1 ABSTRAK PENGARUH MODEL PROBLEM BASED

advertisement
1
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF
DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP
(Hamrina, G2J1 15 039)
Tiga tujuan penelitian ini adalah: petama mengetahui perbedaan keterampilan berpikir
kreatif antara siswa yang belajar model problem based learning dengan pendekan
saintifik, kedua mengetahui perbedaan motivasi belajar antara siswa yang belajar
menggunakan model problem based learning dengan pendektaan saintifik dan ketiga
mengetahui besaran sumbangan motivasi belajar terhadap keterampilan berpikir kreatif.
Desain penelitian adalah post test only control group design. Sampel penelitian
melibatkan 123 siswa yang terbagi kedalam 63 siswa sebagai kelompok eksperimen dan
60 siswa sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan berpikir
kreatif pada kelompok eksperimen memperoleh nilai maksimum 93,75, nilai minimum
62,5, nilai rata-rata 77,98, standar deviasi 6,91, sedangkan pada kelompok kontrol
memperoleh nilai maksimum 81,25, nilai minimum 50, nilai rata-rata 67,09, dan standar
deviasi 7,36. Data motivasi belajar kelompok eksperimen memperoleh nilai maksimum
90,67, nilai minimum 61,33, nilai rata-rata 76,77, dan standar deviasi 6,97, sedangkan
kelompok kontrol memperoleh nilai maksimum 89,33, nilai minimum 44,00, nilai ratarata 60,89 dan standar deviasi 8,35. Hasil uji t menunjukkan keterampilan berpikir kreatif
dan motivasi belajar baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol memperoleh nilai
probabilitas 0,00 dengan taraf kepercayaan 5%. Besaran sumbangan (effect size)
motivasi belajar terhadap keterampilan berpikir kreatif diperoleh nilai β (beta) pada kelas
eksperimen sebesar 0,958 atau 95,8%, kelas kontrol sebesar 0,907 atau 90,7%. Effect size
model problem based learning lebih tinggi 5% dari pembelajaran dengan pendekatan
saintifik.
Kata Kunci : Model Pembelajaran, Problem Based Learning, Metode Saintifik,
Berpikir Kreatif, Motivasi, siswa SMP.
2
The Influence Of Problem Based Learning Model On Creative Thinking Skills
and Learning Motivation Of Junior high School Students
Hamrina1), Jahidin2), Sitti Wirdhana3)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana UHO
2)
Dosen Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana UHO
3)
Dosen Program Studi IPA Program Pascasarjana UHO
ABSTRACT
The aims of this research are to know the difference of creative thinking
skill between students who learn using problem-based learning model with
scientific approach, to know the difference of students’ learning motivation
between who learn using problem-based learning model with scientific approach
and to know the efficacy of learning motivation to creative thinking skill. The
research design is post-test only control group, used 123 students as sample, then
divided into 63 students as experimental group and 60 students as control group.
The results showed that creative thinking skill in experimental group had
maximum score of 93.75, minimum score of 62.5, average score of 77.98,
deviation standard score of 6.91, while control group had maximum, minimum,
average and deviation standard score of 81.25, 50, 67.09 and 7.36, respectively.
Meanwhile, learning motivation of experimental group obtained a maximum score
of 90.67, minimum score of 61.33, average score of 76.77 and a standard
deviation of 6.97, the control group obtained a maximum, minimum, average and
deviation standard score of 89.33, 44.00, 60.89 and 8.35, respectively. The result
of t test shows the creative thinking skill and learning motivation, both
experimental and control group, gain a probability value of 0.00 with 5%
confidence level. The effect size of learning motivation on creative thinking skill is
obtained by the value of β in experimental group of 0.958 (95.8%) and in control
group of 0.907 or 90.7%. Effect size of proble-based learning model is higher
about 5% than scientific approach learning.
Keywords: Learning Model, Problem Based Learning, Scientific Method,
Creative Thinking, Motivation, Junior High School Students
Pendahuluan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Indonesia menekankan pemberdayaan berpikir.Tuntutan
pembelajaran ini seiring dengan tujuan pendidikan global yang juga banyak
diterapkan di negara-negara lain. Untuk mewujudkan pembelajaran yang
mengedepankanpemberdayaan
berpikir,
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan (Kemdikbud) mengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dengan kurikulum 2013 yang sekarang disebut dengan kurikulum revisi.
3
Satu dari beberapa keterampilan berpikir siswa yang belum banyak diberdayakan
guru-guru IPA adalah berpikir kreatif, disamping keterampilan berpikir lainnya,
seperti berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi (high order thinking).Menurut
Munandar dalam Nurhayati (2011) berpikir kreatif adalah berpikir untuk
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dengan
penekanan pada ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
Rendahnya keterampilan berpikir kreatif dan motivasi belajar disebabkan
oleh banyak faktor seperti metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan
karakteristik pembelajaran secara klasikal yang hanyaberpusat pada guru.
Liliasari (1996), melaporkan rendahnya penguasaan konsep IPA disebabkan oleh
pola pikir rasional yang rendah, pada pembentukan sistem konseptual IPA. Wirtha
& Rapi (2008) mengungkapkan bahwa masih banyak siswa belajar hanya
menghafal konsep-konsep, mencatat apa yang diceramahkan guru, pasif, dan
jarang menggunakan pengetahuan awal sebagai dasar perencanaan pembelajaran.
Hal senada juga diungkapkan oleh Suastra (2007) bahwa dalam kenyataannya
masih terdapat beberapa hambatan yang menyebabkan guru belum mampu
melakukan
perubahan-perubahan
terhadap
pola
pembelajaran
yang
konvensional.Adapun hambatan-hambatan tersebut adalah karakteristik materi
yang terlalu padat dan tolak ukur keberhasilan pendidikan di sekolah sebagian
besar difokuskan untuk mengembangkan aspek kognitif.
Salah satu model pembelajaran kurikulum revisi yang mengarahkan
siswa mengembangkan berpikir kreatif adalah problem based learning (PBL).
Keistimewaan model PBL adalah siswa ditantang dengan masalah-masalah nyata
terkait dengan topik atau materi IPA.Masalah sebagai tantangan belajar IPA
memicu kreatifitas berpikir, siswa secara individu atau kelompok dan mencoba
mengembangkan pola pikir dari sudut pandang yang berbeda-beda. Perbedaan
cara berpikir dan perbedaan sudut pandang cara melihat atau memecahkan
masalah adalah bagian dari berpikir kreatif. Dampak lain dari penerapan PBL
adalah munculnya motivasi belajar. Menurut Made (2013) motivasi belajar adalah
dorongan atau keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan didalam individu
untuk belajar, mendapatkan perubahan sehingga memenuhi kebutuhan kearah
yang lebih baik. Motivasi dipengaruhi oleh aktivitas belajar.Timbulnya berpikir
kreatif karena dorongan motivasi yang kuat, karena berpikir kreatif merupakan
bagian dari perkembangan proses-proses kognitif yang lebih tinggi.Salah satu
faktor penyebabnya adalah motivasi yang muncul dari dalam diri siswa atau luar
diri siswa, yaitu PBL.Dampak langkah-langkah PBL adalah munculya ide-ide
kreatif yang bersumber dari dorongan rasa ingin tahu yang tinggi atau termotivasi
untuk belajar mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Hasil penelitian Deden (2015) menyimpulkan bahwa pendekatan metode
saintifik merupakan pendekatan berbasis ilmiah, dimana dalam pendekatan yang
dilakukan meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi atau menalar dan mengomunikasikan.Dalam kegiatan belajar
mengajar, penerapan pendekatan metode saintifik akan efektif jika diimbangi
dengan penggunaan model pembelajaran. Model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
4
terkait dengan materi IPA sehingga peserta didik dapat berpikir logis, kritis,
kreatif dan analitis sehingga terbentuk suatu kepercayaan diri.
SMP Negeri 1 Raha penerapan kurikulum 2013 baru dilaksanakan tahun
pelajaran 2016/2017 sebagai sebuah kurikulum baru. Sebagai sebuah kurikulum
baru, Guru-guru IPA mengalami beragam masalah dalam menerapkannya,
khususnya penerapan model-model pembelajaran yang belum dipahami para guru
IPA secara sempurna. Oleh karena itu, penelitian ini diusulkan pada salah satu
penerapan model pembelajaran kurikulum 2013 dalam mengungkap dampaknya
terhadap motivasi belajar dan berpikir kreatif.
Tujuan Penelitian adalah: 1) Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
keterampilan berpikir kreatif antara siswa yang belajar model problem based
learningdengan metode pendekatan saintifik.2) Mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan motivasi belajar siswa yang belajar model problem based learning
dengan metode pendekatan saintifik.3) Mengetahui besaran sumbangsih motivasi
belajar terhadap keterampilan berpikir kreatif.
Kajian Pustaka
Problem based learning (PBL), pertama kali diterapkan di Mc. Master
University sebuah sekolah kesehatan di Kanada. Banyak pengertian tentang
problem based learning namun pada intinya pembelajaran berbasis masalah
merupakan cara belajar dengan pola pemecahan masalah yang dilakukan oleh
siswa secara kolaboratif (Rianto, 2009). Ada beberapa tinjauan mengenai
pengertian problem based learning (PBL), yang pertama (Duch) dalam Rianto
(2009) menyatakan bahwa problem based learning adalah suatu model
pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan “belajar untuk
belajar”. Siswa aktif bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi
permasalah dunia nyata. Model ini dimaksudkan oleh Duch untuk
mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis, analitis, menemukan serta
menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar.
Menurut Sanjaya,(2010) kelebihan dari problem based learning sebagai
suatu model pembelajaran, yaitu (1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang
cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran;(2) Pemecahan masalah dapat
menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa; (3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran siswa; (4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata; (5) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada
siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain
sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku
saja.Arends (2004) merinci langkah-langkah pelaksanaan model problem based
learning sebanyak 5 fase, yaitu (1) Orientasi siswa pada masalah (2)
Mengorganisasi siswa dalam belajar pemecahan masalah (3) Membimbing
pengalaman individu/kelompok (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
5
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa problem based
learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan
masalah-masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut untuk
merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Menurut Tan dalam Rusman (2010) problem based learning merupakan
inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa betulbetul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.Problem based learning
merupakan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan tuntutan abad ke-21
dan pada umumnya para ahli dan praktisi pendidikan yang memusatkan
perhatianya pada pengembangan dan inovasi system pembelajaran.
Martin (2009) mengemukakan bahwa, keterampilan berpikir kreatif
adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan
suatu produk.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir
kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide, gagasan, atau cara baru dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
Keterampilan berpikir kreatif meliputi empat kriteria, antara lain kelancaran
kelenturan, keaslian dalam berpikir dan elaborasi atau keteperincian dalam
mengembangkan gagasan (Munandar, 2009).
Selain faktor model pembelajaran yang diterapkan di kelas, faktor
motivasi siswajuga dapat mempengaruhi peningkatan prestasi belajarnya.Motivasi
dalam belajar dapat menumbuhkan hasrat dan keinginan untuk belajaryang lebih
bermakna. Kegiatan pembelajaran yang telah dipersiapkan guru diharapkandapat
berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan tujuan yang ingin dicapai.
Siswa yang telah termotivasi untuk belajar akan dapat menunjukankreatifitasnya
secara lebih mendalam saat mengikuti pelajaran di kelas. Peranan yang khasdari
motivasi adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat
untukbelajar. Motivasi memiliki dampak yang positif pada pembelajaran bilamana
merangsang,mendukung dan memberikan arah suatu kegiatan.Siswa bermotivasi
belajar tinggibiasanya membutuhkan bimbingan lebih sedikit dari guru dan
mampu melakukanpekerjaan lebih rumit secara independen.Kondisi lingkungan
dapat memotivasi siswaselain termasuk tekanan orang tua, lingkungan kelas, guru
dan persetujuan rekan dapatberkontribusi pada motivasi anak Siddiqui dalam Ali,
et al. (2011).
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 menyatakan bahwapendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Standar
Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
6
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.Ketiga ranah kompetensi tersebut
memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda.Sikap diperoleh
melalui aktivitas“menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas“mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta”
Metode Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Raha, Kabupaten Muna,
Provinsi Sulawesi Tenggara.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari–
Maret (semester genap tahun pelajaran 2016/2017) yang disesuaikan dengan
jadwal
pelajaran
IPA
Kelas
VII
SMP
Negeri
1
Raha.
PenelitianinimerupakanpenelitianQuasi
Experiment.Rancangan
penelitian
disajikan pada Gambar berikut:
G1- - - X - - O1,O2
G2- - - -- - - O3,O4
Gambar 4.1 Post Tes Only Control Group Design
Keterangan: G1 = Grup Eksperimen
G2 = Grup Kontrol
O1 = Motivasi pada pembelajaran PBL
O2 = Berpikir kreatif pada pembelajaran PBL
O3 = Motivasi pada pembelajaran metode pendekatan saintifik
O4 =Berpikir kreatif pada pembelajaran metode pendekatan
saintifik.
X = Perlakuan
Populasi penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII SMP Negeri 1 Raha
mulai dari kelas VII.1-VII.10 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 305
siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII.3 dan VII.4 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII.5 dan VII.6 sebagai kelas kontrol. Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari variabel bebas adalah model problem based learning
dengan pendekatan metode saintifik. Variabel terikat dari penelitian ini adalah
keterampilan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa. Jenis dan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa hasil
tes untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif dalam bentuk uraian sebanyak 4
butir soal dan tes kuesioner untuk mengukur motivasi belajardalam bentuk pilihan
gandasebanyak 30 butir soal yang sudah divalidasi dengan uji coba terbatas.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah nilai siswa yang
diperoleh dari tes keterampilan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa,
selanjutnya data tersebut dianalisis secara deskriptif dan inferensial.Deskripsi data
7
keterampilan berpikir kreatifberupa nilaipost-testmateri pemanasan global yang
dilakukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata nilai post-test keterampilan berpikir kreatif materi pemanasan
global kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Komponen
Eksperimen
Jumlah Sampel
Nilai Minimum
Nilai Maksimum
Nilai Rata-rata
Standar Deviasi
Varians
Kontrol
Post-test
63
62,5
93,75
77,98
6,91
47,70
60
50
81,25
67,08
7,36
54,11
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik kelompok belajar eksperimen
menggunakanproblem based learningmaupun yang kelompok belajar kontrol
yang menggunakan pendekatan saintifik,pada model problem based
learningmenunjukkan nilai rata-rataketerampilan berpikir kreatif sebesar 77,98,
nilai terendah sebesar 62,5 dan nilai tertinggi sebesar 93,75, Sedangkan kelompok
belajar kontrol yang menggunakan pendekatan saintifikmenunjukkan nilairatarataketerampilan berpikir kreatifsebesar 67,08, nilai terendah sebesar 50,00 dan
nilai tertinggi sebesar 81,25. Nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan kedua
model pembelajaranuntukpost-test pada materi pemanasan global keterampilan
berpikir kreatifsiswa tergolong kategori tinggi.
Pencapaian Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif
Pencapaian tiap-tiap indikator keterampilan berpikir kreatif kelompok
siswa yang belajar dengan model menggunakan problem based
learningdankelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan
saintifik,disajikan tiap-tiap indikator keterampilan berpikir kreatif siswa yang
terdiri dari indikator: (1) kelancaran (fluency), (2) Keluwesan (flexibility), (3)
keaslian (originality), dan (4)Keterperincian(elaborasi).
Tabel 2. Deskripsi data pencapaian indikator keterampilan berpikir kreatif siswa
pada kelompok problem based learning dan kelompok pendekatan
saintifik.
NO
Indikator keterampilan
berpikir kreatif
1.
Nilai rata-rata post-tes
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Kelancaran (fluency)
3,71
3,68
2.
Keterperincian (elaborasi)
2,70
2,23
3.
Keluwesan ( flexibility)
2,75
2,12
4.
Keaslian (originality)
3,32
2,70
8
Berdasarkan indikator kelompok problem based learning, keterampilan
berpikir kreatif
tertinggi terdapat pada pencapaian indikator kelancaran
(fluency)(3,71) dan terendah pada indikator keterperincian(elaborasi) (2,70),
sedangkan kelompok kontrol menggunakan pendekatan saintifik, keterampilan
berpikir kreatif tertinggi terdapat pada pencapaian indikator kelancaran (fluency)
(3,68) dan terendah pada indikator Keluwesan ( flexibility)(2,12).
Motivasi belajar
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai motivasi belajar nilai ratarata materi pemanasan global lebih tinggipada kelas eksperimen menggunakan
model problem based learning daripada kelas kontrol menggunakan pendekatan
saintifik.
Tabel 3. Deskripsi data modelproblem based learning danpendekatan saintifik
terhadap motivasi belajar siswa.
Komponen
Jumlah Sampel
Nilai Minimum
Nilai Maksimum
Nilai Rata-rata
Standar Deviasi
Varians
Eksperimen
Kontrol
Nilai motivasi belajar
63
60
61,33
44,00
90,67
89,33
76,77
60,89
6,97
8,35
48,62
69,72
Sumbangan Motivasi Belajar Terhadap Berpikir Kreatif
Besaran sumbangsih antara motivasi belajar terhadap keterampilan
berpikir kreatif diperoleh dengan menggunakan uji regresi. Dari hasil uji analisis
regresi model pembelajaran problem based learning diperoleh nilai Beta (β) =
0,958 atau sebesar 95,8 %, sedangkan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik diperoleh nilai Beta (β) = 0,907 atau 90,7%. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sumbangsih motivasi belajar terhadap
keterampilan berpikir kreatif kedua kelas baik pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learningmaupun kelas kontrol
dengan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik menunjukkan kategori
tinggi.
Analisis Inferensial
Hasil Uji Normalitas Data
Hasil uji normalitas data post-testpada model problem based learning
dan pendekatan saintifik menunjukkan data-data dalam penelitian ini terdistribusi
normal. Hasil uji normalitas data dapat disajikan pada Tabel. 4
9
Tabel 4. Uji Normalitas Data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
Signifikansi
Variabel
Model Pembelajaran
N
Post-test
Nilai α
Keterampilan
Problem Based
63
0,09
0,05
Berpikir Kreatif
Learning
Pendekatan Saintifik
60
0,27
0,05
Motivasi Belajar
Problem Based
63
0,64
0,05
Siswa
Learning
Pendekatan Saintifik
60
0,45
0,05
Keterangan N = Jumlah Sampel
Berdasarkan Tabel 5.4 untuk keterampilan berpikir kreatif dan motivasi
belajar siswakelompok problem based learning maupun kelompok pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki nilai signifikansi post-test
(0,09), (0,27), (0,64), (0,45) ≥ α = 0.05, maka H0 diterima, sehingga data post testketerampilan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswakelompok problem
based learning maupun kelompok pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik berdistribusi normal.
Hasil Uji Homogenitas Data
Pengujian homogenitas data dilakukan dengan menggunakan uji Levene.
Kriteria pengambilan keputusan apabila nilai signifikansi > nilai α = 0,05 maka
data dikatakan memiliki varians yang homogen.Hasil uji homogenitasdata posttest pada modelproblem based learningdan pendekatan saintifik untuk
keterampilan berpikir kreatif dan motivasi belajarsiswamateri pemanasan global
disajikan pada Tabel 5
Tabel 5. Hasil uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene
Variabel
Keterampilan
Berpikir Kreatif
Model Pembelajaran
Problem Based
Learning
Pendekatan Saintifik
Motivasi Belajar
Problem Based
Siswa
Learning
Pendekatan Saintifik
Keterangan N = Jumlah Sampel
N
63
Signifikansi
Post-test
0,49
Nilai α
0,05
60
63
0,82
0,08
0,05
0,05
60
0,41
0,05
Berdasarkan Tabel di atas, nilai signifikansi untuk variabel keterampilan
berpikir kreatif dan motivasi belajar yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learningpada kelas eksperimen dan pembelajaran
metode pendekatan saintifik pada kelas kontrol memiliki nilai lebih besar dari
alpha (α) 0,05 yaitu sebesar (0,49), (0,82), (0,08) dan (0,41). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
yang homogen.
10
Pengujian Hipotesis
Hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa:
1. Hasil analisis menunjukkan uji-t nilai signikansi 0,00≤0,05 berarti tolak H0
artinya terdapat perbedaan model pembelajaran problem based learning dan
pembelajaran dengan menggunakan metode pendekatan saintifik terhadap
keterampilan berpikir kreatif
2. Hasil analisis menunjukkan uji-t nilai signikansi 0,00≤0,05 berarti tolak H0
artinya terdapat terdapat perbedaan model pembelajaran problem based
learning dan pembelajaran dengan menggunakan metode pendekatan saintifik
terhadap motivasi belajar.
3. Besaran sumbangsih antara motivasi belajar terhadap keterampilan berpikir
kreatif diperoleh dengan menggunakan uji regresi. Dari hasil uji analisis regresi
model pembelajaran problem based learning diperoleh nilai Beta (β) = 0,958
atau sebesar 95,8 %, sedangkan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik diperoleh nilai Beta (β) = 0,907 atau 90,7%.
Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh model pembelajaran
problem based learning dan pembelajaran dengan metode pendekatan saintifik
terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh model pembelajaran
problem based learning dan pembelajaran dengan metode pendekatan saintifik
terhadap motivasi belajar siswa.
3. Besaran sumbangsih antara motivasi belajar terhadap keterampilan berpikir
kreatif siswa model pembelajaran problem based learning sebesar 0,958 atau
95,8 % sedangkan pembelajaran dengan metode pendekatan saintifik sebesar
0,907 atau 90,7 %.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Safilu, S.Pd., M.Si., Dr.
Fahyuddin, S.Pd., M.Si., dan Dr. Muzuni, S.Si., M.Si. atas segala saran dan
dukungan yang diberikan dalam penulisan artikel ini.
Daftar Pustaka
Aiken. L. R. 1996. Rating Scales & Checklists Evaluation Behavior Personality
and Attitude. Canada: Simulaneously.
Amir, M. 2009.InovasiPendidikan Melalui Problem Based Learning “Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan”. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Ali, R., Akhter, A., Shahzad, S., Sultana, N., & Ramzan, M. 2011. The impact of
motivation on students’ academic achievement in mathematics in problem
based learning environment. International Journal of Academic
Research.3 (1).
11
Arends, R. I. 2004. Learning To Teach. New York: Mc Graw Hill.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktek Edisi Revisi
kelima Penerbit Rineka Cipta Jaya.
2005. Manajemen Penelitian Cetakan Ketujuh, Penerbit Rineka Cipta
Jaya.
Awang, H. & I. Ramly. 2008. Creative Thinking Skill Approach Through Problem
Based Learning. Pedagogy and Practice in the Enginering Clasroom.
International
Journal
of
Human
and
Social
Sciences.3(1).http://waset.org/journals/ijhss/v3/v3-1-3.pdf.
(Diakses
tanggal 22 September 2016).
Bilgin, I., Senocak, E. & Sozbilir, M. 2009. The Effects of Problem-Based
Learning Instruction on University Students’ Performance of Conceptual
and Quantitative Problems in Gas Soncepts.Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Educatio.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta Depdikbud.
Ibrahim, M. 2002. Pembelajaran
Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa
University Press.
Irianto, A. 2010.Statistik, Konsep Dasar Aplikasi dan pengembangannya.
Jakarta:Penerbit Kencana.
Lestari, N. 2012.Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Motivasi
Belajar terhadap Prestasi Belajar Fisika Bagi Siswa Kelas VII SMP. Tesis
Tidak Diterbitkan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Liliasari.1999 Keterampilan Berpikir Kreatifhttp://fisika 21 wordpress.com
(Diakses pada tanggal 30 Sepetember 2016).
Martin,
M.O.
2009.
Convergentand
Divergent
Thinking.http:www.conptinguind.com/convergen-divergen-creativitythinking. (Diakses: tanggal 30 Sepetember 2016).
Matlin, M.W. 2003.Cognition.Fifth.Edition.USA: John Wiley & Sons. Inc.
Munandar, U. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
2009.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurhayati.
2011.
Identifikasi
Kemampuan
Berpikir
Kreatif
jim.unsyah.ac.id./pendidikan kimia (Diakses tanggal 30 Oktober 2016).
Rianto, Y. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru,
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Penerbit kencana Prenada Media Group.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sadia, I, W. 2006.Pengembangan Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: PT.
Grasindo.
Savery, J.2006.Problem Based Learning: An Intructional Model And Its
Constuctivs Framework. New Jersey: ETPE Clifs.
12
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada Silberman, M. 2005. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran
Aktif.Translated by Sarjuli et al. 2007. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
2008. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo
Persada.
Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Sudijono, A. 2001.Metode Statistika. Bandung: Trasito.
Sugiyono, 2012.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sumarji. 2009. Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Ilmu
Statika dan Tegangan di SMK.Teknologi dan Kejuruan.
Slameto, 2003.Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta:
Rineka Cipta.
Tegeh, I M. 2009.Perbandingan Prestasi Belajar Mahasiswa yang Diajar dengan
Menggunakan Problem-Based Learning dan Ekspositori yang Memiliki
Gaya Kognitif Berbeda.Desertasi (tidak diterbitkan).Universitas Negeri
Malang Program Pasca Sarjana PSSJ Teknologi Pembelajaran.
Wahono, W. 2013.Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII Buku
siswa.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Wati, D. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan Model
Problem-Based Learning
dalam Mata
Pelajaran
Pendidikan
Kewarganeraan.Jurnal Ilmiah Kajian Moral dan Kewarganegaraan tahun
2013.
Wardana, N. 2010.Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dan
ketahanmalangan terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
pemahaman konsep fisika.Jurnal Ilmiah Pendidikan dan pengajaran
Program Pasca Sarjana Undiksha. Singaraja.
Winarsih, A. dkk.2008. IPA Terpadu SMP MTs Kelas VII. Pusat Perbukuan
Kemdikbud.
Zeyer, A. 2010.Motivation to learn science and cognitive style.Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education.
Download