PERKOSAAN TERHADAP ISTRI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM(Analisa Komparatif Antara Pasal 285 KUHP Tentang Perkosaan, Pasal 5 dan 8 UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan KDRT dengan Hukum Perkawinan Islam) Oleh: Nurus Sholihin ( 03120052 ) Syariah Dibuat: 2008­01­30 , dengan 2 file(s). Keywords: PERKOSAAN TERHADAP ISTRI , PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Abstraksi Istilah perkosaan terhadap istri merupakan istilah baru yang belum dikenal luas oleh masyarakat, sebab selama ini pengertian perkosaan lebih dikhususkan pada perkosaan terhadap perempuan yang terjadi diluar perkawinan. Pandangan sebagian masyarakat selama ini, apabila seseorang telah menjadi suami istri, maka seorang suami memiliki hak penuh atas istrinya, termasuk kepemilikian penuh atas organ reproduksi perempuan. Pandangan demikian banyak dipengaruhi pemahaman terhadap teks­teks al­Qur’an maupun Hadits Nabi yang terkait dengan persoalan relasi suami istri. Selain itu, pengertian perkawinan yang diungkapkan oleh sebagian besar ahli fiqh yang mengartikan perkawinan sebagai ‘aqd tamlik (hak kepemilikan) telah menempatkan seorang suami sebagai pemilik penuh terhadap perempuan yang menjadi istrinya. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengekplorasi lebih jauh guna memperoleh gambaran bagaimana sebenarnya konsep Islam tentang relasi seksual suami istri. Dalam penelitian ini, permasalahan yang manjadi fokus kajian dibagi kedalam dua poin yaitu: (1) Bagaimana konsep Islam tentang relasi seksual suami istri dalam kehidupan berumah tangga; (2) Bagaimana Pandangan al­Qur’an dan Hadits Nabi mengenai Perkosaan Terhadap Istri? Dalam melakukan penelitian di atas, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dokumentasi berupa catatan baik buku, artikel, majalah, koran atau browsing di internet. Data yang diperoleh melalui teknik tersebut (dokumentasi tertulis), selanjutnya akan dianalisis melalui beberapa tahapan, yaitu: a) analisis data selama pengumpulan data b) Reduksi data c) Penyajian data. Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa pada hakikatnya perkawinan dalam Islam diistilahkan sebagai mitsaqan ghalidzan yang berarti ikatan yang kuat atau sakral. Sehingga dari istilah ini, perkawinan dalam Islam tidak hanya sebatas kebolehan hubungan seksual antara laki­ laki (suami) dengan perempuan (istri) yang sebelumnya haram, akan tetapi akad nikah dikatakan sebagai perjanjian yang amat berat karena mereka dipersaksikan oleh Allah, dan dengan dilakukannya akad nikah membawa konskuensi atau tanggung jawab yang berat, baik yang berkaitan dengan hak maupun kewajiban secara timbal balik antara suami dan istri yang berlangsung sepanjang masa. Keseimbangan hak dan kewajiban antara saumi stri juga berlaku di dalam relasi seksual, Islam mengajarkan prinsip mu'asyarah bil ma'ruf (hubungan yang baik dan sukarela) dalam melakukan relasi seksual, suami tidak mempunyai hak monopoli seksual. la tidak boleh hanya memikirkan kenikmatan sendiri dan mau enaknya sendiri, suami dan istri, keduanya adalah pelayan bagi pasangannya masing­masing. Suami dituntut untuk memperlakukan istri dengan baik. Istri pun dituntut untuk memperlakukan suami dengan baik. Itikad dan usaha untuk memberikan yang terbaik bagi pasangan masing­masing, bukan sekadar dianjurkan melainkan diharuskan. Berdasar uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa perkosaan dalam rumah tangga merupakan perbuatan yang dilarang, karena bertentangan dengan firman Alllah dalam QS. AL­Baqarah /2:187). Dengan demikian, suami maupun istri tidak boleh memaksa melakukan hubungan seksual, sebab memaksa itu sama halnya dengan memperlakukan pasangannya tidak manusiawi, memandang pasangannya sebagai obyek pelampiasan nafsu, serta menempatkan pasangannya seperti layaknya orang yang dijajah. Sedangkan dalam kajian hukum pidana Islam, perkosaan terhadap istri dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang termasuk jarimah ta’zir.