JURNAL PERMATA INDONESIA Volume 6, Nomor 1, Mei 2015 Halaman : 49 - 57 ISSN 2086 – 9185 PENGARUH PEMBERIAN KONSELING APOTEKER TERHADAP HASIL TERAPI PASIEN ASMA ANAK DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4) YOGYAKARTA Rahma Aliya Program Studi Farmasi, POLTEKKES Permata Indonesia Abstrak : Asma merupakan penyakit respiratorik yang paling sering di temukan dan paling sering menjadi masalah di masyarakat. Penyakit ini umumnya dimulai sejak dari masa anak-anak terutama pada usia lima tahun. Anak- anak yang tinggal diperkotaan rentan menderita asma. Hal ini disebabkan karena di perkotaan banyak terpapar polusi dan debu serta memiliki jumlah penduduk yang padat. Berdasarkan data dari Yayasan Penyantun Asma, kasus asma di Indonesia mencapai 12 juta atau sekitar 6% dari jumlah penduduk. Setiap tahun angka ini akan mengalami peningkatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konseling apoteker terhadap kemajuan hasil terapi pada pasien asma anak umur 5-12 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan rancangan pre dan post test tanpa kontrol. Subyek penelitian adalah pasien asma anak umur 5-12 tahun yang datang ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta, dengan diagnosa asma. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah pemberian konseling terhadap frekuensi serangan asma pada anak. Nilai t-test pada kelompok pasien asma anak yang menderita asma lebih dari 5 tahun adalah 6,320 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai t-test pada perbandingan kedua kelompok adalah 2,385 dengan signifikansi sebesar 0,024 (0,024 < 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara lama waktu terpapar asma terhadap kemajuan hasil terapi. Berdasarkan uji anova diperoleh [sig.(2-tailed)/p] sebesar 0,701 (0,701 > 0,05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara jenis terapi dan perubahan frekuensi serangan. Kata kunci : Asma, Apoteker, Konseling. Abstract : Asthma is a respiratory disease that is most often found, and most often a problem in this community. Penyakit generally starting from childhood, especially at the age of five. Children living in urban prone to suffer from asthma. This is because in many urban areas exposed to pollution and dust and has a dense population. Based on data from the Foundation Trustees Asthma, asthma cases in Indonesia reaches 12 milion or about 6% of the population. Every year this figure will increase. This study was conducted to determine how much influence the pharmacist counseling on the progress of therapy in patients with asthma children aged 5-12 years. This study is a quasi experimental design with pre and post test without control. Subjects were patients with asthma children aged 5-12 years who come to the Center for Lung Disease Treatment (BP4) Yogyakarta, with a diagnosis of asthma. There is a significant difference between before and after counseling with respect to frequency of asthma attacks in children. T-test values in the group of patients with asthma who asthmatic children over 5 years is 6.320 with a significance of 0.000. T-test on value comparison of both groups was 2.385 with a significance of 0.024 (0.024 <0.05). This may imply that there are significant differences between the long time exposure to asthma to the advancement of therapeutic results. Based on the 49 Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... ANOVA test was obtained [sig. (2-tailed) / p] as big as 0.701 (0.701> 0.05). There is no significant difference between the type of therapy and change frequency of attacks. Key words : Asthma, Pharmacists, Counseling. keparahannya berubah secara spontan maupun PENDAHULUAN sebagai akibat pengobatan (6). Asma merupakan penyakit respiratorik yang paling sering di temukan dan paling sering menjadi masalah Masalah penanganan penderita asma di anak yang tidak adekuat dapat disebabkan dari masyarakat.Penyakit ini umumnya dimulai keluarga sejak dari masa anak-anak terutama pada usia penyakit dan pengobatannya, karena tidak lima mendapat pengetahuan yang cukup tentang tahun. Anak- anak yang tinggal yang tidak penyakit disebabkan diperlukan terhadap penentuan keberhasilan di perkotaan banyak apoteker sangat terapi dan perbaikan kualitas hidup (1). terpapar polusi dan debu serta memiliki jumlah penduduk yang padat. Peran kondisi diperkotaan rentan menderita asma. Hal ini karena asma. memahami Berdasarkan Konseling apoteker adalah usaha data dari Yayasan Penyantun Asma, kasus apoteker agar pasien mampu memahami asma di Indonesia mencapai 12juta atau permasalahan yang dialami terkait penyakit sekitar 6% dari jumlah penduduk (2). dan sediaan farmasi, sehngga pasien mampu Berdasarkan data organisasi kesehatan mengambil keputusan terbaik sesuai dengan dunia (WHO), jumlah penderita asma di dunia kemampuannya. Dalam melakukan konseling mencapai ini seorang apoteker harus mampu menguasai dikhawatirkan terus meningkat hingga 400 juta tehnik-tehnik konseling. Karena keberhasilan orang pada tahun 2025. Di dunia penyakit konseling salah satunya ditentukan oleh asma termasuk 5 besar penyebab kematian. kemampuan Diperkirakan 250.000 orang meninggal setiap tehnik-tehnik 300 juta orang. Angka (4) apoteker dalam konseling penguasaan selain juga pengalaman dalam memberikan konseling (3). tahunnya dikarenakan asma . Asma merupakan penyakit respiratorik Ditinjau dari berbagai alasan tersebut kronik yang paling sering ditemukan terutama maka perlu dilakukan penelitian mengenai pada negara maju. Penyakit ini pada umunya bagaimana pengaruh pemberian konseling dimulai sejak masa anak-anak sehingga sangat apoteker terhadap hasil terapi pasien asma berpotensi untuk menggangu pertumbuhan dan pada anak umur 5-12 tahun. Penelitian ini perkembangan anak (5) . Asma terjadi karena dilakukan untuk mengetahui seberapa besar adanya peningkatan responsivitas bronkus pengaruh terhadap berbagai stimulus, diantaranya sel kemajuan hasil terapi pada pasien asma anak mast, eosinofil, neutrofil, limfosit T, makrofag umur 5-12 tahun. dan epitel penyempitan sel, jalan bermanifestasi nafas meluas sebagai yang 50 konseling apoteker terhadap Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... METODE PENELITIAN Distribusi Jumlah Pasien Asma Anak Penelitian ini merupakan penelitian quasi Berdasarkan Jenis Kelamin eksperimental dengan rancangan pre dan post Hasil penelitian menunjukkan bahwa test tanpa kontrol. Subyek penelitian adalah jumlah pasien asma anak yang datang berobat pasien asma anak umur 5-12 tahun yang ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) datang ke Balai Pengobatan Penyakit Paru- pada saat penelitian berlangsung adalah laki- Paru (BP4) Yogyakarta, dengan diagnosa laki asma. perempuan (30%). Perlakuan yang diberikan berupa (70%) lebih besar daripada anak pemberian konseling terhadap pasien asma Tabel 2. Distribusi jumlah pasien asma anak anak yang datang ke Balai Pengobatan berdasarkan jenis kelamin Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta selama Jenis Kelamin Laki-laki Wanita (n=30) periode Februari - April 2012. HASIL Distribusi Jumlah Pasien Asma Anak Berdasarkan Umur Jumlah Persentase(%) pasien 21 70 9 30 Distribusi Jumlah Pasien Asma Anak Pasien asma anak yang datang berobat Berdasarkan Lama Waktu Terpapar ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Yogyakarta pada saat penelitian dilaksanakan 53,5% pasien asma anak yang berobat ke Balai paling banyak adalah umur 12 tahun Pengobatan sebanyak 26,7%. Yogyakarta Penyakit Paru-Paru (BP4) menderita asma kurang dari 5 Tabel 1. Distribusi pasien asma anak tahun dan 46,7% pasien asma anak yang berdasarkan umur datang berobat ke Balai Pengobatan Penyakit Umur (tahun) 5 6 7 8 9 10 11 12 Paru-Paru (BP4) telah menderita asma lebih Jumlah Persentase Pasien (%) 4 13,3 4 13,3 2 6,67 6 20 2 6,67 3 10 1 3,3 8 26,7 dari 5 tahun. Tabel 3. Distribusi jumlah pasien asma anak berdasarkan lama waktu terpapar Lama terpapar (tahun) Kurang dari 5 tahun Lebih dari 5 tahun (n=30) 51 Jumlah pasien Persentase (%) 16 53,3 14 46,7 Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Tabel 4. Data Perubahan frekuensi serangan Tabel 5. Data Perubahan frekuensi serangan asma anak sebelum dan setelah asma anak sebelum dan setelah mendapat mendapat konseling apoteker pada pasien anak konseling apoteker pada pasien anak yang yang menderita asma kurang dari 5 tahun menderita asma lebih dari 5 tahun Sebelum 1 3 3 1 3 4 4 3 4 4 3 1 4 2 1 1 X = 2,63 SD = 1,258 (n=16) Sesudah 1 2 4 1 1 3 1 2 2 2 4 0 2 1 1 1 X= 1,75 SD = 1,125 Selisih 0 1 -1 0 2 1 3 1 2 2 -1 1 2 1 0 0 X = 0,875 SD = 1,147 Sebelum 5 4 4 3 4 5 3 2 3 2 4 2 4 3 X = 3,43 SD = 1,016 (n=14) Sesudah 4 4 1 3 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 X = 1,57 SD = 1,222 Selisih 1 0 3 0 3 3 2 1 2 1 3 2 3 2 X =1,857 SD = 1,099 Nilai t-test pada kelompok pasien asma anak yang menderia asma lebih dari 5 Nilai t- test pada penilaian tentang tahun adalah 6,320 dengan signifikansi sebesar kemajuan hasil terapi sebelum dan setelah 0,000. mendapat konseling pada pasien yang terpapar sesudah nilai p-value yang dihasilkan kurang dari 0,05 pemberian konseling terhadap serangan asma pada anak. bahwa pemberian konseling terhadap berarti bahwa pemberian konseling mampu setelah menurunkan frekuensi serangan asma pada frekuensi pasien anak yang mengidap asma lebih dari 5 Hal ini berarti konseling pemberian frekuensi serangan asma pada anak. Hal ini (0,008 < 0,05). Terdapat perbedaan yang dan statistik perbedaan yang signifikan antara sebelum dan dengan pedoman statistik diperoleh bahwa sebelum pedoman kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05).Terdapat dengan signifikansi sebesar 0,008. Sesuai antara dengan diperoleh bahwa nilai p-value yang dihasilkan asma kurang dari 5 tahun sebesar 3,050 signifikan Sesuai tahun. mampu menurunkan frekuensi serangan asma pada pasien anak yang mengidap asma kurang dari 5 tahun. 52 Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Tabel 6. Data perbandingan hasil penurunan Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan asma pasien anak yang terpapar asma orang tua (saksi) yang datang mendampingi kurang dari 5 tahun dengan lebih dari 5 tahun anaknya ke Balai Pengobatan Penyakit Paru- Kurang dari 5 tahun (n=16) 0 1 -1 0 2 1 3 1 2 2 -1 1 2 1 0 0 x = 0,875 SD = 0,147 Paru (BP4) Yogyakarta paling banyak dengan Lebih dari 5 tahun (n=14) 1 0 3 0 3 3 2 1 2 1 3 2 3 2 x =1,857 SD = 1,099 latar belakang pendidikan terakhir sarjana sebanyak 19 orang (63,3%). Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua (saksi) terhadap kemajuan hasil terapi pada pasien asma anak dilakukan analisa t-test. Analisa tersebut dilakukan dengan cara membagi pasien asma anak menjadi 4 kelompok dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 8. Pengelompokan pasien asma anak berdasarkan latarbelakang pendidikan orang tua dan lamanya menderita asma Kelom pok I Pendidikan II SMA sebesar 0,024 (0,024 < 0,05). Hal ini dapat III Sarjana diartikan bahwa terdapat perbedaan yang IV Sarjana Nilai t-testpada perbandingan kedua SMA kelompok adalah 2,385 dengan signifikansi signifikan antara lama waktu terpapar asma Lama menderita Lebih dari 5 tahun Kurang dari 5 tahun Lebih dari 5 tahun Kurang dari 5 tahun Jumlah pasien 5 6 9 10 terhadap kemajuan hasil terapi. Dengan kata lain lamanya waktu terpapar Tabel berikut menyajikan perubahan asma frekuensi serangan pada pasien asma anak berpengaruh terhadap hasil terapi. sebelum dan setelah mendapat konseling pada Distribusi Pendidikan Terakhir Orang Tua masing-masing kelompok. Dari Pasien Asma Anak Tabel 7. Distribusi pendidikan terakhir orang tua (saksi) pasien asma anak Pendidikan orang tua SMA Sarjana Jumlah pasien 11 19 Persentase (%) 36.7 % 63,3 % 53 Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Tabel 9. Perubahan frekuensi serangan asma Pada kelompok II nilai t-test sebesar sebelum dan setelah mendapat 4,392 dengan signifikansi 0,007 (0,007 < konseling pada pasien asma anak kelompok I 0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan Sebelum konseling 4 4 5 3 2 X = 3,6 SD = 1,140 Setelah konseling 4 1 2 1 0 X = 1,6 SD =1,517 antara perubahan frekuensi serangan asma Selisih dengan tingkat pendidikan orang tua. 0 3 3 2 2 X = 2,0 SD =1,225 Tabel 11. Perubahan frekuensi serangan asma sebelum dan setelah mendapat konseling pada pasien asma anak kelompok III Sebelum konseling 5 3 4 3 2 2 4 4 3 X = 3,3 SD = 1,00 (n=9) (n=5) Nilai t-test kelompok I sebesar 3,651 dengan signifikansi sebesar 0,022. Sesuai dengan pedoman statistik nilai p-value yang dihasilkan kurang dari 0,05 (0,022 < 0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan frekuensi serangan asma dengan pendidikan orang tua. Hal ini berarti bahwa pemberian konseling dapat menyebabkan Setelah konseling 4 3 1 1 1 1 1 1 1 X = 1,56 SD = 1,13 Selisih 1 0 3 2 1 1 3 3 2 X= 1,78 SD = 1,09 perubahan frekuensi serangan asma pada anak Pada kelompok III menghasilkan nilai yang terpapar asma lebih dari 5 tahun dengan t-test sebesar 4,880 dan signifikansi 0,001 tingkat pendidikan orang tua (saksi) SMA. (0,001 < 0,05). Terdapat perbedaan yang Tabel 10. Perubahan frekuensi serangan asma signifikan sebelum dan setelah mendapat konseling pada serangan denagn tingkat pendidikan orangtua pasien asma anak kelompok II (saksi). Hal ini berarti bahwa pemberian Sebelum konseling 3 4 4 1 4 2 X = 3,00 SD = 1,265 (n=6) Setelah konseling 2 3 1 0 2 1 X = 1,50 SD = 1,049 Selisih konseling antara dapat perubahan menyebabkan frekuensi perubahan frekuensi serangan asma pada anak yang 1 1 3 1 2 1 X = 1,500 SD = 0,837 terpapar asma lebih dari 5 tahun dengan tingkat pendidkan orang tua (saksi) sarjana. 54 Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Tabel 12. Perubahan frekuensi serangan asma I,II,III) sebelum dan setelah mendapat konseling pada perbedaan yang signifikan pasien asma anak kelompok IV Sebelum konseling 1 3 1 3 3 4 4 3 1 1 X = 2,40 SD = 1,265 (n=10) Setelah konseling 1 4 1 1 2 2 2 4 1 1 X =1,60 SD = 0,699 dapat diartikan bahwa terdapat dari terapi yang diperoleh pasien asma dengan kemajuan hasil terapi berupa perubahan frekuensi serangan. Selisih Hal ini dapat diartikan bahwa kemajuan hasil 0 -1 0 2 1 2 2 -1 0 0 X = 0,80 SD = 0,919 terapi berupa perubahan frekuensi serangan dipengaruhi oleh terapi yang diterima pasien. Nilai t-test pada kelompok IV sebesar 2,248 dengan signifikansi sebesar 0,066 (0,066 > 0,05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa pemberian konseling pada pasien anak dengan terapi salbutamol, ambroksol dan deksametason tidak memberikan kemajuan hasil terapi. Pada penelitian ini pemberian terapi salbutamol, ambroxol, dan dexametason tidak Nilai t-test kelompok IV sebesar 2,753 dapat menunjukkan adanya kemajuan hasil dengan signifikansi 0,0213 (0,0213 < 0,05). terapi. Ada beberapa faktor yang dapat Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan mempengaruhi ketidakberhasilan terapi antara signifikan lain ketidakpatuhan pasien terhadap. serangan Dengan antara perubahan frekuensi dengan pemberian konseling. kata lain konseling PEMBAHASAN dapat menyebabkan terjadinya perubahan frekuensi Pasien asma anak yang datang berobat serangan asma pada anak dengan tingkat ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) pendidkan orangtua (saksi) sarjana. Yogyakarta pada saat penelitian dilaksanakan paling banyak adalah 26,7%. Dari umur 12 tahun Distribusi Terapi Yang Diberikan Pada sebanyak hasil penelitian Pasien Asma Anak menunjukkan bahwa jumlah pasien asma anak Nilai t-test kelompok I sebesar 3,742 yang datang berobat ke Balai Pengobatan dengan signifikansi 0,003 (0,003 < 0,05). Pada Penyakit Paru-Paru (BP4) pada saat penelitian kelompok II diperoleh nilai t-test sebesar berlangsung adalah laki-laki (70%) lebih besar 2,970 dengan signifikansi sebesar 0,025 (0,025 daripada anak perempuan (30%). Sedangkan < 0,05) dan pada kelompok III diperoleh nilai lama waktu terpapar asma dapat digunakan t-test signifikansi untuk mengetahui tingkat keparahan dan sebesar 0,016 (0,016 < 0,05). Berdasarkan kualitas hidup pasien yang berkaitan dengan nilai t-test dari ketiga kelompok (kelompok keberhasilan terapi. sebesar 4,899 dengan 55 Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempengaruhi ketidakberhasilan terapi antara 53,5% pasien asma anak yang berobat ke Balai lain Pengobatan pengobatan. Yogyakarta Penyakit Paru-Paru (BP4) ketidakpatuhan pasien Pada terhadap penelitian ini menderita asma kurang dari 5 ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan tahun dan 46,7% pasien asma anak yang disebabkan antara lain karena pasien kurang datang berobat ke Balai Pengobatan Penyakit konsisten dalam menggunakan obat. Paru-Paru (BP4) telah menderita asma lebih Berdasarkan uji anova diperoleh dari 5 tahun. Terdapat perbedaan yang [sig.(2-tailed)/p] sebersar 0,701 (0,701 > 0,05). signifikan antara setelah Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pemberian konseling frekuensi antara jenis terapi dan penrubahan frekuensi Hal ini berarti serangan. Hal ini dapat diartikan bahwa jenis sebelum terhadap serangan asma pada anak. bahwa pemberian dan konseling mampu terapi yang diterima oleh pasien asma anak menurunkan frekuensi serangan asma pada pada penelitian ini tidak tidak berpengaruh pasien anak yang mengidap asma kurang dari terhadap perubahan frekuensi serangan. 5 tahun. Nilai t-test pada kelompok pasien KESIMPULAN asma anak yang menderia asma lebih dari 5 1. Konseling yang diberikan oleh apoteker tahun adalah 6,320 dengan signifikansi sebesar mampu 0,000. Terdapat perbedaan yang signifikan terapi antara serangan pada pasien asma anak umur 5- sebelum dan sesudah pemberian konseling terhadap frekuensi serangan asma serangan mampu asma menurunkan pada berupa kemajuan penurunan hasil frekuensi 12 tahun. pada anak. Hal ini berarti bahwa pemberian konseling memberikan 2. frekuensi Penurunan frekuensi serangan asma tidak dipengaruhi oleh : pasien anak yang Lama waktu terpapar asma : mengidap asma lebih dari 5 tahun. a. Terpapar asma kurang dari 5 tahun (p- Nilai t-testpada perbandingan kedua value = 0,008). kelompok adalah 2,385 dengan signifikansi b. Terpapar asma lebih dari 5 tahun (p- sebesar 0,024 (0,024 < 0,05). Hal ini dapat value = 0,000). diartikan bahwa terdapat perbedaan yang Tingkat pendidikan orangtua: signifikan antara lama waktu terpapar asma a. Pasien asma anak yang terpapar asma terhadap kemajuan hasil terapi. Dengan kata lebih dari 5 tahun dengan tingkat lain pendidikan orangtua (saksi) SMA (p- lamanya waktu terpapar asma berpengaruh terhadap hasil terapi. value = 0,022). Pada penelitian ini pemberian terapi b. Pasien asma anak yang terpapar asma salbutamol, ambroxol, dan dexametason tidak kurang dari 5 tahun dengan tingkat dapat menunjukkan adanya kemajuan hasil pendidikan orangtua (saksi) SMA (p- terapi. Ada beberapa faktor yang dapat value = 0,007). 56 Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... c. Pasien asma anak yang terpapar asma DAFTAR PUSTAKA lebih dari 5 tahun dengan tingkat 1. pendidikan orangtua (saksi) SMA (p2. value = 0,001). d. Pasien asma anak yang terpapar asma 3. kurang dari 5 tahun dengan tingkat pendidikan orangtua (saksi) SMA (pvalue = 0,0231). 4. Terapi yang diterima pasien : a. Kelompok I : aminofilin, ambroxol, deksametason, cetirizin (p-value = 0,003). b. Kelompok II : Aminofilin, ambroksol, deksametason, combivent nebul (pvalue = 0,025). c. Kelompok III ambroksol, : Aminofilin, 5. methylprdenisolon, cetirizin (p-value = 0,016). 3. Keberhasilan pengobatan bisa diperoleh dari terapi yang diterima oleh pasien dan 6. adanya konseling tentang penyakit dan obatnya sehingga akan meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitianlebih lanjut tentang apoteker konseling pada pasien yang diberikan asma dewasa dengan atau tanpa komplikasi penyakit lain. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kontrol untuk dapat membandingkan kemajuan hasil terapi antara kelompok yang mendapat konseling dengan kelompok yang tidak mendapat konseling oleh apoteker. 57 Akip A.A., 2002, Asma Pada Anak, Sari Pediatri: 4 : 78-82, Jakarta. Anonim,2006, Case Management Adherence Guideline Version 2.0., www.cmsa.org, 23 November 2012. Ikawati, Z., 2007, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan, Pustaka Adipura, Yogyakarta, hal 45-63. Kiley, J., Morosco, G.J., Fulwood,R., Schmidt, D.J., Taggart, W.S., et al., 2007, Expert Panel Report 3: Guidelines for the diagnosis and management of asthma, National Asthma Education and Prevention Program, NIH Publication no. 07-4051US dept of Health and Human Services, Bethesda MD, Http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/asth ma/astmagdln.pdf, diakses 12 September 2012. Purnomo, 2008, Faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial pada anak (studi Kasus di RS Kabupaten Kudus), tesis, Universitas Diponegoro. Ward, J.P.T., Ward, J., Leach R.M., and Wiener, C.M., 2008, At a Glance: Sistem Respirasi Edisi Kedua, EMS, Jakarta.