Depresi Lanjut Usia Di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar Joko Ribut Sutrisno1) 1) Mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta Abstrak Masalah depresi yang terjadi pada lansia sering kali tidak di ketahui dan tidak ditangani dengan baik. Kesulitan untuk mengidentifikasi ini karena perbedaan pola gejala antara tiap kelompok umur dan jarang pasien yang mau mengakui bahwa dirinya mengalami depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran depresi yang terjadi pada lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar.Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif deskriptif dengan desain “Case Study” yang mengunakan sampel lansia yang mengalami depresi, cara yang digunakan untuk mengetahui depresi lansia dengan cara melakukan pengkajian dengan menggunkan GDS (Geriatric Depression Scale). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua lansia depresi mengalami perasaan sedih, karenakan di tinggal oleh yang disayangi, lansia yang mengalami depresi pola aktivitas dan kegiatanya juga banyak mengalami penurunan. Hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi kesehatan lansia depresi, kondisi lansia depresi tidak cukup baik karena lansiadepresi sering mengeluhkan sakit kepala atau pusing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa depresi yang dialami oleh lansia disebabkan oleh kehilangan orang yang disayangi, mereka mengalami perasaan sedih yang sangat mendalam, perawat dalam mengatasi depresi lansia menerakan managemen keperawatan tentang asuhan keperawatan gerontik dan berbagai macam terapi, tindakan yang diberikan perawat untuk mengatasi depresi lansia menerapkan asuhan keperawatan gerontik dan berbagai macam terapi, kendala yang muncul saat mengatsi depresi diantaranya kesulitan dalam memberikan makanan, obat, dan pada saat pasien mengamuk. Kata Kunci : Depresi, Lanjut Usia, Panti Wreda 1 mengalami depresi sedang sebanyak 18%, yang mengalami depresi berat sebanyak 10,8%, dan depresi sangat berat sebanyak 3,2%, dan pada lanjut usia yang berada di dua kota pulau jawa didapatakan data bahwa 33,8% memeliki depresi (Soejono, Prubosuseno & Sari 2006 dalam Marta 2012). Penelitiaan sebelumnya yang pernah dilakukan oleh (Marta 2012) di Panti Wreda Darma Bakti Surakarta didapatkan hasil tingkat depresi lansia menunjukan sebagian besar lanjut usia mengalami depresi sedang sebanyak 48%, ini membuktikan bahwa lansia yang ada di Panti Wreda tingkat depresinya juga tinggi (Marta 2012). Dapat dilihat dari konteks ke Indonesian pada umumnya lanjut usia sering kali menghayati penempatan lansia sebagai bentuk pengasingan dan pemisahan dari perasaan kehangatan yang terdapat dari keluarga, apalagi lanjut usia yang masih punya anak dengan kondisi hidup berkecukupan. Nilainilai seperti anak harus berbakti kepada orang tua yang masih kuat mangakar pada masyarakat, menjadi beban tersendiri bagi lanjut usia untuk melepaskan ketergantungan dari anak-anaknya. Perasaanperasaan negatif akan muncul dalam benak lansia, perasaan kecewa, tidak dihargai, sedih, dendam, marah, dan sebagainya. Sikap bersabar dan mencoba menerima kondisi hidup apa adanya merupakan obat penawar yang cukup efektif untuk gejala pendek, akan tetapi sikap sabar tidak dengan sendirinya atau secara otomatis akan menghilangkan perasaan-perasaan tersebut, sikap sabar tidak lain merupakan PENDAHULUAN Masalah depresi merupakan gangguan kesahatan jiwa yang paling utama. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena orang yang mengalami depresi produktifitasnya akan menurun dan ini sangat buruk akibatnya buat suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membagun. Seseorang yang mengalami depresi merupakan orang yang sangat menderita, dan depresi merupakan faktor utama penyebab bunuh diri (Hawari 2011). Masalah depresi juga merupakan gangguan afek yang sering terjadi pada lansia dan merupakan salah Satu gangguan emosi. Gejala depresi pada lansia dapat terlihat seperti lansia mejadi kurang bersemangat dalam menjalani hidupnya, mudah putus asa, aktivitas menurun, kurang nafsu makan, cepat lelah dan susah tidur pada malam hari (Nugroho 2012). Permasalahan mental yang biasanya sering terjadi pada lansia adalah depresi. Prevalensi depresi pada lansia dipelayanan kesehatan primer yaitu 5 sampai 17%, sementara prevalensi depresi pada lansia yang mendapat pelayanan asuhan rumah (Home Care) adalah 13,5%. Prevalensi depresi lanjut usia lebih tinggi di ruang perawatan dari pada yang ada dimasyarakat. Lansia yang mendapatkan perawatan jangka panjang memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dari pada dimasyarakat (Soejono, Prubosuseno 2006 dalam Marta 2012). Data prevalensi depresi pada lanjut usia di Indonesia cukup tinggi, kejadiaan diruang akut geriatri sebanyak 76,3% dengan proporsi pasien geriatri yang mengalami depresi ringan sebanyak 44,1%, yang 2 3 mekanisme pertahanan ego yang dinamakan represi dan suatu tertentu perasaan-perasaan tersebut akan muncul pada lanjut usia dan akan menimbulkan depresi (Syamsudin 2006 dalam Marta 2012). Masalah depresi pada lansia sering kali tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik. Kesulitan untuk mengidentifikasi ini mungkin karena perbedaan pola gejala tiap kelompok umur dan jarang pasien yang mau mengakui bahwa dirinya mengalami depresi. Lansia rentan terhadap depresi disebabkan oleh beberapa faktor. Fakto-faktor tersebut diantaranya faktor biologis, fisis, psikologis, dan sosial, perubahan pada sistem syaraf pusat dan berkurangnya konsentrasi neorotransmiter dapat berperan dalam terjadinya depresi pada lansia (Soejono, Prubosuseno & Sari 2006 dalam Marta 2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia pada tanggal 29 januari 2014, diperoleh data dari dokter, perawat dan rekam medis pasien bahwa pada tahun 2012 jumlah lanjut usia sebanyak 38 orang dan yang mengalami depresi sebanyak 9 orang, kemudian pada tahun 2013 terdapat lanjut usia sebanyak 40 orang dan yang mengalami depresi sebanyak 9 orang dan pada tahun 2014 jumlah lansia yang ada di Panti Wreda sebanyak 38 orang dan yang mengalami depresi sebanya 5 orang. Peneliti melakukan pengkajian ulang menggunakana GDS (geriatrik depresion scale) dengan untuk memastikan bahwa kelima pasien apakah mengalami depresi atau tidak dan di dapatkan hasil bahwa kelima lansia tersebut benar-benar mengalami depresi. Kegiatan rutin lansia di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar yang selalu dilakukan adalah bimbingan keagamaan, bimbingan sosial, pelayanan kesehatan, olahraga sebagai upaya membantu sosialisasi antar lansia di Panti Wredha. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran depresi lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran depresi yang terjadi pada lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui tingkat depresi yang terjadi pada lansia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar . Selain itu peneliti juga dapat mengetahui bagaimana cara perawatan seorang lansia yang mengalami depresi di Panti Wreda dan Wreda. Peneliti juga dapat mengetahui manajemen keperawatan yang diberikan untuk mengatasi depresi lansia. Peneliti juga dapat mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga terhadap perawatan seorang lansia, dan pola hidup sehat dalam perawatan di Panti Wreda yang menjadi subyek penelitian. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain“Case Study”. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dari tanggal 24 Maret 2014 sampai 24 Mei 2014 di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia yang beralamat di 4 Jalan Nusa Indah No. 19, Palur, Karanganyar. Peneliti menggunakan 5 informan lansia yang mengalami depresi dan 2 perawat. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini ialah wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen. Analisis data yang digunakan ialah analisis interaktif. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penyebab depresi pada lanjut usia Kejadian depresi yang dialami oleh lansia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar kebanyakan merasakan kesedihan dikarenakan oleh kehilangan keluarga atau orang yang disayangi. Bahwa seseorang yang mengalami depresi mudah merasa haru, sedih, dan menangis. Hal ini merupakan ciri kepribadiaan seseorang yang mengalami depresif (Hawari 2011). Kehilangan keluarga atau orang yang disayangi merupakan pencetus timbulnya depresi di Panti Wreda. Depresi yang terjadi di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti disakiti, diacuhkan oleh keluarga, dihianati oleh pasangan, dibuang oleh keluarga, dan kurangya perhatian dari keluarga. Bahwa kehilangan merupakan faktor paling utama untuk mendasari terjadinya depresi, karena kehilangan merupakan suatu keadaan individu yang berpisah dengan suatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada baik terjadi secara sebagian maupun keseluruhan (Hadi 2004). Penyebab depresi yang dialami lansia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia termasuk kehilangan orang yang disayangi. Kehilangan orang yang disayangi termasuk jenis kehilangan abstrak. Selain faktor tersebut penyebab depresi pada lansia karena dicampakan, dihianati dan dibuang oleh keluarga, Bahwa kehilangan tanpa fakta merupakan faktor penyebab depresi, seperti pasien merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang lain dalam suatu lingkup masyarakat (Hadi 2004). 2. Manajemen keperawatan untuk mengatasi depresi lanjut usia Manajemen keperawatan yang diterapkan oleh perawat di Panti Wreda untuk mengatasi depresi lanjut usia diantaranya, asuhan keperawatan gerontik yang digunakan untuk mamantau status kesehatan pasien dan berbagai macam terapi yang sudah disepakati oleh dokter dan perawat. Terapi yang digunakan untuk mengatasi depresi lansia diantaranya terapi farmaka, terapi somatik, psikoterapi merupakan terapi kejiwaan. Beberapa macam dari terapi kejiwaan diantaranya psikoterapi suportif, psikoterapi keluarga, psikoterapi perilaku, psikoreligius dan terapi psikososial. Berdasarkan berbagai macam terapi yang disebutkan di atas tidak semua terapi bisa diterapkan kepada pasien lansia yang mengalami depresi, karena sebelum memberikan terapi harus melakukan pendekantan BHSP (bina hunbungan saling percaya) atau pengkajian kepada pasien agar tau terapi yang seperti apa yang harus diberikan kepada pasien depresi, dengan harapan terapi yang diberikan kepasien dapat mengurangi depresi yang terjadi. Bahwa 5 Managemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat agar keluhan yang dirasakan cepat teratasi, teori yang sama mengatakan bahwa managemen keperawatan atau penatalaksanaan depresi pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik yaitu yang mencakup tentang fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Dibidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan depresi, maka sebaiknya kekebalan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stressor psikososial yang mengacu pada depresi yang muncul muncul dengan cara hidup yang teratur, serasi, selaras dan seimbang antara diri dengan tuhan (vertikal) sedangkan secara horizontal antara dirinya dengan sesama orang lain dan lingkup alam sekitarnya. Teori yang sama juga mengatakan terapi yang diguanakan untuk mengatasi depresi lanjut usia diantara ada berbagaimacam diantaranya terapi psikofarmaka merupakan terapi yang digunakan untuk pengobatan depresi dengan memakai obat-obatan yang bersifat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar syaraf) disusunan syaraf pusat otak, terapi somatik merupakan terapi yang diberikan kepada penderita depresi yang di sertai dengan penyakit organ, misalnya kardiovaskuler, pencernaan, pernafasan, otot dan lain-lain, terapi ini diberikan untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) dengan memberikan obat-obatan yang di tujukan pada organ yang bersangkutan, psikoterapi merupakan terapi kejiwaan (psikologik) psikoterapi ini banyak macam dan ragamnya terpi ini diberikan tergantung kebutuhan individu maupun keluarga yang mengalami depresi, diantaranya psikoterapi suportif dengan diberikan terapi ini dimaksudkan untuk memberi motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberikan keyakinan serta kepercayaan diri, psikoterapi keluarga dengan diberikan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan agar faktor keluarga tidak menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai fakor pendukung bagi pemulihan pasien yang bersangkutan (Hawari 2011). Teori lain yang membahas tentang asuhan keperawatan gerontik yaitu asuhan keperawatan gerontik merupakan suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat atau tehnik keperawatan yang berbentuk bio, psiko, sosial, kultural, dan spiritual yang holistik yang ditujukan kepada pasien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, kelurga, kelompok, dan masyarakat. Dimana asuhan keperwatan gerontik harus meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosis keperawatan (nursing diagnosis), merencankan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperwatan (implementation) dan mealakukan 6 evaluasi (evaluation) (Murwani & priyantari 2011). Asuhan keperawatan gerontik merupakan suatu rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditunjukan kepada lanjut usia. Kegiatan tersebut meliputi pengkajian kepada lansia dengan memperhatikan kebutuhan biofisik, psikologis, kultural dan spiritual, menganalisis suatu masalah kesehatan keperawatan, membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan serta melakukan evaluasi kepada pasien setelah diberikan implementasi atau tindakan keperawata (Maryam dkk. 2011). 3. Tindakan perawat untuk mengatasi depresi pada lanjut usia Tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat di Panti Wreda untuk mengatasi depresi lanjut usia diantaranya mengaplikasikan asuhan keperawatan gerontik kepada pasien yang digunakan sebagai pemantau status kesehatan pasien dan laporan visit untuk dokter, kemudian ada berbagai macam terapi, diantaranya terapi farmaka yang meliputi obatobatan. Obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi lanjut usia yang mengalami depresi, yaitu diazepam dengan jenis pemberian secara injeksi dan oral. Terapi yang diberikan selanjutnya adalah terapi somatik, terapi ini diberikan pada pederita depresi atau cemas disertai adanya penyakit. Kemudian terapi selanjutnya, yaitu psikoterapi, psikoterapi keluarga, psikoterapi perilaku, psikospiritual, terapi psikososial, serta terapi suportif. Selain terapi yang disebutkan tersebut, perawat juga mengajarkan ketrampilan atau kerajinan tangan sebagai terapi untuk pencegahan depresi, psikoterapi keluarga. Bahwa Managemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat agar keluhan yang dirasakan cepat teratasi, teori yang sama mengatakan bahwa managemen keperawatan atau penatalaksanaan depresi pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik yaitu yang mencakup tentang fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Dibidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan depresi, maka sebaiknya kekebalan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stresor psikososial yang mengacu pada depresi yang muncul muncul dengan cara hidup yang teratur, serasi, selaras dan seimbang antara diri dengan tuhan (vertikal) sedangkan secara horizontal antara dirinya dengan sesama orang lain dan lingkup alam sekitarnya. Teori yang sama juga mengatakan terapi yang digunakan untuk mengatasi depresi lanjut usia diantara ada berbagai macam diantaranya terapi psikofarmaka merupakan terapi yang digunakan untuk pengobatan depresi dengan memakai obat-obatan yang bersifat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar syaraf) disusunan syaraf pusat otak, terapi somatik merupakan terapi yang diberikan kepada 7 penderita depresi yang disertai dengan penyakit organ, misalnya kardiovaskuler, pencernaan, pernafasan, otot dan lain-lain, terapi ini diberikan untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) dengan memberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ yang bersangkutan, psikoterapi merupakan terapi kejiwaan (psikologik) psikoterapi ini banyak macam dan ragamnya terpi ini diberikan tergantung kebutuhan individu maupun keluarga yang mengalami depresi, diantaranya psikoterapi suportif dengan diberikan terapi ini dimaksudkan untuk memberi motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberikan keyakinan serta kepercayaan diri, psikoterapi keluarga dengan diberikan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan agar faktor keluarga tidak menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai fakor pendukung bagi pemulihan pasien yang bersangkutan (Hawari 2011). Teori lain yang membahas tentang asuhan keperawatan gerontik asuhan keperawatan gerontik merupakan suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat atau tehnik keperawatan yang berbentuk bio, psiko, sosial, kultural, dan spiritual yang holistik yang ditujukan kepada pasien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, kelurga, kelompok, dan masyarakat. Dimana asuhan keperwatan gerontik harus meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosis keperawatan (nursing diagnosis), merencankan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (implementation) dan mealakukan evaluasi (evaluation) (Murwani & Priyantari 2011). 4. Kendala perawat dalam mengatasi depresi depresi pada lanjut usia Kendala yang dialami oleh perawat dalam mengatasi depresi pada lanjut usia diantaranya perawat kesulitan dalam memberikan makanan dan obat-obatan kepada lansia. Obat yang diberikan terkadang tidak diminum dan hanya disembunyikan di bawah bantal. Beberapa lansia sering menolak makan dengan cara membuang makanan yang telah disajikan. Gejala klinis depresi salah satunya nafsu makan menurun (Nugroho 2012). Perawat juga sering marah jika pasien sulit diatur atau tidak mau menuruti keinginan yang diharapkan. Selain itu perawat tampak jengkel bila pasien membuat gaduh ruangan. Pasien depresi yang mengamuk terkadang membuat perawat ketakutan dalam melakukan tindakan. Bahwa dampak dari sesuatu yang dimiliki dan dicintai kini telah tiada (lose of love objek)adalah terganggunya keseimbangan mental emosional dengan munculnya berbagai keluhan fisik (somatik), kecemasan, depresi disertai perubahan sikap dan perilaku, salah satunya suka “ngomel”, “ngedumel” (menggerutu) dan mengeluarkan kekesalan, kekecewaan hatinya (“uneg-uneg”), yang biasanya dilakukan atau diucapkan secara berulang-ulang (Hawari 2011). 8 SIMPULAN Semua informan yang mengalami depresi di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia merasakan perasaan yang sama yaitu sedih yang sangat mendalam, karena ditinggal oleh orang yang disayangi, semua informan yang mengalami depresi tidak melakukan interaksi sosial dengan pasien lain, kondisi semua informan selama di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganya tidak cukup baik karena mereka sering mengeluh sakit-sakitan. Perawat yang ada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar menerapkan asuhan keperawatan gerontik dengan cara sistematis yang telah sesuai dengan teori, dan cara penerapan terapinya meliputi pengkajian terlebih dahulu setelah itu baru memberikan terapi yang seperti apa yang tepat untuk pasien depresi. Tindakan untuk mengatasi depresi lansia meliputi tentang asuhan keperawatan gerontik dan berbagai macam terapi diantaranya terapi farmaka, terapi somatik, psikoterpi, psikoterapi suportif, psikoterapi keluarga, psikoterpi perilaku, psiko religius, serta terapi psiko sosial, selain terapi yang disebutkan tersebut, perawat juga mengajarkan ketrampilan atau ke Cara perawat dalam mengatasi kendala yang muncul dengan melakukan pendekatan atau BHSP (bina hubungan saling percaya) kepada pasien dan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian injeksi obat penenang dan memberikan okupasi terapi untuk pencegahan depresi. DAFTAR PUSTAKA Hadi, P 2004. Depresi Dan Solusinya, Tugu Publisher, Yogyakarta. Hawari, D 2011, Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Marta, OFD 2012, „Determinan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan‟, Skripsi, Universitas Indonesia, Depok. Maryam, RS, Ekasari, MF, Rosidawati, Jubaedi, A, Batubara, I 2011, Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatanya, Salemba Medika, Jakarta. Murwani, A, Priyantari, W 2011, Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Home Care Dan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta. Nugroho, W 2008, Keperwatan Gerontik Dan Geriatrik, EGC, Jakarta. Nugroho, W 2012, Keperwatan Gerontik Dan Geriatrik, EGC, Jakarta. 9