Bekti Yuni Maharani | 549 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

advertisement
Bekti Yuni Maharani | 549
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
BERBANTUAN BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR IPA
Oleh
Bekti Yuni Maharani
[email protected]
Agustina Tyas Asri Hardini
[email protected]
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan langkahlangkah penerapan model Discovery Learning dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten
Temanggung. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari tiga tahap yaitu perencanaan,
tindakan dan observasi serta refleksi.subyek penelitian siswa kelas IV dengan jumlah
11 siswa. Pengumpulan data yang digunakan tes dan non tes. Analisis data deskriptif
komparatif. Hasil penelitian menunjukkan dengan menerapakan model pembelajaran
Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3
Kemiriombo. Pada kondisi awal presenatse ketuntasan hasil belajar siswa 55%, ratarata 69 dengan nilai tertinggi 76 dan nilai terendah 65. Siklus I, presentase ketuntasan
72%, rata-rata 73 dengan niali tertinggi 84 dan nilai terendah 64. Siklus II, presentase
ketuntasan 90%, rata-rata 75 dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 66. Dapat
disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Discovey Learning dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan
Gemawang Kabupaten Temanggung.
Kata Kunci : Discovery Learning, Hasil Belajar IPA
PENDAHULUAN
Dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional merumuskan secara tegas mengenai dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan
nasional. Tertera pada pasal 2 Undang-undang bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa. Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk mengambangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa dan beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2006:68). Nana Sudjana
(2005:20) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Sehingga hasil belajar dapat dijadikan acuan oleh
guru untuk mengetahui keberhasilan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan.
550 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
Banyak komponen mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran, salah
satunya metode dan model pembelajaran. Guru yang memilih model pembelajaran
yang tepat dengan menyesuaikan materi pembelajaran yang akan diajarkan, akan
mampu menarik perhatian peserta didik untuk aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran dan berusaha menggali berbagai informasi serta mengembangkan
potensi yang dimilikinya guna mencapai tujuan pembelajaran. Namun pada
kenyataannya sebagian besar guru dalam mengajar, menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab dalam pembelajaran. Meskipun sekarang sudah banyak model dan
metode yang dikemukakan yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran, tetapi guru masih enggan untuk menerapkannya dalam proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai dengan maksimal. Dengan
demikian, maka guru harus merubah cara mengajar yang awalnya berpusat pada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 3
Kemiriombo Kec. Gemawang Kab Temanggung Semester II Tahun 2017, siswa masih
kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa
mengobrol sendiri di dalam kelas dan mengantuk. Hal ini menyebabkan pembelajaran
kurang bermakna bagi siswa karena tidak mengalami dan menemukan sendiri. Latar
belakang terjadinya masalah dari faktor yang berbeda-beda antara lain : (a) Satu kelas
terdapat siswa yang memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda-beda, (b) Media
yang kurang bervariasi dan (c) Kurangnya kemampuan guru dalam merancang strategi
pembelajaran.
Hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas IV SD N 3 Kemiriombo,
didapatkan keterangan dalam proses pembelajaran IPA masih berpusat pada guru.
Guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk
mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Sehingga hasil yang didapatkan
sebagian siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, perolehan nilai tes siswa
kelas IV Semester I Tahun 2016/2017, dapat dikatakan masih rendah, terbukti dari
nilai rata-rata siswa yang memenuhi kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu >70
sebanyak 5 siswa dari jumlah siswa yaitu 11 siswa belum memenuhi standar
ketuntasan yang ditentukan.
Dari uraian diatas, maka diperlukan tindakan dalam pembelajaran berupa
penerapan model pembelajaran yang aktif. Ada banyak model pembelajaran kreaktif
yang berpotensi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi
IPA yaitu salah satunya model pembelajaran Discovery Learning. Menurut Hamalik
(Takdir, 2012:29) Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara
belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak akan mudah dilupakan siswa. disini
siswa akan merasa tertantang bagaimana cara untuk mengetahui proses percobaan
siswa merasa penasaran atau tertarik. Dengan penerapan model Discovery Learning
siswa diharakan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran, siswa dapat aktif dan
bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara maksimal.
Bekti Yuni Maharani | 551
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar
Belajar merupakan proses yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dengan berinteraksi dengan alam (Slameto, 2010:2). Menurut
Nana Sudjana (2009:3) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dapat
disimpulkan jika hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari suatu interaksi
yang berupa perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka siswa diharapkan berperan aktif
dalam pembelajaran IPA sehingga siswa dapat menggali informasinya sendiri dan
dapat menerapkan pengetahuan yang didapatkannya di sekolah dalam kehidupan
sehari-hari. Sri Sulistyorini (2007:8),
menyatakan “pembelajaran IPA harus
melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat
merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk
melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan,
mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang
dibutuhkan”.
Model Pembelajaran
Pratowo (2013:63) mengemukkan bahwa model pembelajaran adalah acuan
pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pelajaran
tertentu. Model pembelajaran ini tersusun atas beberapa komponen yaitu fokus ,
sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung. Suprihatiningrum (2013:145)
mengungkapkan model pembelajaran adalah suatu rancangan yang di dalamnya
menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru
dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Berdasarkan uraian
tentang model pembelajaran. Disimpulkan model pembelajaran adalah suatu prosedur
atau kegiatan yang sistematis sebagai pedoman untuk merencanakan kegiatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dikelas untuk
memberikan materi, pengetahuan maupun nilai-nilai terhadap siswa sehingga tujuan
pembelajaran yang akan sudah direncanakan dapat tercapai.
Model Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014:64)
discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi
552 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014:97) mengungkapkan bahwa discovery
adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh
melalui pengamatan atau percobaan.
Hamalik (Takdir, 2012:29), discovery learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berfikir analisis
dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Disini siswa akan merasa
tertantang bagaimana cara untuk mengetahui proses percobaan siswa merasa penasaran
atau tertarik. Hosnan (2014:282) discovery learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar
penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri
masalah yang dihadapi. Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa model discovery learning adalah suatu proses pembelajaran yang
penyampaian materinya yang diberikan tidak lengkap terhadap siswa. karena disini
siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri suatu
konsep ataupun prinsip yang belum dipahami atau belum dimengerti siswa.
Kurniasih & Sani (2014: 68-71) mengemukakan langkah-langkah operasional
model discovery learning yaitu: 1. Langkah-langkah model Discovery Learning (a)
Menentukan tujuan pembelajaran, (b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa, (c)
Memilih materi pelajaran, (d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa
secara induktif, (e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa. 2. Prosedur aplikasi model
Discovery Learning stimulation (stimulus/pemberian rangsangan), problem Statement
(Pernyataan/Identifikasi Masalah), Data Collection (Pengumpulan Data), Data
Processing (Pengolahan Data), Verification (Pembuktian), Generalization (Menarik
Kesimpulan).
Benda Konkret
Konkret berarti nyata dapat dibuktikan dalam pengertiannya. Seperti yang
diungkapkan Rodhatul Jennah (2009:79) bahwa objek adalah “ benda sebenarnya yang
dapat dijadikan sebagai media pembelajaran” media konkret perlu digunakan untuk
mempermudah peserta didik di dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pengajaran. Sedangkan menurut Ibrahim dan Syaodih (2009:118), yang dimaksud
media konkret yaitu “untuk mencapai hasil yang optimal dari proses belajar mengajar
salah satu yang disarankan dalam digunakannya pula media yang bersifat langsung,
bersifat nyata atau realita”. Benda konkret yang sesungguhnya akan memberikan
ransangan yang amat penting bagi peserta didik dalam mempelajari berbagai hal,
terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. Melalui penggunaan
medai konkret ini, kegiatan belajar mengajar dapat melibatkan semua indera peserta
didik, terutama indera peraba. Berdasarkan uraian diatas, media benda yang digunakan
pendidik pada saat proses belajar mengajar dikelas yang dapat dilihat secara langsung
maupun nyata oleh peserta didik.
Bekti Yuni Maharani | 553
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki
pembelajaran dikelas. Peneltian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi
dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. (Wikipedia, 2012. Dalam Slameto
2015:148). Rencana tindakan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
menggunakan model penelitian tindakan menurut Kemmis & McTaggart dalam
Abdulhak (2011:160) membagi tiga tahap dalam satu siklus yaitu perencanaan,
(planning), tindakan dan pengamatan (acting & observing), refleksi (reflecting).
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Kemiriombo pada semester II Tahun
Pelajaran 2017. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan januari sampai
selesai. Dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan energi
dan cara penggunaannya pada kelas IV. Penelitian ini dilakukan atas pertimbangan
bahwa lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti, sehingga lebih memudahan
mendapatkan data.
Subjek Penelitian
Penelitian ini guru kelas dan peneliti bertindak sebagai subjek yang memberi
tindakan. Sedangkan obyek yang diteliti atau yang beri tindakan yaitu siswa kelas IV
SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung yang terdiri
dari 11 siswa yaitu siswa perempuan 3 dan siswa laki-laki 8.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini yang
berkaitan dengan hasil belajar IPA yaitu : (1) wawancara, dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan kepada guru kelas untuk mengetahui karakter siswa dan hasil
belajar siswa sebelum melakukan penelitian tindakan kelas. (2) tes, untuk mengukur
hasil belajar siswa. (3) observasi, dilakukan untuk mengamati perilaku dan aktifitas
selama proses pembelajaran berlangsung.
Teknik Analisis Data
Untuk menjamin bahwa instrumen soal yang telah dibuat berupa soal pilihan
ganda dan isian dalam penelitian ini Maka dilakukan Uji Validitas, Uji Reliabilitas.
Instrumen soal yang baik harus memenuhi syarat. Syarat tersebut ada dua yaitu valid
dan reliabel.
Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar
IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo. Siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai
rata-rata siswa keseluruhan dalam pembelajaran IPA mengalami peningkatan sebanyak
80% siswa mendapat nilai ≥ 70 dengan KKM 70. Pembelajaran dengan menggunakan
model Discovery Learning dalam mata pelajaran IPA, dikatakan berhasil apabila
554 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
dengan menggunakan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
SD Negeri 3 Kemiriombo yang diukur dengan meningkatnya hasil belajar siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Sebelum siklus I dan siklus II dilakukan. Peneliti terlebih dahulu melakukan
observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo dengan
tujuan untuk mengetahui keadaan belajar siswa serta melihat cara guru menyampaikan
pembelajaran. Dengan dilakukan observasi dan wawancara peneliti mengetahui
bagaimana keadaan awal pembelajaran sebelum dilakukan tindakan dengan
menggunakan model Discovery Learning. Dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan peneliti mendapatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3
Kemiriombo sebagai berikut:
Tabel 1 : Hasil belajar IPA Kondisi Awal
No
Nilai
Sebelum Tindakan
Jumlah Siswa Persentase %
1.
65 - 66
2
18%
2.
67 - 69
3
27%
3.
70- 74
5
45%
4.
75 - 76
1
10 %
11
100
Jumlah
55%
Tuntas
45%
Tidak Tuntas
76
Nilai Tertinggi
65
Nilai Terendah
69
Rata-rata
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa sebelum dilakukan tindakan
dari 11 jumlah siswa. terdapat 6 siswa yang tuntas dan 5 siswa yang tidak tuntas.
Dengan melihat nilai siswa tertinggi yaitu 76 dan terendah 65. Rendahnya hasil belajar
IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo. Dari hasil observasi pada saat kegiatan
pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru belum memberikan pengalaman langsung
pada siswa. pembelajaran yang dilaksanakan masih didominasi dengan pemberian
pengetahuan secara teoritis serta keterbatasan media yang disiapkan dalam proses
pembelajaran. Sehingga siswa ramai sendiri, mengobrol dengan teman, mengantuk dan
kurang tertarik dengan pembelajaran IPA maka siswa disini belum belajar secara aktif
dan berdampak dari hasil belajar IPA yang didapat rendah yaitu Rata-rata 69 Karena
KKM dari IPA 70.
Siklus I
Proses Pembelajaran
Pada tahap perencanaan (planning), Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan
rencana tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi energi dan cara
penggunaannya dengan menggunakan model Discovery Learning, adapun langkah-
Bekti Yuni Maharani | 555
langkah perencanaannya adalah sebagai berikut: (a) Mengidentifikasi masalah
pembelajaran yang dilakukan guru sebelumnya, (b) Menganalisis dan menentukan
masalah, (c) Merancang suatu proses pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning berbantuan benda konkret sesuai dengan materi yang akan
diajarkan, (d) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja
siswa, lembar observasi, alat/bahan belajar dan alat evaluasi), (e) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tercantum : (1) Standar Kompetensi (SK) 8. Memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, (2) Kompetensi
Dasar (KD) 8.1. Mendeskripsikan energi panas dan energi bunyi yang terdapat
dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. (f) Konsultasi dengan guru kelas tentang
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi,
alat/bahan belajar dan alat evaluasi).
Pada tahap pelaksanaan (acting) siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada
sabtu tanggal 1 april 2017 pukul 07.00 – 09.00, pertemuan II senin tanggal 3 april 2017
pukul 09.00- 11.30. pertemuan III selasa tanggal 4 april 2017 pukul 07.00 – 09.00.
Berdasarkan lembar hasil observasi dapat lihat hasil kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model discovery learning. hasil obervasi yang diperoleh guru sudah
melaksanakan pembelajaran dengan runtut serta melibatkan siswa pada penerapan
model discovery learning. akan tetapi pada saat siswa dibagi kelompok dan saat
melakukan kegiatan percobaan masih kurang pengontrolan sehingga suasana kelas
menjadi ribut. Pengamatan siswa pada saat kegiatan pembelajaran belum sesuai
dengan yang diharapkan peneliti yaitu siswa belajar aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak
mudah dilupakan siswa. siswa kebingungan dalam melakukan percobaan karena
biasanya mereka dijelaskan terlebih dahulu kemudian mengerjakan belum terbiasa
dengan model discovery learning sehingga siswa merasa kesusahan. Siswa belum
berani untuk mengemukkan pendapat dan ide.
Pada tahap refleksi (Reflecting) berdasarkan pelaksanaan siklus I, diketahui
bahwa selama guru mengajar siswa malu untuk berbicara/mengemukkan pendapat, ada
beberapa siswa terkesan kaku saat mempresentasikan hasil diskusi ada yang hanya
membaca tanpa adanya penjelasan dari siswa tersebut, sehingga terkesan siswa
tersebut takut. Hal tersebut disebabkan karena siswa kurang yakin dan percaya diri apa
yang disampaikan pada saat menjelaskan, apalagi saat menjeaskan siswa lainnya
mentertawakan. Guru harus bisa mengintrol dan menguasai kelas agar siswa dapat
fokus pada pembelajaran tidak sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga
membuat suasana kelas menjadi ribut. Guru juga harus membuat siswa belajar aktif
dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka melalui belajar penemuan
siswa dapat berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang
dihadapi.
Hasil Belajar Siklus I
Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I pada pertemuan III.
Menunjukkan adanya peningkatan dari jumlah 11 siswa. siswa yang tuntas 72%, 8
556 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
siswa dari 11 siswa yang ada. Dan yang tidak tuntas 28% atau 3 siswa. Dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2 : Hasil Belajar IPA Siklus I
No
Nilai
Jumlah Siswa Persentase
1.
64
3
28%
2.
72
4
36%
3.
80
2
18%
4.
84
2
18%
11
100
Jumlah
72%
Tuntas
28%
Tidak Tuntas
84
Nilai Tertinggi
64
Nilai Terendah
73
Rata-rata
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada siklus I menunjukkan yang
tidak tuntas 3 siswa dari 11 siswa yang mencapai ketuntasan atau setara dengan 70%.
Siswa yang belum mencapai KKM akan diperbaiki melalui perbaikan di siklus II.
Persentase pada siklus I ketuntasan akan lebih jelas dilihat dari diagram berikut :
Gambar 1. Presentase ketuntasan hasil belajar siklus I
Persentase Ketuntasan Hasil
Belajar Siklus I
28%
Tuntas
Tidak Tuntas
72%
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017
Siklus II
Proses Pembelajaran
Pada tahap perencanaan (planning), Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan
rencana tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi energi dan cara
penggunaannya dengan menggunakan model Discovery Learning, adapun langkahlangkah perencanaannya adalah sebagai berikut: (a) Mengidentifikasi masalah
pembelajaran yang dilakukan guru sebelumnya, (b) Menganalisis dan menentukan
masalah, (c) Merancang suatu proses pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning berbantuan benda konkret sesuai dengan materi yang akan
diajarkan, (d) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja
siswa, lembar observasi, alat/bahan belajar dan alat evaluasi), (e) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tercantum : (1) Standar Kompetensi (SK) 8. Memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, (2) Kompetensi
Bekti Yuni Maharani | 557
Dasar (KD) 8.2. Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya. (f)
Konsultasi dengan guru kelas tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar kerja siswa, lembar observasi, alat/bahan belajar dan alat evaluasi).
Pada tahap pelaksanaan (acting) siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada
kamis tanggal 6 april 2017 pukul 07.00-09.00, pertemuan II senin tanggal 7 april 2017
pukul 07.00-09.00. Pertemuan III sabtu tanggal 8 april 2017 pukul 07.00 -09.00.
Berdasarkan lembar hasil observasi dapat lihat hasil kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model discovery learning hasil obervasi yang diperoleh siklus II kegiatan
belajar mengajar terjadi peningkatan dibandingkan pada pertemuan siklus I hal ini
dikarenakan guru sudah menggunakan model pembelajaran discovery learning secara
maksimal dan guru dapat menguasai kelas dan siswa terlihat bersemangat dan aktif
pada saat pembelajaran. Siswa sudah terbiasa dengan penerapan model discovery
learning, siswa sudah terbiasa dengan belajar menyelidiki sendiri, menemukan sendiri
sehingga siswa akan merasa tertantan untuk mengetahui proses percobaan yang
dilakukan. Siswa juga akan penasaran maupun tertarik dengan pembelajaran. siswa
mulai mengungkapan ide dan pendapat masing-masing.
Pada tahap refleksi (Reflecting) dilihat dari observasi dari pertemuan pertama,
pertemuan kedua dan pertemuan ketiga pada siklus II. Pembelajaran dikatakan sudah
baik dan kondusif sesuai yang diharapkan peneliti. Siswa dalam kegiatan belajar
mengajar dapat dikatakan baik karena terlaksananya langkah-langkah pada
pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning. dan
adanya peningkatan pada hasil belajar siswa dibandingkan sebelumnya.
Hasil Belajar Siklus II
Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II pada pertemuan III.
Menunjukkan adanya peningkatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3 : Hasil Belajar IPA Siklus II
No
Nilai
Jumlah Siswa Persentase
1.
66
10%
2.
72
4
36%
3.
76
3
27%
4.
80
2
18%
5.
84
1
10%
11
100
Jumlah
90%
Tuntas
10%
Tidak Tuntas
84
Nilai Tertinggi
66
Nilai Terendah
75
Rata-rata
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017
558 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada siklus II menunjukkan yang
tidak tuntas 1 siswa dari 11 siswa yang mencapai ketuntasan atau setara dengan 90%.
Siswa yang belum mencapai KKM akan diperbaiki melalui perbaikan dipembelajaran
berikutnya. Persentase pada siklus II ketuntasan akan lebih jelas dilihat dari diagram
berikut :
Gambar 2. Presentase ketuntasan hasil belajar siklus II
Persentase Hasil Belajar Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
10%
90%
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017
Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II
Berikut dapat dilihat tabel hasil belajar IPA sebelum diberi tindakan, siklus I
dan siklus II :
Tabel 4 : Perbandingan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II
No
Hasil Belajar
Siklus
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
1.
Skor Rata-rata
69
73
75
2.
Skor Minimal
65
64
66
3.
Skor Maksimal
76
84
84
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017
Berdasarkan tabel diatas perbandingan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SD
Negeri 3 Kemiriombo mengalami peningkatan dari pra siklus 69 Siklus I 73. Dan
siklus II yaitu 75. Jumlah siswa yang tuntas dari KKM 70 semakin meningkat. Pada
pra siklus siswa yang tidak tuntas yaitu 5 siswa. Pada siklus I 3 siswa. Dan pada siklus
II 1 siswa yang tidak tuntas dari jumlah 11 siswa.
Gambar 3. Presentase Perbandingan Hasil Belajar
Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II
Ketuntasan Hasil Belajar
Siswa Kelas IV
6
10
siswa siswa
8
siswa
Pra Siklus
Siklus I
siklus II
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, April 2017
Bekti Yuni Maharani | 559
Analisis Data
Sebelum dilakukan tindakan dari 11 jumlah siswa. terdapat 6 siswa yang tuntas
dan 5 siswa yang tidak tuntas. Dengan melihat nilai siswa tertinggi yaitu 76 dan
terendah 65. Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo.
Dari hasil observasi pada saat kegiatan pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru
belum memberikan pengalaman langsung pada siswa. pembelajaran yang dilaksanakan
masih didominasi dengan pemberian pengetahuan secara teoritis serta keterbatasan
media yang disiapkan dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa ramai sendiri,
mengobrol dengan teman, mengantuk dan kurang tertarik dengan pembelajaran IPA
maka siswa disini belum belajar secara aktif dan berdampak dari hasil belajar IPA
yang didapat rendah yaitu Rata-rata 69 Karena KKM dari IPA 70.
Berdasarkan observasi menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa SD Negeri
3 Kemiriombo Kec. Gemawang Kab. Temanggung masih rendah maka peneliti
mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran
Discovery Lerning berbantuan benda konkret yang dilakukan pada siklus I dan siklus
II dengan masing-masing terdiri dari tiga kali pertemuan. Pembelajaran pada siklus I
dan siklus II ini menggunakan model discovery learning dengan berbantuan benda
konkret dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA dengan
materi pokok energi dan cara penggunaannya.
Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas.
Karena siswa yang tuntas telah mampu menangkap materi yang diberikan guru,
sedangkan siswa yang belum tuntas belum bisa menangkap materi yang diberikan guru
dengan sepenuhnya. Pemahaman belajar siswa didapatkan dari hasil siklus I dan siklus
II. Pada siklus I menunjukkan hasil belajar IPA adanya peningkatan dari jumlah 11
siswa. siswa yang tuntas 72%, 8 siswa dari 11 siswa yang ada. Dan yang tidak tuntas
28% atau 3 siswa. Pada siklus II menunjukkan hasil belajar IPA meningkat dari siklus
I ke siklus II. dari jumlah 11 siswa. siswa yang tuntas 90% atau 10 siswa dari 11 siswa
yang ada. Dan yang tidak tuntas 10% atau 1 siswa dari 11 siswa.
Pelaksanaan yang sudah dilakukan peneliti melalui 2 siklus terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar IPA dimana siswa belajar menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri untuk memperoleh pengetahuan yang belum diketahui tidak melalui
pemberitahuan melainkan melalui penemuan sendiri. Penelitian ini diperkuat oleh
adanya penelitian yang dilakukan sebelumnya peneliti-peneliti yang lainnya yang
dapat membuktikan meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran discovery learning, hasil penelitian tersebut yaitu Siti Irma Amini (2016)
dalam Penelitian Tindakan Kelas yaitu “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Melalui Penerapan Model Discovery Learning pada Subtema Pemanfaatan Energi di
Kelas IV SDN Tanjung Jaya 1 Kecamatan Pakenjang Kabupaten Garut”. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I memperoleh skor rata-rata sebesar 3,8% dengan persentase
77% perolehan tersebut meningkat pada siklus II menjadi 4,2 dengan persentase 84%.
Dan hasil belajar siswa yang dilihat dari tiga aspek meningkat pada siklus II
menunjukkan hasil aspek afektif pada silklus I mendapatkan persentase 21% dan
meningkat pada siklus II memperoleh 92% dan aspek psikomotor pada siklus I
560 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
memperoleh 50% dan meningkat di siklus II 100%. Hal ini berarti penerapan model
pembelajaran discovery learning berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Adapun kendala yang ditemukan peneliti saat pelaksanaan penelitian yaitu : (1)
Siswa masih malu saat diminta unuk menjelaskan pelajaran di depan siswa lainnya, (2)
Adanya sikap siswa yang berbeda saat merespon pembelajaran, ada siswa yang tidak
aktif dan sebagian siswa aktif saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (3) Pada
saat siswa menjelaskan di depan kelas, sebagian siswa menertawakan temannya
sehingga menggangu konsentrasi siswa yang menjelaskan di depan.
PEMBAHASAN
Keberhasilan pada peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan penerapan
model pembelajaran discovery learning yang dilakukan sesuai dalam sintak. Hamalik
(Takdir,2012:29) Model discovery learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, siswa juga bisa berpikir analisis dan
mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Disini siswa akan merasa
tertantang untuk mengetahui proses percobaan, sehingga siswa merasa penasaran dan
tertarik untuk memahami materi serta menguasai materi pembelaaran IPA tentang
“Energi dan cara penggunaannya” yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Semester II Tahun Pelajaran
2017.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 3
Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggug Semester II Tahun Ajaran
2017. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. dapat dibuktikan dari hasil belajar siswa pada pra
siklus siswa yang tuntas belajar berjumlah 6 siswa dengan presentase 55% dan yang
tidak tuntas 5 siswa dengan presentase 45%, kemudian pada siklus I meningkat
menjadi 8 siswa yang tuntas dengan presentase 72% dan yang tidak tuntas 3 siswa
dengan presentase 28%. Selanjutnya pada pelaksanaan siklus II semakin meningkat
lagi menjadi 10 siswa dengan presentase 90% dan yang tidak tuntas 1 siswa dengan
presentase 10% dari 11 siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan
Gemawang Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2017, dapat
disarankan:
1. Model pembelajaran discovery learning perlu dikembangkan dan diterapkan pada
materi yang lain sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan dapat
memaksimalkan hasil pembelajaran.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.
Bekti Yuni Maharani | 561
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak Ishak, dkk. 2012. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Anonim. (2004). IPA di SD. Jakarta : Depdikbud.
Asri Budiningsih. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Dahar Wilis R. 2011. Teori-teori dan Pembelajaran. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Darmadi, Hamid. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep dan
Implementasi.Bandung: Alfabeta.
E. Mulyasa. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Jamaris Martin. 2005. Kesulitan Belajar Perspektif. Asesmen, dan Penanggulannya
Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor : Ghalia Indonesia.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Bandung:
PT Refika Aditama.
Yamin Martinis. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.
jakarta : Gaung Persada Press Jakarta.
Jennah, Rodhatul. 2009. Media Pembelajaran. Banjarmsin : Antasari Press.
Ibrahim, R, dkk. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT Rinika Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka
Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar.2010. Kurikulum dan Pebelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-FaktorYang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slameto. 2015. Metodologi Penelitian dan Inovasi Pendidikan. salatiga: Satya
Wacana University Press.
Fatih Istiqomah. 2014. Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan
Motivasi dan hasil belajar siswa pada kelas IV SD Negeri 02 Tulung Balak
Kabupaten Lampung Timur. Lampung: Univeristas Lampung
Download