BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

advertisement
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Kampung Betawi Condet telah berubah secara spasial, sosial, dan budaya.
Seiring dengan perkembangan zaman, kawasan ini berubah menjadi kawasan
yang tidak ada bedanya dengan kawasan lain di Jakarta yang sudah sangat macet,
banjir, dan sangat padat dengan permukiman. Hal ini terjadi karena beberapa
faktor. Dari hasil pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada Bab
sebelumnya telah merumuskan beberapa kesimpulan. Berikut adalah beberapa
kesimpulan dari perubahan spasial, sosial, dan budaya yang terjadi di Kampung
Betawi Condet:
1. Perubahan spasial atau ruang yang terjadi di Kampung Betawi Condet
berlangsung sangan cepat dan pesat. Perkembangan permukiman yang pesat
membuat ruang yang berstatus cagar budaya semakin lama semakin memudar.
Hal ini disebabkan karena pemerintah dan masyarakat sama-sama tidak
menjaga kawasan bersejarah Condet.
2. Menurunnya kualitas lingkungan di Condet seperti banjir, polusi udara, dan
kurangnya ruang terbuka hijau disebabkan oleh perkembangan pembangunan
yang tidak terkontrol.
3. Terjadi perubahan kondisi sosial dan budaya pada masyarakat di Condet.
Masyarakat semakin lama semakin tidak peduli dengan status Condet sebagai
cagar budaya dan cagar buah-buahan. Hal ini dipengaruhi oleh kehidupan
modernisasi dan pengaruh kaum pendatang di Condet.
4. Semakin lama budaya Betawi yang ada di Condet semakin lama semakin
menghilang. Hal ini bisa dilihat dari semakin sedikitnya jumlah sanggar
budaya Betawi dan bangunan khas Betawi. Bangunan-bangunan bersejarah
tersebut beralih fungsi menjadi rumah kontrakan, toko-toko, dan bangunan
komersil lainnya.
91
5. Sebagian besar masyarakat asli Condet sudah beralih profesi yang tadinya
sebagai petani kebun, sekarang sudah berprofesi menjadi buruh, pedagang,
ataupun pegawai. Pergeseran mata pencaharian ini “terpaksa” terjadi karena
masyarakat asli harus bisa bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
6. Pemerintah dirasa masih lemah dan belum konsisten dalam mengendalikan
kebijakan yang mengatur cagar budaya dan cagar buah-buahan di Condet. Hal
ini mengindikasikan pemerintah tidak peduli dengan keberadaan kawasan
bersejarah Condet.
7. Percampuran kebudayaan di Condet terjadi secara alamiah. Hal ini disebabkan
banyaknya kaum pendatang yang ada di Condet. Masyarakat Betawi sendiri
secara umum sangat terbuka dengan budaya dari luar. Percampuran unsur
kebudayaan tersebut secara tidak langsung mengakibatkan semakin pudarnya
Kampung Betawi Condet.
Spasial, sosial, dan budaya merupakan suatu aspek yang saling
berhubungan dan saling berkaitan satu sama lain. Spasial mempengaruhi
perubahan sosial dan budaya, sosial mempengaruhi perubahan spasial dan budaya,
budaya mempengaruhi perubahan spasial dan sosial. Ketiga aspek tersebut
membentuk sebuah siklus yang mempengaruhi perubahan yang terjadi.
Pembentukan dan perkembangan pembangunan yang terjadi di Kampung
Betawi Condet didasari oleh kehidupan sosial dan budaya yang ada. Perubahan
ruang di Condet yang dipengaruhi oleh modernisasi membuat budaya Betawi
yang ada di Condet semakin terkikis. Kehidupan modern yang masuk ke Condet
membuat kawasan di sana terutama di Jalan Raya Condet berubah menjadi
kawasan komersil yang sangat padat. Kehidupan sosial dan budaya di Condet
memang tidak bisa dipisahkan. Budaya Betawi sangat kental di kehidupan
masyarakat Condet. Namun sekarang budaya yang ada di sana semakin lama
semakin memudar. Budaya dan sejarah dapat mempengaruhi pola permukiman.
Budaya dan sejarah yang terdapat di sebuah kawasan permukiman dapat
menentukan sebuah permukiman dinyatakan nyaman. Oleh karena itu, sebaiknya
92
masyarakat yang tinggal di sebuah permukiman tetap menjaga budaya dan tradisi
agar suasana di kawasan tersebut tetap nyaman dan layak untuk ditinggali.
Perubahan
Spasial
SALING MEMPENGARUHI
Perubahan
Budaya
Perubahan
Sosial
Gambar 6.1
Bagan Keterkaitan Antara Perubahan Spasial, Sosial, dan Budaya
Sumber: Hasil Analisis, 2014
6.2
Saran
1. Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam membuat dan melaksanakan
peraturan. Peraturan lanjutan mengenai status cagar budaya dan cagar buahbuahan di Condet harus segera dibuat agar masalah-masalah yang ada di sana
seperti masalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat terselesaikan. Selain
itu, masyarakat juga harus mendukung penuh pemerintah dalam bekerja sama
mentaati peraturan tersebut agar Condet tumbuh menjadi kawasan yang
seperti diharapkan.
2. Pembangunan yang terjadi di Condet harus terkontrol dan harus memikirkan
ruang terbuka hijau dan ruang publik yang saat ini semakin berkurang
keberadaannya. Selain itu, masyarakat harus bekerja sama untuk menjaga
kelestarian lingkungan di Kawasan Condet dengan cara menjaga kebersihan
Sungai Ciliwung, menanam pohon, dan mengurangi polusi udara. Dengan
begitu akan tercipta keseimbangan lingkungan di Kawasan Condet.
93
3. Apabila Condet sudah tidak bisa dijadikan cagar budaya ataupun cagar buahbuahan, masyarakat dan pemerintah bisa bekerja sama menjadikan Condet
sebagai Cagar Sejarah Betawi. Hal ini dilakukan dengan cara memperbaiki
dan mempertahankan bangunan, sanggar, dan budaya betawi lainnya yang
masih tersisa. Hal ini dapat menjadikan Condet sebagai kawasan dengan
gambaran sejarah Betawi asli yang ada di DKI Jakarta.
4. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dibuat sebuah konsep perencanaan dan
penataan kawasan Kampung Betawi Condet yang tetap beralaskan dengan
cagar sejarah dan budaya Betawi yang ada.
94
Download