Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 16-22 ISSN : 2085-6172 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGUNAKAN GEOBOARD PADA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS VII SMP NEGERI 2 BIREUEN Novianti Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Almuslim Email: [email protected] Diterima 13 Februari 2017/Disetujui 15 Maret 2017 ABSTRAK Kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi suatu permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika, siswa belum mampu menjelaskan prosedur penyelesaian dangan tepat, hal inidipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan selama ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaranMake A Macth dengan bantuan alat peraga Geoboard terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen semu dan desain yang digunakan Pretest-posttest Control Grup Design. Sampel yang diambil hanya 2 kelas yaitu VII(a) sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 20 orang dan kelas VII(b) sebagai kelas kontrol dengan siswa berjumlah 25 orang. Sampel dipilih dengan teknik purposive Sampling. Data dianalisis dengan uji t dan lembar observasi. Hasil penelitian dengan pengujian hipotesis menggunakan uji t pada taraf signifikan α=0,05 diperoleh thitung> ttabel (3,456> 1,67), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran Make A Macth terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan Geoboard pada materi Bangun Datarlebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis, Model pembelajaran Make A Macth, Pembelajaran Konvensional, Bangun Datar. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan pembinaan pribadi secara utuh dan lebih menyangkut kepada citra dan nilai, pendidikan juga sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Brubacher (Suwarno, 2008:21) mengatakan bahwa:Pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaankebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah dittapkan. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan disetiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ini merupakan salah satu bukti bahwa matematika sangat penting dipelajari disekolah maupun kehidupan sehari-hari. Namun kenyatannya, matematika dikenal dengan pelajaran yang sangat rumit dan susah dipelajari siswa, sehingga banyak siswa yang tidak senang dengan pelajaran matematika. Padahal pembelajaran matematika memiliki manfaat sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, sistematis, dan kreatif, serta bekerja sama yang diperlukan siswa dalam pembelajaran agar dapat memiliki kemampuan, dan memanfaatkan informasi yang diperolehnya. Faktor lain yang mempengaruhi siswa sulit dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa. Novianti Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 17-22 ISSN : 2085-6172 Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang baik digunakan yaitu model pembelajaran Make A Match. Menurut Tarmizi (2008) “Model pembelajaran Make A Match merupakan metode belajar mengajar mencari pasangan dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya”. Upaya yang dilakukan agar siswa lebih tertarik dan mampu mengembangkan kemampuan komunikasi dalam proses pembelajaran diperlukan suatu media. Media dapat membawa siswa ke dalam kondisi belajar yang tidak monoton atau membosankan. Pemilihan media harus tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Salah satunya media yang digunakan adalahGeoboard (papan berpaku). Media Geoboard adalah media pembelajaran tradisional yang menggunakan papan berpaku. Media ini merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk mempelajari dan lebih memahami mengenai pembelajaran matematika yang dibuat dari papan yang diatasnya ditanjapkan paku-paku setengah timbul dan setengah masuk kedalam. Fungsi dari media ini, sebangai alat bantu guru dalam proses menanamkan konsep dan pengertian geometri kepada siswa. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Make A Macth terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan Menggunakan Geoboard pada Materi Bangun Datar di kelas VII SMPN 2 BIREUEN. KAJIAN LITERATUR Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Penekanan pengajaran matematika pada kemampuan komunikasi menurut NCTM (Ansari, 2009:11) bermanfaat dalam hal: 1) Guru dapat menginventarisasi dan konsolidasi pemikiran matematik siswa melalui komunikasi; 2) siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran matematis secara terurut dengan jelas pada teman, guru, dan lainnya; 3) guru dapat menganalisis dan menilai pemikiran matematika siswa serta strategi yang digunakan; 4) siswa dapat menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide matematika dengan tepat. Adapun komunikasi matematis menurut Ansari (2009:11) Komunikasi matematis terdiri atas, komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Membaca (reading), mendengar (listening), diskusi (discussing) menjelaskan (explaining), dan sharing, sedangkan writing seperti mengungkapkan ide matematika dalam fenomena dunia nyata melalui grafik/ gambar, tabel, persamaan aljabar, ataupun dengan bahasa sehari-hari (written words). Menurut Ansari (dalam Nufus, 2012:103) indikator kemampuan komunikasi adalah: (1) menuliskan ide matematika dengan kata-kata sendiri, (2) menuliskan ide matematika ke dalam model matematika, (3) menghubungkan gambar ke dalam ide matematika, (4) menjelaskan prosedur penyelesaian. Kemampuan komunikasi matematis dapat terjadi ketika siswa dalam kelompok, ketika siswa menjelaskan algoritma untuk memecahkan suatu persamaan, ketika siswa menyajikan cara unik untuk memecahkan masalah. Keempat indikator di atas yang akan diukur pada penelitian ini. Model Pembelajaran Make A Macth Model pembelajaran Make A Macthteknik mengajar dengan mencari pasangan. Salah satu keunggulan adalah siswa belajar sambil menguasai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan dan sering digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan metode pembelajaran ini dengan catatan, siswa diberi tugas memberikan topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan. Melalui penerapan ini siswa diharapkan Novianti Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 18-22 ISSN : 2085-6172 dapat meningkatkan keaktifan kemampuan komunikasi matematisnya. Oleh karena itu, siswa lebih mudah dalam menyelesaikan berbagai macam soal matematika. Adapun Langkah- langkah pembelajaran Make a Macth adalah: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok, satu bangian kartu soal dan bangian lainnya kartu jawaban 2. Memberikan kartu kepada siswa yang berisi soal atau jawaban dan meminta siswa mempelajari kartunya 3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya 4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya maka dia akan mempresentasi di depan dan membuka sesi tanya jawab. 5. Setelah satu babak kartu dikocok kembali agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 6. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pembelajaran. Kelebihan model pembelajaran Make A Macth adalah: 1. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan 2. Materi belajar yang disamapaikan lebih menarik perhatian siswa perhatian siswa 3. Dapat meningkatkan kerjasama siswa karena dalam belajar dibentuk kelompokkelompok kecil 4. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seruh siswa 5. Mampu meningkat hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan 6. Suasana kegemberian akan tumbuh dalam proses pembelajaran Kekurangan model pembelajaran Make A Macth adalah: 1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melalukan kengiatan 2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran 3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai 4. Suasana yang ribut terganggu ruang yang lain. Dari kelebihan dan kekurangan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make A Macth adalah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena pembelajaran yang aktif dan menyenagkan, dapat melatih siswa berfikir untuk menjawab pertanyaan secara benar, dapat meningkatkan kerjasama siswa karena dalam belajar dibentuk kelompok-kelompok kecil. Alat Peraga Alat peraga merupakan alat yang bisa digunakan untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati secara langsung oleh panca indra yang merupakan salah satu dari media pendidikan untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik. Sudjana (2009:12), alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa pengertian alat peraga pendidikan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Manfaat menggunakan Alat peraga adalah sebagai berikut : 1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan dan mencapai sarana yang lebih baik 2. Mendapatkan pengalam belajar dan mudah menerima informasi pendidikan 3. Membantu dalam mengatasi berbagai hambatan dalam proses pendidikan. Novianti Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 19-22 ISSN : 2085-6172 4. Merangsang masyarakat atau sasaran pendidikan untuk mengimplementasikan atau melaksanakan pesan-pesan pendidikan yang disampaikan 5. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar dengan cepat dan belajar leih banyak materi atau bahan yang disampaikan 6. Merangsang sasaran pendidikan untuk dapat meneruskan pesan-pesan yang disampaikan pemateri kepada orang lain. 7. Dapat mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. Penggunaan Geoboard 1. Dimainkan oleh dua orang siswa masing-masing menggunakan garet gelang dengan warna berbeda 2. Mengosongkan papan berpaku terlebih dahulu 3. Menyediakan karet gelang dua warna yang berbeda sebangai alat yang bisa membentuk bangun datar yang di inginkan 4. Mengocok dadu lalu lihat rumus bangun apa yang keluar, setelah itu bentuklah bangun datar sesuai rumus yang keluar 5. Menentukan ukuran bangun datar yang akan kita buat pada papan berpaku. Bangun datar yang dibentuk misalnya bangun datar yang sederhana, seperti persegi, persegi panjang, segitiga, layang-layang, jajar genjang, lingkaran, trapesium 6. Membuat bangun datar tersebut pada papan berpaku dengan merenggangkan dan mengaitkan karet yang tersedia pada paku-paku di atas papan tersebut 7. Lalu menghitung luas bangun datar sesuai dengan rumusnya masing-masing 8. Kemudian ulagi lagi hal yang sama oleh taman mainnya. Dengan aturan main, papan berpaku dipenuhi karet gelang oleh pemain satu dan pemain dua setiap kali pemain melakukan kesalahan dalam membentuk dan menghitung luas bangun datar, maka pemain tidak boleh meletaktkan karetnya dipapan berpaku, setelah papan berpaku sudah dipenuhi karet, maka pemain dengan jumlah karet terbanyak dinyatakan menang. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan disini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang pengukuran data kuantitatif dan statistik. Nilai siswa diperoleh dari hasil pembelajaran yang diajarkan dengan metode pembelajaran Make A Macth berbantuan alat peraga geoboard dan dengan model Pembelajaran konvensional. Pada kelas perlakuan I pembelajaran yang dilakukan adalah menggunakan model pembelajaran Make A Macth, sedangkan kelas perlakuan II dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam rancangan ini terdapat dua kelas yang ditentukan dengan Purposive Sampling, dari kedua kelas tersebut dilakukan tes awal (pretest) sebelum diberi perlakuan. Sedangkan posttest digunakan setelah diberikan perlakuan. Rancangan penelitian ini adala rancangan Pretest-posttest Control Grup Design, modifikasi Sugiyono (2011:76) dapat disajikan dalam tabel 1 berikut: Kelompok Eksperimen Kontrol Tabel 1. Desain Penelitian Pretest Treatment O1 X1 O3 X2 Keterangan: O1 : Pemberian pretest untuk kelas Eksperimen O3 : Pemberian pretest untuk kelas Kontrol Novianti Posttest O2 O4 Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 20-22 ISSN : 2085-6172 X1 : Pemberian perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Make A Macth X2 : Pemberian perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional O2 : Pemberian postest untuk kelas Eksperimen O4 : Pemberian postest untuk kelas Kontrol Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa terdiri atas 4 indikator, setiap indikator terdiri dari satu butir soal. (dalam Nufus, 2012:103) Jawaban dari soal kemampuan komunikasi matematis dinilai berdasarkan penyekoran yang sudah ditentukan. Empat aspek yang dinilai adalah: menuliskan ide matematika dengan kata-kata sendiri,menuliskan ide matematika kedalam model matematika, menghubungkan gambar kedalam ide matematika, dan menjelaskan prosedur penyelesaian. Setelah data terkumpul yang diperoleh dari hasil tes berdasarkan kemampuan komunikasi matematis siswa, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan berdasarkan permasalahan dalam penelitiaan ini, yaitu melalui analisis statistik uji-t dengan taraf signifikan (α) = 0,05 yang diperhatikan berdasarkan dari derajat kebebasan yang dibandingkan dengan besar t tabel. Adapun rumus yang digunakan adalah uji normalitas,uji homogenitas,Uji kesetaraan kelompok dimana tujuan dari uji keseteraan ini adalah untuk melihat kesetaraan kelompok yang akan dibandingkan dan sekaligus memastikan kesesuaian tehnik anaslisis data yang akan digunakan. Untuk uji kesetaraan kelompok menggunakan formula uji-t menurut Sudjana (2005:239) ๐ฅ 1 −๐ฅ 2 ๐ก= ๐ 1 1 + ๐1 ๐2 . Hal ini sejalan dngan pendapat Sudjana (2005:239), kriteria pengujian yang berlaku adalah “terima H0 apabila ๐ก hitung < ๐ก tabel dan tolak Ho apabila mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk distribusi student t adalah (๐1 + ๐2 − 2) dengan peluang 0,05. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. H0 : ๐1 =๐2 kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran Make A Macthsama dengan yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada materi bangun datar di kelas VII MTsN Ulee Glee. b. Ha : ๐1 >๐2 kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran Make A Macth lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada materi bangun datar di kelas VII MTsN Ulee Glee. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada awal dilakukan penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menelaah penerapan model pembelajaran Make A Macth terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan Geoboard pada materi Bangun Datar di kelas VII MTsN Ulee Glee. Peneliti memberikan pre test untuk kedua kelas yang bertujuan untuk melihat kemampuan dasar siswa sebelum materi pelajaran diajarkan untuk kedua kelas, yaitu kelas VII(a) sebagai kelas eksperimen dengan Model Pembelajaran Make A Macth, dan kelas VII(b) sebagai kelas kontrol dengan Model Pembelajaran pembelajaran konvensional. Setelah diberikan pembelajaran pada kedua kelas. peneliti memberikan post-test dengan bentuk soal essay yang terdiri dari 4 soal yang sama pada kedua kelas. Kemudian juga analisis hasil observasi pengamat terhadap aktivitas pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh skor rata-rata pre-test kemampuan komunikasi matematis siswa untuk kelas pembelajaran Make A Macth yaitu 59,9 dan Novianti Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 21-22 ISSN : 2085-6172 di kelas konvensional yaitu 54,94. Maka diperoleh nilai rata-rata hasil post-test kelas eksperimen dengan menggunakan Model Pembelajaran Make A Macth adalah 82,8 dan kelas kontrol dengan menggunakan Model Pembelajaran pembelajaran Konvensional adalah 73,02. Dalam melakukan pengujian normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apa data dari sampel yang diambil berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen atau tidak. Dari uji normalitas skor pre-test diperoleh hasil ๐ 2 โ๐๐ก๐ข๐๐ < ๐ 2 ๐ก๐๐๐๐ untuk kelas eksperimen yaitu 2,80 < 7,81, dan kelas kontrol yaitu 1,75 < 7,81. Hal ini berarti bahwa data skor pre-test dari kedua kelas berdistribusi normal. Kemudian dari uji normalitas skor post-test diperoleh ๐ 2 โ๐๐ก๐ข๐๐ < ๐ 2 ๐ก๐๐๐๐ untuk kelas eksperimen yaitu0,618 < 7,81 dan untuk kelas kontrol yaitu 0,702 < 7,81. Maka kedua data untuk sampel yang diambil berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap skor pre-test dari kedua kelas dan diperoleh hasil ๐นโ๐๐ก๐ข๐๐ < ๐น๐ก๐๐๐๐ , yaitu 0,894 < 1,94 yang berarti bahwa skor pre-test dari kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Dari data-data statistik yang ada dalam penelitian dan juga dari pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan rumus statistik, maka nilai akhir ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ < ๐ก๐ก๐๐๐๐ , yaitu 1,34 < 1,68, ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata pre-test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, sehingga kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki skor pre-test yang sama. Sedangkan pada uji homogenitas post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu nilai ๐นโ๐๐ก๐ข๐๐ < ๐น๐ก๐๐๐๐ yaitu 0,51 < 1,89, sehingga menunjukkan untuk kedua kelas homogen. Dari data-data statistik yang ada dalam penelitian dan juga dari pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan rumus statistik, maka nilai akhir ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ > ๐ก๐ก๐๐๐๐ , yaitu 3,456 > 1,67, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima atau dapat dikatakan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Make A Macth terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bangun Datar dengan menggunkan bantuan media geoboard lebih baik daripada Model Pembelajaranpembelajaran konvensional. Hasil observasi aktivitas guru persentase rata-rata dari dua orang pengamat terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran di kelas eksperimen (Make A Macth) diperoleh skor persentase rata-rata sebesar 91,58 %, maka skor persentase tersebut dikategorikan sangat baik, sedangkan aktivitas siswa di kelas eksperimen diperoleh skor persentase rata-rata sebesar 89,995 %, maka dapat dikategorikan baik. Kemudian Persentase rata-rata dari dua orang pengamat terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran di kelas kontrol (konvensional) diperoleh skor persentase rata-rata sebesar 87,78%, Sedangkan aktivitas siswa untuk kelas kontrol diperoleh skor persentase rata-rata sebesar 85.56%, sehingga hasil observasi keduanya dikategorikan baik. SIMPULAN 1. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Make A Macth terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi Bangun Datar dengan menggunakan bantuan media Geoboard lebih baik daripada Model Pembelajaran pembelajaran konvensional di kelas VII MTsN Ulee Glee. 2. Hasil observasi dalam proses belajar mengajar diperoleh aktivitas guru dengan skor 90% dan aktivitas siswa dengan skor 88,57% dikelas make A Match, sedangkan hasil observasi dikelas konvensional untuk aktivitas guru dengan skor 87,78% dan untuk aktivitas siswa dengan skor 85,56%. Sehingga berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas guru dan aktivitas siswa di kedua kelas dapat dikategorikan baik. Novianti Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 22-22 ISSN : 2085-6172 SARAN 1. 2. Guru disarankan untuk menggunakan Model Pembelajaran Make A Macth dan media Geoboard agar dapat menjadikan suasana belajar bersemangat, siswa merasa senang, lebih aktif, dan lebih mandiri dalam mengerjakan tugas. Guru disarankan untuk dapat menerapkan Media Geoboard dan media pembelajran lainnya pada pembelajan matematika sehingga siswa dapat mengaplikasikan secara langsung dan mudah dipahami. DAFTAR PUSTAKA Abdulhafi. 2008. Media papan berpaku. (online). (http:// peningkatan prestasi beljar matematika dengan media papan berpaku-wordpress. Com/2008). Diakses 16 februari 2016 Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematik Yayasan PeNa Banda Aceh Divisi Penerbit: (Depan mesjid baiturrahman) Banda Aceh. Arikunto,Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka. Nufus, H. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah di kelas VII SMPN.Tesis. Medan: PPs Unimed. (tidak dipublikasikan) Pujiati. 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.Yogyakarta: Depdiknas. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: TARSITO. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA Bandung. Suwarno,Wiji. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. Tarmizi. 2008. Pembelajaran kooperatif “make a macth”. Bandung. Novianti