88 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia analitik memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagian besar negara memiliki laboratorium kimia analitik yang mapan dan digunakan oleh berbagai institusi, baik laboratorium penelitian, industri, instansi maupun perguruan tinggi. Namun metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) merupakan suatu pengecualian. Tidak setiap negara mempunyai kemampuan untuk membangun laboratorium AAN. Penggunaan dan pengembangan metode AAN berkaitan erat dengan adanya fasilitas reaktor nuklir penelitian yang pembangunannya memerlukan dana yang besar dan pengetahuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir. Indonesia memiliki dua reaktor nuklir yang masih aktif beroperasi yaitu reaktor G.A.Siwabessy di Serpong dan reaktor Kartini di Yogyakarta. Reaktor Kartini merupakan salah satu reaktor nuklir riset jenis TRIGA-Mark II yang dioperasikan pada daya 100 kW dengan fluks neutron termal di centre timble adalah 5,97×1012 n.cm-2det-1 dan fluks neutron cepat di centre timble adalah 5,59×1012 n.cm-2det-1. Bahan bakar yang digunakan adalah paduan UZrH yang mempunyai kandungan uranium 8,5% b/b dan telah diperkaya dengan isotop 235 U sebesar 20% b/b. Bahan bakar berada dalam kelongsong SS304 membentuk batang bahan bakar standar reaktor TRIGA – Mark II (Anonima, 2012). Reaktor Kartini dilengkapi fasilitas Lazy Susan, central timble, pneumatic transfer system dan column termal yang dapat dimanfaatkan untuk AAN, analisis menggunakan neutron epitermal, eksperimen neutron radiography, eksperimen gamma radiography dan penanganan pasca panen hasil pertanian maupun sterilisasi bahan (Anonima, 2012). Sejak komisioning tahun 1979 sampai sekarang, penggunaan reaktor Kartini dititikberatkan untuk kebutuhan AAN sebagai metode analisis non-destruktif yang banyak berkontribusi dalam analisis sampel dari berbagai disiplin ilmu. 89 AAN adalah metode penentuan unsur kimia secara kualitatif dan kuantitatif melalui reaksi inti atom stabil yang menangkap neutron dari sumber neutron sehingga menjadi inti atom tidak stabil pembentukkan inti atom . Saat berinteraksi dengan neutron, didahului terbentuknya inti atom waktu paruh dalam orde 10 -14 dengan detik yang diikuti pemancaran sinar gamma karakteristik dan hanya terjadi pada saat iradiasi neutron, dikenal dengan Prompt Gamma Neutron Activation Analysis (PGNAA). Inti atom tidak stabil akan mencapai kestabilan menjadi dengan melepaskan β+ atau β− dikuti pemancaran sinar gamma karakteristik dengan waktu paruh dalam orde detik sampai tahun yang lebih dikenal Delay Gamma Neutron Activation Analysis (DGNAA) (Kubešova, 2012). AAN mempunyai banyak kelebihan dan beberapa kekurangan. Kelebihan AAN dibandingkan metode analisis lain di antaranya: (Kubešová, 2012; Kučera dan Řanda, 2001) a. Memungkinkan untuk analisis berbagai jenis matrik sampel. b. Limit deteksi AAN lebih rendah dari 10 -6 μg g-1 untuk beberapa unsur, menjadikannya lebih unggul dibandingkan metode XRF yang mempunyai limit deteksi rata-rata 10 μg g-1 (Rousseau, 2001), FAAS yang mempunyai limit deteksi 1 - 10-3 μg g-1 (García dan Báez, 2012) dan UV-Vis yang mempunyai limit deteksi 10 - 10-3 μg g-1 (Upstone, 2012). c. Merupakan analisis non destruktif. d. Mampu mengukur kadar total unsur dalam suatu material tanpa tergantung pada bentuk kimia maupun fisikanya. e. Sampel tidak rusak secara permanen sehingga dalam kasus analisis forensik ataupun analisis pada sampel yang langka seperti meteorit atau arkeologi, sampel dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. f. Merupakan teknik analisis multi unsur dimana banyak unsur dapat dianalisis secara bersamaan dari spektrum sinar gamma tanpa perlu mengubah peralatan. g. Sangat sensitif dengan tingkat presisi yang tinggi untuk analisis unsur perunut atau trace element. 90 Beberapa kekurangan AAN antara lain: a. Membutuhkan sumber neutron, biasanya digunakan reaktor nuklir. b. Membutuhkan fasilitas pendukung seperti tempat penampungan dan pengolahan limbah radioaktif serta fasilitas dan peraturan proteksi radiasi bagi pekerja. c. Analisis kuantitatif sangat tergantung pada standar sekunder campuran yang pembuatannya sangat rumit. d. AAN tidak menyediakan peralatan sederhana dengan software yang mudah dioperasikan dalam analisis laboratorium. Penggunaan standar sekunder campuran untuk analisis kuantitatif selain menambah biaya operasional, penanganan yang rumit, keterbatasan waktu kestabilan dan tidak sesuai dengan konsep green chemistry yang belakang ini terus digalakkan dalam rangka meminimalisasi pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, mulai dikembangkan suatu metode semi absolut yang lebih efisien, tanpa penggunaan standar sekunder dan tetap memberikan hasil yang akurat dengan sensitifitas tinggi yang dikenal sebagai metode Kayzero (k0). Sejak mulai diperkenalkan konsep standardisasi k0 pada 1975 diikuti publikasi pertama pengukuran secara eksperimental faktor-k0 pada tahun 1980, metode Kayzero terus mengalami pengembangan agar menjadi alat analisis yang mampu beroperasi penuh sehingga pada tahun 1992 diperkenalkan software Kayzero-Solcoi versi 3.01 untuk pertama kali dengan IBM-PC (De Corte dan Simonits, 1994). Software Kayzero-Solcoi terus mengalami perbaikan sehingga pada tahun 2002 mulai dikeluarkan software Kayzero-Solcoi berbasis Windows yang dijual secara komersial. Pada saat workshop International k0 Users ke-4 yang diselenggarakan di Portugal tahun 2005, International Atomic Energy Agency (IAEA) mendukung pengembangan metode k0 agar menjadi metode standar AAN dengan mengeluarkan software k0-IAEA berbasis Windows untuk pertama kali. Sampai saat ini metode k0 secara luas mulai banyak diterapkan di berbagai laboratorium AAN di dunia. 91 Di Indonesia, hanya ada satu dari tujuh laboratorium AAN yang telah menggunakan metode k0 untuk analisis sampel yaitu laboratorium AAN PTBIN – BATAN Serpong dimana penerapannya dimulai pada tahun 2005 dan sampai saat ini masih dalam upaya penyempurnaan untuk analisis unsur umur pendek. Metode k0 sangat bergantung pada parameter reaktor dan detektor yang digunakan, dimana parameter-parameter tersebut karakteristik untuk setiap reaktor dan detektor serta tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya. Tabel 1.1 Kandungan SRM yang akan dianalisis menggunakan metode k0 Unsur Cl Ba Mn Al Mg Ti V K Sb Co Hg Rb Se Na Sr Th Zn Fe As Ce Cr Cs Cu Eu Hf Sm Sc U NIST 1632c (Trace Elements in Coal) 0,1139 ± 0,0041 % 41, 1 ± 1,6 μg/g 13,04 ± 0,53 μg/g 0,915 ± 0,0137 % 0,0384 ± 0,0032 % 517 ± 32 μg/g 23,72 ± 0,51 μg/g 0,11 ± 0,0033 % 0,461 ± 0,029 μg/g 3,48 ± 0,2 μg/g 0,0938 ± 0,0037 μg/g 7,52 ± 0,33 μg/g 1,326 ± 0,071 μg/g 298,8 ± 4,8 μg/g 63,8 ± 1,4 μg/g 1,4 ± 0,03 μg/g 12,1 ± 1,3 μg/g 0,735 ± 0,011 % 6,18 ± 0,27 μg/g 0,072 ± 0,007 μg/g 11,9 ± 0,2 μg/g 13,73 ± 0,2 μg/g 6,01 ± 0,25 μg/g 0,1238 ± 0,0033 μg/g 0,585 ± 0,01 μg/g 1,078 ± 0,028 μg/g 2,905 ± 0,036 μg/g 0,513 ± 0,012 μg/g NIST 1648a (Urban Particulate Matter) 4543 ± 47 μg/g — 790 ± 44 μg/g 3,43 ± 0,13 μg/g 0,813 ± 0,012 % 4021 ± 86 μg/g 127 ± 11 μg/g 1,056 ± 0,049 % — 17,93 ± 0,68 μg/g — 51 ± 1,5 μg/g 28,4 ± 1,1 μg/g 4240 ± 60 μg/g 215 ± 17 μg/g — 4800 ± 270 μg/g 3,92 ± 0,21 % 115,5 ± 3,9 μg/g 54,6 ± 2,2 μg/g 402 ± 13 μg/g 3,4 ± 0,2 μg/g 610 ± 70 μg/g — — 4,3 ± 0,3 μg/g — NIST 8702 (Buffalo River Sediment) — — 544 ± 21 μg/g 6,1 ± 0,18 % 1,2 ± 0,018 % 0,457 ± 0,02 % 94,6 ± 4 μg/g 2,001 ± 0,041 % — 13,57 ± 0,43 μg/g — — — 0,553 ± 0,015 μg/g — 9,07 ± 0,16 μg/g 408 ± 15 μg/g 3,97 ± 0,1 % — 66,5 ± 2 μg/g 121,9 ± 3,8 μg/g 5,83 ± 0,12 μg/g — 1,31 ± 0,038 μg/g 8,4 ± 1,5 μg/g — — 3,09 ± 0,13 μg/g Laboratorium AAN di Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) – BATAN Yogyakarta merupakan salah satu laboratorium uji yang banyak melayani jasa analisis baik untuk instansi pemerintah, lembaga penelitian, industri maupun universitas. Selama ini laboratorium AAN PTAPB – BATAN masih menggunakan metode relatif untuk analisis sampel, sehingga perlu 92 dilakukan peningkatan kinerja laboratorium dengan menerapkan metode standardisasi k0 sebagai solusi agar penanganan sampel lebih simpel dengan biaya operasional yang relatif murah serta lebih ramah lingkungan. Pada prakteknya, penggunaan metode k0 di suatu laboratorium dapat berjalan sempurna apabila semua parameter yang berpengaruh pada analisis kualitatif dan kuantitatif dapat diukur dengan benar dan dijadikan database pada software k0. Kesalahan pengukuran salah satu komponen dapat berpengaruh pada hasil akhir analisis pada software k0. Pada penelitian ini akan dibahas penggunaan metode k0 di laboratorium AAN PTAPB – BATAN dengan cara melakukan pengukuran dan optimasi parameter utama yang berpengaruh serta melakukan uji validasi metode k0 menggunakan Standard Reference Material (SRM). SRM yang digunakan pada penelitian ini adalah SRM buatan National Institute of Standards and Technology (NIST). Tabel 1.1 mencantumkan kandungan unsur-unsur dalam tiga SRM yang akan digunakan untuk validasi metode k0. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan dan menvalidasi metode standardisasi Kayzero di laboratorium AAN PTAPB – BATAN dengan menentukan beberapa parameter yang diperlukan sehingga dapat diaplikasikan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif, di antaranya: 1. Penentuan kalibrasi efisiensi detektor dengan variasi jarak pengukuran. 2. Penentuan parameter reaktor Kartini (ƒ dan α). 3. Validasi metode standardisasi Kayzero yang dilakukan dengan membandingkan hasil analisis unsur-unsur dalam SRM menggunakan metode k0 dengan nilai sertifikat SRM sehingga diperoleh nilai akurasi dan presisi. Manfaat dari penelitian ini diharapkan metode standardisasi Kayzero dapat digunakan di laboratorium AAN - PTAPB untuk mendukung pengembangan metode AAN untuk analisis berbagai sampel, mengefisiensikan peranan AAN dalam bidang analisis kimia dan mendukung salah satu program green chemistry.