1 Depresi Lanjut Usia Di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia

advertisement
Depresi Lanjut Usia Di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Joko Ribut Sutrisno1)
1)
Mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta
Abstrak
Masalah depresi yang terjadi pada lansia sering kali tidak di ketahui dan tidak
ditangani dengan baik. Kesulitan untuk mengidentifikasi ini karena perbedaan
pola gejala antara tiap kelompok umur dan jarang pasien yang mau mengakui
bahwa dirinya mengalami depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran depresi yang terjadi pada lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar.Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif
deskriptif dengan desain “Case Study” yang mengunakan sampel lansia yang
mengalami depresi, cara yang digunakan untuk mengetahui depresi lansia dengan
cara melakukan pengkajian dengan menggunkan GDS (Geriatric Depression
Scale). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua lansia depresi mengalami
perasaan sedih, karenakan di tinggal oleh yang disayangi, lansia yang mengalami
depresi pola aktivitas dan kegiatanya juga banyak mengalami penurunan. Hal ini
dapat dikaitkan dengan kondisi kesehatan lansia depresi, kondisi lansia depresi
tidak cukup baik karena lansiadepresi sering mengeluhkan sakit kepala atau
pusing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa depresi yang dialami oleh lansia
disebabkan oleh kehilangan orang yang disayangi, mereka mengalami perasaan
sedih yang sangat mendalam, perawat dalam mengatasi depresi lansia menerakan
managemen keperawatan tentang asuhan keperawatan gerontik dan berbagai
macam terapi, tindakan yang diberikan perawat untuk mengatasi depresi lansia
menerapkan asuhan keperawatan gerontik dan berbagai macam terapi, kendala
yang muncul saat mengatsi depresi diantaranya kesulitan dalam memberikan
makanan, obat, dan pada saat pasien mengamuk.
Kata Kunci : Depresi, Lanjut Usia, Panti Wreda
1
mengalami depresi sedang sebanyak
18%, yang mengalami depresi berat
sebanyak 10,8%, dan depresi sangat
berat sebanyak 3,2%, dan pada lanjut
usia yang berada di dua kota pulau
jawa didapatakan data bahwa 33,8%
memeliki
depresi
(Soejono,
Prubosuseno & Sari 2006 dalam
Marta 2012).
Penelitiaan sebelumnya yang
pernah dilakukan oleh (Marta 2012)
di Panti Wreda Darma Bakti
Surakarta didapatkan hasil tingkat
depresi lansia menunjukan sebagian
besar lanjut usia mengalami depresi
sedang
sebanyak
48%,
ini
membuktikan bahwa lansia yang ada
di Panti Wreda tingkat depresinya
juga tinggi (Marta 2012).
Dapat dilihat dari konteks ke
Indonesian pada umumnya lanjut
usia
sering
kali
menghayati
penempatan lansia sebagai bentuk
pengasingan dan pemisahan dari
perasaan kehangatan yang terdapat
dari keluarga, apalagi lanjut usia
yang masih punya anak dengan
kondisi hidup berkecukupan. Nilainilai seperti anak harus berbakti
kepada orang tua yang masih kuat
mangakar pada masyarakat, menjadi
beban tersendiri bagi lanjut usia
untuk melepaskan ketergantungan
dari
anak-anaknya.
Perasaanperasaan negatif akan muncul dalam
benak lansia, perasaan kecewa, tidak
dihargai, sedih, dendam, marah, dan
sebagainya. Sikap bersabar dan
mencoba menerima kondisi hidup
apa adanya merupakan obat penawar
yang cukup efektif untuk gejala
pendek, akan tetapi sikap sabar tidak
dengan sendirinya atau secara
otomatis
akan
menghilangkan
perasaan-perasaan tersebut, sikap
sabar
tidak
lain
merupakan
PENDAHULUAN
Masalah depresi merupakan
gangguan kesahatan jiwa yang paling
utama. Hal ini sangat penting untuk
diperhatikan karena orang yang
mengalami depresi produktifitasnya
akan menurun dan ini sangat buruk
akibatnya buat suatu masyarakat,
bangsa dan negara yang sedang
membagun.
Seseorang
yang
mengalami depresi merupakan orang
yang sangat menderita, dan depresi
merupakan faktor utama penyebab
bunuh diri (Hawari 2011). Masalah
depresi juga merupakan gangguan
afek yang sering terjadi pada lansia
dan merupakan salah Satu gangguan
emosi. Gejala depresi pada lansia
dapat terlihat seperti lansia mejadi
kurang bersemangat dalam menjalani
hidupnya, mudah putus asa, aktivitas
menurun, kurang nafsu makan, cepat
lelah dan susah tidur pada malam
hari (Nugroho 2012).
Permasalahan mental yang
biasanya sering terjadi pada lansia
adalah depresi. Prevalensi depresi
pada lansia dipelayanan kesehatan
primer yaitu 5 sampai 17%,
sementara prevalensi depresi pada
lansia yang mendapat pelayanan
asuhan rumah (Home Care) adalah
13,5%. Prevalensi depresi lanjut usia
lebih tinggi di ruang perawatan dari
pada yang ada dimasyarakat. Lansia
yang mendapatkan perawatan jangka
panjang memiliki tingkat depresi
yang lebih tinggi dari pada
dimasyarakat (Soejono, Prubosuseno
2006 dalam Marta 2012).
Data prevalensi depresi pada
lanjut usia di Indonesia cukup tinggi,
kejadiaan diruang akut geriatri
sebanyak 76,3% dengan proporsi
pasien geriatri yang mengalami
depresi ringan sebanyak 44,1%, yang
2
3
mekanisme pertahanan ego yang
dinamakan represi dan suatu tertentu
perasaan-perasaan tersebut akan
muncul pada lanjut usia dan akan
menimbulkan depresi (Syamsudin
2006 dalam Marta 2012).
Masalah depresi pada lansia
sering kali tidak terdeteksi dan tidak
ditangani dengan baik. Kesulitan
untuk mengidentifikasi ini mungkin
karena perbedaan pola gejala tiap
kelompok umur dan jarang pasien
yang mau mengakui bahwa dirinya
mengalami depresi. Lansia rentan
terhadap depresi disebabkan oleh
beberapa
faktor.
Fakto-faktor
tersebut diantaranya faktor biologis,
fisis,
psikologis,
dan
sosial,
perubahan pada sistem syaraf pusat
dan
berkurangnya
konsentrasi
neorotransmiter dapat berperan
dalam terjadinya depresi pada lansia
(Soejono, Prubosuseno & Sari 2006
dalam Marta 2012).
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan di Panti Wredha Griya
Sehat Bahagia pada tanggal 29
januari 2014, diperoleh data dari
dokter, perawat dan rekam medis
pasien bahwa pada tahun 2012
jumlah lanjut usia sebanyak 38 orang
dan yang mengalami depresi
sebanyak 9 orang, kemudian pada
tahun 2013 terdapat lanjut usia
sebanyak 40 orang dan yang
mengalami depresi sebanyak 9 orang
dan pada tahun 2014 jumlah lansia
yang ada di Panti Wreda sebanyak
38 orang dan yang mengalami
depresi sebanya 5 orang. Peneliti
melakukan
pengkajian
ulang
menggunakana
GDS
(geriatrik
depresion scale) dengan untuk
memastikan bahwa kelima pasien
apakah mengalami depresi atau tidak
dan di dapatkan hasil bahwa kelima
lansia
tersebut
benar-benar
mengalami depresi.
Kegiatan rutin lansia di Panti
Wredha Griya Sehat Bahagia
Karanganyar yang selalu dilakukan
adalah
bimbingan
keagamaan,
bimbingan
sosial,
pelayanan
kesehatan, olahraga sebagai upaya
membantu sosialisasi antar lansia di
Panti Wredha. Berdasarkan uraian
masalah di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
tentang gambaran depresi lanjut usia
di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar.
Penelitiaan ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran depresi yang
terjadi pada lanjut usia di Panti
Wreda
Griya
Sehat
Bahagia
Karanganyar. Manfaat dari penelitian
ini yaitu dapat mengetahui tingkat
depresi yang terjadi pada lansia di
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar . Selain itu peneliti juga
dapat mengetahui bagaimana cara
perawatan seorang lansia yang
mengalami depresi di Panti Wreda
dan Wreda. Peneliti juga dapat
mengetahui manajemen keperawatan
yang diberikan untuk mengatasi
depresi lansia. Peneliti juga dapat
mengetahui sejauh mana tingkat
pengetahuan
keluarga
terhadap
perawatan seorang lansia, dan pola
hidup sehat dalam perawatan di Panti
Wreda yang menjadi subyek
penelitian.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan
pendekatan
kualitatif
dengan
desain“Case Study”. Penelitian ini
dilakukan selama 2 bulan dari
tanggal 24 Maret 2014 sampai 24
Mei 2014 di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia yang beralamat di
4
Jalan Nusa Indah No. 19, Palur,
Karanganyar. Peneliti menggunakan
5 informan lansia yang mengalami
depresi dan 2 perawat. Teknik
pengumpulan data yang digunakan
pada penelitian ini ialah wawancara
mendalam, observasi, dan analisis
dokumen. Analisis data yang
digunakan ialah analisis interaktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penyebab depresi pada lanjut
usia
Kejadian depresi yang dialami
oleh lansia di Panti Wreda Griya
Sehat
Bahagia
Karanganyar
kebanyakan merasakan kesedihan
dikarenakan
oleh
kehilangan
keluarga atau orang yang disayangi.
Bahwa seseorang yang mengalami
depresi mudah merasa haru, sedih,
dan menangis. Hal ini merupakan
ciri kepribadiaan seseorang yang
mengalami depresif (Hawari 2011).
Kehilangan
keluarga atau
orang yang disayangi merupakan
pencetus timbulnya depresi di Panti
Wreda. Depresi yang terjadi di Panti
Wreda
Griya
Sehat
Bahagia
Karanganyar juga disebabkan oleh
beberapa faktor seperti disakiti,
diacuhkan oleh keluarga, dihianati
oleh pasangan, dibuang oleh
keluarga, dan kurangya perhatian
dari keluarga. Bahwa kehilangan
merupakan faktor paling utama
untuk mendasari terjadinya depresi,
karena kehilangan merupakan suatu
keadaan individu yang berpisah
dengan suatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada baik
terjadi secara sebagian maupun
keseluruhan (Hadi 2004). Penyebab
depresi yang dialami lansia di Panti
Wreda
Griya
Sehat
Bahagia
termasuk kehilangan orang yang
disayangi. Kehilangan orang yang
disayangi termasuk jenis kehilangan
abstrak. Selain faktor tersebut
penyebab depresi pada lansia karena
dicampakan, dihianati dan dibuang
oleh keluarga, Bahwa kehilangan
tanpa fakta merupakan faktor
penyebab depresi, seperti pasien
merasa
tidak
disukai
atau
dipergunjingkan orang lain dalam
suatu lingkup masyarakat (Hadi
2004).
2. Manajemen keperawatan untuk
mengatasi depresi lanjut usia
Manajemen keperawatan yang
diterapkan oleh perawat di Panti
Wreda untuk mengatasi depresi
lanjut usia diantaranya,
asuhan
keperawatan
gerontik
yang
digunakan untuk mamantau status
kesehatan pasien dan berbagai
macam terapi yang sudah disepakati
oleh dokter dan perawat. Terapi yang
digunakan untuk mengatasi depresi
lansia diantaranya terapi farmaka,
terapi
somatik,
psikoterapi
merupakan
terapi
kejiwaan.
Beberapa
macam
dari
terapi
kejiwaan diantaranya psikoterapi
suportif,
psikoterapi
keluarga,
psikoterapi perilaku, psikoreligius
dan terapi psikososial. Berdasarkan
berbagai
macam
terapi
yang
disebutkan di atas tidak semua terapi
bisa diterapkan kepada pasien lansia
yang mengalami depresi, karena
sebelum memberikan terapi harus
melakukan pendekantan BHSP (bina
hunbungan saling percaya) atau
pengkajian kepada pasien agar tau
terapi yang seperti apa yang harus
diberikan kepada pasien depresi,
dengan
harapan
terapi
yang
diberikan kepasien dapat mengurangi
depresi
yang
terjadi.
Bahwa
5
Managemen keperawatan merupakan
proses pelaksanaan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan
untuk
memberikan
asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga, dan
masyarakat agar keluhan yang
dirasakan cepat teratasi, teori yang
sama
mengatakan
bahwa
managemen
keperawatan
atau
penatalaksanaan depresi pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang
bersifat
holistik
yaitu
yang
mencakup tentang fisik (somatik),
psikologik
atau
psikiatrik,
psikososial
dan
psikoreligius.
Dibidang pencegahan agar seseorang
tidak jatuh dalam keadaan depresi,
maka sebaiknya kekebalan yang
bersangkutan perlu ditingkatkan agar
mampu menanggulangi stressor
psikososial yang mengacu pada
depresi yang muncul muncul dengan
cara hidup yang teratur, serasi,
selaras dan seimbang antara diri
dengan tuhan (vertikal) sedangkan
secara horizontal antara dirinya
dengan sesama orang lain dan
lingkup alam sekitarnya. Teori yang
sama juga mengatakan terapi yang
diguanakan untuk mengatasi depresi
lanjut
usia
diantara
ada
berbagaimacam diantaranya terapi
psikofarmaka merupakan terapi yang
digunakan untuk pengobatan depresi
dengan memakai obat-obatan yang
bersifat
memulihkan
fungsi
gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar syaraf) disusunan syaraf
pusat otak, terapi somatik merupakan
terapi yang diberikan kepada
penderita depresi yang di sertai
dengan penyakit organ, misalnya
kardiovaskuler,
pencernaan,
pernafasan, otot dan lain-lain, terapi
ini diberikan untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik)
dengan memberikan obat-obatan
yang di tujukan pada organ yang
bersangkutan, psikoterapi merupakan
terapi
kejiwaan
(psikologik)
psikoterapi ini banyak macam dan
ragamnya terpi ini diberikan
tergantung
kebutuhan
individu
maupun keluarga yang mengalami
depresi, diantaranya psikoterapi
suportif dengan diberikan terapi ini
dimaksudkan
untuk
memberi
motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak
merasa putus asa dan diberikan
keyakinan serta kepercayaan diri,
psikoterapi
keluarga
dengan
diberikan terapi ini dimaksudkan
untuk
memperbaiki
hubungan
kekeluargaan agar faktor keluarga
tidak menjadi faktor penyebab dan
faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai fakor pendukung bagi
pemulihan pasien yang bersangkutan
(Hawari 2011).
Teori lain yang membahas
tentang asuhan keperawatan gerontik
yaitu asuhan keperawatan gerontik
merupakan
suatu
pelayanan
profesional yang berdasarkan ilmu
dan kiat atau tehnik keperawatan
yang berbentuk bio, psiko, sosial,
kultural, dan spiritual yang holistik
yang ditujukan kepada pasien lanjut
usia baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, kelurga, kelompok,
dan masyarakat. Dimana asuhan
keperwatan gerontik harus meliputi
pengkajian
(assessment),
merumuskan diagnosis keperawatan
(nursing diagnosis), merencankan
tindakan keperawatan (intervention),
melaksanakan tindakan keperwatan
(implementation) dan mealakukan
6
evaluasi (evaluation) (Murwani &
priyantari 2011).
Asuhan keperawatan gerontik
merupakan suatu rangkaian kegiatan
dari proses keperawatan yang
ditunjukan kepada lanjut usia.
Kegiatan
tersebut
meliputi
pengkajian kepada lansia dengan
memperhatikan kebutuhan biofisik,
psikologis, kultural dan spiritual,
menganalisis
suatu
masalah
kesehatan keperawatan, membuat
perencanaan,
melaksanakan
perencanaan
serta
melakukan
evaluasi kepada pasien setelah
diberikan implementasi atau tindakan
keperawata (Maryam dkk. 2011).
3. Tindakan
perawat
untuk
mengatasi depresi pada lanjut
usia
Tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat di Panti
Wreda untuk mengatasi depresi
lanjut
usia
diantaranya
mengaplikasikan
asuhan
keperawatan gerontik kepada pasien
yang digunakan sebagai pemantau
status kesehatan pasien dan laporan
visit untuk dokter, kemudian ada
berbagai macam terapi, diantaranya
terapi farmaka yang meliputi obatobatan.
Obat
yang
biasanya
digunakan untuk mengatasi lanjut
usia yang mengalami depresi, yaitu
diazepam dengan jenis pemberian
secara injeksi dan oral. Terapi yang
diberikan selanjutnya adalah terapi
somatik, terapi ini diberikan pada
pederita depresi atau cemas disertai
adanya penyakit. Kemudian terapi
selanjutnya,
yaitu
psikoterapi,
psikoterapi keluarga, psikoterapi
perilaku,
psikospiritual,
terapi
psikososial, serta terapi suportif.
Selain terapi yang disebutkan
tersebut, perawat juga mengajarkan
ketrampilan atau kerajinan tangan
sebagai terapi untuk pencegahan
depresi, psikoterapi keluarga. Bahwa
Managemen keperawatan merupakan
proses pelaksanaan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan
untuk
memberikan
asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga, dan
masyarakat agar keluhan yang
dirasakan cepat teratasi, teori yang
sama
mengatakan
bahwa
managemen
keperawatan
atau
penatalaksanaan depresi pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang
bersifat
holistik
yaitu
yang
mencakup tentang fisik (somatik),
psikologik
atau
psikiatrik,
psikososial
dan
psikoreligius.
Dibidang pencegahan agar seseorang
tidak jatuh dalam keadaan depresi,
maka sebaiknya kekebalan yang
bersangkutan perlu ditingkatkan agar
mampu
menanggulangi
stresor
psikososial yang mengacu pada
depresi yang muncul muncul dengan
cara hidup yang teratur, serasi,
selaras dan seimbang antara diri
dengan tuhan (vertikal) sedangkan
secara horizontal antara dirinya
dengan sesama orang lain dan
lingkup alam sekitarnya. Teori yang
sama juga mengatakan terapi yang
digunakan untuk mengatasi depresi
lanjut usia diantara ada berbagai
macam
diantaranya
terapi
psikofarmaka merupakan terapi yang
digunakan untuk pengobatan depresi
dengan memakai obat-obatan yang
bersifat
memulihkan
fungsi
gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar syaraf) disusunan syaraf
pusat otak, terapi somatik merupakan
terapi yang diberikan kepada
7
penderita depresi yang disertai
dengan penyakit organ, misalnya
kardiovaskuler,
pencernaan,
pernafasan, otot dan lain-lain, terapi
ini diberikan untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik)
dengan memberikan obat-obatan
yang ditujukan pada organ yang
bersangkutan, psikoterapi merupakan
terapi
kejiwaan
(psikologik)
psikoterapi ini banyak macam dan
ragamnya terpi ini diberikan
tergantung
kebutuhan
individu
maupun keluarga yang mengalami
depresi, diantaranya psikoterapi
suportif dengan diberikan terapi ini
dimaksudkan
untuk
memberi
motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak
merasa putus asa dan diberikan
keyakinan serta kepercayaan diri,
psikoterapi
keluarga
dengan
diberikan terapi ini dimaksudkan
untuk
memperbaiki
hubungan
kekeluargaan agar faktor keluarga
tidak menjadi faktor penyebab dan
faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai fakor pendukung bagi
pemulihan pasien yang bersangkutan
(Hawari 2011).
Teori lain yang membahas
tentang asuhan keperawatan gerontik
asuhan
keperawatan
gerontik
merupakan
suatu
pelayanan
profesional yang berdasarkan ilmu
dan kiat atau tehnik keperawatan
yang berbentuk bio, psiko, sosial,
kultural, dan spiritual yang holistik
yang ditujukan kepada pasien lanjut
usia baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, kelurga, kelompok,
dan masyarakat. Dimana asuhan
keperwatan gerontik harus meliputi
pengkajian
(assessment),
merumuskan diagnosis keperawatan
(nursing diagnosis), merencankan
tindakan keperawatan (intervention),
melaksanakan tindakan keperawatan
(implementation) dan mealakukan
evaluasi (evaluation) (Murwani &
Priyantari 2011).
4. Kendala
perawat
dalam
mengatasi depresi depresi pada
lanjut usia
Kendala yang dialami oleh
perawat dalam mengatasi depresi
pada lanjut usia diantaranya perawat
kesulitan
dalam
memberikan
makanan dan obat-obatan kepada
lansia.
Obat
yang
diberikan
terkadang tidak diminum dan hanya
disembunyikan di bawah bantal.
Beberapa lansia sering menolak
makan dengan cara membuang
makanan yang telah disajikan. Gejala
klinis depresi salah satunya nafsu
makan menurun (Nugroho 2012).
Perawat juga sering marah jika
pasien sulit diatur atau tidak mau
menuruti keinginan yang diharapkan.
Selain itu perawat tampak jengkel
bila pasien membuat gaduh ruangan.
Pasien depresi yang mengamuk
terkadang
membuat
perawat
ketakutan
dalam
melakukan
tindakan. Bahwa dampak dari
sesuatu yang dimiliki dan dicintai
kini telah tiada (lose of love
objek)adalah
terganggunya
keseimbangan mental emosional
dengan munculnya berbagai keluhan
fisik (somatik), kecemasan, depresi
disertai perubahan sikap dan
perilaku,
salah
satunya
suka
“ngomel”, “ngedumel” (menggerutu)
dan
mengeluarkan
kekesalan,
kekecewaan hatinya (“uneg-uneg”),
yang biasanya dilakukan atau
diucapkan secara berulang-ulang
(Hawari 2011).
8
SIMPULAN
Semua
informan
yang
mengalami depresi di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia merasakan
perasaan yang sama yaitu sedih yang
sangat mendalam, karena ditinggal
oleh orang yang disayangi, semua
informan yang mengalami depresi
tidak melakukan interaksi sosial
dengan pasien lain, kondisi semua
informan selama di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganya
tidak cukup baik karena mereka
sering
mengeluh
sakit-sakitan.
Perawat yang ada di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar
menerapkan asuhan keperawatan
gerontik dengan cara sistematis yang
telah sesuai dengan teori, dan cara
penerapan
terapinya
meliputi
pengkajian terlebih dahulu setelah itu
baru memberikan terapi yang seperti
apa yang tepat untuk pasien depresi.
Tindakan untuk mengatasi depresi
lansia meliputi tentang asuhan
keperawatan gerontik dan berbagai
macam terapi diantaranya terapi
farmaka, terapi somatik, psikoterpi,
psikoterapi suportif, psikoterapi
keluarga, psikoterpi perilaku, psiko
religius, serta terapi psiko sosial,
selain terapi yang disebutkan
tersebut, perawat juga mengajarkan
ketrampilan atau ke Cara perawat
dalam mengatasi kendala yang
muncul
dengan
melakukan
pendekatan atau BHSP (bina
hubungan saling percaya) kepada
pasien dan melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian
injeksi
obat
penenang
dan
memberikan okupasi terapi untuk
pencegahan depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi,
P 2004. Depresi Dan
Solusinya, Tugu Publisher,
Yogyakarta.
Hawari, D 2011, Manajemen Stres
Cemas Dan Depresi, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Marta, OFD 2012, „Determinan
Tingkat Depresi Pada Lansia
Di Panti Sosial Tresna Wredha
Budi Mulia 4 Jakarta Selatan‟,
Skripsi, Universitas Indonesia,
Depok.
Maryam,
RS,
Ekasari,
MF,
Rosidawati,
Jubaedi,
A,
Batubara, I 2011, Mengenal
Usia Lanjut Dan Perawatanya,
Salemba Medika, Jakarta.
Murwani, A, Priyantari, W 2011,
Gerontik Konsep Dasar Dan
Asuhan Keperawatan Home
Care
Dan
Komunitas,
Fitramaya, Yogyakarta.
Nugroho, W 2008, Keperwatan
Gerontik Dan Geriatrik, EGC,
Jakarta.
Nugroho, W 2012, Keperwatan
Gerontik Dan Geriatrik, EGC,
Jakarta.
9
Download