Sengketa bersenjata dalam hukum internasional

advertisement


Pengertian:pertikaian/sengketa bersenjata
adalah pertentangan yang disertai
penggunaan kekerasan angkatan bersenjata
dari masing2 pihak dengan tujuan
menundukkan lawan dan menetapkan
persyaratan perdamaian secara sepihak.
Secara umum pertikaian bersenjata dapat
dibagi atas 2(dua)yakni:



1.perang yaitu pertikaian bersenjata antar negara utk menyelesaikan
suatu sengketa dengan dipenuhinya bbrp persyaratan perang
mis:adanya pernyataan dimulainya perang.
2.pertikaian bersenjata bukan perang yaitu pertikaian bersenjata yang
tidak memenuhi syarat yang ditetapkan agar dapat dikategorikan
sebagai perang.
Secara umum perang adalah suatu pertandingan (contest) antara dua
negara atau lebih terutama dengan angkatan bersenjata mereka.Tujuan
akhir dari perang itu sendiri adalah setiap kelompok kontestan atau
setiap kontestan adalah mengalahkan kontestan yang lain dan akan
membebankan syarat2 perdamaiannya.Mengingat tujuan perang adalah
mengalahkan pihak lain dengan berbagai macam persenjataan yang
dimiliki dan berbagai strategi perang yang dikuasai maka baik dalam
perang yang sah maupun tidak sah peranan hukum perang sangat
diperlukan dengan harapan agar kebiadaban / kebrutalan dapat
dikurangi atau kalau dapat ditiadakan.
Sementara itu untuk menentukan suatu konflik
apakah termasuk dalam perang atau suatu
persengketaan non perang maka perlu diperhatikan :
dimensi konflik tersebut maksudnya adalah para
pihak yang bersikap dan reaksi dari pihak yang tidak
termasuk dalam konflik tersebut.
 Dalam hukum internasional khususnya dalam
sengketa bersenjata selain pertikaian bersenjata
perang dan bukan perang masih dikenal bbrp jenis
sengketa yang tidak dapat dikategorikan dalam
perang dan sengketa non perang yaitu:
 Perang dingin(Cold War ) yang dimulai setelah perang
dunia 2 (1946).

Keseimbangan teror (MAD/mutual assured
destruction) dan yang lainnya adalah
 Konfrontasi seperti yang pernah terjadi antara
Indonesia dan Malaysia tahun 1963.
 Mengenai perang dingin muncul ketika Amerika
Serikat dan Uni Sovyet (negara2 komunis) sedangkan
MAD muncul karena adanya Amerika Serikat dan Uni
Sovyet melakukan perlombaan persenjataan
misalnya ttg pembuatan senjata nuklir/ jenis lainnya
beserta upaya penjualan atau pemasarannya.
 Sedangkan konfrontasi seperti yang telah dijelaskan
diatas yakni konfrontasi Indonesia dan Malaysia tahun
1963.




Polemik ttg kapan dimulainya perang sejak dulu
sudah terjadi namun pada abad ke 16 perang
biasanya diawali dengan pemberitahuan yakni
berupa surat tantangan tapi pada masa tersebut
hanya berupa kebiasaan saja.
Baru pada abad ke 17 pada masa Grotius muncul
adanya pernyataan bahwa perang harus diawali
dengan pemberitahuan namun dalam praktek
sering diabaikan oleh negara yang berperang.
Setelah itu pada abad ke 19 bentuk2
pemberitahuan diaktualisasikan dalam
pernyataan atau ultimatum.
Menurut konvensi Den Haag 1907 perang
sebaiknya tidak dimulai tanpa adanya
pernyataan perang atau peringatan tegas dalam
bentuk sbb:
 Suatu pernyataan perang yang menyatakan
alasan2 yang menjadi dasar pecahnya
peperangan.
 Suatu ultimatum yang memuat pernyataan
perang bersyarat .
 Pemberitahuan tersebut juga harus disampaikan
pada pihak2 yang netral secepatnya/tanpa
penundaan.

Konvensi diatas muncul sebagai akibat adanya perang Rusia –
Jepang (1904) saat tersebut Jepang menyerang secara mendadak
pada armada –armada Rusia di Port Athur,namun pihak Jepang
berdalih serangan tersebut sebagai tindakan balasan demi
kepentingan –kepen tingannya.
 Pelaksanaannya thd konvensi tersebut pada waktu itu tidak ditaati
oleh pihak yang berperang ( terutama pada kurun waktu tahun
1935 – 1945 ).
 Pada periode 1945 – 1988 kaidah kaidah itupun sering dilanggar
akan tetapi bukan berarti kaidah itu telah tidak ada atau tidak
dipakai lagi namun pada prinsipnya hukum internasional
menyatakan perang harus diawali dengan pemberitahuan yang
layak terlebih dahulu kepada pihak musuh.






Hukum perang akan tetap berlaku pada negaranegara yang berperang meskipun perang tersebut
dapat dikategorikan perang tidak sah.
Sah atau tidak sahnya perang dapat dilihat dari bbrp
segi yakni:
Sebab- sebabnya perang.
Dan diawalinya perang.
Sedangkan perang yang tidak sah adalah perang yang
tidak mengidahkan atau tidak menghiraukan kaidah
hukum internasional sbg akibatnya hasil perolehan
dari perang yang tidak sah tidak akan dapat diakui
oleh masyarakat internasional.Sedangkan pelakunya
dapat dikenai tuduhan perjahat perang.


Didalam hukum perang ada bbrp point pokok
yang mesti diperhatikan yaitu:
Ius ad Bellum yang artinya hukum menjelang
perang
Secara terminologi ius ad bellum adalah
rangkaian kai dah yang memuat ketentuan
tentang hak negara un tuk berperang, perang
yang sah dan diawalinya perang .
Sejak dulu perang dianggap sebagai satu-satunya sarana politik
yang dipakai dalam pemyelesaian sengketa. Bahkan dulu pernah
ada semacam “kebanggaaan” bagi bangsa yang menagn perang,
akibatnya perang dapat dijadikan sarana mengangkat martabat
bangsanya. Melihat kenyataan ini perang sebenarnya adalah hak,
tapi dalam perkembangannya, menurut “The Briand Kellog Pact”
th 1928 ditetapkan bahwa adanya persetujuan umum atas
penolakan perang sebagai sarana penyelesaian sengketa inter
nasional. Menurut piagam PBB pasal 2 ayat 2 disebutkan bahwa
segenap anggota PBB harus menyelesaian persengketaan inter
nasional dengan jalan damai dan menggunakan cara-cara yang
sedemikian rupa shg perdamaian dan keamanan internasional
serta keadilan tidak terancam.
Meskipun perang dikutuk atau dilarang oleh hukum
internasional tetapi bukan berarti perang tidak boleh
dilaksanakan dan tidak menjadi hak suatu negara.
 Menurut Sugeng Istanto : negara masih diakui
memiliki hak berperang dalam hal-hal sebagai berikut
1. Apabila perang untuk mempertahan diri (self
defence) yang dibenarkan oleh hukum internasioanal
2. Apabila perang dipakai sebagai tindakan kolektif
dalam menjalankan kewajiban internasionak
berdasarkan perjanjian internasional

3. Apabila perang dilakukan antar negara yang
merupakan pihak dalam The Briand Kellog
Pact dan negara bukan pihak tersebut.
4. Apabila perang itu dilakukan untuk melawan
negara pihak The Briand Kellog Pact yang
melanggar ketentuan pakta tersebut






Bellum justum merupakan ajaran kaum naturalis yang
tujuannya adalah sbg upaya membatasi penggunaan
perang sbg sarana politik untuk menyelesaikan sengketa
.Menurut kaum naturalis ini perang yang sah adalah
perang yang memenuhi persyaratan.
Sedangkan syarat2nya adalah sbb:
Juste Titre (dilakukan oleh pihak yang berwenang)
Juste Cause (didasarkan pada alasan yang adil dan
seimbang dengan malapetaka yang ditimbulkan oleh
perang)
Necessty ( dilakukan dengan terpaksa karena upaya lain
telah gagal dilakukan)
Juste Conduite de la Guerre (pelaksanaannya didasarkan
pada hukum yang berlaku).

Dapat ditegaskan meskipun ada aturan yang
menata perang tetapi masyarakat
internasional sepakat untuk menggunakan
perang sebagai “senjata pemungkas”.Apabila
suaut perang tidak didasarkan pada
persyaratan seperti diatas maka perang
tersebut dianggap tidak sah dan akibatnya
bagi pelaku perang yang tidak sah tidak akan
mendapatkan hak2 yang diberikan hukum
internasional.

Contohnya adalah tidak diperbolehkan nya
pelaku perang yang tidak sah melak sanakan
pungutan di wilayah pendudu kan,kecuali
didasarkan pada asas “ex iniuria ius non
oritus”(perbuatan/ kea daan yang tidak sah
tidak akan menim bulkan hak).

Ius in Bello artinya adalah hukum diluar
perang,yang secara terminologi artinya
kumpulan kaidah yang mengatur hubu ngan
antara negara yang bertikai dengan
lawannya, negara yang bertikai dengan
negara netral,cara dan sarana perang,
perlindungan korban perang, dan pera dilan
terhadap pelanggar hukum perang.



Secara umum ius in bello dapat dijelaskan sbb:
1. Hubungan antara negara2 yang bertikai.
Akibat dari pecahnya perang maka antara negara2 yang
berperang beserta warga negaranya harus tunduk pada
hukum perang.Menurut hukum perang antara negara2
tersebut telah terlibat dalam suatu hubungan permusuhan
.Sedangkan yang dapat dikategorikan musuh dalam
perang adalah semua orang dan benda2 milik
musuh.Menurut hu kum perang Inggris dan Amerika
Serikat tolak ukur musuh dalam perang didasarkan pada
kediaman atau domisili. Sedangkan kaum Eropa
Kontinental menentukan musuh ini padakebangsaannya,
namun dalam perkembangannya ke dua negara tadi
sekarang sependapat dengan Eropa Kon tinental.

Menurut ketentuan hukum perang tentara
dan warga negara musuh yang bertem pat
tinggal diwilayah musuh akan diang gap
sebagai musuh sedangkan negara netral dan
warga negaranya tidak diang gap sebagai
negara musuh. Mengenai kapal2 netral akan
kehilangan status kenetralannya apabila:


1.kapal2 itu ambil bagian dalam permusu han
misalnya tunduk pada komando agen musuh
atau dipakai mengangkut tentara atau intelijen
musuh.
2.kapal2 tersebut menolak diperiksa sesuai
dengan aturan atau menolak ditahan secara sah
(bukan untuk disandera)demikian pula barang2
yang diketemukan di kapal akan hilang status
kenetralannya apabila diang gap sebagai
barang2 musuh kecuali dapat dibuktikan lain.
Menurut konvensi Wina tahun 1949 mengenai
warganegara musuh tidak dapat ditahan atau
dipenjarakan dan boleh meninggalkan wilayah negara
yang berperang kecuali apabila kepentin gan2
nasional negara tersebut memerlukan dila kukan
penahanan.
 Mereka berhak mengajukan masalah penolakan pe
nahanan kpd pengadilan atau badan administratif dari
negara yang melakukan penahanan.Dalam kon vensi
tersebut dimuat pula ketentuan yang melarang
tindakan yang lebih berat dari pada tahanan rumah
atau penawanan dan ketentuan untuk memperlaku
kan tawanan secara layak dan manusiawi.


Apabila perang telah terjadi atau meletus nya
perang maka hubungan diplomatik antara para
pihak yang berperang otomatis telah putus,dan
para utusan diplomatik akan dipanggil/ditarik
pulang oleh negara pengirimnya.Biasanya
proses diawali dengan dutabesar atau staf
diplomatik termasuk korp diplomatik dari
negara musuh akan mengembalikan paspornya
dan setelah itu mereka harus segera kembali
dengan tanpa hambatan dari negara penerima.


Menurut pasal 44 Konvensi Wina tahun 1961:
negara2 penerima harus memberikan kemu
dahan2 untuk memungkin kan orang2 terse but
berangkat pulang kene garanya sesegera
mungkin dan menyediakan sarana pengang
kutan yang diperlukan untuk mereka.
Sedangkan tentang hubungan konsuler menu
rut konvensi Wina tahun 1963 menyatakan bah
wa dalam hal terjadinya sengketa bersenjata
negara penerima harus memberikan kemuda
han2 yang dibutuhkan konsul berserta stafnya
untk meninggalkan negara penerima.
Doktrin dalam hukum internasional menyata
kan bahwa apabila terjadi atau pecahnya perang
maka “IPSO FACTO” dihentikan berlakunya
perjanjian internasional.
 Namun secara yuridis konvensi Wina tahun 1969
(ttg perjanjian internasional) tidak menentukan
akibat hukum apabila pecahnya perang
terhadap suatu perjanjian.Sebagai landasan
hukum dapat dilihat bagaimana akibat perang
dan berlakunya perjanjian ter sebut dalam
Institute de Droit Internationale tahun 1985.


Dalam resolusi tersebut memuat serangkaian
kaidah mengenai perjanjian internasional
yang berlaku atau tidak diberlakukan pada
waktu terjadinya perang maupun dimulainya
konflik bersenjata non perang.Resolusi terse
but sama dengan pendapat sarjana hukum
internasional terkemuka modern.


1.perjanjian2 antara negara yang berperang
yang isinya tentang tindakan politik bersama,
hubungan baik antara mereka (perjanjian in
ternasional,perdamaian,kerjasama) dibatal
kan.
2.perjanjian2 yang memperlihatkan situasi2
yang menyeluruh atau ditujukan untuk me
ngadakan suatu keadaan yang permanen
(perjanjian tentang perbatasan) tetap berlaku
pada mereka.
3.perjanjian2 yang memuat kaidah hukum perang atau
perjanjian yang mengatur pelaksanaan permusuhan anta
ra negara (konvensi Den Haag 1899 dan 1907) tetap berla
ku bagi mereka.
 4.konvensi multilateral yang membuat hukum (Law Ma
king Treaties) yang berkaitan dengan kesehatan ,obat2
an,perlindungan hak milik perindustrian tidak batal atas
pecahnya perang tetapi pemberlakuannya di tangguhkan
berlakunya(dipulihkan kembali setelah berakhirnya seng
keta bersenjata) atau ada juga yang diterapkan secara
parsial.Namun bila konvensi dihasilkan oleh organisasi
internasional maka perjanjian tersebut tetap berlaku kpd
mereka yang bersengketa.



5.beberapa perjanjian internasional ada yang
secara khusus mengatur tentang klausul yg
menyatakan bahwa jika terjadi perang maka
perjanjian internasional ditangguhkan
(example: Article 38 Areal Navigation Conven
tion 1919).
6.Prima Facie(kekuatan)mengikat perjanjian
akan ditangguhkan apabila perjanjian itu
berkenaan dengan ekstradisi.

7.apabila suatu negara mentaati resolusi DK
PBB (misalnya tindakan agresi,pelanggaran
terhadap perdamaian dllnya) padahal dilain
pihak mereka harus tunduk pada perjanjian
lain yang isinya bertentangan dengan isi reso
lusi maka perjanjian tersebut pemberlakuan
nya di tangguhkan.
Menurut hakim Mahkamah Internasional Cardozo
tentang apakah suatu perjanjian tetap berlaku/ di
tangguhkan / dibatalkan maka perlu dievaluasi
dengan 2 (dua ) ukuran yaitu subjektif dan objektif:
 Ukuran subjektif suatu pemberlakuan perjanjian ter
gantung pada kehendak para pihak yang berjanji .
 Ukuran objektif pemberlakuan perjanjian didasarkan
pada keadaan yang nyata yang memungkinkan berla
kunya perjanjian internasional dari mereka dalam kea
daan perang.


Secara umum hubungan damai antara negara
yang bersengketa otomatis terputus ,namun
sebenarnya dalam keadaan perang berlaku juga
prinsip2 “fides etiam hosti servanda”(artinya
itikad baik harus tetap diberlakukan) terhadap
musuh karena kebutuhan keadaan,kemanusia
an, atau faktor2 lainnya.Misalnya yang bisa dija
dikan preseden adalah penghormatan utusan
musuh yang datang dan bermaksud mengada
kan perundingan dengan naungan bendera
putih sbg simbolnya.


Bukti hubungan damai dalam perang yang tim
bul karena kemanusiaan adalah pengembalian
milik pribadi dari angkatan bersenjata yang mati
akibat perang atau rumah sakit.
Sugeng Istanto berpendapat pelaksanaan perda
gangan antar warganegara yang berperang te
tap boleh berlangsung sepanjang diperbolehkan
oleh negara masing2 pihak.Biasanya hubungan
damai dlm perang ini dimotivasi oleh tuntutan
keadaan dan faktor kemanusiaan.


Warga negara musuh dalam perang menurut
hukum internasional dibedakan menjadi 2
yakni:
Kombatan yaitu:mereka yang secara
langsung melakukan perang dan berhak
membunuh,menciderai,menangkap,dan
menahan kombatan negara musuh.Komba
tan ini secara otomatis akan menjadi sasaran
perbuatan perang musuh.

Yang dikategorikan dalam kombatan adalah sebagian
besar anggota angkatan bersenjata negara yang ber
perang,warganegara yang bertikai yang melakukan
“levee en masse”. Namun ada juga anggota bersen
jata yang tidak termasuk kombatan misalnya pera
wat kesehatan,petugas rohani.Sedangkan warga
negara yang berperang dan melakukan “levee en
masse” adalah penduduk suatu wilayah yang belum
diduduki musuh, yang saat penyerbuan dari dari mu
suh penduduk tsb secara spontan mengangkat sen
jata untuk menahan serangan tanpa sempat meng
organisasikan diri sbg angkatan bersenjata,milisi,korp
sukarelawan.

Penduduk sipil adalah warganegara yang
menempati suatu wilayah tertentu yang tidak
termasuk kombatan.Warga sipil ini tidak ber
hak ikut langsung dalam perang dan dalam
keadaan perang penduduk sipil ini boleh me
ninggalkan wilayah yang diduduki musuh.



Benda milik musuh dalam hukum
internasional dibedakan menjadi 2 (DUA):
1.Benda milik publik ini terbagi pula menjadi
milik publik yang bergerak dan benda milik
publik yang tidak bergerak.
2.Benda milik privat ini terbagi pula benda
milik privat yang bergerak dan benda milik
privat yang tidak bergerak.

Benda musuh milik publik yang bergerak dan
ada diwilayah negara yang bertikai boleh disi
ta oleh lawan perang.Selanjutnya benda tsb
dapat dicabut haknya oleh negara yang me
nyita sesuai dengan tujuan militer penguasa.
Sedangkan benda musuh milik publik yang
tidak bergerak (tanah,bangunan gedung, pa
brik,dan bangunan permanen) lainnya dapat
dipakai oleh negara yang telah menguasai
tetapi tidak diambil alih.

Benda milik musuh yang merupakan milik
privat dan bersifat bergerak yang berada di
wilayah negara yang bertikai dapat disita dan
termasuk benda milik musuh yang merupa
kan milik privat yang bersifat bergerak lain
nya yang ada di wilayah pendudukan tidak
dapat diambil alih kecuali untuk kepentingan
militer lokal penguasa pendudukan negara
lawan.

Benda milik musuh yang bersifat tidak ber
gerak ( kapal beserta muatannya, tanah,
gedung dll ) dapat dirampas.






Setelah perang dunia 2 ada bbrp jenis negara:
1 negara yang terlibat perang,
2 negara yang tidak terlibat perang/netral.
Kewajiban negara netral adalah:
Bertindak tidak memihak pada pihak yang
bertikai.
Memperbolehkan pihak2 yang bertikai untuk
mengunjungi ,menggeledah,menangkap,dan
menghukum kapal2 dagang yang melanggar
blokade.

Sedangkan kewajiban negara yang bertikai
terhadap negara netral adalah memberlaku
kan negara dan warganya sesuai dengan sta
tus kenetralannya dan tidak menghentikan
hubungan negara netral dengan negara ber
perang(khususnya dalam hubungan dagang ).








1.cara dan sarana perang didarat.
Menurut konvensi Den Haag cara dan sarana perang
didarat diatur dalam peraturan Den Haag yang merupakan
lampiran konvensi Den Haag II tahun 1899 yang
diperbaharui oleh Konvensi Den Haag IV tahun 1907.
Adapun yang diatur dalam konvensi tsb adalah sbb:
1. siapa yang berhak ikut langsung dalam perang.
2. cara dan sarana perang.
3. kapitulasi(pernyataan menyerah) dan gencatan senjata.
4. siapa yang berhak menjadi tawanan perang dan bagai
mana cara memeperlakukannya.
5.wewenang penguasa militer di wilayah pendudukan.




Dalam hukum perang yang boleh turut serta
dalam perang adalah kombatan,anggota
milisi,anggota korp sukarelawan,dan
peserta”levee en messe.Bagi mereka
anggota korp sukarelawan atau milisi harus
mempunyai atau memenuhi :
1.memakai tanda pengenal.
2.membawa senjata secara terbuka.
3.melakukan operasi sesuai dengan hukum
perang dan kebiasaan perang.
Syarat yang harus dimiliki anggota “levee en
messe” adalah mereka membawa senjata secara
terbuka,menghormati hukum dan kebiasaan
perang.
 Dengan demikian apabila mereka tertangkap
maka akan diberlakukan terhadap mereka hu
kum perang atau tawanan perang.Tawanan
perang menurut hukum internasional harus di
perlakukan secara manusiawi dan harus dilepas
kan / dikembalikan ke negara asalnya bila keada
an perang telah selesai.


Sedangkan penduduk sipil menurut hukum
internasional penyerangan thd mereka dila
rang,pemboman kota juga dilarang,pengru
sakan tempat ibadah juga dilarang,perusak
an tempat rumah sakit juga dilarang,peng
gunaan senjata yang berlebihan juga dilarang
misalnya penggunaan senjata beracun,bom
atom dan peluru yang mengembang saat
mengenai sasaran.dll.
Cara dan sarana perang dilaut diatur dalam
Deklarasi Paris 1856 dan juga konvensi Den
Haag 1907. Secara ringkas aturan tersebut
adalah sbb:
 1.konvensi VI mengatur status kapal perang
musuh pada saat pecahnya perang.
 2. konvensi VII mengatur m0difikasi kapal
dagang menjadi kapal perang.
 3. konvensi VIII mengatur tentang ranjau laut.
 4. konvensi IX mengatur pembatasan penge
boman yang dilakukan oleh AL saat perang.





5.konvensi XI mengatur pembatasan
pelaksanaan hak penangkapan dalam perang
dilaut.
6.konvensi XII mengatur pembentukan
“international prize court”.
7. perjanjian internasional tahun 1922 di
Washington DC yang mengatur tentang
penggunaan kapal selam dan gas beracun dalam
perang.
8.perjanjian London 1930 dan penandatanganan
nya proses verbal tahun 1936 ttg pembatasan
dan pengurang an persenjataan AL.
Deklarasi Den Haag IV tahun 1899 yang berlaku 5 tahun
pada saat itu telah ada mengatur cara dan sarana perang
di udara.
 Deklarasi ini diperbaharui oleh deklarasi Den Haag XIV
tahun 1907 dan isinya adalah peluncuran proyektil dan
balon dilarang.
 Menurut hukum perang di udara yang berhak ikut perang
di udara adalah pesawat terbang militer dan pengeboman
dianggap sah bila ditujukan untuk sasaran militer dan
sasaran bom thd penduduk sipil dilarang,pemboman utk
menteror penduduk sipil dilarang,pemboman kota, desa
dilarang,dan tempat hunian atau bangunan yang
berdekatan dg operasi militer


Menurut resolusi LBB 1938: serangan terha
dap penduduk sipil secara senga ja dianggap
melanggar hukum internasional dan penye
rangan pada sasaran militer harus dilakukan
hati2 agar tidak mengenai penduduk sipil
yang ada di dekatnya meskipun sebenarnya
yang menjadi sasaran utama pengeboman
udara adalah objek militer.

Konvensi Jenewa adalah hukum internasional
yang mengatur tentang perang.Hal ini diawa
li pada perkembangan hukum perang sejak
konvensi Jenewa 1864 yakni konvensi yang
mengatur tentang perbaikan keadaan mere
ka yang terluka di medan perang dan konven
si ini diperbaharui melalui konvensi Jenewa
berikutnya dan penyempurnaan terakhir dila
kukan pada konvensi Jenewa 1949 dan proto
kol tambahan 1977.

Pada mulanya konvensi Jenewa yang berkait
an ttg hukum perang diawali 1863 dan dilan
jutkan 1864 yang melahirkan ICRC. Lahirnya
ICRC mendorong perkembangan hukum hu
maniter dan lahirnya ICRC karena keprihati
nan Henry Dunant setelah melihat ribuan kor
ban perang di Salferino yang semestinya bisa
tidak meninggal namun karena tidak menda
patkan perawatan menjadi meninggal.

Berdasarkan itulah Henry Dunant menulis dalam sebu
ah buku yang berjudul “Un Soovenir de Salferino”
yang menjadikan tonggak sejarah lahirnya Humani
tarian Law dimana Henry melihat keadaan perang
dan mengusulkan agar dibentuk suatu badan nasional
yang tugasnya merawat korban perang dalam suatu
pertempuran dan kemudian diadakan pertemuan
atau konferensi internasional dan melahirkan ICRC
dan me rekomendasikan agar pemerintah negara2
mau me ngadakan perjanjian ttg bbrp hal yang
ditetapkan da lam resolusi.
Download