Hubungan EBITDA Terhadap Intensitas Investasi: Studi Empiris

advertisement
Hubungan EBITDA Terhadap Intensitas Investasi: Studi Empiris
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Reza Putra Aryanto, Aria Farahmita
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan EBITDA terhadap intensitas investasi di perusahaanperusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan bagaimana tingkat growth opportunity
perusahaan mempengaruhi hubungan EBITDA terhadap intensitas investasi. Penelitian menggunakan sampel
perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2011. Hasil
penelitian menunjukkan nilai EBITDA perusahaan berubungan positif signifikan terhadap intensitas investasi
perusahaan di periode berikutnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat growth
opportunity yang tinggi memiliki pengaruh EBITDA yang lebih besar terhadap intensitas investasi perusahaan.
Relationship Between EBITDA and Investment Intensity: An Empirical Study from
Indonesia Stock Exchange
Abstract
This research is aimed to identify the relationship between EBITDA and investment intensity on companies
listed in Indonesia Stock Exchange and how the growth opportunity level affects the relationship between
EBITDA and investment intensity. This research uses non-financial companies listed in Indonesia Stock
Exchange from 2007 to 2011 as research samples. The result shows the value of EBITDA has significant
positive association with the investment intensity in the next period. This result also shows that companies with
high level of growth opportunity have greater EBITDA influence on the investment intensity of the companies.
Keywords: EBITDA; Fixed Assets; Growth Opportunity; Investment Intensity; Profitability
1. Pendahuluan
Dalam rangka keberlangsungan operasional perusahaan, perlu dilakukan investasi. Investasi
sangat diperlukan agar perusahaan dapat terus bersaing dengan kompetitornya dan untuk
terus memenuhi kebutuhan pasar yang terus berubah-ubah. Selain itu tujuan dari perusahaan
berinvestasi adalah untuk mengurangi risiko seperti risiko inflasi, dan untuk mendapatkan
keuntungan di masa depan, (Jones, 2007).
1 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Pilihan investasi ada beragam bergantung pada tujuan dan lamanya jangka waktu investasi.
Investasi dengan membeli saham perusahaan lain, dengan membeli aset yang kemudian untuk
diperdagangkan di masa depan, dan atau membeli aset jangka panjang yang dapat
meningkatkan kinerja operasional perusahaan seperti mesin-mesin produksi.
Jika perusahaan memilih untuk berinvestasi dengan membeli aset tetap berwujud dalam
tujuannya untuk dijual kembali dimasa depan atau digunakan untuk meningkatkan
operasional perusahaan, maka akan terjadi peningkatan jumlah aset tetap berwujud.
Perubahan dari aset tetap berwujud ini disebut juga intensitas investasi (Kotsina dan Hazak,
2012). Jika intensitas investasi bernilai positif, berarti ada penambahan aset tetap berwujud,
begitu juga sebaliknya.
Untuk melakukan suatu investasi, perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai investasi
tersebut. Dana itu dapat berasal dari dana pinjaman dari pihak ketiga, seperti bank, dengan
menerbitkan saham, dengan menambahkan modal, atau dengan mengambil dari profit atau
keuntungan dari hasil operasional perusahaaan. Sumber dana investasi yang paling mudah
didapat dan memiliki risiko yang paling kecil adalah dengan mengambil dari keuntungan
perusahaan sendiri.
Untuk menentukan berapa besar keuntungan perusahaan, terdapat beberapa pendekatan.
Pendekatan pertama dan yang paling umum adalah dengan menggunakan keuntungan bersih
(net profit). Dengan net profit, keuntungan dihitung bersih setelah dikurangi dengan semua
biaya dan beban yang ada selama satu periode. Pendekatan yang kedua adalah dengan free
cash flow. Dengan metode free cash flow, keuntungan dihitung dari arus kas masuk ke
perusahaan dikurangi dengan arus keluar kas perusahaan selama satu periode.
Selain itu keuntungan perusahaan juga dapat diukur melalui EBITDA. EBITDA adalah
kependekan dari earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (Kieso et al.,
2010). EBITDA dalam praktiknya, lebih sering digunakan untuk mengukur profitabilitas
daripada laba bersih karena EBITDA, merupakan laba yang ada untuk pemegang saham dan
kreditur (jika perusahaan itu memiliki utang) dengan ditambahkan depresiasi dan amortisasi.
EBITDA juga dapat digunakan sebagai pendekatan dari arus kas perusahaan, yang dapat
menjadi salah satu alat untuk mengukur ketersediaan kas untuk berinvestasi karena EBITDA
memasukkan potongan depresiasi dan amortisasi (Ross, 2008).
2 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Berdasarkan penelitian dari Amelitta (2008), arus kas menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi investasi perusahaan. Seperti diketahui di atas bahwa EBITDA dapat menjadi
pendekatan dari arus kas (Ross, 2008), sehingga dapat disimpulkan bahwa EBITDA menjadi
salah satu yang mempengaruhi investasi perusahaan.
Beberapa studi sebelumnya telah mengidentifikasi hubungan positif yang cukup kuat antara
profitabilitas dengan intensitas investasi, sebagai contoh Blanchard et al. (1994), Lamont
(1997), Berger and Hann (2003), Harford (1999), Opler et al (1999, 2001). Kotsina dan
Hazak (2012) secara spesifik telah meneliti hubungan antara profitabilitas yang diukur
menggunakan EBITDA dengan intensitas investasi perusahaan di periode berikutnya.
Berdasarkan studi dari Kotsina dan Hazak (2012) yang menjadi jurnal acuan penelitian ini,
mengemukakan bahwa tingkat dari EBITDA suatu perusahaan dapat menjelaskan 32% dari
intensitas investasi perusahaan di periode berikutnya dan bernilai positif. Selain itu, tingkat
signifikansi ekonomi dari hubungan EBITDA dengan intensitas investasi di periode
berikutnya bernilai kuat karena EBITDA dari satu juta Euro akan menghasilkan rata-rata
setengah juta Euro investasi di periode berikutnya.
Selain profitabilitas, beberapa faktor juga turut mempengaruhi tingkat investasi perusahaan,
seperti tingkat growth opportunity dan tingkat leverage perusahaan (Aivazian et al., 2005);
(Amelitta, 2008). Dalam pengaruhnya terhadap investasi perusahaan, Leverage berpengaruh
negatif terhadap investasi perusahaan (Aivazian et al., 2005). Menurut Amelitta (2008),
growth opportunity mempengaruhi investasi dan pengaruhnya bernilai positif. Bila growth
opportunity atau peluang investasi meningkat, maka perusahaan akan termotivasi untuk
meningkatkan investasi. Sebaliknya, bila growth opportunity menurun, maka perusahaan
akan cenderung menurunkan investasi.
Adanya growth opportunity yang tinggi, membuat perusahaan memiliki kesempatan lebih
besar untuk berinvestasi. Dengan kesempatan investasi yang besar, pengaruh EBITDA
perusahaan terhadap intensitas investasi semakin besar (Amelitta, 2008). Dengan ini, kita
dapat melihat bagaimana hubungan EBITDA terhadap intensitas investasi di perusahaan
dengan growth opportunity yang tinggi dan hubungan EBITDA terhadap intensitas investasi
di perusahaan dengan growth opportunity yang rendah.
3 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kotsina dan Hazak (2012), tidak memasukkan
faktor growth opportunity yang mampu mempengaruhi hubungan EBITDA terhadap
intensitas investasi. Selain itu beberapa penelitian sebelum yang meneliti mengenai pengaruh
profitabilitas terhadap intensitas investasi umumnya menggunakan arus kas sebagai proksi
untuk mengukur profitabilitas. Oleh karena itu penelitian menarik untuk menggunakan
EBITDA sebagai proksi profitabilitas menggantikan arus kas. Penelitian ini akan meneliti
hubungan antara profitabilitas yang dicerminkan oleh EBITDA dengan intensitas investasi di
Indonesia dan pengaruh dari tingkat growth opportunity terhadap hubungan EBITDA dengan
intensitas investasi dengan menjadikan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal
di Indonesia sebagai objek penelitian.
Berdasarkan pendahuluan diatas, beberapa permasalahan yang akan dijawab melalui
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pengaruh EBITDA terhadap Intensitas Investasi di perusahaanperusahaaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
b. Bagaimana pengaruh tingkat growth opportunity perusahaan terhadap hubungan
antara EBITDA dengan Intensitas Investasi di perusahaan-perusahaaan terbuka yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Tinjauan Pustaka
Harford (1999) meneliti hubungan antara cadangan kas perusahaan dengan akuisisi yang
dilakukan perusahaan. Dari penelitian tersebut, didapat bahwa cadangan kas dapat
menyediakan sumber daya yang menguntungkan dalam pendanaan investasi. Selain itu,
perusahaan dengan arus kas yang besar memiliki kemungkinan besar untuk melakukan
akuisisi.
Gifarulla (2009) mengemukakan bahwa pertumbuhan arus kas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan investasi. Dalam melakukan keputusan investasi, manajer
memperhitungkan nilai dari pertumbuhan arus kas. Selain itu hal tersebut menunjukkan
bahwa nilai-nilai yang tergantung dalam arus kas seperti kemampuan pendanaan internal dan
memiliki prediksi mengenai tingkat profitabilitas baik masa kini dan masa depan sangat
berperan bagi manajer dalam melakukan investasi.
4 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Kotsina dan Hazak (2012) meneliti hubungan antara EBITDA perusahaan dengan intensitas
investasi. Dengan mengambil sampel dari perusahaaan-perusahaan di enam negara Uni Eropa
selama sembilan periode dari 2001 sampai 2009. Mereka mengidentifikasi dampak positif
yang kuat dari EBITDA terhadap intensitas investasi di tahun berikutnya.
Penelitian Kotsina dan Hazak juga menemukan fakta bahwa efek dari EBITDA terhadap
profitabilitas terlihat menurun di 2007. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara
profitabilitas dengan intensitas investasi di tahun berikutnya mungkin harus dipelajari lebih
dekat ketika menyelidiki siklus perilaku keuangan perusahaan.
Menutur Kotsina dan Hazak (2012), tingkat dari EBITDA suatu perusahaan dapat
menjelaskan 32% dari intensitas investasinya di periode berikutnya dan bernilai positif.
Selain itu, tingkat signifikansi ekonomi dari hubungan EBITDA dengan intensitas investasi di
periode berikutnya bernilai kuat karena EBITDA dari satu juta Euro akan menghasilkan ratarata setengah juta Euro investasi di periode berikutnya.
Amelitta (2008) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi investasi suatu perusahaan.
Penelitian tersebut meneliti leverage, growth opportunity dan arus kas sebagai faktor-faktor
yang mempengaruhi investasi di perusahaan dalam sektor pertanian, pertambangan, dan
barang konsumsi di Indonesia. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa leverage memiliki
pengaruh negatif terhadap investasi, sedangkan growth opportunity dan arus kas memiliki
pengaruh positif terhadap investasi.
Menurut Amelitta (2008), jika growth opportunity atau peluang investasi meningkat, maka
perusahaan akan termotivasi untuk meningkatkan investasi. Sebaliknya, bila growth
opportunity menurun, maka perusahaan akan cenderung menurunkan investasi.
Growth opportunity dalam penelitian ini dihitung dengan Tobin’s Q. Bila nilai Tobin’s Q
lebih besar dari satu, maka nilai pasar perusahaan lebih besar dari nilai aset perusahaan yang
tercatat, dan keadaan ini merupakan suatu kesempatan pertumbuhan untuk perusahaan dapat
menghasilkan peluang investasi. Sebaliknya, nilai Tobin’s Q kurang dari satu, maka nilai
pasar perusahaan lebih rendah dari nilai sebenarnya sehingga menghambat pertumbuhan
perusahaan.
5 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Selain meneliti hubungan antara growth opportunity terhadap investasi, Amelitta (2008) juga
meneliti hubungan profitabilitas yang diukur dengan menggunakan pendekatan arus kas
dengan investasi perusahaaan. Dari penelitian tersebut, didapat bahwa arus kas berpengaruh
positif terhadap keputusan investasi perusahaan. Perusahaan yang memiliki arus kas yang
relatif besar akan termotivasi untuk meningkatkan jumlah investasinya. Sedangkan
perusahaan yang memiliki arus kas relatif kecil cenderung mengurangi jumlah investasinya.
Perusahaan yang memiliki arus kas besar mampu untuk membiayai seluruh atau sebagian
suatu proyek investasi baru. Arus kas yang besar juga mampu mempertahankan kemampuan
perusahaan untuk membayar cicilan pokok utang dan bunga utang jika investasi perusahaan
didanai oleh utang baru (Amelitta, 2008). Sebaliknya, jika perusahaan memiliki arus kas yang
kecil, akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk membiayai investasi baru atau untuk
membayar utang baru yang diterbitkan untuk mendanai investasi baru.
3. Metode Penelitian
3.1 Hipotesis dan Model Penelitian
Berdasarkan penelitian Harford (1999), Amelitta (2008), dan Gifarulla (2009), profitabilitas
yang diukur dengan arus kas berpengaruh positif terhadap investasi perusahaan karena
dengan adanya arus kas yang besar, perusahaan memiliki pendanaan yang mudah untuk
berinvestasi. EBITDA memiliki hubungan positif dengan intensitas investasi dari perusahaan
di tahun berikutnya menurut penelitian yang dilakukan oleh Kotsina dan Hazak (2012).
Berdasarkan penelitian terdahulu, hipotesis pertama yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H1: EBITDA memiliki hubungan positif dengan intensitas investasi perusahaan di
tahun berikutnya.
Untuk menjawab hipotesis 1 di atas, dikembangkan model penelitian sebagai berikut:
INVit+1 = α0 + α1EBITDAit + α2LEVit + α3TANit + α4QValit + µi
Keterangan:
INV
= intensitas investasi; aset tetap di akhir tahun dikurangi dengan aset tetap
di awal tahun ditambah biaya depresiasi tahunan
EBITDA = keuntungan sebelum biaya bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi
6 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
LEV
= tingkat leverage suatu perusahaan; total utang dibagi dengan total aset
TAN
= rasio aset tetap berwujud terhadap total aset
QVal
= tingkat growth opportunity perusahaan; nilai pasar saham biasa ditambah
total utang dibagi dengan total aset
µit
= error
dimana i menunjukkan perusahaan i dalam sampel dan t+1 merupakan periode berikutnya
dari t. Berdasarkan model penelitian, agar EBITDA berpengaruh positif terhadap intensitas
investasi, diharapkan koefisien EBITDA bernilai positif.
Faktor growth opportunity mempengaruhi investasi perusahaan dan pengaruhnya bernilai
positif. Bila growth opportunity atau kesempatan bertumbuh meningkat, maka nilai pasar
perusahaan lebih besar dari nilai aset perusahaan yang tercatat, dan keadaan ini merupakan
suatu kesempatan pertumbuhan untuk perusahaan dapat menghasilkan peluang investasi dan
perusahaan akan termotivasi untuk meningkatkan investasi (Amelitta, 2008). Sebaliknya, bila
growth opportunity menurun, maka perusahaan akan cenderung menurunkan investasi.
Dengan adanya faktor growth opportunity, dapat mempengaruhi hubungan EBITDA terhadap
intensitas investasi perusahaaan di tahun berikutnya karena perusahaan memiliki kesempatan
berinvestasi yang lebih besar pada perusahaan dengan tingkat growth opportunity yang
tinggi. Dari tinjauan pustaka, diprediksi bahwa pengaruh tingkat growth opportunity bersifat
positif terhadap hubungan EBITDA dengan intensitas investasi sehingga memperkuat
hubungan EBITDA dengan intensitas investasi. Berdasarkan tinjauan pustaka yang
dilakukan, maka hipotesis kedua yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H2: Pengaruh EBTIDA terhadap intensitas investasi pada perusahaan dengan tingkat
growth opportunity yang tinggi lebih besar dibanding perusahaan dengan tingkat growth
opportunity yang rendah.
Untuk menjawab hipotesis 2 di atas, dikembangkan model penelitian sebagai berikut:
INVit+1 = β0 + β1EBITDAit + β2LEVit + β3TANit + β4DQValit + β5DQValit*EBITDAit + µit
Dalam model hipotesis 2 ini, untuk melihat pengaruh tingkat growth opportunity terhadap
hubungan EBITDA dengan intensitas investasi, variabel tingkat growth opportunity diganti
dengan dummy growth opportunity. Penggunaan dari variabel ini untuk membedakan
perusahaan dengan tingkat growth opportunity yang tinggi dengan perusahaan yang memiliki
tingkat growth opportunity yang rendah. Perusahaan dikategorikan memiliki tingkat growth
7 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
opportunity yang tinggi jika nilai dari Tobin’s Q bernilai lebih besar dari satu. Jika Tobin’s Q
bernilai lebih besar dari satu, maka dummy growth opportunity bernilai satu, dan sebaliknya.
3.2 Data Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah semua perusahaan nonkeuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian menggunakan sampel perusahaan
nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011.
menggunakan sampel perusahaan dengan nilai aset tetap diatas 20% agar penelitian lebih
terfokus pada perusahaan di mana investasi dalam aset tetap memiliki peran yang cukup
besar dalam model bisnis perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive judgment sampling. Purposive judgment sampling termasuk dalam nonprobability
sampling karena sampel yang diambil merupakan sampel terpilih berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu yang telah ditetetapkan sebelumnya (Sekaran dan Bougie, 2010). Dari kriteria
pemilihan sampel tersebut, didapat sampel penelitian 191 perusahaan tiap tahunnya dengan
764 unit observasi.
4. Analisis dan Pembahasan
4.1 Pengujian Hipotesis Hubungan EBTIDA dengan Intensitas Investasi
Tabel Hasil Regresi Model Hipotesis 1
INVit+1 = α0 + α1EBITDAit + α2LEVit + α3TANit + α4QValit + µit
Variabel
Koefisien
Std. Error
t-Statistik
Prob.
C
0,0066
0,0057
1,1691
0,2427
EBITDA
0,0767
0,0143
5,3654
0,0000*
LEV
-0,0147
0,0060
-2,4536
0,0144**
TAN
0,0364
0,0090
4,0224
0,0001*
QVal
0,0076
0,0013
5,8678
0,0000*
Adj R2
0,1492
F-Stat
34,4541
Prob (F-Stat)
0,0000*
INV: intensitas investasi; EBITDA: keuntungan sebelum biaya bunga, pajak, depresiasi, dan
amortisasi; LEV: leverage; TAN: rasio aset tetap terhadap total aset; QVal: tingkat growth
opportunity; *signifikan pada α 1%; **signifikan pada α 5%.
Sumber: keluaran software EViews yang telah diolah
8 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Uji signifikansi model penelitian untuk hipotesis 1 memiliki p-value untuk F-stat 0,0000 yang
bernilai lebih kecil dari α (1%). Dengan tingkat kepercayaan 99%, dapat dinyatakan bahwa
variabel independen EBITDA, Lev, Tan, dan QVal pada model hipotesis 1 secara bersamasama dan signifikan mempengaruhi nilai variabel dependen INV. Model hipotesis 1 memiliki
R2 0,1492 yang berarti 14,92% varian pada variabel dependen dapat dijelaskan oleh varian
dari variabel-variabel independen dalam penelitian. Sedangkan 85,08% variasi pada variabel
dependen, dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian.
Berikut adalah interpretasi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen:
•
Variabel EBITDA memiliki nilai koefisien 0,0767 yang berarti nilai EBITDA
berhubungan positif dengan variabel intensitas investasi di tahun berikutnya. Variabel
EBITDA memiliki p-value dari t-stat yang lebih kecil dari α (1%). Dengan tingkat
kepercayaan 99%, secara statistik nilai EBITDA perusahaan mempengaruhi secara
positif nilai intensitas investasi perusahaan ditahun berikutnya secara signifikan.
•
Variabel LEV memiliki nilai nilai koefisien -0,0147 yang berarti tingkat leverage
suatu perusahaan berhubungan negatif dengan variabel intensitas investasi di tahun
berikutnya. Variabel LEV memiliki p-value dari t-stat yang lebih kecil dari α (5%).
Dengan tingkat kepercayaan 95%, secara statistik nilai LEV perusahaan
mempengaruhi secara negatif nilai intensitas investasi perusahaan ditahun berikutnya
secara signifikan.
•
Variabel TAN memiliki nilai nilai koefisien 0,0364 yang berarti nilai rasio aset tetap
terhadap total aset berhubungan positif dengan variabel intensitas investasi di tahun
berikutnya. Variabel TAN memiliki p-value dari t-stat yang lebih kecil dari α (1%).
Dengan
tingkat
kepercayaan
99%,
secara
statistik
nilai
Tan
perusahaan
mempengaruhi secara positif nilai intensitas investasi perusahaan ditahun berikutnya
secara signifikan.
•
Variabel QVal memiliki nilai nilai koefisien 0,0076 yang berarti tingkat growth
opportunity berhubungan positif dengan variabel intensitas investasi di tahun
berikutnya. Variabel QVal memiliki p-value dari t-stat yang lebih kecil dari α (1%).
Dengan tingkat kepercayaan 99%, secara statistik nilai QVal perusahaan
mempengaruhi secara positif nilai intensitas investasi perusahaan di tahun berikutnya
secara signifikan.
9 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Kesimpulan dari analisis regresi pada model hipotesis 1 adalah, variabel EBITDA
berhubungan positif dan signifikan secara statistik mempengaruhi intensitas investasi
perusahaan di tahun berikutnya yang direpresentasikan dengan perubahan nilai aset tetap, dan
bersama dengan variabel LEV, TAN, dan QVal dapat menjelaskan 14,92% varian dari
intensitas investasi. Hasil penelitian tersebut membuktikan secara empiris bahwa hipotesis 1,
yang menduga bahwa EBITDA memiliki hubungan positif terhadap intensitas investasi
perusahaan ditahun berikutnya, diterima.
4.2 Pengujian Hipotesis Pengaruh Tingkat Growth Opportunity Perusahaan terhadap
Hubungan EBITDA dengan Intensitas Investasi
Tabel Hasil Regresi Model Hipotesis 2
INVit+1 = β0 + β1EBITDAit + β2LEVit + β3TANit + β4DQValit +
β5DQValit*EBITDAit + µit
Variabel
Koefisien
Std. Error
t-Statistik
Prob.
C
0,0083
0,0059
0,1419
0,8872
EBITDA
0,1181
0,0230
5,1433
0,0000*
Lev
-0,0203
0,0070
-2,8870
0,0040*
Tan
0,0414
0,0089
4,6700
0,0000*
DQVal
0,0322
0,0048
6,5982
0,0000*
DQVal*EBITDA
0,0428
0,0210
2,0373
0,0420**
Adj R2
0,2267
F-Stat
45,7369
Prob (F-Stat)
0,0000
INV: intensitas investasi; EBITDA: keuntungan sebelum biaya bunga, pajak, depresiasi, dan
amortisasi; LEV: tingkat leverage; TAN: rasio aset tetap terhadap total aset; DQVal: dummy
growth opportunity; *signifikan pada α 1%; **signifikan pada α 5%.
Sumber: keluaran software EViews yang telah diolah
Uji signifikansi model penelitian untuk hipotesis 2, memiliki p-value untuk F-stat 0,0000
yang bernilai lebih kecil dari α (1%). Dengan tingkat kepercayaaan 99%, dapat dinyatakan
bahwa variabel independen pada model hipotesis 2 secara bersama-sama mempengaruhi nilai
variabel dependen INV dengan signifikan. Model hipotesis 2 memiliki nilai R2 0,1594 yang
berarti 15,94% varian pada variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
dalam penelitian. Sedangkan 84,06% variasi pada variabel dependen dijelaskan oleh faktor
10 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Dibandingkan dengan model hipotesis 1
yang memiliki R2 15,94%, model hipotesis 2 memiliki nilai R2 yang lebih besar sehingga
dapat disimpulkan bahwa growth opportunity meningkatkan explanatory power dari variabelvariabel independen dalam model.
Berikut adalah interpretasi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen:
•
Variabel EBITDA memiliki nilai koefisien 0,1181 dengan p-value lebih kecil dari α
(1%) yang berarti nilai EBITDA berhubungan positif dengan variabel intensitas
investasi di tahun berikutnya dan signifikan secara statistik. Setelah adanya dummy
growth opportunity (DQval), relevansi nilai EBITDA meningkat sebesar 0,0428. Hal
ini menunjukkan bahwa secara langsung variabel dummy growth opportunity
memperkuat hubungan EBITDA terhadap intensitas investasi. Artinya dengan adanya
tingkat growth opportunity yang tinggi, perusahaan memiliki kesempatan berinvestasi
yang lebih besar dibanding dengan perusahaan yang memiliki growth opportunity
yang rendah (Amelitta, 2008) sehingga perusahaan dengan tingkat growth opportunity
yang tinggi memiliki pengaruh EBITDA terhadap intensitas investasi lebih besar
dibanding perusahaan yang memiliki tingkat growth opportunity yang rendah.
•
Variabel LEV memiliki nilai nilai koefisien -0,0203 yang berarti tingkat leverage
suatu perusahaan berhubungan negatif dengan variabel intensitas investasi di tahun
berikutnya. Variabel LEV memiliki p-value dari t-stat yang lebih kecil dari α (1%).
Dengan tingkat kepercayaan 99%, secara statistik nilai LEV perusahaan
mempengaruhi secara negatif nilai intensitas investasi perusahaan di tahun berikutnya
secara signifikan.
•
Variabel TAN memiliki nilai nilai koefisien 0,0414 yang berarti nilai rasio aset tetap
terhadap total aset berhubungan positif dengan variabel intensitas investasi di tahun
berikutnya. Variabel TAN memiliki p-value dari t-stat yang lebih kecil dari α (1%).
Dengan
tingkat
kepercayaan
99%,
secara
statistik
nilai
Tan
perusahaan
mempengaruhi secara positif nilai intensitas investasi perusahaan di tahun berikutnya
secara signifikan.
•
Variabel DQVal memiliki nilai koefisien positif 0,0032 yang berarti nilai rasio aset
tetap terhadap total aset berhubungan positif dengan variabel intensitas investasi di
tahun berikutnya. Variabel DQVal memiliki p-value dari t-stat yang lebih kecil dari α
(5%). Dengan tingkat kepercayaan 95%, secara statistik nilai DQVal perusahaan
11 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
mempengaruhi secara positif nilai intensitas investasi perusahaan di tahun berikutnya
secara signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Aivazian (2005) dan Amelitta
(2008).
Kesimpulan dari analisis regresi pada model hipotesis 2 adalah, growth opportunity,
berpengaruh positif terhadap hubungan EBITDA dengan intensitas investasi perusahaan di
tahun berikutnya yang direpresentasikan dengan perubahan nilai aset tetap. Variabel growth
opportunity memperkuat hubungan EBITDA terhadap intensitas investasi. Artinya dengan
adanya tingkat growth opportunity yang tinggi, perusahaan memiliki kesempatan berinvestasi
lebih besar sehingga dengan tingkat growth opportunity yang tinggi, pengaruh EBITDA
terhadap intensitas investasi lebih besar dibanding perusahaan dengan tingkat growth
opportunity yang rendah. Hasil penelitian tersebut membuktikan secara empiris bahwa
hipotesis 2, yang menduga bahwa pengaruh EBTIDA terhadap intensitas investasi pada
perusahaan dengan tingkat growth opportunity yang tinggi, lebih besar dibanding perusahaan
dengan tingkat growth opportunity yang rendah, diterima.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan 191 sampel perusahaan nonkeuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terkait dengan hipotesis pertama yang menduga bahwa EBITDA berhubungan positif
terhadap intensitas investasi perusahaan di tahun berikutnya, hasil penelitian
menunjukkan EBTIDA berhubungan positif dan signifikan secara statistik terhadap
intensitas investasi perusahaan di tahun berikutnya. Artinya, ketersediaan arus kas
yang diproyeksi oleh EBITDA digunakan oleh perusahaan untuk berinvestasi
meningkatkan
aset
tetapnya.
Dapat
disimpulkan
juga
bahwa
manajer
mempertimbangkan pertumbuhan arus kas dalam pengambilan keputusan investasi.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kotsina dan Hazak (2012)
dan Amelitta (2008).
2. Sehubungan dengan hipotesis 2 yang menduga bahwa tingkat growth opportunity
perusahaan mempengaruhi hubungan EBITDA terhadap intensitas investasi di tahun
berikutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat growth opportunity
mempengaruhi hubungan EBITDA terhadap intensitas investasi perusahaan. Tingkat
growth opportunity memperkuat hubungan EBITDA terhadap intensitas investasi.
12 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
pengaruh EBTIDA terhadap intensitas investasi pada perusahaan dengan tingkat
growth opportunity yang tinggi, lebih besar dibanding perusahaan dengan tingkat
growth opportunity yang rendah. Peningkatan hubungan EBITDA terhadap intensitas
investasi disebabkan karena dengan tingkat growth opportunity yang tinggi, maka
nilai pasar perusahaan lebih besar dari nilai aset perusahaan yang tercatat, dan
keadaan ini merupakan suatu kesempatan pertumbuhan untuk perusahaan dapat
menghasilkan peluang investasi dan
perusahaan akan termotivasi untuk
meningkatkan investasisehingga memiliki kesempatan untuk berinvestasi yang lebih
besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat growth opportunity
yang rendah. Selain itu, perusahaan dengan tingkat growth opportunity tinggi
memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa depan
sehingga mengurangi hambatan perusahaan untuk mengambil proyek investasi.
6. Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan rentang waktu yang lebih panjang untuk mengidentifikasi hubungan
EBITDA terhadap intensitas investasi perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar hasilnya
dapat digeneralisir untuk periode yang lebih panjang. Selain itu, untuk menghindari
data yang tidak lengkap, sebaiknya mencari data dari berbagai sumber seperti dari dua
atau lebih sumber data stream dan laporan tahunan perusahaan.
2. Membagi penelitian kedalam masing-masing sektor industri nonkuangan. Dengan
membagi penelitian kedalam masing-masing sektor industri nonkeuangan, hasil
penelitian dapat terlihat di sektor mana memiliki hubungan EBITDA terhadap
intensitas investasi yang paling kuat dan yang paling lemah. Selain itu dapat juga
melihat pengaruh tingkat growth opportunity dalam hubungan EBITDA terhadap
intensitas investasi di sektor industri mana yang paling kuat dan paling lemah.
3. Menggunakan model penghitungan lain selain Tobin’s Q dalam menghitung tingkat
growth opportunity seperti menggunakan metode KBM (Danbolt et al., 2002). Dalam
metode KBM, Nilai growth opportunity didapat dari pembagian nilai pasar akhir
tahun saham perusahaan dengan EPS akhir tahun perusahaan per nominal risk free
rate.
13 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Daftar Referensi
Aivazian, V. A., Gie, Y., & Qiu, J. (2005). The Impact of Leverage on Firm Investment:
Canadian Evidence. Journal of Corporate Finance , 277-291.
Amelitta. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Perusahaan: Studi Kasus
Sektor Pertanian, Pertambangan, dan Barang Konsumsi Indonesia Tahun 2004-2007.
Depok: Fakultas Ekonomi Univesrsitas Indonesia.
Berger, P. G., & Hann, R. (2003). The Impact of SFAS 131 on Information and Monitoring.
Journal of Accounting Research , 41, 337-360.
Blanchard, O. J., Lopez-de-Silanes, F., & Shleifer, A. (1994). What do Firms Do with Cash
Windfalls? Journal of Financial Economics , 36, 337-360.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A. J. (2004). Essentials of Investment. McGraw Hill Irwin.
Briliane, L. (2012). Pengaruh Keandalan Akrual pada Persistensi Laba dan Harga Saham.
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Chariri, A., & Ghozali, I. (2003). Teori Akuntansi. Semarang: BP UNDIP.
Chung, K. H., & Pruitt, S. W. (1994). A Simple Approximation of Tobin's Q. Financial
Management , 70-74.
Danbolt, J., Hirst, I., & Jones, E. (2002). Measuring Growth Opportunities. Applied Financial
Economics , 12 (3), 203-212.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2011). Aset Tetap. Dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 16 revisi 2011. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2009). Laba. In Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2007). Laba Atau Rugi Bersih Untuk Periode
Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. Dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 reformat 2007. Jakarta: Ikatan
Akuntansi Indonesia.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2010). Pendapatan. Dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 23 tahun 2010. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Eccles, R. G., Herz, R. H., Keegan, E. M., & Phillips, D. M. (2001). The Value Reporting
Revolution: Moving Beyond the Earnings Game. Price-Waterhouse-Coopers.
Erhans, W. (2000). Akuntansi 2. Jakarta: PT Ercontara Rajawali.
Gifarulla, R. G. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Investasi
Perusahaan. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Griffin, R. W., & Pustay, M. W. (2010). International Business. Pearson.
Gujarati, D. N. (2003). Basic Econometrics. 4th Edition. New York: McGraw-Hill.
Hafitz, A. (2011). Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, dan Profitability
terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI. Medan:
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.
Harahap, S. S. (2007). Teori Akuntansi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Harford, J. (1999). Corporate Cash Reserves and Aquisitions. Journal of Finance , 54, 19691997.
Hariandy, P. (2011). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tingkat Diversifikasi dan
Dana Pihak Ketiga terhadap Tingkat Pengungkapan Sukarela. Depok: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Harini, A. (2012). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba dan Cost of Equity.
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Iswaraputra, N. (2013). Dampak Adopsi IFRS pada PSAK Terhadap Relevansi Nilai
Goodwill: Study Empiris di Bursa Efek Indonesia. Depok: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
14 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Jones, C. P. (2007). Investments (10th ed.). John Wiley & Sons, Inc.
Jusup, A. H. (2005). Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: STIE-YKPN Yogyakarta.
Kam, V. (1998). Accounting Theory (2 ed.). (Suwardjono, Penerj.) Yogyakarta: BPFE.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2011). Intermediate Accounting: IFRS
Edition. New Jersey: John Wiley & Sons Ltd.
Kogan, L., & Papanikolaou, D. (2010). Growth Opportunities, Technology Shocks, and Asset
Prices. Kellogg School of Management at Northwestern University.
Kotsina, S., & Hazak, A. (2012). Is There a Relationship between EBITDA and Investment
Intensity? An Empirical Study of European Companies. International Conference on
Economics & Business Innovation IPEDR , 38.
Lamont, O. (1997). Cash Flow and Investment: Evidence from Internal Capital Markets.
Journal of Finance , 52, 83-109.
Levin, R. I., & Rubin, D. S. (1998). Statistic for Management (7th ed.). Prentice Hall.
Lindenberg, E. B., & Ross, S. A. (1981). Tobin'q Q ratio and Industrial Organization. Journal
of Business , 1-32.
Nachrowi, D., & Usman, H. (2006). Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.
Pendekatan Populer dan Praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Opler, T., Pinkowitz, L., Stulz, R., & Williamson, R. (1999). The Determinants and
Implications of Corporate Cash Holdings. Journal of Financial Economics , 52, 3-46.
Putra, F. R. (2009). Pengaruh Penerapan Kaizen Costing Terhadap Laba Kotor. Bandung:
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Rahmawati, D. (2010). Aktiva Tetap. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Reeve, J. M., Warren, C. S., & Duchac, J. E. (2008). Principles of Accounting. Singapura:
Cengage Learning.
Ross, S. A., Westerfield, R. W., & Jordan, B. D. (2008). Corporate Finance Fundamentals
(8th ed.). McGraw-Hill.
Rustam. (2002). Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 23.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research Method For Business. 5th Edition. John Wiley &
Sons Ltd.
Soemarso, S. (2004). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.
Suwardi, A. (2011). Modul Stata: Tahapan Tahapan Dan Perintah Data Panel. Depok:
Laboratorium Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi FEUI.
15 Hubungan ebtida …, Reza Putra Aryanto, FE UI, 2013
Download