BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radioisotop 99 Mo sangat diperlukan sebagai generator 99m Tc, dimana 99m radioisotop Tc merupakan radioisotop yang paling banyak digunakan untuk diagnostik di bidang kedokteran nuklir. Permasalahan yang dihadapi adalah kebutuhan akan 99mTc meningkat terus sementara 99Mo sebagai pembangkit 99mTc hanya bisa diproduksi di dalam (menggunakan) reaktor nuklir, selain itu umur paroh dari 99 Mo hanya 66 jam sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Untuk mengatasi hal tersebut antara lain dapat ditempuh dengan cara memperpendek proses produksinya serta memperpendek jarak transportasi antara produsen dan konsumen. Sumber utama isotop 99Mo adalah berasal dari proses pembelahan inti U235, dimana U235 diiradiasi atau direaksikan dengan neutron di dalam suatu reaktor nuklir. Lazimnya, produksi 99 Mo dilakukan dengan teknik penembakan (iradiasi) target oleh sumber neutron intensitas tinggi yang biasanya berasal dari suatu reaktor nuklir. Target tersebut berupa uranium dengan pengayaan tinggi (lebih dari 90% 235 U), sehingga dalam hal ini diperlukan bahan target berupa uranium pengayaan tinggi dan suatu reaktor nuklir dengan fluks neutron yang tinggi pula. Bahan target yang telah diiradiasi dengan neutron tersebut kemudian dilarutkan dan selanjutnya produk fisi 99Mo diekstraksi dari larutan tersebut. Penggunaan uranium pengayaan tinggi sebagai target untuk produksi 99Mo sangat beresiko untuk disalahgunakan sebagai senjata nuklir. Sebagai gambaran, produksi 99 Mo untuk pangsa pasar di Amerika Serikat saja telah mencakup lebih dari 40 kg uranium pengayaan tinggi per tahun. Jumlah tersebut sudah cukup untuk membuat beberapa buah senjata nuklir. Dalam rangka usaha pencegahan tersebut, maka dunia internasional telah sepakat untuk membatasi penggunaan uranium 1 2 pengayaan tinggi melalui program “Reduced Enrichment for Research and Test Reactors” (RERTR). Sasaran program RERTR tersebut adalah mengganti semua bahan bakar reaktor pengayaan tinggi menjadi bahan bakar pengayaan rendah (pengayaan 235 U lebih kecil dari 20%) termasuk mengganti target uranium pengayan tinggi untuk produksi 99 Mo menjadi pengayaan rendah atau dengan menggunakan target non-uranium. Sejak tahun 1992 telah dikenalkan suatu metode produksi 99 Mo tanpa penggunaan bahan target, yaitu dengan menggunakan suatu reaktor nuklir berbahan bakar larutan uranil nitrat atau uranil sulfat. Oleh karena sistem ini merupakan suatu reaktor nuklir (perangkat reaktor kritis) maka persyaratan perijinan harus mengikuti persyaratan untuk suatu reaktor nuklir. Produksi 99 Mo dengan menggunakan reaktor nuklir memerlukan fasilitas yang kompleks dan mahal untuk penanganan, pemisahan, penyimpanan dan pembuangan bahan radioaktif produk fisi dan limbah berbahaya lainnya. Mengingat hal tersebut maka diperlukan suatu alat yang baru untuk memproduksi 99 Mo yang tidak termasuk katagori reaktor nuklir kritis, dan tidak menggunakan uranium pengayaan tinggi. Alat tersebut diharapkan lebih sederhana dan lebih selamat. Salah satu alat yang memenuhi kriteria tersebut adalah perangkat reaktor subkritik dengan sumber neutron luar dari generator neutron atau sumber neutron isotopik. BATAN atau Badan Tenaga Nuklir Nasional mendesain suatu perangkat reaktor subkritik yang diberi nama “SAMOP”: Subcritical Assembly for Molybdenum-99 Production. Konsep perangkat yang sudah dipatenkan ini nantinya akan menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya hingga nantinya bisa direalisasikan dan digunakan untuk kepentingan kedokteran nuklir di Indonesia. Konsep perangkat reaktor subkritik untuk memproduksi 99 Mo atau “SAMOP”: Subcritical Assembly for Molybdenum-99 Production, didasarkan pada proses reaksi pembelahan inti 235U yang langsung selama masih ada sumber neutron yang berasal dari luar perangkat. Jika sumber neutron luar tersebut dimatikan atau 3 diambil maka secara otomatis proses reaksi pembelahan inti 235U (reaksi fisi) akan terhenti. Bahan bakar “SAMOP” berupa uranil nitrat atau uranil sulfat dengan jumlah lebih kecil dari massa kritis minimumnya. Berdasarkan konsep tersebut maka “SAMOP” tidak termasuk reaktor nuklir kritis, sehingga persyaratan keselamatannya tidak seketat seperti yang dipersyaratkan untuk suatu reaktor nuklir[1]. I.2. Perumusan Masalah Dalam penelitian terdapat beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan. Namun, dalam penelitian kali ini terdapat dua masalah utama yang mendasari penelitian ini. Permasalahan ini merupakan fondasi dari penelitian ini sehingga nantinya penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya sampai dengan terbentuknya sebuah perangkat yang dapat dipergunakan secara masal. Permasalahan utama adalah desain SAMOP yang tepat sehingga didapatkan nilai kekritisan dibawah 1 atau dengan kata lain subkritis. Nilai kekritisan reaktor diharapkan dapat mencapai sebesar-besarnya 0,99. Permasalahan selanjutnya adalah variasi dari beberapa parameter yang akan mempengaruhi nilai kekritisan reaktor yang akan disimulasikan. Kedua permasalahan desain awal SAMOP yang telah di jelaskan diatas akan didekati dengan metode probabilistik yang diterapkan dalam software Monte Carlo n-Particles (MNCP). Penggunakan metode Monte Carlo akan dapat menggambarkan probabilitas terjadi interaksi pada teras reaktor. I.3. Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini menganalisis data kekritisan SAMOP hanya terbatas pada perhitungan neutronik karena akan menjadi acuan pada pembuatan SAMOP yang sebenarnya. 2. Hasil yang akan didapatkan hanya terbatas pada hasil kekritisan dan yang berhubungan dengan parameter kekritisan seperti pengkayaan . Pada penelitian ini tidak didapatkan hasil dari Mo99 4 3. Penelitian ini hanya menggunakan 3 desain dari SAMOP, desain ini hanya sebagai pertimbangan desain sebenarnya dari SAMOP yang masih dikembangkan oleh BATAN 4. Bahan bakar subkritik yang digunakan hanya terbatas pada uranium nitrat UO2(NO3)2 I.4. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis rancangan SAMOP kritikalitasnya kemudian memvariasikan parameternya dengan menggunakan metode yang sama sehingga diharapkan hasil yang didapat bisa menjadi pertimbangan perbaikan desain reaktor SAMOP yang lebih baik. Serta mencari fluks neutron pada posisi spesifik untuk pembuktian kritikalitasnya. I.5. Manfaat Penelitian ini diharapkan secara umum dapat memberikan manfaat di bidang kedokteran nuklir Indonesia dalam menghasilkan 99Mo. Dengan mengetahui desain yang sesuai dan kekritisan yang tepat maka bisa dirancang reaktor nuklir yang kecil dan diproduksi secara massal. Manfaat penelitian ini secara khusus ditujukan kepada pihak – pihak berikut: 1. Masyarakat, dibawah naungan BATAN atau Badan Tenaga Nuklir Nasional yang mempunyai tujuan melaksanakan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. 2. Penulis, diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang perhitungan neutronik. 3. Pihak lain, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai dasar kajian untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai masalah yang sejenis.