E:\JURNAL MDVI\MDVI Suplemen 20

advertisement
Laporan Kasus
TERAPI PENYAKIT DARIER-WHITE DENGAN
ASITRETIN DOSIS RENDAH
Yunira Safitri, Stefani Rachel Soraya Djuanda, Terlinda da Conceicao Barros,
Tjut Nurul Alam Jacoeb, Endi Novianto, Githa Rahmayunita, Rahadi Rihatmadja
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Universitas Indonesia /RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
ABSTRAK
Penyakit Darier-White termasuk penyakit akantolitik diskeratotik yang ditandai dengan
hilangnya taut antar keratinosit dan gangguan keratinisasi. Penyakit ini jarang ditemukan, dapat
diturunkan secara genetik atau timbul akibat mutasi spontan. Retinoid oral merupakan terapi
paling efektif.
Laki-laki, 24 tahun, mengeluhkan kulit menebal dan bersisik di hampir seluruh tubuh.
Keluhan dimulai sejak pasien berumur 11 tahun berupa bintik-bintik gatal di wajah, muncul
terutama saat cuaca panas. Bintik meluas ke dada, punggung, lengan, tungkai, menebal, bersisik.
Pada pemeriksaan, terdapat papul hiperpigmentasi multipel tersebar generalisata terutama pada
area seboroik, beberapa berkonfluens dengan skuama berlapis kekuningan di atasnya. Pada
pemeriksaan histopatologik ditemukan hiperkeratosis, celah suprabasal dengan sel akantolitik
dan diskeratotik. Pasien mendapat terapi asitretin 25 mg per hari selama 2 bulan, kemudian
diturunkan menjadi 25 mg selang sehari. Keluhan kulit membaik dalam waktu 3 bulan.
Gambaran klinis dan histopatologik kasus ini khas untuk Penyakit Darier-White. Dosis awal
asitretin y ang disa rank an a dala h 25 -30 mg pe rhari se lama 2-4 min ggu, kemudia n da pat
ditingkatkan. Pasien ini memperlihatkan perbaikan lesi yang bermakna dengan dosis 25 mg per
hari. (MDVI 2012; 39/s: 42s - 45s)
Kata kunci: penyakit Darier-White, asitretin
ABSTRACT
Korespondensi :
Jl.Diponegoro N0.71, Jakarta
Telp: 021 - 31935383
Email:[email protected]
42 S
Darier-White disease is an acantholytic dyskeratotic disorder characterized by loss of
intraepidermal coherence with aberrant keratinization. This is a rare disease, genetically inherited
or mutated spontaneously. Oral retinoid is the most effective therapy.
A 24-year-old man presented with generalized thickened and scaly skin. It began when he
was 11-years-old as itchy pimples on face that worsened during hot weather. The pimples grew in
number, spread to chest, back, limbs, and coalesced. Physical examination revealed generalized
multipel hyperpigmented papules and some of them are confluented, especially on seborrhoeic
areas, covered with thick yellowish crusts. Histopathologic examination shows hyperkeratosis,
suprabasal cleft, with acantholytic and dyskeratotic cells. He was given acitretin 25 mg for 2
months, then reduced to 25 mg every other days. The lesion showed significant improvement in 3
mo nth s.
The clinical and histopathological findings are characteristic for Darier-White disease.
Recommended dose is 25-30 mg a day initially for 2-4 weeks, increased until maximum dose. Our
patient responded well with only 25 mg a day. (MDVI 2012; 39/s: 42s - 45s)
Keywords: Darier-White disease, acitretin
Y Safitri dkk.
PENDAHULUAN
Penyakit Darier-White (PD) termasuk penyakit
akantolitik diskeratotik yang ditandai dengan hilangnya taut
antar keratinosit dan gangguan keratinisasi. Prevalensi
penyakit ini sangat jarang, dapat ditemukan di hampir
seluruh dunia dan mengenai kedua gender. PD dapat
diwariskan secara genetik atau timbul akibat mutasi spontan.
Sebanyak 47% pasien tidak memiliki riwayat yang jelas pada
keluarga.1,2
Awitan PD pada usia pubertas dengan perkembangan
lesi awal terjadi pada usia 10- 20 tahun. Lesi khas berupa
papul hiperkeratotik berminyak sewarna kulit, kuning
kecoklatan, atau coklat yang dapat berkonfluens
membentuk plak dan berkrusta. Tempat predileksi pada area
seboroik di badan, wajah, skalp, leher, inguinal, aksila, dan
anogenital. Keluhan subyektif yang dirasakan berupa gatal.
Eksaserbasi PD dapat terjadi akibat cuaca panas, keringat,
kelembaban, pajanan sinar matahari, dan trauma mekanik.1,2
Penatalaksanaan penyakit ini secara umum dengan
menghindari faktor yang dapat mengeksaserbasi penyakit
dan penggunaan tabir surya. Pemberian emolien yang
mengandung urea atau asam laktat dapat mengurangi krusta.
Pasien dengan penyakit yang lebih parah, pemberian retinoid
oral, misalnya asitretin merupakan terapi paling efektif. Dosis
awal yang dapat diberikan yaitu 25- 30 mg per hari selama 24 minggu, dan jika obat ini dapat ditoleransi dengan baik,
dosis dapat ditingkatkan hingga 60 mg per hari. Setelah
terjadi perbaikan klinis, dosis dapat diturunkan secara cepat
kemudian dihentikan atau dipertahankan pada dosis serendah
mungkin untuk mencegah relaps. Terapi dengan asitretin dosis
rendah dapat menunjukkan perbaikan klinis. 1,2
Beberapa hal yang harus diperiksa sebelum pemberian
terapi antara lain pemeriksaan tes kehamilan pada perempuan
usia reproduksi, profil lipid, tes fungsi hati, serta
menanyakan mengenai kelainan tulang. Pemantauan profil
lipid dan tes fungsi hati dapat dilakukan tiap bulan dalam 2
bulan pertama dan kemudian diulang tiap 2-3 bulan. Efek
samping teratogenik, hiperlipidemia, hipotiroid, kerontokan
Terapi penyakit Darier-White dengan asitretin dosis rendah
rambut dan gangguan mukokutan lainnya selama
pengobatan perlu diinformasikan pada pasien.1-3
KASUS
Seorang laki-laki berumur 24 tahun mengeluhkan kulit
menebal dan bersisik di hampir seluruh tubuh sejak berumur
11 tahun. Lesi awal berupa bintik-bintik gatal seperti biang
keringat di wajah, kemudian meluas ke dada, punggung,
lengan, tungkai, telapak tangan, dan telapak kaki. Lesi
menebal dan kehitaman, serta bersisik kekuningan. Kelainan
kulit semakin banyak dan meluas bila cuaca panas dan
berkeringat. Terdapat riwayat penggunaan obat antijamur
topikal, namun tidak ada perbaikan. Riwayat sakit serupa
pada anggota keluarga lain disangkal.
Pada pemeriksaan fisis, tersebar generalisata terutama
pada area seboroik, terdapat papul multipel hiperpigmentasi,
beberapa berkonfluens dengan skuama berlapis kekuningan
di atasnya. (gambar 1)
Pada pemeriksaan histopatologik ditemukan
hiperkeratosis, celah suprabasal dan subkorneal berisi sel
akantolitik dan diskeratotik (gambar 2) yang sesuai untuk
penyakit Darier-White.
Rencana terapi yang akan diberikan adalah asitretin
oral. Hasil pemeriksaan laboratorium darah perifer lengkap,
tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, dan profil lipid dalam batas
normal. Dosis awal asitretin yang diberikan adalah 25 mg
per hari dan dipantau keadaan klinis tiap 2 minggu. Terapi
topikal yang juga diberikan pada pasien ini yaitu krim urea
20% untuk telapak tangan dan kaki. Selama pemantauan,
lesi kulit terus mengalami perbaikan. Setelah pemberian
asitretin 25 mg per hari selama 2 bulan, dosis asitretin
kemudian diturunkan menjadi 25 mg selang sehari selama 1
bulan. (gambar 3)
PEMBAHASAN
Diagnosis PD pada pasien ini berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis, dan pemeriksaan penunjang. Pada
Gambar 1. Lesi di wajah, leher, dada, perut, punggung, dan telapak kaki sebelum pemberian asitretin
43 S
MDVI
Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 42 s - 45 s
(a)
(b)
Gambar 2. (a) celah suprabasal dan subkorneal berisi (b) sel akantolitik dan diskeratotik (hematoksilin eosin, 100x dan 400x pembesaran)
anamnesis didapatkan riwayat terjadinya penyakit di usia
11 tahun berupa bintik merah gatal terutama pada area
seboroik. Faktor eksternal yang dapat memperberat keadaan
klinis berupa cuaca panas dan keringat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan papul hiperkeratotik yang dapat
berkonfluens dengan skuama kekuningan tersebar
generalisata terutama di area seboroik. Pemeriksaan
histopatologik dapat membantu menegakkan diagnosis
penyakit ini. Gambaran khas yang dapat ditemukan antara
lain adanya celah suprabasal serta sel akantolitik dan
diskeratotik.1
Kelainan kulit pada pasien ini tersebar di hampir seluruh
tubuh sehingga dipikirkan pemberian retinoid oral, yaitu
asitretin. Retinoid oral ini memiliki efek antiinflamasi dan
dapat memodulasi proliferasi dan diferensiasi epidermal
sehingga memperbaiki keadaan hiperkeratosis pada pasien
ini.4 Dosis awal yang digunakan adalah 25 mg per hari dan
dipantau dalam 2 minggu. Setelah 2 minggu pemantauan,
keadaan klinis membaik secara bermakna. Tidak terdapat
lesi baru dan kelainan kulit mulai menipis. Dosis ini
dipertahankan selama 2 bulan, dan keadaan kulit terus
membaik. Dosis asitretin kemudian diturunkan menjadi 25
mg selang sehari, dan tidak terdapat perburukan lesi. Selama
pemberian asitretin ini, profil lipid dan fungsi hati pasien
terus dipantau. Pemeriksaan laboratorium dilakukan tiap
bulan untuk dua bulan pertama. Tidak terdapat kelainan pada
pemeriksaan laboratorium pasien, sehingga asitretin dapat
diteruskan.
Selain pemberian asitretin, pasien juga diberikan terapi
topikal, yaitu krim urea 20% untuk telapak tangan dan kaki.
Obat topikal ini diberikan untuk membantu proses keratolitik
terhadap lesi hiperkeratotik pasien.
Pemberian asitretin sebagai rumatan dapat diberikan
untuk mencegah relaps, namun tidak terdapat panduan
sampai berapa lama terapi ini dapat diberikan. Pada kasus
yang sudah mengalami perbaikan dengan kelainan kulit
minimal, dapat diberikan pemberian terapi topikal saja
mengingat efek samping dan pemantauan retinoid oral yang
cukup serius, harga yang cukup mahal, serta ketersediaan
obat yang tidak mudah didapat. Pilihan terapi topikal yang
dapat diberikan antara lain retinoid topikal dan kortikosteroid
topikal.
PD dengan keluhan penyakit yang parah dapat
mengalami episode remisi dan relaps yang kronik, meskipun
Gambar 3. Lesi di wajah, leher, dada, perut, punggung, dan telapak kaki setelah pemberian asitretin selama 3 bulan.
44 S
Y Safitri dkk.
terdapat beberapa laporan terjadinya resolusi spontan.
Faktor yang dapat mengeksaserbasi penyakit harus
dihindari. Infeksi bakteri dapat memperparah penyakit ini,
oleh karena itu penanganan adekuat terhadap infeksi bakteri
perlu dilakukan.5
Terapi penyakit Darier-White dengan asitretin dosis rendah
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
4.
1. Hovnanian A. Acantholytic disorders of the skin: Darier-white
disease, acrokeratosis verruciformis, Grover disease, and
Hailey-hailey disease. Dalam: Wolff K, Lowell A, Katz GSI,
Barbara A, Paller GAS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick’s
5.
Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York:
McGraw-Hill; 2008.h.432-41.
Kwok P, Bhutani T. Keratosis follicularis (Darier disease).
2010. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article.
Diunduh tanggal 1 Februari 2012.
Vahlquist A, Kuenzli S, Saurat J. Retinoids. Dalam: Wolff K,
Lowell A, Katz GSI, Barbara A, Paller GAS, Leffell DJ,
penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill; 2008.h.2181-6.
Gollnick HP, Dummler U. Retinoids. Clin Dermatol. 1997;
15: 799-810
Okada E, Nagai Y, Motegi S, Tamura A, Ishikawa O. Fatal
case of Darier’s disease with recurrent severe infections. Acta
Derm Venereol. 2009; 89: 408-9
45 S
Download