ANALISIS KUALITATIF FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR PANGLIMA WANGKANG KECAMATAN MARABAHAN KABUPATEN BARITO KUALA Devi Rahayu1, Eka Kumalasari3, Noor Aisyah3 [email protected] [email protected] [email protected] AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp. 3303545 Fax. 3303678 KAYU TANGI BANJARMASIN 70123) . INTISARI Ikan adalah sumber protein dan komoditi ekspor yang mudah mengalami pembusukan dibandingkan produk daging, buah dan sayuran, sehingga perlu penambahan bahan pengawet agar ikan dapat bertahan lebih lama. Penggunaan formalin sebagai pengawet untuk ikan asin jelas dilarang sesuai PERMENKES No. 33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Makanan. Formalin dalam tubuh dapat menyebabkan mual, muntah, iritasi lambung, diare bercampur darah, alergi, bersifat karsinogeni, bersifat mutagen dan menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya formalin pada ikan asin sepat, gabus, tongkol dan papuyu yang dijual di Pasar Panglima Wangkang Kecamatan Marabahan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan dan pengambilan sampel yaitu teknik sampling jenuh. Analisis kualitatif formalin pada ikan asin sepat, gabus, tongkol dan papuyu dilakukan dengan larutan perak ammonia nitrat, kalium permanganat dan fehling dengan jumlah 4 sampel ikan asin sepat, 4 sampel asin ikan gabus, 4 sampel ikan asin tongkol dan 4 sampel ikan asin papuyu. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium AKFAR ISFI Banjarmasin pada bulan Mei 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 4 sampel ikan asin sepat, 4 sampel ikan gabus, 4 sampel ikan tongkol dan 4 sampel ikan papuyu yang dijual di Pasar Panglima Wangkang Kecamatan Marabahan 100% negatif mengandung formalin. Kata kunci : Analisis Kualitatif, Formalin, Ikan Asin, Ikan Sepat, Ikan Gabus, Ikan Tongkol, Ikan Papuyu 1, 2, 3 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin ABSTRACT Fish is protein source and commodity export, which is susceptible to spoilage than meets, fruit, and vegetables product. So it need the additions of preservative to be fresh for little longer. Formaldehyde in the body can causes nausea, vomiting, stomach irritation, diarrhea mixture with blood, allergies, are carcinogenic, mutagenic and cause death. Therefore, the research aims to determine the presence or absence of formaldehyde in dried snake-skin, snakehead, tuna and climbing perch fish terrain for sale in Panglima Wangkang Market Subdistrict Marabahan. This type of research is a descriptive study with technique collected and withdrawal samples are saturated sampling technique. Qualitative analysis of formaldehyde on dried snake-skin, snake-head, tuna and climbing perch fish done by ammonia silver nitrate, potassium permanganate and fehling with 4 samples dried snake-skin, 4 samples dried snake-head, 4 samples dried tuna and 4 samples dried climbing perch fish. Research conducted at the Laboratory Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin on May 2015. Results of this indicated research that from 4 samples dried snake-skin, 4 samples dried snake-head, 4 samples dried tuna and 4 samples dried climbing perch fish terrain for sale in Panglima Wangkang Market Subdistrict Marabahan 100% negative samples contain formaldehyde. Key Words : Qualitative Analysis, Formaldehyde, Dried Fish, Snake-Skin Fish, Snake-Head Fish, Tuna Fish, Climbing Perch Fish 1, 2, 3 Academy Of Pharmacy ISFI Banjarmasin PENDAHULUAN Ikan adalah salah satu bahan pangan yang sangat mudah rusak dan menjadi busuk karena kadar airnya yang tinggi dan kandungan gizinya yang baik untuk pertumbuhan jasad renik pembusuk. Oleh karena itu, perlu penambahan bahan pengawet agar ikan dapat bertahan lebih lama. Hasil pengawetan ikan dengan cara tersebut umumnya lebih dikenal dengan nama ikan asin. Ikan asin merupakan bahan pangan yang banyak digemari karena harganya yang murah dan praktis, seperti ikan asin sepat, gabus, tongkol dan papuyu (Iswadi, 2013). Selain menambahkan pengawet alami seperti garam, banyaknya produk ikan asin di pasaran membuat produsen bersaing meningkatkan daya tahan ikan asin tersebut. Sehingga produsen juga menambahkan berbagai zat aditif atau bahan tambahan makanan (Cahyadi, 2008). Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau sering pula disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan (Yuliarti, 2007). Formalin sering digunakan dalam proses pengawetan produk makanan, padahal formalin biasanya digunakan sebagai pembunuh hama, pengawet mayat, bahkan desinfektan pada industri plastik, busa, dan resin untuk kertas (Afrianti, 2010). Penyalahgunaan ini sering terjadi pada produksi makanan di industri kecil, seperti pada pembuatan ikan asin (Effendi, 2009). Penggunaan formalin sebagai pengawet untuk ikan asin jelas dilarang sesuai Peraturan Menteri Kesehatan nomor 33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Makanan. Hal ini mengingat bahaya serius yang akan dihadapi bila formalin masuk ke dalam tubuh manusia. Meskipun tidak sedikit orang yang sudah mengetahui, terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun namun malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang (Hastuti, 2010). Gejala kronis orang yang mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin antara lain iritasi saluran pernapasan, muntah, pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, serta dapat memicu kanker (Afrianti, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Hidayah (2014) mengenai “Analisis Kualitatif Formalin pada Ikan Asin yang dijual di Unit Pasar Sektor II Kecamatan Banjarmasin Selatan” menunjukkan bahwa semua sampel ikan asin yang ada di Unit Pasar Sektor II Kecamatan Banjarmasin Selatan positif mengandung formalin. Pasar Panglima Wangkang di Kecamatan Marabahan merupakan pasar yang setiap hari beroperasi. Terdapat banyak penjual ikan asin di pasar tersebut, terutama ikan asin jenis ikan sepat, gabus, tongkol dan papuyu, yakni sebanyak 7 penjual. Banyaknya produk ikan asin di pasaran membuat penjual bersaing untuk meningkatkan daya tahan ikan asin dengan menambahkan berbagai zat aditif (zat tambahan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya formalin yang digunakan sebagai bahan pengawet pada ikan asin jenis ikan sepat, gabus, tongkol dan papuyu yang dijual di pasar Panglima Wangkang Kecamatan Marabahan