelompok (group) terlihat dari rata-rata waktu yang dilalui tahap masing-masing.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan berupa analisis pengaruh kriteria produk dan
pengaruh tahapan terhadap rentang waktu sertifikasi halal memberikan gambaran mengenai kondisi
proses sertifikasi halal. Hasil-hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa baik kriteria produk maupun
tahapan proses sama-sama memberikan pengaruh terhadap rentang waktu sertifikasi halal. Pengaruh
yang ada tersebut disebabkan oleh kendala-kendala yang ada. Kendala yang dilalui tersebut
sebenarnya mengerucut pada beberapa permasalahan utama.
Pertama, ketidakpahaman perusahan/industri pengolahan terhadap Sistem Jaminan Halal
berikut komponen-komponen di dalamnya. Apabila perusahaan memahami betul Sistem Jaminan
Halal dan mengimplementasikannya, maka proses selanjutnya akan menjadi lebih mudah. Hal ini
karena mayoritas kriteria produk mengalami rentang waktu yang lama saat pendaftaran hingga menuju
audit. Tahap ini sangat ditentukan dari kelengkapan dokumen sebagai prasyarat dilakukannya proses
audit, yaitu Manual SJH dan dokumen-dokumen pendukung. Kedua, komitmen dari perusahaan untuk
memenuhi syarat dan menyelesaikan proses sertifikasi yang sudah disepakati bersama. Hal ini dapat
dilihat dari respon yang cepat terhadap memorandum yang diberikan, kesesuaian antara dokumen
Manual SJH dengan implementasi SJH di perusahaan yang memperkecil kemungkinan temuan lapang
sehingga menyebabkan proses menjadi lebih singkat.
Selain itu, skala perusahaan sedikit banyak dapat memberikan pengaruh terhadap lamanya
waktu yang ditempuh dalam proses sertifikasi. Perusahaan dengan skala besar idealnya dapat
menyelesaikan proses sertifikasi lebih cepat karena didukung dengan kemajuan sistem internal yang
diterapkan serta jumlah sumber daya yang sesuai. Perusahaan dengan skala kecil dengan sistem dan
manajemen pengelolaan internal, ketersediaan sumber daya, pemahaman, dan edukasi yang lemah
tentunya juga mempengaruhi kelancaran proses sertifikasi. Namun, kondisi ini dapat diatasi jika
perusahaan terkait paham dengan Sistem Jaminan Halal secara menyeluruh, berkomitmen kuat dalam
menyelesaikan proses sertifikasi dan menjaga keberlangsungan proses produksi yang halal, serta
tentunya dukungan berupa kemudahan pemenuhan persyaratan dari LPPOM MUI kepada perusahaan.
5.2 KAJIAN ILMIAH KHAMR DAN ALKOHOL
Kajian ilmiah yang dilakukan adalah penelitian mengenai profil fermentasi perasan buah
berdasarkan tinjauan hadist yang ditinjau dari aspek biokimia dan fisiologi serta menganalisis
senyawa penciri hasil fermentasi secara statistik dan matematika. Senyawa yang dianalisis terdiri atas
profil gula, alkohol, dan asam organik selama proses fermentasi berlangsung. Profil fermentasi yang
teridentifikasi kemudian dianalisis secara statistik untuk melihat pola suatu senyawa sebagai senyawa
penciri serta membuat permodelan matematika dari hasil fermentasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pakar hadis dari Majelis Ulama Indonesia,
nabidz merupakan perasan buah selain anggur. Perasan buah tersebut biasa dibuat oleh bangsa Arab
pada zaman Rasulullah dengan merendam buah dengan air atau menghancurkan buah. Pembuatan
perasan buah dilakukan secara manual. Menurut Najiha (2010), dalam penelitiannya, pembuatan
nabidz (perasan buah) dari buah anggur dilakukan dengan penghancuran buah dan penyaringan. Di
samping itu, menurut Mat Hashim (2010) dan Dirar (1993), pembuatan nabidz kurma dilakukan
dengan perendaman buah kurma.
Kajian ilmiah diawali dengan pembahasan fisiologi dan biokimia mengenai senyawa-senyawa
yang dihasilkan dari proses fermentasi. Kemudian senyawa-senyawa tersebut dianalisis secara statistik
56
17
dengan analisis korelasi (Pearson) untuk mengidentifikasi sifat korelasi dan signifikansi antara waktu
fermentasi (hari) dengan kadar masing-masing senyawa. Kemudian senyawa dengan korelasi dan
signifikansi terbesar terhadap waktu fermentasi (hari) dianalisis dengan ANOVA untuk melihat
keberadaan pengaruh dan uji lanjut untuk mengetahui letak pengaruh waktu fermentasi (hari) terhadap
kadar senyawa yang memiliki korelasi dan signifikansi terbesar. Kemudian dilakukan analisis
kesamaan pola fermentasi pada senyawa yang memiliki korelasi dan signifikansi terbesar. Setelah itu
dilakukan pembuatan model matematika terhadap gula, etanol, dan asam hasil fermentasi dan
menghitung rasio fraksi gula, etanol, dan asam pada ketiga perasan buah untuk melihat kesamaannya.
5.2.1. Profil Kadar Gula (Fruktosa, Glukosa, dan Sukrosa)
Senyawa gula yang dihasilkan terdiri atas gula pereduksi (monosakarida) yaitu fruktosa dan
glukosa, serta disakarida yaitu sukrosa. Gula pereduksi adalah hasil hidrolisis pati yang terdapat pada
perasan buah oleh enzim yang dihasilkan mikroorganisme. Di antara mikroorganisme yang paling
berperan dalam proses hidrolisis adalah kapang. Menurut Winarno (1985) konversi (hidrolisis) pati
menjadi gula sederhana dilakukan oleh kapang. Hidrolisis pati menghasilkan gula pereduksi sebagai
sumber karbon bagi mikroorganisme. Konversi pati menjadi gula sederhana juga menjadikannya
mudah untuk dimanfaatkan. Profil gula hasil fermentasi dari perasan anggur, perasan apel, dan
perasan/rendaman kurma disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Kadar fruktosa, glukosa, dan sukrosa pada perasan anggur, apel, dan kurma
Waktu
(hari
ke)
Kadar Gula (%)
Per. Anggur
Per. Apel
Per. Kurma
Frk
Glu
Suk
Frk
Glu
Suk
Frk
Glu
Suk
0
7.47
7.39
0.12
5.25
1.55
4.77
12.70
10.39
23.08
1
7.66
7.74
0
6.83
2.05
2.58
12.77
2.56
14.60
2
7.58
5.36
0
5.39
2.46
2.24
13.06
8.27
11.56
3
6.92
5.72
0
3.26
1.06
2.09
6.34
7.03
10.45
4
6.72
4.87
0
2.96
0.76
1.64
4.88
5.20
5.92
5
3.72
2.07
0
1.88
0.36
1.64
4.66
3.39
1.07
Keterangan :
Frk = Fruktosa
Glu = Glukosa
Suk = Sukrosa
Berdasarkan data pada Tabel 10, secara umum kadar gula pereduksi (fruktosa dan glukosa)
mengalami kenaikan pada awal fermentasi. Setelah mencapai kondisi maksimum, kadar gula
pereduksi tersebut mengalami penurunan hingga hari kelima. Di sisi lain, kadar sukrosa (disakarida)
mengalami penurunan sejak awal fermentasi hingga hari kelima fermentasi. Penurunan ini disebabkan
sukrosa mengalami proses pemecahan menjadi monosakarida (glukosa dan fruktosa) oleh enzim
invertase yang dihasilkan oleh khamir (Frazier, 1977). Proses pemecahan tersebut yang menyebabkan
kadar sukrosa mengalami penurunan setiap harinya hingga hari kelima.
Hidrolisis pati dan disakarida (sukrosa) berlangsung berbeda-beda pada setiap perasan buah.
Pada perasan anggur, hidrolisis berlangsung pada hari ke-0 hingga hari pertama. Hal ini ditandai
57
17
dengan kenaikan kadar fruktosa (7.47%) dan glukosa (7.39%) pada hari ke-0 menjadi 7.66%
(fruktosa) dan 7.74% (glukosa) pada hari pertama. Di samping itu kadar sukrosa mengalami
penurunan dari 0.12% di hari ke-0 menjadi 0% di hari pertama hingga hari kelima. Pada perasan apel,
kadar fruktosa mengalami peningkatan dari hari ke-0 (5.25%) hingga hari pertama (6.82%). Kadar
glukosa mengalami peningkatan dari hari ke-0 (1.55%) menjadi 2.05% di hari pertama dan meningkat
hingga hari kedua (2.46%), sedangkan kadar sukrosa terus mengalami penurunan dari hari ke-0
hingga hari kelima. Pada perasan/rendaman kurma, komponen gula terbesar adalah sukrosa. Pada hari
ke-0 kadar sukrosa sebesar 23.07%. Kadar fruktosa mengalami peningkatan dari hari ke-0 (12.70%)
menjadi 12.77% di hari pertama dan meningkat hingga hari kedua (13.06%). Kadar glukosa pada hari
ke-0 (10.39%) mengalami penurunan di hari pertama menjadi 2.56% dan kemudian meningkat tajam
di hari kedua menjadi 8.27%. Hal ini dikarenakan gula pereduksi tersebut digunakan sebagai sumber
karbon oleh mikroorganisme. Peningkatan tajam yang kemudian terjadi dikarenakan hasil hidrolisis
pati maupun sukrosa. Di samping itu, kadar sukrosa terus mengalami penurunan dari hari ke-0 hingga
hari kelima. Kurva kadar gula pada masing-masing perasan buah disajikan pada Gambar 17 untuk
perasan anggur, Gambar 18 untuk perasan apel, dan Gambar 19 untuk perasan/rendaman kurma.
10
0,15
8
0,1
6
0,05
4
0
2
0
-0,05
0
1
Fruktosa
2
3
Waktu (hari)
Glukosa
4
Kadar sukrosa (%)
Kadar Fruk & Glu (%)
Profil Kadar Gula Perasan Anggur
5
Sukrosa
Gambar 18. Profil Kadar Gula Perasan Anggur
Profil Kadar Gula Perasan Apel
Kadar (%)
8
6
4
2
0
0
1
Fruktosa
2
3
Waktu (hari)
Glukosa
4
5
Sukrosa
Gambar 19. Profil Kadar Gula Perasan Apel
58
17
Kadar (%)
Profil Kadar Gula Perasan/Rendaman
Kurma
25
20
15
10
5
0
0
1
Fruktosa
2
3
Waktu (hari)
Glukosa
4
5
Sukrosa
Gambar 20. Profil Kadar Gula Perasan/Rendaman Kurma
Hidrolisis pati yang terjadi pada perasan anggur berlangsung pada periode hari ke-0 hingga
hari pertama, sedangkan pada perasan apel dan perasan kurma hidrolisis berlangsung pada hari ke-0
hingga hari kelima. Hidrolisis ini terjadi karena mikroorganisme berada pada fase pertumbuhan
logaritma. Peningkatan kadar gula pereduksi mencapai kondisi maksimum pada hari yang berbeda
untuk setiap perasan buah. Setelah mencapai kondisi maksimum, gula pereduksi kemudian digunakan
sebagai sumber karbon oleh mikroorganisme untuk menghasilkan alkohol dan pertumbuhan sel. Oleh
karena itu kadar gula pereduksi perasan buah mengalami penurunan pada hari kedua hingga hari
kelima untuk perasan anggur dan pada hari ketiga hingga hari kelima untuk perasan apel dan perasan
kurma. Hingga hari kelima kadar gula pereduksi masih mengalami penurunan meskipun
penurunannya tidak sebesar penurunan di hari sebelumnya.
5.2.2 Profil Kadar Alkohol (Etanol)
Selama proses fermentasi, pati yang terdapat pada perasan buah dihidrolisis oleh
mikroorganisme menjadi gula sederhana (fruktosa dan glukosa). Gula sederhana yang dihasilkan
kemudian dipergunakan untuk menghasilkan alkohol. Menurut Frazier (1977), proses perubahan
monosakarida (glukosa dan fruktosa) menjadi alkohol pada proses fermentasi disebabkan oleh adanya
enzim zimase yang dihasilkan oleh khamir. Pada proses fermentasi etanol, khamir terutama akan
memetabolisme glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi pada jalur
Embden-Meyerhof-Parnas (EMP), sedangkan asam piruvat yang dihasilkan akan didekarboksilasi
menjadi asetaldehida yang kemudian mengalami dehidrogenasi menjadi etanol (Amerine et al., 1987).
Pada awal fermentasi, kadar alkohol yang dihasilkan masih rendah. Seiring bertambahnya waktu
fermentasi, maka kadar alkohol yang dihasilkan akan terus meningkat. Pada ketiga perasan buah,
alkohol yang dihasilkan adalah etanol. Profil kadar alkohol pada perasan anggur, perasan apel, dan
perasan kurma dapat dilihat pada Tabel 11.
Pada Tabel 11 terlihat bahwa kadar alkohol terendah terdapat pada hari ke-0. Pada hari ke-0
belum diproduksi alkohol pada perasan apel dan perasan/rendaman kurma. Hal ini dikarenakan gula
yang ada dipergunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan sel. Akan tetapi, pada perasan
anggur diperoleh kadar allkohol dalam jumlah sangat kecil pada hari ke-0 sebesar 0.01%. Kadar
alkohol tersebut dimungkinkan merupakan alkohol yang terkandung dalam buah anggur tersebut.
59
17
Tabel 11. Kadar etanol pada perasan anggur, apel, dan kurma
Kadar Alkohol (Etanol) (%)
Waktu
(hari ke)
Perasan Anggur
Perasan Apel
Perasan Kurma
0
0.01
0.00
0.00
1
0.10
0.04
0.003
2
0.50
0.21
0.04
3
0.76
0.32
0.33
4
0.91
0.43
0.52
5
0.95
0.45
0.56
Kemudian alkohol mulai dihasilkan pada hari pertama fermentasi. Pada perasan anggur,
kadar alkohol sebesar 0.10% sedangkan pada perasan apel sebesar 0.04% dan pada perasan kurma
sebesar 0.003%. Kadar alkohol pada ketiga perasan buah terus mengalami peningkatan hingga hari
kelima. Setelah hari pertama, kenaikan kadar alkohol cukup besar setiap harinya. Hal ini dikarenakan
pada periode hari ke-0 hingga hari pertama mikroba yang berperan dalam pembentukan alkohol
kemungkinan hanya khamir, sedangkan kapang menghidrolisis pati. Oleh karena itu peningkatan
kadar gula pereduksi pun terjadi.
Pada periode hari kedua hingga hari keempat fermentasi berlangsung cepat dengan
ditandainya kadar alkohol yang meningkat cukup besar. Hal ini dikarenakan mikroorganisme berada
dalam fase logaritmik. Selain itu, pada periode tersebut kapang dan khamir sama-sama membentuk
alkohol sehingga laju pembentukan alkohol berlangsung lebih cepat. Pada produktivitas alkohol,
kapang dimungkinkan juga berperan dalam mempengaruhi pembentukan alkohol. Kapang selain
menghidrolisis pati, juga menggunakan pati dan gula untuk pembentukan etanol. Saono dan Basuki
(1979) melaporkan bahwa kapang dapat menggunakan pati dan glukosa untuk pembentukan etanol
dan biomassa sel. Selain itu Paturau (1982) menyatakan bahwa fermentasi alkohol memakan waktu
30-72 jam. Pada saat kapang melakukan hidrolisis pati, gula yang dihasilkan dengan cepat digunakan
oleh khamir sebagai sumber karbon untuk pembentukan alkohol. Hal ini dikarenakan khamir
menggunakan gula lebih baik daripada pati sebagai sumber karbon (Saono dan Basuki, 1979).
Pada hari kelima, peningkatan kadar alkohol terlihat lebih rendah jika dibandingkan dengan
hari kedua hingga keempat. Pada perasan anggur kadar alkohol dari 0.91% (hari keempat) menjadi
0.95% (hari kelima), sedangkan pada perasan apel kadar alkohol dari 0.43% (hari keempat) menjadi
0.45% (hari kelima), dan pada perasan kurma kadar alkohol dari 0.52% (hari keempat) menjadi 0.56%
(hari kelima). Hal ini dikarenakan mikroorganisme mulai memasuki fase pertumbuhan lambat. Pada
fase ini pertumbuhan mikroorganisme diperlambat karena zat-zat nutrisi di dalam medium sudah
sangat berkurang. Selain itu, dapat pula dikarenakan kandungan gula dan nutrien di dalam substrat
yang semakin kecil. Hal ini menyebabkan kenaikan produktivitas alkohol tidak sebesar pada hari
kedua hingga keempat. Kurva profil kadar alkohol pada ketiga perasan buah disajikan pada Gambar
20.
60
17
Profil Kadar Alkohol (etanol) Perasan Anggur,
Perasan Apel, dan Perasan/Rendaman Kurma
Kadar Etanol (%)
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0
1
Perasan Anggur
2
3
Waktu (hari)
Perasan Apel
4
5
Perasan Kurma
Gambar 21. Profil Kadar Alkohol (etanol) Perasan Anggur, Perasan Apel, dan Perasan/Rendaman
Kurma
Jika dilihat secara umum, kadar alkohol tertinggi terdapat pada perasan anggur (0.01%
hingga 0.95%) dan kadar alkohol terendah terdapat pada perasan apel (0% hingga 4.45%). Hal ini
karena kadar gula pereduksi yang dimiliki oleh perasan anggur lebih tinggi dibandingkan dengan
kadar gula pereduksi pada perasan apel. Hal ini ditandakan dengan rasa apel yang lebih asam
dibandingkan pada anggur. Akan tetapi, kadar alkohol pada kurma secara umum lebih rendah
dibandingkan pada perasan anggur. Padahal kadar gula pereduksi pada kurma lebih tinggi
dibandingkan pada perasan anggur. Hal ini dapat dikarenakan kadar gula yang terlampau tinggi.
Paturau (1982) menyatakan, bahwa konsentrasi gula yang tepat untuk fermentasi adalah 14-18%
sedangkan menurut Casida (1980), konsentrasi gula yang digunakan berkisar 10-18%. Jika
konsentrasi gula terlalu tinggi, aktivitas khamir dapat terhambat dan waktu fermentasi menjadi lebih
lama serta tidak semua gula dapat difermentasi. Selain itu, pada konsentrasi tinggi (lebih besar dari
150 g/l), gula akan menghambat kerja enzim dengan menekan rantai oksidasi sehingga produksi
alkohol berjalan lambat (Fiechter, 1982). Di samping itu kadar sukrosa yang tinggi perlu dihidrolisis
dan membutuhkan enzim invertase lebih banyak dari khamir. Oleh karena itu, kadar alkohol pada
perasan kurma secara umum lebih rendah dibandingkan dengan kadar alkohol pada perasan anggur.
5.2.3 Profil Kadar Asam (Tartarat, Sitrat, Malat, Asam Asetat)
Asam yang dihasilkan dari fermentasi merupakan asam-asam organik. Asam keseluruhan
yang dihasilkan terdiri atas asam tartarat, asam malat, asam sitrat, dan asam asetat. Hasil profil kadar
asam pada ketiga perasan buah dapat dilihat pada Tabel 12. Adapun kurva profil asam pada perasan
anggur terdapat pada Gambar 21, perasan apel Gambar 22, dan perasan kurma Gambar 23.
Profil asam yang dihasilkan pada ketiga perasan buah tidak sama seluruhnya. Pada perasan
anggur selama fermentasi diperoleh asam tartarat, asam sitrat, dan asam malat. Pada perasan apel
diperoleh asam sitrat dan asam malat. Pada perasan/rendaman kurma diperoleh asam malat, sitrat, dan
asam asetat.
Pada perasan anggur, kadar asam terendah terdapat di hari ke-0, yaitu 0.23% (asam tartarat)
dan 0.16% (asam malat), sedangkan asam sitrat tidak dihasilkan hingga hari pertama. Jenis asam yang
terkandung pada buah anggur adalah asam malat dan asam tartarat (Muhammadiyah, 2010). Pada
perasan apel, kandungan asam malat di hari ke-0 cukup tinggi, yaitu sebesar 0.63%, sedangkan asam
61
17
sitrat sebesar 0.006%. Pada perasan kurma, asam yang terkandung pada hari ke-0 adalah asam tartarat
dalam jumlah kecil, yaitu 0.01%. Kadar asam pada hari ke-0 tersebut merupakan kadar asam alami
yang terdapat pada buah.
Tabel 12. Kadar asam tartarat, sitrat, malat, dan asetat pada perasan anggur, apel, dan kurma
Kadar Asam (%)
Waktu
(hari ke)
Perasan Anggur
Perasan Apel
Perasan Kurma
Tartarat
Sitrat
Malat
Sitrat
Malat
Tartarat
Malat
As.Asetat
0
0.23
0
0.16
0.006
0.63
0.01
0
0
1
0.34
0
0.12
0.83
1.44
0.08
0
0
2
0.43
0.03
0.23
0.91
3.57
1.15
0
0
3
0.46
0.06
1.10
1.37
3.88
3.07
0
0.004
4
0.70
0.09
6.42
1.66
9.62
6.46
0
0.11
5
1.71
1.10
5.21
1.82
10.40
7.03
0.84
0.28
8
2
6
1,5
4
1
2
0,5
0
0
0
1
2
3
4
5
Waktu (hari)
Sitrat
Malat
Kadar Tartarat (%)
Kadar Malat & Sitrat (%)
Kadar Tartarat, Sitrat, dan Malat
Perasan Anggur
Tartarat
Gambar 22. Profil asam tartarat, sitrat, dan malat perasan anggur
15,00
2
1,5
10,00
1
5,00
0,5
0,00
0
0
1
2
3
4
5
Kadar Sitrat (%)
Kadar Malat (%)
Kadar Sitrat dan Malat Perasan Apel
Waktu (hari)
Malat
Sitrat
Gambar 23. Profil asam malat dan sitrat perasan apel
62
17
9
0,3
7
0,2
5
0,1
3
0
1
-1
0
1
Tartarat
2
3
Waktu (hari)
Malat
4
5
-0,1
Kadar Asetat (%)
Kadar Tartarat & Malat(%)
Kadar Asam Tartarat, Malat, dan Asetat
Perasan Kurma
As.Asetat
Gambar 24. Profil asam tartarat, malat, dan asetat perasan kurma
Di samping bakteri kelompok Acetobacter, asam-asam di atas berpeluang dihasilkan oleh
mikroorganisme lainnya. Asam sitrat paling umum dihasilkan oleh Aspergillus niger, namun senyawa
ini dapat pula diproduksi oleh jenis khamir Saccharomyces lipolytica (Ahira, 2010). Menurut Akita
(1999), asam organik adalah komponen esensial untuk rasa di dalam minuman beralkohol. Ketika
khamir melakukan fermentasi, maka akan dihasilkan 70% asam organik dalam minuman beralkohol,
antara lain asam malat, suksinat, dan piruvat. Asam asetat secara umum dihasilkan oleh kelompok
bakteri Acetobacter. Spesies yang paling sering digunakan untuk menghasilkan asam asetat adalah
Acetobacter acetii atau Acetobacter xylinum. Senyawa ini dihasilkan melalui dua rangkaian oksidasi
di mana pada oksidasi tahap kedua melibatkan enzim asetaldehid dehidrogenase (Crueger, 1989).
Namun, secara anaerob, asam asetat dapat dihasilkan oleh kelompok bakteri asam laktat
heterofermentatif. Jalur metabolisme heterofermentatif dapat dilihat pada Gambar 24 dimana salah
satu produknya adalah asam asetat (Kusuma, 2009). Contoh bakteri yang tergolong heterofermentatif
adalah Leuconostoc dan Lactobacillus (Madigan, et.al., 2006). Salah satu spesies bakteri yang
tergolong heterofermentatif adalah L. fermentum (Fardiaz, 1989) dimana spesies ini dapat
menghasilkan asam asetat (Nur, 2005).
Secara keseluruhan, profil asam pada ketiga perasan buah mengalami peningkatan setiap
harinya hingga hari kelima. Terlihat bahwa kadar asam secara umum mengalami peningkatan
signifikan di akhir fermentasi (hari keempat dan kelima). Hal ini dikarenakan seiring berjalannya
fermentasi, kondisi fermentasi pun mendekati kondisi anaerob dimana oksigen semakin berkurang
dibandingkan pada awal fermentasi. Kondisi ini menyebabkan khamir menurun dan bakteri
meningkat. Peningkatan bakteri ini menyebabkan produksi asam meningkat. Pada perasan anggur,
asam tartarat dan asam sitrat mengalami peningkatan cukup tajam di hari kelima dan asam malat
mengalami peningkatan cukup tajam di hari keempat. Pada kondisi tersebut, kelompok bakteri
Acetobacter memiliki peran dalam memproduksi asam tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada
perasan apel, dimana asam sitrat dan asam malat juga mengalami peningkatan cukup tajam di hari
keempat. Pada perasan kurma, asam tartarat dan asam asetat mengalami peningkatan di hari keempat,
asam malat di hari kelima.
63
17
Glukosa
ATP
ATP
Glukosa
Glukosa
ADP
sa
ADP
sa
Glukosa-6-fosfat
Fruktosa-6-fosfat
+
2 NAD
2 NADH
6-fosfoglukonat
+
2 NAD
CO2
2 NADH
Ribulosa-5-fosfat
Xilulosa-5-fosfat
ATP
Glukosa
Gliseraldehid-3-fosfat
+
NAD
2 Pi
NADH
2 ADP
2 ATP
Asetil fosfat
ADP
sa
Asetat
CoA
Pi
Asetil CoA
NADH
Piruvat
+
NAD
NADH
Asetaldehid
+
NAD
NADH
Laktat
+
NAD
Etanol
Gambar 25. Jalur metabolisme heterofermentatif
64
17
5.2.4 Profil Keseluruhan Fermentasi Perasan Anggur, Apel, dan Kurma
Masing-masing perasan buah memiliki profil fermentasi yang berbeda-beda. Pada perasan
anggur keseluruhan profil fermentasi meliputi komponen gula (fruktosa, glukosa, dan sukrosa),
alkohol (etanol), dan asam organik (asam tartarat, asam sitrat, dan asam malat). Pada perasan apel,
profil fermentasi meliputi komponen gula (fruktosa, glukosa, dan sukrosa), alkohol (etanol), dan asam
organik (asam sitrat dan asam malat). Pada perasan/rendaman kurma profil fermentasi meliputi
komponen gula (fruktosa, glukosa, dan sukrosa), alkohol (etanol), dan asam organik (asam tartarat,
asam malat, dan asam asetat). Hasil analisa fermentasi pada perasan anggur ditampilkan pada Tabel
13 dan Gambar 25, sedangkan untuk perasan apel pada Tabel 14 dan Gambar 26, dan untuk perasan
kurma ditampilkan pada Tabel 15 dan Gambar 27.
Tabel 13. Profil dan hasil analisa kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam perasan anggur
Kadar (%)
Gula
Etanol
Asam
0
14,99
0,01
0,39
1
15,40
0,10
0,46
2
12,93
0,50
0,69
3
12,64
0,76
1,62
4
11,60
0,91
7,28
5
5,79
0,95
8,02
Profil Kadar Gula, Etanol, dan Asam
Fermentasi Perasan Anggur
20
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
15
10
5
0
0
1
2
3
Waktu (hari)
Gula
Asam
4
5
Kadar Etanol (%)
Kadar Gula&Asam (%)
Hari
Etanol
Gambar 26. Profil kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan anggur
65
17
Tabel 14. Profil dan hasil analisa kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan apel
Kadar (%)
Gula
Etanol
Asam
0
11,58
0
0,64
1
11,46
0,04
2,27
2
10,09
0,21
4,48
3
6,06
0,32
5,25
4
4,61
0,43
11,28
5
3,51
0,45
12,22
Profil Kadar Gula, Etanol, dan Asam
Fermentasi Perasan Apel
14
12
10
8
6
4
2
0
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
Kadar Etanol (%)
Kadar Gula & Asam (%)
Hari
0
0
1
2
3
Waktu (hari)
Gula
Asam
4
5
Etanol
Gambar 27. Profil kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan apel
Tabel 15. Profil dan hasil analisa kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik
perasan/rendaman kurma
Kadar (%)
Hari
Gula
Etanol
Asam
0
46,17
0
0,01
1
29,93
0,003
0,08
2
32,89
0,04
1,00
3
23,84
0,33
3,07
4
15,99
0,52
6,57
5
9,12
0,56
8,15
66
17
50
0,6
40
0,4
30
0,2
20
0
10
0
-0,2
0
1
2
3
Waktu (hari)
Gula
Asam
4
Kadar Etanol (%)
Kadar Gula& Asam (%)
Profil Kadar Gula, Etanol, dan Asam
Fermentasi Perasan Kurma
5
Etanol
Gambar 28. Profil kadar gula, kadar alkohol, dan kadar asam organik perasan kurma
Secara keseluruhan pada ketiga profil fermentasi perasan buah terlihat bahwa gula mengalami
penurunan sementara alkohol dan asam mengalami peningkatan hingga hari kelima. Dalam perasan
buah terkandung senyawa pati, gula (disakarida dan monosakarida), dan senyawa nutrisi lainnya. Pati
mengalami hidrolisis menjadi gula sederhana atau monosakarida, sementara sukrosa, yang tergolong
ke dalam disakarida, juga mengalami hidrolisis oleh enzim invertase yang dihasilkan khamir menjadi
gula pereduksi. Senyawa gula pereduksi yang dihasilkan dari pemecahan pati dan sukrosa adalah
fruktosa dan glukosa.
Proses hidrolisis yang terjadi berlangsung dari hari ke-0 hingga hari pertama yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula pereduksi (fruktosa dan glukosa) serta menurunnya kadar sukrosa.
Pada hari ke-0, dalam perasan anggur sudah dihasilkan alkohol (etanol) sebesar 0.01% yang diduga
merupakan kadar alkohol yang terdapat dalam buah. Proses hidrolisis selesai di hari kedua dan
dimulainya penurunan kadar gula, sedangkan pada perasan buah lainnya tidak dihasilkan alkohol pada
hari ke-0.
Penurunan kadar gula diiringi dengan meningkatnya kadar alkohol dalam perasan buah.
Senyawa gula pereduksi, terutama glukosa, akan memasuki tahap reaksi glikolisis yang dilakukan
oleh khamir. Menurut Amerine et al. (1987), pada proses fermentasi etanol. Khamir terutama akan
memetabolisme glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahap reaksi pada jalur
Embden-Meyerhof-Parnas (EMP), sedangkan asam piruvat yang dihasilkan akan didekarboksilasi
menjadi asetaldehid yang kemudian mengalami dehidrogenasi menjadi etanol. Proses metabolisme
glikolisis pada ketiga perasan buah terjadi pada hari pertama yang ditandai dengan menurunnya kadar
gula pereduksi di hari kedua hingga hari kelima. Selain itu, alkohol sudah mulai meningkat di hari
pertama menuju hari kedua. Peningkatan kadar etanol masih terjadi hingga hari kelima, meskipun
peningkatan yang terjadi di hari kelima lebih rendah jika dibandingkan dengan hari sebelumnya. Hal
ini disebut dengan fase pertumbuhan lambat, yang ditandai dengan penurunan jumlah nutrisi sehingga
metabolit yang dihasilkan tidak sebesar pada fase logaritmik dan semakin banyaknya produk
metabolit lain, seperti asam (Fardiaz, 1988).
Pada perasan buah dihasilkan senyawa asam organik, yaitu asam tartarat, asam sitrat, asam
malat, dan asam asetat. Berdasarkan hasil analisa, pembentukan asam terjadi pada waktu yang
berbeda-beda untuk setiap perasan buah. Pada perasan anggur asam tartarat dan asam malat sudah
terbentuk sejak hari ke-0. Hal ini karena kedua asam tersebut secara alami sudah terdapat dalam buah
67
17
anggur. Asam sitrat baru terbentuk pada hari kedua. Pada perasan apel, asam sitrat dan asam malat
sudah terbentuk di hari pertama. Pada perasan/rendaman kurma asam yang terkandung di hari pertama
hanya asam tartarat dalam jumlah sangat kecil (0.01%), sedangkan asam malat baru terbentuk di hari
kelima sebesar 0.84%. Pada perasan/rendaman kurma juga dihasilkan asam asetat yang tidak
dihasilkan oleh perasan anggur dan perasan apel. Namun, asam asetat baru terbentuk pada hari ketiga
dalam jumlah sangat kecil, sebesar 0.004% dan meningkat hingga hari kelima sebesar 0.28%.
5.2.5. Analisis Korelasi (Pearson)
Analisis korelasi dilakukan pada setiap objek (perasan buah). Variabel yang dianalisis meliputi
waktu (hari), kadar fruktosa, kadar glukosa, kadar sukrosa, kadar alkohol (etanol), kadar asam tartarat,
kadar asam sitrat, kadar asam malat, dan kadar asam asetat. Dengan menggunakan program Minitab
15 maka diperoleh hasil analisis korelasi untuk ketiga perasan buah. Hasil analisis untuk perasan
anggur ditampilkan pada Gambar 28, perasan apel ditampilkan pada Gambar 29 dan perasan kurma
ditampilkan pada Gambar 30.
Nilai positif menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel bersifat positif sedangkan nilai
negatif menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel bersifat negatif. Hasil analisis berfokus
pada perbandingan antara variabel waktu (hari) dengan masing-masing kadar senyawa hasil
fermentasi (fruktosa, glukosa, sukrosa, etanol, tartarat, sitrat, malat, dan asam asetat).
Correlations: Hari; Fruktosa 1; Glukosa; Sukrosa; etanol; Tartarat; Sitrat; Malat (Perasan
Anggur)
Fruktosa 1
Glukosa
Sukrosa
etanol
Tartarat
Sitrat
Malat
Sitrat
Hari
-0,794
0,059
-0,912
0,011
-0,655
0,158
0,965
0,002
0,858
0,029
0,706
0,117
0,855
0,030
Tartarat
0,959
0,002
Fruktosa 1
0,899
0,015
0,260
0,619
-0,662
0,152
-0,967
0,002
-0,982
0,000
-0,704
0,119
Sitrat
Glukosa
Sukrosa
etanol
0,448
0,373
-0,869
0,025
-0,929
0,007
-0,863
0,027
-0,757
0,081
-0,619
0,191
-0,471
0,345
-0,236
0,653
-0,354
0,491
0,738
0,094
0,558
0,250
0,874
0,023
Malat
0,724
0,598
0,103
0,210
Cell Contents: Pearson correlation
P-Value
Gambar 29. Korelasi waktu dengan kadar fruktosa, glukosa, sukrosa, etanol, tartarat, sitrat, dan malat
pada perasan anggur
68
17
Correlations: Hari; Fruktosa; Glukosa; Sukrosa; etanol; Sitrat; Malat (Perasan Apel)
Fruktosa
Glukosa
Sukrosa
etanol
Sitrat
Malat
Hari
-0,882
0,020
-0,753
0,084
-0,850
0,032
0,980
0,001
0,966
0,002
0,952
0,003
Fruktosa
Glukosa
Sukrosa
etanol
Sitrat
0,903
0,014
0,529
0,280
-0,900
0,014
-0,763
0,078
-0,856
0,030
0,365
0,477
-0,736
0,095
-0,657
0,157
-0,771
0,073
-0,827
0,042
-0,941
0,005
-0,742
0,091
0,941
0,005
0,938
0,006
0,886
0,019
Cell Contents: Pearson correlation
P-Value
Gambar 30. Korelasi waktu dengan kadar fruktosa, glukosa, sukrosa, etanol, sitrat, dan malat pada
perasan apel
Correlations: Hari; Fruktosa 3; Glukosa; Sukrosa; Etanol; Tartarat; Malat; As. Asetat
(Perasan Kurma)
Fruktosa 3
Glukosa
Sukrosa
Etanol
Tartarat
Malat
As. Asetat
Malat
As. Asetat
Hari
-0,903
0,014
-0,506
0,306
-0,973
0,001
0,947
0,004
0,958
0,003
0,655
0,158
0,818
0,047
Fruktosa 3
Glukosa
Sukrosa
Etanol
0,389
0,446
0,801
0,056
-0,983
0,000
-0,940
0,005
-0,517
0,293
-0,723
0,105
0,632
0,178
-0,426
0,399
-0,437
0,386
-0,450
0,370
-0,512
0,299
-0,863
0,027
-0,892
0,017
-0,653
0,160
-0,793
0,060
0,986
0,000
0,599
0,209
0,813
0,049
Tartarat
0,635
0,175
0,859
0,029
Malat
0,920
0,009
Cell Contents: Pearson correlation
P-Value
Gambar 31. Korelasi waktu dengan kadar fruktosa, glukosa, sukrosa, tartarat, malat, dan asam asetat
pada perasan kurma
Berdasarkan hasil analisis ketiga perasan buah, terlihat bahwa nilai negatif dimiliki oleh kadar
fruktosa, glukosa, dan sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya hari, maka kadar
69
17
fruktosa, glukosa, dan sukrosa semakin menurun. Di sisi lain, nilai positif dimiliki oleh kadar etanol,
tartarat, sitrat, malat, dan asam asetat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya hari, maka
kadar etanol, tartarat, sitrat, malat dan asam asetat semakin meningkat.
Di samping nilai korelasi, nilai signifikansi juga diperoleh dari hasil analisis ini. Nilai
signifikansi ditunjukkan dengan nilai di bawah nilai korelasi, yang disebut nilai Pvalue. Jika nilai
Pvalue lebih kecil dari nilai alfa (0.05), maka kesimpulannya adalah korelasi bernilai signifikan.
Semakin kecil nilai Pvalue, maka semakin besar signifikansinya. Berdasarkan hasil analisis pada
perasan anggur, nilai Pvalue yang lebih kecil dari alfa (0.05) dimiliki oleh kadar glukosa (0.011),
kadar etanol (0.002), kadar asam tartarat (0.029), dan kadar asam malat (0.030). Pada perasan apel,
nilai Pvalue yang lebih kecil dari alfa (0.05) dimiliki oleh kadar fruktosa (0.020), kadar sukrosa
(0.032), kadar etanol (0.001), kadar asam sitrat (0.002), dan kadar asam malat (0.003). Pada perasan
kurma nilai Pvalue yang lebih kecil dari alfa (0.05) dimiliki oleh kadar fruktosa (0.014), kadar sukrosa
(0.001), kadar etanol (0.004), kadar asam tartarat (0.003), dan kadar asam asetat (0.047). Nilai
signifikansi keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai Signifikansi pada perasan anggur, apel, dan kurma
Variabel
Objek (perasan buah)
Per. Anggur
Per. Apel
Per. Kurma
*
*
0.020
0.014
*
*
0.032
0.001
*
*
*
0.001
0.001
0.004
Fruktosa
Glukosa
*
0.011
Sukrosa
Etanol
Asam
Tartarat
*
*
0.029
0.003
*
Asam
Sitrat
Asam
Malat
Asam
Asetat
0.002
*
*
0.030
0.003
*
0.047
Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa signifikansi variabel yang dimiliki oleh ketiga perasan
buah hanya kadar etanol. Korelasi antara waktu (hari) dengan kadar etanol pada ketiga perasan buah
memiliki nilai Pvalue terkecil dibandingkan nilai alfa (0.05), yaitu 0.001 untuk perasan anggur, 0.001
untuk perasan apel, dan 0.004 untuk perasan kurma. Hal ini menunjukkan bahwa kebenaran terhadap
hubungan antara waktu (hari) dengan kadar etanol pada perasan angur sebesar 99.999%, pada perasan
apel sebesar 99.999%, pada perasan kurma sebesar 99.996%. Selain itu, nilai koefisien korelasi antara
waktu (hari) dengan kadar etanol (Gambar 28, 29, dan 30) sangat besar, yaitu 0.965 untuk perasan
anggur, 0.973 untuk perasan apel, dan 0.947 untuk perasan kurma. Menurut Sarwono (2006),
70
17
koefisien korelasi yang >0.75-0.99 merupakan korelasi dengan kriteria sangat kuat. Hal ini berarti
hubungan antara waktu (hari) dengan kadar etanol pada ketiga perasan buah sangat kuat, signifikan,
dan searah.
5.2.6 Analisis Pengaruh Waktu (hari) Terhadap Kadar Etanol
Berdasarkan hasil analisis korelasi dan signifikansi, diperoleh bahwa kadar etanol memiliki
hasil korelasi yang sangat kuat dengan signifikansi terbesar yang terdapat pada ketiga perasan buah.
Selanjutnya dilakukan analisis letak pengaruh signifikan antara variabel waktu (hari) terhadap kadar
etanol. Untuk mengetahui letak perbedaan tersebut, maka dilakukan terlebih dahulu analisis
keberadaan pengaruh hari terhadap kadar etanol. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan
ANOVA. Analisis dilakuakn pada taraf α (alfa) 5% (0.05).
Berdasarkan hasil analisis korelasi dan signifikansi, diperoleh bahwa kadar etanol memiliki
hasil korelasi yang sangat kuat dengan signifikansi terbesar yang terdapat pada ketiga perasan buah.
Selanjutnya dilakukan analisis pengaruh waktu (hari) terhadap kadar etanol untuk masing-masing
perasan buah serta letak perbedaannya. Untuk mengetahui letak perbedaan tersebut, maka dilakukan
terlebih dahulu analisis keberadaan pengaruh hari terhadap kadar etanol. Analisis ini dilakukan
dengan menggunakan ANOVA pada taraf α (alfa) 5% (0.05) menggunakan program S.A.S 9.1.3.
Kesimpulan yang diperoleh dilihat dari nilai Pr>F yag terdapat pada output analisis. Jika nilai Pr>F
lebih kecil dari nilai α (0.05), maka kesimpulan yang didapat adalah tolak H0 atau terima H1, yaitu
paling sedikit terdapat satu hari yang memberikan pengaruh terhadap kadar etanol pada taraf α 5%.
Pada perasan anggur diperoleh nilai Pr>F (<0.0001) lebih kecil dibandingkan nilai α (0.05).
Pada perasan apel diperoleh nilai Pr>F (0.0111) lebih kecil dibandingkan nilai α (0.05). Adapun pada
perasan kurma diperoleh nilai Pr>F (<0.0001) lebih kecil dibandingkan nilai α (0.05). Ketiga hasil
analisis keberadaan pengaruh hari terhadap kadar etanol pada ketiga perasan buah memberikan hasil
yang sama sehingga diperoleh kesimpulan yang sama. Kesimpulan yang diperoleh adalah tolak H0
atau terima H1, yaitu paling sedikit terdapat satu hari yang memberikan pengaruh terhadap kadar
etanol pada taraf α 5 persen. Setelah diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara waktu
(hari) terhadap kadar etanol, maka dilakukan uji lanjut dengan metode Tukey untuk mengetahui letak
pengaruh tersebut. Hasil uji lanjut Tukey disajikan pada Tabel 17 (untuk perasan anggur), Tabel 18
(untuk perasan apel), dan Tabel 19 (untuk perasan kurma).
Tabel 17. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh hari terhadap kadar etanol pada perasan anggur
Tukey Grouping
Mean
N
Hari
A
0.9512
2
hari 5
0.9071
2
hari 4
A
0.7583
2
hari 3
B
0.5005
2
hari 2
C
0.1006
2
hari 1
0.0099
2
hari 0
A
A
A
C
C
71
17
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 17, pengelompokkan Tukey terbagi dalam tiga grup,
yaitu grup A (hari kelima hingga hari ketiga), grup B (hari kedua), grup C (pertama dan ke-0).
Persamaan grup menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara hari dalam grup tersebut jika
dibandingkan satu sama lain. Namun, jika dibandingkan dengan hari yang berada pada grup yang
berbeda, maka terdapat perbedaan nyata. Pada hari ke-0 dan hari pertama memberikan pengaruh yang
sama jika satu sama lain dibandingkan. Hari ketiga hingga hari kelima juga memberikan pengaruh
yang sama jika satu sama lain dibandingkan. Pada hari kedua, jika dibandingkan dengan hari ke-0,
pertama, ketiga, keempat, dan kelima memberikan pengaruh berbeda. Jika diperhatikan pengaruh pada
sebelum hari ketiga dan setelah hari ketiga, maka terlihat bahwa pengaruh berbeda berada pada hari
kedua ke hari ketiga hingga hari kelima. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian Najiha, et.al.
(2010) untuk perasan anggur, bahwa kadar etanol di hari ke-0 dan pertama tidak berbeda signifikan,
sedangkan perbedaan signifikan terletak pada hari kedua jika dibandingkan dengan hari ke-0, pertama,
ketiga, keempat, dan kelima.
Tabel 18. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh hari terhadap kadar etanol pada perasan apel
Tukey Grouping
A
Mean
N
Hari
0.4464
2
hari 5
0.4332
2
hari 4
0.3182
2
hari 3
0.2098
2
hari 2
0.0429
2
hari 1
0
2
hari 0
A
A
A
A
B
A
B
A
B
B
B
B
B
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 18, pengelompokkan Tukey terbagi dalam dua grup,
yaitu grup A (hari kelima hingga hari kedua), grup B (hari ketiga hingga hari ke-0). Persamaan grup
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara hari dalam grup tersebut jika dibandingkan satu sama
lain. Namun, jika dibandingkan dengan hari yang berada pada grup yang berbeda, maka terdapat
perbedaan nyata. Pada hari ke-0 hingga hari ketiga memberikan pengaruh yang sama jika satu sama
lain dibandingkan. Pada hari kedua hingga hari kelima memberikan pengaruh yang sama jika satu
sama lain dibandingkan. Namun, terdapat irisan pada hari ketiga dan kedua. Antara variabel dapat
dikatakan berpengaruh sama atau tidak berbeda signifikan jika pada suatu grup minimal terdapat satu
huruf yang berasal dari grup berbeda. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa dari hari kelima hingga hari kedua memiliki kesamaan pengaruh. Namun, berbeda pengaruh
jika dibandingkan dengan hari pertama dan ke-0. Jika diperhatikan maka tidak terdapat pengaruh
berbeda baik sebelum hari ketiga hingga setelah hari ketiga pada perasan apel. Perbedaan pengaruh
berada pada hari pertama dibandingkan dengan hari keempat dan kelima.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 19, pengelompokkan Tukey terbagi dalam tiga grup,
yaitu grup A (hari kelima dan keempat), grup B (hari ketiga), dan grup C (hari ke-0, pertama, dan
72
17
kedua). Persamaan grup menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara hari dalam grup tersebut jika
dibandingkan satu sama lain. Namun, jika dibandingkan dengan hari yang berada pada grup yang
berbeda, maka terdapat perbedaan nyata. Pada hari ke-0 hingga hari kedua memberikan pengaruh
yang sama jika satu sama lain dibandingkan. Antara hari keempat dan kelima juga memberikan
pengaruh yang sama satu sama lain. Hari ketiga memberikan pengaruh berbeda jika dibandingkan
dengan hari keempat dan kelima dan hari ketiga juga memberikan pengaruh berbeda jika
dibandingkan dengan hari ke-0 hingga hari kedua. Jika diperhatikan pengaruh pada hari ketiga dan
setelah hari ketiga, maka terlihat bahwa hari ketiga memberikan pengaruh berbeda dibandingkan
dengan hari keempat dan kelima terhadap kadar etanol. Hasil serupa juga diperoleh pada penelitian
Najiha, et.al. (2010) untuk perasan kurma, bahwa kadar etanol di hari ketiga berbeda signifikan jika
dibandingkan dengan hari keempat dan kelima. Kadar etanol di hari ketiga juga berbeda signifikan
jika dibandingkan dengan hari ke-0 hingga hari kedua.
Tabel 19. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh hari terhadap kadar etanol pada perasan kurma
Tukey Grouping
Mean
N
Hari
A
0.4464
2
hari 5
A
0.4332
2
hari 4
B
0.3182
2
hari 3
C
0.2098
2
hari 2
0.0429
2
hari 1
0
2
hari 0
A
C
C
C
C
Berdasarkan hasil uji pengaruh hari terhadap kadar etanol pada ketiga perasan buah
menunjukkan hasil bahwa pada ketiga perasan buah terdapat pengaruh antara hari terhadap kadar
etanol pada taraf α 5% (0.05). Hasil uji lanjut pada ketiga perasan buah memberikan hasil berbeda.
Pada perasan anggur dapat disimpulkan bahwa perbedaan pengaruh signifikan terjadi pada hari kedua
dibandingkan dengan hari ketiga hingga kelima. Pada perasan kurma dapat disimpulkan bahwa
perbedaan pengaruh signifikan terjadi pada hari ketiga dibandingkan dengan hari keempat dan kelima.
Hasil pada perasan anggur dan perasan kurma sama dengan hasil yang diperoleh pada penelitian yang
dilakukan Najiha, et.al (2010). Adapun pada perasan apel, perbedaan pengaruh berada pada hari
pertama dibandingkan hari keempat dan kelima, sedangkan pada hari ketiga maupun kedua tidak
memiliki pengaruh berbeda.
5.2.7 Analisis Klaster (Cluster Analysis)
Analisis klaster dilakukan pada kadar etanol ketiga perasan buah. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk melihat pengelompokkan berdasarkan kesamaan atau kemiripan atribut masing-masing
kelompok yaitu pola fermentasi etanol masing-masing perasan buah melalui kadar etanol setiap
harinya. Hasil analisis berupa dendogram dari ketiga perasan buah (Gambar 31).
73
17
DENDOGRAM
Number of
clusters
2
1
Step
1
2
Similarity
level
99,7976
95,7563
Distance
level
0,0040486
0,0848732
Clusters
joined
1
2
1
3
New
cluster
1
1
Number
of obs.
in new
cluster
2
3
Klaster Etanol Perasan Anggur, Apel, dan Kurma
Similarity
95,76
97,17
98,59
100,00
Etanol Agr.
Etanol Apl.
Variables
Etanol Krm.
Gambar 32. Dendogram analisis klaster etanol perasan anggur, apel, dan kurma
Berdasarkan hasil analisis di atas, terlihat bahwa terdapat dua kelompok cluster yang
terbentuk. Cluster pertama adalah etanol perasan anggur dengan etanol perasan apel, dan cluster
kedua adalah etanol perasan kurma dengan etanol perasan anggur dan perasan apel. Nilai yang diukur
berdasarkan tingkat kesamaan (similarity measure). Pada cluster kedua (etanol perasan anggur dengan
etanol perasan apel) memiliki kesamaan atau kemiripan pada tingkat 99.7976 sedangkan pada cluster
pertama (etanol kurma dengan etanol perasan anggur dan perasan apel) memiliki kesamaan atau
kemiripan pada tingkat 95.7563. Kadar etanol pada ketiga senyawa tidak memiliki satu cluster, akan
tetapi nilai kemiripan yang diperoleh pada cluster 1 dan cluster 2 sangat besar yang ditandai dengan
besarnya tingkat kesamaan (similarity) sehingga kedua cluster dapat dikatakan memiliki kesamaan
atau kemiripan yang dalam hal ini adalah pola atau atribut.
5.2.8 Permodelan Matematika dan Rasio Fraksi
5.2.8.1 Model Solusi Sistem Dinamik
Permodelan matematika dilakukan terhadap keseluruhan profil fermentasi (gula, etanol, dan
asam) pada setiap perasan buah (perasan anggur, perasan apel, dan perasan/rendaman kurma).
Permodelan yang digunakan merupakan model sistem dinamik dimana pada model ini merupakan
model yang memasukkan waktu sebagai variabel dan sistemnya merupakan model matematis dari
74
17
fenomena gerakan obyek yang bergantung waktu dan keadaan (Hedwig, 2010). Pada model dengan
sistem dinamik, digunakan sistem persamaan diferensial.
Pada proses pembuatan permodelan matematika digunakan program Mathematica 7.0 for
Students. Adapun metode yang digunakan adalah metode Kuadrat Terkecil (Least Square). Metode ini
merupakan metode klasik yang umum digunakan dalam pendugaan parameter sistem dinamik
(Wijayanto, 2007). Hasil yang diperoleh dari pengolahan model dengan program tersebut terdiri atas
parameter penduga, nilai MRE (Mean Relative Error), fungsi/solusi eksak, plot kurva solusi peduga
dengan sebaran data penelitian, dan plot kurva gabungan solusi penduga dengan sebaran data kadar
gula, etanol, dan asam. Parameter yang diperoleh dari output program Mathematica 7.0 for Students
untuk setiap perasan buah terdiri dari parameter untuk gula, etanol, dan asam. Parameter tersebut yang
akan digunakan pada fungsi diferensial, yang merupakan solusi sistem dinamik, sebagai substitusi dari
nilai α (gula), β (etanol), dan γ (asam).
Kesesuaian permodelan matematika dilihat melalui kesesuaian antara kurva solusi penduga
dengan kurva sebaran data penelitian. Hal tersebut dapat diukur melalui nilai MRE (Mean Relative
Error) pada setiap senyawa. Nilai MRE yang semakin mendekati 0, maka kesalahan semakin kecil
sehingga model semakin baik. Tampilan plot kurva solusi peduga dengan sebaran data penelitian
dapat dilihat pada Lampiran 28 (untuk perasan anggur), Lampiran 29 (untuk perasan apel), dan
Lampiran 30 (untuk perasan/rendaman kurma).
Berdasarkan output pengolahan dengan program Mathematica 7.0 for Students, pada perasan
anggur, diperoleh output kurva solusi penduga dengan sebaran data penelitian yang disajikan pada
Gambar 32. Garis horizontal menunjukkan waktu (hari ke-) dan garis vertikal menunjukkan kadar
senyawa. Kurva solusi penduga ditandai dengan garis warna merah, adapun sebaran data senyawa
digambarkan dengan titik biru.
(a)
(b)
1.0
14
0.8
12
0.6
10
0.4
8
0.2
6
0.0
0
1
2
3
4
0
5
1
2
3
4
5
8
6
4
2
0
1
2
3
4
5
(c)
Gambar 33. Plot kurva solusi penduga dengan sebaran data penelitian senyawa gula (a), etanol (b),
dan asam (c) pada perasan anggur
Pada plot senyawa gula terlihat satu titik (hari kelima) yang letaknya jauh dari kurva solusi
penduga dan titik lainnya. Adapun pada plot senyawa etanol kurva solusi penduga mengikuti dengan
75
17
baik sebaran data kadar etanol. Namun, pada plot senyawa asam terdapat dua titik (hari kedua dan
ketiga) yang sedikit jauh dari kurva solusi penduga.
Selain itu, diperoleh nilai parameter penduga untuk gula (α) adalah 0.0429026, etanol (β)
adalah 0.160232, dan asam (γ) adalah 0.0721248. Nilai ―K‖ untuk gula dilihat dari kadar di bawah
kadar minimum gula perasan anggur, yaitu sebesar 4. Nilai ―K‖ untuk etanol dan asam dilihat dari
kadar di atas kadar maksimum etanol dan asam perasan anggur, yaitu sebesar 1 (etanol) dan 10
(asam). Berdasarkan hasil tersebut maka diperoleh model matematika (sebagai solusi sistem dinamik)
untuk fermentasi perasan anggur sebagai berikut:
Pada perasan apel, output kurva solusi penduga dengan sebaran data penelitian disajikan pada
Gambar 33. Garis horizontal menunjukkan waktu (hari ke-) dan garis vertikal menunjukkan kadar
senyawa. Kurva solusi penduga ditandai dengan garis warna merah, adapun sebaran data senyawa
digambarkan dengan titik biru.
(a)
(b)
0.4
10
0.3
8
0.2
6
0.1
4
0.0
0
1
2
3
4
0
5
1
2
3
4
5
12
10
8
6
4
2
0
1
2
3
4
5
(c)
Gambar 34. Plot kurva solusi penduga dengan sebaran data penelitian senyawa gula (a), etanol (b),
dan asam (c) pada perasan apel
Pada plot senyawa gula, etanol, dan asam, terlihat masing-masing kurva solusi penduga
mengikuti dengan baik sebaran data kadar gula, kadar etanol, dan kadar asam. Nilai parameter
penduga untuk gula (α) adalah 0.148887, etanol (β) adalah 0.176262, dan asam (γ) adalah 0.125164.
76
17
Nilai ―K‖ untuk gula dilihat dari kadar di bawah kadar minimum gula perasan apel, yaitu sebesar 4.
Nilai ―K‖ untuk etanol dan asam dilihat dari kadar di atas kadar maksimum etanol dan asam perasan
apel, yaitu sebesar 0.5 (etanol) dan 13 (asam). Berdasarkan hasil tersebut maka diperoleh model
matematika untuk fermentasi perasan apel sebagai berikut:
Pada perasan/rendaman kurma, output kurva solusi penduga dengan sebaran data penelitian
disajikan pada Gambar 34. Garis horizontal menunjukkan waktu (hari ke-) dan garis vertikal
menunjukkan kadar senyawa. Kurva solusi penduga ditandai dengan garis warna merah, adapun
sebaran data senyawa digambarkan dengan titik biru.
(a)
(b)
45
0.5
40
0.4
35
30
0.3
25
0.2
20
0.1
15
10
0.0
0
1
2
3
4
0
5
1
2
3
4
5
8
6
4
2
0
0
1
2
3
4
5
(c)
Gambar 35. Plot kurva solusi penduga dengan sebaran data penelitian senyawa gula (a), etanol (b),
dan asam (c) pada perasan kurma
Pada plot senyawa gula dan etanol, terlihat masing-masing kurva solusi penduga mengikuti
dengan baik sebaran data kadar gula dan kadar etanol. Namun, pada plot senyawa asam, terdapat satu
titik yang tidak sesuai dengan kurva solusi penduga. Nilai parameter penduga untuk gula (α) adalah
0.0928585, etanol (β) adalah 0.0736481, dan asam (γ) adalah 0.0706107. Nilai ―K‖ untuk gula dilihat
dari kadar di bawah kadar minimum gula perasan kurma, yaitu sebesar 8. Nilai ―K‖ untuk etanol dan
asam dilihat dari kadar di atas kadar maksimum etanol dan asam perasan kurma, yaitu sebesar 0.6
(etanol) dan 9 (asam). Berdasarkan hasil tersebut maka diperoleh model matematika (sebagai solusi
sistem dinamik) untuk fermentasi perasan anggur sebagai berikut:
77
17
Secara keseluruhan dari permodelan (solusi sistem dinamik) yang didapat terlihat bahwa
permodelan yang ada dapat mengikuti dengan baik sebaran data kadar gula, etanol, dan asam pada
ketiga perasan buah. Hal ini dilihat dari kesesuaian antara kurva solusi penduga dengan sebaran data
penelitian. Meskipun terdapat satu atau dua titik yang tidak mengikuti kurva solusi penduga dengan
baik. Permodelan ini merupakan model matematika dari suatu sistem laju perubahan gula, etanol dan
asam dalam proses fermentasi, di mana model setiap senyawa akan saling mempengaruhi senyawa
lainnya. Tampilan kesesuaian kurva solusi penduga dengan sebaran data untuk ketiga senyawa secara
keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 35 (perasan anggur), Gambar 36 (perasan apel), dan Gambar
37 (untuk perasan/rendaman kurma).
15
10
5
0
1
2
3
4
5
Gambar 36. Kurva gabungan solusi penduga (garis biru) dengan sebaran data gula (titik biru), etanol
(titik merah), dan asam (titik kuning) pada perasan anggur
15
10
5
0
1
2
3
4
5
Gambar 37. Kurva gabungan solusi penduga (garis biru) dengan sebaran data gula (titik biru), etanol
(titik merah), dan asam (titik kuning) pada perasan apel
78
17
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
Gambar 38. Kurva gabungan solusi penduga (garis biru) dengan sebaran data gula (titik biru), etanol
(titik merah), dan asam (titik kuning) pada perasan kurma
Keterangan :
*Kurva solusi penduga ditandai dengan garis lurus biru
*Kurva sebaran data penelitian ditandai dengan bentuk bulat biru (gula), bulat merah (etanol), dan
bulat kuning (asam)
Pada permodelan gula, etanol, dan asam dalam perasan anggur, perasan apel, dan perasan
kurma diperoleh nilai rata-rata kesalahan relatif (mean relative error) terhadap model yang dihasilkan.
Nilai kesalahan relatif rata-rata digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian model yang
digunakan terhadap data yang ada. Semakin kecil nilai tersebut, maka model yang dihasilkan semakin
tepat atau baik.
Pada perasan anggur (Gambar 35), nilai mean relative error untuk gula sebesar -4.99%, untuk
etanol sebesar -1.25%, dan untuk asam sebesar -24.60%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk
gula kesalahan/ketidaksesuaian sebesar 4.99%, etanol sebesar 1.25%, dan asam sebesar 24.60%.
Adapun tanda negatif menunjukkan bahwa kurva solusi penduga cenderung berada di bawah sebaran
data. Pada perasan apel (Gambar 36), nilai mean relative error untuk gula sebesar -11.93%, untuk
etanol sebesar -3.98%, dan asam sebesar -1.73%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk gula
kesalahan/ketidaksesuaian sebesar 11.93%, etanol sebesar 3.98%, dan asam sebesar 1.73%. Adapun
tanda negatif menunjukkan bahwa kurva solusi penduga cenderung berada di bawah sebaran data.
Pada perasan kurma (Gambar 37), nilai mean relative error untuk gula sebesar -11.30%, untuk etanol
sebesar -0.67%, dan untuk asam sebesar -15.54%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk gula
kesalahan/ketidaksesuaian sebesar 11.30%, etanol sebesar 0.67%, dan asam sebesar 15.54%. Adapun
tanda negatif menunjukkan bahwa kurva solusi penduga cenderung berada di bawah sebaran data.
Permodelan matematika merupakan suatu upaya pendekatan terhadap suatu fenomena dimana
digunakan cara sederhana untuk menerjemahkan suatu masalah ke dalam matematika yang nantinya
akan digunakan untuk tujuan prediksi. Model matematika yang dibuat diharapkan dapat mendekati
kondisi nyata (data penelitian sebenarnya) sehingga dapat diaplikasikan pada penelitian sejenis.
Permodelan yang telah dibuat dapat dikembangkan dengan metode permodelan yang lebih tinggi
tingkat kesesuaiannya dengan data penelitian yang ada. Adapun beberapa perbedaan antara model
matematika dengan data penelitian dapat dipengaruhi oleh kisaran data yang dimiliki, hasil penelitian
di lapangan, dan model matematika yang digunakan.
79
17
5.2.8.2 Fraksi dan Rasio Fraksi
Nilai fraksi dihitung dengan dua cara untuk setiap perasan buah. Cara pertama, untuk fraksi
gula adalah dengan membagi kadar gula pada hari ketiga dengan kadar gula maksimum sedangkan
untuk fraksi etanol dan fraksi asam adalah dengan membagi kadar etanol dan kadar asam di hari
ketiga dengan kadar etanol dan asam pada saat mencapai kadar maksimum. Adapun cara kedua, untuk
fraksi gula adalah dengan membagi kadar gula pada hari ketiga dengan kadar gula maksimum
sedangkan untuk fraksi etanol dan fraksi asam adalah dengan membagi kadar etanol dan kadar asam
di hari ketiga dengan kadar etanol dan asam pada saat mencapai titik balik.
Sebelum menghitung rasio fraksi, dilakukan terlebih dahulu perhitungan kadar gula, etanol,
dan asam pada masing-masing perasan buah pada hari ketiga (t=3) melalui pendekatan solusi
numerik. Solusi numerik dilakukan apabila solusi eksak tidak dimungkinkan untuk diperoleh. Solusi
numerik merupakan fungsi polinom yang diperoleh dengan menggunakan program Mathematica 7.0
for Students. Untuk menghitung kadar gula, etanol, dan asam pada hari ketiga (t=3) dilakukan secara
langsung pada program Mathematica 7.0 for Students karena tidak diperolehnya solusi eksak. Berikut
adalah kadar gula, etanol, dan asam pada hari ketiga (t=3) disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Perhitungan solusi numerik kadar gula, etanol, dan asam di hari ketiga setiap perasan buah
Kadar (%) **
Waktu (hari)
Kadar (%) **
Gula
Etanol
Asam
Gula
Etanol
Asam
Perasan anggur
11,25
0.83
3.96
12.64
0.76
1.62
Perasan apel
6.88
0.33
7.42
6.06
0.32
5.25
Perasan kurma
21.37
0.34
3.39
23.84
0.33
3.07
Keterangan:
** = kadar gula, etanol, dan asam yang diperoleh dari perhitungan solusi numerik
** = kadar gula, etanol, dan asam hasil penelitian (data penelitian)
Berdasarkan hasil pada Tabel 19, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan kadar gula,
etanol, dan asam antara hasil perhitungan solusi numerik dengan data hasil penelitian. Kadar gula
pada perasan anggur memiliki perbedaan sebesar 1.39%, pada perasan apel memiliki selisih sebesar
0.82%, dan pada perasan kurma memiliki selisih sebesar 2.47%. Adapun kadar etanol pada perasan
anggur memiliki selisih sebesar 0.07%, pada perasan apel memiliki selisih sebesar 0.01%, dan pada
perasan kurma memiliki selisih sebesar 0.01%. Untuk kadar asam pada perasan anggur memiliki
selisih sebesar 2.34%, pada perasan apel memiliki selisih sebesar 2.17%, dan pada perasan kurma
memiliki selisih sebesar 0.32%.
Kemudian dihitung pula kadar etanol dan asam pada saat titik balik melalui turunan kedua dari
solusi numerik. Titik balik merupakan titik dimana pergerakan senyawa (etanol dan asam) mulai
mengalami penurunan laju peningkatan senyawa. Dari turunan kedua diperoleh hari (nilai ―t‖) saat
titik balik. Melalui program Mathematica 7.0 for Students diperoleh kadar etanol dan asam saat titik
balik melalui substitusi nilai ―t‖ saat titik balik ke dalam fungsi turunan kedua dari solusi numerik.
Pada perasan anggur, titik balik etanol terjadi pada t=2.10 dan titik balik asam terjadi pada t=3.29.
Pada perasan apel, titik balik etanol terjadi pada t=2.30 dan titik balik asam terjadi pada t=2.37.
Adapun pada perasan apel, titik balik etanol terjadi pada t=2.71 dan titik balik asam terjadi pada
t=3.20. Gambar kurva turunan fungsi polinom senyawa etanol dan asam dapat dilihat pada Lampiran
80
17
35 (untuk perasan anggur), Lampiran 36 (untuk perasan apel), dan Lampiran 37 (untuk perasan
kurma). Berikut adalah tabel kadar etanol dan asam pada saat titik balik di masing-masing perasan
buah disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Kadar etanol dan asam pada saat titik balik di setiap perasan buah
Kadar (%)
Per. Anggur
Per. Apel
Per. Kurma
Etanol
0.48
0.22
0.27
Asam
4.53
5.61
4.05
Kemudian dilakukan perhitungan fraksi gula, etanol, dan asam pada masing-masing perasan
buah yang dilakukan dengan dua cara seperti yang telah disebutkan di atas. Hasil perhitungan fraksi
untuk cara pertama disajikan pada Tabel 22 dan perhitungan fraksi untuk cara kedua disajikan pada
Tabel 23. Adapun perhitungan fraksi dapat dilihat pada Lampiran 38 (untuk cara pertama) dan
Lampiran 39 (untuk cara kedua).
Tabel 22. Fraksi gula, etanol, dan asam yang dihitung dengan cara pertama
Per. Anggur
Per. Apel
Per. Kurma
Gula
0.73
0.59
0.46
Etanol
0.87
0.73
0.61
Asam
0.49
0.61
0.42
Tabel 23. Fraksi gula, etanol, dan asam yang dihitung dengan cara kedua
Per. Anggur
Per. Apel
Per. Kurma
Gula
0.73
0.59
0.46
Alkohol
1.73
1.50
1.30
Asam
0.87
1.32
0.84
Berdasarkan hasil perhitungan fraksi pada Tabel 22 dan Tabel 23, kemudian dihitung nilai
rasio fraksi gula, etanol, dan asam untuk masing-masing cara. . Nilai rasio pada masing-masing
perasan buah diperoleh dengan membangi fraksi tiap senyawa dengan fraksi senyawa terkecil yang
terdapat pada perasan buah tersebut. Hasil perhitungan rasio fraksi gula, etanol, dan asam pada ketiga
perasan buah disajikan pada Tabel 24 (untuk cara pertama) dan Tabel 25 (untuk cara kedua).
Tabel 24. Rasio fraksi gula, etanol, dan asam dari perhitungan fraksi dengan cara pertama
Gula
:
Etanol
:
Asam
Per. Anggur
1.5
1.8
1.0
Per. Apel
1.0
1.2
1.0
Per. Kurma
1.1
1.4
1.0
81
17
Tabel 25. Rasio fraksi gula, etanol, dan asam dari perhitungan fraksi dengan cara kedua
Gula
:
Etanol
:
Asam
Per. Anggur
1.0
2.4
1.2
Per. Apel
1.0
2.5
2.2
Per. Kurma
1.0
2.8
1.8
Hasil perhitungan rasio fraksi gula, etanol, dan asam dengan kedua cara (Tabel 24 dan Tabel
25) memberikan gambaran secara umum. Pertama, rasio fraksi gula dan asam berada pada kisaran
rasio yang sama. Kedua, rasio fraksi etanol merupakan rasio yang paling dominan dibandingkan
dengan rasio fraksi gula dan asam. Hal ini ditunjukkan dengan secara umum rasio fraksi etanol berada
pada kisaran dua kali lipat dibandingkan kisaran rasio fraksi gula dan asam.
Kajian ilmiah yang dilakukan telah memberikan gambaran mengenai keberadaan beberapa
senyawa hasil fermentasi perasan buah yang didasarkan pada hadis Rasulullah. Etanol merupakan
salah satu senyawa penyebab kemabukan yang dihasilkan dari hasil fermentasi perasan buah. Kadar
etanol di hari ketiga pada perasan anggur, perasan apel, dan perasan kurma, baik dari hasil penelitian
maupun perhitungan dengan model matematika, berada di bawah 1%. Pada hari kelima kadar etanol
juga masih berada di bawah satu persen (lihat Tabel 11). Kadar etanol di hari ketiga tertinggi terdapat
pada perasan anggur, yaitu sebesar 0.76 (%) (hasil penelitian) dan 0.83% (hasil perhitungan dengan
model matematika).
Dari hasil analisis korelasi antara hari terhadap kadar senyawa hasil fermentasi, diperoleh
bahwa senyawa etanol merupakan senyawa dengan korelasi sangat kuat dan signifikan dengan waktu
fermentasi (hari) dibandingkan senyawa lainnya. Melalui analisis ANOVA, diketahui bahwa terdapat
pengaruh waktu fermentasi (hari) terhadap kadar etanol. Pada perasan anggur pengaruh berbeda
terdapat di hari kedua dibandingkan hari ketiga hingga kelima. Pada perasan apel pengaruh berbeda
terdapat di hari pertama dibandingkan hari kedua hingga kelima. Pada perasan kurma pengaruh
berbeda terdapat di hari ketiga dibandingkan hari keempat hingga kelima. Analisis klaster (cluster
analysis) menggambarkan kesamaan pola fermentasi etanol pada ketiga perasan buah pada
tingkat/level kesamaan yang tinggi, yaitu 99.7976 (etanol perasan anggur dengan etanol perasan apel)
dan 95.7563 (etanol kurma dengan etanol perasan anggur dan perasan apel).
Model matematika juga dilakukan guna memberikan gambaran mengenai sistem yang
berlangsung (laju perubahan gula, etanol, dan asam) selama fermentasi pada ketiga perasan buah.
Perhitungan senyawa di hari ketiga dan saat titik balik dengan model matematika juga dilakukan dan
hasilnya dipergunakan untuk perhitungan rasio fraksi gula, etanol, dan asam pada ketiga perasan buah.
Rasio fraksi etanol pada ketiga perasan buah merupakan rasio fraksi yang paling dominan
dibandingkan dengan rasio fraksi gula dan asam, dimana rasio fraksi etanol berada pada kisaran dua
kali lipat dari rasio fraksi gula dan asam. Adapun rasio fraksi gula dan asam pada ketiga perasan buah
berada pada kisaran yang sama. Pola rasio fraksi yang diperoleh dapat menjadi cara dalam
mendefinisikan khamr atau senyawa penciri dalam khamr. Namun, untuk hasil yang semakin baik,
kajian ilmiah perlu diperkaya dengan penelitian serupa menggunakan buah yang lebih beragam untuk
melihat kesamaan pola fermentasi dan mendapatkan model matematika yang lebih sempurna sehingga
rasio fraksi yang diperoleh lebih baik.
82
17
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
6.1.1 Analisis Proses Sertifikasi Halal
Hasil analisis pengaruh kriteria adalah nilai Pvalue (0.032) lebih kecil dari nilai α (0.05)
sehingga memberikan kesimpulan tolak H0 atau terima H1 yang berarti paling sedikit terdapat
sepasang kriteria memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi pada taraf α 5%.
Uji lanjut pengaruh kriteria memberikan kesimpulan pasangan kriteria risk dan very high risk
memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi sedangkan pasangan kriteria lainnya
tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi pada taraf α 5% (0.05).
Hasil analisis pengaruh tahapan memberikan nilai Pvalue (0.0000) lebih kecil dari nilai dari α
(0,05) sehingga memberikan kesimpulan tolak H0 atau terima H1 yang berarti paling sedikit terdapat
ssepasang tahapan yang memberikan pengaruh berbeda terhadap rentang waktu sertifikasi pada taraf
α 5% (0,05). Uji lanjut pengaruh tahapan memberikan kesimpulan bahwa tahap 1, 2, 5, dan 7 memiliki
pengaruh berbeda jika dibandingkan dengan tahap 3, 4, dan 6 dan begitu pula sebaliknya. Hasil
perhitungan rata-rata setiap tahapan memberikan gambaran yang sama dengan uji lanjut tahapan,
bahwa rata-rata waktu pada tahap 1, 2, 5, dan 7 (grup A) cenderung sama dan pada tahap 3, 4, dan 6
(grup B) juga cenderung sama di sisi lain rata-rata waktu antara kedua grup berbeda cukup jauh.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan dari pendaftaran menuju audit yang terbesar terdapat pada
kriteria risk (44 hari) dan kriteria very high risk (44 hari) sedangkan yang terendah terdapat pada
kriteria low risk (40 hari). Selain itu, rata-rata waktu dari audit hingga menuju Komisi Fatwa terbesar
terdapat pada kriteria very high risk, yaitu 67 hari. Rata-rata waktu sertifikasi antara proses audit
hingga menuju Komisi Fatwa terhadap 136 sampel data (24 hari) tidak sesuai dengan target LPPOM
MUI (21 hari) sedangkan kriteria yang sesuai dengan target LPPOM MUI adalah kriteria no risk (19
hari) dan low risk (14 hari). Persentase pencapaian target LPPOM MUI untuk proses audit hingga
masuk ke Komisi Fatwa (21 hari) dari 136 sampel data sebanyak 60% dan untuk kriteria no risk 58%,
kriteria low risk 66%, kriteria risk 60%, dan kriteria very high risk 33%. Pada perhitungan rata-rata
waktu setiap tahapan, rata-rata waktu terbesar terdapat pada tahap 3 (seleksi berkas masuk hingga
menuju audit) sebesar 35 hari sedangkan yang terkecil terdapat pada tahap 5 (audit hingga menuju
audit memorandum) sebesar 6 hari.
Hasil analisis dan perhitungan yang dilakukan memberikan gambaran mengenai kendalakendala yang mengerucut pada beberapa permasalahan utama. Pertama, ketidakpahaman
perusahan/industri pengolahan terhadap Sistem Jaminan Halal berikut komponen-komponen di
dalamnya. Kedua, komitmen dari perusahaan untuk memenuhi syarat dan menyelesaikan proses
sertifikasi yang sudah disepakati bersama.
6.1.2 Kajian Ilmiah Khamr dan Alkohol
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, senyawa yang berhasil
diidentifikasi terdiri atas fruktosa, glukosa, sukrosa, etanol, asam tartarat, asam sitrat, asam malat, dan
asam asetat. Kedua, diperoleh kesimpulan bahwa signifikansi terbesar (kecilnya nilai Pvalue) dan
korelasi kuat (tingginya koefisien korelasi) yang terdapat pada ketiga perasan buah adalah hubungan
antara waktu (hari) dengan kadar etanol. Ketiga, hasil analisis pengaruh waktu (hari) terhadap kadar
etanol memberikan kesimpulan tolak H0 atau terima H1 pada ketiga perasan buah, yang berarti
terdapat minimal satu hari yang berpengaruh nyata pada kadar etanol pada taraf α 5 persen (0.05).
Keempat, Hasil uji lanjut Tukey pada ketiga perasan buah memberikan hasil berbeda. Pada perasan
anggur perbedaan pengaruh signifikan terjadi pada hari kedua dibandingkan dengan hari ketiga hingga
kelima. Pada perasan apel perbedaan pengaruh signifikan terjadi pada hari ketiga dibandingkan
dengan hari keempat dan kelima. Adapun pada perasan kurma, perbedaan pengaruh berada pada hari
pertama dibandingkan hari keempat dan kelima.
Kelima, hasil analisis cluster memberikan kesimpulan kadar etanol pada ketiga perasan buah
selama 5 hari fermentasi terbagi dalam dua cluster, yaitu cluster 2 (etanol anggur dengan etanol apel)
dan cluster 1 (etanol kurma dengan etanol anggur dan apel). Nilai kesamaan atau kemiripan pada
cluster 2 sebesar 99.7976 dan cluster 1 sebesar 95.7563. Nilai kemiripan tersebut besar sehingga dapat
dikatakan bahwa kedua cluster memiliki kesamaan atau kemiripan karakteristik, yang dalam hal ini
adalah pola fermentasi.
Permodelan matematika (sebagai solusi sistem dinamik) diperoleh untuk ketiga senyawa pada
setiap perasan buah. Selain itu, diperoleh rasio fraksi gula, etanol, dan asam pada ketiga perasan buah.
Rasio fraksi etanol pada ketiga perasan buah merupakan rasio fraksi yang paling dominan
dibandingkan dengan rasio fraksi gula dan asam, dimana rasio fraksi etanol berada pada kisaran dua
kali lipat dari rasio fraksi gula dan asam. Adapun rasio fraksi gula dan asam pada ketiga perasan buah
berada pada kisaran yang sama. Pola rasio fraksi yang diperoleh dapat menjadi cara dalam
mendefinisikan khamr atau senyawa penciri dalam khamr. Namun, kajian ilmiah perlu diperkaya
dengan penelitian serupa menggunakan buah yang lebih beragam untuk melihat kesamaan pola
fermentasi dan mendapatkan model matematika yang lebih sempurna sehingga rasio fraksi yang
diperoleh lebih baik.
6.2 SARAN
6.2.1 Analisis Proses Sertifikasi Halal
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka terdapat beberapa saran untuk
kemajuan penelitian evaluasi proses sertifikasi halal ke depan. Pertama, penelitian akan memberikan
hasil lebih akurat dan kepuasan lebih atas hasil penelitian jika dilakukan dalam bentuk sensus. Jika
terlampau banyak, maka sensus dapat dilakukan spesifik per tahun atau per semester. Kedua, dapat
pula dilakukan analisis proses sertifikasi berdasarkan status pendaftaran (baru, pengembangan, dan
perpanjangan) maupun asal perusahaan (dalam negeri atau luar negeri). Hal ini dapat membantu
melihat variasi pengaruh variabel lain terhadap keberlangsungan proses sertifikasi dan menjadi data
pendukung analisis sertifikasi sebelumnya.
6.2.2 Kajian Ilmiah Khamr dan Alkohol
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka terdapat saran untuk kemajuan kajian ilmiah
khamr dan alkohol. Pertama, dapat dilakukan penelitian serupa dengan objek (sumber/jenis buah)
berbeda dan jenis senyawa hasil fermentasi terukur yang lebih beragam sebagai referensi dan variasi
data eksperimen. Selain itu, dapat pula mencoba menggunakan metode lainnya dalam menganalisis
penciri khamr. Dari hasil penelitian tersebut, model matematika yang ada dapat lebih disempurnakan.
Kedua, dapat dilakukan penelitian mengenai potensi kemabukan terhadap suatu perasan buah sebagai
pelengkap hasil penelitian yang telah dilakukan.
84
17
VII. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diberikan kepada
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM MUI). Rekomendasi terbagi
menjadi dua bagian, yaitu rekomendasi terkait analisis proses sertifikasi halal dan rekomendasi terkait
kajian ilmiah. Rekomendasi terkait analisis proses sertifikasi halal terdiri atas :
1. Mewajibkan kepada perusahaan untuk mengikuti Training dan Pelatihan Sistem Jaminan Halal
sebelum mendaftar proses sertifikasi halal. Hal ini berlaku bagi perusahaan yang baru pertama
kali mendaftar proses sertifikasi (status pendaftaran Baru).
2. Meningkatkan kualitas Training dan Pelatihan Sistem Jaminan Halal dalam hal penguatan
komitmen perusahaan dan penekanan pada simulasi cara melengkapi Manual Halal.
3. Menyediakan jasa konsultasi dan membuat simulasi cara melengkapi berkas yang dibutuhkan
untuk sertifikasi halal di media online yang bisa diakses oleh perusahaan yang sudah mendaftar
sertifikasi halal.
4. Memberikan reward atau penghargaan pada perusahaan yang memberikan respon cepat di setiap
tahapan proses sertifikasi halal yang dilalui. Hal ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan komitmen dalam melalui proses sertifikasi halal.
Adapun rekomendasi terkait hasil kajian ilmiah khamr dan alkohol terdiri atas :
1. Mengumpulkan hasil kajian ilmiah, baik yang bersifat studi literatur maupun hasil
riset/penelitian, dan menjadikannya Jurnal Kajian Ilmiah Halal LPPOM MUI (Journals of Halal
Scientific Studies).
2. Bekerjasama dengan lembaga sertifikasi halal negara lainnya dalam melakukan riset kajian
tentang aspek kehalalan sebagai upaya mensinergiskan standar kehalalan suatu produk.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M. J. 2004. Chemometrics in Analytical Spectroscopy. Second Edition. Cambridge: The
Royal Society of Chemistry.
Afrianti, H. L., 2004. Fermentasi. http://www.forumsains.com/index.php/topic, 783.msg2697.html.
[22 Oktober 2007].
Ahira, Ana. 2010. Mengenal Asam Sitrat dalam Dunia Industri. http://www.anneahira.com/asamsitrat.htm. [28 September 2011].
Al-Mustanier, Ahmad Labib. 2007. Hukum Seputar Khamr. http://osolihin.files.wordpress.com. [13
Desember 2010].
Amerine, et. al. 1987. Technology of Wine Making. Connecticut: The AVI Publishing Co. Inc.,
Westport.
Anonim. 2010. Pentingnya Sertifikasi Halal dalam Bisnis Kuliner. http://bisnisukm.com. [15
Desember 2010].
Arsyat, N., M., 2001. Kamus Kimia (Arti Dan Penjelasan Istilah). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Basyir, Ahmad Azhar. 1994. Status Hukum Alkohol. Dalam : LLPOM-MUI. Alkohol dalam Produk
Minuman (1994). Jakarta: LPPOM-MUI.
Barnes, Belinda and Glenn R. Fulford. 2002. Mathematical Modelling with Case Studies: A
Differential Equation Approach Using Maple. New York: Taylor and Francis Inc.
Bisson, Linda. 2001. The Alcoholic Fermentation. United States of America: University of California
at Davis.
Buckle, K. A., et. al. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press.
Chandan, R. C. (2006). History and consumption trends. In Chandan, R.C. (Ed.). Manufacturing
yogurt and fermented milks. 1st Edition. (pp. 3-15) (1980). New York: Oxford U.K.: Blackwell
Publishing Ltd. Casida, L. E.. Industrial Microbiology. John Wiey an Sons Inc.
[CIHR] Canadian Institute of Health Reasearch. 2011. How Drugs Affect Neurotransmitter : Alcohol.
http://thebrain.mcgill.ca/flash/i/i_03/i_03_m/i_03_m_par/i_03_m_par_alcool.html.
[6
Desember 2011].
Cohen,
James
S.
2011.
Alcohol
Intoxication
Definition
and
Causes.
http://www.emedicinehealth.com/alcohol_intoxication/article_em.htm. [6 Desember 2011].
Crueger, W dan A. Crueger. 1989. Organic Acids in Biotechnology. USA: A Text Book of Industrial
Microbiology Science Technology, Madison Inc.
Daniel, Wayne W. 1990. Applied Nonparametric Statistics. Second Edition. Boston: PWS-KENT
Publishing Company.
Darwis, Aziz. 1994. Alkohol dan Minuman yang Mengandung Alkohol. Dalam : LLPOM-MUI.
Alkohol dalam Produk Minuman (1994). Jakarta: LPPOM-MUI.
Dirar, H. A. 1993. The Indigenous Fermented Foods of The Sudan. A Study in African Food and
Nutrition. UK: CAB International Wallingford, Oxon.
[DNC]
Denver Naturopathic Clinic. 2011. GABA: Gamma-Amino Butyric
http://www.denvernaturopathic.com/news/GABA.html. [13 Desember 2011]
Acid.
Faradina, Chintia. 2011. Evaluasi Proses Sertifikasi Halal Indonesia di LPPOM MUI. [skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian , Institut Pertanian Bogor.
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. Bogor: PAU-IPB bekerja sama dengan LSI-IPB.
Fardiaz, S. 1992. Fisiologi Fermentasi. Bogor: PAU-IPB.
Fiechter, A. 1982. Advances in Biochemical Engineering. Berlin: Springer-Verlag.
Frazier, W. C. 1977. Food Microbiology. New Delhi: Tata Mc Graw-Hill Publishing Co. Ltd.
Frazier W. C., Westhoff D. C. 1978. Food Microbiology. 4th Edition. New York: Mc Graw-Hill Book.
Publishing. Co. Ltd.
Freudenrich,
Craig.
2011.
How
The
Body
Responds
http://www.howstuffworks.com/alcohol.htm. [6 Desember 2011].
to
Alcohol.
Givens I., Baxter S., Minihane A. M., Shaw E. 2008. Health Benefits of Organic Food: Effects of the
Environment. Trowbridge: CABI.
Hair, Jr., Joseph F., et. al. 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. New Jersey: Prentice-Hall,
Inc.
Hambali, et. al. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Han, Jiawei dan Micheline Kamber. 200. Data Mining: Concepts and Techniques. Morgan Kaufmann.
87
17
Harisson, J. S., Graham J. C. J. 1970. Yeast ini Distilery Practice. London: Academic Press.
Hartoto, L. 1992. Petunjuk Laboratorium Teknologi Fermentasi. Bogor: Depdikbud Pusat Antar
Universitas Institut Pertanian Bogor.
Hashim, Dzulkifly Mat. 2010. Unravelling The Issue of Alcohol for The Halal Industry. Selangor:
Universitas Putra Malaysia.
Hedwig, Rinda. 2010. Teori Sistem. Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hermawan, Agus. 2010. Mengembangkan Pasar dengan Sertifikat Halal. http://www.smecda.com [15
Desember 2010].
Hermawan, Kartajaya. 1999. Marketing Plus 2000. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hosen, Ibrahim. 1994. Status Hukum Alkohol. Dalam : LLPOM-MUI. Alkohol dalam Produk
Minuman (1994). Jakarta: LPPOM-MUI.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Bandung: CV. Yrama
Widya.
Jeffers, Joe. 2000. Preparing Ethanol by Fermentation. Pensylvania: H. A. Neidig.
Johnson A. Richard dan Dean W. Wichern. 1992. Applied Multivariate Statistical Analysis. Third
Edition. Prentice Hall International.
Jones S.E., Brain P.F. 1987. Performances of inbred andoutbred laboratory mice in putative test of
aggression. Behav. Genet.
Kusuma, Sri Agung Fitri. 2009. Bakteri Asam Laktat. Bandung: Universitas Padjadjaran.
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia.
1994. Alkohol dalam Produk Minuman. Majelis Ulama Indonesia, Jakarta.
Madigan, M.T., Martinko J. M. 2006. Brock: Biology of Microorganism. Pearson Education
International.
Maimuna, S. 2004. Pengaruh Interaksi Variasi Suhu dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Glukosa
dan Kadar Alkohol Tape Ketan Hitam. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Malang.
Majalah SENIOR. 2007. Gaya Hidup Sehat_Nutrition. Bogor.
88
17
Mangano F. 2009. The Blood Pressure Miracle. Amerika Serikat: AEG Publishing.
Mardoni, et. al. 2007. Perbandingan Metode Kromatografi Gas Dan Berat Jenis Pada Penetapan Kadar
Etanol Dalam Minuman Anggur. http://www. usd.ac.id /06/publ_dosen/far/mardoni.pdf. [22
Mei 2011].
Masruri. 2009. Laporan Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2010.
Anggur (Vitis). Jakarta. http://www.ristek.go.id. [Maret 2011].
Moat, A. G. 1979. Microbial Physiology. New York: John Wiley and Sons Inc.
Muhammad, Abdul Basith. 2006. Pola Makan Rasulullah. Jakarta: Almahira Publishing.
[MUI] Majelis Ulama Indonesia. 2010. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta:
Sekretariat Majelis Ulama Indonesia.
[MUI] Majelis Ulama Indonesia. 2010. Hukum Alkohol. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Mustafa, Hasan. 2000. Teknik Sampling. http://home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc. [12
September, 2011].
Najiha, Anis. et. al. 2010. A Preliminary Study on Halal Limits for Ethanol Content in Food Products.
Middle-East Journal of Scientific Research 6 (1): 45-50.
Nur, Hasrul Satria. 2005. Pembentukan Asam Organik oleh Isolat Bakteri Asam Laktat pada Media
Ekstrak Daging Buah Durian (Durio zibethinus Murr.). Bioscientiae
2 (1): 15-24.
Pack, Phillip E. 2007. CliffsAP Biology. Hawaii: University of Hawaii Press.
Pantastico. 1997. Postharvest Handling And Utilization Of Tropical And Subtropical Fruits Dan
Vegetables. Dalam: Fisiologi Pacsa Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan
Tropika dan Subtropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Paturau, J. M. 1982. By Product of The Cane Sugar Industry. Amsterdam: Elsevier Scientific
Publishing Co.
Prescott S. C., Dunn M. 1981. Industrial Microbiology. New York: Mc. Graw Hill Book. Co. Ltd.
Prihatman K. 2000. Budidaya Pertanian: Anggur. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di
Pedesaan. Jakarta: BAPPENAS.
Rachman, A. 1989. Teknologi Fermentasi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
89
17
Rakhmawan, Zaki. 2006. Kupas Tuntas Khasiat Kurma Berdasarkan Al Quran, Assunah dan Tinjauan
medis modern dari Media Tarbiyah, Bogor. http://abuafif.wordpress.com/tag/references/.
[Maret 2011].
Rehm, H. J. dan G. Reed. 1981. Biotechnology, Volume 1. Microbial Fundamentals. Weinheim:
Verlag Chemi Gmbh.
Riaz, M.N., dan M.M. Chaudry. 2004. Halal Food Production. CRC Press.
Ruhamah, Siti. 2009. Khamr Hasil Fermentasi Alkohol sebagai Pemicu Dekadensi Moral.
http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/878-pengolahan-pangan-dengan-fermentasi.
2010. [22 Mei 2011].
Robinson, J. R., Kelins, . M., dan Sager, S. R. D. 1973. Glycine metabolism. Lipoic acid as the
prosthetic 5233-5252. The yeast lipoamide dehydrogenase gene 1139 group in the electron
transfer protein P2 from Peptococcus glycinophilus. Journal of Biological Chemistry 240 :
5319-5323.
Sahupala, Andjela. 2005. Pengaruh Perlakuan Awal dan Suhu Simpan terhadap Perkecambahan Benih
Merbau.
http://www.irwantoshut.net/intsia_bijuga_merbau_perkecambahan.html.
[15
November 2011].
Sanchez, Priscilla C. 2009. Phillipine Fermented Food: Principles and Technology. Hawaii:
University of Hawaii Press.
Saono, S. dan T. Basuki. 1979. The Amylolytic, Lypolytic and Proteolytic Activities of Yeast and
Mycelial Molds from Ragi and Some Indonesian Traditional Fermented Food. Ann.
Bogoriensis 6: 207-219.
Sarwono,
Jonathan.
2006.
Teori
Korelasi.http://www.jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.htm. [4 Oktober 2011].
Analisis
Shakhashiri. 2009. Ethanol. 2nd Edition. http://scifun.chem.wisc.edu/chemweek/pdf/ethanol.pdf. [13
Desember 2010].
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2002. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Simamora, Bilson. 2006. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Siregar, Ivan M. 2010. Data Mining. Bandung: IT Solution Center.
Smith, O.B., A.H. Walters. 1967. Food Science. London: Horrison and Sons Limited.
Soelarso, Bambang. 1998. Budidaya Apel. Yogyakarta: Penerbit Kanicius.
90
17
Stanbury, Peter F., Allan Whitaker.1984. Principles of Fermentation Technology. New York:
Pergamon Press.
Steinbach, M., G. Karypis and Vipin Kumar. 2007. A comparisont of document clustering techniques,
Minnesota: University of Minnesota, Department of Computer Science and Engineering.
Sudarmadji, S., Haryono,B. dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
The Pew Forum on Religion and Public Life. 2009. Mapping The Global Muslim Population : A
Report on the Size and Distribution of the World’s Muslim Population. Washington D. C.: Pew
Research Center.
Tranggono dan Sutardi, 1989. Biokimia danTeknologi Pasca Panen. Yogyakarta: Pusat
AntarUniversitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press.
Vyawahare, R.R. Pujari, R. Rajendran, A.D. Khsirsagar, D.K. Ingawale, M.N. Pati. 2009.
Neurobehavioral effects of Phoenix dactylifera in mice. India: Department of Pharmacology,
AISSMS
College
of
Pharmacy.
http://www.jyoungpharm.in/article.asp?issn=09751483;year=2009;volume=1;issue=3;spage=225;epage=232;aulast=Vyawahare. [Maret 2011].
Wijayanto, Arie. 2007. Pendugaan Parameter Model Dinamik dengan Menggunakan Metode Robust
dan Implementasinya dengan GUI Mathematica [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, IPB.
Winarno, F. G., Y. Haryadi dan B. Satiawihardja. 1985. Special Traditional Food of Indonesia. Di
dalam S. Fardiaz, A. Matsuyama dan K. Abdullah (ed). Proc. Of The IPB-JICA International
Symposium on Agricultural Product Processing and Technology. Bogor: IPB-JICA.
Yaqub, Ali Mustafa. 2009. Kriteria Halal Haram. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Zikmund, William G. 2000. Bussiness Research Method. Sixth Edition. Orlando: The Dryden Press.
91
17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Susunan Kepengurusan LPPOM MUI
Sesuai dengan SK Dewan Pimpinan MUI No.Kep - 459/MUI/VIII/2010 tentang Penetapan
Pengurus LPPOM-MUI, maka ditetapkan susunan Pengurus LPPOM MUI 2010-2015
I.
II.
Dewan Penasehat
Ketua
Wakil Ketua
Anggota
Sekretaria
: Ketua Umum MUI Pusat
: Wakil Ketua Umum MUI Pusat
: Menteri Agama RI
Menteri Kesehatan
Menteri Pertanian RI
Menteri Perdagangan RI
Menteri Perindustrian RI
Rekor IPB
Ketua MUI yang membidangi Komisi Fatwa
Ketua MUI yang membidangi Komisi Perekonomian dan Produk Halal
: Sekretaris Jenderal MUI Pusat
Dewan Pembina
Ketua
Sekretaris
: Prof. Dr. Hj. Aisyah Girindra
: Drs. H. Zainut Tauhid Saadi, M.Si
III. Dewan Pelaksana Harian Eksekutif
Direktur Pelaksana/Eksekutif
Wakil Direktur
Bendahara
Wakil Bendahara
Kepala Bidang Auditing
Kepala Bidang Sistem Jaminan Halal
Kepala Bidang Penelitian dan Pengkajian Ilmiah
Kepala Bidang Sosialisasi dan Promosi Halal
Kepala Bidang Informasi Halal
Kepala Bidang Standard dan Pelatihan
Kepala Bidang Pembinaan LPPOM Daerah
Kepala Bidang Orgaisasi dan Kelembagaan
Kepala Bidang Administrasi Sertifikasi
Kepala Bidang Manajemen Informasi
Tenaga Ahli
Ketua
Sekretaris
Anggota
: Prof. Dr. Kashwar Syamsu
: Dr. Feri Kusnandar
: Prof. Dr. H. Norman Razief Azwar
Prof. Dr. Djumali Mangunwidjaja
Dr. Sedarnawati Yasni
Dr. Mirzan T. Razak
: Ir. Lukmanul Hakim, M.Si
: Ir. Hj. Osmena Gunawan
Ir. Muti Arintawati, M.Si
Ir. Sumunar Jati
: Dra. Hj. Chairunisa, MA
: Drs H. Zuhdi
: Drs. Ir. Mulyorini R. Hilwan, MS
Dr.Liesbetini Hartoto, MS
: Ir. Muslich, M.Si
: Prof. Dr. Purwatiningsih
Dr. Budiatman Satiawihardja
: Lia Amalia, SS, S.Si., MT
: Farid Mahmud, SH
: Ir. Hendra Utama
: Ir. Nur Wahid, M.Si
: Drs. H. Akhmad Baidun, M.Si
: Ir. Nur Wahid, M.Si
: Ir. Hendra Utama
Dr. Hasyim, DEA
Dr. Rarah Ratih Adji
Dr. Heni Nuraini
93
17
Lampiran 2. Struktur Organisasi LPPOM MUI
Direktur
Bendahara
Wadir I
Kabid
Pembi
naan
LPPO
M
Provin
si
Staf
Wadir II
Kabid
Sosialis
asi dan
Promos
i Halal
Kab
id
Info
rma
si
Hala
l
Kabid
Admi
nistra
si
Sertifi
kasi
Staf
Staf
Staf
Wadir III
Kabid
Audit
ing
Kabid
Sistem
Jamina
n Halal
Staf
Staf
Kabid
Penelit
ian&K
ajian
Ilmiah
Kabid
Stand
ar&Pe
latiha
Kabid
Manaj
emen
Infor
masi
Staf
Staf
Staf
94
17
Kabid
Peneliti
an&Ka
jian
Ilmiah
Staf
Lampiran 3. Diagram Alir Tahapan Proses Sertifikasi Halal LPPOM MUI
95
17
Lampiran 4. Daftar Perusahaan (136 data/sampel) Skala Interval
Daftar Perusahaan yang Mendapat Sertifikat Halal Januari-April 2011 (skala interval)
No.
Status Pendaftaran
Pendaftaran
Berkas Masuk
Perusahaan 1
Kriteria Produk
No Risk
perpanjangan
22/11/2010
27/11/2010
Perusahaan 2
Risk
perpanjangan
20/12/2010
27/12/2010
3
Perusahaan 3
No Risk
pengembangan
01/12/2010
08/12/2010
05/01/2011
4
Perusahaan 4
Risk
baru
14/12/2010
15/12/2010
06/01/2011
5
Perusahaan 5
Risk
baru
27/11/2010
27/11/2010
06/01/2011
Perusahaan 6
Risk
perpanjangan
12/11/2010
19/11/2010
13/01/2011
Perusahaan 7
Risk
perpanjangan
15/12/2010
15/12/2010
14/01/2011
Perusahaan 8
Risk
pengembangan
22/12/2010
27/12/2010
19/01/2011
Perusahaan 9
Risk
baru
02/12/2010
10/12/2010
Perusahaan 10
Very High Risk
baru
05/10/2010
28/12/2010
11/01/2011
11
Perusahaan 11
Risk
perpanjangan
12/11/2011
19/11/2010
12/01/2011
12
Perusahaan 12
Risk
perpanjangan
23/12/2010
27/12/2010
17/01/2011
13
Perusahaan 13
Risk
perpanjangan
13/10/2010
18/10/2010
Perusahaan 14
Risk
pengembangan
07/08/2010
12/07/2010
02/02/2011
12/02/2011
09/02/2011
Perusahaan 15
Low Risk
pengembangan
26/11/2011
27/11/2010
11/01/2011
15/01/2011
09/02/2011
Perusahaan 16
Risk
pengembangan
06/08/2010
07/07/2010
15/11/2010
12/01/2011
16/02/2011
17/02/2011
Perusahaan 17
Risk
baru
24/11/2010
27/11/2010
09/12/2010
04/01/2011
15/01/2011
12/01/2011
Perusahaan 18
Risk
baru
22/11/2010
27/11/2010
13/01/2011
25/01/2011
09/02/2011
19
Perusahaan 19
No Risk
pengembangan
04/10/2010
04/10/2010
13/01/2011
24/01/2011
09/02/2011
20
Perusahaan 20
Risk
pengembangan
24/09/2010
30/09/2010
20/01/2011
25/01/2011
09/02/2011
21
Perusahaan 21
Risk
baru
09/12/2010
10/12/2010
1
2
6
7
8
9
10
14
15
16
17
18
96
Nama Perusahaan
PAM
03/01/2011
27/12/2010
22/10/2010
13/01/2011
Audit
AM
KF
03/01/2011
27/01/2011
04/01/2011
27/01/2011
12/01/2011
08/01/2011
12/01/2011
15/01/2011
27/01/2011
27/01/2011
24/01/2011
08/01/2011
27/01/2011
27/01/2011
15/01/2011
17/02/2011
17/02/2011
24/01/2011
26/01/2011
24/01/2011
19/01/2011
09/02/2011
17/02/2011
09/02/2011
No.
Nama Perusahaan
Kriteria Produk
Status Pendaftaran
Pendaftaran
Berkas Masuk
PAM
Audit
AM
KF
22
Perusahaan 22
Risk
perpanjangan
26/01/2011
20/01/2011
23
Perusahaan 23
Risk
perpanjangan
04/01/2011
04/01/2011
24
Perusahaan 24
Risk
pengembangan
11/01/2011
14/01/2011
20/01/2011
Perusahaan 25
Risk
baru
30/09/2010
30/09/2010
10/02/2011
17/02/2011
Perusahaan 26
Risk
baru
26/11/2010
27/11/2010
09/12/2010
30/01/2011
09/02/2011
Perusahaan 27
Low Risk
baru
30/11/2010
15/12/2010
27/12/2010
17/01/2011
17/02/2011
Perusahaan 28
No Risk
baru
13/12/2010
15/12/2010
25/01/2011
09/02/2011
Perusahaan 29
No Risk
baru
07/01/2011
11/01/2011
19/01/2011
07/02/2011
17/02/2011
30
Perusahaan 30
Risk
pengembangan
31/12/2010
03/01/2011
03/01/2011
04/01/2011
12/01/2011
31
Perusahaan 31
Risk
perpanjangan
22/12/2010
27/12/2010
10/01/2011
27/01/2011
32
Perusahaan 32
Risk
pengembangan
20/12/2010
27/12/2010
13/01/2011
19/01/2011
Perusahaan 33
Risk
perpanjangan
12/10/2010
18/10/2010
27/10/2010
07/01/2011
27/01/2011
Perusahaan 34
Risk
baru
23/11/2010
27/11/2010
09/12/2010
08/01/2011
27/01/2011
Perusahaan 35
Risk
perpanjangan
26/11/2010
27/11/2010
08/01/2011
27/01/2011
Perusahaan 36
Risk
baru
30/08/2010
03/11/2010
07/01/2011
27/01/2011
Perusahaan 37
Risk
pengembangan
15/12/2010
15/12/2010
19/01/2011
27/01/2011
38
Perusahaan 38
Risk
baru
15/12/2010
15/12/2010
07/01/2011
27/01/2011
39
Perusahaan 39
Risk
baru
22/11/2010
27/11/2010
08/01/2011
27/01/2011
40
Perusahaan 40
Risk
perpanjangan
26/11/2010
27/11/2010
08/01/2011
27/01/2011
Perusahaan 41
Risk
perpanjangan
13/10/2010
18/10/2010
20/10/2010
05/01/2011
Perusahaan 42
Risk
perpanjangan
02/09/2010
06/09/2010
19/10/2010
05/01/2011
Perusahaan 43
Low Risk
perpanjangan
13/12/2010
15/12/2010
20/12/2010
05/01/2011
Perusahaan 44
Risk
pengembangan
30/09/2010
04/10/2010
28/10/2010
05/01/2011
Perusahaan 45
Very High Risk
pengembangan
08/10/2010
12/10/2010
02/11/2011
05/01/2011
46
Perusahaan 46
Risk
pengembangan
09/08/2010
12/07/2010
29/11/2010
12/01/2011
47
Perusahaan 47
Risk
perpanjangan
27/09/2010
30/09/2010
12/12/2010
12/01/2011
48
Perusahaan 48
Risk
pengembangan
22/08/2010
27/08/2010
01/12/2010
12/01/2011
Perusahaan 49
Risk
perpanjangan
14/12/2010
15/12/2010
22/12/2010
12/01/2011
25
26
27
28
29
33
34
35
36
37
41
42
43
44
45
49
97
11/01/2011
22/11/2010
09/02/2011
17/02/2011
18/01/2011
09/02/2011
22/01/2011
17/02/2011
No.
Nama Perusahaan
Kriteria Produk
Status Pendaftaran
Pendaftaran
Berkas Masuk
PAM
Audit
AM
KF
50
Perusahaan 50
Risk
pengembangan
24/08/2010
27/08/2010
11/10/2010
12/01/2011
51
Perusahaan 51
Risk
perpanjangan
3/072010
08/01/1900
22/11/2010
12/01/2011
52
Perusahaan 52
Risk
pengembangan
21/12/2010
27/12/2010
03/01/2011
12/01/2011
Perusahaan 53
Very High Risk
perpanjangan
12/08/2010
21/08/2010
02/09/2010
12/01/2011
Perusahaan 54
Risk
perpanjangan
05/11/2010
05/11/2010
30/12/2010
12/01/2011
Perusahaan 55
Risk
perpanjangan
02/02/2011
10/02/2011
28/02/2011
09/03/2011
Perusahaan 56
Risk
pengembangan
14/12/2010
15/12/2010
21/12/2010
09/03/2011
Perusahaan 57
Risk
perpanjangan
22/02/2011
25/02/2011
03/03/2011
09/03/2011
58
Perusahaan 58
Risk
perpanjangan
08/02/2011
16/02/2011
01/03/2011
09/03/2011
59
Perusahaan 59
Risk
perpanjangan
26/11/2010
27/11/2010
24/01/2011
09/03/2011
60
Perusahaan 60
Risk
baru
09/07/2010
12/07/2010
25/12/2010
16/03/2011
Perusahaan 61
Risk
perpanjangan
09/12/2010
10/12/2010
28/12/2010
16/03/2011
Perusahaan 62
Risk
baru
11/01/2011
28/01/2011
16-18/2/2011
16/03/2011
Perusahaan 63
Risk
perpanjangan
22/02/2011
25/02/2011
12/03/2011
16/03/2011
Perusahaan 64
Risk
baru
15/12/2010
15/12/2010
20-26/1/2011
16/03/2011
Perusahaan 65
No Risk
pengembangan
17/01/2011
04/02/2011
20/02/2011
16/03/2011
66
Perusahaan 66
No Risk
baru
25/01/2011
28/01/2011
02/03/2011
16/03/2011
67
Perusahaan 67
Low Risk
pengembangan
11/10/2010
18/10/2010
07/03/2011
16/03/2011
68
Perusahaan 68
Risk
pengembangan
04/02/2011
22/02/2011
02/03/2011
16/03/2011
Perusahaan 69
Very High Risk
pengembangan
15/12/2010
16/02/2011
07/03/2011
16/03/2011
Perusahaan 70
Risk
perpanjangan
09/02/2011
11/02/2011
24/02/2011
16/03/2011
Perusahaan 71
Risk
baru
01/12/2010
08/12/2010
10-12/3/2011
16/03/2011
Perusahaan 72
Risk
pengembangan
29/09/2010
04/10/2010
30/12/2010
17/02/2011
Perusahaan 73
Risk
perpanjangan
25/01/2011
10/03/2011
29/03/2011
07/04/2011
74
Perusahaan 74
Risk
pengembangan
17/02/2011
19/02/2011
75
Perusahaan 75
No Risk
perpanjangan
03/01/2011
11/01/2011
76
Perusahaan 76
Risk
pengembangan
07/02/2011
23/02/2011
Perusahaan 77
Low Risk
pengembangan
24/02/2011
25/02/2011
53
54
55
56
57
61
62
63
64
65
69
70
71
72
73
77
98
26/02/2011
29/03/2011
07/04/2011
07/02/2011
16/02/2011
09/03/2011
28/02/2011
07/01/2011
15/03/2011
16/03/2011
28/02/2011
07/01/2011
09/03/2011
No.
Nama Perusahaan
Kriteria Produk
Status Pendaftaran
Pendaftaran
Berkas Masuk
PAM
Audit
AM
KF
78
Perusahaan 78
Risk
pengembangan
17/02/2011
19/02/2011
26/02/2011
29/03/2011
07/04/2011
79
Perusahaan 79
Low Risk
perpanjangan
08/03/2011
14/03/2011
15/03/2011
07/04/2011
14/04/2011
80
Perusahaan 80
Risk
perpanjangan
23/02/2011
25/02/2011
25/02/2011
10/03/2011
14/04/2011
Perusahaan 81
Risk
perpanjangan
02/02/2011
09/02/2011
09/02/2011
21-22/3/2011
14/04/2011
Perusahaan 82
Risk
pengembangan
11/03/2011
19/03/2011
19/03/2011
07/04/2011
14/04/2011
Perusahaan 83
Risk
perpanjangan
16/03/2011
24/03/2011
24/03/2011
05/04/2011
14/04/2011
Perusahaan 84
Risk
perpanjangan
12/02/2011
17/02/2011
17/02/2011
8-10/3/2011
14/04/2011
Perusahaan 85
Risk
pengembangan
09/02/2011
17/02/2011
17/02/2011
17/03/2011
14/04/2011
86
Perusahaan 86
Risk
baru
17/02/2011
23/02/2011
23/02/2011
30/03/2011
14/04/2011
87
Perusahaan 87
Risk
perpanjangan
18/02/2011
23/02/2011
23/02/2011
07/03/2011
14/04/2011
88
Perusahaan 88
No Risk
baru
30/11/2011
08/12/2010
25/01/2011
Perusahaan 89
Risk
baru
05/11/2011
12/11/2011
14/02/2011
02/03/2011
Perusahaan 90
Risk
perpanjangan
06/01/2011
17/01/2011
17/01/2011
31/01/2011
02/03/2011
Perusahaan 91
Risk
baru
25/01/2011
05/02/2011
05/02/2011
18/02/2011
02/03/2011
Perusahaan 92
Risk
perpanjangan
12/10/2010
12/10/2010
25/01/2011
02/03/2011
Perusahaan 93
Risk
pengembangan
08/01/2011
16/02/2011
28/02/2011
09/03/2011
94
Perusahaan 94
Risk
perpanjangan
06/01/2011
11/01/2011
20-27/2/2011
09/03/2011
95
Perusahaan 95
Risk
perpanjangan
28/12/2010
03/01/2011
13/01/2011
23/03/2011
96
Perusahaan 96
Risk
pengembangan
02/03/2011
04/03/2011
17/03/2011
23/03/2011
Perusahaan 97
Risk
baru
17/02/2011
23/02/2011
30/03/2011
07/04/2011
Perusahaan 98
Risk
pengembangan
25/01/2011
28/01/2011
29/03/2011
07/04/2011
Perusahaan 99
Risk
perpanjangan
16/12/2010
23/12/2010
5-11/2/2011
07/04/2011
Perusahaan 100
Risk
perpanjangan
08/03/2011
14/03/2011
31/03/2011
14/04/2011
Perusahaan 101
No Risk
baru
04/03/2011
10/03/2011
21/03/2011
07/04/2011
102
Perusahaan 102
No Risk
pengembangan
18/01/2011
28/01/2011
17/02/2011
02/03/2011
103
Perusahaan 103
Risk
perpanjangan
22/12/2010
23/12/2010
27/12/2010
05/01/2011
104
Perusahaan 104
Risk
pengembangan
02/12/2010
10/12/2010
27/12/2010
05/01/2011
Perusahaan 105
Risk
perpanjangan
11/10/2010
18/10/2010
19/10/2011
05/01/2011
81
82
83
84
85
89
90
91
92
93
97
98
99
100
101
105
99
31/01/2011
02/03/2011
No.
Nama Perusahaan
Kriteria Produk
Status Pendaftaran
Pendaftaran
Berkas Masuk
PAM
Audit
AM
KF
106
Perusahaan 106
No Risk
pengembangan
28/10/2010
03/11/2010
02/12/2010
05/01/2011
107
Perusahaan 107
Risk
perpanjangan
09/12/2010
10/12/2010
16/12/2010
12/01/2011
108
Perusahaan 108
Risk
perpanjangan
12/11/2011
12/11/2010
22/01/2011
02/03/2011
Perusahaan 109
Risk
baru
31/12/2010
03/01/2011
11/01/2011
02/03/2011
Perusahaan 110
Risk
baru
24/12/2010
03/01/2011
18/01/2011
02/03/2011
Perusahaan 111
Risk
baru
25/01/2011
05/02/2011
18/02/2011
02/03/2011
Perusahaan 112
No Risk
baru
10/01/2011
17/01/2011
27/02/2011
09/03/2011
Perusahaan 113
Risk
perpanjangan
14/01/2011
17/01/2011
27/01/2011
09/03/2011
114
Perusahaan 114
Risk
baru
12/01/2011
15/01/2011
31/03/2011
07/04/2011
115
Perusahaan 115
No Risk
pengembangan
09/03/2011
14/03/2011
21/03/2011
07/04/2011
116
Perusahaan 116
Risk
pengembangan
10/02/2011
11/02/2011
08/03/2011
07/04/2011
Perusahaan 117
Risk
pengembangan
16/02/2011
22/02/2011
30/03/2011
07/04/2011
Perusahaan 118
Risk
pengembangan
02/02/2011
16/02/2011
17/03/2011
07/04/2011
Perusahaan 119
Risk
pengembangan
11/01/2011
12/01/2011
09/02/2011
07/04/2011
Perusahaan 120
Risk
perpanjangan
28/01/2011
17/02/2011
11/03/2011
07/04/2011
Perusahaan 121
Risk
perpanjangan
18/02/2011
23/02/2011
07/03/2011
07/04/2011
122
Perusahaan 122
Very High Risk
perpanjangan
12/08/2010
21/08/2010
123
Perusahaan 123
Risk
baru
24/11/2010
27/11/2010
09/12/2010
3-4/1/2011
15/01/2011
12/01/2011
124
Perusahaan 124
Risk
pengembangan
07/02/2011
23/02/2011
28/02/2011
07/01/2011
15/03/2011
16/03/2011
Perusahaan 125
Risk
perpanjangan
27/09/2010
30/09/2010
12-17/2/2011
Perusahaan 126
Risk
perpanjangan
12/11/2010
19/11/2010
6-13/1/2011
Perusahaan 127
Risk
perpanjangan
06/01/2011
11/01/2011
20-27/2/2011
09/03/2011
Perusahaan 128
Risk
pengembangan
20/08/2010
27/08/2010
01/12/2010
12/01/2011
Perusahaan 129
Risk
pengembangan
22/12/2010
27/12/2010
11/11/2010
12/01/2011
130
Perusahaan 130
Risk
perpanjangan
02/02/2011
10/02/2011
28/02/2011
09/03/2011
131
Perusahaan 131
Risk
baru
23/11/2010
27/11/2010
09/12/2010
8-16/1/2011
27/01/2011
132
Perusahaan 132
Risk
baru
26/11/2010
27/11/2010
09/12/2010
24-30/1/2011
09/02/2011
Perusahaan 133
Risk
pengembangan
11/10/2010
18/10/2010
07/03/2011
16/03/2011
109
110
111
112
113
117
118
119
120
121
125
126
127
128
129
133
100
02/09/2010
12/01/2011
12/01/2011
15/01/2011
27/01/2011
No.
Nama Perusahaan
Kriteria Produk
Status Pendaftaran
Pendaftaran
Berkas Masuk
PAM
Audit
AM
KF
134
Perusahaan 134
Very High Risk
pengembangan
08/10/2010
12/10/2010
02/11/2011
05/01/2011
135
Perusahaan 135
Low Risk
pengembangan
10/02/2011
11/02/2011
08/03/2011
07/04/2011
136
Perusahaan 136
Low Risk
pengembangan
26/11/2011
27/11/2010
11/01/2011
Keterangan :
PAM = Pra Audit Memorandum
AM = AuditMemorandum
KF
101
= Komisi Fatwa
15/01/2011
09/02/2011
Lampiran 5. Daftar Perusahaan (136 data/sampel) Skala Rasio
Daftar Perusahaan yang Mendapat Sertifikat Halal Januari-April 2011 (skala rasio)
No.
Kriteria Produk
Status Pendaftaran
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7
Perusahaan 1
No Risk
perpanjangan
5
0
37
0
0
24
0
Perusahaan 2
Risk
perpanjangan
7
7
0
1
0
23
0
Perusahaan 3
No Risk
pengembangan
7
0
28
0
0
7
0
Perusahaan 4
Risk
baru
1
0
22
0
2
0
11
5
Perusahaan 5
Risk
baru
0
0
10
0
0
6
0
6
Perusahaan 6
Risk
perpanjangan
7
0
25
0
2
0
12
7
Perusahaan 7
Risk
perpanjangan
0
0
30
0
0
13
0
Perusahaan 8
Risk
pengembangan
5
0
23
0
5
0
3
Perusahaan 9
Risk
baru
8
17
0
20
0
11
0
Perusahaan 10
Very High Risk
baru
83
0
14
0
4
0
2
Perusahaan 11
Risk
perpanjangan
7
0
24
0
0
5
0
Perusahaan 12
Risk
perpanjangan
4
0
21
0
7
0
16
13
Perusahaan 13
Risk
perpanjangan
5
4
0
94
0
22
0
14
Perusahaan 14
Risk
pengembangan
5
0
40
0
0
7
0
15
Perusahaan 15
Low Risk
pengembangan
1
0
45
0
4
25
0
Perusahaan 16
Risk
pengembangan
1
2
0
153
4
0
1
Perusahaan 17
Risk
baru
3
13
0
25
11
0
1
Perusahaan 18
Risk
baru
5
0
17
0
12
0
15
Perusahaan 19
No Risk
pengembangan
0
0
99
0
10
0
16
Perusahaan 20
Risk
pengembangan
6
0
121
0
2
0
18
21
Perusahaan 21
Risk
baru
1
3
42
0
0
10
0
22
Perusahaan 22
Risk
perpanjangan
2
0
12
0
0
8
0
1
2
3
4
8
9
10
11
12
16
17
18
19
20
102
Nama Perusahaan
No.
23
Perusahaan 23
Kriteria Produk
Risk
24
Perusahaan 24
Risk
pengembangan
3
0
6
0
2
0
26
25
Perusahaan 25
Risk
baru
0
0
41
0
0
7
0
Perusahaan 26
Risk
baru
1
43
0
46
0
10
0
Perusahaan 27
Low Risk
baru
15
12
0
21
0
27
0
Perusahaan 28
No Risk
baru
2
0
40
0
0
12
0
Perusahaan 29
No Risk
baru
4
8
0
19
0
10
0
Perusahaan 30
Risk
pengembangan
3
0
0
1
0
8
0
31
Perusahaan 31
Risk
perpanjangan
5
0
14
0
0
17
0
32
Perusahaan 32
Risk
pengembangan
7
0
17
0
0
7
0
33
Perusahaan 33
Risk
perpanjangan
6
9
0
71
0
12
0
Perusahaan 34
Risk
baru
4
12
30
0
0
11
0
Perusahaan 35
Risk
perpanjangan
1
0
42
0
0
11
0
Perusahaan 36
Risk
baru
63
12
0
60
0
12
0
Perusahaan 37
Risk
pengembangan
0
0
35
0
0
8
0
Perusahaan 38
Risk
baru
0
0
23
0
0
12
0
39
Perusahaan 39
Risk
baru
5
0
12
0
0
11
0
40
Perusahaan 40
Risk
perpanjangan
1
0
12
0
0
11
0
41
Perusahaan 41
Risk
perpanjangan
5
0
2
0
0
76
0
Perusahaan 42
Risk
perpanjangan
4
0
43
0
0
77
0
Perusahaan 43
Low Risk
perpanjangan
2
0
5
0
0
15
0
Perusahaan 44
Risk
pengembangan
4
0
24
0
0
68
0
Perusahaan 45
Very High Risk
pengembangan
4
0
21
0
0
63
0
Perusahaan 46
Risk
pengembangan
3
0
106
0
0
44
0
47
Perusahaan 47
Risk
perpanjangan
3
0
72
0
0
25
0
48
Perusahaan 48
Risk
pengembangan
5
0
94
0
0
41
0
49
Perusahaan 49
Risk
perpanjangan
1
0
7
0
0
21
0
Perusahaan 50
Risk
pengembangan
3
0
41
0
0
91
0
26
27
28
29
30
34
35
36
37
38
42
43
44
45
46
50
103
Nama Perusahaan
Status Pendaftaran
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7
perpanjangan
0
7
0
7
0
22
0
No.
51
Perusahaan 51
Kriteria Produk
Risk
52
Perusahaan 52
Risk
pengembangan
6
0
6
0
0
9
0
53
Perusahaan 53
Very High Risk
perpanjangan
9
0
11
0
0
130
0
Perusahaan 54
Risk
perpanjangan
0
0
55
0
0
12
0
Perusahaan 55
Risk
perpanjangan
8
0
18
0
0
9
0
Perusahaan 56
Risk
pengembangan
1
0
6
0
0
19
0
Perusahaan 57
Risk
perpanjangan
3
0
6
0
0
6
0
Perusahaan 58
Risk
perpanjangan
8
0
18
0
0
9
0
59
Perusahaan 59
Risk
perpanjangan
1
0
6
0
0
76
0
60
Perusahaan 60
Risk
baru
3
0
6
0
0
6
0
61
Perusahaan 61
Risk
perpanjangan
1
0
18
0
0
76
0
Perusahaan 62
Risk
baru
17
0
18
0
0
28
0
Perusahaan 63
Risk
perpanjangan
3
0
167
0
0
47
0
Perusahaan 64
Risk
baru
0
0
35
0
0
48
0
Perusahaan 65
No Risk
pengembangan
17
0
16
0
0
26
0
Perusahaan 66
No Risk
baru
3
0
17
0
0
4
0
67
Perusahaan 67
Low Risk
pengembangan
7
0
139
0
0
9
0
68
Perusahaan 68
Risk
pengembangan
18
0
8
0
0
14
0
69
Perusahaan 69
Very High Risk
pengembangan
61
0
19
0
0
9
0
Perusahaan 70
Risk
perpanjangan
2
0
13
0
0
20
0
Perusahaan 71
Risk
baru
7
0
92
0
0
6
0
Perusahaan 72
Risk
pengembangan
5
0
84
0
0
47
0
Perusahaan 73
Risk
perpanjangan
58
0
19
0
0
9
0
Perusahaan 74
Risk
pengembangan
2
7
31
0
9
0
75
Perusahaan 75
No Risk
perpanjangan
8
0
26
0
9
21
0
76
Perusahaan 76
Risk
pengembangan
16
5
13
15
0
1
0
77
Perusahaan 77
Low Risk
pengembangan
1
3
90
7
0
2
0
54
55
56
57
58
62
63
64
65
66
70
71
72
73
74
104
Nama Perusahaan
Status Pendaftaran
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7
perpanjangan
5
0
134
0
0
45
0
No.
78
Perusahaan 78
Kriteria Produk
Risk
79
Perusahaan 79
Low Risk
perpanjangan
6
1
0
22
0
7
0
80
Perusahaan 80
Risk
perpanjangan
2
0
0
13
0
34
0
Perusahaan 81
Risk
perpanjangan
7
0
0
40
0
22
0
Perusahaan 82
Risk
pengembangan
7
0
0
18
0
7
0
Perusahaan 83
Risk
perpanjangan
8
0
0
11
0
9
0
Perusahaan 84
Risk
perpanjangan
5
0
0
11
0
34
0
Perusahaan 85
Risk
pengembangan
8
0
0
28
0
27
0
86
Perusahaan 86
Risk
baru
6
0
0
35
0
14
0
87
Perusahaan 87
Risk
perpanjangan
5
0
0
12
0
37
0
88
Perusahaan 88
No Risk
baru
9
0
47
0
6
0
30
Perusahaan 89
Risk
baru
7
0
90
0
0
12
0
Perusahaan 90
Risk
perpanjangan
11
0
0
13
0
30
0
Perusahaan 91
Risk
baru
10
0
0
13
0
12
0
Perusahaan 92
Risk
perpanjangan
0
0
103
0
0
35
0
Perusahaan 93
Risk
pengembangan
38
0
12
0
0
9
0
94
Perusahaan 94
Risk
perpanjangan
5
0
39
0
0
10
0
95
Perusahaan 95
Risk
perpanjangan
5
0
10
0
0
70
0
96
Perusahaan 96
Risk
pengembangan
2
0
13
0
0
6
0
Perusahaan 97
Risk
baru
6
0
35
0
0
8
0
Perusahaan 98
Risk
pengembangan
3
0
61
0
0
9
0
Perusahaan 99
Risk
perpanjangan
7
0
42
0
0
24
0
Perusahaan 100
Risk
perpanjangan
6
0
17
0
0
14
0
Perusahaan 101
No Risk
baru
6
0
11
0
0
16
0
102
Perusahaan 102
No Risk
pengembangan
10
0
47
0
0
13
0
103
Perusahaan 103
Risk
perpanjangan
1
0
4
0
0
9
0
104
Perusahaan 104
Risk
pengembangan
8
0
17
0
0
9
0
81
82
83
84
85
89
90
91
92
93
97
98
99
100
101
105
Nama Perusahaan
Status Pendaftaran
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7
pengembangan
2
7
0
31
0
9
0
No.
105
Perusahaan 105
Kriteria Produk
Risk
106
Perusahaan 106
No Risk
pengembangan
5
0
29
0
0
33
0
107
Perusahaan 107
Risk
perpanjangan
1
0
6
0
0
26
0
Perusahaan 108
Risk
perpanjangan
0
0
72
0
0
40
0
Perusahaan 109
Risk
baru
3
0
8
0
0
51
0
Perusahaan 110
Risk
baru
10
0
15
0
0
42
0
Perusahaan 111
Risk
baru
10
0
13
0
0
12
0
Perusahaan 112
No Risk
baru
7
0
40
0
0
10
0
113
Perusahaan 113
Risk
perpanjangan
3
0
10
0
0
40
0
114
Perusahaan 114
Risk
baru
3
0
76
0
0
7
0
115
Perusahaan 115
No Risk
pengembangan
5
0
7
0
0
16
0
Perusahaan 116
Risk
pengembangan
1
0
27
0
0
29
0
Perusahaan 117
Risk
pengembangan
6
0
36
0
0
8
0
Perusahaan 118
Risk
pengembangan
14
0
29
0
0
20
0
Perusahaan 119
Risk
pengembangan
1
0
27
0
0
30
0
Perusahaan 120
Risk
perpanjangan
20
0
22
0
0
26
0
121
Perusahaan 121
Risk
perpanjangan
5
0
12
0
0
30
0
122
Perusahaan 122
Very High Risk
perpanjangan
9
0
11
0
0
130
0
123
Perusahaan 123
Risk
baru
3
13
0
25
11
0
1
Perusahaan 124
Risk
pengembangan
16
5
13
15
0
1
0
Perusahaan 125
Risk
perpanjangan
3
0
72
0
0
25
0
Perusahaan 126
Risk
perpanjangan
7
0
25
0
2
0
12
Perusahaan 127
Risk
perpanjangan
5
0
39
0
0
10
0
Perusahaan 128
Risk
pengembangan
5
0
94
0
0
41
0
129
Perusahaan 129
Risk
pengembangan
6
0
6
0
0
9
0
130
Perusahaan 130
Risk
perpanjangan
8
0
18
0
0
9
0
131
Perusahaan 131
Risk
baru
4
12
30
0
0
11
0
108
109
110
111
112
116
117
118
119
120
124
125
126
127
128
106
Nama Perusahaan
Status Pendaftaran
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7
perpanjangan
7
0
1
0
0
76
0
No.
132
Perusahaan 132
Kriteria Produk
Risk
133
Perusahaan 133
Risk
pengembangan
7
0
139
0
0
9
0
134
Perusahaan 134
Very High Risk
pengembangan
4
0
21
0
0
63
0
Perusahaan 135
Low Risk
pengembangan
1
0
27
0
0
29
0
Perusahaan 136
Low Risk
pengembangan
1
0
45
0
4
25
0
135
136
Nama Perusahaan
Status Pendaftaran
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7
baru
1
43
0
46
0
10
0
Keterangan :
Tahap 1 = Pendaftaran hingga menuju seleksi berkas masuk
Tahap 2 = Seleksi berkas masuk hingga menuju pra audit memorandum
Tahap 3 = Seleksi berkas masuk hingga menuju audit
Tahap 4 = Pra audit memorandum hingga menuju audit
Tahap 5 = Audit hingga menuju audit memorandum
Tahap 6 = Audit hingga menuju Komisi Fatwa
Tahap 7 = Audit memorandum menuju Komisi Fatwa
107
Lampiran 6. Output Analisis Pengaruh Kriteria Produk Terhadap Rentang Waktu Sertifikasi
(Minitab 15)
Kruskal-Wallis Test: Hari versus Kriteria
Kruskal-Wallis Test on Hari
Kriteria
LR
NR
R
VHR
Overall
N
38
42
50
6
136
Median
57,50
57,00
49,50
96,00
H = 8,83
H = 8,83
DF = 3
DF = 3
Ave Rank
65,7
69,2
64,5
114,3
68,5
P = 0,032
P = 0,032
Z
-0,51
0,14
-0,89
2,91
(adjusted for ties)
Lampiran 7. Output Analisis Pengaruh Tahapan Proses Terhadap Rentang Waktu Sertifikasi
(Minitab 15)
Kruskal-Wallis Test: Hari versus Tahap
Kruskal-Wallis Test on hari
tahap
1
2
3
4
5
6
7
Overall
N
136
23
109
30
17
122
14
451
H = 186,98
H = 187,26
Median
5,000
7,000
23,000
20,500
4,000
13,500
12,000
DF = 6
DF = 6
Ave Rank
117,2
179,5
314,2
302,1
123,2
276,0
199,3
226,0
P = 0,000
P = 0,000
Z
-11,65
-1,76
8,11
3,31
-3,31
4,96
-0,78
(adjusted for ties)
108
8
17
Lampiran 8. Perhitungan Uji Lanjut Pengaruh Kriteria Produk Terhadap
Rentang Waktu Sertifikasi (Uji Dunn)
Rumus :
NR-LR
=
=
= 10.1 < 52.2
NR-R
=
=
= 2.1 < 31.7
NR-VHR
=
=
= 45.6 < 52.2
LR-R
=
=
= 8.0 < 43.7
LR-VHR
=
=
= 55.7 > 60.3
R-VHR
=
=
= 47.7 > 43.7
109
8
17
Lampiran 9. Contoh Perhitungan Uji Lanjut Pengaruh Tahapan Proses Terhadap
Rentang Waktu Sertifikasi (Uji Dunn)
Rumus :
1 vs 2
=
=
= 62.30 < 77.77
1 vs 3 =
=
= 197.00 > 44.40
1 vs 4
=
=
= 185.00 > 69.66
Dan seterusnya hingga sampai pada pasangan : 6 vs 7
110
8
17
Lampiran 10. Kromatogram Standar Gula (Fruktosa, Glukosa, Sukrosa)
111
8
17
Lampiran 11. Contoh Kromatogram Fruktosa, Glukosa, Sukrosa Perasan Anggur
112
8
17
Lampiran 12. Contoh Kromatogram Fruktosa, Glukosa, Sukrosa Perasan Apel
113
8
17
Lampiran 13. Contoh Kromatogram Fruktosa, Glukosa, Sukrosa Perasan Kurma
114
8
17
Lampiran 14. Kromatogran Standar Alkohol
115
8
17
Lampiran 15. Contoh Kromatogram Etanol Perasan Anggur
116
8
17
Lampiran 16. Contoh Kromatogram Etanol Perasan Apel
117
8
17
Lampiran 17. Contoh Kromatogram Etanol Perasan Kurma
118
8
17
Lampiran 18. Kromatogram Standar Asam
119
8
17
Anggur
120
8
17
Lampiran 19. Contoh Kromatogram Asam Tartarat, Asam Sitrat, dan Asam Malat Perasan
Anggur
121
8
17
Lampiran 20. Contoh Kromatogram Asam Sitrat dan Asam Malat Perasan Apel
122
8
17
Lampiran 21. Contoh Kromatogram Asam Tartarat, Asam Malat, dan Asam Asetat Perasan
Kurma
123
8
17
Lampiran 22. Contoh Perhitungan Kadar Fruktosa, Glukosa, dan Sukrosa
Rumus:
Cx = Ax / Ap X Cp
Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
Cp = Konsentrasi standar
Ax = Peak area sampel
Ap = Peak area standar
Tabel Luas Area dan Konsentrasi Standar Gula
Kode Sampel
PKNO
TIME
AREA
Standar Gula
3
4,442
421618
4
5,125
400748
5
6,915
424177
MK
IDNO
v
CONC (%)
NAME
0.5
fruktosa
0.5
glukosa
0.5
sukrosa
Tabel Luas Area Sampel
Kode Sampel
Perasan
Anggur
PKNO
TIME
AREA
2
4.443
6480877
3
5.152
6153676
4
6.963
149296
MK
IDNO
CONC
NAME
fruktosa
v
glukosa
sukrosa
CFruktosa = 6480877 / 421618 x 0.5
= 7.6857 %
Cglukosa = 6153676 / 400748 x 0.5
= 7.6778 %
Csukrosa = 149296 / 424177 x 0.5
= 0.1760 %
124
8
17
Lampiran 23. Contoh Perhitungan Kadar Etanol
Karena dilakukan pengenceran pada sampel, maka digunakan rumus:
Cx = (Ax-Ap) x FP x Cp/Ap
Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
Cp = Konsentrasi standar
FP = Faktor Pengenceran
Ap = Peak area standar
Ax = Peak area sampel
Tabel Luas Area dan Konsentrasi Standar Alkohol
Kode Sampel
Standar
Alkohol
PKNO
TIME
AREA
MK
IDNO
CONC
NAME
1
6,813
64164
0.25
metanol
2
7,487
236734
0.25
etanol
3
9,208
87518
0.25
propanol
4
12,522
320889
0.25
butanol
CONC
NAME
Tabel Luas Area Sampel
Kode Sampel
Perasan
Anggur
PKNO
TIME
AREA
MK
IDNO
3
6,825
49423
0.25
metanol
4
7,497
238598
0.25
etanol
5
9,223
79725
0.25
propanol
6
12,532
308242
0.25
butanol
Cmetanol = (49423-64164) x 10 x 0.25 / 64164
= -0.5743 %
=0%
Cetanol
= (238598-236734) x 10 x 0.25 / 236734
= 0.0197 %
Cpropanol = (79725-87518) x 10 x 0.25 / 87518
= -0.2226 %
=0%
Cbutanol
= (3082425-320889) x 10 x 0.25 / 320889
= -0.0985 %
=0%
125
8
17
Lampiran 24. Contoh Perhitungan Kadar Asam
Karena dilakukan pengenceran pada sampel, maka digunakan rumus:
Cx = Ax / Ap x FP x Cp
Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
Cp = Konsentrasi standar
FP = Faktor Pengenceran
Ap = Peak area standar
Ax = Peak area sampel
Tabel Luas Area dan Konsentrasi Standar Asam
Kode Sampel
PKNO
TIME
AREA
Standar Asam
1
1.499
2
MK
IDNO
CONC
NAME
102673
0.25
asam asetat
1.386
574851
0.25
3
1.025
1105256
0.25
4
1.125
167065
0.25
asam sitrat
asam
tartarat
asam malat
CONC
NAME
asam sitrat
Tabel Luas Area Sampel
Kode Sampel
PKNO
TIME
AREA
Perasan
Anggur
4
1.377
39525
0.25
5
1.097
1011377
0.25
6
1.101
168519
0.25
asam
tartarat
asam malat
Kode Sampel
PKNO
TIME
AREA
CONC
NAME
Perasan Kurma
3
1.449
106878
0.25
asam asetat
Csitrat
= 39525 / 574851 x 10 x 0.25
= 0.1720 %
Ctartarat
= 1011377 / 1105256 x 10 x 0.25
= 2.2876 %
Cmalat
= 168519 / 167065 x 10 x 0.25
= 2.5218 %
Cmalat
= 106878 / 102673 x 10 x 0.25
= 0.2600 %
MK
MK
IDNO
IDNO
126
8
17
Lampiran 25. Input uji lanjut Tukey perasan anggur, perasan apel, dan perasan kurma
data alcohol;
input hari$ r etanol;
cards;
hari0 1
0.0197
hari0 2
0
hari1 1
0.0962
hari1 2
0.1049
hari2 1
0.5457
hari2 2
0.4552
hari3 1
0.6802
hari3 2
0.8363
hari4 1
0.908
hari4 2
0.9061
hari5 1
0.9508
hari5 2
0.9516
;
Title 'Hasil Analisis A';
proc glm data=alcohol;
class hari;
model etanol=hari;
run;
data alcohol;
input hari$ r etanol;
cards;
hari0 1
0
hari0 2
0
hari1 1
0.0644
hari1 2
0.0213
hari2 1
0.1637
hari2 2
0.2558
hari3 1
0.2532
hari3 2
0.3831
hari4 1
0.4628
hari4 2
0.5835
hari5 1
0.5103
hari5 2
0.5824
;
Title 'Hasil Analisis B';
proc glm data=alcohol;
class hari;
model etanol=hari;
mean hari/tukey;
run;
127
8
17
data alcohol;
input hari$ r etanol;
cards;
hari0 1
0
hari0 2
0
hari1 1
0.0063
hari1 2
0
hari2 1
0.075
hari2 2
0
hari3 1
0.3088
hari3 2
0.345
hari4 1
0.4939
hari4 2
0.5381
hari5 1
0.5504
hari5 2
0.5569
;
Title 'Hasil Analisis C';
proc glm data=alcohol;
class hari;
model etanol=hari;
mean hari/duncan;
run;
128
8
17
Lampiran 26. Output uji lanjut Tukey perasan anggur
Hasil Analisis A
23:49 Wednesday, November 15, 2011
20
The GLM Procedure
Class Level Information
Class
hari
6
Levels
Values
hari0 hari1 hari2 hari3 hari4 hari5
Number of Observations Read
Number of Observations Used
Hasil Analisis A
12
12
23:39 Wednesday, November 15, 2011
21
The GLM Procedure
Dependent Variable: etanol
Source
DF
Sum of
Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
5
1.65431412
0.33086282
120.22
<.0001
Error
6
0.01651275
0.00275212
11
0.67809911
Corrected Total
Source
hari
Source
hari
R-Square
Coeff Var
Root MSE
etanol Mean
0.990117
9.753022
0.052461
0.537892
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
5
1.65431412
0.33086282
120.22
<.0001
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
5
1.65431412
0.33086282
120.22
<.0001
129
8
17
Hasil Analisis A
23:49 Wednesday, November 15, 2011
24
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for etanol
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it
generally has a higher Type II
error rate than REGWQ.
Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
6
Error Mean Square
0.002752
Critical Value of Studentized Range 5.62855
Minimum Significant Difference
0.2088
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping
Mean
N
hari
A
A
A
A
A
0.95120
2
hari5
0.90705
2
hari4
0.75825
2
hari3
B
0.50045
2
hari2
C
C
C
0.10055
2
hari1
0.00985
2
hari0
130
8
17
Lampiran 27. Output uji lanjut Tukey perasan apel
Hasil Analisis A
21:39 Wednesday, November 12, 2011
1
The GLM Procedure
Class Level Information
Class
hari
6
Levels
Values
hari0 hari1 hari2 hari3 hari4 hari5
Number of Observations Read
Number of Observations Used
Hasil Analisis A
12
12
04:58 Thursday, November 13, 2011
4
The GLM Procedure
Dependent Variable: etanol
Source
DF
Sum of
Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
5
0.36672068
0.07334414
8.40
0.0111
Error
6
0.05238447
0.00873074
11
0.41910515
Corrected Total
Source
hari
Source
hari
R-Square
Coeff Var
Root MSE
etanol Mean
0.875009
38.65752
0.093438
0.241708
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
5
0.36672068
0.07334414
8.40
0.0111
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
5
0.36672068
0.07334414
8.40
0.0111
131
8
17
Hasil Analisis A
04:58 Thursday, November 13, 2011
5
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for etanol
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it
generally has a higher Type II
error rate than REGWQ.
Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
6
Error Mean Square
0.008731
Critical Value of Studentized Range 5.62855
Minimum Significant Difference
0.3719
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping
B
B
B
B
B
B
B
A
A
A
A
A
A
A
Mean
N
hari
0.44635
2
hari5
0.43315
2
hari4
0.31815
2
hari3
0.20975
2
hari2
0.04285
2
hari1
0.00000
2
hari0
132
8
17
Lampiran 28. Output uji lanjut Tukey perasan kurma
Hasil Analisis A
21:39 Wednesday, November 12, 2011
11
The GLM Procedure
Class Level Information
Class
hari
Levels
6
Values
hari0 hari1 hari2 hari3 hari4 hari5
Number of Observations Read
Number of Observations Used
Hasil Analisis A
12
12
21:39 Wednesday, November 12, 2011
12
The GLM Procedure
Dependent Variable: etanol
Source
DF
Sum of
Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
5
0.67361360
0.13472272
180.21
<.0001
Error
6
0.00448551
0.00074759
11
0.67809911
Corrected Total
Source
hari
Source
hari
R-Square
Coeff Var
Root MSE
etanol Mean
0.993385
11.41470
0.027342
0.239533
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
5
0.67361360
0.13472272
180.21
<.0001
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
5
0.67361360
0.13472272
180.21
<.0001
133
8
17
Hasil Analisis A
21:39 Wednesday, November 12, 2011
15
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for etanol
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it
generally has a higher Type II
error rate than REGWQ.
Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
6
Error Mean Square
0.000748
Critical Value of Studentized Range 5.62855
Minimum Significant Difference
0.1088
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping
Mean
N
hari
A
A
A
0.55365
2
hari5
0.51600
2
hari4
B
0.32690
2
hari3
C
C
C
C
C
0.03750
2
hari2
0.00315
2
hari1
0.00000
2
hari0
134
8
17
Lampiran 29. Alat Analisis HPLC
HPLC Tipe 10 APV (Analisis Gula dan Alkohol)
Detektor RID (Refractive Index Detector)
Kolom RH Phenomenex tipe Rezex
135
8
17
HPLC Shimadzu SPD-20AV
UV-Vis Detector Serial No. L201443 (Analisis Asam Organik)
Komputer sebagai media tampilan hasil analisis HPLC
136
8
17
Lampiran 30. Alat Sentrifus
Sentrifus 15000 rpm dalam posisi tertutup/beroperasi
Sentrifus 15000 rpm dalam posisi terbuka
Kokusan
Type
: H-1500 FR
Phase : 1
RPM : 15000 rpm
MGF No.: 108728
137
8
17
Lampiran 31. Sampel Perasan Buah Siap Analisis HPLC
138
8
17
Lampiran 32. Input dan Output Model Matematika Perasan Anggur (Mathematica 7.0 for
Students)
:=
model={
s'[t] α s[t]
e'[t] β e[t]s[t]
a'[t] γ a[t]s[t]
,
,
,
s[0]=14.9886,
e[0]=0.0098,
a[0]=0.3869
};
data={
{0, 14.9886, 0.0098, 0.3869},
{1, 15.4030, 0.1006, 0.4624},
{2, 12.9346, 0.5024, 0.6912},
{3, 12.6432, 0.7582, 1.6250},
{4, 11.5997, 0.9070, 7.2780},
{5, 5.7948, 0.9512, 8.621}
};
stateVar={s,e,a};
par={
139
8
17
{α,0,2},
{β,0,2},
{γ,0,2}
};
penduga=leastSquare[model,data,stateVar,par]
prm=Take[#,1]&/@par//Flatten;
gbrPenduga=Block[#,#=penduga;
hsl=NDSolve[model,stateVar,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]}]//Flatten;
sol={#}[[1,2]][t]&/@hsl;
Plot[#,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]},PlotStyle {Thickness[0.01],RGBColor[1,0,0]},
DisplayFunction Identity,PlotRange All]&/@sol
]&[prm]
dataModel=Drop[#,1]&/@data;
selangWaktu=Flatten[Take[#,1]&/@data];
dataGbr=Table[{selangWaktu[[t]],#[[t]]},{t,Length[dataModel]}]&/@Transpose[dataModel];
gbrData=ListPlot[#,PlotStyle {Hue[.7],PointSize[0.08]},DisplayFunction Identity,PlotRange A
ll]&/@dataGbr
grafik=Show[#,DisplayFunction Identity,PlotRange All,
Frame True,Axes False]&/@Transpose[{gbrPenduga,gbrData}]
{0.0429026, 0.160232, 0.0721248}
1.0
14
0.8
12
0.6
10
0.4
8
0.2
6
0.0
0
1
2
3
4
0
5
1
2
3
4
5
8
6
4
2
0
1
2
3
4
5
140
8
17
gbrPenduga=Block[#,#=penduga;
hsl=NDSolve[model,stateVar,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]}]//Flatten;
sol={#}[[1,2]][t]&/@hsl;
Plot[#,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]},PlotStyle {Thickness[0.005]},
PlotRange All]&/@sol
]&[prm];
gbrData=ListPlot[dataGbr,PlotStyle {PointSize[0.03]},PlotRange All];
Show[gbrPenduga,gbrData,PlotRange {{0,5.2},{-1,16}},AxesOrigin {0,0}]
15
10
5
0
1
2
3
4
5
{{s Function[{t}, -0.0958127 t (14.9886 +1.68802×10-15 0.0958127 t)],e Function[{t}, 0.0958127 t (-2.66301+2.67281 0.0958127 t)],a Function[{t}, -0.0958127 t (16.3997+16.7866 0.0958127 t)]}}
dataSolusiPenduga=Block[#,#=penduga;
hsl=NDSolve[model,stateVar,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]}]//Flatten;
sol={#}[[1,2]][t]&/@hsl;
bnr=Table[sol,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]],data[[2,1]]-data[[1,1]]}]
]&[prm];
mre=(1/Length[dataModel])*Plus@@((dataModel-dataSolusiPenduga)/dataModel)
{-0.0499,-0.0125,-0.2460}
141
8
17
Lampiran 33. Input dan Output Model Matematika Perasan Apel (Mathematica 7.0 for
Students)
:=
model={
s'[t] α s[t]
,
e'[t] β e[t]s[t]
,
a'[t] γ a[t]s[t]
,
s[0]=11.5750,
e[0]=0.0000,
a[0]=0.6360
};
data={
{0, 11.5750, 0.0000, 0.6360},
{1, 11.4630, 0.0428, 2.2680},
{2, 10.0940, 0.2098, 4.4760},
{3, 6.0600, 0.3182, 5.2520},
{4, 4.6090, 0.4332, 11.2800},
{5, 3.5140, 0.4464, 12.2200}
};
stateVar={s,e,a};
par={
142
8
17
{α,0,2},
{β,0,2},
{γ,0,2}
};
penduga=leastSquare[model,data,stateVar,par]
prm=Take[#,1]&/@par//Flatten;
gbrPenduga=Block[#,#=penduga;
hsl=NDSolve[model,stateVar,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]}]//Flatten;
sol={#}[[1,2]][t]&/@hsl;
Plot[#,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]},PlotStyle {Thickness[0.01],RGBColor[1,0,0]},
DisplayFunction Identity,PlotRange All]&/@sol
]&[prm]
dataModel=Drop[#,1]&/@data;
selangWaktu=Flatten[Take[#,1]&/@data];
dataGbr=Table[{selangWaktu[[t]],#[[t]]},{t,Length[dataModel]}]&/@Transpose[dataModel];
gbrData=ListPlot[#,PlotStyle {Hue[.7],PointSize[0.08]},DisplayFunction Identity,PlotRange A
ll]&/@dataGbr
grafik=Show[#,DisplayFunction Identity,PlotRange All,
Frame True,Axes False]&/@Transpose[{gbrPenduga,gbrData}]
{0.148887, 0.176262, 0.125164}
0.4
10
0.3
8
0.2
6
0.1
4
0.0
0
1
2
3
4
5
0
1
2
0
1
2
3
4
5
12
10
8
6
4
2
3
4
5
143
8
17
gbrPenduga=Block[#,#=penduga;
hsl=NDSolve[model,stateVar,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]}]//Flatten;
sol={#}[[1,2]][t]&/@hsl;
Plot[#,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]},PlotStyle {Thickness[0.005]},
PlotRange All]&/@sol
]&[prm];
gbrData=ListPlot[dataGbr,PlotStyle {PointSize[0.03]},PlotRange All];
Show[gbrPenduga,gbrData,PlotRange {{0,5.2},{-1,16}},AxesOrigin {0,0}]
15
10
5
0
1
2
3
4
5
{{s Function[{t}, -0.176291 t (11.575 +5.88868×10-17 0.176291 t)],e Function[{t}, 0.176291 t (-0.771498+0.771498 0.176291 t)],a Function[{t}, -0.176291 t (17.5363+18.1723 0.176291 t)]}}
{{11.575,1/1000000000000,0.636},{11.463,0.0428,2.268},{10.094,0.2098,4.476},{6.06,0.3182,
5.252},{4.609,0.4332,11.28},{3.514,0.4464,12.22}}
dataSolusiPenduga=Block[#,#=penduga;
hsl=NDSolve[model,stateVar,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]}]//Flatten;
sol={#}[[1,2]][t]&/@hsl;
bnr=Table[sol,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]],data[[2,1]]-data[[1,1]]}]
]&[prm];
mre=(1/Length[dataModel])*Plus@@((dataModel-dataSolusiPenduga)/dataModel)
{-0.1193,-0.0398,-0.0173}
144
8
17
Lampiran 34. Input dan Output Model Matematika Perasan Kurma (Mathematica 7.0 for
Students)
:=
model={
s'[t] α s[t]
,
e'[t] β e[t]s[t]
a'[t] γ a[t]s[t]
,
,
s[0]=46.1670,
e[0]=0.0000,
a[0]=0.0092
};
data={
{0, 46.16700, 0.0000, 0.0092},
{1, 29.9270, 0.0032, 2.0800},
{2, 32.8900, 0.1375, 1.0000},
{3, 23.8350, 0.3269, 3.0740},
{4, 16.9970, 0.5160, 6.5740},
{5, 9.1220, 0.5597, 8.1520}
};
stateVar={s,e,a};
par={
145
8
17
{α,0,10},
{β,0,10},
{γ,0,10}
};
penduga=leastSquare[model,data,stateVar,par]
prm=Take[#,1]&/@par//Flatten;
gbrPenduga=Block[#,#=penduga;
hsl=NDSolve[model,stateVar,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]}]//Flatten;
sol={#}[[1,2]][t]&/@hsl;
Plot[#,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]},PlotStyle {Thickness[0.01],RGBColor[1,0,0]},
DisplayFunction Identity,PlotRange All]&/@sol
]&[prm]
dataModel=Drop[#,1]&/@data;
selangWaktu=Flatten[Take[#,1]&/@data];
dataGbr=Table[{selangWaktu[[t]],#[[t]]},{t,Length[dataModel]}]&/@Transpose[dataModel];
gbrData=ListPlot[#,PlotStyle {Hue[.7],PointSize[0.08]},DisplayFunction Identity,PlotRange A
ll]&/@dataGbr
grafik=Show[#,DisplayFunction Identity,PlotRange All,
Frame True,Axes False]&/@Transpose[{gbrPenduga,gbrData}]
{0.0928585, 0.0736481, 0.0706107}
0.6
45
0.5
40
0.4
35
30
0.3
25
0.2
20
0.1
15
0.0
10
0
1
2
3
4
0
5
1
2
3
4
5
8
6
4
2
0
0
1
2
3
4
5
146
8
17
gbrPenduga=Block[#,#=penduga;
hsl=NDSolve[model,stateVar,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]}]//Flatten;
sol={#}[[1,2]][t]&/@hsl;
Plot[#,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]},PlotStyle {Thickness[0.005]},
PlotRange All]&/@sol
]&[prm];
gbrData=ListPlot[dataGbr,PlotStyle {PointSize[0.03]},PlotRange All];
Show[gbrPenduga,gbrData,PlotRange {{0,5.2},{-1,48}},AxesOrigin {0,0}]
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
{{s Function[{t}, -0.253783 t (46.167 +8.03776×10-16 0.253783 t)],e Function[{t}, 0.253783 t (-0.678665+0.678665 0.253783 t)],a Function[{t}, -0.253783 t (8.84943+8.85863 0.253783 t)]}}
{{46.167,1/1000000000000,0.0092},{29.927,0.0032,2.08},{32.89,0.1375,1.},{23.835,0.3269,3.0
74},{16.997,0.516,6.574},{9.122,0.5597,8.152}}
dataSolusiPenduga=Block[#,#=penduga;
hsl=NDSolve[model,stateVar,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]]}]//Flatten;
sol={#}[[1,2]][t]&/@hsl;
bnr=Table[sol,{t,data[[1,1]],data[[-1,1]],data[[2,1]]-data[[1,1]]}]
]&[prm];
mre=(1/Length[dataModel])*Plus@@((dataModel-dataSolusiPenduga)/dataModel)
{-0.1130,-0.00670,-0.1554}
147
8
17
Lampiran 35. Kurva turunan fungsi polinom etanol dan asam perasan anggur
Kurva kadar etanol
Kurva kadar asam
1.0
7
6
0.8
5
0.6
4
0.4
3
2
0.2
1
1
2
3
4
5
1
Kurva turunan pertama kadar etanol
2
3
4
5
Kurva turunan pertama kadar asam
2.0
0.4
1.5
0.3
0.2
1.0
0.1
0.5
1
2
3
4
1
5
Kurva turunan kedua kadar etanol
2
3
4
5
Kurva turunan kedua kadar asam
0.3
1.0
0.2
0.1
0.5
1
2
3
4
5
0.1
1
2
3
4
5
0.2
0.5
0.3
t  2.10322
t  3.28734
148
8
17
Lampiran 36. Kurva turunan fungsi polinom etanol dan asam perasan apel
Kurva kadar etanol
Kurva kadar asam
10
0.4
8
0.3
6
0.2
4
0.1
2
1
2
3
4
1
5
Kurva turunan pertama kadar etanol
2
3
4
5
Kurva turunan pertama kadar asam
3.0
0.15
2.5
0.10
2.0
0.05
1.5
1
2
3
4
5
Kurva turunan kedua kadar etanol
1
2
3
4
5
Kurva turunan kedua kadar asam
0.10
3
0.05
2
1
1
2
3
4
5
1
0.05
2
3
4
5
1
t  2.3005
t  2.374
149
8
17
Lampiran 37. Kurva turunan fungsi polinom etanol dan asam perasan kurma
Kurva kadar etanol
Kurva kadar asam
8
0.6
0.5
6
0.4
0.3
4
0.2
2
0.1
1
2
3
4
5
1
Kurva turunan pertama kadar etanol
3.0
0.25
2.5
0.20
2.0
0.15
1.5
0.10
1.0
0.05
0.5
2
3
4
3
4
5
Kurva turunan pertama kadar asam
0.30
1
2
5
Kurva turunan kedua kadar etanol
1
2
3
4
5
Kurva turunan kedua kadar asam
0.3
2.0
1.5
0.2
1.0
0.1
0.5
1
2
3
4
1
5
2
3
4
5
0.5
0.1
1.0
0.2
1.5
t  2.82347
t  3.2038
150
8
17
Lampiran 38. Perhitungan fraksi gula, etanol, dan asam dengan cara pertama
Gula
Perasan Anggur = 11.25 / 15.40
Perasan Apel
= 6.88 / 11.58
Perasan Kurma = 21.37 / 46.17
= 0.73
= 0.59
= 0.46
Etanol
Perasan Anggur = 0.83 / 0.95
Perasan Apel
= 0.33 / 0.45
Perasan Kurma = 0.34 / 0.56
= 0.87
= 0.73
= 0.61
Asam
Perasan Anggur = 3.96 / 8.02
Perasan Apel
= 7.42 / 12.22
Perasan Kurma = 3.39 / 8.15
= 0.49
= 0.61
= 0.42
151
8
17
Lampiran 39. Perhitungan fraksi gula, etanol, dan asam dengan cara kedua
Gula
Perasan Anggur = 11.25 / 15.40
Perasan Apel
= 6.88 / 11.58
Perasan Kurma = 21.37 / 46.17
= 0.73
= 0.59
= 0.46
Etanol
Perasan Anggur = 0.83 / 0.48
Perasan Apel
= 0.33 / 0.22
Perasan Kurma = 0.34 / 0.27
= 1.73
= 1.50
= 1.30
Asam
Perasan Anggur = 3.96 / 4.53
Perasan Apel
= 7.42 / 5.61
Perasan Kurma = 3.39 / 4.05
= 0.87
= 1.32
= 0.84
152
8
17
Download