KD2, Perlindungan korban konflik bersenjata [Compatibility Mode]

advertisement
PERLINDUNGAN
KOMBATAN
Pasal 1 HR
Distinction
principle
Siapa yang boleh dijadikan
obyek peperangan dan
tidak.
Kombatan..?
Dipimpin seorang yang bertanggungjawab atas bawahannya
Mempunyai lambang yang dapat diketahui dari jarak tertentu
Membawa senjata secara terbuka
Tunduk pada hukum dan kebiasaan perang
Disempurnakan dan dilengkapi dengan Pasal 43
dan 44 Protokol Tambahan I 1977
Pasal 43 Protokol Tambahan I 1977
Mereka yang dapat digolongkan sebagai kombatan adalah
mereka yang termasuk dalam pengertian armed force
(angkatan bersenjata) suatu negara, dan mereka yang
termasuk ke dalam pengertian angkatan bersenjata itu
adalah mereka yang memiliki hak untuk berperan serta
secara langsung dalam permusuhan.
Mereka itu terdiri atas:
Angkatan bersenjata terorganisasi (organized armed
force)
Kelompok-kelompok atau unit-unit yang berada di bawah
komando yang bertanggung jawab atas komando yang
bertanggung jawab atas bawahannya kepada pihak yang
bersangkutan.
Angkatan bersenjata itu harus tunduk pada suatu disiplin
internal yang berisikan antara lain,pelaksanaan
ketentuan yang berlaku dalam konflik bersenjata.
Pasal 44 Protokol Tambahan 1977
Setiap Kombatan yang jatuh ke dalam kekuasaan pihak
lawan akan menjadi tawanan perang
Kombatan yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan hukum humaniter tidak akan
menghilangkankan haknya sebagai tawanan perang
Kombatan diharuskan untuk membedakan antara
penduduk sipil dan kombatan ketika dalam pertikaian
bersenjata
Bentuk:
Mencari dan mengumpulkan yang luka, sakit dan jenazah
Pencatatan dan pengiriman mereka yang terluka, sakit, mati
Kombatan yang luka, sakit dan hors de combat tidak boleh
diserang
Larangan melakukan diskriminasi dalam perawatan dan
pengobatan korban yang luka/sakit
Kombatan yg jatuh ketangan musuh harus diperlakukan sbg
tawanan perang
dll.
Kombatan yang berstatus hors de combat atau jatuh ketangan
musuh.
Mereka yang berhak mendapat status tawanan perang:
Anggota angkatan perang
Anggota milisi gerakan perlawanan yang diorganisir
Angkatan perang reguler
lain-lain (Pasal 4A KJ III 1949)
Perlindungan Umum:
Menjamin penghormatan diperlakukan scr manusiawi
Menjamin perlindungan dilindungi dari bahaya dan ketidakadilan
Memberikan perawatan kesehatan tidak boleh diabaikan
walaupun dari pihak musuh.
Permulaan tawanan:
Dilakukan pemeriksaan (nama, pangkat, tgl lahir, dll),
dipindahkan ketempat yang aman.
Pada saat ditahanan:
Tempat (sehat, higienis, jauh dari pertempuran), makanan
harus cukup kualitas dan kuantitas dan disesuaikan dg kondisi
mereka, diberikan uang bulanan dan upah kerja (jk
dipekerjakan), dll.
Berakhirnya tawanan:
Pemulangan langsung (karena luka/sakit) dan
pembebasan_pemulangan setelah permusuhan berakhir.
PERLINDUNGAN
PENDUDUK SIPIL
Perlindungan
penduduk
sipil
sama
kuatnya
dengan
perlindungan terhadap kombatan dan mereka yang telah
berhenti berperang (hors de combat) artinya terhadap
penduduk sipil tidak dijadikan obyek serangan.
Diatur Dalam:
Konvensi Jenewa IV 1949
Perlindungan Umum
Perlindungan Khusus
Bagian IV Protokol Tambahan
I 1977
Perlindungan Umum
diberikan kepada penduduk sipil tidak boleh dilakukan
secara diskriminatif.
Dalam segala keadaan, penduduk sipil berhak atas
penghormatan pribadi, hak kekeluargaan, kekayaan dan
praktek ajaran agamanya. Terhadap mereka tidak boleh
dilakukan tindakan (Pasal 27-34):
Melakukan pemaksaan jasmani maupun rohani untuk
memperoleh keterangan;
Melakukan tindakan yang dapat menimbulkan penderitaan
jasmani;
Melakukan intimidasi, terorisme dan perampokan
Melakukan tindakan yang dapat menimbulkan penderitaan
jasmani atau permusuhan terhadap orang yang dilindungi
Dsb.
Perlindungan Khusus
Mereka adalah penduduk sipil yang tergabung dalam suatu organisasi
sosial yang melaksanakan tugas-tugas yang bersifat sosial untuk
membantu pendudul sipil lainnya pada waktu sengketa bersenjata.
Yaitu penduduk sipil yang menjadi anggota perhimpunan palang
merah nasional atau perhimpuan penolong sipil lainnya, termasuk
anggota pertahanan sipil.
Dalam melaksanakan tugas
Dihormati
Mereka harus dibiarkan untuk
melaksanakan
tugas-tugas
sosial mereka pada waktu
sengketa bersenjata
Dilindungi
Mereka harus dilindungi dari
serangan
lawan
sehingga
mengakibatkan
penderitaan
yang tidak perlu
Orang sipil
yang
dilindungi
Orang asing di wilayah pendudukan
Pasal 35 Konvensi Jenewa IV 1949
Orang yang
pendudukan
tinggal
di
wilayah
Interniran sipil
Penduduk sipil musuh dalam wilayah pihak yang bersengketa yang
perlu diawasi dengan ketat demi keamanan;
Penduduk sipil musuh dalam wilayah pihak yang bersengketa yang
dengan sukarela menghendaki untuk diinternir atau karena
keamanan menyebabkan ia harus diinternir;
Penduduk sipil musuh dalam wilayah yang di duduki, apabila
penguasa pendudukan menghendaki mereka perlu diinternir
karena alasan mendesak;
Penduduk sipil yang telah melakukan pelanggaran hukum yang
secara khusus bertujuan untuk merugikan penguasa pendudukan.
Pengaturan Perlindungan Penduduk Sipil
Protoko, Tambahan I&II
Tahun 1977
Konvensi Jenewa Tahun
1949
Konvensi Den Haag Tahun
1899&1907
Deklarasi St. Petersburg
Tahun 1868
Konvensi Jenewa Tahun
1864
Instruksi Lieber Tahun
1863
Instruksi Lieber Tahun 1863
Instruksi ini membedakan penduduk sipil 3 :
Orang sipil yang
inoffensive
Orang sipil yang ikut serta
langsung dalam permusuhan
Orang sipil yg
terkait pelaks tugas
angk bersenjata.
Mereka diberi kedudukan
sebagai Belligerent.
Apabila mereka tertangkap
musuh,
maka
berhak
mendapat status sebagai
tahanan perang.
Mereka mendapat perlindungan
pribadi,
harta
dan
kehormatannya. Mereka tidak
boleh
dibunuh,
dijadikan
budak, dipaksa bekerja pada
pihak yang menang.
Konvensi Jenewa Tahun 1864
Perjanjian
Internasional
HHI
perlindungan bagi korban perang
I
yang
menetapkan
Dimaksudkan untuk menetapkan perlindungan bagi mereka yang
luka di medan perang, personil dan kesatuan medik beserta
peralatannya.
Ketentuan ini mengatur tingkah laku orang sipil dalam pertikaian
bersenjata dan perlindungannya.
Deklarasi St. Petersburg Tahun 1868
Deklarasi ini secara implisit menetapkan perlindungan bagi orang
sipil. Perlindungan itu ditetapkan dengan dicantumkannya asas
pembedaan
antara
orang
sipil
dan
kombatan
di
dalam
konsiderannya.
Konsideran itu menetapkan bahwa satu-satunya
sasaran sah yang dapat dituju dalam perang adalah melemahkan
angkatan bersenjata musuh.
Konvensi Den Haag Tahun 1899 & 1907
Konvensi Den Haag tidak menetapkan batasan orang sipil. Namun
dalam Konvensi Den Haag terdapat ketentuan yang mengatur orangorang yang tidak tergolong belligerent, yaitu orang yang tidak turut
serta dalam permusuhan, mereka adalah orang sipil.
Garis besar perlindungan yang
ditetapkan antara lain:
Larangan pemaksaan orang sipil memberikan info ttg angk bersenjata
pihak lawan bertikai atau tentang perlengkapan pertahanannya.
Larangan meminta orang sipil untuk setia pd penguasa pendudukan.
Penghormatan hak-hak pribadi dan harta orang sipil
Larangan menjarah penduduk sipil
Larangan pemungutan pajak dan pungutan lain yang sewenang-wenang
Larangan penghukuman kolektif orang sipil
Larangan pencabutan hak milik orang sipil secara sewenang-wenang.
Konvensi Den Haag Tahun 1899 & 1907
KJ IV secara eksplisit tidak menetapkan batasan pengertian orang sipil.
Orang sipil yang dilindungi oleh konvensi ini pada umumnya hanya
orang sipil yang berada di tangan musuh, baik di wilayah musuh, di
wilayah yang di duduki maupun di wilayah pertempuran.
Bentuk
Perlindungannya
:
Perlindungan thd tindakan sewenang-wenang musuh
yang
menguasainya di wilayah pihak yang bertikai/pendudukan/interniran;
Bantuan kantor penerangan;
Penghormatan pribadi manusia;
Penghormatan hak-hak dasar pribadi manusia pria ataupun
Larangan hukuman kolektif, penyanderaan, penghinaan;
Kesempatan meninggalkan wilayah musuh;
Jaminan mendapatkan makan dan obat-obatan, dll.
wanita;
Protokol Tambahan I dan II tahun 1977
Secara eksplisit menetapkan batasan pengertian orang sipil .
Orang sipil adalah:
setiap orang yang bukan anggota angkatan bersenjata pihak yang
bertikai. Anggota angkatan bersenjata adalah kombatan, yaitu mereka
yang berhak ikut serta dalam permusuhan.
Bentuk Perlindungannya Protokol
Tambahan I Tahun 1977
Larangan menyerang orang sipil
Keharusan dilakukannya penghati-hatian dalam melakukan perbuatan
perang demi untuk melindungi orang sipil
Larangan dilakukannya kekerasan kepada orang sipil
Larangan pemindahan paksa orang sipil
Jaminan mendapatkan bantuan
Kesempatan memberi bantuan korban pertikaian bersenjata.
Bentuk Perlindungannya Protokol
Tambahan II Tahun 1977
Perlindungan terhadap operasi militer
Larangan dijadikannya orang sipil menjadi sasaran pertikaian
bersenjata
Larangan menjadikan kelaparan orang sipil menjadi sarana pertikaian
Larangan menyerang bangunan dan instalasi yang mengandung
kekuatan berbahaya
Larangan pemindahan paksa orang sipil
Perlindungan kumpulan dan orang sipil penolong korban pertikaian
bersenjata.
Perlindungan terhadap obyek
lain dalam pertikaian
bersenjata
Pasal 52 Protokol I 1977
Obyek sipil tidak boleh dijadikan sasaran penyerangan/pembalasan.
Bila hal itu diragukan apakah itu obyek sipil atau bukan, maka obyek
tersebut harus diperlakukan sebagai obyek sipil.
Dalam Perang dilarang:
Melakukan suatu tindakan permusuhan secara langsung terhadap
monumen-monumen bersejarah, hasil-hasil seni atau tempat suci yg
merupakan warisan budaya atau jiwa rakyat (The culturea or spiritual
heritage of people).
Menggunakan obyek-obyek sipil tsb untuk membantu kepent militer
Menjadikan obyek-obyek tersebut sebagai obyek pembalasan.
Perlindungan Lingkungan Hidup
Dalam perang harus dijaga untuk melindungi lingkungan alam
terhadap kerusakan yang meluas, dalam jangka waktu yang lama
dan parah.
Tmsk larangan penggunaan cara-cara atau alat-alat berperang
yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan alam
dan merugikan kesehatan atau kelangsungan hidup penduduk.
Penyerangan terhadap lingkungan alam dengan cara pembalasan
dilarang
Download