analisis pemetaan zona penangkapan ikan (fishing

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
ANALISIS PEMETAAN ZONA PENANGKAPAN IKAN (FISHING
GROUND) DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA
MODIS DAN PARAMETER OSEANOGRAFI
Radik Khairil Insanu , Hepi Hapsari Handayani , dan Bangun Muljo Sukojo
Teknik Geomatika
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
Email : [email protected]
ABSTRAK
Wilayah Probolinggo memiliki garis pantai sepanjang 7 km dan wilayah perairan
sepanjang 20 km dengan produksi perikanan laut Probolinggo tahun 2011 sebesar 18347,01
ton. Akan tetapi, masih kurangnya teknologi yang digunakan oleh nelayan Indonesia
mengakibatkan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan kurang
maksimal.Penentuan posisi tangkapan ikan dapat diprediksi dari parameter suhu permukaan
laut dan penyebaran klorofil-a dengan memanfaatkan satelit TERRA MODIS. Algoritma yang
digunakan algoritma O’Reilly 1998 untuk menentukan konsentrasi klorofil-a dan algoritma
ATBD 25 MODIS untuk menentukan suhu permukaan laut. Penentuan zona tangkapan ikan
dengan menggunakan parameter oseanografi dari titik penangkapan ikan. Pada bulan April,
daerah potensi banyak ikan ditandai dengan nilai klorofil-a lebih besar dari 0,00003 mg/L dan
suhu permukaan laut berkisar antara 28,2⁰C – 30⁰C dan pada bulan Juni, daerah potensi
banyak ikan ditandai dengan nilai klorofil-a lebih besar dari 0,0002 mg/L dan suhu
permukaan laut berkisar antara 27,9⁰C – 31⁰C. Data citra yang diamati dari tahun 2010-2013
pada bulan April dan Juni. Hasil penentuan daerah potensi banyak ikan dari tahun 2010
sampai 2013, pada bulan April, daerah potensi banyak ikan menyebar di daerah pesisir
Pasuruan, pesisir Probolinggo bagian timur dan barat, Sidoarjo bagian selatan, dan pesisir
Situbondo daerah barat dan pada bulan Juni, daerah potensi banyak ikan di Selat Madura
menyebar dari pesisir Surabaya sampai Sidoarjo, pesisir Pasuruan bagian timur, pesisir
Probolinggo bagian timur, pesisir Pamekasan bagian timur dan Tanjung Pecinan Situbondo.
Kata kunci: fishing ground, algoritma, klorofil-a, suhu permukaan laut, TERRA MODIS,
Hasil tangkapan ikan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki luas wilayah hampir dua pertiganya berupa laut, oleh
karena itu sering disebut sebagai negara maritim. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dalam potensi sumberdaya perikanan dan kelautan. Menurut hasil
evaluasi berdasarkan data dan informasi yang ada sampai saat ini secara keseluruhan
menunjukkan perkiraan potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 6,6 juta ton/tahun
dengan perkiraan sebesar 4,5 juta ton/tahun terdapat di perairan ZEE Indonesia (Murrachman
2006). Kota Probolinggo merupakan kota Minapolitan (kota ikan). Wilayah Probolinggo
memiliki garis pantai sepanjang 7 km dan wilayah perairan sepanjang 20 km. Wilayah
perairan terletak di selat Madura yang merupakan daerah penangkapan dominan bagi nelayan
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
di Probolinggo serta berhubungan langsung dengan Laut Jawa. Produksi perikanan laut
Probolinggo tahun 2009 sebesar 42201,00 ton, tahun 2010 sebesar 36087,80 ton dan tahun
2011 sebesar 17341,63 ton (BPS Kota Probolinggo 2012). Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Mayangan merupakan salah satu pelabuhan ikan tempat seluruh transaksi perikanan tangkap
di kota Probolinggo karena terdapat fasilitas yang mendukung seperti pasar ikan, pabrik es,
akses jalan mudah dan lain-lain sehingga aktivitas perekonomian perikanan nelayan berpusat
di sana (Faisol 2012).
Akan tetapi, masih kurangnya teknologi yang digunakan oleh nelayan Indonesia
mengakibatkan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan kurang maksimal.
Bagi nelayan negara maju, pemakaian satelit oseanografi yang menampilkan citra suhu
permukaan laut (SPL) dan sebaran klorofil, sering digunakan untuk memudahkan dalam
mencari daerah tangkapan ikan yang potensial. Nelayan Indonesia sendiri melakukan kegiatan
produksinya masih mengandalkan naluri dan pengalaman turun menurun untuk menangkap
ikan. Disamping itu, pemakaian teknologi maju seperti GPS (Global Positioning System)
sebagai alat bantu navigasi yang dapat memandu mencari lokasi yang ditunjukkan citra satelit
oseanografi, sampai saat ini masih langka digunakan oleh nelayan di Indonesia (Syamsudin
2006).
Oleh karena itu, perlu adanya sebuah penelitian untuk membantu memaksimalkan
perkembangan perikanan serta membantu masyarakat pada umumnya para nelayan untuk
memprediksi daerah potensi ikan. Dengan pemakaian satelit oseanografi, akan didapatkan
parameter-parameter yang dapat membantu memprediksi daerah potensi tangkapan ikan.
Parameter oseanografi seperti suhu permukaan laut, salinitas, konsentrasi klorofil laut, cuaca
dan sebagainya, berpengaruh pada pergerakan air laut baik secara horisontal maupun vertikal.
Parameter – parameter laut yang dapat diperoleh dengan penggunaan data penginderaan jauh
akan lebih cepat, efektif, efisien dan dapat mencakup wilayah cakupan yang lebih luas.
Penentuan posisi tangkapan ikan dapat diprediksi dari parameter suhu permukaan
laut, penyebaran klorofil-a dan arus. Suhu merupakan parameter lingkungan yang paling
sering dibutuhkan di laut karena berguna dalam mempelajari proses-proses fisik,kimia, dan
biologi yang terjadi di laut. Pola distribusi suhu permukaan laut dapat digunakan untuk
mengindentifikasi parameter-parameter laut seperti arus, upwelling dan front. Front yaitu
pertemuan antara dua massa air yang mempunyai karakteristik yang berbeda, baik temperatur
maupun salinitas. Sedangkan upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan
dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin,
salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji 1993).
Dengan melihat besarnya potensi ikan di perairan Probolinggo, maka dilakukan
penelitian pada daerah tersebut untuk mengetahui zona tangkapan ikan yang ditunjukkan dari
parameter oseanografi dan menggunakan citra satelit. Parameter yang digunakan yaitu
distribusi spasial suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a untuk analisis
pemetaan zona tangkapan ikan (fishing ground) khususnya ikan pelagis agar memudahkan
dan menambah efektivitas nelayan Probolinggo dalam penangkapan ikan.
METODE PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang penentuan tangkapan ikan dengan menggunakan paramaeter
oseanografi dan menggunakan citra satelit TERRA MODIS di daerah perairan Probolinggo
dengan koordinat lintang 7°20'28.41"S sampai 7°41'6.74"S dan bujur 113° 6'29.97"E
sampai 113°34'45.27"E. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 April 2013, 28 April
2013 dan 26 Juni 2013. Pada tanggal 21 April 2013, waktu penelitian dimulai pukul 04.00
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
BBWI sampai 11.00 BBWI. Tanggal 28 April 2013, penelitian dimulai pukul 03.30 BBWI
sampai 15.30 BBWI. Untuk tanggal 26 Juni 2013, penelitian dimulai pukul 03.30 BBWI
sampai dengan 10.00 BBWI.
Spot 1
Spot 2
Spot 3
P. Gili Ketapang
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Keterangan Gambar :
Spot 1 = Pengambilan data pada tanggal 21 April 2013 sebanyak 1 sampel air.
Spot 2 = Pengambilan data pada tanggal 28 April 2013 sebanyak 3 sampel air.
Spot 3 = Pengambilan data pada tanggal 26 Juni 2013 sebanyak 4 sampel air.
Data dan Peralatan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Data citra MODIS untuk menghitung suhu permukaan laut dan klorofil-a di
daerah perairan Probolinggo.
2. Data sensor zenith MODIS untuk pengolahan Suhu Pemukaan Laut
3. Peta vektor Indonesia skala 1: 1.000.000 untuk proses geometrik citra satelit.
4. Data parameter oseanografi (suhu permukaan laut, salinitas, dan derajat
keasaman) in-situ.
5. Data koordinat lokasi tangkapan ikan, dan data hasil tangkapan ikan.
6. Data hasil tangkapan ikan harian tahun 2013 beserta nama jenis ikan dari BPS
Kota Probolinggo 2012.
7. Data hasil tangkapan ikan bulanan tahun 2010-2013 beserta nama jenis ikan dari
Departemen Kelautan dan Perikanan Kota Probolinggo.
8. Data hasil tangkapan ikan pertahun dari tahun 2010-2011 beserta nama jenis ikan
dari Tempat Pelelangan Ikan Probolinggo.
9. Data Kelompok Usaha Bersama (KUB) Perikanan Tangkap tahun 2013 dari
Departemen Kelautan dan Perikanan Kota Probolinggo.
Alat Hardware dan software yang digunakan dalam penelitian:
- Termometer
- Perahu nelayan
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
- Jaket pelampung
- GPS Handheld Garmin e-Trek
- Wadah Air Sampel 2L
- Benang senar
- Kamera Digital
- ENVI 4.6.1
- ArcView GIS 3.3
- Microsoft Office 2007
Pengolahan Data
Pengambilan dan Pengolahan Data In-situ
Data lapangan dalam penelitian ini diambil dari hasil penelitian lapangan pada bulan April
2013 dan pada bulan Juni 2013. Pengambilan data lapangan berupa sampel air 2 liter yang
selanjutnya diujikan di laboratorium untuk mengetahui klorofil-a, salinitas dan derajat
keasaman (pH). Pengambilan data juga menggunakan thermometer laboratorium untuk
mengetahui suhu permukaan lautnya pada saat tersebut. Data lapangan yang selanjutnya yaitu
koordinat titik dari penyebaran jaring ikan, pengambilan sampel air serta pengukuran suhunya.
Pengukuran dilakukan pada saat nelayan menyebarkan jaring ikan.
Pengolahan Citra
Algoritma MODIS untuk Perhitungan Klorofil-a
Algoritma yang digunakan dalam pengolahan nilai konsentrasi klorofil yang mengacu pada
algoritma O’Reilly et al. (1998).
Log (klor)=0.283 – 2.753*R + 1.457* R2+ 0.659*R3–1.403*R4.....(1)
Dimana
R = rasio reflaktan band 9 dan 12
:
Algoritma MODIS untuk Suhu Permukaan Laut
Algoritma yang digunakan dalam pengolahan suhu permukaan laut yang mengacu pada
Algorithm Theoretical Basic Document Modis 25 (ATBD 25) dengan persamaan sebagai
berikut:
SPL=c1+c2*(T31-273)+c3*(T31-T32)*(T20-273)+c4*(T31-T32)*(1/cosθ-1) ..............(2)
Dimana :
T20 adalah tingkat kecerahan suhu band 20 (BT)
T31 adalah tingkat kecerahan suhu band 31 (BT)
T32 adalah tingkat kecerahan suhu band 32 (BT)
c1, c2, c3 dan c4 adalah koefisien suhu permukaan laut
θ adalah sudut zenith satelit
Tabel 1. Koefisien untuk MODIS band 31 dan 32 Algoritma SPL
(Sumber : Brown and Minnet, 1999)
Koefisien
ΔT ≤ 0.7
ΔT > 0.7
C1
C2
C3
C4
1,228552
0,9576555
0,1182196
1,774631
1,692521
0,9558419
0,0873754
1,199584
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Sehingga, untuk menghitung suhu permukaan laut, band harus dikonversi menjadi suhu
kecerahan air dahulu dengan menggunakan persamaan invers fungsi Planck yaitu sebagai
berikut :
Tb = c2/ (Vi * ln(c1/ (Vi5 * radiansi) + 1)) ........(3)
Dimana
Tb
=
suhu kecerahan air (oK)
c1,c2
=
konstanta radiasi, dimana nilai c1 adalah 1,1910659x108 [W m-2 sr-1 (μm-1)-4 ],
dan nilai c2 adalah 1,438833x104 [K μm]
Vi
=
panjang gelombang pusat (central wavelength),
Radiansi =
merupakan band MODIS yang akan dihitung nilai suhu kecerahan airnya.
Tahapan Penelitian
Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2 Diagram Alir Tahapan Penelitian
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Hasil Tangkapan Ikan Kota Probolinggo
Probolinggo merupakan kota di wilayah provinsi Jawa Timur yang daerah utaranya
berbatasan dengan selat Madura. Karena letaknya tersebut, Probolinggo memiliki program
untuk menjadi kota Minapolitan atau kota ikan dengan mengembangkan pembangunannya
disektor perikanan dan kelautan. Untuk itu, di Probolinggo terdapat sebanyak 38 Kelompok
Usaha Bersama (KUB) Perikanan Tangkap dengan anggota lebih dari 570 orang. Pendapatan
perikanan tangkap kota Probolinggo juga sangat besar. Pada tahun 2008, hasil tangkapan
ikannya sebanyak 42777,62 ton. Hasil tersebut menurun untuk tahun sesudahnya. Pada tahun
2011, hasil tangkapan ikannya sebanyak 17341.63 ton.
Pada tahun 2012, hasil produksi ikan tangkap Probolinggo sebanyak 10200,896. Jenis
ikan yang ditangkap pada tahun 2012 ini yaitu jenis ikan kurisi, sebanyak 1763,31 ton.
Selanjutnya jenis ikan merah/bambangan dengan hasil sebanyak 1564,50 ton. Untuk tahun
2013 triwulan pertama, hasil produksi ikan sebanyak 3786,873 ton dengan jenis ikan
terbanyak yaitu ikan layang sebanyak 887,248 ton. Jenis ikan lainnya yang terbanyak yaitu
ikan kurisi dengan hasil sebanyak 361,856 ton, ikan merah/bambangan dengan hasil sebanyak
347,659 ton dan ikan peperek/perek dengan hasil sebanyak 227,863 ton. Sehingga di kota
Probolinggo, jenis tangkapan ikan terbanyak yaitu jenis ikan kurisi, jenis ikan
merah/bambangan, ikan layang, ikan angoli/kakap, ikan peperek/perek dan ikan manyung.
Musim penghujan di Probolinggo termasuk musim yang sesuai untuk kegiatan melaut
juga bisa disebabkan karena resiko keselamatan nelayan. Pada musim kering/kemarau, di
daerah Probolinggo terdapat angin yang berhembus dari timur tenggara dengan kecepatan
yang cukup kencang, hampir 81 km/jam. Angin ini dinamai oleh masyarakat sekitar angin
gending. Fenomena angin gending ini hanya terjadi di Probolinggo, tidak terjadi di kota-kota
lain. Angin ini bisa membahayakan nelayan sekitar dikarenakan bisa menyebabkan ombak
laut setinggi 3 m. Sehingga pada musim kemarau tidak banyak nelayan yang berangkat
melaut. Ini menyebabkan jumlah produksi ikan menurun pada bulan-bulan tersebut.
Analisis Hubungan Paramater Oseanografi in-situ dengan Hasil Tangkapan Ikan dan
Lokasi Penangkapan Ikan
Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Juni. Bulan April merupakan triwulan
kedua dan masih termasuk bulan yang sesuai untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan.
Berikut data hasil lapangan :
Tabel 2 Data hasil lapangan
Klorofil-a
(mg/L)
Koordinat (derajat)
No
1
Tanggal
21-Apr
2
3
28-Apr
Nama
Titik
Lintang
Bujur
Sampel 1
-7.683971
113.171918
Sampel 1
-7.700639
113.3796456
Sampel 2
-7.708749
113.390523
4
Sampel 3
-7.701827
113.364041
5
Sampel 1
-7.735333
113.3259793
Sampel 2
-7.735632
113.3308107
7
Sampel 3
-7.727091
113.332567
8
Sampel 4
-7.739976
113.3332268
6
26 Juni
Salinitas
(ppt)
SPL ( C)
Lapangan
Hasil
Tangkapan
Ikan (kg)
8.30
22.10
50
22.2
8.20
27.10
0.510
23
7.70
26.70
0.144
24
8.20
26.50
05.35
0.316
23.2
7.71
21.00
06.38
0.210
23.1
7.82
21.30
07.39
0.236
23
7.83
21.70
08.35
0.105
23.5
7.73
22.10
Waktu
(BBWI)
pH
Lapangan
Lapangan
09.30
0.549
24.4
06.05
0.263
08.04
11.07
184
115
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Pengambilan data di lapangan dilakukan dalam dua hari pada bulan April ini. Hari
pertama pada tanggal 21 April 2013. Penelitian dimulai pukul 04.00 BBWI dengan ikut
nelayan berangkat melaut dan kembali ke pelabuhan pukul 11.00 BBWI. Kapal yang
digunakan pada saat pengambilan data ini adalah KM Komando. Kapal ini kembali ke
pelabuhan lebih awal dari rencana melaut dikarenakan mesin kapal yang bermasalah. KM
Komando termasuk jenis kapal jonggrang. Dari kapal ini didapat ikan sebanyak 50 kg dengan
tiga kali menurunkan jaring. Untuk menghitung hasil tiap jaringnya, berat totalnya dibagi rata
dengan jumlah menyebar jaring. Ini dikarenakan tiap hasil jaring tidak dilakukan
penimbangan. Penimbangan dilakukan hanya pada saat mencapai pelabuhan. Hasil tiap
melempar jaring pada hari itu juga relatif sama, sehingga untuk mengetahui hasil per jaring,
berat total dibagi dengan tiap kali menurunkan jaring. Jadi tiap menurunkan jaring
mendapatkan 17 kg dan dari tiga titik diambil satu sampel air.
Pada tanggal 21 April 2013 dari data TPI Probolinggo, hasil tangkapan ikan dari kapal
purseseine sebanyak 15500 kg dari lima kapal motor harian yang melaut, sedangkan dari
kapal jonggrang 13568 kg. Dengan hasil ini, pada tanggal 21 April merupakan hari yang
berpotensi banyak ikan. Titik pengambilan data ini bisa digolongkan daerah yang berpotensi
banyak ikan. Namun hasil tangkapan ikan dari titik pengambilan data sedikit. Ini bisa
disebabkan pada saat menarik jaring ikan, mesin penarik jaring sering kali mati dan mesin
kapal juga sering mati, sehingga hasilnya kurang maksimal. Dari tiga kali menyebarkan
jaring, hanya satu titik penyebaran yang diambil sampel untuk mengetahui parameter
oseanografinya. Lokasi titik ini berada pada koordinat 7⁰41’2,3” LS dan 113⁰10’18,9”.
Kondisi oseanografi pada titik ini dengan nilai klorofil-a 0,549 mg/m3, suhu permukaan laut
sebesar 24,4 ⁰C, pH 8.30 dan salinitas sebesar 22,10 ‰.
Hari kedua tanggal 28 April 2013, penelitian dimulai pukul 03.30 BBWI sampai 15.30
BBWI. Kapal yang digunakan yaitu KM Lancar Jaya. Pada pengambilan kedua ini, tidak
terjadi masalah seperti pada hari pertama, sehingga kegiatan melaut sesuai dengan rencana.
Dari hari kedua ini didapatkan ikan sebanyak 184 kg dengan 8 kali penyebaran jaring dengan
titik lokasi yang berbeda. Dari data TPI Probolinggo pada hari tersebut, untuk kapal
purseseine tidak ada yang melakukan kegiatan melaut, sedangkan dari kapal jonggrang
sebanyak 1915 kg dari 6 kapal jonggrang harian. Sehingga lokasi ini bisa disebut lokasi
berpotensi besar mendapatkan ikan.
Dari 8 titik penyebaran jaring ini, hanya diambil tiga sampel untuk mengetahui
parameter oseanografinya. Sampel kesatu diambil pada saat menyebar jaring pertama. Sampel
kedua diambil pada saat penyebaran jaring yang ketiga. Sampel ketiga diambil pada saat
penyebaran jaring yang kelima. Dari ketiga sampel yang diambil, sampel yang kedua yang
paling banyak mendapatkan ikan, kemudian sampel kesatu dan yang mendapatkan ikan paling
sedikit diantara ketiga sampel itu adalah sampel ketiga. Tetapi perbedaan pendapatan ikan ini
tidak terlalu mencolok.
Kondisi oseanografi dari sampel kesatu untuk klorofil-a sebesar 0,263 mg/m3, suhu
permukaan lautnya 22,2 ⁰C, pH sebesar 8,20 dan untuk salinitas sebesar 27,10 ‰. Untuk
sampel kedua nilai klorofil-a sebesar 0,510 mg/m3, suhu permukaan laut sebesar 23⁰C, pH
sebesar 7,70 dan salinitasnya sebesar 26,70 ‰. Kondisi oseanografi untuk sampel ketiga nilai
klorofilnya sebesar 0,144 mg/m3, suhu permukaan lautnya sebesar 24⁰C, pH sebesar 8,20 dan
salinitasnya sebesar 26,50 ‰ (Tabel 4.1).
Hari ketiga dilakukan pada tanggal 26 Juni 2013 dengan menggunakan kapal
jonggrang KM Manis. Pengambilan dimulai pukul 03.30 BBWI sampai pukul 10.00 BBWI.
Ini selesai lebih cepat dari yang direncanakan dikarenakan kondisi mesin yang rusak, sehingga
harus ditarik kapal lain yang mau kembali ke pelabuhan untuk menurunkan muatan. Dari hari
ketiga ini, sampel yang diambil sebanyak empat sampel dengan hasil tangkapan ikan
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
sebanyak 115 kg dari empat kali menyebar jaring. Lokasi penangkapan ikan ini merupakan
lokasi potensi banyak ikan. Meskipun banyaknya nelayan yang menjaring ikan dilokasi
tersebut, tetapi hasil ikan yang didapat dari penelitian banyak. Menurut hasil di TPI
Probolinggo, hasil tangkapan ikan dari kapal purseseine sebesar 2338 kg dari kapal harian dan
dari kapal jonggrang sebesar 10987 kg dari 18 kapal harian, 1 kapal box.
Kondisi parameter oseanografi dari sampel 1 dengan nilai kandungan klorofil-a 0,316
mg/m3 dengan suhu permukaan lautnya 23,2 ⁰C, pH sebesar 7.71 dan salinitas 21,00 ‰.
Untuk sampel 2, nilai kandungan klorofil-a sebesar 0,210 mg/m3 dengan suhu permukaan laut
23,1⁰C, pH 7,82 dan salinitas 21,30 ‰. Pada sampel 3 memiliki nilai kandungan klorofil-a
sebesar 0,236 mg/m3, suhu permukaan laut sebesar 23⁰C, pH 7,83 dan salinitas 21,70 ‰.
Yang terakhir, sampel 4, memiliki nilai klorofil-a sebesar 0,105 mg/m3, suhu permukaan laut
sebesar 23,5 ⁰C, pH 7,73 dan salinitas 22,10 ‰.
Dalam kondisi normal, nelayan kapal jonggrang harian di Probolinggo melakukan
kegiatan melaut pada pukul 03.00 BBWI berangkat dari pelabuhan dan kembali ke pelabuhan
pukul 15.00 BBWI. Daerah potensi ikan didapat dari perbandingan hasil tangkapan ikan dari
kapal jonggrang yang digunakan dalam penelitian dengan hasil tangkapan kapal jonggrang
harian lainnya dalam satu hari yang sama. Hubungan dari parameter oseanografi dan hasil
tangkapan ikan memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan nilai kandungan klorofil-a
dan nilai derajat keasaman yang mendekati netral. Untuk hubungan antara suhu permukaan
laut dan salinitas dengan hasil tangkapan ikan memiliki perbandingan yang kurang signifikan.
Daerah potensi banyak ikan pada perairan Probolinggo ini ditunjukkan dengan nilai klorofil-a
yang tidak besar yaitu 0,2-0,5 mg/m3, suhu permukaan yang dingin dengan rentan 22⁰C –
25⁰C dan derajat keasaman 7,70 – 8,00 dengan salinitas rendah sebesar 21,00‰ - 26,70‰
pada bulan April dan Juni atau triwulan II.
Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan (Fishing Ground)
Untuk penentuan zona fishing ground mengacu pada parameter oseanografi dari data
lapangan dengan hasil tangkapan. Daerah potensi banyak ikan ditunjukkan dengan nilai
klorofil-a berkisar 0,2-0,5 mg/m3, suhu permukaan laut dengan rentang 22⁰C – 25⁰C dan
derajat keasaman 7,70 – 8,00 dengan salinitas rendah sebesar 21,00‰ - 26,70‰. Dari hasil
parameter in-situ ini akan digunakan sebagai klasifikator pada hasil pengolahan citra untuk
mengetahui zona potensi penangkapan ikan. Akan tetapi, dari data hasil pengolahan citra dan
data hasil in-situ terdapat selisih yang sangat besar. Sehingga untuk penentuan zona potensi
penangkapan ikan, digunakan parameter oseanografi hasil pengolahan citra dari tiga spot
pengambilan data sebagai acuan zona potensi banyak ikan. Tiga spot tersebut berdasarkan
pada pengambilan data yang dilakukan di lapangan dengan hasil tangkapan ikan banyak. Spot
pertama yaitu pada pengambilan data tanggal 21 April 2013. Spot kedua yaitu pada tanggal 28
April 2013 dan spot ketiga pada tanggal 26 Juni 2013. Zona potensi penangkapan ikan yang
dipetakan hanya pada bulan April dari tahun 2010 sampai 2013 yang berdasarkan spot 1 dan
2, dan pada bulan Juni dari tahun 2010 sampai 2013 berdasarkan spot 3.
Pada bulan April dari data spot 1 dan 2, daerah potensi banyak ikan ditandai dengan
nilai klorofi-a dari 0,000027-0,0045 mg/L dan suhu permukaan laut berkisar antara 28,5⁰C –
30⁰C. Menurut Hasyim 2009, dengan menggunakan data citra NOAA-AVHRR dari tahun
1996-2005, pada bulan April terjadi thermal front pada suhu berkisar 28,2⁰C – 30⁰C,
sehingga mengacu dari spot lapangan dan hasil peneltian Hasyim 2005, klasifikasi zona
potensi banyak ikan dengan kriteria klorofil-a lebih besar dari 0,00003 dan suhu permukaan
laut berkisar antara 28,2⁰C – 30⁰C.
Pada bulan Juni dari data spot 3, daerah potensi banyak ikan ditandai dengan nilai
klorofi-a dari 0,0002-0,003 mg/L dan suhu permukaan laut berkisar antara 27,9⁰C – 28⁰C.
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Menurut Hasyim 2009, dengan menggunakan data citra NOAA-AVHRR dari tahun 19962005, pada bulan April terjadi thermal front pada suhu yang tinggi berkisar 29⁰C – 31⁰C,
sehingga mengacu dari spot lapangan dan hasil peneltian Hasyim 2005, klasifikasi zona
potensi banyak ikan dengan kriteria klorofil-a lebih besar dari 0,0002 dan suhu permukaan
laut berkisar antara 27,9⁰C – 31⁰C.
Pada bulan April 2010, daerah potensi banyak ikan di Selat Madura menyebar di
sepanjang pesisir Sidoarjo, Gresik, Surabaya, pesisir Pasuruan bagian barat, pesisir tengah
kota probolinggo dan pesisir bagian barat Situbondo. Di Sidoarjo, daerah potensi banyak ikan
menyebar dari sepanjang pesisir utara sampai selatan dan 6 km dari pesisir. Untuk Kota
Gresik, daerah potensi banyak ikan hanya menyebar di daerah pesisir pabrik Maspion sampai
2 km ke arah tengah Selat. Di Surabaya, daerah potensi banyak ikan berada di daerah teluk
Lamong dan di Probolinggo, daerah potensi banyak ikan terdapat di pesisir pulau Gili dan
pelabuhan Probolinggo. Daerah potensi banyak ikan yang paling banyak pada tahun ini berada
di daerah pesisir PPI Besuki Situbondo sampai jarak dari pesisir hingga 10 km ke tengah
Selat.
Pada bulan April 2011, daerah potensi banyak ikan tersebar lebih sedikit daripada
tahun 2010. Daerah potensi banyak ikan itu tersebar sekitar pesisir bagian tengah Pasuruan,
pesisir bagian barat Probolinggo dan pesisir bagian barat Situbondo. Untuk wilayah Pasuruan,
daerah potensi menyebar dari tengah kota ke bagian timur kota sampai jarak 6 km dari pesisir.
Di kota Probolinggo, daerah potensi banyak ikan menyebar dari tengah kota menuju barat
sampai jarak 2 km dari pesisir menuju ke tengah selat.
Pada bulan April 2012 dengan citra tanggal 29 April 2012, menunjukkan persebaran
daerah potensi banyak ikan lebih banyak daripada daerah potensi sedikit ikan. Daerah potensi
banyak ikan banyak menyebar di tengah selat Madura karena pada daerah pesisir suhu
permukaan lautnya lebih panas. Pada daerah Probolinggo banyak terdeteksi sebagai daerah
potensi sedikit ikan. Ini dikarenakan pada citra satelit terdapat awan tipis yang tidak dapat
dieliminasi oleh proses cloud masking, sehingga menunjukkan suhu permukaan laut yang
lebih rendah dari sekitarnya.
Pada bulan April 2013, dari citra tanggal 29 April 2012 menunjukkan daerah potensi
banyak ikan menyebar di daerah pesisir Sidoarjo bagian barat, Pasuruan, Probolinggo dan
pesisir bagian barat Situbondo. Pada daerah Sidoarjo dan Pasuruan, persebaran daerah potensi
banyak ikan menyebar dari daerah pesisir sampai ke tengah Selat Madura. Untuk daerah
Probolinggo, daerah potensi banyak ikan menyebar di daerah pesisir bagian barat sampai ke
tengah Selat Madura, pesisir bagian tengah sampai 5 km dari pesisir Pulau Gili dan pesisir
bagian timur sampai 10 km ke tengah Selat. Di daerah Situbondo, daerah potensi banyak ikan
hanya terdapat di daerah pesisir PPI Besuki sampai 10 km ke tengah Selat.
Dari hasil penentuan daerah potensi banyak ikan dari tahun 2010 sampai 2013 pada
bulan April, daerah potensi banyak ikan menyebar di daerah pesisir Pasuruan, pesisir
Probolinggo bagian timur dan barat, Sidoarjo bagian selatan, dan pesisir Situbondo daerah
barat. Pada penelitian Hasyim 2009, zona potensi penangkapan ikan pada bulan April banyak
terdapat di pesisisr Besuki Situbondo, Sidoarjo, pesisir bagian timur Pasuruan, pesisir bagian
barat dan timur Probolinggo, dan di tengah Selat Madura.
Pada bulan Juni 2010, daerah potensi banyak ikan banyak menyebar di hampir
sepanjang pesisir dari Surabaya sampai Situbondo dan sepanjang pesisir Pulau Madura.
Persebaran daerah potensi ini memiliki jarak 1 – 3 km dari pesisir menuju tengah Selat. Pada
bulan ini, daerah potensi paling banyak berkumpul di pesisir Pasuruan dan di pesisir selatan
Pamekasan. Untuk daerah lainnya, daerah potensi hanya berjarak 1-2 km dari pesisir ke
tengah selat.
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Pada bulan Juni 2011, penyebaran daerah potensi banyak ikan menyebar di pesisir
Probolinggo daerah timur dan pesisir Pulau Gili, pesisir Pasuruan bagian timur, sepanjang
pesisir Surabaya sampai pesisir Sidoarjo bagian utara, pesisir pesisir perbatasan Bangkalan
dan Sampang, dan pesisir Pamekasan. Untuk daerah tengah selat Madura, didominasi daerah
potensi sedikit sedikit ikan. Daerah potensi banyak ikan berkumpul paling banyak di daerah
pesisir Pamekasan bagian selatan.
Pada bulan Juni tahun 2012, daerah potensi banyak ikan menyebar di sepanjang pesisir
Surabaya sampai perbatasan Sidoarjo, pesisir Pasuruan bagian atas dan timur, pesisir
Probolinggo bagian tengah dan timur, pesisir Bangkalan sampai perbatasan Sampang, pesisir
tanjung Pecinan Situbondo dan pesisir Pamekasan. Dari daerah ini, daerah potensi banyak
ikan banyak mengumpul di pesisir Pamekasan bagian timur. Untuk daerah tengah selat,
didominasi daerah potensi sedikit ikan.
Pada bulan Juni 2013, daerah potensi banyak ikan menyebar di sepanjang pesisir
Surabaya sampai Situbondo, pada pesisir Bangkalan sampai Sumenep dan Selat Madura
bagian timur. Untuk Selat Madura bagian Barat, banyak didominasi daerah potensi sedikit
ikan. Daerah potensi sedikit ikan di Selat Madura ini menyebar dari utara Probolinggo ke
timur sampai utara Situbondo.
Dari tahun 2010 sampai 2013 pada bulan Juni, daerah potensi banyak ikan di Selat
Madura menyebar dari pesisir Surabaya sampai Sidoarjo, pesisir Pasuruan bagian timur,
pesisir Probolinggo bagian timur, pesisir Pamekasan bagian timur dan Tanjung Pecinan
Situbondo. Dari penelitian Hasyim 2009, zona potensi penangkapan ikan di Selat Madura
menyebar di tengah Selat Madura, pesisir Surabaya, pesisir Pamekasan dan Tanjung Pecinan
Situbondo
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian tentang analisis pemetaan zona penangkapan ikan (fishing
ground) dengan menggunakan citra satelit TERRA MODIS dan parameter oseanografi, dapat
diambil kesimpulan:
1. Dari bulan April dari tahun 2010 sampai tahun 2013, pola suhu permukaan laut
dari hasil pengolahan citra hampir sama dengan suhu dominan berkisar antara
27⁰C -30⁰C dan untuk suhu permukaan laut pada bulan Juni dari tahun 2010
sampai 2013 mengalami kenaikan dengan nilai suhu permukaan laut dominan
tahun 2010 terendahnya bernilai 27⁰C dan untuk tahun 2013 nilai suhu dominan
terendahnya bernilai 28⁰C. Untuk nilai suhu dominannya berkisar antara 27⁰C 29⁰C.
2. Dari bulan April dari tahun 2010 sampai tahun 2013, nilai konsentrasi klorofil-a
dari hasil pengolahan citra dominan mengalami penurunan dari nilai dominan
terendah 0,001 mg/L menjadi 3x10-6 mg/L dan untuk bulan Juni nilai klorofil-a
juga mengalami penurunan. Nilai klorofil-a pada bulan April dan Juni dari tahun
2010 sampai 2013 semakin menurun dan nilai klorofil-a dominan terendahnya
0,0002 mg/L menjadi 0,00003 mg/L .
3. Hasil penentuan daerah potensi banyak ikan dari tahun 2010 sampai 2013, pada
bulan April, daerah potensi banyak ikan menyebar di daerah pesisir Pasuruan,
pesisir Probolinggo bagian timur dan barat, Sidoarjo bagian selatan, pesisir
Situbondo daerah barat dan pada bulan Juni, daerah potensi banyak ikan di Selat
Madura menyebar dari pesisir Surabaya sampai Sidoarjo, pesisir Pasuruan bagian
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
timur, pesisir Probolinggo bagian timur, pesisir Pamekasan bagian timur dan
Tanjung Pecinan Situbondo.
Saran
Berdasarkan dari penelitian analisis pemetaan zona penangkapan ikan (fishing ground)
dengan menggunakan citra satelit TERRA MODIS dan parameter oseanografi disarankan :
1. Perlu banyaknya data penyebaran titik penangkapan ikan yang dilakukan nelayan
sehingga dapat diketahui daerah penangkapan beserta kondisi oseanografinya
untuk mendapatkan data daerah tangkapan yang lebih akurat.
2. Perlu adanya penelitian suhu permukaan laut yang dilakukan berkala dan
menggunakan alat pengukur suhu yang lebih teliti.
3. Dalam pengambilan sampel air untuk menguji parameter oseanografi, sebaiknya
jarak waktu antara pengambilan data dan pengujian kurang dari 24 jam untuk
menghindari perubahan zat pada sampel air.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Khairul. 2002. Hubungan Kondisi Oseanografi (SPL, Klorofil-a dan arus) Dengan
Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil Studi Kasus:Selat Sunda. Thesis. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Arafah, Feny. 2011. Modifikasi Algoritma AVHRR Untuk Estimasi Suhu Permukaan Laut
(SPL) Citra Satelit TERRA MODIS. Tugas Akhir – Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Badan Pusat Statistika Kota Probolinggo. 2012. Kota Probolinggo Dalam Angka 2012.
Brown, O. B dan P. J. Minnet. 1999. MODIS Infrared Sea Surface Temperature Algorithm.
ATBD Version 2.0. Hal 5. University of Miami. Miami. vii + 98 h.
Curran, P.J., Dungan J.L., Macler B.A., and Plummer S.E.1985. “The effect of a read leaf
pigment on the relationships between red edge and chlorophyll concentration”.
Remote Sensing of Environment, Vol. 35, hal. 69-76.
Dahuri R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut; Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.
Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Departemen Kelautan dan Perikanaan RI Kota Probolinggo. 2011.
Faisol, Ahmad. 2012. Probolinggo, Kota Ikan yang Terus Berbenah, Kompas online :
<URL:http://regional.kompas.com/read/2012/12/10/23100018/Probolinggo.Kota.Ikan.
yang.Terus.Berbenah>
Dikunjungi pada tanggal 11 Februari 2013, jam 19.00 BBWI.
Fauziyah dkk., 2010. “Densitas Schooling Ikan Pelagis pada Musim Timur Menggunakan
Metode Hidroakustik di Perairan Selat Bangka”. I; Jurnal Penelitian Sains Volume 13
Nomer 2(D) 13210
Hasyim, Bidawi. 2009. Pengelolaan Zona Penangkapan Ikan Di Selat Madura Dan Sekitarnya
Dengan Pendekatan Spasial dan Temporal. Desertasi – Institut Pertanian Bogor
Hendra, Briliana dkk. 2011. Modfikasi Algoritma AVHRR Untuk Estimasi Suhu Permukaan
Laut (SPL) Citra Aqua MODIS. Tugas Akhir – Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Hutabarat, S dan Stewart M. E. 1984. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 159 halaman.
Jaya. I.N.S. 2002. Penginderaan Jauh Satelit untuk Kehutanan. Laboratorium Inventarsisasi
Hutan, Jurusan Manjemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Janssen, L.F.L and Huurneman C.G. 2001. Principles of Remote Sensing. ITC Educational
Texbooks Series. ITC, Enshede, Netherlands.
Lillesand dan Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri (Penerjemah).
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
MODIS. 2005. Handbook MODIS. http://www.MODIS.gsfc.nasa.gov
Mustafa, A.J. 2004. MODIS, Mengamati Lingkungan Global dari Angkasa,Kompas online :
<URL:http://www.beritaiptek.com/messages/artikel/719062004em.shtml>
Dikunjungi pada tanggal 4 Oktober 2011, jam 19.00 BBWI.
Murrachman. 2006. Diktat Kuliah Fish Handling. Jilid I. Fakultas Perikanan. Universitas
Brawijaya. Malang.
Nelwan A. 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan Ikan;
Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut
Pertanian Bogor.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Pentury, R. 1997.Algoritma pendugaan Konsentrasi klorofil di perairan teluk ambon
menggunakan citra Landsat TM. Program studi Teknik Kelautan Program Pasca
Sarjana IPB : Bogor.
Prasasti, I., Bambang T., dan Uyun M. 2005. “Sensivitas Beberapa Algoritma Dan KanalKanal Data Modis Untuk Deteksi Sebaran Klorofil”. Pertemuan Ilmiah Tahunan
MAPIN XIV, TIS:113-122
Presetiahadi, K. 1994. Kondisi Oseanografi Perairan Selat Makassar pada Juli 1992 (Musim
Timur). Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan IPB.
Bogor
Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: Grasindo
Realino, B., Sri Suryo S., dan Widodo S.P.2005. Peningkatan Informasi Daerah Penangkapan
Ikan Melalui Integrasi Teknologi Inderaja Permodelan Hidrodinamika dan Bioakustik.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Siddik, A. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Medan. Universitas Sumatera Utara
Suwargana, N., Muchlisin A. 2004. “Penentuan Suhu Permukaan Laut dan Konsentrasi
Klorofil Untuk Pengembangan Model Prediksi SST/Fishing Ground Dengan
Menggunakan Data MODIS”. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra
Digital 1, 1:1-13
Suyedi R. 2001. “Sumber Daya Ikan Pelagis”. Makalah Falsafah Sains (PPs 702). Program
Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor.
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Syamsudin, F. 2006. Satelit Oseanografi Untuk Nelayan. Dipublikasikan pada
edisi:Vol.6/XVIII/Mar
2006,
<URL:http://io.ppijepang.org/v2/index.php?option=com_k2&view=item&id=168:sate
lit-oseanografi-untuk-nelayan>.
Dikunjungi pada tanggal 25 Oktober 2011, jam 18.00 BBWI.
www.id.wikipedia.org/Probolinggo
Walpole, R.E. (edisi ketiga) 1995. Pengantar Statistika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Wibisono, M.S. 2004. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: PT. Grasindo. 226 halaman
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-13
Download