BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam melakukan kegiatan operasinya hampir sebagian besar perusahan
menginginkan profit atau Laba. Laba merupakan keuntungan yang didapat dari
aktivitas perusahaan selama satu periode, dan digunakan sebagai salah satu tolak
ukur bagi para investor untuk melakukan pertimbangan dalam menanamkan
modalnya bagi perusahaan tersebut.
Menurut data per awal Maret 2011 di BEI, Indonesia terdapat kurang lebih
439 perusahaan publik yang namanya tercatat dalam BEI. Menurut data yang
tercatat di BEI jumlah Investor di Indonesia di bulan Mei 2011 berjumlah sekitar
800 ribuan. Jumlah itu mencangkup 0,33% dari jumlah penduduk di Indonesia di
tahun 2011 (sekitar 241Juta jiwa).
Dalam
melakukan
penilaiannya
terhadap
perusahaan
investor
membutuhkan informasi laporan keuangan dari perusahaan tersebut. Hal yang
menarik perhatian investor untuk meningkatkan minatnya dalam berinvestasi di
perusahaan tersebut adalah dengan melihat laba dari perusahaan tersebut. Banyak
hal yang dapat dilihat melalui laba perusahaan. Dalam teori ekonomi juga dikenal
adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda
dengan pengertian laba menurut akuntansi.
1
2
Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba berasal
dari kelebihan antara penghasilan dan biaya. (Harahap, 2007: 296).
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi
perusahaan tetapi juga penting sebagai informasi pembagian laba dan penentuan
kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh
banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham,
ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2007: 293).
Dalam laporan laba rugi terdapat 3 macam laba yang ditampilkan, yaitu
laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Dalam riset akuntansi keuangan, yang
berhubungan dengan pencarian angka laba dengan harga saham selalu
menggunakan angka laba operasi atau EPS yang dihitung menggunakan angka
laba bersih dan tidak pernah mengguanakan laba kotor.
Laba kotor adalah selisih dari pendapatan penjualan perusahaan dikurangi
dengan biaya barang yang terjual. Biaya barang yang terjual adalah biaya yg
dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur dalam membeli bahan baku produksi,
pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi, dan hingga barang jadi tersebut
dijual. Semua biaya-biaya langsung tersebut yang berhubungan dengan penciptaan
produk tersebut dikelompokan sebagai kos barang terjual atau biaya barang
terjual. Bagi perusahaan dagang kos barang terjual yang dikeluarkan digunakan
untuk membeli barang dagang dan membiayai biaya lain yang dikeluarkan hingga
barang dagang tersebut siap dijual.
3
Laba operasi adalah selisih antara laba kotor dengan biaya-biaya operasi.
Biaya-biaya operasi itu sendiri adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan
operasi perusahaan. Defisnisi dari biaya-biaya operasi adalah biaya yang sering
terjadi dalam perusahaan yang bersifat operatif. Biaya-biaya ini diasumsikan
memiliki hubungan dengan penciptaan pendapatan. Diantaranya adalah: biaya gaji
karyawan administrasi, biaya perjalanan dinas, biaya iklan dan promosi, dan lainlain.
Laba yang ketiga yaitu laba bersih adalah angka yang menunjukan selisih
antara seluruh pendapatan operatif maupun non-operatif dan seluruh biaya
operatif maupun non-operatif. Dengan kata lain laba bersih ini adalah laba yang
menunjukan bagian laba yang akan ditahan oleh perusahaan dan yang akan
dibagikan sebagai deviden.
Selain memiliki makna semantik (arti) dan sintatik (aturan) seperti di atas,
laba juga memiliki makna pragmatik (efek). Laba akuntansi relevan untuk
dimasukan ke dalam model pengambilan keputusan yang dibuat investor dan
kreditur. Misalnya dengan menggunakan ketiga angka laba di atas. Ketiga angka
laba tersebut memiliki makna yang berbeda dan dengan perbedaan tersebut
menimbulkan efek yang berbeda bagi penggunanya.
Pada umumnya angka laba operasi digunakan sebagai ukuran informsi
angka laba untuk dihubungkan dengan harga saham. Hal ini terkait dengan
informasi laba yang memiliki efek bagi penggunanya. Alasannya adalah angka
laba operasi “lebih menggambarkan operasi perusahaan“ dibanding laba bersih.
Hal itu disebabkan laba bersih masih dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain yang
4
berada di luar kendali manajemen, misalnya peristiwa luar biasa yang dapat
mempengaruhi peningkatan ataupun penurunan terhadap laba bersih itu sendiri.
Laba operasi diasumsikan memiliki hubungan langsung terhadap proses
penciptaan laba. Namun pada penerapannya laba bersihlah yang diambil menjadi
bentuk EPS (earning per share) Data keuangan yang diterbitkan oleh Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) angka PER (price earning ratio) yang
dilaporkan dihasilkan dari EPS, dan tidak dijelaskan apakah angka laba yg
terdapat didalamnya adalah laba bersih atau laba operasi. Hal ini semakin
mempertegas bukti bahwa para peneliti cenderung menggunakan laba bersih dan
laba operasi dalam dalam meneliti hubungan antar laba akuntansi dengan harga
saham.
Apabila peneliti menganggap laba operasi telah mampu menggambarkan
operasi perusahaaan dan memiliki hubungan langsung dengan proses peciptaan
laba melalui biaya-biaya operasi, maka komponen item biaya operasi memiliki
keterkaitan langsung dengan proses penciptaan pendapatan. Misalnya, biaya iklan.
Selain itu, biaya operasi memiliki memiliki komponen biaya-biaya diskresioner
seperti biaya penyisihan piutang tidak tertagih. Biaya ini terjadi bukan karena
adanya hubungan dengan penciptaan pendapatan tetapi dikarenakan oleh
kebijakan perusahaan itu sendiri.
Bila laba bersih tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh manajemen dan
angka laba operasi tidak sepenuhnya berhubungan dengan operasi perusahaan,
maka seharusnya laba kotorlah yang dapat dikendalikan oleh manajer dan
memiliki hubungan erat dengan penciptaaan pendapatan. Rekening kos barang
5
terjual sepenuhnya dibawah kendali manajemen untuk menentukan daya saing
produk di pasar. Manajemen pasti akan berusaha untuk mengendalikan dan
menekan biaya tersebut supaya barang atau jasa dapat dijual dengan harga
kompetitif, sehingga biaya ini memiliki hubungan langsung dengan penciptaan
pendapatan.
Rekening-rekening yang membentuk rekening-rekening kos barang terjual
relatif bebas terdiri dari berbagai macam pilihan metode akuntansi. Pilihan itupun
hanyalah metode penilaian akuntansi, didalam penelitiannya terbukti pilihan
metode yang akan diambil oleh manajemen tidak berpengaruh kepada keputusan
investor. Masalah pembebanan biaya overhead pabrik sebenarnya tidak terlalu
mengubah nilai akhir kos barang terjual seperti penggunaan metode ABC dan just
in time adalah bukti bahwa manajemen berusaha mengendalikan kos barang
terjual.
Dengan demikian, laba kotor lebih operatif sifatnya dibandingkan dengan
laba operasi. Laba operasi didefinisikan sebagai laba yang menggambarkan
operasional perusahaan, namun tidak seluruh biaya yang tergambar didalam
rekening biaya-biaya operasi adalah biaya yang langsung berhubungan dengan
penciptaan pendapatan. Kebanyakan peneliti menggunakan angka laba operasi
sebagai salah satu ukuran variabel, dan sebagian peneliti menggunakan laba bersih
atau laba operasi dalam bentuk EPS.
Dari hasil penjabaran di atas, angka laba kotor sebenarnya lebih operatif
dibandingkan dengan dua angka laba yang lain. Komponen biaya-biaya pada
rekening kos barang terjual mampu diprediksi oleh manajer dan langsung
6
berhubungan dengan penciptaan pendapatan. Namun laba kotor ini tidak pernah
digunakan sebagai alat prediksi kinerja manajemen. Dan daya prediksi angka laba
ini merupakan pertanyaan yang harus di jawab.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penelitian ini berjudul “Analisis
Pengaruh Pengumuman Perubahan Laba Akuntansi Terhadap Reaksi Pasar
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah perubahan laba kotor berpengaruh positif terhadap reaksi
pasar oleh investor?
2. Apakah perubahan laba operasi berpengaruh positif terhadap reaksi
pasar oleh investor?
3. Apakah perubahan laba bersih berpengaruh positif terhadap reaksi
pasar oleh investor?
4. Apakah perubahan laba akuntansi berpengaruh positif terhadap reaksi
pasar oleh investor?
7
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi bukti empiris mengenai
angka laba yang paling kuat direaksi oleh investor dan untuk menganalisis
pengaruh perubahan laba kotor, laba operasi, dan laba bersih terhadap reaksi pasar
oleh investor.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi peneliti, Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang telah
didapat dari hasil penelitian mengenai tiga angka laba yang bereaksi
kuat terhadap investor.
2.
Bagi manajer, agar dapat memberikan bukti empirik mengenai angka
laba mana yang bereaksi kuat terhadap investor serta dalam peraktik
pengungkapan informasi keuangan.
3.
Bagi investor, agar dapat menganalisis dan mengambil keputusan
dengan baik dalam berinvestasi dengan melihat angka laba yang
bereaksi lebih kuat.
4.
Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi untuk memahami mengenai angka laba mana yang bereaksi
kuat terhadap investor.
5.
Bagi pembaca dan publik, agar dapat mengetahui informasi tentang
angka laba mana di antara ketiga angka laba yang bereaksi kuat
terhadap investor.
Download