BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian

advertisement
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek, mengemukakan bahwa istilah “komunikasi atau dalam bahasa
inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.4
Definisi komunikasi adalah suatu proses menyampaikan stimulus melalui
seseorang dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang-orang. Komunikasi timbul di dorong oleh kebutuhan-kebutuhan
untuk mengurangi rasa ketidakpastian bertindak secara efektif untuk memperkuat
ego.
Terdapat begitu banyak definisi lain mengenai komunikasi seperti yang
dikemukan oleh para ahli, salah satunya definisi yang di kemukakan oleh Bernard
Barelson dan Garry A. Stainer dalam karyanya “Human Behaviour” bahwa
komunikasi:5
Penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya
dengan menggunakan lambang-lambang, kata-kata, gambar, bilangan, grafik,
dan lain-lain.
8
4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 9. 5
Ibid, hal 48 8 9 Berdasarkan definisi diatas, Barelson dan Stainer menjelaskan bahwa
komunikasi adalah proses dan yang disampaikan bukan hanya sekedar informasi,
tetapi juga gagasan, emosi, dan keterampilan.
Carl I Hovland menyatakan bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap.6 Dari pengertian tersebut bahwa komunikasi
untuk mengubah perilaku, pendapat dan sikap itulah yang dijadikan objek studi
ilmu komunikasi, yakni masalah bagaimana caranya agar seseorang atau sejumlah
orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, atau melakukan
tindakan tertentu.
Awalnya komunikasi di konsepsikan sebagai proses pengoperan
lambang-lambang bermakna dari seseorang kepada orang lain. Proses komunikasi
pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
(komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan,
informasi, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Melakukan komunikasi berarti kita menciptakan persamaan, pengertian
informasi, ide, pemikiran, dan sikap kita terhadap orang lain. Jadi, intinya
komunikator dan komunikan menuju kesepakatan pesan. Menumbuhkan
terciptanya persamaan mengenai pesan tertentu sehingga merupakan satu
pengertian.
Proses komunikasi, paling sedikit harus memiliki lima komponen yant terlibat
yaitu :
6
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2000, hal 11 9 10 1. Sumber (komunikator) : dalam komunikasi sumber memegang peranan
penting untuk pencapaian komunikasi yang efektif. Teori-teori yang ada
menyatakan bahwa untuk dapat mempengaruhi penerima, sumber yang
ditampilkan harus memiliki kredibilitas yang tinggi.
2. Pesan :
pesan
merupakan
faktor
penting
dalam
mempengaruhi
penerimaan khalayak terhadap suatu gagasan. Ada berbagai teori yang
dapat digunakan untuk meningkatkan keefektifan komunikasi dengan
mempertimbangkan berbagai pesan yang harus ditampilkan.
3. Media atau saluran : komponen penting dari program komunikasi yang
berkaitan dengan media atau saluran komunikasi yang akan digunakan
dalam menyampaikan pesan.
4. Penerima (Komunikan) : penerima atau publik yang menerima pesan
5. Efek
: efek yang dihasilkan dari pesan yang disampaikan.7
Berdasarkan jenisnya bentuk komunikasi dibagi menjadi :
1. Komunikasi intrapersonal
2. Komunikasi interpersonal
3. Komunikasi kelompok
4. Komunikasi organisasi
5. Komunikasi publik
6. Komunikasi budaya
7. Komunikasi lintas budaya.8
7
I Gusti Ngurah Putra, Manajemen Humas, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1999, hal 56‐59 10 11 Dampak komunikasi interpersonal dari komunikasi dapat dirasakan pada
waktu itu juga, oleh pihak yang terlibat. Sedangkan efektivitas komunikasi
interpersonal akan tercapai apabila memenuhi paling sedikitnya lima macam
komponen yaitu :
1. Adanya kesamaan kepentingan antara komunikator dengan komunikan
2. Adanya sikap yang mendukung dari kedua belah pihak
3. Sikap positif yang artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima
sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak
4. Sikap keterbukaan yang di tampilkan oleh kedua belah pihak
5. Masing-masing pihak mencoba, menempatkan diri pada mitra wicaranya.
2.2. Komunikasi Organisasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Redding dan sanborn mengatakan bahwa komunkasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, yang
termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia,
hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari
atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan
kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang
sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan
8
Richard West, Lynn H Turner, Pengantar Ilmu Komunikasi; Analisis dan Aplikasi Edisi ke 3, Penerjemah: maria Natalisa Damayanti Maer, Jakarta; Salemba Humanika, hal 34 11 12 berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. (Arni
Muhammad, 2005:65).9
Komunikasilah yang memungkinkan orang mengorganisasi. Komunikasi
memungkinkan orang untuk mengkoordinir kegiatan mereka untuk mencapai
tujuan bersama, tetapi komunikasi itu tidak hanya menyampaikan informasi atau
mentransfer makna saja. Tetapi orang atau individu membentuk makna dan
mengembangkan harapan mengenai apa yang sedang terjadi di sekitar mereka dan
antara mereka satu sama lain melalui pertukaran simbol. Dalam kaitannya dengan
ini, Chester Barnard salah seorang sarjana perilaku organisasi dahulu,
menekankan bahwa “Dalam setiap teori lengkap (exhaustive) mengenai
organisasi, komunikasi itu menduduki tempat sentral, karena struktur , keluasan
(extensiveness). Dan ruang lingkup organisasi itu hampir seluruhnya ditentukan
oleh teknik-teknik komunikasi”. Bahkan simon ketika menulis menyatakan bahwa
“pertanyaan yang harus diajukan mengenai setiap proses administratif adalah:
Bagaimana ia mempengaruhi keputusan individu itu? Tanpa komunikasi
jawabnya tentulah selalu : ia tidak mempengaruhinya sama sekali.”
Pandangan ini menggambarkan betapa komunikasi itu merupakan suatu
“kekuatan yang luar biasa” dalam kehidupan organisasi. Bayangkan, jika salah
dalam pemberian instruksi, salah dalam penafsiran perintah atau tugas dari atasan
maka akan menjadi fatal dalam mekanisme kerja organisasi atau perusahaan.
Bahkan, ketika pimpinan dan bawahan tidak ada komunikasi maka suatu
9
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2010, Hal 5 12 13 organisasi atau perusahaan akan menjadi statis tidak ada aktifitas dan tidak ada
kemajuan. Memang, komunikasi bukanlah sebagai panasea (sebagai obat
mujarab) yang mampu mengobati segala macam penyakit, tetapi paling tidak
dengan adanya komunikasi yang harmonis maka unsur-unsur yang ada dalam
organsisasi tercipta saling pengertian dan saling memahami di antara mereka.
Pada saat itulah prasangka, beda pengertian, beda pendapat dan konflik bisa
dihindari atau bisa diminimalisir sekecil mungkin.
2.2.2 Fungsi Komunikasi Organisasi
Zelko dan dance menegaskan, bahwa jika manajer dan orang lain yang
bertanggung jawab dalam organisasi bisnis ditanya mengenai berapa banyak hari
kerja yang dihabiskan untuk berkomunikasi, jawabnya berkisar antara 89%
sampai 99%, dengan kebanyakan menyatakan lebih dari 90%. (stewart L. Tubssylvia Moss, 1996:168).10
Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dalam
sebuah organisasi. Komunikasi adalah aktivitas yang amat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan makhluk di dunia, terutama umat manusia. Memang,
peranan komunikasi yang efektif, merupakan prasyarat bagi pencapaian tujuantujuan organisasi disamping sebagai satu masalah terbesar yang dihadapi oleh
manajemen modern.
10
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2010, Hal 73 13 14 Proses komunikasi itu sendiri sering kali dianggap sebagai akar dari
semua persoalan-persoalan yang timbul di dunia. Sebagaimana Hicks dan Gullett
menyatakan: “barangkali ada benarnya, kata orang, bahwa jantung dari masalahmasalah dunia, setidaknya antara seseorang dengan orang lain, adalah
ketidakmampuan orang untuk berkomunikasi sementara ia berfikir bahwa ia
sedang berkomunikasi.”11 Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang
buruk dipandang sebagai hal yang paling sering disebut-sebut menjadi sumber
konflik antar pribadi, karena individu menghabiskan waktu sadarnya hampir 70
persen
untuk
berkomunikasi (yaitu
menulis,
membaca, berbicara, dan
mendengar), kiranya cukup beralasan keberhasilan pencapaian kinerja kelompok
adalah kurangnya prasangka, perang antar Negara, perselisihan perburuhan,
konflik organisasi dan semacamnya adalah contoh dari berbagai persoalan yang
timbul karena komunikasi yang tidak efektif. Pertanyaannya, apa saja fungsi
komunikasi dalam organisasi? Ada beberapa fungsi komunikasi dalam organisasi,
diantaranya sebagai berikut:
1. Fungsi produksi dan pengaturan
Artinya, komunikasi yang terutama berhubungan dengan penyelesaian
pekerjaan dan membantu organisasi mencapai tujuan produksi (produk, jasa-jasa
dsb) adalah berorientasi pengaturan dan produksi. Contoh komunikasi produksi
adalah informasi penjualan, pesan pengawasan mutu, anggaran, dam pesan-pesan
kebijaksanaan dan pengaturan yang menunjukkan kepada para anggota organisasi
mengenai bagaimana melaksanakan tugas-tugas mereka. Fungsi komunikasi ini
11
Ibid, Hal 74 14 15 meliputi pesan yang memungkinkan para manajer dan para anggota organisasi
untuk :
a. Menentukan sasaran dan tujuan;
b. Merumuskan bidang masalah;
c. Menilai prestasi;
d. Mengkoordinir tugas-tugas yang secara fungsional saling bergantung;
e. Menentukan standard hasil prestasi;
f. Mengomando, menunjukkan kepada pegawai apa yang harus
dilakukan, member perintah;
g. Memberikan intruksi, menunjukkan kepada pegawai bagaimana
melaksanakan
suatu
perintah,
mengembangkan
prosedur,
dan
memahami kebijaksanaan;
h. Memimpin dan mempengaruhi.
2. Fungsi pembaharuan
Artinya, aktivitas-aktivitas komunikasi seperti system saran di seluruh
organisasi, pekerjaan penelitian dan pengembangan, riset dan analisa pasar,
siding-sidang urun-saran (brainstorming), dan panitia ‘tank pemikir’. Fungsi ini
mendidik organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam lingkungannya. Untuk itu suatu organisasi membuat rencanarencana baru, aktivitas-aktivitas baru, program-program baru, pengarahan yang
baru, proyek-proyek yang baru dan saran-saran mengenai produksi baru. Rencanarencana ini misalnya disampaikan pada waktu pertemuan-pertemuan pemecahan
15 16 masalah, pembuatan rencana dan pada waktu rapat-rapat dengan anggota
organisasi. Pesan yang disampaikan itu termasuk kategori pesan pembaharuan.
3. Fungsi pemasyarakatan atau pemeliharaan
Artinya, aktivitas-aktivitas komunikasi yang menyangkut: harga diri para
anggota organisasi; imbalan dan motivasi pegawai; moral; hubungan antar pribadi
mereka dalam organisasi. Agar pegawai betah dalam suatu organisasi dan
berprestasi memadai, mereka hendaklah memperoleh pengalaman menyenangkan
dalam organisasi itu. Imbalan itu dapat berupa uang, prestise, status, pekerjaan
menarik, identifikasi dengan produk organisasi, dan faktor kepuasan seperti
terlibat dalam pengambilan keputusan. Komunikasi sosial meliputi informasi yang
menunjang hubungan seseorang dengan lingkungan fisik dan manusia. Misalnya,
informasi yang menyokong pandangan anda tentang diri anda sendiri sebagai
orang yang kompeten dan berguna adalah bersifat dari komunikasi membantu
membangun harapan bersama dengan para anggota organisasi- harapan mengenai
satu sama lain, pekerjaan yang akan dilaksanakan, bagaimana mengerjakan
pekerjaan itu, dan kontek organisasional dan lingkungan dimana organisasi itu
berada. Upacara (rituals), dan prosedur adalah cara-cara para anggota organisasi
mengembangkan harapan bersama yang menyatukan mereka bersama bagian dari
organisasi. Oleh karena fungsi dan bergaul satu sama lain sebagai anggota
organisasi itu, hanya dengan komunikasi sosial atau komunikasi pemeliharaan
pegawai dapat terlibat secara pribadi dalam sasaran suatu organisasi. (M.T. Myers
dan G.E. Myers, 1987: 33-37)12
12
Ibid 16 17 4. Fungsi tugas
Artinya,
pelaksanaan
aktivitas-aktivitas
komunikasi
tugas-tugas organisasi oleh
yang
berkenaan
dengan
anggota organisasi. Pesan
ini
mencangkup pemberian informasi kepda karyawan untuk melakukan tugas
mereka secara efisien, seperti aktivitas pemberian latihan kepada karyawan,
memberikan orientasi bagi karyawan baru, penentuan tujuan dan aktivitas lainnya
yang berkenaan dengan produksi, pelayanan pemasaran dan sebagainya. Atau
dengan kata lain fungsi tugas dapat dikatakan sebagai pesan yang berhubungan
dengan output system yang diinginkan oleh organisasi.
5. Fungsi perintah
Artinya, komunikasi memperbolehkan anggota organisasi membicarakan,
menerima, menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah. Dua jenis komunikasi
yang mendukung pelaksanaan fungsi ini adalah pengarahan dan umpan balik, dan
tujuannya adalah berhasil mempengaruhi anggota lain dalam organisasi. Hasil
fungsi perintah adalah koordinasi di antara sejumlah anggota yang saling
bergantung dalam organisasi tersebut.
6. Fungsi relasional
Artinya, komunikasi memperbolehkan anggota organisasi menciptakan
dan mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota
organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job
performance) dalam berbagai cara, misalnya, kepuasan kerja, aliran komunikasi
ke bawah maupun ke atas dalam hirarki organisasional, dan tingkat pelaksanaan
perintah. Pentingnya keterampilan dalam hubungan antarpersonal yang baik lebih
17 18 terasa dalam pekerjaan ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu
dilakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga
hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati, dan
sebagainya.
7. Fungsi manajemen ambigu
Artinya, pilihan dalam situasi organisasi sering di buat dalam keadaan
yang sangat ambigu. Misalnya, motivasi berganda muncul karena pilihan yang
diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi demikian juga diri sendiri;
tujuan organisasi tidak jelas, dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan
tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan
mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi: anggota
berbicara satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami
situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama.
2.2.3 Hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus
dan lancar seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam suatu organisasi
terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara
atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam
berkomunikasi. Robbins meringkas beberapa hambatan komunikasi organisasi
sebagai berikut:13
13
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2010, Hal 80 18 19 1. Penyaringan (Filtering)
Hambatan ini merupakan komunikasi yang dimanipulasikan oleh si
pengirim Nampak lebih bersifat menyenangkan si penerima. Banyak manajer
melaporkan keadaan yang tidak sebenarnya atau menutup-nutupi kebenaran hanya
karena ingin atasannya menjadi senang. Di dalam praktek, hal ini sering disebut
sebagai komunikasi yang bersifat ABS (Asal Bapak Senang). Komunikasi
semacam ini dapat berakibat buruk bagi organisasi, karena jika informasinya
dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka keputusan yang kelak akan
dihasilkan berkualitas rendah dan salah.
2. Persepsi selektif
Hambatan ini merupakan keadaan dimana penerima pesan di dalam
proses komunikasi melihat dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar
belakang pengalaman, dan cirri-ciri pribadi lainnya. Jadi, boleh jadi tidak sama
dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang lain. Contohnya: seorang wanita
yang keluar dari gedung bioskop dengan mata merah karena menangis, mungkin
diinterpretasikan oleh seseorang karena menonton film yang sedih, sementara
orang lainyang menafsirkan telah terjadi percekcokan antara wanita itu dengan
pasangannya. Jadi, dalam hal cara menafsirkan pesan-pesan tadi, maka
pengalaman, pendidikan, pengetahuan, dan budaya akan ikut menentukan. Oleh
karenanya, persepsi yang demikian ini dapat menjadi penghambat bagi
komunikasi yang efektif.
3. Perasaan
19 20 Hambatan ini merupakan bagaimana perasaan penerima pada saat dia
menerima pesan komunikasi akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan
pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang di saat sedang marah akan
berbeda penafsirannya jika ia menerima pesan itu dalam keadaan normal.
4. Bahasa
Kata-kata memiliki makna yang berbeda antara seseorang dengan orang
lain. Kadang-kadang, arti dari sebuah kata tidak berada pada kata itu sendiri tetapi
pada kita. Umur, pendidikan, lingkungan kerja dan budaya adalah hal-hal yang
secara nyata dapat mempengaruhi bahasa yang dipakai oleh seseorang, atau
definisi yang diletakkan pada suatu kata. Contohnya, istilah by-pass oleh
pengendara mobil dihubungkan dengan jalan yang ditempuh, sementara di
kalangan kedokteran berhubungan dengan suatu operasi jantung misalnya, dan di
dalam mekanisme atau prosedur manajemen di artikan sebagai adanya pejabat
yang dilewati atau di kesampingkan.
Reksohadiprodjo dan handoko, dalam salah satu bukunya yang berjudul :
“organisasi perusahaan”, mengklasifikasikan hambatan-hambatan komunikasi ke
dalam empat kategori, diantaranya sebagai berikut:
a. Hambatan dalam diri pribadi : persepsi selektif; perbedaan individual
dalam keterampilan berkomunikasi.
b. Hambatan antara pribadi: iklim atau suasana dalam kelompok;
kepercayaan penerima; kredibilitas sumber informasi; derajat kesamaan
pengirim dan penerima.
20 21 c. Hambatan organisasional: status; hirarki organisasi; ukuran kelompok dan
ruangan atau wilayah dalam organisasi.
d. Hambatan teknologi: bahasa dan pengertian; isyarat-isyarat non verbal;
efektivitas saluran. (Sukamto Reksohadi Projdjo, 1982: 186-189)
Sementara Wursanto dalam bukunya yang berjudul ‘Etika Komunikasi
Kantor’ menulis bahwa hambatan komunikasi dapat dibedakan menjadi 6 macam
yaitu:
a. Hambatan yang bersifat teknis
Hambatan ini antara lain : kurangnya sarana dan prasarana yang
diperlukan oleh organisasi; kondisi fisik yang tidak memungkinkan
terjadinya komunikasi yang efektif; penguasaan teknik dan metode
komunikasi yang tidak memadai.
b. Hambatan perilaku
Seperti: pandangan yang bersifat apriori; prasangka yang didasarkan
kepada emosi; suasana otoriter; ketidakmauan untuk berubah; sifat yang
egosentris.
c. Hambatan bahasa
Yang dimaksud bahasa disini adalah semua bentuk yang dipergunakan
dalam proses penyampaian berita; yaitu bahasa lisan, bahasa tertulis,
gerak-gerik, dan sebagainya. Penggunaan bahasa oleh seorang pemimpin
atau komunikator dengan tanpa menghiraukan kemampuan bawahan atau
orang yang diajak berbicara, akan menimbulkan salah pengertian
(miscommunication).
21 22 Untuk menghindari adanya miscommunication yang disebabkan oleh
adanya rintangan bahasa, maka hambatan bahasa ini dapat dihilangkan
dengan usaha-usaha:
1. Pergunakanlah kata-kata yang sederhana, mudah dimengerti oleh
siapapun;
2. Pergunakanlah tata bahasa yang benar;
3. Pergunakanlah kalimat-kalimat yang pendek,singkat,jelas;
4. Ingat dengan siapa kita mengadakan pembicaraan; sampai dimana
tingkat kemampuan atau pendidikannya, sehingga kita dapat
menyesuaikan diri;
5. Pergunakanlah kode-kode, serta lambang-lambang, gerak-gerik yang
dapat memperjelas apa yang kita ucapkan.
d. Hambatan stuktur
Hambatan ini dapat juga disebut hambatan organisasi; yaitu hambatan
yang disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat, perbedaan job dalam
sturktur organisasi. Kdang-kadang seseorang bawahan merasa takut,
merasa malu apabila berhubungan dengan atasannya atau pimpinannya,
apalagi pimpinan yang bersangkutan seorang yang cukup berwibawa dan
disegani. Karena adanya rasa takut atau malu, maka komunikasi antara
bawahan dengan atasan tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Untuk menghindari hambatan struktur atau hambatan organisasi, dapat
dilakukan, antara lain dengan cara:
22 23 1. Pimpinan harus lebih bersifat terbuka, dalam arti pemimpin harus
supel, mau dan mudah bergaul dengan bawahan sehingga antara atasan
dengan bawahan seperti hubungan antar seorang ayah dengan anaknya.
Untuk itu, usaha-usaha di luar kedinasan, harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, misalnya dengan mengadakan anjangsana (open
house) kepada para bawahan, secara kontinu dan merata.
2. Harus ada keberanian pada diri sendiri. Dalam hal ini, bawahan dalam
berhubungan dengan atasan, anggaplah seperti berhubunngan dengan
teman sekerja. Bawahan harus mempunyai pandangan bahwa atasan
atau pimpinan itu sama dengan kita. Sama-sama manusia, hanya
berbeda tingkat kedudukannya dalam jenjang struktur organisasi.
3. Hubungan jangan terlalu formal. Hubungan antara atasan dengan
bawahan yang terlalu formal akan membuat suasana menjadi mati,
kaku sehingga hubungan atau jarak antara atasan dengan bawahan
sangat jauh.
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan moral (semangat kerja)
pegawai, hubungan yang terlalu formal kurang dapat diterapkan.
Sebaliknya hubungan yang bersifat informal akan lebih berhasil, karena
hubungan informal lebih bersifat hubungan dari hati ke hati. Sehingga
lebih bersifat familiar.
e. Hambatan jarak
23 24 Hambatan ini juga disebut hambatan geografis. Dari segi jarak atau
geografis, komunikasi akan lebih mudah berlangsung apabila antara kedua
belah pihak yang saling mengadakan interaksi itu berada di suatu tempat
yang tidak berjauhan. Akan tetapi, tidak selamanya para karyawan atau
pegawai itu berada di suatu tempat tertentu; apalagi suatu organisasi yang
mempunyai cabang-cabang yang tersebar di berbagai tempat atau wilayah
sehingga komunikasi dalam organisasi itu mengalami kesulitan apabila
tidak ditunjang dengan suatu peralatan komunikasi yang memadai, yang
akan mengakibatkan keterlambatan berita yang disampaikan.
Seorang pemimpin membutuhkan kecepatan dan ketepatan pengiriman
informasi untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerialnya. Oleh karena
itu, diperlukan peralatan atau sarana komunikasi yang memadai sesuai
dengan perkembangan zaman. Apalagi sekarang perkembangan teknologi
komunikasi mengalami lompatan yang luar biasa, sehingga hambatan
jarak relative dapat diatasi.
f. Hambatan latar belakang
Setiap orang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan
latar belakang dapat menimbulkan suatu gap atau hambatan dalam proses
komunikasi. Hambatan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
latarbelakang social, dan latar belakang pendidikan.
24 25 2.3 Opini
2.3.1 Pengertian Opini
Opini adalah tindakan mengungkapkan apa yang dipercayai, dinilai, dan
diharapkan seseorang dari objek-objek dan situasi tertentu. Jadi opini adalah
pendapat seseorang yang keluar berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasa.
Menurut Santoso Sastopoetra (1990) yang dikutip dari Cutlip dan Center
(1961), Opini adalah suatu pernyataan tentang sikap mengenai suatu masalah
yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang
masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda.14
Opini menurut Carl I Hovland dinilai sebagai jawaban yang diucapkan,
yang diberi oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang
mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.15
Opini juga mempunyai pengertian sebagai suatu pandangan, keputusan
atau tafsiran yang terbentuk di dalam pikiran mengenai suatu persoalan tertentu.
Suatu opini adalah lebih kuat daripada sebuah kesan dan lebih lemah daripada
pengetahuan yang positif. Opini juga berarti pernyataan yang diucapkan atau
ditulis.16
Tiap opini seseorang mengenai sesuatu hal ada arahnya dalam arti di
pihak manakah individu tadi berada. Opini seseorang juga ditandai oleh apakah
yang menjadi dasar dari opini tersebut adalah pengetahuan faktual atau informasi.
Pada umumnya opini menunjukkan informasi yang relative kurang mengenai isu
yang bersangkuan bagi individu yang beropini tersebut. Ini dikarenakan sebagian
14
Helena Olii, Opini Publik, PT INDEKS, Jakarta, 2007. Hal 33 Astrid Susanto S, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Bina Cipta, 1998, hal 6 16
Frazier Moore, Humas Prinsip Kasus dan Masalah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1987 15
25 26 besar orang tidak begitu berminat untuk mengikuti dengan sungguh-sungguh
suatu isu yang tidak berkaitan langsung dengan kepentingannya secara pribadi.
Adapun intensitas dari opini pada pokoknya merupakan ukuran tingkat
keterlibatan seseorang dalam isu yang dimaksud.
Definisi lain opini adalah pengertian sebagai salah satu pandangan
keputusan atau tafsiran yang terbentuk di dalam pikiran mengenai suatu persoalan
tertentu.
Karakteristik utama dari opini adalah :
1. Mempunyai arah (percaya, tidak percaya, dan sebagainya).
2. Mempunyai isi informasi.
3. Mempunyai intensitas (kuat, moderat, lemah).17
Opini yang diutarakan masyarakat baik secara lisan maupun tulisan akan memberi
dampak tersendiri bagi pihak terkait. Opini positif masyarakat terhadap suatu
program akan membuat pihak produksi berusaha meningkatkan kualitas atau mutu
program mereka.
2.3.2 Proses Pembentukan Opini
Proses terjadinya opini sendiri menurut Sostropoetro (1987), pada
umumnya fakta bagi seseorang dapat juga dianggap sebagai opini bagi orang lain,
kalau di dalam penggunaannya tidak berhati-hati dan mengundang timbulnya
kontroversi atau perbedaan-perbedaan pendapat dalam pembicaraan itu. Karena
telah dikemukakan bahwa opini merupakan ekspresi dari sikap, maka sebaiknya
17
Zulkarimein Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar Ghalia Indonesia, 1990, Hal 63 26 27 dipahami pula apa yang dimaksud dengan sikap. Suatu sikap, menurut Cutlip dan
Center , adalah kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu masalah
atau suatu situasi tertentu.
Menurut Redi Panuju (2002), dalam opini public terjadi pergeseran 4
faktor karakter, yaitu :
1. Faktor Psikologis
Perbedaan berdasarkan faktor psikologis yang menyebabkan pemaknaan
terhadap kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyajian yang berbedabeda atau bisa saja output tidak sama dengan input , karena beberapa unsur
yang bekerja dalam seleksi internal bisa meliputi dimensi pemikiran
(kognitif), bisa juga dimensi emosi (afeksi).
2. Faktor Sosiologis Politik
Ada anggapan bahwa opini publik terlibat dalam interaksi sosial.
3. Faktor Budaya
Budaya mempunyai pengertian yang aneka ragam. Budaya diartikan
sebagai seperangkat nilai yang dipergunakan untuk mengelola kehidupan
manusia, memelihara hidupnya, menjaga dari gangguan internal maupun
eksternal dan mengembangkannya.
4. Faktor Media Massa
Interaksi antara media dengan institusi masyarakat menghasilkan produk
isi media (media content). Oleh audiens, isi media diubah menjadi
gugusan-gugusan makna, apakah yang dihasilkan dari proses penyajian
pesan itu.
27 28 2.3.3 Unsur Unsur Opini
Ada beberapa unsur yang dimiliki sebuah opini, yaitu:18
1. Opini dibentuk dari sekumpulan data dan fakta
2. Opini merupakan rekonstruksi dari keadaan (daya berpikir dan daya
abstraksi individu).
3. Opini merupakan reaksi atau sikap individu sebagai komunikator maupun
komunikan.
R. P Abelson menyebutkan bahwa opini mempunyai unsur sebagai
molekul opini, yaitu :19
a. Believe (Kepercayaan tentang sesuatu)
b. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang)
c. Perseption (persepsi), yaitu proses memberi makna pada sensasi,
sehingga manusia memperoleh pengetahuan.
Dalam buku Dasar-dasar Public Relations Walter Lipman mendefinisikan unsurunsur opini sebagai berikut: Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap
unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata
lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan
pengalamannya mengenai rangsangan. Sikap adalah kecenderungan bersikap,
berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai.
18
19
Phil Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek 1, Bina Cipta, 1974, hal 56 Djunaesih S. Sunarjo, SU, Opini Publik. Yogyakarta. Liberty Offset. 1997. Hal 31 28 29 Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu.20
Perkembangan opini dan attitude selalu berdasarkan kepada kepercayaan
yang dimiliki. Opini merupakan ekspresi dari attitude. Attitude adalah predisposisi
seseorang dalam menilai suatu lambang atau objek. Opini lebih mudah berubah
dibandingkan dengan attitude yang bersifat lebih stabil.
2.3.4 Ciri-ciri Opini
Beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh opini, yaitu :
1. selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan
2. merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat
3. mempunyai pendukung dalam jumlah besar.21
Opini khalayak tentang masalah apapun merupakan jumlah ungkapan
individual. Jadi, opini masyarakat mencangkup distribusi jumlah seluruh, dan atau
persentase, yang mendukung atau menentang pendirian.
2.4 Kepemimpinan
2.4.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan
mengarahkan para anggota dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan
kepada mereka. Sebagaimana di definisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert
seperti yang dikutip oleh Ernie Tisnawatisule dalam bukunya Pengantar
20
Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto. Dasar‐Dasar Public Relations. PT Remaja Rosdakarya. 2002. Hal 116 21
Djoenangsih S Sunarjo, 1986 hal 26 29 30 Manajemen.
Kepemimpinan
adalah
“proses
dalam
mengarahkan
dan
mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan.”22
Menurut George R. Terry seperti yang dikutip oleh kartini kartono dalam
bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan, pengertian Kepemimpinan adalah
“Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai
tujuan-tujuan kelompok.”23
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pada
kepemimpinan itu terdapat: adanya kemampuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, dan mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Menurut Lindgren sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy
dalam
bukunya
Kepemimpinan
dan
Komunikasi
mengatakan
bahwa
“Kepemimpinan yang efektif berarti komunikasi yang efektif.”24 Ini berarti
seseorang yang ingin menjadi pimpinan harus belajar untuk dapat berkomunikasi
secara efektif. Oleh karena itu, seseorang yang berada dalam tanduk
kepemimpinan dan ingin meningkatkan efektivitasnya harus meningkatkan
kemampuannya dalam berkomunikasi.
22
Ernie Tisnawatisule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta, PT. Prenada Media Kencana, 2005, hal. 255. 23
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 49. 24
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, Bandung; Alumni, 1986, hal. 39. 30 31 2.4.2 Sifat Kepemimpinan
Menurut George R. Terry sebagaimana dikutip oleh Kartini Kartono
dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan, menuliskan sepuluh sifat
pemimpin yang unggul, yaitu;
1. Kekuatan badaniah dan rohaniah
2. Stabilitas emosi
3. Pengetahuan tentang relasi insane
4. Kejujuran
5. Obyektif
6. Dorongan pribadi
7. Keterampilan berkomunikasi
8. Kemampuan mengajar
9. Keterampilan sosial
10. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial.25
Sebagai seorang pemimpin yang baik paling tidak harus memiliki sebagian
besar dari sepuluh sifat pemimpin yang unggul tersebut. Salah satu faktor penting
dalam kepemimpinan untuk mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan,
atau tingkah laku orang lain adalah tujuan.
Oleh karena itu, agar tujuan yang hendak dicapainya berhasil, maka
seorang pemimpin harus dapat menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan
baik.
25
Kartini Kartono, op cit, hal. 41‐43. 31 32 2.4.3 Fungsi Kepemimpinan
Menurut Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan.
Fungsi kepemimpinan adalah:
Memandu,
menuntun,
membimbing,
membangun,
memberi,
atau
membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi,
menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi
atau pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada
sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu perencanaan.26
2.5 Gaya Komunikasi Kepemimpinan
2.5.1 Pengertian Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya Teori Komunikasi, Gaya
Komunikasi (Communication style) adalah “Seperangkat perilaku antarpribadi
yang terspesialisasi yang digunakan dalam situasi tertentu (a specialized set of
interpersonal behaviours that are used in a given situation).”27 Corak atau gaya
kepemimpinan (leadership styles) seorang pemimpin akan sangat berpengaruh
terhadap efektivitas kepemimpinannya. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar
disertai dengan motivasi yang tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan
perseorangan maupun tujuan perusahaan.
Gaya komunikasi akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang
bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka
melaksanakan tindak berbagai informasi dan gagasan. Masing-masing dari gaya
26
27
Kartini Kartono, ibid, hal. 81. Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka, 1999, hal. 143. 32 33 komunikasi ini terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk
mendapatkan respon atau tanggapan tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya
komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan
harapan dari penerima (receiver).
2.5.2 Tipe Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Ada enam gaya komunikasi yaitu Controlling Style, Equalitarian Style,
Structuring Style, Dynamic Style, dan Relinquising Style serta Withdrawal Style.
Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja dalam buku Teori Komunikasi
menuliskan beberapa gaya komunikasi, yaitu :
1. The Controlling Style
Bersifat mengendalikan, ini ditandai dengan adanya satu kehendak
atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,
pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan
gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau
one-way communication.
2. The Equalitarian Style
Tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya setiap anggota
organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana rileks, santai dan informal. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesanpesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two
way-communication)
33 34 3. The Structuring Style
Memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna
memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas
dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih
memberikan perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang
lain dengan jalan berbagai informasi tentang tujuan organisasi, jadwal
kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
4. The Dinamic Style
Memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan memahami
bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan. Tujuan
utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimuli atau
merangsang pekerjaan/karyawan bekerja dengan lebih cepat dan lebih
baik.
5. The Relinguising Style
Lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat,
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi
perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk
memberi perintah dan mengontrol orang lain.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya
tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang
memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada
34 35 beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi
orang-orang tersebut.28
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian diatas adalah bahwa “The
Equalitarian Style of Communication” merupakan gaya komunikasi yang ideal.
Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: Structuring, Dynamic dan Relinguishing
dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi
organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: Controlling dan Withdrawal
mempunyai
kecenderungan
menghalangi
berlangsungnya
interaksi
yang
bermanfaat dan produktif.29
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk tabel Gaya Komunikasi
Pemimpin di berikut ini :
28
29
Sasa Djuarsa Sendjaja, ibid, hal. 143‐145. Sasa Djuarsa Sendjaja, Op Cit, hal. 414‐417. 35 36 Tabel 2.5.2
Gaya Komunikasi Pemimpin
Gaya
Controlling
Komunikator
Memberi
Maksud
Mempersuasi
Tujuan
Menggunakan
Perintah,
butuh orang lain
kekuasaan dan
perhatian
orang
wewenang
lain
Equalitarian
Akrab, hangat
Akrab,
hangat, Menekankan
informal
pengertian
bersama
Structuring
Relinguising
Mengendalikan,
Membutuhkan
agresif
sikap
Bersedia
untuk merangsang
bertindak
orang lain
Bekerja sama
Mendukung
menerima
gagasan
Menstimuli atau
pandangan
orang
orang lain
lain
Withdrawal
Berdiri sendiri
Menghindari
Mengalihkan
komunikasi
persoalan
Sumber : Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi,
Universitas Terbuka, Jakarta, 1999, hal. 146
36 37 Masing-masing dari gaya komunikasi ini terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu pula.
Kesesuaian dari suatu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud
dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver) artinya ke enam gaya
komunikasi tersebut dapat dimiliki oleh seorang pemimpin (communicator)
bergantung pada situasi dan kondisi saat itu sesuai dengan kebutuhan
organisasinya. Semua gaya komunikasi seperti yang telah dijabarkan diatas
memiliki pengertian yang berbeda-beda.
Dapat disimpulkan, komunikator yang menggunakan controlling style
akan membatasi, memaksa, dan mengatur pikiran, perasaan dan perilaku
komunikannya. Sedangkan equalitarian style komunikator bersikap demokratis
dalam
membina
hubungan
dengan
komunikan.
Pada
structuring
style
komunikator bertindak sesuai dengan prosedur suatu kegiatan. Komunikator yang
memilih dynamic style akan berkomunikasi secara blak-blakan dan cenderung
agresif. Hal ini berbeda sekali dengan komunikator yang memilih relinguishing
style yang lebih suka menerima saran, pendapat maupun gagasan orsng lain,
meskipun ia memiliki hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Adapun komunikator yang memilih withdrawal style akan dapat melemahkan
tindak komunikasi, karena ia tidak mempunyai keinginan untuk berkomunikasi
dengan orang lain
37 
Download