MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSEN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes TOPIK Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 1 SUB TOPIK a. b. c. d. e. f. g. Kekerasan terhadap perempuan Perkosaan Pelecehan seksual Single parent Perkawinan usia tua dan muda wanita di tempat kerja incest OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang: 1. Kekerasan terhadap perempuan 2. Perkosaan 3. Pelecehan seksual 4. Single parent 5. Perkawinan usia tua dan muda 6. wanita di tempat kerja 7. incest REFERENSI 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan 2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area EGC Jakarta. 3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta. 4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford Foundation, 1995,“Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 2 bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII, Yogyakarta. 6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta. 8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta. 9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Jakarta. 10. Jasin, Faizah.2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : ANDI 11. Arivia, Gadis, 2003, Filsafat Bersfektif Feminis, Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta. 12. Aziz, Aina Rumiati, 2002, “Perempuan Korban Di Ranah Domestik”, Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 3 1. KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Laporan tahunan terakhir Komnas Perempuan yang mengkompilasi data dari 280 lembaga (Negara dan masyarakat) dari seluruh wilayah Indonesia, sebanyak 22.512 kasus kekerasan terhadap perempuan telah ditangani oleh 258 organisasi di 32 provinsi pada tahun 2006. Jumlah ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu 20.391 kasus yang ditangani selama tahun 2005 dan 14.020 kasus di tahun 2004. Peningkatan jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan baik pada pengetahuan korban bahwa kekerasan tidak dapat ditolelir, terutama dengan diberlakukannya Undang-Undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga di akhir tahun 2004, maupun juga pada kemampuan untuk mengumpulkan data nasional. Secara umum, tahun 2006, dari 22.512 kasus, 74% merupakan tindak kekerasan dalam rumah tangga, 23% tindak kekerasan dalam masyarakat dan sebanyak 43 kasus adalah kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh negara. Selama masa pengumpulan data nasional, kekerasan dalam rumah tangga tetap merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan yang tertinggi yang ditangani oleh institusi negara dan organisasi kemasyarakatan. 1. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan. a. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan. Kekerasan terhadap perempuan merupakan konsep baru, yang diangkat pada Konferensi Dunia Wanita III di Nairobi, yang berhasil menggalang konsesus internasional atas pentingnya mencegah berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dalam kehidupan sehari-hari di seluruh masyarakat dan bantuan terhadap perempuan koban kekerasan. Oleh karena kekerasan terhadap perempuan merupakan konsep baru, maka mengenai definisi atau batasan kekerasan terhadap perempuan (baca:istri) dalam rumah tangga anampaknya belum ada definisi tunggal dan jelas dari para ahli atau pemerhati maslah-masalah perempuan. Walaupun demikian kirannya perlu dikemukakan beberapa pendapat mengenai hal tersebut. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 4 Pengertian Tindak kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan dan pemaksaan meliputi tindakan seksual, psikologis, fisik dan ekonomi yang dilakukan individu terhadap individu yang lain dalam hubungan, rumah tangga atau hubungan intim (karib). Kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan termasuk penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran .Termasuk juga ancaman yang menghasilkan kesengsaraan di dalam lingkup rumah tangga (Kemala Candrakirana,2005: Kekerasan terhadap perempuan adalah kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau juga dikenal dengan kekerasan dalam rumah tangga (Carwoto, 2000: 85). Deklarasi Tentang Eliminasi Kekerasan terhadap Perempuan ( 1993 ) mendefinisikan Kekerasan Terhadap Perempuan sebagai berikut : “ Segala bentuk tindak kekerasan berbasis jender yang berakibat, atau mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan; termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi dilingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi “ Dengan demikian, Kekerasan Terhadap Perempuan meliputi : Kekerasan Fisik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam keluarga, termasuk pemukulan, kekerasan seksual terhadap anak perempuan, pemaksaan isteri untuk melakukan hubungan seksual, penyunatan alat kelamin perempuan. Kekerasan fisik seksual dan psikologis yuang terjadi di masyarakat, termasuk perkosaan, penyalahgunaan dan pelecehan seksual serta intimidasi ditempat kerja, institusi pendidikan dan dimanapun. Penjualan perempuan dan prostitusi paksa Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang dilakukan atau dibiarkan oleh negara dimana pun hal itu terjadi. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya Tabel 1. 5 Berbagai fakta kekerasan terhadap perempuan di dunia dan di Indonesia Wilayah kekerasan terhadap Dunia Indonesia perempuan Kekerasan seksual psikologis terjadi di fisik, a. Kekerasan Dalam a. Suami membentak istri, dan Rumah Tangga (KDRT) suami yang pernah dialami oleh 20- suami tidak 50% perempuan memberikan uang dalam keluarga. (UN, 1997) b. serong, belanja cenderung Genital kurang dianggap Mutilation Diperkirakan sebagai tindak setiap tahun dua juta anak kekerasan oleh suami. perempuan Sementara istri menilai Female menderita akibat praktek sunat/mutilasi (ibid, 1997) c. main sebagai kekerasan tindak (Kollmann, 1998) Dalam sebuah studi di Kanada tahun 1993 (N=420), ditemukan 54% pernah mengalami bentuk kegiatan seksual yang tidak diinginkan sebelum berumur 16 tahun. Sekitar 51% dilaporkan menjadi perkosaan korban atau upaya perkosaan (UN, 1995) d. Sebuah studi yang Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 6 dilakukan pada negaranegara di Asia Selatan ditemukan bahwa dalam jangka dua setengah tahun terdapat 58% pembunuhan bayi perempuan dengan cara memberikan getah dari tanaman beracun pada makanan bayi atau dengan membuat bayi tersedak akibat adanya butiran beras susunya dalam sehingga tersangkut di tenggorokan bayi (UN, 1995) Kekerasan fisik, secara a. seksual dan psikologis terjadi yang dalam masyarakat luas Penyerangan secara c. Sebuah pemantauan seksual sering dilakukan yang dilakukan oleh oleh Kalyanamitra selama seorang yang dipercaya korban, seperti tahun 1997 suami, awal Maret ayah, anggota hingga 1999 keluarga lainnya, dokter, terhadap berita yang pelatih, dimuat di dalam surat pembimbing rohani, teman, pimpinan kabar menunjukkan perusahaan atau teman terjadi peningkatan kencan. kasus pelaku Umumnya, menjebak atau korban perkosaan dari 299 mengancam korban. Dua kasus pada tahun 1997 pertiga dari penyerangan menjadi seksual terjadi di dalam pada rumah (Morris, 2002). (Farha, 2000) 338 kasus tahun 1998 Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya b. Ketakutan akan adanya d. 7 Dalam sebuah studi kekerasan membatasi mengenai tindak kehidupan perempuan. kekerasan terhadap 42% perempuan merasa perempuan tidak aman berjalan di Sumatera sekitar ditemukan lingkungan Utara rumahnya pada malam peningkatan hari, hanya pencabulan 10% laki- di kasus dari 5 laki saja yang merasa kasus pada tahun 1999 seperti itu. menjadi 19 kasus pada Di Kanada, pada musim dingin pukul tahun 3.30 sore keadaan sudah Informasi mulai gelap, malahan di Komunikasi bagian Utara lebih cepat Perempuan lagi. Lebih dari sepertiga Sumut) 2001 dalam (37%) Sofian, 2002) perempuan 2000 (Pusat dan (PIKP, khawatir jika sendirian di dalam pada rumah saat malam mereka sore hari. atau (ibid., 2002). Kekerasan fisik, seksual secara a. dan Perempuan Dalam sebuah studi yang mempunyai keterbatasan dilakukan yang Banjarnegara, Jawa Tengah sehari-hari, yang melibatkan 10 desa psikologis yang bahasa dilakukan atau digunakan dibenarkan oleh menemui negara yang resmi banyak yang di daerah tersebar di 3 kesulitan terhadap akses kecamatan pelayanan adanya bentuk kekerasan hukum dan yang sistem berlaku. yang ditemukan dilakukan oleh Ketika kedua hal ini sulit pemerintah dijangkau, penyelenggara negara yaitu perempuan atau Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya bertambah lepas dari sulit untuk kekerasan. (Morris, 2002). b. (Sodikin 8 dalam Fatayat edisi II/April, 2002): (1) Diberlakukannya Pemerintah India secara UU dan Peraturan aktif yang bias jender telah melakukan kekerasan terhadap hak reproduksi (2) perempuan. Larangan bagi perempuan telah Sterilisasi adalah metode menikah untuk kontrasepsi yang memiliki nomor dipaksakan terhadap perempuan miskin ketika pajak sendiri (3) Minimnya mereka telah berumur 21 anggota legislatif tahun (RH Afinity Group perempuan Meeting, 1999). DPRD (4) di Minimnya pegawai perempuan dalam instansi pemerintah posisi pada strategis, sehingga berpengaruh terhadap kebijakan yang tidak responsif jender Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 9 Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan. Mencermati pendapat dari para ahli mengenai istilah-istilah yang dipakai untuk menyatakan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan nampaknya belaum ada kesamaan istilah, ada yang memakai bentuk-bentuk, ada yang memakai jenis-jenis. Beberapa bentuk kekerasan sebagai berikut: a. Kekerasan fisik , seperti : memukul, menampar, mencekik dan sebagainya. b. Kekerasan psikologis, seperti : berteriak, menyumpah, mengancam, melecehkan dan sebagainya. c. Kekerasan seksual, seperti : melakukan tindakan yang mengarah keajakan/desakan seksual seperti menyentuh, mencium, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban dan lain sebagainya. d. Kekerasan finansial, seperti : mengambil barang korban, menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial dan sebagainya. e. Kekerasan spiritual, seperti : merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban, memaksa korban mempraktekan ritual dan keyakinan tertentu (Kristi E. Purwandari, 2002). 2. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga. 1. Kemandirian ekonomi istri. Secara umum ketergantungan istri terhadap suami dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan, akan tetapi tidak sepenuhnya demikian karena kemandirian istri juga dapat menyebabkan istri menerima kekerasan oleh suami. 2. Karena pekerjaan istri. Istri bekerja di luar rumah dapat menyebabkan istri menjadi korban kekerasan. 3. Perselingkuhan suami. Perselingkuhan suami dengan perempuan lain atau suami kawin lagi dapat melakukan kekerasan terhadap istri. 4. Campur tangan pihak ketiga. Campur tangan anggota keluarga dari pihak suami, terutama ibu mertua dapat menyebabkan suami melakukan kekerasan terhadap istri. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 5. 10 Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Pemahaman ajaran agama yang salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga. 6. Karena kebiasaan suami, di mana suami melakukan kekerasan terhadap istri secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan (Fathul Djannah, 2002: 51). Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan yaitu : 1. Budaya patriarki yang mendudukan laki—laki sebagai mahluk superior dan perempuan sebagai mahluk interior. 2. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga menganggap laki-laki boleh menguasai perempuan. 3. Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang suka memukul, biasanya akan meniru perilaku ayahnya (Aina Rumiati Aziz, 2002: 2). Berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan,: 1. Karena suami cemburu. 2. Suami merasa berkuasa. 3. Suami mempunyai selingkuhan dan kawin lagi tanpa ijin. 4. Ikut campurnya pihak ketiga (mertua). 5. Suami memang suka berlaku kasar (faktor keturunan). 6. Karena suami suka berjudi (Sukerti, 2005: 84). Akibat kekerasan terhadap perempuan Kekerasan terhadap perempuan dapat berakibat hal-hal sebagai berikut ; 1. Akibat fisik ( terhadap perorangan ) luka berat dan kematian akibat perdarahan Infeksi, seperti ISR, PMS, HIV/AIDS Penyakit radabng panggul yang kronik, yang dapat berakibat infertilitas Kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 11 2. Akibat Non fisik ( terhadap perorangan ) Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan ,cemas, rasa rendah diri, sulit tidur, mimpi buruk, gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat, menarik diri. Trauma terhadap hubungan seksual, disfungsi seksual Perkawinan yang tidak harmonis Bunuh Diri 3. Akibat Terhadap Masyarakat Bertambahnya biaya pemeliharaan kesehatan Efek terhadap produktivitas Kekerasan Terhadap Perempuan di lingkungan sekolah dapat mengakibatkan putus pendidikan karena terpaksa keluar sekolah. Pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah Kekerasan terhadap Perempuan antara lain : 1. Masyarakat menyadari/mengakui kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah yang perlu diatasi 2. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seksual ditempat kerja 3. Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri 4. Melaporkan tindak kekerasan pada pihak yang berwenang 5. Melakukan akasi menentang kejahatan seperti kecanduan alkohol, perkosaan dan lain-lain antara lain melalui organisasi masyarakat Peran petugas kesehatan dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan, antara lain: 1. Melakukan penyuluhan untuk mencegah dan penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan 2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 12 3. Bermitra dan berpartisipasi dalam pengembangan jaringan kerja untuk menanggulangi masalah kekerasan terhadap perempuan dengan instansi terkait : LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya dan organisasi profesi. 4. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi korban kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan Terhadap Perempuan Dari Perspektif Gender. Faham gender memunculkan perbedaan laki-laki dan perempuan, yang sementara diyakini sebagai kodrat Tuhan. Sebagai kodrat Tuhan akibatnya tidak dapat dirubah. Oleh karena gender bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki berfikir dan berperilaku dalam masyarakat. Perbedaan perempuan dan laki-laki akibat gender ternyata melahirkan ketidak adilan dalam bentuk sub-ordinasi, dominasi, diskriminasi, marginalisasi, stereotype. Bentuk ketidak adilan tersebut merupakan sumber utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Hal tersebut di atas terjadi karena adanya keyakinan bahwa kodrat perempuan itu halus dan posisinya di bawah laki-laki, bersifat melayani dan tidak sebagai kepala rumah tangga. Dengan demikian maka perempuan disamakan dengan barang (properti) milik laki-laki sehingga dapat diperlakukan sewenangwenang. Pola hubungan demikian membentuk sistem patriarki. Sistem ini hidup mulai dari tingkat kehidupan masyarakat kelas bawah, kelas menengah dan bahkan sampai pada tingkat kelas tinggi. Mulai dari individu, keluarga, masyarakat dan negara. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Akar kekerasan terhadap perempuan karena adanya budaya dominasi lakilaki terhadap perempuan atau budaya patriarki. Dalam struktur dominasi laki-laki ini kekerasan seringkali digunakan oleh laki-laki untuk memenangkan perbedaan pendapat, untuk menyatakan rasa tidak puas dan kadangkala untuk mendemontrasikan dominasi semata-mata. Kekerasan terhadap perempuan sering tidak dinggap sebagai masalah besar atau masalah sosial karena hal itu merupakan urusan rumah tangga yang bersangkutan Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 13 dan orang lain tidak perlu ikut campur tangan. Dalam kaitan itu sesuai dengan pendapat Susan L. Miler, yang mengatakan bahwa kejahatan dari kekerasan rumah tangga sudah merupakan suatu yang rahasia, dianggap sesuatu yang sifatnya pribadi dan bukan merupakan masalah sosial (Susan L. Miler, 2000:289). Walaupun adanya pandangan seperti tersebut di atas tidak berarti menjadikan alasan untuk tidak memberikan perlindungan hukum yang memadai terhadap perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Perlindungan hukum adalah setiap usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak untuk menanggulangi kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam bentuk fisik, psikologis, seksual dan kekerasan ekonomi. Pihak-pihak yang dapat melakukan perlindungan hukum bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, bisa siapa saja misalnya dapat dilakukan oleh keluarga korban, tetangga korban, tokoh masyarakat, aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim), lembaga sosial dan lain sebagainya. Yang jelas pihakpihak dimaksud dapat memberikan rasa aman terhadap istri korban kekerasan suami. Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga sering tidak dapat berbuat banyak atau dalam keadaan binggung, karena tidak tahu harus mengadu ke mana, ke rumah asal belum tentu diterima. Hal ini disebabkan oleh adanya budaya di mana perempuan yang sudah kawin menjadi tanggung jawab suaminya. Sehingga apabila terjadi kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga sering tidak terungkap kepermukaan karena masih dianggap membuka aib keluarga. Dengan sulit terungkapnya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga, ini berarti perempuan korban kekerasan ikut melindungi kejahatan dalam rumah tangga. Sebelum keluarnya U U No. 23 Tahun 2004, perlindungan hukum terhadap perempuan korban kekerasan suami diatur dalam Pasal 356 ayat 1, KUHP. Pasal 1365 KUHPerdata., Pasal 24 U U No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Pasal 1 U U No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita/Perempuan, Pasal 17 U U NO. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Setelah berlakunya U U No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pelaku kekerasan dalam rumah tangga dalam rumah tangga diatur dalam Bab II, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 14 Pasal 8 dan Pasal 9 U U No. 23 Tahun 2004. ketentuan pidananya diatur pada Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 dan Pasal 50. Peran petugas kesehatan dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan, antara lain: 1. Melakukan penyuluhan untuk mencegah dan penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan 2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan 3. Bermitra dan berpartisipasi dalam pengembangan jaringan kerja untuk menganggulangi masalah kekerasan terhadap perempuan dengan instansi terkait : LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya dan organisasi profesi. 4. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi korban kekerasan terhadap perempuan 2. PERKOSAAN Defenisi: Perkosaan adalah ”serangan/penganiayaan” seksual karena perkosaan merupakan suatu tindakan kekerasaan, dengan menggunakan seks sebagai alat kekerasan. Wanita Yang beresiko : 1. Wanita yang menderita cacat 2. Wanita di tempat pengungsian 3. Wanita yang hidup di jalanan 4. Pembantu Rumah Tangga 5. Wanita yang berpenampilan sensual Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 15 Jenis perkosaan dan kekerasan seksual - Perkosaan oleh orang yang kita kenal 1. Perkosaan oleh suami atau bekas suami. Bila hukum dan tradisi memperlakukan wanita sebagai hak milik dari suami, maka suami akan berfikir bahwa dia punya hak penuh untuk menuntut pelayanan seksual dari istri kapanpun dia kehendaki, meskipun si wanita tidak menginginkannya. 2. Seorang wanita bisa diperkosa oleh pacarnya. Pacarnya mungkin bilang bahwa dia punya hak untuk hubungan seksual karena dia telah menghabiskan uang untuk wanita tersebut, karena wanita sering menggoda yang menjurus kearah seksual, atau karena dia telah melamar wanita tersebut. 3. Perkosaan di tempat Kerja Seorang wanita mungkin dipaksa untuk hubungan seksual oleh seorang teman kerja atau oleh atasannya, sehingga wanita tersebut bisa tetap bekerja. Wanita itu mungkin diancam dengan kehilangan pekerjaan atau hukuman lain bila dia menceritakan kepada orang lain. 4. Perkosaan pada anak-anak Seorang anak laki-laki atau perempuan bisa diperkosa oleh pria anggota keluarga atau orang dewasa lain. 5. Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal Reaksi Sesudah Perkosaan 1. Perasaan mudah marah 2. Takut, cemas, gelisah 3. Merasa bersalah 4. Malu, reaksi-reaksi lain yang bercampur aduk 5. Menyalahkan diri sendiri 6. Menangis bila teringat peristiwa tersebut 7. Ingin melupakan peristiwa perkosaan yang telah dialami 8. Merasa diri tidak normal, kotor, berdosa, tidak berguna 9. Merasa lelah, tidak ada gairah dan tidak bisa tidur Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 16 10. Selalu ingin muntah, perut dan vagina terasa sakit 11. Ingin bunuh diri Apa yang harus dilakukan bila terjadi Perkosaan? 1. Korban harus segera melapor ke polisi a. Di Kepolisian korban akan diantar ke dokter untuk mendapatkan visum etrepertum atau kalau terpaksa korban bisa datang ke rumah sakit terlebih dahulu agar dokter bisa memberikan surat keterangan. Mintalah dokter untuk menghubungi polisi. b. Jangan membersihkan diri atau mandi karena sperma, serpihan kulit ataupun rambut pelaku yang bisa dijadikan barang bukti akan hilang. Sperma hanya hidup dalam waktu 2 x 24 jam. Simpan pakaian, barang-barang lain yang anda pakai, ataupun kancing/robekan baju pelaku yang bisa dijadikan barang bukti. Serahkan barang-barang tersebut kepada polisi dalam keadaan asli (jangan dicuci atau dirubah bentuknya). Apabila korban takut pergi sendiri ke polisi, ajaklah teman/saudara untuk menemani. 2. Yakinkan diri bahwa korban perkosaan bukanlah orang yang bersalah Pelaku perkosaanlah yang harus dihukum. Korban berhak untuk melaporkan pelaku agar bisa dihukum sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya. Kiat-kiat menghindari perkosaan: 1. Bertingkah laku wajar 2. Bersikap tegas, tunjukkan sikap dan tingkah laku percaya diri 3. Pandai-pandai membaca situasi. Berjalanlah cepat tapi tenang 4. Hindari berjalan sendiri di tempat gelap dan sepi 5. Berpakaian sewajarnya yang memudahkan Anda untuk lari/mengadakan perlawanan. Jangan memakai terlalu banyak perhiasan 6. Sediakanlah selalu “senjata” seperti: korek api, deodorant spray (semprot), payung, dsb., dalam tas Anda Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 7. 17 Apabila bepergian ke suatu tempat, harus sudah mengetahui alamat lengkap, denah dan jalur kendaraan. Jangan kelihatan bingung, carilah informasi pada tempat-tempat yang resmi. 8. Jangan mudah menumpang kendaraan orang lain 9. Berhati-hatilah jika diberi minuman oleh seseorang 10. Jangan mudah percaya pada orang yang mengajak Anda bepergian ke suatu tempat yang tidak kenal 11. Bacalah tulisan-tulisan tentang perkosaan. Dengan demikian Anda bisa mempelajari tanda-tanda pelaku dan modus operandinya 12. Pastikan jendela, pintu kamar, rumah, mobil Anda sudah terkunci bila Anda di dalamnya 13. Belajar bela diri untuk pertahankan diri Anda sewaktu diserang Kekerasan Seksual terhadap Kanak-kanak a. Cara yang biasa digunakan dalam melakukan kekerasan seksual terhadap kanak-kanak adalah dengan bujukan (memberi iming-iming dengan permen/uang), tipuan (pura-pura diajak main), ancaman maupun paksaan kekuatan fisik. b. Bentuknya sangat beragam; mulai dari memperlihatkan alat vital kepada si anak, rabaan pada daerah vital, perintah untuk melayani oral seks ataupun penetrasi pada alat vital maupun daerah anal. Antisipasi a. Sedini mungkin anak harus dikenalkan pada tubuhnya sendiri; mana bagian tubuhnya yang boleh diperlihatkan pada/dipegang oleh orang lain dan mana yang tidak. Kalau ada orang yang melakukan hal-hal yang tak wajar pada tubuhnya, anak dibiasakan agar segera memberitahu keluarga. b. Anak juga harus dilatih agar tidak mudah percaya pada orang lain atau diajak main ke tempat yang sepi. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 18 3. PELECEHAN Pelecehan seksual pada wanita Pelecehan seksual merupakan segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran, sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti: rasa malu, tersinggung, marah, dan sebagainya pada diri orang yang menjadi korban. Dewasa ini, penelitian di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menunjukkan 5 % dan 20% wanita mengatakan pernah dianiaya secara fisik selama anak-anak atau remaja. Macam-macam pelecehan seksual Homoseksualitas (Lesbianisme) Lebih dari 90% wanita menjalin hubungan yang stabil dan kepuasan seks dengan anggota dari jenis kelamin yang melengkapi. Sekitar 5 % wanita atau mungkin lebih, adalah biseksual, artinya pada saat-saat tertentu atau pada periode tertentu dalam kehidupan mereka, mereka memilih untuk menjalin hubungan seksual dengan seorang pria dan disaat yang sam berhubungan seksual dengan seorang wanita. Sekitar 5 %, wanita sama sekali tidak pernah tertarik kepada pria, meskipun mereka mempunyai teman pria. Minat seks, kebutuhan menjalin hubungan, dipenuhi dari wanita lain. Transeksualisme Yaitu seseorang wanita percaya bahwa dia menempati tubuh seseorang dari jenis kelamin lain. Secara psikologis dan emosional dia merasa sebagai seorang pria. Cara Menghindari Pelecehan Seksual - Hindari orang yang melakukan pelecehan seksual terhadap wanita lain di tempat kerja - Jangan pergi hanya dengan teman laki-laki Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 19 4. SINGEL PARENT Single parent ialah orang tua tunggal yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian / ditinggal pasangannya. Menurut Deacon dan Firebough (1998) ada beberapa faktor yang mempengaruhi status single parent. Faktor-faktor tersebut antara lain : Kehamilan sebelum menikah Kematian suami Perpisahan / perceraian Adopsi A. Kematangan Wanita Kematangan Wanita yang berstatus single parent merupakan hal utama di butuhkan dalam membesarkan serta mendidik anak-anaknya karena kematangan wanita single parent dapat mempengaruhi caranya dalam memanajemen diri dan keluarganya terutama membuat keluarga berkualitas B. Manajemen Keluarga Pada Keluarga Berstatus single Parent Wanita yang berstatus single parent berperan ganda dimana ia harus mencari uang untuk menafkahi keluarganya dan ia juga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang keluargamu. Dalam hal ini wanita SP harus melakukan perencanaan yang matang dalam menjalankan perannya. Dalam melakukan perencanaannya ia harus mengkomunikasikan rencana yang telah ia buat pada keluarga terdekatnya ( orang tua, bibi, paman ) A. Manajement Wanita single Parent Dalam Membentuk Anak yang Berkualitas 1. Pengganti Figur orang tua yang Hilang 2. Alokasi waktu yang efektif 3. Komunikasi dengan anak harus slalu di jaga 4. Menerapkan disiplin Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 20 5. Menjaga hubungan Interpersonal dengan anak 6. Persepsi positif terhadap anak Dampak single parent a. Dampak negatif 1. Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap ditinggalkan orang tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi pemarah, berkata kasar, suka melamun, agresif, suka memukul, menendang, menyakiti temannya. Anak juga tidak berkesempatan untuk belajar perilaku yang baik sebagaimana perilaku keluarga yang harmonis. Dampak yang paling berbahaya bila anak mencari pelarian di luar rumah, seperti menjadi anak jalanan, terpengaruh penggunaan narkoba untuk melenyapkan segala kegelisahan dalam hatinya, terutama anak yang kurang kasih sayang, kurang perhatian orang tuanya. 2. Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan sebagai janda atau yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang mendapatkan cemooh dan ejekan. 3. Psikologi anak terganggu. Anak sering mendapatkan ejekan dari teman sepermainan sehingga anak menjadi murung, sedih. Hal ini dapat mengakibatkan anak menjadikurang percaya diri dan kurang kreatif b.Dampak positif 1. Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, misalnya ibunya mengijinkan tetapi ayahnya melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu atau ayah diterima penuh karena tidak terjadi pertentangan. 2. ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusann dan tegar. 3. anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal didampingi. Terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 21 Penanganan single parent a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat mendukung anak untuk lebih bisa mengaktualisasikan diri secara positif antara lain dengan penyaluran hobi, kursus sehingga menghindarkan anak melakukan hal-hal negatif. b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada keluarga lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani figur orangtua yang tidakdiperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri. c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang tua tunggaldapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak teman yang bernasib sama sehingga tidak merasa sendirian. Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single parent a. pencegahan terjadinya kehamilan diluar nikah. b. Pencegahan penceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik dalam segi psikologis, keuangan, spiritual. c. Menjaga komunikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi. d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga. e. Peningkatan spiritual dalam keluarga. 4. PERKAWINAN USIA MUDA DAN TUA Perkawinan adalah ikatan batin antara wanita dan pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kakal berdasarkan Ketuhanan YME (UU Perkawinan No 1 Tahun 1974). Perkawinan Usia Muda Menurut UU Perkawinan No I Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 22 resiko kehamilan kurang dari perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun. Perkawinan usia tua Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun. Kelebihan perkawinan usia muda a. Terhindar dari perilaku seks bebas,karena kebutuhan seksual terpenuhi. b. Minginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil. Kelebihan perkawinan usia tua Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan membentuk keluarga sejahtera berkualitas terbentang. Kekurangan pernikahan usia muda a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin meningkat. b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan anga kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Selain itu bagi perempuan meningkatkan risiko ca cerviks karena hubungan seksual dilakukan pada saat secara anatomi sel-sel cerviks belum matur. Bagi bayi risiko terjadinya kesakitan dan kematian meningkat. c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesulitan mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi. d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutkan pendidikan jenjang tinggi. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 23 e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencapai pelarian pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum alkohol, narkoba dan seks bebas. f. Tingkat perceraian tinggi. Kegagalan keluarga dalam melewati berbagai macam permasalahan meningkatkan risiko perceraian. Kekurangan pernikahan usia tua a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemungkina/risiko terjadi ca mammae meningkat. b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya terjadi kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis hasil konsepsi (fetus) sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47. aneuploidy, yaitu ketika kromosom hasil konsepsi tidak tepat 23 pasang. Contohnya trisomi 21 (down syndrome), trisomi 13(patau syndrome) dan trisomi 18 (edwards syndrome). Penanganan perkawinan usia muda a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga. b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk menbantu pasangan dalam menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan pertimbangan kedewasaan, tidak mengedapankan emosi. c. muda baik dukungan berupa material maupun non material untuk kelanggengan keluarga, sehingga lenih tahan terhadap hambatan-hambatan yang ada. d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi. Penanganan perkawinan usia muda a. Pengawasan kesehatan : ANC secara rutin pada tenaga kesehatn. b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 24 Pencegahan : a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduktif sehat. b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung. c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi, 6. WANITA DI TEMPAT KERJA Alasan wanita bekerja a. Aktualisasi diri.Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari lingkungan karena produktifitas dan kreatifitas yang telah ia hasilkan. b. Mata pencaharian. Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi kebutuhan sehari-hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll. c. Relasi positif dalam keluarga. Pengetahuan yang luas dan pengalaman yang mengambil keputusan saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah di tempat kerja, pola pikir terbuka memungkinkan jalinan saling mendukung dalam keluarga. d. Pemenuhan kebutuhan sosial. Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, teman sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita. e. Peningkatan keterampilan/kompetensi. Dengan bekerja wanita terus terpacu untuk selalu meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan. f. Pengaruh lingkungan. Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja. Dampak wanita kerja a. Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan infertilisasi. Asap rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan organo klorin untuk racun hawan perusak. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 25 b. Resiko pelecahan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa teman sejawat, supervisor, manager atu atasan. Adapun wanita terkadang tidak kuasa menolak karena ketakutan atau ancaman di PHK. c. Penundaan usia nikah. Wanitayang sibuk mengejar prestasi kariernya menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu luang untuk memperhatikan pernikahannya. d. Keharmonisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang berlebihan memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk keluarga karena pusat perhatiannya pada kesuksesan kariernya, sehingga bisa menelantarkan peran sebagi istri dan sebagai ibu. Upaya pemecahan a. Bekerja menggunakan proteksi. Seperti masker, sarung tangan, baju khusus untuk proteksi radiasi. b. Cek kesehatam secara berkala. c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnyabila lembur, dinas luar. d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani oranglain. Sekalipun ditawari oleh atasan. e. Jangan ragu mengatakan tidak walaupun pada atasan. Tidak perlu takut pada ancaman di pecat. f. Menetapkan target menikah. g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan kegiatan bersama keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagai peran dengan suami dan selalu menghargai suami. 7. INCEST Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 26 pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah cucu, batas kesamping keponakan. Keluarga di luar itu bukan termasuk incest. Pelaku biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua, cucu oleh kakeknya. Menurut kamus saku kedokteran →aktivitas seksual antara mns yg erat hub. →perkawinan mereka dilarang scr hukum ataupun kebudayaan Menurut Dr. Ramona Sari →Hubungan badan/ hubungan Seksual yg terjadi antara 2 orang yang mempunyai ikatan pertalian darah Menurut Hayati (2004) →perkosaan yg dilakukan oleh anggota keluarga/ orang yg dianggap sebagai anggota keluarga Menurut Masland & Estridge →jenis perlakuan/penyiksaan secara seksual yg melibatkan 2 anggota keluarga dalam 1 keluarga Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga terjadi akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang di luar perkawinan, namun ada juga yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Di luar negri perkawinan incest diperbolehkan, sedangkan di indonesia dinyatakan sah dilakukan menurut agama. Sedangkan pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) dan selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya perkawinan di Indonesia berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua agama di Indonesia melarang perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah (muhrim dalam agama Islam) sedangkan perkawinan telah dilakukan dan walaupun sudah mempunyai anak, maka perkawinan harus dibatalkan. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 27 Dampak Yang Ditimbulkan Dari segi fiqih islam & hukum →mengharamkan perkawinan sedarah →dlm KUHP hukuman u/ pelaku perbuatan tersebut diatur dlm pasal 289 – 296, sementara dlm RUU KUHP dirubah pasalnya menjadi pasal 425 – 429 2. Dari segi psikologis →trauma & gangguan kejiwaan seumur hidup 3. Dari segi kemanusiaan →sbg tindakan kriminalitas terhadap nilai2 kemanusiaan 4. Dari segi sosial →hancurnya nama keluarga dimata masyarakat →keluarga tersebut dikucilkan masyarakat & jd bahan pembicaraan 5. Dari segi kesehatan →rusaknya alat reproduksi anak & tertular peny.menular seksual →korban & pelaku menjadi stress yg akan merusak kes. Kejiwaan →kelemahan genetik pd bayi yag akan dilahirkan →kelainan genetik CONTOH INCEST DALAM KEBUDAYAAN a. Suku polahi di kab. Gorontalo, Sulawesi→perkawinan sumbang hal yang wajar & biasa b. kalangan mesir kuno : alexander agung melakukan perkawinan dgn saudara kandung→keturunan berdarah murni c. hub. Sumbang antara sangkuriang dan ibunya dlm dongeng masy sunda PENYEBAB INCEST 1. Kesepian ditinggal istri 2. Kurang puas dgn pelayanan istri 3. Pelaku mengidap kelainan seks & masalah gangguan kejiwaan 4. Beberapa budaya mentoleransi hubungan sumbang u/ kepentingan politik/kemurnian ras Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 28 5. Kondisi rumah, 1 kamar beramai – ramai 6. Akses u/ bergaul keluar tidak ada/sangat terbatas 7. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap perkembangan anak - anaknya UPAYA MENGATASI 1. Menjaga keharmonisan rumah tangga 2. Orang tua harus lebih perhatian/tegas dengan anak – anaknya 3. Kamar tidur anak perempuan dipisahkan 4. Penyuluhan ttg pendidikan seksual, kespro & norma agama 5. Memperluas pergaulan yg bersifat (+) Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 29 EVALUASI 1. Berikut ini yang termasuk contoh kekerasan psikologis yang terjadi di dalam keluarga....... a. Pemukulan istri oleh suami b. Pemaksaan istri untuk melakukan hubungan seksual c. Kecenderungan lebih menyayangi anak laki-laki d. Penyunatan alat kelamin perempuan Jawab C 2.Serangan/penganiayaan” seksual karena suatu tindakan kekerasaan, dengan menggunakan seks sebagai alat kekerasan, merupakan pegertian dari: a. Kekerasan terhadap perempuan b. Pelecehan seksual c. Kekerasan Seksual d. Perkosaan Jawab D 3. Berikut ini merupakan contoh kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di masyarakat..... a. Bidan lebih melayani pasien yang kaya b. Perkosaan oleh suami c. Pemukulan istri oleh suami d. Pelecehan seksual oleh aparat di daerah konflik Jawab A 4. Penanganan bagi tenaga kesehatan terhadap kasus pelecehan seksual seperti dibawah ini kecuali: a. Bersikaplah dengan baik dan penuh pengertian. Jangan sekali-kali menyalahkannya b. Rawat gangguan kesehatannya. Berikan obat untuk mencegah PMS dan kehamilan. c. Tulis semua hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi. Bila klinik anda tidak menyimpan catatan medik. d. A dan B Benar Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 30 Jawab D 5. Pemukulan merupakan salah satu bentuk kekerasan: a. Fisik b. Psikologis c. Seksual d. Finansial Jawab A 6. Menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial, merupakan bentuk kekerasan: a. Fisik b. Psikologis c. Seksual d. Finansial Jawab D 7. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga. a. Kemandirian ekonomi istri b. Kehamilan c. Perselingkuhan suami. d. Campur tangan pihak ketiga Jawab B 8. Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan ,cemas, rasa rendah diri, sulit tidur, mimpi buruk, gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat, menarik diri, merupakan akibat kekerasan pada perempuan ditinjau dari: a. Akibat Fisik b. Akibat Non fisik c. Akibat finansial d. Akibat terhadap masyarakat Jawab B Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 9. 31 Pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan, kecuali a. Masyarakat menyadari/mengakui kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah yang perlu diatasi b. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seksual ditempat kerja c. Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri d. Membiarkan tindak kekerasan Jawab D Kesehatan Reproduksi