Bekti Yuni Maharani | 549 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA Oleh Bekti Yuni Maharani [email protected] Agustina Tyas Asri Hardini [email protected] Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan langkahlangkah penerapan model Discovery Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari tiga tahap yaitu perencanaan, tindakan dan observasi serta refleksi.subyek penelitian siswa kelas IV dengan jumlah 11 siswa. Pengumpulan data yang digunakan tes dan non tes. Analisis data deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan dengan menerapakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo. Pada kondisi awal presenatse ketuntasan hasil belajar siswa 55%, ratarata 69 dengan nilai tertinggi 76 dan nilai terendah 65. Siklus I, presentase ketuntasan 72%, rata-rata 73 dengan niali tertinggi 84 dan nilai terendah 64. Siklus II, presentase ketuntasan 90%, rata-rata 75 dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 66. Dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Discovey Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung. Kata Kunci : Discovery Learning, Hasil Belajar IPA PENDAHULUAN Dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan secara tegas mengenai dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional. Tertera pada pasal 2 Undang-undang bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk mengambangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2006:68). Nana Sudjana (2005:20) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sehingga hasil belajar dapat dijadikan acuan oleh guru untuk mengetahui keberhasilan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. 550 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 Banyak komponen mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran, salah satunya metode dan model pembelajaran. Guru yang memilih model pembelajaran yang tepat dengan menyesuaikan materi pembelajaran yang akan diajarkan, akan mampu menarik perhatian peserta didik untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berusaha menggali berbagai informasi serta mengembangkan potensi yang dimilikinya guna mencapai tujuan pembelajaran. Namun pada kenyataannya sebagian besar guru dalam mengajar, menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam pembelajaran. Meskipun sekarang sudah banyak model dan metode yang dikemukakan yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, tetapi guru masih enggan untuk menerapkannya dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai dengan maksimal. Dengan demikian, maka guru harus merubah cara mengajar yang awalnya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kec. Gemawang Kab Temanggung Semester II Tahun 2017, siswa masih kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa mengobrol sendiri di dalam kelas dan mengantuk. Hal ini menyebabkan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa karena tidak mengalami dan menemukan sendiri. Latar belakang terjadinya masalah dari faktor yang berbeda-beda antara lain : (a) Satu kelas terdapat siswa yang memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda-beda, (b) Media yang kurang bervariasi dan (c) Kurangnya kemampuan guru dalam merancang strategi pembelajaran. Hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas IV SD N 3 Kemiriombo, didapatkan keterangan dalam proses pembelajaran IPA masih berpusat pada guru. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Sehingga hasil yang didapatkan sebagian siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, perolehan nilai tes siswa kelas IV Semester I Tahun 2016/2017, dapat dikatakan masih rendah, terbukti dari nilai rata-rata siswa yang memenuhi kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu >70 sebanyak 5 siswa dari jumlah siswa yaitu 11 siswa belum memenuhi standar ketuntasan yang ditentukan. Dari uraian diatas, maka diperlukan tindakan dalam pembelajaran berupa penerapan model pembelajaran yang aktif. Ada banyak model pembelajaran kreaktif yang berpotensi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi IPA yaitu salah satunya model pembelajaran Discovery Learning. Menurut Hamalik (Takdir, 2012:29) Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak akan mudah dilupakan siswa. disini siswa akan merasa tertantang bagaimana cara untuk mengetahui proses percobaan siswa merasa penasaran atau tertarik. Dengan penerapan model Discovery Learning siswa diharakan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran, siswa dapat aktif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Bekti Yuni Maharani | 551 KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar Belajar merupakan proses yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan berinteraksi dengan alam (Slameto, 2010:2). Menurut Nana Sudjana (2009:3) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dapat disimpulkan jika hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari suatu interaksi yang berupa perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka siswa diharapkan berperan aktif dalam pembelajaran IPA sehingga siswa dapat menggali informasinya sendiri dan dapat menerapkan pengetahuan yang didapatkannya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Sri Sulistyorini (2007:8), menyatakan “pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan”. Model Pembelajaran Pratowo (2013:63) mengemukkan bahwa model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pelajaran tertentu. Model pembelajaran ini tersusun atas beberapa komponen yaitu fokus , sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung. Suprihatiningrum (2013:145) mengungkapkan model pembelajaran adalah suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran. Disimpulkan model pembelajaran adalah suatu prosedur atau kegiatan yang sistematis sebagai pedoman untuk merencanakan kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dikelas untuk memberikan materi, pengetahuan maupun nilai-nilai terhadap siswa sehingga tujuan pembelajaran yang akan sudah direncanakan dapat tercapai. Model Discovery Learning Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014:64) discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi 552 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014:97) mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Hamalik (Takdir, 2012:29), discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Disini siswa akan merasa tertantang bagaimana cara untuk mengetahui proses percobaan siswa merasa penasaran atau tertarik. Hosnan (2014:282) discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model discovery learning adalah suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya yang diberikan tidak lengkap terhadap siswa. karena disini siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum dipahami atau belum dimengerti siswa. Kurniasih & Sani (2014: 68-71) mengemukakan langkah-langkah operasional model discovery learning yaitu: 1. Langkah-langkah model Discovery Learning (a) Menentukan tujuan pembelajaran, (b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa, (c) Memilih materi pelajaran, (d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif, (e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa. 2. Prosedur aplikasi model Discovery Learning stimulation (stimulus/pemberian rangsangan), problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah), Data Collection (Pengumpulan Data), Data Processing (Pengolahan Data), Verification (Pembuktian), Generalization (Menarik Kesimpulan). Benda Konkret Konkret berarti nyata dapat dibuktikan dalam pengertiannya. Seperti yang diungkapkan Rodhatul Jennah (2009:79) bahwa objek adalah “ benda sebenarnya yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran” media konkret perlu digunakan untuk mempermudah peserta didik di dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Ibrahim dan Syaodih (2009:118), yang dimaksud media konkret yaitu “untuk mencapai hasil yang optimal dari proses belajar mengajar salah satu yang disarankan dalam digunakannya pula media yang bersifat langsung, bersifat nyata atau realita”. Benda konkret yang sesungguhnya akan memberikan ransangan yang amat penting bagi peserta didik dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. Melalui penggunaan medai konkret ini, kegiatan belajar mengajar dapat melibatkan semua indera peserta didik, terutama indera peraba. Berdasarkan uraian diatas, media benda yang digunakan pendidik pada saat proses belajar mengajar dikelas yang dapat dilihat secara langsung maupun nyata oleh peserta didik. Bekti Yuni Maharani | 553 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran dikelas. Peneltian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. (Wikipedia, 2012. Dalam Slameto 2015:148). Rencana tindakan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan model penelitian tindakan menurut Kemmis & McTaggart dalam Abdulhak (2011:160) membagi tiga tahap dalam satu siklus yaitu perencanaan, (planning), tindakan dan pengamatan (acting & observing), refleksi (reflecting). Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Kemiriombo pada semester II Tahun Pelajaran 2017. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan januari sampai selesai. Dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan energi dan cara penggunaannya pada kelas IV. Penelitian ini dilakukan atas pertimbangan bahwa lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti, sehingga lebih memudahan mendapatkan data. Subjek Penelitian Penelitian ini guru kelas dan peneliti bertindak sebagai subjek yang memberi tindakan. Sedangkan obyek yang diteliti atau yang beri tindakan yaitu siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung yang terdiri dari 11 siswa yaitu siswa perempuan 3 dan siswa laki-laki 8. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini yang berkaitan dengan hasil belajar IPA yaitu : (1) wawancara, dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada guru kelas untuk mengetahui karakter siswa dan hasil belajar siswa sebelum melakukan penelitian tindakan kelas. (2) tes, untuk mengukur hasil belajar siswa. (3) observasi, dilakukan untuk mengamati perilaku dan aktifitas selama proses pembelajaran berlangsung. Teknik Analisis Data Untuk menjamin bahwa instrumen soal yang telah dibuat berupa soal pilihan ganda dan isian dalam penelitian ini Maka dilakukan Uji Validitas, Uji Reliabilitas. Instrumen soal yang baik harus memenuhi syarat. Syarat tersebut ada dua yaitu valid dan reliabel. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo. Siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai rata-rata siswa keseluruhan dalam pembelajaran IPA mengalami peningkatan sebanyak 80% siswa mendapat nilai ≥ 70 dengan KKM 70. Pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning dalam mata pelajaran IPA, dikatakan berhasil apabila 554 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 dengan menggunakan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo yang diukur dengan meningkatnya hasil belajar siswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal Sebelum siklus I dan siklus II dilakukan. Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo dengan tujuan untuk mengetahui keadaan belajar siswa serta melihat cara guru menyampaikan pembelajaran. Dengan dilakukan observasi dan wawancara peneliti mengetahui bagaimana keadaan awal pembelajaran sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan model Discovery Learning. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti mendapatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo sebagai berikut: Tabel 1 : Hasil belajar IPA Kondisi Awal No Nilai Sebelum Tindakan Jumlah Siswa Persentase % 1. 65 - 66 2 18% 2. 67 - 69 3 27% 3. 70- 74 5 45% 4. 75 - 76 1 10 % 11 100 Jumlah 55% Tuntas 45% Tidak Tuntas 76 Nilai Tertinggi 65 Nilai Terendah 69 Rata-rata Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017 Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa sebelum dilakukan tindakan dari 11 jumlah siswa. terdapat 6 siswa yang tuntas dan 5 siswa yang tidak tuntas. Dengan melihat nilai siswa tertinggi yaitu 76 dan terendah 65. Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo. Dari hasil observasi pada saat kegiatan pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru belum memberikan pengalaman langsung pada siswa. pembelajaran yang dilaksanakan masih didominasi dengan pemberian pengetahuan secara teoritis serta keterbatasan media yang disiapkan dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa ramai sendiri, mengobrol dengan teman, mengantuk dan kurang tertarik dengan pembelajaran IPA maka siswa disini belum belajar secara aktif dan berdampak dari hasil belajar IPA yang didapat rendah yaitu Rata-rata 69 Karena KKM dari IPA 70. Siklus I Proses Pembelajaran Pada tahap perencanaan (planning), Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan rencana tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi energi dan cara penggunaannya dengan menggunakan model Discovery Learning, adapun langkah- Bekti Yuni Maharani | 555 langkah perencanaannya adalah sebagai berikut: (a) Mengidentifikasi masalah pembelajaran yang dilakukan guru sebelumnya, (b) Menganalisis dan menentukan masalah, (c) Merancang suatu proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan benda konkret sesuai dengan materi yang akan diajarkan, (d) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi, alat/bahan belajar dan alat evaluasi), (e) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tercantum : (1) Standar Kompetensi (SK) 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, (2) Kompetensi Dasar (KD) 8.1. Mendeskripsikan energi panas dan energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. (f) Konsultasi dengan guru kelas tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi, alat/bahan belajar dan alat evaluasi). Pada tahap pelaksanaan (acting) siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada sabtu tanggal 1 april 2017 pukul 07.00 – 09.00, pertemuan II senin tanggal 3 april 2017 pukul 09.00- 11.30. pertemuan III selasa tanggal 4 april 2017 pukul 07.00 – 09.00. Berdasarkan lembar hasil observasi dapat lihat hasil kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning. hasil obervasi yang diperoleh guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan runtut serta melibatkan siswa pada penerapan model discovery learning. akan tetapi pada saat siswa dibagi kelompok dan saat melakukan kegiatan percobaan masih kurang pengontrolan sehingga suasana kelas menjadi ribut. Pengamatan siswa pada saat kegiatan pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan peneliti yaitu siswa belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak mudah dilupakan siswa. siswa kebingungan dalam melakukan percobaan karena biasanya mereka dijelaskan terlebih dahulu kemudian mengerjakan belum terbiasa dengan model discovery learning sehingga siswa merasa kesusahan. Siswa belum berani untuk mengemukkan pendapat dan ide. Pada tahap refleksi (Reflecting) berdasarkan pelaksanaan siklus I, diketahui bahwa selama guru mengajar siswa malu untuk berbicara/mengemukkan pendapat, ada beberapa siswa terkesan kaku saat mempresentasikan hasil diskusi ada yang hanya membaca tanpa adanya penjelasan dari siswa tersebut, sehingga terkesan siswa tersebut takut. Hal tersebut disebabkan karena siswa kurang yakin dan percaya diri apa yang disampaikan pada saat menjelaskan, apalagi saat menjeaskan siswa lainnya mentertawakan. Guru harus bisa mengintrol dan menguasai kelas agar siswa dapat fokus pada pembelajaran tidak sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga membuat suasana kelas menjadi ribut. Guru juga harus membuat siswa belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka melalui belajar penemuan siswa dapat berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Hasil Belajar Siklus I Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I pada pertemuan III. Menunjukkan adanya peningkatan dari jumlah 11 siswa. siswa yang tuntas 72%, 8 556 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 siswa dari 11 siswa yang ada. Dan yang tidak tuntas 28% atau 3 siswa. Dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2 : Hasil Belajar IPA Siklus I No Nilai Jumlah Siswa Persentase 1. 64 3 28% 2. 72 4 36% 3. 80 2 18% 4. 84 2 18% 11 100 Jumlah 72% Tuntas 28% Tidak Tuntas 84 Nilai Tertinggi 64 Nilai Terendah 73 Rata-rata Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada siklus I menunjukkan yang tidak tuntas 3 siswa dari 11 siswa yang mencapai ketuntasan atau setara dengan 70%. Siswa yang belum mencapai KKM akan diperbaiki melalui perbaikan di siklus II. Persentase pada siklus I ketuntasan akan lebih jelas dilihat dari diagram berikut : Gambar 1. Presentase ketuntasan hasil belajar siklus I Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I 28% Tuntas Tidak Tuntas 72% Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017 Siklus II Proses Pembelajaran Pada tahap perencanaan (planning), Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan rencana tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi energi dan cara penggunaannya dengan menggunakan model Discovery Learning, adapun langkahlangkah perencanaannya adalah sebagai berikut: (a) Mengidentifikasi masalah pembelajaran yang dilakukan guru sebelumnya, (b) Menganalisis dan menentukan masalah, (c) Merancang suatu proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan benda konkret sesuai dengan materi yang akan diajarkan, (d) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi, alat/bahan belajar dan alat evaluasi), (e) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tercantum : (1) Standar Kompetensi (SK) 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, (2) Kompetensi Bekti Yuni Maharani | 557 Dasar (KD) 8.2. Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya. (f) Konsultasi dengan guru kelas tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi, alat/bahan belajar dan alat evaluasi). Pada tahap pelaksanaan (acting) siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada kamis tanggal 6 april 2017 pukul 07.00-09.00, pertemuan II senin tanggal 7 april 2017 pukul 07.00-09.00. Pertemuan III sabtu tanggal 8 april 2017 pukul 07.00 -09.00. Berdasarkan lembar hasil observasi dapat lihat hasil kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning hasil obervasi yang diperoleh siklus II kegiatan belajar mengajar terjadi peningkatan dibandingkan pada pertemuan siklus I hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan model pembelajaran discovery learning secara maksimal dan guru dapat menguasai kelas dan siswa terlihat bersemangat dan aktif pada saat pembelajaran. Siswa sudah terbiasa dengan penerapan model discovery learning, siswa sudah terbiasa dengan belajar menyelidiki sendiri, menemukan sendiri sehingga siswa akan merasa tertantan untuk mengetahui proses percobaan yang dilakukan. Siswa juga akan penasaran maupun tertarik dengan pembelajaran. siswa mulai mengungkapan ide dan pendapat masing-masing. Pada tahap refleksi (Reflecting) dilihat dari observasi dari pertemuan pertama, pertemuan kedua dan pertemuan ketiga pada siklus II. Pembelajaran dikatakan sudah baik dan kondusif sesuai yang diharapkan peneliti. Siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan baik karena terlaksananya langkah-langkah pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning. dan adanya peningkatan pada hasil belajar siswa dibandingkan sebelumnya. Hasil Belajar Siklus II Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II pada pertemuan III. Menunjukkan adanya peningkatan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3 : Hasil Belajar IPA Siklus II No Nilai Jumlah Siswa Persentase 1. 66 10% 2. 72 4 36% 3. 76 3 27% 4. 80 2 18% 5. 84 1 10% 11 100 Jumlah 90% Tuntas 10% Tidak Tuntas 84 Nilai Tertinggi 66 Nilai Terendah 75 Rata-rata Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017 558 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada siklus II menunjukkan yang tidak tuntas 1 siswa dari 11 siswa yang mencapai ketuntasan atau setara dengan 90%. Siswa yang belum mencapai KKM akan diperbaiki melalui perbaikan dipembelajaran berikutnya. Persentase pada siklus II ketuntasan akan lebih jelas dilihat dari diagram berikut : Gambar 2. Presentase ketuntasan hasil belajar siklus II Persentase Hasil Belajar Siklus II Tuntas Tidak Tuntas 10% 90% Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017 Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II Berikut dapat dilihat tabel hasil belajar IPA sebelum diberi tindakan, siklus I dan siklus II : Tabel 4 : Perbandingan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II No Hasil Belajar Siklus Pra Siklus Siklus I Siklus II 1. Skor Rata-rata 69 73 75 2. Skor Minimal 65 64 66 3. Skor Maksimal 76 84 84 Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017 Berdasarkan tabel diatas perbandingan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo mengalami peningkatan dari pra siklus 69 Siklus I 73. Dan siklus II yaitu 75. Jumlah siswa yang tuntas dari KKM 70 semakin meningkat. Pada pra siklus siswa yang tidak tuntas yaitu 5 siswa. Pada siklus I 3 siswa. Dan pada siklus II 1 siswa yang tidak tuntas dari jumlah 11 siswa. Gambar 3. Presentase Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV 6 10 siswa siswa 8 siswa Pra Siklus Siklus I siklus II Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017 Bekti Yuni Maharani | 559 Analisis Data Sebelum dilakukan tindakan dari 11 jumlah siswa. terdapat 6 siswa yang tuntas dan 5 siswa yang tidak tuntas. Dengan melihat nilai siswa tertinggi yaitu 76 dan terendah 65. Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo. Dari hasil observasi pada saat kegiatan pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru belum memberikan pengalaman langsung pada siswa. pembelajaran yang dilaksanakan masih didominasi dengan pemberian pengetahuan secara teoritis serta keterbatasan media yang disiapkan dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa ramai sendiri, mengobrol dengan teman, mengantuk dan kurang tertarik dengan pembelajaran IPA maka siswa disini belum belajar secara aktif dan berdampak dari hasil belajar IPA yang didapat rendah yaitu Rata-rata 69 Karena KKM dari IPA 70. Berdasarkan observasi menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa SD Negeri 3 Kemiriombo Kec. Gemawang Kab. Temanggung masih rendah maka peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Lerning berbantuan benda konkret yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dengan masing-masing terdiri dari tiga kali pertemuan. Pembelajaran pada siklus I dan siklus II ini menggunakan model discovery learning dengan berbantuan benda konkret dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA dengan materi pokok energi dan cara penggunaannya. Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas. Karena siswa yang tuntas telah mampu menangkap materi yang diberikan guru, sedangkan siswa yang belum tuntas belum bisa menangkap materi yang diberikan guru dengan sepenuhnya. Pemahaman belajar siswa didapatkan dari hasil siklus I dan siklus II. Pada siklus I menunjukkan hasil belajar IPA adanya peningkatan dari jumlah 11 siswa. siswa yang tuntas 72%, 8 siswa dari 11 siswa yang ada. Dan yang tidak tuntas 28% atau 3 siswa. Pada siklus II menunjukkan hasil belajar IPA meningkat dari siklus I ke siklus II. dari jumlah 11 siswa. siswa yang tuntas 90% atau 10 siswa dari 11 siswa yang ada. Dan yang tidak tuntas 10% atau 1 siswa dari 11 siswa. Pelaksanaan yang sudah dilakukan peneliti melalui 2 siklus terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA dimana siswa belajar menemukan sendiri, menyelidiki sendiri untuk memperoleh pengetahuan yang belum diketahui tidak melalui pemberitahuan melainkan melalui penemuan sendiri. Penelitian ini diperkuat oleh adanya penelitian yang dilakukan sebelumnya peneliti-peneliti yang lainnya yang dapat membuktikan meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning, hasil penelitian tersebut yaitu Siti Irma Amini (2016) dalam Penelitian Tindakan Kelas yaitu “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Discovery Learning pada Subtema Pemanfaatan Energi di Kelas IV SDN Tanjung Jaya 1 Kecamatan Pakenjang Kabupaten Garut”. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I memperoleh skor rata-rata sebesar 3,8% dengan persentase 77% perolehan tersebut meningkat pada siklus II menjadi 4,2 dengan persentase 84%. Dan hasil belajar siswa yang dilihat dari tiga aspek meningkat pada siklus II menunjukkan hasil aspek afektif pada silklus I mendapatkan persentase 21% dan meningkat pada siklus II memperoleh 92% dan aspek psikomotor pada siklus I 560 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 memperoleh 50% dan meningkat di siklus II 100%. Hal ini berarti penerapan model pembelajaran discovery learning berpengaruh pada hasil belajar siswa. Adapun kendala yang ditemukan peneliti saat pelaksanaan penelitian yaitu : (1) Siswa masih malu saat diminta unuk menjelaskan pelajaran di depan siswa lainnya, (2) Adanya sikap siswa yang berbeda saat merespon pembelajaran, ada siswa yang tidak aktif dan sebagian siswa aktif saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (3) Pada saat siswa menjelaskan di depan kelas, sebagian siswa menertawakan temannya sehingga menggangu konsentrasi siswa yang menjelaskan di depan. PEMBAHASAN Keberhasilan pada peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan penerapan model pembelajaran discovery learning yang dilakukan sesuai dalam sintak. Hamalik (Takdir,2012:29) Model discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, siswa juga bisa berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Disini siswa akan merasa tertantang untuk mengetahui proses percobaan, sehingga siswa merasa penasaran dan tertarik untuk memahami materi serta menguasai materi pembelaaran IPA tentang “Energi dan cara penggunaannya” yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Semester II Tahun Pelajaran 2017. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggug Semester II Tahun Ajaran 2017. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. dapat dibuktikan dari hasil belajar siswa pada pra siklus siswa yang tuntas belajar berjumlah 6 siswa dengan presentase 55% dan yang tidak tuntas 5 siswa dengan presentase 45%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 8 siswa yang tuntas dengan presentase 72% dan yang tidak tuntas 3 siswa dengan presentase 28%. Selanjutnya pada pelaksanaan siklus II semakin meningkat lagi menjadi 10 siswa dengan presentase 90% dan yang tidak tuntas 1 siswa dengan presentase 10% dari 11 siswa. Saran Berdasarkan hasil penelitian di kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2017, dapat disarankan: 1. Model pembelajaran discovery learning perlu dikembangkan dan diterapkan pada materi yang lain sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan dapat memaksimalkan hasil pembelajaran. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini. Bekti Yuni Maharani | 561 DAFTAR PUSTAKA Abdulhak Ishak, dkk. 2012. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Anonim. (2004). IPA di SD. Jakarta : Depdikbud. Asri Budiningsih. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Dahar Wilis R. 2011. Teori-teori dan Pembelajaran. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Darmadi, Hamid. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep dan Implementasi.Bandung: Alfabeta. E. Mulyasa. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Jamaris Martin. 2005. Kesulitan Belajar Perspektif. Asesmen, dan Penanggulannya Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor : Ghalia Indonesia. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Bandung: PT Refika Aditama. Yamin Martinis. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. jakarta : Gaung Persada Press Jakarta. Jennah, Rodhatul. 2009. Media Pembelajaran. Banjarmsin : Antasari Press. Ibrahim, R, dkk. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT Rinika Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar.2010. Kurikulum dan Pebelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-FaktorYang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto. 2015. Metodologi Penelitian dan Inovasi Pendidikan. salatiga: Satya Wacana University Press. Fatih Istiqomah. 2014. Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan hasil belajar siswa pada kelas IV SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur. Lampung: Univeristas Lampung