8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, mengemukakan bahwa istilah “komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.4 Definisi komunikasi adalah suatu proses menyampaikan stimulus melalui seseorang dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang. Komunikasi timbul di dorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian bertindak secara efektif untuk memperkuat ego. Terdapat begitu banyak definisi lain mengenai komunikasi seperti yang dikemukan oleh para ahli, salah satunya definisi yang di kemukakan oleh Bernard Barelson dan Garry A. Stainer dalam karyanya “Human Behaviour” bahwa komunikasi:5 Penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang, kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. 8 4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 9. 5 Ibid, hal 48 8 9 Berdasarkan definisi diatas, Barelson dan Stainer menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses dan yang disampaikan bukan hanya sekedar informasi, tetapi juga gagasan, emosi, dan keterampilan. Carl I Hovland menyatakan bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.6 Dari pengertian tersebut bahwa komunikasi untuk mengubah perilaku, pendapat dan sikap itulah yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi, yakni masalah bagaimana caranya agar seseorang atau sejumlah orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, atau melakukan tindakan tertentu. Awalnya komunikasi di konsepsikan sebagai proses pengoperan lambang-lambang bermakna dari seseorang kepada orang lain. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Melakukan komunikasi berarti kita menciptakan persamaan, pengertian informasi, ide, pemikiran, dan sikap kita terhadap orang lain. Jadi, intinya komunikator dan komunikan menuju kesepakatan pesan. Menumbuhkan terciptanya persamaan mengenai pesan tertentu sehingga merupakan satu pengertian. Proses komunikasi, paling sedikit harus memiliki lima komponen yant terlibat yaitu : 6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2000, hal 11 9 10 1. Sumber (komunikator) : dalam komunikasi sumber memegang peranan penting untuk pencapaian komunikasi yang efektif. Teori-teori yang ada menyatakan bahwa untuk dapat mempengaruhi penerima, sumber yang ditampilkan harus memiliki kredibilitas yang tinggi. 2. Pesan : pesan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi penerimaan khalayak terhadap suatu gagasan. Ada berbagai teori yang dapat digunakan untuk meningkatkan keefektifan komunikasi dengan mempertimbangkan berbagai pesan yang harus ditampilkan. 3. Media atau saluran : komponen penting dari program komunikasi yang berkaitan dengan media atau saluran komunikasi yang akan digunakan dalam menyampaikan pesan. 4. Penerima (Komunikan) : penerima atau publik yang menerima pesan 5. Efek : efek yang dihasilkan dari pesan yang disampaikan.7 Berdasarkan jenisnya bentuk komunikasi dibagi menjadi : 1. Komunikasi intrapersonal 2. Komunikasi interpersonal 3. Komunikasi kelompok 4. Komunikasi organisasi 5. Komunikasi publik 6. Komunikasi budaya 7. Komunikasi lintas budaya.8 7 I Gusti Ngurah Putra, Manajemen Humas, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1999, hal 56‐59 10 11 Dampak komunikasi interpersonal dari komunikasi dapat dirasakan pada waktu itu juga, oleh pihak yang terlibat. Sedangkan efektivitas komunikasi interpersonal akan tercapai apabila memenuhi paling sedikitnya lima macam komponen yaitu : 1. Adanya kesamaan kepentingan antara komunikator dengan komunikan 2. Adanya sikap yang mendukung dari kedua belah pihak 3. Sikap positif yang artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak 4. Sikap keterbukaan yang di tampilkan oleh kedua belah pihak 5. Masing-masing pihak mencoba, menempatkan diri pada mitra wicaranya. 2.2. Komunikasi Organisasi 2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi Redding dan sanborn mengatakan bahwa komunkasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan 8 Richard West, Lynn H Turner, Pengantar Ilmu Komunikasi; Analisis dan Aplikasi Edisi ke 3, Penerjemah: maria Natalisa Damayanti Maer, Jakarta; Salemba Humanika, hal 34 11 12 berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. (Arni Muhammad, 2005:65).9 Komunikasilah yang memungkinkan orang mengorganisasi. Komunikasi memungkinkan orang untuk mengkoordinir kegiatan mereka untuk mencapai tujuan bersama, tetapi komunikasi itu tidak hanya menyampaikan informasi atau mentransfer makna saja. Tetapi orang atau individu membentuk makna dan mengembangkan harapan mengenai apa yang sedang terjadi di sekitar mereka dan antara mereka satu sama lain melalui pertukaran simbol. Dalam kaitannya dengan ini, Chester Barnard salah seorang sarjana perilaku organisasi dahulu, menekankan bahwa “Dalam setiap teori lengkap (exhaustive) mengenai organisasi, komunikasi itu menduduki tempat sentral, karena struktur , keluasan (extensiveness). Dan ruang lingkup organisasi itu hampir seluruhnya ditentukan oleh teknik-teknik komunikasi”. Bahkan simon ketika menulis menyatakan bahwa “pertanyaan yang harus diajukan mengenai setiap proses administratif adalah: Bagaimana ia mempengaruhi keputusan individu itu? Tanpa komunikasi jawabnya tentulah selalu : ia tidak mempengaruhinya sama sekali.” Pandangan ini menggambarkan betapa komunikasi itu merupakan suatu “kekuatan yang luar biasa” dalam kehidupan organisasi. Bayangkan, jika salah dalam pemberian instruksi, salah dalam penafsiran perintah atau tugas dari atasan maka akan menjadi fatal dalam mekanisme kerja organisasi atau perusahaan. Bahkan, ketika pimpinan dan bawahan tidak ada komunikasi maka suatu 9 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2010, Hal 5 12 13 organisasi atau perusahaan akan menjadi statis tidak ada aktifitas dan tidak ada kemajuan. Memang, komunikasi bukanlah sebagai panasea (sebagai obat mujarab) yang mampu mengobati segala macam penyakit, tetapi paling tidak dengan adanya komunikasi yang harmonis maka unsur-unsur yang ada dalam organsisasi tercipta saling pengertian dan saling memahami di antara mereka. Pada saat itulah prasangka, beda pengertian, beda pendapat dan konflik bisa dihindari atau bisa diminimalisir sekecil mungkin. 2.2.2 Fungsi Komunikasi Organisasi Zelko dan dance menegaskan, bahwa jika manajer dan orang lain yang bertanggung jawab dalam organisasi bisnis ditanya mengenai berapa banyak hari kerja yang dihabiskan untuk berkomunikasi, jawabnya berkisar antara 89% sampai 99%, dengan kebanyakan menyatakan lebih dari 90%. (stewart L. Tubssylvia Moss, 1996:168).10 Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dalam sebuah organisasi. Komunikasi adalah aktivitas yang amat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk di dunia, terutama umat manusia. Memang, peranan komunikasi yang efektif, merupakan prasyarat bagi pencapaian tujuantujuan organisasi disamping sebagai satu masalah terbesar yang dihadapi oleh manajemen modern. 10 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2010, Hal 73 13 14 Proses komunikasi itu sendiri sering kali dianggap sebagai akar dari semua persoalan-persoalan yang timbul di dunia. Sebagaimana Hicks dan Gullett menyatakan: “barangkali ada benarnya, kata orang, bahwa jantung dari masalahmasalah dunia, setidaknya antara seseorang dengan orang lain, adalah ketidakmampuan orang untuk berkomunikasi sementara ia berfikir bahwa ia sedang berkomunikasi.”11 Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk dipandang sebagai hal yang paling sering disebut-sebut menjadi sumber konflik antar pribadi, karena individu menghabiskan waktu sadarnya hampir 70 persen untuk berkomunikasi (yaitu menulis, membaca, berbicara, dan mendengar), kiranya cukup beralasan keberhasilan pencapaian kinerja kelompok adalah kurangnya prasangka, perang antar Negara, perselisihan perburuhan, konflik organisasi dan semacamnya adalah contoh dari berbagai persoalan yang timbul karena komunikasi yang tidak efektif. Pertanyaannya, apa saja fungsi komunikasi dalam organisasi? Ada beberapa fungsi komunikasi dalam organisasi, diantaranya sebagai berikut: 1. Fungsi produksi dan pengaturan Artinya, komunikasi yang terutama berhubungan dengan penyelesaian pekerjaan dan membantu organisasi mencapai tujuan produksi (produk, jasa-jasa dsb) adalah berorientasi pengaturan dan produksi. Contoh komunikasi produksi adalah informasi penjualan, pesan pengawasan mutu, anggaran, dam pesan-pesan kebijaksanaan dan pengaturan yang menunjukkan kepada para anggota organisasi mengenai bagaimana melaksanakan tugas-tugas mereka. Fungsi komunikasi ini 11 Ibid, Hal 74 14 15 meliputi pesan yang memungkinkan para manajer dan para anggota organisasi untuk : a. Menentukan sasaran dan tujuan; b. Merumuskan bidang masalah; c. Menilai prestasi; d. Mengkoordinir tugas-tugas yang secara fungsional saling bergantung; e. Menentukan standard hasil prestasi; f. Mengomando, menunjukkan kepada pegawai apa yang harus dilakukan, member perintah; g. Memberikan intruksi, menunjukkan kepada pegawai bagaimana melaksanakan suatu perintah, mengembangkan prosedur, dan memahami kebijaksanaan; h. Memimpin dan mempengaruhi. 2. Fungsi pembaharuan Artinya, aktivitas-aktivitas komunikasi seperti system saran di seluruh organisasi, pekerjaan penelitian dan pengembangan, riset dan analisa pasar, siding-sidang urun-saran (brainstorming), dan panitia ‘tank pemikir’. Fungsi ini mendidik organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Untuk itu suatu organisasi membuat rencanarencana baru, aktivitas-aktivitas baru, program-program baru, pengarahan yang baru, proyek-proyek yang baru dan saran-saran mengenai produksi baru. Rencanarencana ini misalnya disampaikan pada waktu pertemuan-pertemuan pemecahan 15 16 masalah, pembuatan rencana dan pada waktu rapat-rapat dengan anggota organisasi. Pesan yang disampaikan itu termasuk kategori pesan pembaharuan. 3. Fungsi pemasyarakatan atau pemeliharaan Artinya, aktivitas-aktivitas komunikasi yang menyangkut: harga diri para anggota organisasi; imbalan dan motivasi pegawai; moral; hubungan antar pribadi mereka dalam organisasi. Agar pegawai betah dalam suatu organisasi dan berprestasi memadai, mereka hendaklah memperoleh pengalaman menyenangkan dalam organisasi itu. Imbalan itu dapat berupa uang, prestise, status, pekerjaan menarik, identifikasi dengan produk organisasi, dan faktor kepuasan seperti terlibat dalam pengambilan keputusan. Komunikasi sosial meliputi informasi yang menunjang hubungan seseorang dengan lingkungan fisik dan manusia. Misalnya, informasi yang menyokong pandangan anda tentang diri anda sendiri sebagai orang yang kompeten dan berguna adalah bersifat dari komunikasi membantu membangun harapan bersama dengan para anggota organisasi- harapan mengenai satu sama lain, pekerjaan yang akan dilaksanakan, bagaimana mengerjakan pekerjaan itu, dan kontek organisasional dan lingkungan dimana organisasi itu berada. Upacara (rituals), dan prosedur adalah cara-cara para anggota organisasi mengembangkan harapan bersama yang menyatukan mereka bersama bagian dari organisasi. Oleh karena fungsi dan bergaul satu sama lain sebagai anggota organisasi itu, hanya dengan komunikasi sosial atau komunikasi pemeliharaan pegawai dapat terlibat secara pribadi dalam sasaran suatu organisasi. (M.T. Myers dan G.E. Myers, 1987: 33-37)12 12 Ibid 16 17 4. Fungsi tugas Artinya, pelaksanaan aktivitas-aktivitas komunikasi tugas-tugas organisasi oleh yang berkenaan dengan anggota organisasi. Pesan ini mencangkup pemberian informasi kepda karyawan untuk melakukan tugas mereka secara efisien, seperti aktivitas pemberian latihan kepada karyawan, memberikan orientasi bagi karyawan baru, penentuan tujuan dan aktivitas lainnya yang berkenaan dengan produksi, pelayanan pemasaran dan sebagainya. Atau dengan kata lain fungsi tugas dapat dikatakan sebagai pesan yang berhubungan dengan output system yang diinginkan oleh organisasi. 5. Fungsi perintah Artinya, komunikasi memperbolehkan anggota organisasi membicarakan, menerima, menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah. Dua jenis komunikasi yang mendukung pelaksanaan fungsi ini adalah pengarahan dan umpan balik, dan tujuannya adalah berhasil mempengaruhi anggota lain dalam organisasi. Hasil fungsi perintah adalah koordinasi di antara sejumlah anggota yang saling bergantung dalam organisasi tersebut. 6. Fungsi relasional Artinya, komunikasi memperbolehkan anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara, misalnya, kepuasan kerja, aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarki organisasional, dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya keterampilan dalam hubungan antarpersonal yang baik lebih 17 18 terasa dalam pekerjaan ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dilakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati, dan sebagainya. 7. Fungsi manajemen ambigu Artinya, pilihan dalam situasi organisasi sering di buat dalam keadaan yang sangat ambigu. Misalnya, motivasi berganda muncul karena pilihan yang diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi demikian juga diri sendiri; tujuan organisasi tidak jelas, dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi: anggota berbicara satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama. 2.2.3 Hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus dan lancar seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Robbins meringkas beberapa hambatan komunikasi organisasi sebagai berikut:13 13 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2010, Hal 80 18 19 1. Penyaringan (Filtering) Hambatan ini merupakan komunikasi yang dimanipulasikan oleh si pengirim Nampak lebih bersifat menyenangkan si penerima. Banyak manajer melaporkan keadaan yang tidak sebenarnya atau menutup-nutupi kebenaran hanya karena ingin atasannya menjadi senang. Di dalam praktek, hal ini sering disebut sebagai komunikasi yang bersifat ABS (Asal Bapak Senang). Komunikasi semacam ini dapat berakibat buruk bagi organisasi, karena jika informasinya dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka keputusan yang kelak akan dihasilkan berkualitas rendah dan salah. 2. Persepsi selektif Hambatan ini merupakan keadaan dimana penerima pesan di dalam proses komunikasi melihat dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar belakang pengalaman, dan cirri-ciri pribadi lainnya. Jadi, boleh jadi tidak sama dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang lain. Contohnya: seorang wanita yang keluar dari gedung bioskop dengan mata merah karena menangis, mungkin diinterpretasikan oleh seseorang karena menonton film yang sedih, sementara orang lainyang menafsirkan telah terjadi percekcokan antara wanita itu dengan pasangannya. Jadi, dalam hal cara menafsirkan pesan-pesan tadi, maka pengalaman, pendidikan, pengetahuan, dan budaya akan ikut menentukan. Oleh karenanya, persepsi yang demikian ini dapat menjadi penghambat bagi komunikasi yang efektif. 3. Perasaan 19 20 Hambatan ini merupakan bagaimana perasaan penerima pada saat dia menerima pesan komunikasi akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang di saat sedang marah akan berbeda penafsirannya jika ia menerima pesan itu dalam keadaan normal. 4. Bahasa Kata-kata memiliki makna yang berbeda antara seseorang dengan orang lain. Kadang-kadang, arti dari sebuah kata tidak berada pada kata itu sendiri tetapi pada kita. Umur, pendidikan, lingkungan kerja dan budaya adalah hal-hal yang secara nyata dapat mempengaruhi bahasa yang dipakai oleh seseorang, atau definisi yang diletakkan pada suatu kata. Contohnya, istilah by-pass oleh pengendara mobil dihubungkan dengan jalan yang ditempuh, sementara di kalangan kedokteran berhubungan dengan suatu operasi jantung misalnya, dan di dalam mekanisme atau prosedur manajemen di artikan sebagai adanya pejabat yang dilewati atau di kesampingkan. Reksohadiprodjo dan handoko, dalam salah satu bukunya yang berjudul : “organisasi perusahaan”, mengklasifikasikan hambatan-hambatan komunikasi ke dalam empat kategori, diantaranya sebagai berikut: a. Hambatan dalam diri pribadi : persepsi selektif; perbedaan individual dalam keterampilan berkomunikasi. b. Hambatan antara pribadi: iklim atau suasana dalam kelompok; kepercayaan penerima; kredibilitas sumber informasi; derajat kesamaan pengirim dan penerima. 20 21 c. Hambatan organisasional: status; hirarki organisasi; ukuran kelompok dan ruangan atau wilayah dalam organisasi. d. Hambatan teknologi: bahasa dan pengertian; isyarat-isyarat non verbal; efektivitas saluran. (Sukamto Reksohadi Projdjo, 1982: 186-189) Sementara Wursanto dalam bukunya yang berjudul ‘Etika Komunikasi Kantor’ menulis bahwa hambatan komunikasi dapat dibedakan menjadi 6 macam yaitu: a. Hambatan yang bersifat teknis Hambatan ini antara lain : kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan oleh organisasi; kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya komunikasi yang efektif; penguasaan teknik dan metode komunikasi yang tidak memadai. b. Hambatan perilaku Seperti: pandangan yang bersifat apriori; prasangka yang didasarkan kepada emosi; suasana otoriter; ketidakmauan untuk berubah; sifat yang egosentris. c. Hambatan bahasa Yang dimaksud bahasa disini adalah semua bentuk yang dipergunakan dalam proses penyampaian berita; yaitu bahasa lisan, bahasa tertulis, gerak-gerik, dan sebagainya. Penggunaan bahasa oleh seorang pemimpin atau komunikator dengan tanpa menghiraukan kemampuan bawahan atau orang yang diajak berbicara, akan menimbulkan salah pengertian (miscommunication). 21 22 Untuk menghindari adanya miscommunication yang disebabkan oleh adanya rintangan bahasa, maka hambatan bahasa ini dapat dihilangkan dengan usaha-usaha: 1. Pergunakanlah kata-kata yang sederhana, mudah dimengerti oleh siapapun; 2. Pergunakanlah tata bahasa yang benar; 3. Pergunakanlah kalimat-kalimat yang pendek,singkat,jelas; 4. Ingat dengan siapa kita mengadakan pembicaraan; sampai dimana tingkat kemampuan atau pendidikannya, sehingga kita dapat menyesuaikan diri; 5. Pergunakanlah kode-kode, serta lambang-lambang, gerak-gerik yang dapat memperjelas apa yang kita ucapkan. d. Hambatan stuktur Hambatan ini dapat juga disebut hambatan organisasi; yaitu hambatan yang disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat, perbedaan job dalam sturktur organisasi. Kdang-kadang seseorang bawahan merasa takut, merasa malu apabila berhubungan dengan atasannya atau pimpinannya, apalagi pimpinan yang bersangkutan seorang yang cukup berwibawa dan disegani. Karena adanya rasa takut atau malu, maka komunikasi antara bawahan dengan atasan tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Untuk menghindari hambatan struktur atau hambatan organisasi, dapat dilakukan, antara lain dengan cara: 22 23 1. Pimpinan harus lebih bersifat terbuka, dalam arti pemimpin harus supel, mau dan mudah bergaul dengan bawahan sehingga antara atasan dengan bawahan seperti hubungan antar seorang ayah dengan anaknya. Untuk itu, usaha-usaha di luar kedinasan, harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, misalnya dengan mengadakan anjangsana (open house) kepada para bawahan, secara kontinu dan merata. 2. Harus ada keberanian pada diri sendiri. Dalam hal ini, bawahan dalam berhubungan dengan atasan, anggaplah seperti berhubunngan dengan teman sekerja. Bawahan harus mempunyai pandangan bahwa atasan atau pimpinan itu sama dengan kita. Sama-sama manusia, hanya berbeda tingkat kedudukannya dalam jenjang struktur organisasi. 3. Hubungan jangan terlalu formal. Hubungan antara atasan dengan bawahan yang terlalu formal akan membuat suasana menjadi mati, kaku sehingga hubungan atau jarak antara atasan dengan bawahan sangat jauh. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan moral (semangat kerja) pegawai, hubungan yang terlalu formal kurang dapat diterapkan. Sebaliknya hubungan yang bersifat informal akan lebih berhasil, karena hubungan informal lebih bersifat hubungan dari hati ke hati. Sehingga lebih bersifat familiar. e. Hambatan jarak 23 24 Hambatan ini juga disebut hambatan geografis. Dari segi jarak atau geografis, komunikasi akan lebih mudah berlangsung apabila antara kedua belah pihak yang saling mengadakan interaksi itu berada di suatu tempat yang tidak berjauhan. Akan tetapi, tidak selamanya para karyawan atau pegawai itu berada di suatu tempat tertentu; apalagi suatu organisasi yang mempunyai cabang-cabang yang tersebar di berbagai tempat atau wilayah sehingga komunikasi dalam organisasi itu mengalami kesulitan apabila tidak ditunjang dengan suatu peralatan komunikasi yang memadai, yang akan mengakibatkan keterlambatan berita yang disampaikan. Seorang pemimpin membutuhkan kecepatan dan ketepatan pengiriman informasi untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerialnya. Oleh karena itu, diperlukan peralatan atau sarana komunikasi yang memadai sesuai dengan perkembangan zaman. Apalagi sekarang perkembangan teknologi komunikasi mengalami lompatan yang luar biasa, sehingga hambatan jarak relative dapat diatasi. f. Hambatan latar belakang Setiap orang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan latar belakang dapat menimbulkan suatu gap atau hambatan dalam proses komunikasi. Hambatan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu latarbelakang social, dan latar belakang pendidikan. 24 25 2.3 Opini 2.3.1 Pengertian Opini Opini adalah tindakan mengungkapkan apa yang dipercayai, dinilai, dan diharapkan seseorang dari objek-objek dan situasi tertentu. Jadi opini adalah pendapat seseorang yang keluar berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasa. Menurut Santoso Sastopoetra (1990) yang dikutip dari Cutlip dan Center (1961), Opini adalah suatu pernyataan tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda.14 Opini menurut Carl I Hovland dinilai sebagai jawaban yang diucapkan, yang diberi oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.15 Opini juga mempunyai pengertian sebagai suatu pandangan, keputusan atau tafsiran yang terbentuk di dalam pikiran mengenai suatu persoalan tertentu. Suatu opini adalah lebih kuat daripada sebuah kesan dan lebih lemah daripada pengetahuan yang positif. Opini juga berarti pernyataan yang diucapkan atau ditulis.16 Tiap opini seseorang mengenai sesuatu hal ada arahnya dalam arti di pihak manakah individu tadi berada. Opini seseorang juga ditandai oleh apakah yang menjadi dasar dari opini tersebut adalah pengetahuan faktual atau informasi. Pada umumnya opini menunjukkan informasi yang relative kurang mengenai isu yang bersangkuan bagi individu yang beropini tersebut. Ini dikarenakan sebagian 14 Helena Olii, Opini Publik, PT INDEKS, Jakarta, 2007. Hal 33 Astrid Susanto S, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Bina Cipta, 1998, hal 6 16 Frazier Moore, Humas Prinsip Kasus dan Masalah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1987 15 25 26 besar orang tidak begitu berminat untuk mengikuti dengan sungguh-sungguh suatu isu yang tidak berkaitan langsung dengan kepentingannya secara pribadi. Adapun intensitas dari opini pada pokoknya merupakan ukuran tingkat keterlibatan seseorang dalam isu yang dimaksud. Definisi lain opini adalah pengertian sebagai salah satu pandangan keputusan atau tafsiran yang terbentuk di dalam pikiran mengenai suatu persoalan tertentu. Karakteristik utama dari opini adalah : 1. Mempunyai arah (percaya, tidak percaya, dan sebagainya). 2. Mempunyai isi informasi. 3. Mempunyai intensitas (kuat, moderat, lemah).17 Opini yang diutarakan masyarakat baik secara lisan maupun tulisan akan memberi dampak tersendiri bagi pihak terkait. Opini positif masyarakat terhadap suatu program akan membuat pihak produksi berusaha meningkatkan kualitas atau mutu program mereka. 2.3.2 Proses Pembentukan Opini Proses terjadinya opini sendiri menurut Sostropoetro (1987), pada umumnya fakta bagi seseorang dapat juga dianggap sebagai opini bagi orang lain, kalau di dalam penggunaannya tidak berhati-hati dan mengundang timbulnya kontroversi atau perbedaan-perbedaan pendapat dalam pembicaraan itu. Karena telah dikemukakan bahwa opini merupakan ekspresi dari sikap, maka sebaiknya 17 Zulkarimein Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar Ghalia Indonesia, 1990, Hal 63 26 27 dipahami pula apa yang dimaksud dengan sikap. Suatu sikap, menurut Cutlip dan Center , adalah kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu masalah atau suatu situasi tertentu. Menurut Redi Panuju (2002), dalam opini public terjadi pergeseran 4 faktor karakter, yaitu : 1. Faktor Psikologis Perbedaan berdasarkan faktor psikologis yang menyebabkan pemaknaan terhadap kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyajian yang berbedabeda atau bisa saja output tidak sama dengan input , karena beberapa unsur yang bekerja dalam seleksi internal bisa meliputi dimensi pemikiran (kognitif), bisa juga dimensi emosi (afeksi). 2. Faktor Sosiologis Politik Ada anggapan bahwa opini publik terlibat dalam interaksi sosial. 3. Faktor Budaya Budaya mempunyai pengertian yang aneka ragam. Budaya diartikan sebagai seperangkat nilai yang dipergunakan untuk mengelola kehidupan manusia, memelihara hidupnya, menjaga dari gangguan internal maupun eksternal dan mengembangkannya. 4. Faktor Media Massa Interaksi antara media dengan institusi masyarakat menghasilkan produk isi media (media content). Oleh audiens, isi media diubah menjadi gugusan-gugusan makna, apakah yang dihasilkan dari proses penyajian pesan itu. 27 28 2.3.3 Unsur Unsur Opini Ada beberapa unsur yang dimiliki sebuah opini, yaitu:18 1. Opini dibentuk dari sekumpulan data dan fakta 2. Opini merupakan rekonstruksi dari keadaan (daya berpikir dan daya abstraksi individu). 3. Opini merupakan reaksi atau sikap individu sebagai komunikator maupun komunikan. R. P Abelson menyebutkan bahwa opini mempunyai unsur sebagai molekul opini, yaitu :19 a. Believe (Kepercayaan tentang sesuatu) b. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang) c. Perseption (persepsi), yaitu proses memberi makna pada sensasi, sehingga manusia memperoleh pengetahuan. Dalam buku Dasar-dasar Public Relations Walter Lipman mendefinisikan unsurunsur opini sebagai berikut: Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalamannya mengenai rangsangan. Sikap adalah kecenderungan bersikap, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. 18 19 Phil Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek 1, Bina Cipta, 1974, hal 56 Djunaesih S. Sunarjo, SU, Opini Publik. Yogyakarta. Liberty Offset. 1997. Hal 31 28 29 Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.20 Perkembangan opini dan attitude selalu berdasarkan kepada kepercayaan yang dimiliki. Opini merupakan ekspresi dari attitude. Attitude adalah predisposisi seseorang dalam menilai suatu lambang atau objek. Opini lebih mudah berubah dibandingkan dengan attitude yang bersifat lebih stabil. 2.3.4 Ciri-ciri Opini Beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh opini, yaitu : 1. selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan 2. merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat 3. mempunyai pendukung dalam jumlah besar.21 Opini khalayak tentang masalah apapun merupakan jumlah ungkapan individual. Jadi, opini masyarakat mencangkup distribusi jumlah seluruh, dan atau persentase, yang mendukung atau menentang pendirian. 2.4 Kepemimpinan 2.4.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para anggota dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana di definisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert seperti yang dikutip oleh Ernie Tisnawatisule dalam bukunya Pengantar 20 Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto. Dasar‐Dasar Public Relations. PT Remaja Rosdakarya. 2002. Hal 116 21 Djoenangsih S Sunarjo, 1986 hal 26 29 30 Manajemen. Kepemimpinan adalah “proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan.”22 Menurut George R. Terry seperti yang dikutip oleh kartini kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan, pengertian Kepemimpinan adalah “Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.”23 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pada kepemimpinan itu terdapat: adanya kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, dan mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Menurut Lindgren sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Kepemimpinan dan Komunikasi mengatakan bahwa “Kepemimpinan yang efektif berarti komunikasi yang efektif.”24 Ini berarti seseorang yang ingin menjadi pimpinan harus belajar untuk dapat berkomunikasi secara efektif. Oleh karena itu, seseorang yang berada dalam tanduk kepemimpinan dan ingin meningkatkan efektivitasnya harus meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi. 22 Ernie Tisnawatisule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta, PT. Prenada Media Kencana, 2005, hal. 255. 23 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 49. 24 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, Bandung; Alumni, 1986, hal. 39. 30 31 2.4.2 Sifat Kepemimpinan Menurut George R. Terry sebagaimana dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan, menuliskan sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu; 1. Kekuatan badaniah dan rohaniah 2. Stabilitas emosi 3. Pengetahuan tentang relasi insane 4. Kejujuran 5. Obyektif 6. Dorongan pribadi 7. Keterampilan berkomunikasi 8. Kemampuan mengajar 9. Keterampilan sosial 10. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial.25 Sebagai seorang pemimpin yang baik paling tidak harus memiliki sebagian besar dari sepuluh sifat pemimpin yang unggul tersebut. Salah satu faktor penting dalam kepemimpinan untuk mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain adalah tujuan. Oleh karena itu, agar tujuan yang hendak dicapainya berhasil, maka seorang pemimpin harus dapat menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik. 25 Kartini Kartono, op cit, hal. 41‐43. 31 32 2.4.3 Fungsi Kepemimpinan Menurut Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan adalah: Memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi atau pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu perencanaan.26 2.5 Gaya Komunikasi Kepemimpinan 2.5.1 Pengertian Gaya Komunikasi Kepemimpinan Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya Teori Komunikasi, Gaya Komunikasi (Communication style) adalah “Seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam situasi tertentu (a specialized set of interpersonal behaviours that are used in a given situation).”27 Corak atau gaya kepemimpinan (leadership styles) seorang pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinannya. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar disertai dengan motivasi yang tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perseorangan maupun tujuan perusahaan. Gaya komunikasi akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagai informasi dan gagasan. Masing-masing dari gaya 26 27 Kartini Kartono, ibid, hal. 81. Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka, 1999, hal. 143. 32 33 komunikasi ini terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). 2.5.2 Tipe Gaya Komunikasi Kepemimpinan Ada enam gaya komunikasi yaitu Controlling Style, Equalitarian Style, Structuring Style, Dynamic Style, dan Relinquising Style serta Withdrawal Style. Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja dalam buku Teori Komunikasi menuliskan beberapa gaya komunikasi, yaitu : 1. The Controlling Style Bersifat mengendalikan, ini ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communication. 2. The Equalitarian Style Tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana rileks, santai dan informal. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesanpesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two way-communication) 33 34 3. The Structuring Style Memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberikan perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagai informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. 4. The Dinamic Style Memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan. Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimuli atau merangsang pekerjaan/karyawan bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. 5. The Relinguising Style Lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat, ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. 6. The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada 34 35 beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi orang-orang tersebut.28 Gambaran umum yang diperoleh dari uraian diatas adalah bahwa “The Equalitarian Style of Communication” merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: Structuring, Dynamic dan Relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: Controlling dan Withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat dan produktif.29 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk tabel Gaya Komunikasi Pemimpin di berikut ini : 28 29 Sasa Djuarsa Sendjaja, ibid, hal. 143‐145. Sasa Djuarsa Sendjaja, Op Cit, hal. 414‐417. 35 36 Tabel 2.5.2 Gaya Komunikasi Pemimpin Gaya Controlling Komunikator Memberi Maksud Mempersuasi Tujuan Menggunakan Perintah, butuh orang lain kekuasaan dan perhatian orang wewenang lain Equalitarian Akrab, hangat Akrab, hangat, Menekankan informal pengertian bersama Structuring Relinguising Mengendalikan, Membutuhkan agresif sikap Bersedia untuk merangsang bertindak orang lain Bekerja sama Mendukung menerima gagasan Menstimuli atau pandangan orang orang lain lain Withdrawal Berdiri sendiri Menghindari Mengalihkan komunikasi persoalan Sumber : Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 1999, hal. 146 36 37 Masing-masing dari gaya komunikasi ini terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu pula. Kesesuaian dari suatu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver) artinya ke enam gaya komunikasi tersebut dapat dimiliki oleh seorang pemimpin (communicator) bergantung pada situasi dan kondisi saat itu sesuai dengan kebutuhan organisasinya. Semua gaya komunikasi seperti yang telah dijabarkan diatas memiliki pengertian yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan, komunikator yang menggunakan controlling style akan membatasi, memaksa, dan mengatur pikiran, perasaan dan perilaku komunikannya. Sedangkan equalitarian style komunikator bersikap demokratis dalam membina hubungan dengan komunikan. Pada structuring style komunikator bertindak sesuai dengan prosedur suatu kegiatan. Komunikator yang memilih dynamic style akan berkomunikasi secara blak-blakan dan cenderung agresif. Hal ini berbeda sekali dengan komunikator yang memilih relinguishing style yang lebih suka menerima saran, pendapat maupun gagasan orsng lain, meskipun ia memiliki hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Adapun komunikator yang memilih withdrawal style akan dapat melemahkan tindak komunikasi, karena ia tidak mempunyai keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain 37