TUGAS HUKUM HUMANITER HARRISON PAPANDE SIREGAR

advertisement
TUGAS HUKUM HUMANITER
HARRISON PAPANDE SIREGAR
Konvensi Jenewa 1949 tentang perlindungan korban perang berlaku dalam dua
konflik bersenjata. Sebutkan!
Armed conflict atau konflik bersenjata yang diatur dalam International
Humanitarian Law terdiri dari dua jenis yaitu, konflik bersenjata internasional
dan konflik bersenjata non-internasional memiliki perbedaan. Dalam Hukum
Humaniter perbedaan tersebut ada pada sifat dan jumlah negara yang menjadi
pihak dalam konflik bersenjata tersebut. Konflik bersenjata internasional
dideskripsikan sebagai perang antara dua negara atau lebih yang mana telah
ditetapkan di dalam Pasal 2 common article Konvensi-konvensi Jenewa 1949
beserta Pasal 1 ayat (4) jo. Pasal 96 ayat (3) Protokol Tambahan I tahun 1977.
Sedangkan sengketa bersenjata non-internasional merupakan perang yang
melibatkan negara yang sedang melawan kelompok bersenjata bukan negara.
Maka, jika negara berperang dengan kelompok pemberontak, kondisi seperti hal
tersebut diasumsikan sebagai konflik bersenjata non-internasional walaupun
perang tersebut terjadi sampai di luar wilayah teritorial negara tersebut. Ketentuan
mengenai sengketa bersenjata non-internasional ini diatur hanya berdasarkan pada
satu pasal saja, yaitu Pasal 3 common article konvensi-konvensi Jenewa 1949
serta Protokol Tambahan II tahun 1977.
Pasal 2 Konvensi Jenewa 1949 membuat hukum tentang konflik bersenjata. Apa
dan jelaskan unsur-unsur/kriteria-kriteria yang harus dipatuhi!
Ketentuan Geneve Conventions art. 2 memuat konflik bersenjata internasional
yaitu,
In addition to the provisions which shall be implemented in peacetime, the
present Convention shall apply to all cases of declared war or of any other armed
conflict which may arise between two or more of the High Contracting Parties,
even if the state of war is not recognized by one of them.
Paragraph pertama tersebut menyatakan bahwa Perang yang dilakukan dengan
cara-cara yang sah, dalam hal ini perang yang didahului dengan pernyataan
perang (declaration of war) maupun peperangan yang tidak dilakukan dengan
cara-cara tersebut (declared/undeclared war), konvensi berlaku dalam setiap
pertikaian senjata dan konvensi tetap berlaku meskipun salah satu pihak
menyangkal akan adanya pertempuran/peperangan.
The Convention shall also apply to all cases of partial or total occupation of the
territory of a High Contracting Party, even if the said occupation meets with no
armed resistance.
Paragraph kedua tersebut menjelaskan bahwa konvensi tersebut berlaku walaupun
pasukan pendudukan tidak mengalami perlawanan dari rakyat setempat. Hal ini
berbeda dengan konvensi 1929 yang ditentukan bahwa yang dapat dianggap
sebagai sebagai tawanan perang adalah yang tertangkap dalam pertempuran.
Although one of the Powers in conflict may not be a party to the present
Convention, the Powers who are parties thereto shall remain bound by it in their
mutual relations. They shall furthermore be bound by the Convention in relation
to the said Power, if the latter accepts and applies the provisions thereof.
Kalimat kedua tersebut tak menggunakan kembali klausula si omnes.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan klausula Si Omnes tidak berlaku dalam
penerapan Konvensi Jenewa 1949!
SiOmnes Clause adalah klausula yang ada pada konvensi-konvensi Den
Haag 1899 dan 1907 yang menyatakan bahwa konvensi tersebut akan berlaku jika
dan hanya jika para pihak yang terlibat dalam pertikaian telah menjadi pihak pada
konvensi yang bersangkutan. Apabila terdapat satu pihak yang belum menjadi
pihak pada konvensi tersebut, maka konvensi tersebut tidak dapat diterapkan pada
pertikaian itu. Antara lain terdapat dalam Pasal 3 Hague Convention III 1907, dan
Pasal 2 Hague Convention IV 1907.
Klausula SiOmnes disinggung pada Geneve Conventions art. 2 paragraph
ketiga pada kalimat kedua yaitu, Although one of the Powers in conflict may not
be a party to the present Convention, the Powers who are parties thereto shall
remain bound by it in their mutual relations. They shall furthermore be bound by
the Convention in relation to the said Power, if the latter accepts and applies the
provisions thereof. Hal tersebut otomatis menyatakan telah meninggalkan klausul
si omnes dan digantikan oleh klausul Erga Omnes (Justice for All).
Dalam hal apa saja konflik dapat disebut konflik internasional menurut
protokol!
jenis-jenis konflik bersenjata yang diatur dalam Protokol Tambahan I yang
merupakan jenis konflik yang baru (mengatur konflik bersenjata internasional)
dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) dan (4) Protokol Tambahan I adalah :
Pasal 1. Prinsip-prinsip umum dan ruang lingkup penerapan
(3). Protokol ini, yang melengkapi Konvensi-konvensi Jenewa 1949, harus
berlaku dalam situasi-situasi sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 common
article
Konvensi
Jenewa;
(4). Situasi-situasi yang tercantum dalam ayat di atas termasuk konflik bersenjata
di mana bangsa-bangsa melawan dominasi kolonial, atau pendudukan asing atau
rejim rasialis dalam rangka melaksanakan hak menentukan nasib sendiri (right
of self determination), sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB dan Deklarasi
tentang Prinsip-prinsip Hukum Internasional yang mengatur tentang Hubungan
Bersahabat dan Kerjasama antar negara sesuai dengan Piagam PBB.
Berdasarkan ketentuan ayat (3) Pasal 1 Protokol Tambahan I, maka telah
jelaslah bahwa Protokol Tambahan I ini juga berlaku untuk situasi-situasi konflik
bersenjata internasional sebagaimana yang dicantumkan dalam Pasal 2 common
article Konvensi Jenewa 1949; dengan kata lain, tiga jenis situasi peperangan
yang disebutkan di awal tulisan ini merupakan situasi yang diatur oleh Protokol
Tambahan I.
Sedangkan ketentuan ayat (4) Pasal 1 Protokol Tambahan I merupakan
ketentuan yang mencantumkan adanya jenis-jenis konflik bersenjata internasional
yang baru, yang disebut dengan penjajahan (colonial domination), pendudukan
asing (alien occupation), rejim rasialis (racist regime).
Okupasi asing pasukan negara B di negara musuh termasuk konflik bersenjata
apa dan beritahu dasar hukumnya!
Termasuk ke dalam konflik bersenjata internasional dan dasar hukumya
ada pada Pasal 2 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 alinea kedua yang menjelaskan
keadaan di mana telah terjadi pendudukan militer. Pendudukan militer adalah
suatu tindakan militer di mana pasukan asing telah berhasil menduduki dan
menguasai wilayah musuh secara de facto, atau mendirikan markas di wilayah
musuhnya.
Download