penerapan model pembelajaran make a match terhadap

advertisement
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 16-22
ISSN : 2085-6172
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGUNAKAN
GEOBOARD PADA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS VII
SMP NEGERI 2 BIREUEN
Novianti
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Almuslim
Email: [email protected]
Diterima 13 Februari 2017/Disetujui 15 Maret 2017
ABSTRAK
Kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi suatu permasalahan yang terjadi dalam
pembelajaran matematika, siswa belum mampu menjelaskan prosedur penyelesaian dangan
tepat, hal inidipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan selama ini. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaranMake A Macth dengan
bantuan alat peraga Geoboard terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa lebih baik
daripada model pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis penelitian eksperimen semu dan desain yang digunakan Pretest-posttest Control
Grup Design. Sampel yang diambil hanya 2 kelas yaitu VII(a) sebagai kelas eksperimen
dengan jumlah siswa 20 orang dan kelas VII(b) sebagai kelas kontrol dengan siswa berjumlah
25 orang. Sampel dipilih dengan teknik purposive Sampling. Data dianalisis dengan uji t dan
lembar observasi. Hasil penelitian dengan pengujian hipotesis menggunakan uji t pada taraf
signifikan α=0,05 diperoleh thitung> ttabel (3,456> 1,67), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran Make A Macth
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan Geoboard pada
materi Bangun Datarlebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis, Model pembelajaran Make A Macth,
Pembelajaran Konvensional, Bangun Datar.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan pembinaan pribadi secara utuh dan lebih menyangkut kepada citra dan nilai,
pendidikan juga sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Brubacher (Suwarno, 2008:21)
mengatakan bahwa:Pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas
manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaankebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga
pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai
tujuan-tujuan yang telah dittapkan.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan disetiap jenjang pendidikan
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ini merupakan salah satu bukti bahwa
matematika sangat penting dipelajari disekolah maupun kehidupan sehari-hari. Namun
kenyatannya, matematika dikenal dengan pelajaran yang sangat rumit dan susah dipelajari siswa,
sehingga banyak siswa yang tidak senang dengan pelajaran matematika. Padahal pembelajaran
matematika memiliki manfaat sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan komunikasi,
sistematis, dan kreatif, serta bekerja sama yang diperlukan siswa dalam pembelajaran agar dapat
memiliki kemampuan, dan memanfaatkan informasi yang diperolehnya. Faktor lain yang
mempengaruhi siswa sulit dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya kemampuan
komunikasi matematis siswa.
Novianti
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 17-22
ISSN : 2085-6172
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang efektif
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada pelajaran matematika. Salah satu model
pembelajaran yang baik digunakan yaitu model pembelajaran Make A Match. Menurut Tarmizi
(2008) “Model pembelajaran Make A Match merupakan metode belajar mengajar mencari
pasangan dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan
sebelumnya”. Upaya yang dilakukan agar siswa lebih tertarik dan mampu mengembangkan
kemampuan komunikasi dalam proses pembelajaran diperlukan suatu media. Media dapat
membawa siswa ke dalam kondisi belajar yang tidak monoton atau membosankan. Pemilihan
media harus tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Salah satunya media yang
digunakan adalahGeoboard (papan berpaku). Media Geoboard adalah media pembelajaran
tradisional yang menggunakan papan berpaku. Media ini merupakan media pembelajaran yang
digunakan untuk mempelajari dan lebih memahami mengenai pembelajaran matematika yang
dibuat dari papan yang diatasnya ditanjapkan paku-paku setengah timbul dan setengah masuk
kedalam. Fungsi dari media ini, sebangai alat bantu guru dalam proses menanamkan konsep dan
pengertian geometri kepada siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk membuat penelitian yang
berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Make A Macth terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa dengan Menggunakan Geoboard pada Materi Bangun Datar di kelas VII SMPN 2
BIREUEN.
KAJIAN LITERATUR
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Penekanan pengajaran matematika pada kemampuan komunikasi menurut NCTM (Ansari,
2009:11) bermanfaat dalam hal: 1) Guru dapat menginventarisasi dan konsolidasi pemikiran
matematik siswa melalui komunikasi; 2) siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran matematis
secara terurut dengan jelas pada teman, guru, dan lainnya; 3) guru dapat menganalisis dan menilai
pemikiran matematika siswa serta strategi yang digunakan; 4) siswa dapat menggunakan bahasa
matematika untuk mengungkapkan ide matematika dengan tepat.
Adapun komunikasi matematis menurut Ansari (2009:11) Komunikasi matematis terdiri atas,
komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Membaca (reading), mendengar
(listening), diskusi (discussing) menjelaskan (explaining), dan sharing, sedangkan writing seperti
mengungkapkan ide matematika dalam fenomena dunia nyata melalui grafik/ gambar, tabel,
persamaan aljabar, ataupun dengan bahasa sehari-hari (written words). Menurut Ansari (dalam
Nufus, 2012:103) indikator kemampuan komunikasi adalah: (1) menuliskan ide matematika dengan
kata-kata sendiri, (2) menuliskan ide matematika ke dalam model matematika, (3) menghubungkan
gambar ke dalam ide matematika, (4) menjelaskan prosedur penyelesaian. Kemampuan komunikasi
matematis dapat terjadi ketika siswa dalam kelompok, ketika siswa menjelaskan algoritma untuk
memecahkan suatu persamaan, ketika siswa menyajikan cara unik untuk memecahkan masalah.
Keempat indikator di atas yang akan diukur pada penelitian ini.
Model Pembelajaran Make A Macth
Model pembelajaran Make A Macthteknik mengajar dengan mencari pasangan. Salah satu
keunggulan adalah siswa belajar sambil menguasai konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan dan sering digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.
Namun demikian materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan metode pembelajaran ini dengan
catatan, siswa diberi tugas memberikan topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika
masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan. Melalui penerapan ini siswa diharapkan
Novianti
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 18-22
ISSN : 2085-6172
dapat meningkatkan keaktifan kemampuan komunikasi matematisnya. Oleh karena itu, siswa lebih
mudah dalam menyelesaikan berbagai macam soal matematika. Adapun Langkah- langkah
pembelajaran Make a Macth adalah:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok,
satu bangian kartu soal dan bangian lainnya kartu jawaban
2. Memberikan kartu kepada siswa yang berisi soal atau jawaban dan meminta siswa
mempelajari kartunya
3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya maka dia akan mempresentasi di
depan dan membuka sesi tanya jawab.
5. Setelah satu babak kartu dikocok kembali agar setiap siswa mendapatkan kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
6. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran Make A Macth adalah:
1. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan
2. Materi belajar yang disamapaikan lebih menarik perhatian siswa perhatian siswa
3. Dapat meningkatkan kerjasama siswa karena dalam belajar dibentuk kelompokkelompok kecil
4. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seruh siswa
5. Mampu meningkat hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan
6. Suasana kegemberian akan tumbuh dalam proses pembelajaran
Kekurangan model pembelajaran Make A Macth adalah:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melalukan kengiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main
dalam proses pembelajaran
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai
4. Suasana yang ribut terganggu ruang yang lain.
Dari kelebihan dan kekurangan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make A
Macth adalah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena pembelajaran yang aktif dan
menyenagkan, dapat melatih siswa berfikir untuk menjawab pertanyaan secara benar, dapat
meningkatkan kerjasama siswa karena dalam belajar dibentuk kelompok-kelompok kecil.
Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat yang bisa digunakan untuk memberikan pelajaran atau yang dapat
diamati secara langsung oleh panca indra yang merupakan salah satu dari media pendidikan untuk
membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik. Sudjana
(2009:12), alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga
dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Dari
uraian diatas dapat dikatakan bahwa pengertian alat peraga pendidikan merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Manfaat
menggunakan Alat peraga adalah sebagai berikut :
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan dan mencapai sarana yang lebih baik
2. Mendapatkan pengalam belajar dan mudah menerima informasi pendidikan
3. Membantu dalam mengatasi berbagai hambatan dalam proses pendidikan.
Novianti
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 19-22
ISSN : 2085-6172
4. Merangsang masyarakat atau sasaran pendidikan untuk mengimplementasikan atau
melaksanakan pesan-pesan pendidikan yang disampaikan
5. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar dengan cepat dan belajar leih banyak materi
atau bahan yang disampaikan
6. Merangsang sasaran pendidikan untuk dapat meneruskan pesan-pesan yang disampaikan
pemateri kepada orang lain.
7. Dapat mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan
akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
Penggunaan Geoboard
1. Dimainkan oleh dua orang siswa masing-masing menggunakan garet gelang dengan warna
berbeda
2. Mengosongkan papan berpaku terlebih dahulu
3. Menyediakan karet gelang dua warna yang berbeda sebangai alat yang bisa membentuk
bangun datar yang di inginkan
4. Mengocok dadu lalu lihat rumus bangun apa yang keluar, setelah itu bentuklah bangun datar
sesuai rumus yang keluar
5. Menentukan ukuran bangun datar yang akan kita buat pada papan berpaku. Bangun datar
yang dibentuk misalnya bangun datar yang sederhana, seperti persegi, persegi panjang,
segitiga, layang-layang, jajar genjang, lingkaran, trapesium
6. Membuat bangun datar tersebut pada papan berpaku dengan merenggangkan dan mengaitkan
karet yang tersedia pada paku-paku di atas papan tersebut
7. Lalu menghitung luas bangun datar sesuai dengan rumusnya masing-masing
8. Kemudian ulagi lagi hal yang sama oleh taman mainnya.
Dengan aturan main, papan berpaku dipenuhi karet gelang oleh pemain satu dan pemain dua setiap
kali pemain melakukan kesalahan dalam membentuk dan menghitung luas bangun datar, maka
pemain tidak boleh meletaktkan karetnya dipapan berpaku, setelah papan berpaku sudah dipenuhi
karet, maka pemain dengan jumlah karet terbanyak dinyatakan menang.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan disini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang pengukuran data kuantitatif dan statistik. Nilai siswa diperoleh dari hasil
pembelajaran yang diajarkan dengan metode pembelajaran Make A Macth berbantuan alat peraga
geoboard dan dengan model Pembelajaran konvensional. Pada kelas perlakuan I pembelajaran
yang dilakukan adalah menggunakan model pembelajaran Make A Macth, sedangkan kelas
perlakuan II dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam rancangan
ini terdapat dua kelas yang ditentukan dengan Purposive Sampling, dari kedua kelas tersebut
dilakukan tes awal (pretest) sebelum diberi perlakuan. Sedangkan posttest digunakan setelah
diberikan perlakuan. Rancangan penelitian ini adala rancangan Pretest-posttest Control Grup
Design, modifikasi Sugiyono (2011:76) dapat disajikan dalam tabel 1 berikut:
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Tabel 1. Desain Penelitian
Pretest
Treatment
O1
X1
O3
X2
Keterangan:
O1 : Pemberian pretest untuk kelas Eksperimen
O3 : Pemberian pretest untuk kelas Kontrol
Novianti
Posttest
O2
O4
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 20-22
ISSN : 2085-6172
X1 : Pemberian perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Make A Macth
X2 : Pemberian perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional
O2 : Pemberian postest untuk kelas Eksperimen
O4 : Pemberian postest untuk kelas Kontrol
Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa terdiri atas 4 indikator, setiap indikator terdiri
dari satu butir soal. (dalam Nufus, 2012:103) Jawaban dari soal kemampuan komunikasi matematis
dinilai berdasarkan penyekoran yang sudah ditentukan. Empat aspek yang dinilai adalah:
menuliskan ide matematika dengan kata-kata sendiri,menuliskan ide matematika kedalam model
matematika, menghubungkan gambar kedalam ide matematika, dan menjelaskan prosedur
penyelesaian.
Setelah data terkumpul yang diperoleh dari hasil tes berdasarkan kemampuan komunikasi
matematis siswa, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan berdasarkan
permasalahan dalam penelitiaan ini, yaitu melalui analisis statistik uji-t dengan taraf signifikan (α)
= 0,05 yang diperhatikan berdasarkan dari derajat kebebasan yang dibandingkan dengan besar t tabel.
Adapun rumus yang digunakan adalah uji normalitas,uji homogenitas,Uji kesetaraan kelompok
dimana tujuan dari uji keseteraan ini adalah untuk melihat kesetaraan kelompok yang akan
dibandingkan dan sekaligus memastikan kesesuaian tehnik anaslisis data yang akan digunakan.
Untuk uji kesetaraan kelompok menggunakan formula uji-t menurut Sudjana (2005:239)
๐‘ฅ 1 −๐‘ฅ 2
๐‘ก=
๐‘ 
1
1
+
๐‘›1 ๐‘›2
.
Hal ini sejalan dngan pendapat Sudjana (2005:239), kriteria pengujian yang berlaku adalah “terima
H0 apabila ๐‘ก hitung < ๐‘ก tabel dan tolak Ho apabila mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan
untuk distribusi student t adalah (๐‘›1 + ๐‘›2 − 2) dengan peluang 0,05. Hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. H0 : ๐œ‡1 =๐œ‡2 kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan melalui model
pembelajaran Make A Macthsama dengan yang diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional pada materi bangun datar di kelas VII MTsN Ulee Glee.
b. Ha : ๐œ‡1 >๐œ‡2 kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan melalui model
pembelajaran Make A Macth lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran konvensional pada materi bangun datar di kelas VII MTsN Ulee Glee.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada awal dilakukan penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menelaah penerapan model
pembelajaran Make A Macth terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa dengan
menggunakan Geoboard pada materi Bangun Datar di kelas VII MTsN Ulee Glee. Peneliti
memberikan pre test untuk kedua kelas yang bertujuan untuk melihat kemampuan dasar siswa
sebelum materi pelajaran diajarkan untuk kedua kelas, yaitu kelas VII(a) sebagai kelas eksperimen
dengan Model Pembelajaran Make A Macth, dan kelas VII(b) sebagai kelas kontrol dengan Model
Pembelajaran pembelajaran konvensional. Setelah diberikan pembelajaran pada kedua kelas.
peneliti memberikan post-test dengan bentuk soal essay yang terdiri dari 4 soal yang sama pada
kedua kelas. Kemudian juga analisis hasil observasi pengamat terhadap aktivitas pembelajaran
yang meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh skor rata-rata pre-test
kemampuan komunikasi matematis siswa untuk kelas pembelajaran Make A Macth yaitu 59,9 dan
Novianti
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 21-22
ISSN : 2085-6172
di kelas konvensional yaitu 54,94. Maka diperoleh nilai rata-rata hasil post-test kelas eksperimen
dengan menggunakan Model Pembelajaran Make A Macth adalah 82,8 dan kelas kontrol dengan
menggunakan Model Pembelajaran pembelajaran Konvensional adalah 73,02. Dalam melakukan
pengujian normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apa data dari sampel yang diambil
berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen atau tidak. Dari uji normalitas skor
pre-test diperoleh hasil ๐œ’ 2 โ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” < ๐œ’ 2 ๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ untuk kelas eksperimen yaitu 2,80 < 7,81, dan kelas
kontrol yaitu 1,75 < 7,81. Hal ini berarti bahwa data skor pre-test dari kedua kelas berdistribusi
normal. Kemudian dari uji normalitas skor post-test diperoleh ๐œ’ 2 โ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” < ๐œ’ 2 ๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ untuk kelas
eksperimen yaitu0,618 < 7,81 dan untuk kelas kontrol yaitu 0,702 < 7,81. Maka kedua data
untuk sampel yang diambil berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap
skor pre-test dari kedua kelas dan diperoleh hasil ๐นโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” < ๐น๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ , yaitu 0,894 < 1,94 yang
berarti bahwa skor pre-test dari kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
Dari data-data statistik yang ada dalam penelitian dan juga dari pengujian hipotesis yang telah
dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan rumus statistik, maka nilai akhir ๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” < ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ ,
yaitu 1,34 < 1,68, ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata pre-test antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol, sehingga kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki skor pre-test yang sama. Sedangkan pada uji homogenitas post-test kelas eksperimen dan
kelas kontrol yaitu nilai ๐นโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” < ๐น๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ yaitu 0,51 < 1,89, sehingga menunjukkan untuk kedua
kelas homogen. Dari data-data statistik yang ada dalam penelitian dan juga dari pengujian hipotesis
yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan rumus statistik, maka nilai akhir
๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” > ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ , yaitu 3,456 > 1,67, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima atau
dapat dikatakan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Make A Macth terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa pada materi bangun Datar dengan menggunkan bantuan media
geoboard lebih baik daripada Model Pembelajaranpembelajaran konvensional.
Hasil observasi aktivitas guru persentase rata-rata dari dua orang pengamat terhadap aktivitas guru
dalam pembelajaran di kelas eksperimen (Make A Macth) diperoleh skor persentase rata-rata
sebesar 91,58 %, maka skor persentase tersebut dikategorikan sangat baik, sedangkan aktivitas
siswa di kelas eksperimen diperoleh skor persentase rata-rata sebesar 89,995 %, maka dapat
dikategorikan baik. Kemudian Persentase rata-rata dari dua orang pengamat terhadap aktivitas guru
dalam pembelajaran di kelas kontrol (konvensional) diperoleh skor persentase rata-rata sebesar
87,78%, Sedangkan aktivitas siswa untuk kelas kontrol diperoleh skor persentase rata-rata
sebesar 85.56%, sehingga hasil observasi keduanya dikategorikan baik.
SIMPULAN
1.
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Make A
Macth terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi Bangun Datar dengan
menggunakan bantuan media Geoboard lebih baik daripada Model Pembelajaran
pembelajaran konvensional di kelas VII MTsN Ulee Glee.
2.
Hasil observasi dalam proses belajar mengajar diperoleh aktivitas guru dengan skor 90% dan
aktivitas siswa dengan skor 88,57% dikelas make A Match, sedangkan hasil observasi
dikelas konvensional untuk aktivitas guru dengan skor 87,78% dan untuk aktivitas siswa
dengan skor 85,56%. Sehingga berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
aktivitas guru dan aktivitas siswa di kedua kelas dapat dikategorikan baik.
Novianti
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 22-22
ISSN : 2085-6172
SARAN
1.
2.
Guru disarankan untuk menggunakan Model Pembelajaran Make A Macth dan media
Geoboard agar dapat menjadikan suasana belajar bersemangat, siswa merasa senang, lebih
aktif, dan lebih mandiri dalam mengerjakan tugas.
Guru disarankan untuk dapat menerapkan Media Geoboard dan media pembelajran lainnya
pada pembelajan matematika sehingga siswa dapat mengaplikasikan secara langsung dan
mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhafi. 2008. Media papan berpaku. (online). (http:// peningkatan prestasi beljar matematika
dengan media papan berpaku-wordpress. Com/2008). Diakses 16 februari 2016
Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematik Yayasan PeNa Banda Aceh Divisi Penerbit: (Depan
mesjid baiturrahman) Banda Aceh.
Arikunto,Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka.
Nufus, H. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa
Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah di kelas VII SMPN.Tesis. Medan: PPs
Unimed. (tidak dipublikasikan)
Pujiati. 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.Yogyakarta: Depdiknas.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: TARSITO.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA Bandung.
Suwarno,Wiji. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Tarmizi. 2008. Pembelajaran kooperatif “make a macth”. Bandung.
Novianti
Download