penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian

advertisement
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PENILAIAN
PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KETERAMPILAN IPS DAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVA SD
1
Pt Listya Andewi, 2I Md Suara, 3I Km Ngurah Wyasa
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
3
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS dan (2)
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa melalui penerapan pendekatan
saintifik dengan penilaian proyek pada tema cita-citaku. Jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah
siswa kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri
dari 39 orang. Data hasil belajar keterampilan IPS diperoleh dengan menggunakan
lembar observasi dan data kemampuan pemahaman konsep siswa dikumpulkan
melalui tes berbentuk uraian. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) penerapan pendekatan saintifik
dengan penilaian proyek terbukti dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS
siswa. Dari refleksi awal diketahui persentase rata-rata hasil belajar keterampilan IPS
siswa sebesar 62,82 dengan ketuntasan klasikal 41,03%. Pada akhir siklus I
persentase rata-rata siswa meningkat menjadi 70,51 dengan ketuntasan klasikal
79,49%. Hasil belajar keterampilan IPS siswa kembali meningkat pada siklus II yaitu
menjadi 81,20 dengan ketuntasan klasikal 94,87%. (2) Kemampuan pemahaman
konsep juga mengalami peningkatan. Pada refleksi awal diketahui persentase ratarata kemampuan pemahaman konsep siswa sebesar 62,22. Pada akhir siklus I
persentase rata-rata siswa meningkat menjadi 75,81 kemudian pada siklus II
persentase rata-rata meningkat menjadi 81,45. Berdasarkan analisis data dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan
penilaian proyek efektif untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS dan
kemampuan pemahaman konsep tema cita-citaku pada siswa kelas IVA SD Negeri 2
Padangsambian, kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015.
Kata-kata kunci : pendekatan saintifik, penilaian proyek, hasil belajar keterampilan,
kemampuan pemahaman konsep
Abstract
This study aims to (1) improve learning outcomes of social skills and (2) to improve
students' understanding of concepts through the application of scientific approach with
assessment project on the theme of my goal. This type of research is a classroom
action research conducted in two cycles. The subjects were students in the IVA class
of SD Negeri 2 Padangsambian in academic year 2014/2015 consisting of 39 persons.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Learning outcomes of social skills data obtained using observation and understanding
of the concept of student capability data collected through the essay test. Data
collected quantitatively analyzed descriptively. Results showed (1) the apllication of
scientific approach with assesment project is proven to improve learning outcomes of
social skills. From the early reflections known to the average learning outcomes of
social skills at 62,82 with 41,03% classical completeness. At the end of the first cycle
students’ average increased to 70,51 with 79,49% classical completeness. Learning
outcomes of social skills to increase again in the second cycle that becomes 81,20
with 94,87% classical completeness. (2) The ability of understanding the concept also
increased. On early reflections known to the average the ability of understanding the
concept at 62,22. At the end of the first cycle students’ average increased to 75,81
after the second cycle of the average increased to 81,45. Based on the data analysis
and discussion, it can be concluded that the application of a scientific approach with
assessment project can improve learning outcomes of social skills and students’
understanding of concepts on theme of my goal subject of students class IVA of SD
Negeri 2 Padangsambian, West Denpasar district, in academic year 2014/2015.
Keywords: scientific approach, assessment project, learning outcomes of social skills,
abilities understanding the concept
PENDAHULUAN
Dalam proses pendidikan di sekolah,
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang
paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa
sebagai peserta didik. “Belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah laku baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
untuk memperoleh tujuan tertentu” (Abdillah
dalam Aunurrahman, 2009: 35).
Lebih lanjut belajar menurut Slameto
(2003: 2), “belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
Berdasarkan dua pendapat di atas,
maka
disimpulkan
bahwa
belajar
merupakan suatu proses untuk mengubah
tingkah laku baik berupa kecakapan,
keterampilan dan sikap ke arah yang lebih
baik melalui pengalaman, latihan, dan
interaksi dengan lingkungan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi berhasil tidaknya belajar,
yaitu:
1)
faktor
individual
berupa
kecerdasan, kematangan, motivasi, dan
latihan; serta 2) faktor yang ada di luar
individu meliputi keadaan keluarga, guru
dan cara mengajarnya, metode, sarana dan
prasarana”.
Ditinjau dari faktor di luar individu,
untuk pencapaian tujuan pembelajaran
sangat ditentukan oleh pengelolaan proses
belajar.
Guru
dinilai
paling
bertanggungjawab
dalam
pengelolaan
proses
belajar
mengajar.
Untuk
melaksanakan tugas tersebut, guru harus
memiliki
strategi
yang
tepat
agar
pelaksanaan pembelajaran mampu berjalan
dengan baik dan dapat mencapai tujuan
yang diharapkan.
Sejalan
dengan
hal
tersebut,
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun ini
menerapkan Kurikulum 2013 sebagai
usaha yang terpadu untuk merekontruksi
kompotensi lulusan dengan kesesuaian dan
kedalaman
materi
serta
revolusi
pembelajaran dan reformasi penilaian.
Perubahan pengembangan Kurikulum 2013
ini melalui serangkaian proses yang
memperhatikan kondisi kenyataan yang
ada saat ini dan tantangan bangsa
Indonesia di masa mendatang. Melalui
perubahan
kurikulum
sekolah
dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menjadi Kurikulum 2013, elemen
perubahan di kelas yang inti adalah proses
pembelajaran.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Kurikulum 2013 menghendaki adanya
keseimbangan tiga kompetensi pada diri
siswa yang meliputi kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan melalui
penerapan pendekatan saintifik. Hal ini
didukung oleh pendapat Kosasih (2014: 72)
menyatakan bahwa, “pendekatan saintifik
merupakan pendekatan di dalam kegiatan
pembelajaran
yang
mengutamakan
kreativitas dan temuan-temuan siswa.
Pengalaman-pengalaman belajar yang
mereka peroleh tidak bersifat indoktrinisasi,
hafalan, dan sejenisnya. Pengalaman
belajar, baik itu yang berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mereka peroleh
berdasarkan kesadaran dan kepentingan
mereka sendiri”.
Menurut Permendikbud No. 81 A
tahun
2013
lampiran
IV,
“proses
pembelajaran saintifik terdiri atas lima
pengalaman
belajar
pokok,
yaitu
mengamati,
menanya,
menalar,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan
(serta mengkreasikan)”. Dari pendapat
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
pendekatan saintifik (scientific approach)
merupakan suatu pendekatan yang telah
dirancang
sedemikian
rupa
yang
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkonstruksi pemahamannya
secara mandiri melalui langkah-langkah
pembelajaran
ilmiah
yang
meliputi
mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi, menalar atau mengasosiasikan,
dan
mengkomunikasikan.
Melalui
pendekatan saintifik, diharapkan siswa
memiliki kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang jauh lebih baik.
Akan tetapi kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan saintifik belum terlaksana
dengan efektif. Berdasarkan observasi yang
dilakukan dengan guru kelas IVA di SD
Negeri 2 Padangsambian kecamatan
Denpasar Barat diperoleh informasi bahwa
selama kegiatan belajar mengajar guru
masih mendominasi kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode ceramah.
Guru jarang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya secara mandiri melalui
langkah-langkah ilmiah pada pendekatan
saintifik seperti yang dianjurkan pada
Kurikulum 2013. Padahal, banyak para ahli
yang menyatakan pendapatnya bahwa
langkah-langkah dalam pendekatan saintifik
dapat menyeimbangkan aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif peserta didik.
Kondisi pembelajaran yang demikian
menyebabkan siswa kurang antusias dalam
belajar sehingga timbul kebosanan pada
diri siswa dan berakhir pada kurangnya
motivasi siswa untuk belajar. Siswa akan
menganggap mata pelajaran yang dipelajari
di sekolah merupakan pelajaran hafalan
sehingga siswa hanya akan berusaha
menghapal materi yang diberikan guru
tanpa
berusaha
mencari
dan
mengembangkan kemampuan intelektual
dan keterampilan yang dimilikinya.
Berdasarkan
pencatatan
hasil
ulangan semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015 pada aspek keterampilan, masih
banyak siswa yang belum mampu
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan yaitu nilai
minimal 66. Jumlah siswa yang mampu
mencapai KKM hanya 16 orang, jika
dipersentasekan siswa yang mampu
mencapai KKM hanya 41,03% dari
keseluruhan jumlah siswa di kelas yaitu 39
orang. Sementara itu, dari tes observasi
awal untuk mengetahui kemampuan
pemahaman konsep siswa diperoleh hasil
bahwa persentase rata-rata kemampuan
pemahaman konsep siswa hanya sebesar
62,22% yang mana jika dikonversikan ke
dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP)
skala lima berada pada kategori kurang.
Mengingat
motivasi
belajar
merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar dan mutlak diperlukan
dalam
pembelajaran,
maka
sangat
diperlukan
pengelolaan
proses
pembelajaran yang mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi cenderung
mencapai prestasi akademis yang tinggi
pula sehingga dengan meningkatnya
motivasi siswa dalam proses pembelajaran
maka akan terjadi peningkatan pula pada
hasil belajar keterampilan dan pemahaman
konsep siswa pada mata pelajaran IPS.
Menyikapi hal tersebut, pendekatan
saintifik hendaknya dapat diterapkan
dengan
efektif
selama
proses
pembelajaran. Selain itu, inovasi selama
proses
pembelajaran
pun
sangat
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
diperlukan. Salah satu inovasi yang dapat
diterapkan adalah dengan memadukan
pendekatan saintifik dengan penilaian
proyek.
Penilaian
proyek
(project
assessment) merupakan salah satu teknik
penilaian yang digunakan dalam Kurikulum
2013. Penilaian proyek menurut Daryanto
(2014: 51) dapat didefinisikan sebagai
“suatu kegiatan penilaian terhadap tugas
yang harus diselesaikan oleh peserta didik
menurut
periode/waktu
tertentu”.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta
didik,
mulai
dari
perencanaan,
pengumpulan
data,
pengorganisasian,
pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Selama mengerjakan sebuah proyek
pembelajaran, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikan sikap,
keterampilan, dan pengetahuannya. Agung
(2010: 85) menyatakan, penilaian proyek
dalam proses pembelajaran peserta didik
dapat digunakan untuk mengetahui hal-hal
sebagai berikut, yaitu 1) pengetahuan dan
pemahaman dalam bidang tertentu; 2)
kemampuan peserta didik mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam penyelidikan
tertentu; dan 3) kemampuan peserta didik
dalam menginformasikan objek tertentu
secara jelas.
Perpaduan
antara
pendekatan
saintifik dengan penilaian proyek yang
merupakan salah satu penilaian otentik
pada kurikulum 2013, diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal
tersebut dikarenakan siswa tidak hanya
memiliki kesempatan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya secara mandiri melalui
kegiatan-kegiatan ilmiah dalam pendekatan
saintifik tetapi juga dapat mengaplikasikan
pengetahuan
dan
mengembangkan
keterampilan yang dimilikinya dengan
mengerjakan proyek yang telah ditugaskan
oleh guru. Siswa juga akan dilibatkan
langsung dalam proses pembelajaran
melalui kegiatan berdiskusi, melakukan
penyelidikan, dan mengkomunikasikan
proyek yang telah diselesaikan. Dengan
demikian, dalam kegiatan pembelajaran
tidak hanya keterampilan siswa yang
terasah tetapi juga kemampuan memahami
suatu konsep.
Pemahaman
(comprehension)
merupakan salah satu dari enam jenjang
proses berpikir dalam ranah pengetahuan
atau kognitif. Kunandar (2013: 162)
menyatakan bahwa, pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu
itu diketahui dan diingat. Dalam proses
pembelajaran, pemahaman ditunjukkan
melalui kegiatan mengungkapkan gagasan
atau pendapat dengan kata-kata sendiri,
membedakan,
membandingkan,
menginterpretasi data, mendeskripsikan
dengan kata-kata sendiri, menjelaskan
gagasan pokok, dan menceritakan kembali
dengan kata-kata sendiri, sehingga dengan
diterapkannya pendekatan saintifik dengan
penilaian proyek diharapkan kemampuan
pemahaman konsep dapat meningkat.
Terlebih lagi, pendekatan saintifik
dengan penilaian proyek dirasa sesuai jika
diterapkan pada muatan materi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) sehubungan
dengan fungsi pendidikan IPS menurut
Sumaatmadja (2008: 1.10) yang mana tidak
hanya membekali peserta didik dengan
pengetahuan sosial yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, juga berfungsi
mengembangkan keterampilan terutama
keterampilan sosial dan keterampilan
intelektual.
Berdasarkan pemaparan di atas,
maka dipandang perlu diadakan penelitian
tindakan kelas dengan judul penerapan
pendekatan saintifik dengan penilaian
proyek untuk meningkatkan hasil belajar
keterampilan
IPS
dan
kemampuan
pemahaman konsep siswa tema cita-citaku
kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian
kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran
2014/2015. Dengan demikian diharapkan
penerapan pendekatan saintifik dengan
penilaian proyek dapat meningkatkan hasil
belajar keterampilan IPS dan kemampuan
pemahaman konsep dengan tema citacitaku pada siswa kelas IVA SD Negeri 2
Padangsambian
kecamatan
Denpasar
Barat tahun pelajaran 2014/2015.
METODE
Rancangan yang digunakan dalam
penelitan ini merupakan jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom
Action Research (CAR). Agung (2010: 3)
mendefinisikan PTK sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar
dapat memperbaiki dan atau meningkatkan
praktek-praktek pembelajaran di kelas
secara lebih professional. Sementara itu
Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2008: 12)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan
adalah kajian sistematik dari upaya
perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan
oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai
hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Jadi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian yang bersifat aplikasi (terapan),
terbatas, segera, dan hasilnya untuk
memperbaiki dan menyempurnakan proses
atau program pembelajaran yang sedang
berjalar serta terkait erat dengan persoalan
praktek pembelajaran sehari-hari yang
dihadapi oleh guru.
Beberapa ahli mengemukakan model
penelitian tindakan kelas dan salah satu
model menurut Agung (2010: 6) yang
kiranya tidak terlalu sulit untuk dilakukan
yang ditawarkan oleh para ahli adalah
model Stephen Kemmis dan Robin
McTaggart. Model ini terdiri atas empat
komponen, yaitu: rencana, tindakan,
observasi/evaluasi, dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus di mana masing-masing siklus terdiri
dari empat tahap yaitu: perencanaan
tindakan,
pelaksanaan
tindakan,
observasi/evaluasi, dan refleksi. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data
mengenai hasil belajar keterampilan IPS
dan pemahaman konsep siswa. Untuk
mengumpulkan data, dalam penelitian ini
menggunakan dua metode pengumpulan
data, yaitu: metode observasi dan metode
tes.
Agung (2005: 61) menyatakan bahwa,
“metode observasi adalah suatu cara
memperoleh atau mengumpulkan data
yang dilakukan dengan jalan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara
sistematis tentang suatu objek tertentu.
Metode observasi ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang perubahan
ranah psikomotorik”.
Sejalan dengan hal tersebut, maka
dalam penelitian ini metode observasi
digunakan untuk mengumpulkan data
tentang hasil belajar keterampilan IPS.
Instrumen yang digunakan berupa lembar
observasi dengan format penilaian proyek
yang disertai dengan rubrik kriteria-kriteria
tertentu.
Metode tes adalah cara memperoleh
data yang berbentuk suatu tugas yang
harus dikerjakan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang dites (testee), dan
dari tes tersebut dapat dihasilkan suatu
data berupa skor. (Agung, 2005: 93).
Gronlud (dalam Gunartha, 2007: 4)
mengatakan “tes sebagai suatu alat atau
prosedur yang sistematik untuk mengukur
contoh atau sampel suatu perilaku”.
Berdasarkan suatu tes, guru mendapatkan
informasi tentang hasil belajar siswa. Hasil
belajar
tersebut
mungkin
berwujud
perbandingan dengan hasil belajar siswa
lain atau dalam hubungannya. Dari
pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa
metode tes adalah cara untuk memperoleh
data dengan memberikan tes kepada
sekelompok orang dalam bentuk sebuah
tugas yang harus dikerjakan dengan
prosedur yang sistematik. Menurut Agung
(2010: 8), metode tes digunakan untuk
mengumpulkan data tentang perubahan
ranah kognitif hasil belajar sesuai bidang
studi. Sejalan dengan hal tersebut, maka
dalam penelitian ini metode tes digunakan
untuk mengukur kemampuan pemahaman
konsep siswa kelas IV pada mata pelajaran
IPS.
Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu,
lembar observasi penilaian proyek berupa
skala penilaian (rating scale) untuk
mengukur hasil belajar keterampilan IPS
siswa dan tes tertulis bentuk uraian untuk
mengukur pemahaman konsep siswa.
Menurut Kunandar (2013: 203), soal bentuk
uraian adalah alat penilaian yang menuntut
peserta didik untuk mengingat, memahami,
dan mengorganisasikan gagasannya atau
hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan tersebut dalam bentuk uraian
tertulis dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Setiap soal bentuk uraian
dilengkapi dengan rubrik atau pedoman
penskoran, dengan demikian hasil koreksi
jawabannya akurat dan objektif. Tes
pemahaman
konsep
yang
disusun
berdasarkan tujuh indikator sebagaimana
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
dinyatakan
oleh
Bloom
(dalam
Widiadnyana, 2014), yakni interpretasi
(interpretating),
mencontohkan
(exemplifying),
mengklasifikasikan
(classifying),
menggeneralisasikan
(summarizing),
inferensi
(inferring),
membandingkan
(comparing),
dan
menjelaskan (explaining).
Untuk dapat memenuhi syarat
instrumen penelitian yang baik maka
instrumen penelitian ini dilakukan proses
validasi. Jenis validitas yang digunakan
adalah validitas isi (content validity) dengan
cara mengkonsultasikannya kepada orang
yang ahli dalam bidang yang bersangkutan.
Menurut Sunarti dan Selly (2014: 88),
validitas isi merujuk pada pengertian alat
tes itu mempunyai kesejajaran (sesuai
dengan) tujuan dan deskripsi bahan
pelajaran yang diajarkan. Dalam kaitannya
dengan penelitian ini, instrumen dianalisis
oleh seorang dosen ahli (expert) dalam
bidang IPS dan guru kelas IV.
Setelah data dalam penelitian ini
terkumpul maka selanjutnya dilakukan
analisis data. Dalam menganalisis data ini
digunakan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Metode analisis deskriptif
kuantitatif adalah suatu cara pengolahan
data yang dilakukan dengan jalan
menyusun secara sistematis dalam bentuk
angka-angka
dan
atau
persentase
mengenai keadaan suatu objek yang diteliti
sehingga diperoleh kesimpulan umum
(Agung, 2005 : 96). Data yang telah
dikumpulkan
berupa
skor
kemudian
dianalisis dengan menghitung rata-rata
kelas, persentase rata-rata, ketuntasan
belajar dan dikonversikan ke dalam
Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima
dan dituangkan dalam bentuk tabel dan
grafik.
Penelitian ini dikatakan berhasil
apabila memenuhi indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan yakni: persentase
rata-rata hasil belajar keterampilan IPS
siswa minimal 80% dengan kriteria tinggi;
ketuntasan
klasikal
hasil
belajar
keterampilan IPS minimal 80%; dan
persentase
rata-rata
kemampuan
pemahaman konsep siswa minimal 80%
dengan kriteria baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan, pada
pra siklus persentase rata-rata hasil belajar
keterampilan IPS siswa hanya sebesar
63,38 dikonversikan ke dalam kriteria PAP
skala lima terletak pada kategori rendah.
Siswa yang tuntas sebanyak 16 orang dari
jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 39
orang, sehingga ketuntasan klasikal hasil
belajar keterampilan siswa hanya mencapai
41,03%. Sementara persentase rata-rata
kemampuan pemahaman konsep siswa
pada pra siklus hanya sebesar 62,22%
yang dikonversikan ke dalam kriteria PAP
skala lima terletak pada kategori kurang.
Data
mengenai
hasil
belajar
keterampilan
IPS
pada
siklus
I
menunjukkan bahwa persentase rata-rata
hasil belajar keterampilan IPS siswa hanya
mampu mencapai 70,52 dan ketuntasan
klasikalnya hanya mampu mencapai
79,49%, yang mana hanya 31 orang yang
mampu mencapai KKM dari jumlah
keseluruhan siswa yaitu 39 orang.
Sementara, data mengenai kemampuan
pemahaman konsep siswa pada siklus I
menunjukkan bahwa persentase rata-rata
kemampuan pemahaman konsep siswa
hanya mampu mencapai 75,81. Hal
tersebut
belum
memenuhi
kriteria
keberhasilan
yang
telah
ditetapkan,
sehingga diperlukan tindakan selanjutnya
dengan mengadakan siklus II dan
diperlukan
perbaikan
agar
terjadi
peningkatan
pada
hasil
belajar
keterampilan
IPS
dan
kemampuan
pemahaman konsep siswa serta kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Pada siklus II telah tampak adanya
peningkatan baik dari segi hasil belajar
keterampilan
maupun
kemampuan
pemahaman konsep siswa. Keterampilan
siswa
selama
proses
pembelajaran
mengalami
peningkatan
dibandingkan
dengan keterampilan siswa pada siklus I.
Hal ini ditunjukkan dengan persentase ratarata hasil belajar keterampilan siswa
sebesar 81,20 dan ketuntasan klasikal
mampu mencapai 94,87%. Kemampuan
pemahaman konsep siswa juga mengalami
peningkatan
dibandingkan
dengan
kemampuan pemahaman konsep pada
siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
persentase
rata-rata
kemampuan
pemahaman konsep siswa sebesar 81,45.
Data peningkatan hasil belajar
keterampilan
IPS
dan
kemampuan
pemahaman
konsep
siswa
dari
pelaksanaan pra siklus sampai dengan
siklus II dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut.
Tabel 01 Data Hasil Belajar Keterampilan IPS dan Kemampuan Pemahaman
Konsep Siswa Kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian, kecamatan
Denpasar Barat pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Peningkatan
Prasiklus Siklus I
Siklus II
dari Siklus I ke
Kriteria
(%)
(%)
(%)
Siklus II
(%)
Persentase Rata-rata
63,38
70,52
81,20
10,68
Hasil Belajar
Keterampilan IPS (M%)
Ketuntasan Klasikal
41,03
79,49
94,87
15,38
Hasil Belajar
Keterampilan IPS
Persentase Rata-rata
62,22
75,81
81,45
5,64
Kemampuan
Pemahaman Konsep
(M%)
Gambar 01 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan dan Kemampuan
Pemahaman Konsep Siswa Kelas IVA SD Negeri 2
Padangsambian, kecamatan Denpasar Barat pada Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
(Sumber: Hasil Pengamatan Sendiri)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan dalam dua siklus ini berdasarkan
deskripsi proses dan
menunjukkan
bahwa
hasil penelitian
telah
terjadi
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
peningkatan
pada
hasil
belajar
keterampilan
IPS
dan
kemampuan
pemahaman
konsep
siswa
setelah
diterapkannya pendekatan saintifik dengan
penilaian proyek tema cita-citaku pada
siswa
kelas
IVA
SD
Negeri
2
Padangsambian, kecamatan Denpasar
Barat tahun pelajaran 2014/2015.
Secara umum, penelitian yang telah
dilakukan sudah dikatakan berhasil karena
hasil penelitian yang diperoleh sudah
memenuhi kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan. Meskipun, pada siklus I hasil
yang diperoleh belum mampu memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Data mengenai hasil belajar keterampilan
IPS pada siklus I menunjukkan rata-rata
yang diperoleh hanya 70,52% dan
ketuntasan klasikalnya hanya mencapai
79,49% yang mana dari jumlah keseluruhan
siswa yaitu 39 orang hanya 31 orang yang
mampu mencapai KKM yang ditetapkan
yaitu 66. Sementara, data mengenai
kemampuan pemahaman konsep pada
siklus I menunjukkan rata-rata yang
diperoleh hanya 75,81%. Penelitian ini
belum dikatakan berhasil karena data yang
diperoleh belum mampu memenuhi kriteria
keberhasilan
yang
ditetapkan
yaitu
persentase rata-rata untuk hasil belajar
keterampilan dan kemampuan pemahaman
konsep minimal 80% dan ketuntasan
ketuntasan klasikal untuk hasil belajar
keterampilan minimal mencapai 80%.
Melihat kenyataan tersebut, maka dirasa
perlu untuk diadakan tindakan selanjutnya
pada siklus ke II untuk dapat dilakukan
perbaikan agar terjadi peningkatan dan
ketercapaian kriteria keberhasilan penelitian
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus
I, kendala-kendala yang dihadapi selama
pelaksanaan siklus I didiskusikan dengan
guru kelas untuk memperoleh solusi
sebagai dasar untuk memperbaiki dan
menyempurnakan
perencanaan
dan
pelaksanaan tindakan pada siklus II. Atas
dasar hasil refleksi pada siklus I, pada
pelaksanaan
siklus
II
pembentukan
kelompok diatur sedemikian rupa secara
heterogen sehingga siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang tinggi tidak
berkumpul dalam satu kelompok agar siswa
yang memiliki kemampuan akademik yang
tinggi dapat membantu siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang rendah dalam
menyelesaikan tugas. Selain itu bimbingan
juga diberikan lebih intensif kepada siswa
saat bekerja dalam kelompok untuk
meningkatkan keterampilan siswa. Dalam
hal ini, bimbingan yang diberikan berupa
memberikan
arahan
kepada
siswa
mengenai hal-hal yang harus dilakukan dan
data-data yang dikumpulkan terkait dengan
penilaian proyek. Siswa juga selalu
diberikan motivasi untuk dapat melaporkan
proyeknya secara lisan di depan kelas
tanpa takut salah dan setelah pelaporan
proyek, siswa ditugaskan untuk menuliskan
manfaat yang diperoleh dari tugas proyek
yang telah dikerjakan. Dengan demikian,
seluruh siswa akan memahami konsep
yang sedang dipelajari melalui pemberian
proyek.
Setelah dilakukan tindakan pada
siklus II, terjadi peningkatan pada hasil
belajar keterampilan dan kemampuan
pemahaman konsep siswa. Sebagai
perbandingan, hasil belajar keterampilan
pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar
70,52% dan ketuntasan klasikalnya hanya
mencapai 79,49% sedangkan pada siklus II
diperoleh rata-rata sebesar 81,20% dengan
ketuntasan klasikalnya mampu mencapai
94,87%. Hal ini menunjukkan bahwa telah
terjadi peningkatan persentase rata-rata
hasil belajar keterampilan IPS sebesar
10,68% dan peningkatan ketuntasan
klasikal hasil belajar keterampilan PS
sebesar 15,38% dari siklus I ke siklus II.
Begitu pula pada kemampuan
pemahaman konsep siswa yang juga
mengalami peningkatan rata-rata. Pada
siklus I, rata-rata kemampuan pemahaman
konsep siswa hanya sebesar 75,81%.
Sementara pada siklus ke II, rata-rata
kemampuan pemahaman konsep siswa
sebesar 81,20%. Hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi peningkatan persentase
rata-rata kemampuan pemahaman konsep
siswa sebesar 5,64% dari siklus I ke siklus
II.
Pada
siklus
II,
pembentukan
kelompok sudah terjadi secara heterogen
sehingga siswa yang memiliki kemampuan
akademik yang rendah sudah dibantu oleh
temannya yang memiliki kemampuan
akademik yang tinggi. Siswa juga sudah
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
mulai terbiasa belajar kelompok sehingga
pembagian tugas dalam kelompok sudah
mulai merata, meskipun masih ada
beberapa siswa yang tidak berpartisipasi
dalam mengerjakan tugas kelompok. Selain
itu, siswa juga sudah mulai berani untuk
melaporkan proyeknya di depan kelas
dibandingkan ketika saat siklus I dan
sebagian besar siswa sudah mampu
memahami konsep yang sedang dipelajari
melalui proyek yang dikerjakan. Mereka
tidak hanya fokus pada proyek yang
mereka kerjakan tetapi juga sudah mulai
menyadari
dan
memahami
bahwa
sebenarnya melalui proyek tersebut mereka
mempelajari suatu konsep, sehingga ketika
diberikan beberapa pertanyaan mereka
mampu menjawab pertanyaan tersebut
dengan baik.
Berdasarkan data yang diperoleh
pada siklus II, kriteria yang diharapkan
dalam penelitian ini sudah terpenuhi. Ini
terlihat dari data yang diperoleh, persentase
rata-rata dan ketuntasan klasikal hasil
belajar
keterampilan
sudah
mampu
melampaui 80%. Begitu pula persentase
rata-rata kemampuan pemahaman konsep
siswa sudah mampu melampaui 80%,
sehingga penelitian ini dapat dikatakan
berhasil.
Oleh karena berhasilnya penelitian
dengan menerapkan pendekatan saintifik
dengan
penilaian
proyek
untuk
meningkatkan hasil belajar keterampilan
IPS dan kemampuan pemahaman konsep
siswa tema cita-citaku kelas IVA SD Negeri
2 Padangsambian kecamatan Denpasar
Barat tahun pelajaran 2014/2015, maka
penelitian dapat dihentikan karena sudah
mencapai kriteria yang ditetapkan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan yakni, 1)
terjadi
peningkatan
hasil
belajar
keterampilan IPS melalui penerapan
pendekatan saintifik dengan penilaian
proyek tema cita-citaku kelas IVA SD
Negeri 2 Padangsambian kecamatan
Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015.
Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar
keterampilan dan ketuntasan klasikal yang
diperoleh. Pada siklus I, persentase rata-
rata hasil belajar keterampilan sebesar
70,52 dan ketuntasan klasikalnya hanya
mencapai 79,49%. Sedangkan, pada siklus
II diperoleh persentase rata-rata sebesar
81,20 dan ketuntasan klasikalnya mampu
mencapai 94,87%. Hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi peningkatan persentase
rata-rata hasil belajar keterampilan IPS
sebesar 10,68 dan peningkatan ketuntasan
klasikal hasil belajar keterampilan IPS
sebesar 15,38% dari siklus I ke siklus II; 2)
terjadi
peningkatan
kemampuan
pemahaman
konsep
siswa
melalui
penerapan pendekatan saintifik dengan
penilaian proyek tema cita-citaku kelas IVA
SD Negeri 2 Padangsambian kecamatan
Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015.
Hal ini terlihat dari persentase rata-rata
kemampuan pemahaman konsep yang
diperoleh. Pada siklus I, persentase ratarata kemampuan pemahaman konsep
siswa sebesar 75,81. Sementara pada
siklus
ke
II,
persentase
rata-rata
kemampuan pemahaman konsep siswa
sebesar 81,20. Hal ini menunjukkan bahwa
telah terjadi peningkatan persentase ratarata kemampuan pemahaman konsep
siswa sebesar 5,64 dari siklus I ke siklus II.
Berdasarkan simpulan yang telah
dipaparkan dalam penelitian ini, maka
dapat diajukan saran sebagai berikut. 1)
Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan
pengalaman
baru
dalam
meningkatkan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan pemahaman konsep pada
muatan materi IPS. 2) Bagi guru sekolah
dasar, diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam
meningkatkan
hasil
belajar
keterampilan
IPS
dan
kemampuan
pemahaman konsep siswa. 3) Bagi pihak
sekolah,
diharapkan hasil penelitian
tindakan kelas ini dapat digunakan sebagai
masukan dalam memperbaiki proses
pembelajaran sehingga dapat menjadi
sekolah yang didambakan dan diminati oleh
masyarakat. 4) Bagi peneliti lain, hasil
penelitian tindakan kelas ini diharapkan
dapat digunakan sebagai perbandingan dan
masukan dalam melakukan penelitian
sejenis.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Gede. 2005. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan
Ganesha
-------,
2010a.
Evaluasi
Pendidikan.
Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
-------, 2010b. “Penelitian Tindakan Kelas
(Teori dan Analisis Data dalam PTK)”.
Makalah disajikan pada Seminar dan
Lokakarya tentang Penelitian dan
Pola Bimbingan Skripsi di Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Ganesha. Universitas
Pendidikan Ganesha. Singaraja 27
September 2010
Aunurrahman.
2009.
Belajar
dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran
Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media
Gunartha, Wayan. 2007. Diktat Kuliah
Evaluasi Hasil Belajar. Denpasar:
Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Bali
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. 2013a. Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia
Nomor 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan
Pembelajaran
Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: Yrama
Widya
Kunandar.
2013.
Penilaian
Autentik
(Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu
Pendekatan Praktis Disertai dengan
Contoh. Jakarta: Raja Grafindo
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sumaatmadja, Nursid. 2008. Konsep Dasar
IPS. Jakarta: Universitas Terbuka
Sunarti dan Selly. 2013. Penilaian
Kurikulum 2013. Yogyakarta: Andi
Widiadnyana, I Wayan. 2014. Pengaruh
Model Discovery Learning terhadap
Pemahaman Konsep IPA dan Sikap
Ilmiah Siswa SMP. Tesis (Tidak
diterbitkan). Program Pascasarjana,
Universitas Pendidikan Ganesha
Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Download