PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan ilmu pengetahuan-teknologi (IPTEK), yang digunakan dalam penyiapan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Pendekatan Koridor Ekonomi dan Dinamika Regional Indonesia merupakan salah satu negara yang memberi kontribusi cukup besar terhadap peran kawasan Asia dalam kekuatan pasar global, dimana lebih dari 50% penduduk dunia berlokasi di kawasan tersebut. Kekuatan dari konsentrasi pasar global ini telah memberi implikasi terhadap munculnya berbagai konsep atau pendekatan kerjasama antar negara di kawasan Asia, seperti Great-Mekong SubRegion, IMT Growth Triangle, BIMP East Asean Growth Area, Mekong-India Industrial Coridor, dan juga kerjasama transportasi, seperti Trans-Asian Highway dan Railway, serta konsep-konsep kerjasama lainnya. Fakta menunjukkan, bahwa kerjasama regional terebut telah memberi dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut dan ditunjukkan dengan naiknya perdagangan intra-regional di kawasan Asia Timur dari 30% di tahun 1990an menjadi 56% di tahun 2005 (ADB, 2007). Didukung adanya revolusi teknologi, khususnya teknologi informasi mendorong munculnya konsep-konsep kerjasama antar regional dalam suatu negara, seperti Delhi-Mumbai Corridor, Sabah Corridor Development Region dan Iskandar Development Region. Konsep Pengembangan Koridor Ekonomi umumnya bertujuan untuk menarik investasi dan meningkatkan aktivitas ekonomimelalui pertumbuhan sektor-sektor-sektor unggulan pada kawasankawasan tertentu atau yang disebut sebagai koridor ekonomi. Pembangunan dengan pendekatan koridor ekonomi ini diharapkan juga dapat memberi dampak spill over untuk mendorong lebih cepat pertumbuhan kawasan-kawasan di sekitarnya dan menjamin terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Koridor di Beberapa Negara Pendekatan Koridor Ekonomi yang telah dikembangkan di beberapa negara sebagai salah satu bentukpendekatan dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonominya memiliki beberapa kisah sukses yang menunjukkan hasilhasil positif, seperti: Great Mekong Sub-region telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita pada kawasan tersebut dari sekitar US$ 630 pada tahun 1992 menjadi US$ 1100 di tahun 2006, atau menurunkan tingkat kemiskinan di Vietnam dan meningkatkan transaksi perdagangan. Mekong-India Industrial Corridor telah berhasil meningkatkan aktivitas ekonomi antar negara, terutama wilayah Utara dan Timur negara tersebut. Delhi-Mumbai Industrial Corridor dalam 5 tahun terakhir telah berhasil dua kali lipat meningkatkan penyerapan tenaga kerja (14,9%), tiga kali lipat meningkatkan produksi industri (24,6%) dan empat kali lipat volume ekspor (32%). Sabah Development Corridor telah berhasil meningkat nilai tambah dari industri melalui transformasi dan pengembangan R&D sektor-sektor agro-industri, bio-teknologi, pariwisata dan logistik ke dalam kawasan. Belajar dari pengalaman negara lain tersebut, keberhasilan pelaksanaan pendekatan “Pengembangan Koridor Ekonomi” dalam mendukung percepatan pembangunan ekonomi suatu negara ditentukan oleh faktor-faktor berikut: Adanya political and good will dari Pemerintah dan seluruh stakeholders dalamkonsistensi pelaksanaannya. Didukung oleh ketersediaan hardware infrastructure yang memadai. Kemudahan informasi untuk mendukung daya saing usaha. Kemudahan prosedur perijinan dan jaminan dalam pengembangan usaha. Akses atau kemudahan pergerakan barang dan orang. Pemerintahan yang bersih dan kuat. Pendekatan Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia, seperti potensi demografi, kekayaan sumber daya alam, serta letak geografis yang strategis merupakan faktor-faktor yang sangat bermanfaat untuk tujuan percepatan pertumbuhan maupun perluasan pembangunan ekonomi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia, sejak 2009 lalu struktur penduduk Indonesia mulai menunjukkan memiliki angka dependency ratio (yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara usia tidak produktif dengan usia produktif) di bawah 50 persen atau yang sering disebut sebagai masa “Bonus Demografi”. Bila tingkat pendidikan secara umum diasumsikan akan terus membaik, produktivitas perekonomian negara ini sesungguhnya dalam kondisi premium. Indonesia juga adalah negara yang kaya dengan potensi sumber daya alam, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral). Sampai tahun 2010, Indonesia masih menjadi salah satu produsen besar di dunia untuk berbagai komoditas, antara lain kelapa sawit (penghasil dan eksportir terbesar di dunia), kakao (produsen terbesar kedua di dunia), timah (produsen terbesar kedua di dunia), nikel (cadangan terbesar ke empat di unia) dan bauksit (cadangan terbesar ke tujuh di dunia) serta komoditas unggulan lainnya seperti besi baja, tembaga, karet dan perikanan. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah dengan panjang mencapai 5.200 km dan lebar mencapai 1.870 km. Lokasi geografis Indonesia juga sangat strategi, dengan dilewati oleh satu Sea Lines of Communication (Selat Malaka) yang menempati peringkat pertama dalam jalur pelayaran kontainer dunia. Kesemua faktor tersebut di atas membuat Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki leverage regional dan global karena memiliki hampir seluruh prasyarat untuk menjadi front-line perekonomian dunia. Hal ini membentuk keunggulan dan keunikan atas masing-masing wilayah yang terwakili melalui pulau-pulau besar di Kepulauan Indonesia, yang akan menjadipilar-pilar pembangunan ekonomi wilayah ke depan atau yang diwujudkan dalam pengembangan koridor ekonomi Indonesia.Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia adalah pengembangan kegiatan ekonomi utama melalui pusat-pusat pertumbuhan ekonomi disertai penguatan konektivitas antar pusat-pusat ekonomi dan lokasi kegiatan utama serta fasilitas pendukungnya. Pengembangan koridor ekonomi ini juga dapat diartikan sebagai pengembangan wilayah untuk menciptakan dan memberdayakan basis ekonomi terpadu dan kompetitif serta berkelanjutan dengan mempertimbangkan sistem perencanaan pembangunan yang ada (RPJP, RPJM, RTRWN dan lainnya) dan bertujuan terwujudnya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di dalam dan keluar koridor dalam rangka mewujudkan visi nasional. Belajar dari pengalaman negara lain, implementasi pengembangan koridor ekonomi untuk mendukung tercapainya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia ditentukan pada prinsip-prinsip: Koridor Ekonomi Indonesia tidak diarahkan pada kegiatan eksploitasi dan ekspor sumber daya alam, namun lebih pada penciptaan nilai tambah; Koridor Ekonomi Indonesia tidak diarahkan untuk menciptakan konsentrasi ekonomi pada daerah tertentu namun lebih pada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif. Hal ini memungkinkan semua wilayah di Indonesia untuk dapat berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing; Koridor Ekonomi Indonesia tidak menekankan pada pembangunan ekonomi yang dikendalikan oleh pusat, namun pada sinergi pembangunan sektoral dan daerah untuk menjaga keuntungan kompetitif nasional; Koridor Ekonomi Indonesia tidak menekankan pembangunan transportasi darat saja, namun pada pembangunan transportasi yang seimbang antara darat, laut, dan udara; Koridor Ekonomi Indonesia tidak menekankan pada pembangunan infrastruktur yang mengandalkan anggaran pemerintah semata, namun juga pembangunan infrastruktur yang menekankan kerja sama pemerintah dengan swasta (KPS). Koridor Ekonomi merupakan kawasan yang terdiri dari wilayah-wilayah target kebijakan, inisiatif pembangunan dan proyek infrastruktur yang bertujuan menciptakan dan memperkuat basis ekonomi yang terintegrasi dan kompetitif demi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Penentuan usulan koridor ekonomi berdasarkan kekuatan wilayah yang sudah ada dengan harapan agar manfaatnya dapat dinikmati lebih cepat baik untuk wilayah tersebut dan juga daerah sekitarnya. Pendekatan pertama mempertimbangkan kebijakan pengembangan daerah, analisis spasial ekonomi, dan analisis transportasi daerah. Pendekatan kedua memperhitungkan analisis komprehensif melalui empat tahapan, yaitu menetapkan daerah pusat ekonomi dan jalur koridor, menghubungkan daerah pusat ekonomi yang paling memungkinkan, dan menetapkan fokus industri. Melalui kedua pendekatan ini ditentukan enam (6) Koridor Pembangunan Ekonomi. Perwujudan strategis posisi Indonesia yan diwakili dengan posisi strategis kepulauan Indonesi tersebut dapat diwujudkan melalui pendefinisian peran strategis kepulauan atau koridor ekonomi Indonesia, berikut: Sumatera diposisikan sebagai “Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”. Selain itu, Sumatera juga akan menjadi garis depan ekonomi nasional ke pasar Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan & Asia Timur, serta Australia & Oceania Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Dengan diterapkannya pendekatan pengembangan koridor ekonomi bersama dengan 2 (dua) pilar pendekatan lainnya (pengembangan konektivitas dan pengembagan SDM dan IPTEK) di dalam MP3EI, PDB Indonesia diperkirakan akan bertumbuh lebih cepat, baik untuk daerah di dalam wilayah koridor ekonomi, maupun untuk di daerah di luar koridor ekonomi. Pertumbuhan tahunan PDB nasional akan menjadi sekitar 12,7% secara nasional dengan pertumbuhan di dalam koridor 12,9% dan pertumbuhan di luar koridor 12,1%. Hal ini memberi harapan besar tercapainya cita-cita bangsa Indonesia tahun 2025 untuk “mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 10 besar dunia di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun 2050 melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif dan berkelanjutan”. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di kawasan non-koridor mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan kawasan dalam koridor sebagai akibat terjadinya Spill Over Effect dari kawasan koridor. Pengembangan Koridor Ekonomi dalam menunjang MP3EI diwujudkan melalui 8 program utama, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, telematika dan pengembangan kawasan strategis, serta 22 aktivitas ekonomi utama sesuai dengan potensi dan nilai strategis aktivitas ekonomi utama tersebut di koridor yang bersangkutan. Pemilihan aktivitas ekonomi utama untuk masing-masing koridor tersebut didasarkan atas pertimbangan terhadap pandangan strategis kegiatan ekonomi dan kondisi atau kepentingan kegiatan ekonomi saat ini serta potensi unggulan pada masingmasing koridor ekonomi. Ke-22 aktivitas utama ekonomi tersebut adalah industri makanan-minuman, pertanian pangan, tembaga, nikel, batubara, karet, kelapa sawit, perikanan, peternakan, pariwisata, minyak dan gas bumi, tekstil, perkapalan, besi baja, peralatan transportasi, alutsista, perkayuan, kakao dan bauksit, serta kawasan strategis nasional (KSN) Selat Sunda dan Jabodetabek area. Bersamaan dengan 2 (dua) pendekatan atau pilar lainnya (pilar konektivitas dan pilar SDM dan IPEK), pada setiap Koridor Ekonomi diidentifikasi potensi investasi yang menjadi komitmen antara Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Dunia Usaha. Potensi investasi terdiri dari invstasi pengembangan kawasan atau kegiatan usaha dan investasi infrastruktur dengan indikasi total investasi hingga tahun 2015 mencapi sekitar 4.000 Triliun rupiah, dimana sekitar 1.700 triliun merupakan investasi infrastruktur