1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau inteligensia. Dalam Bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar. Sedangkan orang Arab menyebut matematika dengan ilmu alhisab yang berarti ilmu yang berhitung.1Di Indonesia, matematika disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung. Matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain. Kenyataan menunjukkan mata pelajaran matematika diberikan disemua sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini menunjukkan bahwa matematika dipandang memiliki kontribusi yang berarti bagi masa depan siswa yang mempelajarinya. 2 Pembelajaran matematika di SD perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak yaitu pendidik, pemerintah, orang tua maupun masyarakat, karena pembelajaran matematika di SD merupakan peletak konsep dasar yang dijadikan landasan untuk belajar pada jenjang berikutnya, selain itu penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan untuk penguasaan dan penciptaan teknologi di masa depan. Tujuan utama mempelajari matematika adalah dapat menemukan cara menyelesaikan soal. Yang dimaksud dengan soal 1 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat & Logika, (Jogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), 21. 2 Wida Rachmiati, Konsep Bilangan Untuk Calon Guru SD/MI,(Depok : Madani Puslishing, 2015), 1-2. 1 2 adalah suatu hal yang hasil akhirnya, atau cara menyelesaikannya, belum diketahui.3 Menurut Ruseffendi (1991) dalam buku Heruman, matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulet, dan akhir ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000) dalam buku Heruman yaitu memiliki objek tujuan yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Siswa SD umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir yang mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.4 Dalam matematika setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, 3 Wono Setya Budhi, Bana G. Kartasasmita, Berpikir Matematis Matematika Untuk Semua, (Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama, 2005), 2-3. 4 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2014), 1-2. 3 tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa adalah sebagai subjek dan objek dari kegiatan pengajaran. Dan inti dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan. Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran selesai. Hasil belajar merupakan salah satu tujuan dari proses pembelajaran. Dari hasil wawancara di SDN Rawa Kidang dengan wali kelas IV yaitu Bu Lilis, S.Pd untuk pelajaran matematika pada hasil ujian tentang Geometri yang menyatakan bahwa nilai tertinggi ujian tentang Geometri matematika SDN Rawa Kidang adalah 88 nilai terendahnya adalah 28 sedangkan nilai rata-ratanya adalah 52 hasil ini menunjukkan katagori sedang yang tentunya belum memenuhi standar keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 65 pada umumnya para siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipahami, karena belum adanya alat peraga yang mendukung pada mata pelajaran matematika. Dengan keadaan yang demikian dan juga kurang semangatnya siswa mengakibatkan hasil belajar matematika menjadirendah. Selain itu proses belajar mengajar selama ini belum adanya alat peraga yang mendukung pembelajaran matematika.5 Salah satu inovasi yang menarik untuk mengiringi perubahan pembelajaran adalah dengan menggunakan alat peraga yang relevan dengan materi matematika yang akan diajarkan, selain itu siswa akan merasa tertarik mempelajari matematika, mencoba dan membuktikan sendiri sehingga akan memperkuat kemampuan kognitifnya dengan 5 Hasil wawancara dengan Ibu Lilis guru Kelas IV di SDN Rawa Kidang. 4 demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran matematika SD dapat tercapai dengan menggunakan alat peraga geoboard. Alat peraga geoboard (papan berpaku) adalah sebagai alat bantu pengajaran konsep/pengertian matematika 6 di geometri. Media SD papan untuk menanamkan berpaku (geoboard) sebenarnya adalah media pembelajaran matematika yang terbuat dari tripleks, paku dan dilengkapi dengan karet gelang. Memperkenalkan berbagai macam bentuk bangun datar melalui geoboard, sekaligus mempelajari cara mencari luas dan keliling bangun datar, dengan cara mengukur panjang dan lebar bangun datar tersebut Siswa diharapkan mampu dalam kecakapan akademik khususnya di bidang matematika pada pokok bahasan geometri, sehingga potensi dan kompetensi siswa yang selama ini terpendam dapat berkembang secara optimal. Menyadari alat peraga geoboard belum dimanfaatkan dalam kelas secara optimal, maka perlu kiranya diadakan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh alat peraga geoboard terhadap hasil belajar khususnya pada pokok bahasan geometri. B. Batasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka pembatasan masalahnya dititikberatkan pada : 1. Alat peraga yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan alat peraga Geoboard. 6 Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika, (Bandung : Alfabeta, 2015), 128. 5 2. Proses belajar mengajar dikhususkan pada mata pelajaran Matematika di kelas IV Pokok Bahasan Geometri. 3. SDN Rawa Kidang Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam peneliti ini adalah : 1. Bagaimana penerapan alat peraga geoboard pada pembelajaran geometri di kelas IV SDN Rawa Kidang? 2. Bagaimana pengaruh alat peraga geoboard terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Rawa Kidang pada pokok bahasan geometri? 3. Bagaimana signifikasi pengaruh alat peraga geoboard terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Rawa Kidang pada pokok bahasan geometri ? D. Tujuan Peneliti Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan alat peraga geoboard pada pembelajaran geometri di kelas IV SDN Rawa Kidang. 2. Untuk mengetahui pengaruh alat peraga geoboard terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Rawa Kidang pada pokok bahasan geometri. 3. Untuk mengetahui signifikasi pengaruh alat peraga geoboard terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Rawa Kidang pada pokok bahasan geometri. 6 E. Manfaat Penelitian Peneliti ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak sebagai berikut : 1. Bagi siswa a. Siswa memperoleh pengalaman baru cara belajar matematika yang efektif, menarik, dan menyenangkan serta mudah memahami materi yang dipelajari. b.Mampu meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika siswa kelas IV SDN Rawa Kidang. 2. Bagi guru a. Dapat menerapkan alat peraga geoboard untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. b. Memberikan masukan bagi tenaga pengajar selaku motivator, demi meningkatkan kualitas pengajaran. c. Dapat mengembangkan kreativitas guru dalam menciptakan variasi pembelajaran di kelas. d. Diharapkan guru tidak takut lagi untuk menerapkan alat peraga di dalam kelasnya. e. Dengan adanya penelitian ini maka diperoleh pengalaman mengajar matematika dengan alat peraga yang menarik. 3. Bagi sekolah a. Sebagai bahan meningkatkan kualitas akademik siswa khususnya mata pelajaran matematika. 7 b. Diperoleh panduan inovatif alat peraga goeboard yang diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas atau sekolah lainnya. F. Sistematika Pembahasan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi ke dalam lima bab sebagai berikut : BAB I adalah Pendahuluan; terdiri atas Latar Belakang, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II adalah Kajian Teori; terdiri atas Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Alat Peraga Geoboard, Materi Matematika di Kelas IV dan Geometri, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. BAB III adalah Metodologi Penelitian; terdiri atas Waktu dan Tempat Penelitian, Metode dan Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Prosedur Penelitian, Instrumen Pengumpulan Data, Uji Instrumen Penelitian dan Teknis Analisis Data. BAB IV adalah Hasil Penelitian; terdiri atas Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian. BAB V adalah Penutup; terdiri atas Simpulan dan Saran.