e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PENILAIAN PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN IPS DAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVA SD 1 Pt Listya Andewi, 2I Md Suara, 3I Km Ngurah Wyasa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], 3 [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS dan (2) meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek pada tema cita-citaku. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 39 orang. Data hasil belajar keterampilan IPS diperoleh dengan menggunakan lembar observasi dan data kemampuan pemahaman konsep siswa dikumpulkan melalui tes berbentuk uraian. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek terbukti dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS siswa. Dari refleksi awal diketahui persentase rata-rata hasil belajar keterampilan IPS siswa sebesar 62,82 dengan ketuntasan klasikal 41,03%. Pada akhir siklus I persentase rata-rata siswa meningkat menjadi 70,51 dengan ketuntasan klasikal 79,49%. Hasil belajar keterampilan IPS siswa kembali meningkat pada siklus II yaitu menjadi 81,20 dengan ketuntasan klasikal 94,87%. (2) Kemampuan pemahaman konsep juga mengalami peningkatan. Pada refleksi awal diketahui persentase ratarata kemampuan pemahaman konsep siswa sebesar 62,22. Pada akhir siklus I persentase rata-rata siswa meningkat menjadi 75,81 kemudian pada siklus II persentase rata-rata meningkat menjadi 81,45. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek efektif untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS dan kemampuan pemahaman konsep tema cita-citaku pada siswa kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian, kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015. Kata-kata kunci : pendekatan saintifik, penilaian proyek, hasil belajar keterampilan, kemampuan pemahaman konsep Abstract This study aims to (1) improve learning outcomes of social skills and (2) to improve students' understanding of concepts through the application of scientific approach with assessment project on the theme of my goal. This type of research is a classroom action research conducted in two cycles. The subjects were students in the IVA class of SD Negeri 2 Padangsambian in academic year 2014/2015 consisting of 39 persons. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Learning outcomes of social skills data obtained using observation and understanding of the concept of student capability data collected through the essay test. Data collected quantitatively analyzed descriptively. Results showed (1) the apllication of scientific approach with assesment project is proven to improve learning outcomes of social skills. From the early reflections known to the average learning outcomes of social skills at 62,82 with 41,03% classical completeness. At the end of the first cycle students’ average increased to 70,51 with 79,49% classical completeness. Learning outcomes of social skills to increase again in the second cycle that becomes 81,20 with 94,87% classical completeness. (2) The ability of understanding the concept also increased. On early reflections known to the average the ability of understanding the concept at 62,22. At the end of the first cycle students’ average increased to 75,81 after the second cycle of the average increased to 81,45. Based on the data analysis and discussion, it can be concluded that the application of a scientific approach with assessment project can improve learning outcomes of social skills and students’ understanding of concepts on theme of my goal subject of students class IVA of SD Negeri 2 Padangsambian, West Denpasar district, in academic year 2014/2015. Keywords: scientific approach, assessment project, learning outcomes of social skills, abilities understanding the concept PENDAHULUAN Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu” (Abdillah dalam Aunurrahman, 2009: 35). Lebih lanjut belajar menurut Slameto (2003: 2), “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk mengubah tingkah laku baik berupa kecakapan, keterampilan dan sikap ke arah yang lebih baik melalui pengalaman, latihan, dan interaksi dengan lingkungan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya belajar, yaitu: 1) faktor individual berupa kecerdasan, kematangan, motivasi, dan latihan; serta 2) faktor yang ada di luar individu meliputi keadaan keluarga, guru dan cara mengajarnya, metode, sarana dan prasarana”. Ditinjau dari faktor di luar individu, untuk pencapaian tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh pengelolaan proses belajar. Guru dinilai paling bertanggungjawab dalam pengelolaan proses belajar mengajar. Untuk melaksanakan tugas tersebut, guru harus memiliki strategi yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran mampu berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun ini menerapkan Kurikulum 2013 sebagai usaha yang terpadu untuk merekontruksi kompotensi lulusan dengan kesesuaian dan kedalaman materi serta revolusi pembelajaran dan reformasi penilaian. Perubahan pengembangan Kurikulum 2013 ini melalui serangkaian proses yang memperhatikan kondisi kenyataan yang ada saat ini dan tantangan bangsa Indonesia di masa mendatang. Melalui perubahan kurikulum sekolah dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013, elemen perubahan di kelas yang inti adalah proses pembelajaran. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Kurikulum 2013 menghendaki adanya keseimbangan tiga kompetensi pada diri siswa yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan melalui penerapan pendekatan saintifik. Hal ini didukung oleh pendapat Kosasih (2014: 72) menyatakan bahwa, “pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa. Pengalaman-pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bersifat indoktrinisasi, hafalan, dan sejenisnya. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri”. Menurut Permendikbud No. 81 A tahun 2013 lampiran IV, “proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, menalar, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (serta mengkreasikan)”. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik (scientific approach) merupakan suatu pendekatan yang telah dirancang sedemikian rupa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya secara mandiri melalui langkah-langkah pembelajaran ilmiah yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar atau mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Melalui pendekatan saintifik, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Akan tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik belum terlaksana dengan efektif. Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan guru kelas IVA di SD Negeri 2 Padangsambian kecamatan Denpasar Barat diperoleh informasi bahwa selama kegiatan belajar mengajar guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri melalui langkah-langkah ilmiah pada pendekatan saintifik seperti yang dianjurkan pada Kurikulum 2013. Padahal, banyak para ahli yang menyatakan pendapatnya bahwa langkah-langkah dalam pendekatan saintifik dapat menyeimbangkan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif peserta didik. Kondisi pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa kurang antusias dalam belajar sehingga timbul kebosanan pada diri siswa dan berakhir pada kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Siswa akan menganggap mata pelajaran yang dipelajari di sekolah merupakan pelajaran hafalan sehingga siswa hanya akan berusaha menghapal materi yang diberikan guru tanpa berusaha mencari dan mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan yang dimilikinya. Berdasarkan pencatatan hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 pada aspek keterampilan, masih banyak siswa yang belum mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu nilai minimal 66. Jumlah siswa yang mampu mencapai KKM hanya 16 orang, jika dipersentasekan siswa yang mampu mencapai KKM hanya 41,03% dari keseluruhan jumlah siswa di kelas yaitu 39 orang. Sementara itu, dari tes observasi awal untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa diperoleh hasil bahwa persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa hanya sebesar 62,22% yang mana jika dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima berada pada kategori kurang. Mengingat motivasi belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar dan mutlak diperlukan dalam pembelajaran, maka sangat diperlukan pengelolaan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung mencapai prestasi akademis yang tinggi pula sehingga dengan meningkatnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran maka akan terjadi peningkatan pula pada hasil belajar keterampilan dan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS. Menyikapi hal tersebut, pendekatan saintifik hendaknya dapat diterapkan dengan efektif selama proses pembelajaran. Selain itu, inovasi selama proses pembelajaran pun sangat e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 diperlukan. Salah satu inovasi yang dapat diterapkan adalah dengan memadukan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Penilaian proyek (project assessment) merupakan salah satu teknik penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013. Penilaian proyek menurut Daryanto (2014: 51) dapat didefinisikan sebagai “suatu kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu”. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Agung (2010: 85) menyatakan, penilaian proyek dalam proses pembelajaran peserta didik dapat digunakan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut, yaitu 1) pengetahuan dan pemahaman dalam bidang tertentu; 2) kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu; dan 3) kemampuan peserta didik dalam menginformasikan objek tertentu secara jelas. Perpaduan antara pendekatan saintifik dengan penilaian proyek yang merupakan salah satu penilaian otentik pada kurikulum 2013, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak hanya memiliki kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri melalui kegiatan-kegiatan ilmiah dalam pendekatan saintifik tetapi juga dapat mengaplikasikan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan yang dimilikinya dengan mengerjakan proyek yang telah ditugaskan oleh guru. Siswa juga akan dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran melalui kegiatan berdiskusi, melakukan penyelidikan, dan mengkomunikasikan proyek yang telah diselesaikan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya keterampilan siswa yang terasah tetapi juga kemampuan memahami suatu konsep. Pemahaman (comprehension) merupakan salah satu dari enam jenjang proses berpikir dalam ranah pengetahuan atau kognitif. Kunandar (2013: 162) menyatakan bahwa, pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dalam proses pembelajaran, pemahaman ditunjukkan melalui kegiatan mengungkapkan gagasan atau pendapat dengan kata-kata sendiri, membedakan, membandingkan, menginterpretasi data, mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok, dan menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri, sehingga dengan diterapkannya pendekatan saintifik dengan penilaian proyek diharapkan kemampuan pemahaman konsep dapat meningkat. Terlebih lagi, pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dirasa sesuai jika diterapkan pada muatan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sehubungan dengan fungsi pendidikan IPS menurut Sumaatmadja (2008: 1.10) yang mana tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga berfungsi mengembangkan keterampilan terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dipandang perlu diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS dan kemampuan pemahaman konsep siswa tema cita-citaku kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015. Dengan demikian diharapkan penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS dan kemampuan pemahaman konsep dengan tema citacitaku pada siswa kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015. METODE Rancangan yang digunakan dalam penelitan ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Agung (2010: 3) mendefinisikan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Sementara itu Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2008: 12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Jadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses atau program pembelajaran yang sedang berjalar serta terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan kelas dan salah satu model menurut Agung (2010: 6) yang kiranya tidak terlalu sulit untuk dilakukan yang ditawarkan oleh para ahli adalah model Stephen Kemmis dan Robin McTaggart. Model ini terdiri atas empat komponen, yaitu: rencana, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus di mana masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai hasil belajar keterampilan IPS dan pemahaman konsep siswa. Untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu: metode observasi dan metode tes. Agung (2005: 61) menyatakan bahwa, “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu. Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang perubahan ranah psikomotorik”. Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar keterampilan IPS. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dengan format penilaian proyek yang disertai dengan rubrik kriteria-kriteria tertentu. Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat dihasilkan suatu data berupa skor. (Agung, 2005: 93). Gronlud (dalam Gunartha, 2007: 4) mengatakan “tes sebagai suatu alat atau prosedur yang sistematik untuk mengukur contoh atau sampel suatu perilaku”. Berdasarkan suatu tes, guru mendapatkan informasi tentang hasil belajar siswa. Hasil belajar tersebut mungkin berwujud perbandingan dengan hasil belajar siswa lain atau dalam hubungannya. Dari pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa metode tes adalah cara untuk memperoleh data dengan memberikan tes kepada sekelompok orang dalam bentuk sebuah tugas yang harus dikerjakan dengan prosedur yang sistematik. Menurut Agung (2010: 8), metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang perubahan ranah kognitif hasil belajar sesuai bidang studi. Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu, lembar observasi penilaian proyek berupa skala penilaian (rating scale) untuk mengukur hasil belajar keterampilan IPS siswa dan tes tertulis bentuk uraian untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Menurut Kunandar (2013: 203), soal bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Setiap soal bentuk uraian dilengkapi dengan rubrik atau pedoman penskoran, dengan demikian hasil koreksi jawabannya akurat dan objektif. Tes pemahaman konsep yang disusun berdasarkan tujuh indikator sebagaimana e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 dinyatakan oleh Bloom (dalam Widiadnyana, 2014), yakni interpretasi (interpretating), mencontohkan (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), menggeneralisasikan (summarizing), inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). Untuk dapat memenuhi syarat instrumen penelitian yang baik maka instrumen penelitian ini dilakukan proses validasi. Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity) dengan cara mengkonsultasikannya kepada orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan. Menurut Sunarti dan Selly (2014: 88), validitas isi merujuk pada pengertian alat tes itu mempunyai kesejajaran (sesuai dengan) tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, instrumen dianalisis oleh seorang dosen ahli (expert) dalam bidang IPS dan guru kelas IV. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2005 : 96). Data yang telah dikumpulkan berupa skor kemudian dianalisis dengan menghitung rata-rata kelas, persentase rata-rata, ketuntasan belajar dan dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima dan dituangkan dalam bentuk tabel dan grafik. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni: persentase rata-rata hasil belajar keterampilan IPS siswa minimal 80% dengan kriteria tinggi; ketuntasan klasikal hasil belajar keterampilan IPS minimal 80%; dan persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa minimal 80% dengan kriteria baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan, pada pra siklus persentase rata-rata hasil belajar keterampilan IPS siswa hanya sebesar 63,38 dikonversikan ke dalam kriteria PAP skala lima terletak pada kategori rendah. Siswa yang tuntas sebanyak 16 orang dari jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 39 orang, sehingga ketuntasan klasikal hasil belajar keterampilan siswa hanya mencapai 41,03%. Sementara persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa pada pra siklus hanya sebesar 62,22% yang dikonversikan ke dalam kriteria PAP skala lima terletak pada kategori kurang. Data mengenai hasil belajar keterampilan IPS pada siklus I menunjukkan bahwa persentase rata-rata hasil belajar keterampilan IPS siswa hanya mampu mencapai 70,52 dan ketuntasan klasikalnya hanya mampu mencapai 79,49%, yang mana hanya 31 orang yang mampu mencapai KKM dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 39 orang. Sementara, data mengenai kemampuan pemahaman konsep siswa pada siklus I menunjukkan bahwa persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa hanya mampu mencapai 75,81. Hal tersebut belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga diperlukan tindakan selanjutnya dengan mengadakan siklus II dan diperlukan perbaikan agar terjadi peningkatan pada hasil belajar keterampilan IPS dan kemampuan pemahaman konsep siswa serta kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pada siklus II telah tampak adanya peningkatan baik dari segi hasil belajar keterampilan maupun kemampuan pemahaman konsep siswa. Keterampilan siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan keterampilan siswa pada siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan persentase ratarata hasil belajar keterampilan siswa sebesar 81,20 dan ketuntasan klasikal mampu mencapai 94,87%. Kemampuan pemahaman konsep siswa juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep pada siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa sebesar 81,45. Data peningkatan hasil belajar keterampilan IPS dan kemampuan pemahaman konsep siswa dari pelaksanaan pra siklus sampai dengan siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Tabel 01 Data Hasil Belajar Keterampilan IPS dan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian, kecamatan Denpasar Barat pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Peningkatan Prasiklus Siklus I Siklus II dari Siklus I ke Kriteria (%) (%) (%) Siklus II (%) Persentase Rata-rata 63,38 70,52 81,20 10,68 Hasil Belajar Keterampilan IPS (M%) Ketuntasan Klasikal 41,03 79,49 94,87 15,38 Hasil Belajar Keterampilan IPS Persentase Rata-rata 62,22 75,81 81,45 5,64 Kemampuan Pemahaman Konsep (M%) Gambar 01 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan dan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian, kecamatan Denpasar Barat pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II (Sumber: Hasil Pengamatan Sendiri) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus ini berdasarkan deskripsi proses dan menunjukkan bahwa hasil penelitian telah terjadi e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 peningkatan pada hasil belajar keterampilan IPS dan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya pendekatan saintifik dengan penilaian proyek tema cita-citaku pada siswa kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian, kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015. Secara umum, penelitian yang telah dilakukan sudah dikatakan berhasil karena hasil penelitian yang diperoleh sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Meskipun, pada siklus I hasil yang diperoleh belum mampu memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Data mengenai hasil belajar keterampilan IPS pada siklus I menunjukkan rata-rata yang diperoleh hanya 70,52% dan ketuntasan klasikalnya hanya mencapai 79,49% yang mana dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 39 orang hanya 31 orang yang mampu mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 66. Sementara, data mengenai kemampuan pemahaman konsep pada siklus I menunjukkan rata-rata yang diperoleh hanya 75,81%. Penelitian ini belum dikatakan berhasil karena data yang diperoleh belum mampu memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu persentase rata-rata untuk hasil belajar keterampilan dan kemampuan pemahaman konsep minimal 80% dan ketuntasan ketuntasan klasikal untuk hasil belajar keterampilan minimal mencapai 80%. Melihat kenyataan tersebut, maka dirasa perlu untuk diadakan tindakan selanjutnya pada siklus ke II untuk dapat dilakukan perbaikan agar terjadi peningkatan dan ketercapaian kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan siklus I didiskusikan dengan guru kelas untuk memperoleh solusi sebagai dasar untuk memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Atas dasar hasil refleksi pada siklus I, pada pelaksanaan siklus II pembentukan kelompok diatur sedemikian rupa secara heterogen sehingga siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi tidak berkumpul dalam satu kelompok agar siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan akademik yang rendah dalam menyelesaikan tugas. Selain itu bimbingan juga diberikan lebih intensif kepada siswa saat bekerja dalam kelompok untuk meningkatkan keterampilan siswa. Dalam hal ini, bimbingan yang diberikan berupa memberikan arahan kepada siswa mengenai hal-hal yang harus dilakukan dan data-data yang dikumpulkan terkait dengan penilaian proyek. Siswa juga selalu diberikan motivasi untuk dapat melaporkan proyeknya secara lisan di depan kelas tanpa takut salah dan setelah pelaporan proyek, siswa ditugaskan untuk menuliskan manfaat yang diperoleh dari tugas proyek yang telah dikerjakan. Dengan demikian, seluruh siswa akan memahami konsep yang sedang dipelajari melalui pemberian proyek. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan pada hasil belajar keterampilan dan kemampuan pemahaman konsep siswa. Sebagai perbandingan, hasil belajar keterampilan pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 70,52% dan ketuntasan klasikalnya hanya mencapai 79,49% sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 81,20% dengan ketuntasan klasikalnya mampu mencapai 94,87%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan persentase rata-rata hasil belajar keterampilan IPS sebesar 10,68% dan peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar keterampilan PS sebesar 15,38% dari siklus I ke siklus II. Begitu pula pada kemampuan pemahaman konsep siswa yang juga mengalami peningkatan rata-rata. Pada siklus I, rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa hanya sebesar 75,81%. Sementara pada siklus ke II, rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa sebesar 81,20%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa sebesar 5,64% dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II, pembentukan kelompok sudah terjadi secara heterogen sehingga siswa yang memiliki kemampuan akademik yang rendah sudah dibantu oleh temannya yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi. Siswa juga sudah e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 mulai terbiasa belajar kelompok sehingga pembagian tugas dalam kelompok sudah mulai merata, meskipun masih ada beberapa siswa yang tidak berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok. Selain itu, siswa juga sudah mulai berani untuk melaporkan proyeknya di depan kelas dibandingkan ketika saat siklus I dan sebagian besar siswa sudah mampu memahami konsep yang sedang dipelajari melalui proyek yang dikerjakan. Mereka tidak hanya fokus pada proyek yang mereka kerjakan tetapi juga sudah mulai menyadari dan memahami bahwa sebenarnya melalui proyek tersebut mereka mempelajari suatu konsep, sehingga ketika diberikan beberapa pertanyaan mereka mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, kriteria yang diharapkan dalam penelitian ini sudah terpenuhi. Ini terlihat dari data yang diperoleh, persentase rata-rata dan ketuntasan klasikal hasil belajar keterampilan sudah mampu melampaui 80%. Begitu pula persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa sudah mampu melampaui 80%, sehingga penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Oleh karena berhasilnya penelitian dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS dan kemampuan pemahaman konsep siswa tema cita-citaku kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015, maka penelitian dapat dihentikan karena sudah mencapai kriteria yang ditetapkan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan yakni, 1) terjadi peningkatan hasil belajar keterampilan IPS melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek tema cita-citaku kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar keterampilan dan ketuntasan klasikal yang diperoleh. Pada siklus I, persentase rata- rata hasil belajar keterampilan sebesar 70,52 dan ketuntasan klasikalnya hanya mencapai 79,49%. Sedangkan, pada siklus II diperoleh persentase rata-rata sebesar 81,20 dan ketuntasan klasikalnya mampu mencapai 94,87%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan persentase rata-rata hasil belajar keterampilan IPS sebesar 10,68 dan peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar keterampilan IPS sebesar 15,38% dari siklus I ke siklus II; 2) terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek tema cita-citaku kelas IVA SD Negeri 2 Padangsambian kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terlihat dari persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep yang diperoleh. Pada siklus I, persentase ratarata kemampuan pemahaman konsep siswa sebesar 75,81. Sementara pada siklus ke II, persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa sebesar 81,20. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan persentase ratarata kemampuan pemahaman konsep siswa sebesar 5,64 dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan saran sebagai berikut. 1) Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pengalaman baru dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan dan kemampuan pemahaman konsep pada muatan materi IPS. 2) Bagi guru sekolah dasar, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan IPS dan kemampuan pemahaman konsep siswa. 3) Bagi pihak sekolah, diharapkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat digunakan sebagai masukan dalam memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat menjadi sekolah yang didambakan dan diminati oleh masyarakat. 4) Bagi peneliti lain, hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat digunakan sebagai perbandingan dan masukan dalam melakukan penelitian sejenis. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 DAFTAR PUSTAKA Agung, Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha -------, 2010a. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha -------, 2010b. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah disajikan pada Seminar dan Lokakarya tentang Penelitian dan Pola Bimbingan Skripsi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja 27 September 2010 Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media Gunartha, Wayan. 2007. Diktat Kuliah Evaluasi Hasil Belajar. Denpasar: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Bali Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013a. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh. Jakarta: Raja Grafindo Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sumaatmadja, Nursid. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka Sunarti dan Selly. 2013. Penilaian Kurikulum 2013. Yogyakarta: Andi Widiadnyana, I Wayan. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Tesis (Tidak diterbitkan). Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya