SKENARIO E

advertisement
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 23 SKENARIO E
Disusun Oleh : Grup L10
Tutor: dr. Fatmah Oktaviani, Sp.OG
Erna Haryati
04121001001
Intan Apriliana
04121001003
Rizka Ramadhiyah
04121001004
Zakia Khoirunnisa
04121001007
Dhita Amanda
04121001046
Eva Fitria Zumna
04121001048
Amanda Putri Utami
04121001051
Febri Rahman
04121001057
Gregorius Abram N.
04121001096
Ari Julian Saputra
04121001105
Yolanda Davinora
04121001125
Mohammad Hazem
04121001026
Maureen Grace Rotua
04121001138
Shelia Desri W.
04121001142
General Medical Education
Faculty of Medicine of Sriwijaya University
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya
Laporan Tutorial Skenario E Blok 23 ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar
tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Penyusun tak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan laporan ini yakni tutor pembimbing dan anggota kelompok 10.
Seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak”, penyusun menyadari bahwa dalam
pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan
sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.
Palembang, 28 Januari 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar............................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
Pembahasan Skenario:
Skenario.....................................................................................................................
Klarifikasi Istilah........................................................................................................
Identifikasi Masalah...................................................................................................
Analisis Masalah........................................................................................................
Hipotesis....................................................................................................................
Learning Issue...........................................................................................................
Kerangka Konsep.....................................................................................................
Kesimpulan...............................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................
2
3
4
4
5
6
41
54
78
78
79
3
SKENARIO E
Mrs. Tari, 37 years old, from middle income family comes to doctor at a public health centre
with chief complain of vaginal bleeding. Mrs. Tari also complains abdominal cramping. She
missed her period for about 8 weeks. She also feels nauseous, sometimes has vomit and
breast tenderness. Since 1 year ago she has been complaining about vaginal discharge with
smelly odor and sometimes accompanied by vulvar itchy. She already have 2 children before
and the youngest child is 6 years old. Her husband is a truck driver.
You act as the doctor in public health centre and be pleased to analyse this case.
In the examination findings:
Height : 155 cm; weight : 50 kg
Blood pressure : 120/80 mmHg; Pulse = 80 x/m; RR = 20 x/m.
Palpebral conjunctival : normal
Breast : hyperpigmented
Abdomen : flat and soufflé, symmetric, uterine fundus is not palpable, there are no mass, no
painful tenderness and no free fluid sign.
Internal examination:
Speculum examination: portio is livide, external os opens with blood come out from external
os, there are no cervical erotion, laceration or polyp.
Bimanual examination: cervix is soft, the external os opens, no cervical motion tenderness,
uterine size about 8 weeks gestation, both adnexa and parametrium within normal limit.
Hb 11 g/dL; WBC 12.000/mm3; ESR 15 mm/hour Peripheral Blood Image: WNL
Urine: Pregnacy test (β-HCG) positive
Klarifikasi Istilah
Vaginal bleeding
Abdominal cramping
Nausea
Keluarnya darah dari vagina
Kontraksi muskular sporadik yang nyeri pada otot-otot abdomen
Sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan
Vomit
Breast tenderness
abdomen dengan kecenderungan untuk muntah
Pengeluaran isi lambung melalui mulut
Keadaan sangat sensitif terhadap sentuhan atau tekanan pada
Vaginal discharge with
mamae
Suatu ekskresi atau substansi yang dikeluarkan oleh vagina yang
smelly odor
Soufflé
berbau, biasanya disebabkan oleh infeksi
Bunyi auskultasi yang halus seperti bunyi tiupan
4
Livide
Perubahan warna pada portio menjadi merah-ungu yang menjadi
Laceration
Polyp
tanda sedang hamil
Luka robek
Pertumbuhan jaringan yang menonjol dari lapisan mukosa sebuah
External os
Cervical
organ ke dalam rongga tubuh
Orificium uteri eksternum
motion Nyeri pada saat serviks digerakkan
tenderness
Parametrium
Perluasan selubung subserosa bagian supraservikal uterus ke
Adnexa
lateral diantara lapisan ligamentum latum uteri
Perlengkapan rahim termasuk tuba fallopi, ovarium, dan ligamen
β-HCG
yang terkait
Hormon yang dihasilkan oleh sel-sel trofoblastik dimana sel
tersebut hanya ada jika terjadi pembuahan
Identifikasi Masalah
1. Mrs. Tari, 37 years old with a truck driver husband, G3P2A0, from middle income
family comes to doctor at a public health centre with chief complain of vaginal bleeding.
Mrs. Tari also complains abdominal cramping.
2. She missed her period for about 8 weeks. She also feels nauseous, sometimes has vomit
and breast tenderness.
3. Since 1 year ago she has been complaining about vaginal discharge with smelly odor and
sometimes accompanied by vulvar itchy.
4. In the examination findings:
Height : 155 cm; weight : 50 kg
Blood pressure : 120/80 mmHg; Pulse = 80 x/m; RR = 20 x/m.
Palpebral conjunctival : normal
Breast : hyperpigmented
Abdomen : flat and soufflé, symmetric, uterine fundus is not palpable, there are no mass,
no painful tenderness and no free fluid sign
5. Internal examination:
Speculum examination: portio is livide, external os opens with blood come out from
external os, there are no cervical erotion, laceration or polyp.
Bimanual examination: cervix is soft, the external os opens,
no cervical motion
tenderness, uterine size about 8 weeks gestation, both adnexa and parametrium within
normal limit.
6. Hb 11 g/dL; WBC 12.000/mm3; ESR 15 mm/hour Peripheral Blood Image: WNL
Urine: Pregnacy test (β-HCG) positive
5
Analisis Masalah
1. Mrs. Tari, 37 years old with a truck driver husband, G3P2A0, from middle income
family comes to doctor at a public health centre with chief complain of vaginal bleeding.
Mrs. Tari also complains abdominal cramping
a. Apa hubungan antara usia ibu, status ekonomi dan pekerjaan suami terhadap kasus
dan komplikasi usianya?
Wanita yang hamil pada usia lebih dari 35 tahun memiliki risiko yang tinggi, salah
satunya ialah Abortus : Usia 35 sampai 39  risikonya 20 -25 %
Semakin tua usia wanita, maka hanya sel telur yang berusia tua saja yang masih
tertinggal di ovarium, sehingga makin sulit untuk ovulasi. Sel-sel yang sudah tua itu
mengalami penurunan kemampuan untuk dibuahi dan kehilangan kemampuan untuk
menghasilkan hormone, terutama estrogen dan progesterone. Selain jumlah sel telur
yang tinggal sedikit, faktor usia (di atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap
kemampuan rahim untuk menerima bakal janin atau embrio. Dalam hal ini,
kemampuan rahim untuk menerima janin menurun. Faktor penuaan, membuat
embrio yang dihasilkan oleh wanita di atas 35 tahun terkadang mengalami kesulitan
untuk melekat di lapisan lendir rahim atau endometrium. Ini dapat meningkatkan
kejadian keguguran.
Jarak kehamilan yang lama ini merupakan infertilitas sekunder yang diduga
disebabkan oleh ibu memakai kontrasepsi. Adapun rata-rata pemakaian kontrasepsi
pada golongan ekonomi menengah adalah kontrasepsi hormonal (pil dan suntik).
Sedangkan efek dari kontrasepsi hormonal, antara lain:
o Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu dan
abortus terjadi
o Menghambat pergerakan tuba
o Kelebihan progesterone bisa meningkatkan infeksi terhadap kandida albicans,
sehingga ditemukan fluor albus
Penyakit
Menular
Seksual
(pada
penelitian
ini
adalah
infeksi
Immunodeficiency Virus) menunjukkan data sebagai berikut, yaitu: ibu
Human
rumah
tangga 10.8%, tidak bekerja 10.8%, wiraswasta 8.4%, pegawai swasta 7,2%,
buruh dan sopir 6%. Sehingga dapat dipahami bahwa pekerjaan suami pasien
merupakan kelompok faktor risiko yang dapat menularkan penyakit infeksi menular
seksual.
6
Pada pasien ini diduga telah terjadi infeksi menular seksual. Hal ini berdasarkan
pada pengakuan pasien adanya dischare yang keluar dari vagina dan kadang disertai
rasa gatal yang telah berlangsung setahun terakhir. Gejala ini mengarah pada
kecurigaan terjadinya abortus yang kemungkinan diinduksi oleh adanya infeksi
kronis pada traktur genitalia maternal.
b. Apa etiologi dari vaginal bleeding dan abdominal cramping? (secara umum dan
dikaitkan dengan kasus? sudah dijawab di bagian hipotesis
c. Bagaimana mekanisme terjadinya vaginal bleeding dan abdominal cramping?
Mekanisme vaginal bleeding
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik jaringan
sekitar pada daerah nidasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya
perdarahan per vaginam. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam uterus. Hal ini
menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan
benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi).
Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat
ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin
erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau
terjadi abortus.
Mekanisme abdominal cramping
Pada kasus terjadi infeksi dan pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin.
Prostaglandin dapat menyebabkan dinding uterus berkontraksi. Kontraksi inilah
yang menyebabkan terjadinya kram perut Mrs. Tari.
d. Bagaimana penatalaksanaan awal dari vaginal bleeding?
Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda :
 Lakukan penilaian secara cepat mengenaii keadaan umum pasien, termasuk

tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).
Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat banyak, pingsan, tekanan sistolik

kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak terlihat
tanda tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan
cepat. Jika terjadi syok, penting untuk memulai penanganan syok dengan
segera.
7


Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan KE terganggu.
Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau lebih), berikan larutan garam
fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama).
e. Apa pengaruh jarak kehamilan selama 6 tahun?
Jarak ideal antara kehamilan berkisar 2-5 tahun. Jika jarak kehamilan yang terlalu
jauh berhubungan dengan bertambahnya umur ibu. Umur yang semakin tua akan
mengakibatkan proses degeneratif atau melemahnya kekuatan fungsi otot uterus dan
otot panggul yang sangat berpengaruh pada proses persalinan apabila terjadi
kehamilan lagi. Hal ini juga berpengaruh terhadap peningkatan mortalitas ibu dan
janin.
2. She missed her period for about 8 weeks. She also feels nauseous, sometimes has vomit
and breast tenderness.
a. Bagaimana kriteria diagnosis kehamilan?
 Diagnosa presumtif: perubahan fisiologik pada ibu atau seorang perempuan
yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil
– Amenorea, dikaitkan dengan peningkatan
produksi
ektrogen
dan
progesteronoleh korpus luteum. Amenorea lebih dapat diandalkan pada
–
–
perempuan dengan siklus menstruasi teratur.
Mual dan muntah
Perubahan pada payudara: pembesaran, sekeresi kolostrum (mulai terlihat
atau dapat diekspresikan sejak kehamilan memasuki usia 12 minggu), serta

perubahan warna
– Perubahan pada traktus urinarius: frekuensi dan nokturia
– Perubahan pada kulit: linea nigra, stretch marks, dan talangiektesis
Diagnosis dugaan (probable): perubahan anatomik dan fisiologik selain dari
tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi atau dikenali oleh pemeriksa
– Tanda Chadwick: perubahan warna vagina dan serviks menjadi

–
kebiruan/keunguan
Tanda Hegar: perlunakan daerah istmus sehingga dapat dirassakan dengan
–
penekanan pada pemeriksaan bimanual
Leukorea: peningkatan sekresi duh tubuh vagina. Pada pulasan tidak
–
–
membentuk pola seperti daun pakis
Perubahan struktur ligamen dan tulang pelvis
Pembesaran abdomen, pembesaran progresif mulai usia kehamilan 7-28
minggu
– Kontraksi Braxton-Hicks, mulai pada usia kehamilan 28 minggu
Diagnosis pasti: data atau kondisi yang mengindikasikan adanya buah
kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh
pemeriksa
8
–
Denyut jantung janin (DJJ): usia 10 minggu kehamilan dengan Doppler,
–
–
usia 18-20 minggu kehamilan dapat menggunakan fetoskop Laenec
Palpasi fetus: biasanya setelah 22 minggu kehamilan
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) fetus
Pada kasus ditemukan adanya:
-
Aminorea sejak 8 minggu yang lalu, mual dan muntah serta penegangan
-
pada payudara  Diagnosis presumtif
Porsio yang livide (Tanda Chadwick) dan pembesaran pada uterus (usia
gestasi 8 minggu)  Diagnosis dugaan (probable)
b. Bagaimana siklus menstruasi normal?
Pengertian klinik:
-
Siklus haid: jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid berikutnya
(normalnya 24 hari ≤ siklus haid ≤ 35 hari)
-
Lama haid: jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan haid berhenti
(normalnya 3-7 hari)
-
Jumlah darah yang keluar selama satu kali haid (jumlah darah selama haid
berlangsung ≤ 80 ml, ganti pembalut 2-6 kali)
Haid normal merupakan hasil akhir dari suatu siklus ovulasi. Siklus ovulasi diawali
dari pertumbuhan beberapa folikel antral (pada awal siklus)  ovulasi dari satu
folikel dominan (pertengah siklus)  ± 14 hari pascaovulasi bila tidak terjadi
pembuahan  haid
c. Apa etiologi dan mekanisme Mrs. Tari tidak menstruasi selama 8 minggu?
Tidak keluarnya haid berarti tidak terjadi peluruhan endometrium.Hal ini disebabkan
oleh terjadinya kehamilan.Hormon progesteron diproduksi dan disekresi di ovarium,
terutama dari korpus luteum pada fase luteal atau sekretoris siklus haid, kelenjar
adrenal dan plasenta (saat hamil).Hormon progesteron berfungsi menaikkan faktor
pertumbuhan epidermal, meningkatkan temperatur inti selama ovulasi, mengurangi
kejang dan rileks otot polos (memperluas saluran pernapasan dan mengatur lendir)
dan anti-inflamasi.Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga
dapat menerima implantasi zygot. Progesteron diperlukan untuk keberhasilan proses
kehamilan awal. Progesteron inilah yang membuat endometrium tetap dipertahankan
sehingga tidak terjadi peluruhan endometrium.
Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG. Fungsi utama hCG adalah untuk
9
mempertahankan produksi progesteron corpus luteum sampai plasenta dapat
mengambil alih peran produksi progesteron pada usia gestasi sekitar 6 – 8 minggu.
Selanjutnya fungsi progesteron yang dihasilkan plasenta yang terutama berasal dari
substrat ibu (kolesterol), penting untuk mempertahankan uterus dalam keadaan
tenang sebelum proses persalinan dimulai
d. Bagaimana anatomi organ reproduksi internal pada wanita?
Organ genitalia interna (bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur,
transportasi blastokist, implantasi dan tumbuh kembang janin).
a. Vagina
Vagina merupakan saluran muskulomembranosa yang menghubungkan vulva
dan uterus dan terletak di antara vesika urinaria dan rectum.Di puncak vagina
dipisahkan oleh serviks, terbentuk forniks anterior, posterior dan lateralis kiri
dan kanan.Forniks mempunyai arti klinik karena organ internal pelvis dapat
dipalpasi melalui dinding forniks yang tipis.Selain itu, forniks posterior dapat
digunakan sebagai akses masuk ke dalam rongga peritoneum.
Bentuk dalam vagina berlipat-lipat disebut ruggae.Di vagina tidak didapatkan
kelenjar-kelenjar bersekresi. Epitel vagina terdiri atas epitel gepeng tidak
bertanduk, di bawahnya terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak
pembuluh darah
Vaskularisasi vagina:


Arteria uterine, memberikan vaskularisasi kepada 1/3 vagina bagian atas
Arteria vesikalis inferior, memberikan vaskularisasi kepada 1/3 vagina

bagian tengah
Arteria hemoroidalis mediana dan arteria pidendus interna yang
memberikan darah ke vagina 1/3 bagian bawah.
Darah kembali melalui pleksus venosus yang mengikuti arteria dan masuk ke
dalam vena hipogastrika.
Limfatisasi vagina:
Getah bening yang berasal dari 2/3 bagian atas vagina akan melalui kelenjar
getah bening di daerah vasa iliaka, sedangkan getah bening yang berasal dari 1/3
bagian bawah akan melalui kelenjar getah bening di region inguinalis.
b. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad yang sedikit gepeng kea rah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya
terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5cm, lebar di atas
10
5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25cm. letak uterus dalam keadaan
fisiologis adalah anteversiofleksio.
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri, serviks uteri.Corpus uteri
merupakan bagian uterus yang terletak di bawah tuba uterine. Bagian bawah
korpus menyempit yang akan berlanjut sebagai serviks uteri. Serviks menembus
dinding anterior vagina dan terbagi atas portio supravaginalis dan portio
vaginalis cervicis uteri.Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis
servikalis yang dilapisi oleh kelenjar-kelenjar torak bersilia dan berfungsi
sebagai reseptakulum seminis.Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut
ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.
Ismus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, diliputi oleh
peritoneum viserale yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di
daerah plika vesikouterina.
Histologi uterus
Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas:

Tunica mucosa atau endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks
uteri. Endimetrium terdiri atas epitel kuboid, kelenjar-kelenjar dan jaringan

dengan banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok.
Tunica muscularis atau myometrium yang sangat tebal dan dibentuk oleh
otot polos yang disokong oleh jaringan ikat. Lapisan otot polos uterus di
sebelah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah luar longitudinal. Di antara

kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik berbentuk anyaman.
Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral
Uterus terfiksasi dalam rongga pelvis tetapi terfiksasi dengan baik oleh jaringan
ikat dan ligament yang menyokongnya. Ligament yang memfiksasi uterus
adalah sebagai berikut:





Ligamentum kardinal (Mackenrodt)
Ligamentum sakro-uterina
Ligamentum rotundum
Ligamentum latum
Ligamentum infundibulo-pelvikum
Vaskularisasi uterus
Uterus diperdarahi oleh arteria uterine yang berasal dari arteria iliaka interna
(disebut juga arteri hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum masuk
ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5cm di atas forniks lateralis vagina.
11
Pembuluh darah lain yang member vaskularisasi ke uterus adalah arteria
Ovarika kiri dan kanan. Arteria ini berjalan dari lateral dinding pelvis melalui
ligamentum infundibulo-pelvikum mengikuti tuba falloppii. Bersama-sama
kembali melalui pleksus vena hipogastrika.
Aliran limfe
Pembuluh limfe dari fundus uteri berjalan bersama arteria ovarica dan
mengalirkan limfe ke nodi para aortic setinggi vertebra L1.Pembuluh limfe dari
corpus uteri dan serviks uteri bermuada ke nodi iliaci interni dan nodi iliaci
eksterni.Beberapa pembuluh limfe mengikuti ligamentum teres uteri di dalam
canalis inguinalis dan mengalirkan cairan limfe ke nodi inguinalis superficiales.
Inervasi
Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari pleksus hipogastrikus inferior
c. Tuba fallopi
Terdiri atas:



Pars interstitialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus.
Pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
Pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar,

tempat konsepsi terjadi.
Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan
memiliki fimbrae.
Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum visceral yang merupakan bagian dari
ligamentum latum.
d. Ovarium
Mesovarium menggantung ovarium di bagian ligamentum latum kanan dan
kiri.Ukurannya kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang
kira-kira 4cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5cm.pinggir atasnya berhubungan
dengan mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan
serabut-serabut saraf untuk ovarium sedangkan pinggir bawahnya bebas. Ujung
ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus melalui ligamentum
ovarii propium. Bagian ligamentum latum yang terletak antara perlekatan
mesovarium dan dinding lateral pelvis disebut ligamentum suspensorium ovarii.
12
Ovarium biasanya terletak di depan dinding lateral pelvis pada lekukan yang
disebut fossa ovarica. Fossa ini dibatasi di atas oleh arteria dan vena iliaca
eksterna serta di belakang oleh arteria dan vena iliaca interna.
Vaskularisasi ovarium

Arteria ovarica yang berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebra

lumbalis.
Vena ovarica dextra bermuara ke vena cava inferiot sedangkan vena ovarica
sinistra ke vena renalis sinistra
Persarafan
Persarafan ovarium berasal dari pleksus aorticus dan mengikuti perjalanan
arteria ovarica
e. Bagaimana perubahan fisiologi pada ibu hamil pada trimester I?
Trimester Pertama
1. Spotting : 11 hari setelah konsepsi saat implantasi, terjadi beberapa hari sebelum
mens dengan pendarahan kurang dari biasanya
2. Nyeri dan pembesaran payudara, rasa kelelahan, sering kencing, morning
sickness: mulai mg ke 8 sampai mg ke 12.
3. Setelah 12 mg fut dirasakan diatas sympisis
4. Kenaikan bb 1-2 kg selama tmt I
Berikut akan dijelaskan perubahan-perubahan pada sistem organ wanita hamil
khususnya pada trimester I:
1.
Sistem endokrin
Selama minggu-minggu pertama, korpus luteum dalam ovarium menghasilkan
estrogen dan progesteron. Fungsi utamanya pada stadium ini adalah untuk
mempertahankan pertumbuhan desidua dan mencegah pelepasan serta pembebasan
desidua tersebut.
2.
Sistem reproduksi
Tidak diragukan lagi organ-organ pada sistem reproduksi mengalami perubahan
dalam masa hamil. Mulai dari uterus, vagina, ovarium, dan lain-lain.
1) Uterus
Pertumbuhan uterus yang fenomenal pada trimester pertama berlanjut sebagai respon
terhadap stimulus kadar hormon estrogen dan progesteron yang tinggi. Pembesaran
terjadi akibat:
-
peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
13
-
hiperpalsia (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis baru) dan hipertrofi
(pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah ada)
-
perkembangan desidua
Selain bertambah besar uterus juga mengalami perubahan berat, bentuk, dan posisi.
Dinding-dinding otot menguat dan menjadi lebih elastis. Pada saat konsepsi, uteris
berbentuk seperti buah pir terbalik
Selama minggu-minggu awal kehamilan, peningkatan aliran darah uterus dan limfe
mengakibatkan edema dan kongesti panggul. Akibatnya, uterus, serviks, dan istmus
melunak secara progresif dan serviks menjadi agak kebiruan (tanda Chadwick, tanda
kemungkinan kehamilan). Pada sekitar minggu ke-7 dan ke-8, terlihat pola pelunakan
uterus sebagai berikut: istmus melunak dan dapat ditekan (tanda Hegar), serviks
melunak (tanda Goodell), dan fundus pada serviks mudah fleksi (tanda McDonald).
Ini adalah tanda kemungkinan kehamilan. Setelah minggu ke-8, korpus uteri dan
serviks melunak dan membesar secara keseluruhan.
2) Vagina
Pada awal kehamilan, vagina dan serviks memiliki warna yang hampir biru
(normalnya, warna bagian ini pada wanita yang tidak hamil adalah merah muda).
Warna kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja hormon
progesteron. Sekresi vagina yang normalnya bersifat asam meningkat secara
bermakna.
Peningkatan keasaman (pH) mengakibatkan wanita hamil lebih rentan terkena infeksi
vagina, khususnya infeksi jamur. Diet yang mengandung gula dalam jumlah besar
dapat membuat lingkungan vagina cocok untuk infeksi jamur.
Stimulasi estrogen menyebabkan deskuamasi (eksfoliasi) sel-sel vagina yang kaya
glikogen. Sel-sel yang tanggal ini membentuk rabas vagina yang kental dan berwarna
keputihan, disebut leukore.
3) Payudara
Perubahan pada payudara yang membawa kepada fungsi laktasi disebabkan oleh
peningkatan kadar estrogen, progesteron, laktogen plasental, dan prolaktin. Stimulasi
hormonal ini menimbulkan proliferasi jaringan, dilatasi pembuluh darah dan
perubahan sekretorik pada payudara. Sedikit pembesaran pada payudara, peningkatan
sensitivitas dan rasa geli mungkin dialami, khususnya oleh primigravida, pada
kehamilan minggu ke-4.
14
Sensitivitas payudara bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri yang tajam. Puting
susu dan areola menjadi lebih berpigmen, terbentuk warna merah muda sekunder pada
areola, dan puting susu menjadi lebih erektil. Hipertrofi kelenjar sebasea yang muncul
di areola primer dan disebut tuberkel Montgomery dapat terlihat di sekitar puting
susu. Kelenjar sebasea ini mempunyai peran protektif sebagai pelumas puting susu.
Kelembutan puting susu terganggu, jika lemak pelindung ini dicuci dengan sabun.
Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah di bawah kulit berdilatasi.
Pembuluh darah yang sebelumnya tidak terlihat, sekarang terlihat, seringkali tampak
sebagai jalinan jaringan biru di bawah permukaan kulit. Kongesti vena di payudara
lebih jelas terlihat pada primigravida.
3.
Sistem kardiovaskuler
Penyesuaian
maternal
terhadap
kehamilan
melibatkan
perubahan
sistem
kardiovaskuler yang ekstensif, baik aspek anatomis maupun fisiologis. Adaptasi
kardiovaskuler melindungi fungsi fisiologi normal wanita, memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh saat hamil, dan menyediakan kebutuhan untuk perkembangan dan
pertumbuhan janin.
Adaptasi kehamilan pada sistem kardiovaskuler meliputi hemodilusi, tekanan darah,
dan daya pembekuan darah.
1) Hemodilusi
Volume darah selama kehamilan akan meningkat sebanyak 40-50% untuk memenuhi
kebutuhan bagi sirkulasi plasenta. Peningkatan volume mulai terjadi pada sekitar
minggu ke-10 sampai ke-12. Peningkatan volume merupakan mekanisme protektif.
Keadaan ini sangat penting untuk siistem vaskular yang mengalami hipertrofi akibat
pembesaran uterus, hidrasi jaringan janin dan ibu yang adekuat saat berdiri atau
terlentang, dan cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang selama proses
melahirkan dan puerperium.
Volume plasma meningkat lebih banyak daripada volume sel darah merah. Karena itu,
terjadi keadaan hemodilusi dengan penurunan kadar hemoglobin yang menyolok.
Keadaan ini disebut anemia fisiologis kehamilan dan mungkin menyebabkan keluhan
mudah lelah serta perasaan akan pingsan seperti yang dialami sebagian wanita hamil.
2) Tekanan darah
15
Peningkatan curah jantung terjadi akibat peningkatan volume darah. Jantung harus
memompa dengan kekuatan yang lebih besar, khususnya pada saat menjelang aterm,
sehingga terjadi sedikit dilatasi. Progesteron akan menimbulkan relaksasi otot-otot
polos dan menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah yang akan mengimbangi
peningkatan kekuatan dari jantung. Dengan demikian, tekanan darah harus mendekati
nilai pada keadaan tidak hamil. Walau demikian, seorang wanita hamil cenderung
mengalami hipotensi supinasio jika berbaring terlentang, karen vena kava inferior
akan tertekan oleh isi uterus.
3) Daya pembekuan darah
Daya pembekuan darah atau koagubilitas mengalami peningkatan selama kehamilan.
Hal ini dapat berakibat terjadinya trombosis vena. Jika koagubilitas ini tidak berhasil
ditingkatkan, maka pada saat melahirkan akan terdapat ancaman perdarahan yang
hebat.
4.
Sistem integumen
Kelenjar hipofise anterior yang dirangsang oleh kadar estrogen yang tinggi akan
meningkatkan sekresi hormon MSH (Melanophore Stimulating Hormone). Akibat
yang ditimbulkan oleh peningkatan kadar MSH bervariasi menurut warna kulit alami
wanita tersebut. Pigmentasi yang lebih gelap terjadi pada wajah (kloasma), garis
tengah abdomen (dari bagian atas umbilikus hingga rambut pubis: linea nigra), puting
dan areola mammae.
5.
Sistem pernafasan
Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan menyediakan
kebutuhan oksigen ibu dan janin. Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon
terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen uterus dan
payudara. Janin memerlukan oksigen dan suatu cara membuang karbondioksida.
Uterus yang membesar akan mendorong diafragma ke atas sehingga mengubah
bentuk toraks namun tidak mengurangi kapasitas paru. Frekuensi respirasi meningkat
untuk mendapatkan lebih banyak oksigen yang diperlukan. Keadaan ini dapat
menimbulkan sedikit hiperventilasi.
Selama masa hamil, perubahan pada pusat pernafasan menyebabkan penurunan
ambang karbondioksida. Progesteron dan estrogen diduga menyebabkan peningkatan
sensitivitas pusat pernafasan terhadap karbondioksida. Beberapa wanita mengeluh
mengalami dispnea saat istirahat.
6.
Sistem perkemihan
16
Perubahan pada traktus urinarius disebabkan oleh faktor hormonal dan mekanis.
Dengan pembesaran yang terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, uterus akan
lebih banyak menyita tempat dalam panggul. Dengan demikian, tempat bagi
pembesaran kandung kemih akan berkurang dan tekanan pada kandung kemih
semakin sering dirasakan. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya frekuensi
berkemih.
7.
Sistem pencernaan
Pada bulan-bulan awal masa kehamilan, sepertiga dari wanita hamil mengalami mual
dan muntah. Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar keadaan
ini merupakan reaksi terhadap peningkatan kadar hormon yang mendadak. Jika
berlangsung melebihi 14 minggu atau bila berat (hiperemesis), maka keadaan ini
dianggap abnormal.
f. Apa saja etiologi perdarahan pada kehamilan trimester I?
Perdarahan pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus,
misscarriage, early pregnancy loss.Penyebab abortus (early pregnancy loss)
bervariasi dan masih sering diperdebatkan.Umumnya lebih dari satu penyebab.
Penyebab terbanyak antara lain:





Faktor Genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik
a. Mendelian
b. Multifaktor
c. Robertsonian
d. Resiprokal
Kelainan Kongenital uterus
a. Anomali duktus Mulleri
b. Septum Uterus
c. Uterus bikornis
d. Inkompetensi serviks uterus
e. Mioma uteri
f. Sindroma Asherman
Autoimun
a. Aloimun
b. Mediasi imunitas humoral
c. Mediasi imunitas seluler
Defek fase luteal
a. Faktor endokrin eksternal
b. Antibodi antitiroid hormon
c. Sintesis Luteinizing-Hormone (LH) yang tinggi
Infeksi
17
Berbagai teori diajukan untuk mencoba meenerangkan peran infeksi terhadap
risiko abortus (early pregnancy loss), di antaranya sebagai berikut:
a. Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang
berdampak langsung pada janin atau unit fetoplasenta,
b. Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga
janin sulit bertahan hidup,
c. Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut
kematian janin,
d. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah (misal
Mikoplasma hominis, Klamidia, Ureaplasma urealitikum, Herpes Simpleks
Virus (HSV)) yang bisa mengganggu proses implantasi,
e. Amnionitis (oleh kuman gram positif dan gram
negatif,
Listeria
monositogenes),
f. Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, oleh karena virus selama
kehamilan awal (misalnya rubella, parvovirus B19, sitomegalovirus, koksakie


virus B, varisela-zooster, kronik sitomegalovirus).
Hematologik
Lingkungan
Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi gambaran tentang
penyebabnya. Pada skenario, perdarahan vagina kemungkinan disebabkan oleh
faktor infeksi kronis pada endometrium akibat penyebaran kuman genitalia bawah.
3. Since 1 year ago she has been complaining about vaginal discharge with smelly odor and
sometimes accompanied by vulvar itchy.
a. Apa hubungan vaginal discharge with smelly odor dan vulvar itchy terkait kasus?
Vaginal discharge dengan smelly odor dan vulvar itchy merupakan tanda-tanda
adanya infeksi di daerah vagina yang apabila tidak di obati ini akan menyebabkan
infeksi ascending ke daerah uterus. Pada kasus Mrs. Tari mengalami vaginal bleeding
dan abdominal cramping yang kita curigai sebagai tanda abortus. Jadi hubungan
vaginal discharge dengan smelly odor dan vulvar itchy merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya abortus pada kasus.
b. Bagaimana etiologi dan mekanisme vaginal discharge with smelly odor dan vulvar
itchy?
Etiologi: Infeksi pada vagina
Mekanisme:
Discharge dari vagina, bau tak sedap, dan gatal pada vulva menunjukkan adanya
infeksi yang kemungkinan ditularkan melalui senggama dengan suami (penyakit
menular seksual). Infeksi yang terjadi 1 tahun yang lalu dapat merupakan faktor
resiko untuk terjadinya abortus yang dialami Ny. Tari.
18
Pada 1 tahun yang lalu terjadi Syndrome Discharge Vagina (SDV) atau bakterial
vaginosis, flora normal vagina diubah melalui mekanisme yang belum jelas, yang
pada akhirnya menyebabkan peningkatan pH lokal. Hal ini mungkin karena terjadi
pengurangan Laktobacillus sp. di vagina yang kemudian menghasilkan hidrogen
peroksida. Lactobacillus sp. adalah organisme berbentuk batang besar yang membantu
menjaga pH asam vagina dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob
lain melalui elaborasi hydrogen peroksida. Biasanya, Lactobasillus sp. ditemukan
dalam konsentrasi tinggi pada vagina sehat. Pada bakterial vaginosis, populasi
laktobasilus sangat berkurang, sementara populasi berbagai bakteri anaerob lain
meningkat sehingga menyebabkan infeksi bakteri di daerah dinding vagina.
 Gatal pada vulva
Berikut adalah penyebab tersering dari rasa gatal di vagina :
Bacterial vaginosis
Adalah hal yang normal memiliki berbagai jenis bakteri di vagina. Tetapi jika
pertumbuhan bakteri tertentu berlebihan, maka akan terjadi infeksi. Selain rasa
gatal, gejala dari infeksi bacterial vaginosis lainnya adalah inflamasi, rasa terbakar,
keluar cairan berlebihan, dan bau amis.
Penyakit menular seksual
Ada beberapa penyakit menular seksual yang bisa menyebabkan gejala gatal dan
iritasi, yakni herpes genital, kutil kelamin, gonorhea, dan Chlamydia.
Infeksi jamur
Sekitar 3 dari 4 wanita pernah mengalami infeksi jamur dalam hidupnya. Kondisi ini
terjadi ketika jamur candida tumbuh berlebihan di vagina dan vulva. Kehamilan,
penggunaan antibiotik, dan sistem kekebalan tubuh yang rendah, bisa memicu
terjadinya infeksi jamur.
Menopause
Penurunan kadar estrogen yang terjadi di akhir masa reproduksi wanita bisa
menyebabkan dinding vagina tipis dan kering. Akibatnya lebih mudah terjadi iritasi
dan gatal. Tipisnya dinding vagina juga kerap dialami ibu menyusui.
Iritasi bahan kimia
Sejumlah bahan kimia yang terdapat dalam kondom, cairan pembersih vagina, gel
kontrasepsi, sabun detergen, sabun mandi, pakaian dalam, atau tisu toilet yang
wangi, juga bisa menyebabkan iritasi pada vagina.
19
Ciri
Normal
Kandidosis
Vaginosis
Keluhan
-
vulvovaginalis
Gatal, rasa terbakar,
bakterialis
Bau tidak sedap, Bau tidak sedap,
adanya secret, dysuria
gatal, adanya
gatal, adanya
Putih seperti keju
sekret
Encer, putih
secret
Berbusa,
kuning-hijau
>4,5
Busuk, seperti
Secret
Putih, jernih
Trikomiasis
pH vagina
Bau
3,8-4,2
-
<4,5
-
abu-abu
>4,5
Busuk, seperti
Sediaan
Epitel,
Pseudohifa, yeast bud,
bau ikan
bau ikan
Clue cells, whiff Trikomad, whiff
basah
laktobasilus,
leukosit (+)
(+), leukosit
mungkin (+),
sedikit
leukosit (+)
eksaserbasi seminggu
Tidak ada tanda
Vulva
sebelum menstruasi
peradangan di
eritematous
dan mereda setelah
vulva
difus atau
sedikit
Tanda dan
leukosit
-
-
gejala lain
menstruasi.
-
ekskoriasi
Eritem dan
pembengkakan di
labia dan vulva,
sering disertai lesi
papulopustula diskret
di perifer)
Dari gejala yang dialami oleh nyonya Tari 1 tahun yang lalu kemungkinan adanya
infeksi pada genitalia eksterna. Infeksi pada genitalia eksterna dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit. Penyebab pasti dalam kasus ini belum
dapat diketahui, namun mikroorganisme penyebab yang paling sering adalah :
Gatal disebabkan oleh infeksi yang merangsang lepasnya mediator-mediator
inflamasi. Ketika terjadi reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan keluarlah
histamin tersebut. Histamin terdiri dari dua macam, H1 dan H2. Histamin yang
menyebabkan gatal adalah H1. Prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi
lain akan meningkatkan efek histamin. H1 menyebabkan ujung serabut saraf C
pruritoseptif teraktivasi. Serabut saraf C tersebut kemudian menghantarkan impuls
sepanjang serabut saraf sensoris. Terjadi input eksitasi di Lamina-1 kornu dorsalis
20
susunan saraf tulang belakang. Hasil dari impuls tersebut adalah akson refleks
mengeluarkan transmiter yang menghasilkan inflamasi neurogenik. Setelah impuls
melalui pemrosesan di korteks serebri, maka akan timbul suatu perasaan gatal dan
tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk menggaruk bagian tertentu tubuh.
c. Bagaimana hubungan vaginal discharge with smelly odor dengan pekerjaan suami?
Etiologi: Infeksi pada vagina
Mekanisme:
Discharge dari vagina, bau tak sedap, dan gatal pada vulva menunjukkan adanya
infeksi yang kemungkinan ditularkan melalui senggama dengan suami (penyakit
menular seksual). Infeksi yang terjadi 1 tahun yang lalu dapat merupakan faktor
resiko untuk terjadinya abortus yang dialami Ny. Tari.
Pada 1 tahun yang lalu terjadi Syndrome Discharge Vagina (SDV) atau bakterial
vaginosis, flora normal vagina diubah melalui mekanisme yang belum jelas, yang
pada akhirnya menyebabkan peningkatan pH lokal. Hal ini mungkin karena terjadi
pengurangan Laktobacillus sp. di vagina yang kemudian menghasilkan hidrogen
peroksida. Lactobacillus sp. adalah organisme berbentuk batang besar yang membantu
menjaga pH asam vagina dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob
lain melalui elaborasi hydrogen peroksida. Biasanya, Lactobasillus sp. ditemukan
dalam konsentrasi tinggi pada vagina sehat. Pada bakterial vaginosis, populasi
laktobasilus sangat berkurang, sementara populasi berbagai bakteri anaerob lain
meningkat sehingga menyebabkan infeksi bakteri di daerah dinding vagina.
4. In the examination findings:
Height : 155 cm; weight : 50 kg
Blood pressure : 120/80 mmHg; Pulse = 80 x/m; RR = 20 x/m.
Palpebral conjunctival : normal
Breast : hyperpigmented
Abdomen : flat and soufflé, symmetric, uterine fundus is not palpable, there are no mass,
no painful tenderness and no free fluid sign
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik?
Pemeriksaan
BP
HR
RR
Palppebral
Hasil Pemeriksaan
120/80 mmHg
80 x/min
20 x/min
Normal
Nilai Normal
120/80 mm/Hg
60-100 x/min
16-24 x/min
Interpretasi
Normal
Normal
Normal
Normal
conjunctival
21
Breast
Hyperpigmented
Tidak
Abdomen
Flat and soufflé, symmetric,
ada Tanda
hiperpigmentasi
uterine
fundus
is
kehamilan
Normal
not
palpable, there are no mass,
no painful tenderness and
no free fluid sign
Pada pemeriksaan payudara, areola mammae ditemukan hiperpigmentasi. Adanya
hiperpigmentasi pada areolla mammae merupakan salah satu tanda presumtif yang
mengindikasikan bahwa Mrs. Tari telah hamil.
Pemeriksaan abdomen dapat membantu menyingkirkan dugaan keganasan seperti
neoplasma yang mungkin terjadi pada Mrs. Tari. Selain itu, fundus uteri pada
umumnya tidak teraba sampai usia gestasi 12 minggu.
Indeks Massa Tubuh (IMT) dari Mrs. Tari dapat dihitung dengan membagi berat
badan Mrs. Tari dalam satuan kilogram, dengan hasil dari kuadrat tinggi bada Mrs.
Tari dalam satuan meter.
Berdasarkan klasifikasi Departemen Kesehatan (Depkes), IMT dari Mrs. Tari
termasuk dalam kategori normal. IMT= 20.811.
Tabel 6.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh menurut Depkes
b.
Laki-Laki
Kurus
<17 kg/m2
Normal
17-23 kg/m2
Gemuk
23-27 kg/m2
Obesitas
>27 kg/m2
Obesitas
>27 kg/m2
Bagaimana cara pemeriksaan ginekologi eksternal?
1. Persiapan
2. Pemeriksaan fisik umum
3. Pemeriksaan khusus ginekologi
 Abdomen :
Inspeksi abdomen :
Perempuan
<18 kg/m2
18-25 kg/m2
25-27 kg/m2
>27 kg/m2
>27 kg/m2
a) Pembesaran perut kearah depan yang berbatas jelas umumnya disebabkan oleh
kehamilan atau tumor.
b) Pembesaran perut kearah samping umumnya terjadi pada asites.
c) Striae, jaringan parut, peristaltik.
Palpasi abdomen :
a) Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan atau rectum terlebih
dahulu.
22
b) Pasien diminta untuk berada pada posisi dorsal dan dalam keadaan santai.
c) Palpasi dilakukan dengan menggunakan seluruh telapak tangan berikut jarijari dalam keadaan rapat yang dimulai dari bagian hipochondrium secara
perlahan-lahan dan kemudian diteruskan kesemua bagian abdomen dengan
tekanan yang meningkat secara bertahap.
d) Melalui pemeriksaan ini ditentukan apakah :
– Terdapat “defance muscular” akibat peritonitis atau rangsangan peritoneum
yang lain.
– Apakah ada rasa nyeri tekan atau nyeri lepas.
– Dengan tekanan yang agak kuat serta menggunakan sisi ulnar telapak
tangan kanan dilakukan pemeriksaan untuk mencari kelainan lain dalam
cavum abdomen.
– Bila dijumpai adanya masa tumor dalam cavum abdomen, tentukan lebih
lanjut mengenai: lokasi tumor, bentuk, besar, batas dan konsistensi tumor,
permukaan tumor (rata, berbenjol-benjol), mobilitas dengan jaringan
sekitarnya, rasa nyeri tekan pada tumor
Pemeriksaan khusus palpasi abdomen: Leopold
Tujuan:
menentukan
tinggi fundus uteri dan
menentukan bagian janin
yang terletak pada fundus
uteri
(
bila
teraba
lembut, tidak simetris,
tidak
bokong,
melenting

bila teraba
bulat, keras, melenting  kepala)
23
Tujuan: menentukan bagian janin
yang berada disisi kanan/kiri
perut ibu,
bila teraba bagian
keras dan kontinyu sepanjang
salah
satu
sisi
ibupunggung,
perut
bila teraba
bagian kecil janin  ekstremitas
Tujuan :
Menentukan
bagian
janin yang terletak di
bagian bawah perut ibu
(bila
bulat,
keras,
melentingkepala, bila
teraba
lembut,
simetris,
tidak
tidak
melenting bokong) dan untuk menentukan apakah bagian terbawah janin sudah
masuk PAP, bila masih bisa digoyang belum masuk PAP
Tujuan :
Menentukan bagian janin
yang terletak di bagian
bawah
dan
Menentukan
berapa besar bagian janin
tersebut sudah masuk PAP
(Pintu Atas Panggul)
Perkusi abdomen :
24
Bila dijumpai adanya pembesaran perut, dengan perkusi dapat ditentukan apakah
pembesaran perut tersebut disebabkan oleh cairan bebas, udara (meteorismus)
atau tumor.
Auskultasi abdomen:
a) Penting untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan (dengan mencari

denyut jantung janin).
b)Diagnosa ileus (paralitik atau hiperdinamik).
c) Menentukan pulihnya bising usus pasca pembedahan.
Genitalia Eksterna
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
a)Lihat apakah ada ruam dan lesi di paha
b)Lihat apakah terdapat lice pada daerah pubis
c) Lihat lubang vagina dan perineum apakah terdapat ruam, lecet, dan warts
(condyloma accuminata)
d)Pisahkan labia mayora dengan dua jari dan nilai labia minora, clitoris,
urethral opening dan vaginal opening.
e) Palpasi labia minora di antara ibu jari dan jari telunjuk
f) Lihat apakah ada kemerahan (inflamasi), keputihan, tenderness, luka
bernanah atau bisul
g)Rasakan apakah terdapat ketidakteraturan atau benjolan
h)Periksa skene’s glands, urethra, bartholin’s gland
i) Nilai jika terdapat keputihan atau tenderness. Jika ada keputihan, lakukan
smear untuk gram’s stain dan tes untuk menguji keberadaan gonorrhea dan
Chlamydia
j) Minta ibu untuk menahan saat dilakukan pembukaan labia dan melihat adanya
dinding vagina anterior dan posterior yang menonjol
k) Perhatikan perineum. Permukaan tebal dan halus pada wanita yang belum
pernah melahirkan (nulipara), permukaan lebih tebal algid an kasar pada
wanita yang pernah melahirkan (multipara)
l) Kulit anus lebih berpigmen gelap dan mungkin tampak kasar
5. Internal examination:
25
Speculum examination: portio is livide, external os opens with blood come out from
external os, there are no cervical erotion, laceration or polyp.
Bimanual examination: cervix is soft, the external os opens,
no cervical motion
tenderness, uterine size about 8 weeks gestation, both adnexa and parametrium within
normal limit.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan dalam?
Masalah
Portio livide
Nilai normal
Merah muda
Interpretasi
Mekanisme Abnormal
Hamil
Adanya
hipervaskularisasi
(berwarna ungu)
mengakibatkan
vagina
dan
vulva
tampak lebih merah, agak kebiru-biruan
Abortus
(ungu / livide)
Pada awal abortus terjadi perdarahan
External os opens
Tidak ada
with blood come
pembukaan,
dalam deciduas basalis sehingga janin
out from external
tidak ada
kekurangan nutrisi dan O2, lalu terja
os
darah
diperubahan-perubahan
nekrotik
jaringan sekitar pada daerah nidasi,
infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan
akhirnya perdarahan per vaginam. Hal
tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas
sebagian
sehingga
atau
merupakan
seluruhnya,
benda
asing
didalam uterus. Hal ini menyebabkan
kontraksi uterus dimulai, dan segera
setelah itu terjadi pendorongan benda
asing
No cervical
Tidak ada
erotion,
ketiganya
laceration, polyp
Cervix soft
Keras (firm)
itu
Normal
(ekspulsi).
-
Hamil
Pada
keluar
kehamilan
rongga
juga
rahim
mengalami
perubahan karena hormon estrogen.
Akibat
adanya
kadar
estrogen
meningkat,
hipervaskularisasi,
meningkatnya suplai darah, retensi air,
serta hipertropi dan hiperplasi kelenjar
26
serviks,
maka
konsistensi
serviks
menjadi lunak yang disebut tanda
The external os
Tidak ada
opens
pembukaan
Abortus
Goodell.
Pada awal abortus terjadi perdarahan
dalam decidua basalis sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2, lalu terjadi
perubahan-perubahan nekrotik jaringan
sekitar pada daerah nidasi, infiltrasi selsel peradangan akut, dan akhirnya
perdarahan per vaginam. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing didalam uterus.
Hal ini menyebabkan kontraksi uterus
dimulai, dan segera setelah itu terjadi
pendorongan benda asing itu keluar
No cervical
-
Normal
rongga rahim (ekspulsi).
-
motion tenderness
Uterine size is
-
Hamil
Jika
terjadi
about 8 weeks
pertumbuhan
gestation
setelah
kehamilan,
uterus
implantasi
terjadi
yang
dimulai
dengan
proses
hyperplasia dan hipertrofi sel. Hal ini
terjadi
akibat
pengaruh
hormon
estrogen dan progesteron. Pembesaran
uterus ini merupakan akibat dari :
1. Peningkatan vaskularisasi dan
dilatasipembuluh darah;
2. Hiperplasia dan hipertrofi, dan
3. Perkembangan desidua
Both adnexa and
-
Normal
-
parametrium are
within normal
limit
27
b. Bagaimana cara pemeriksaan ginekologi internal?
Pemeriksaan dengan spekulum
Posisi spekulum dalam vagina
a) Penjelasan pada pasien terlebih dulu mengenai prosedur pemeriksaan inspekulo
b)
c)
d)
e)
f)
dan manfaat dari pemeriksaan ini
Pasien diminta persetujuannya untuk pemeriksaan inspekulo
Pastikan bahwa pasien sudah mengosongkan vesika urinaria dan atau rectum
Pasien berada pada posisi lithotomi
Kenakan sarung tangan
Persiapkan spekulum bi-valve yang sesuai, atur katub dan tuas sehingga
spekulum siap digunakan.
g) Hangatkan spekulum bi-valve dengan ukuran yang sesuai dan bila perlu beri
lubrikasi
h) Pisahkan labia dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri dari sisi atas
i) Spekulum bi-valve dalam keadaan tertutup dimasukkan vagina dalam posisi
miring menjauhi dinding vagina sebelah depan dan meatus urtehrae eksternus
j) Setelah berada didalam vagina, spekulum diputar 90 0 dan diarahkan pada fornix
posterior
k) Setelah mencapai fornix posterior, tuas spekulum ditekan sehingga spekulum
terbuka secara optimal (kedua bilah saling menjauh) dan portio terpapar dengan
baik.
28
l) Lakukan pengamatan pada porsio dan fornix vaginae dengan baik. Lepaskan tuas
spekulum, tarik keluar spekulum perlahan-lahan sambil diputar secara bertahap
sejauh 900. Lakukan pengamatan pada keadaan permukaan vagina saat menarik
keluar spekulum
m) Spekulum dikeluarkan pada posisi vertikal seperti pada saat dimasukkan. Setelah
melakukan pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan diteruskan dengan pemeriksaan
vaginal toucher untuk melakukan.
Pemeriksaan bimanual
a) Basahkan jari telunjuk dan jari tengah dengan air bersih atau sedikit secret vagina
b) Pisahkan labia dengan dua jaridari tangan yang lainnya dan dengan perlahan dan
lembut masukan jari telunjuk dan jari tengah ke dalam vagina. Sambil melakukan
sedikit tekanan ke bawah (jauh dari kandung kemih) secara bertahap masukan
kedua jari sepenuhnya sambil memutar tangan sehingga telapak tangan
menghadap atas sampai menyentuh servix. Pada titik ini, ibu jari harus menunjuk
secara anterior dengan jari manis dan kelingking terlipat ke dalam telapak tangan
c) Ikuti jaringan ikat anterior vagina sampai servix teraba
d) Cervix pada ibu yang tidak sedang hamil terasa seperti ujung hidung. Pada saat
hamil servix lebih lembut, lebih besar dan terasa seperti bibir
e) Rasakan ukuran, panjang dan bentuk servix. Perhatikan posisi dan konsistensi
f) Posisi servix seringkali menunjukkan posisi korpus uterus
g) Gerakan servix secara lembut dari satu sisi ke sisi lain diantara kedua jari. Servix
seharusnya dapat digerakkan ke semua sisi tanpa menyebabkan ketidaknyamanan
atau rasa sakit pada ibu. Jika ibu merasa sakit, dapat menjadi indikasi adanya
infeksi pada uterus atau adnexa
h) Untuk merasakan badan uterus, letakkan jari-jari pelvic hand pada ruang
belakang servix dengan telapak tangan menghadap ke atas. Lalu letakan tangan
yang lain secara mendatar pada abdomen, diantara umbilicus dan tulang pubis
i) Perlahan-lahan geser abdominal hand ke arah simpisis pubis dengan menekan ke
bawah dan ke depan (ke arah uterus) menggunakan permukaan jari-jari. Pada saat
yang sama, tekan ke dalam dank e atas menggunakan jari tangan yang berada di
29
dalam vagina, berusaha menangkap uterus diantara kedua jari-jari tangan. Jika
uterus bersifat anteverted, akan terasa fundus diantara jari-jari kedua tangan,
sekitar 2-4 cm di atas tulang pubis
j) Pada saat palpasi, nilai ukuran, bentuk, lokasi, konsistensi, mobilitas, nyeri
k) Selanjutnya temukan ovarium. Ovarium biasanya terletak di belakang dan di
kedua sisi dari uterus
l) Untuk memeriksa ovarium kanan, gerakan jari telunjuk pelvic hand persis di
bawah dan di samping servix di dalam lateral fornix. Gerakan abdominal hand ke
sisi yang sama dan searah dengan uterus. Tekan secara posterior dengan tangan
tersebut dan secara anterior dengan pelvic hand. Dengan lembut temukan jari-jari
kedua tangan dan gerakan kea rah simpisis pubis. Ovarium dapat dirasakan
bergerak diantara jari-jari. Pegang ovarium dengan lembut karena tekanan pada
ovarium yang normal dapat menyebabkan nyeri.
m) Catat ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas, dan nyeri dari masa yang ada
n) Ulangi prosedur untuk ovarium yang lain.
o) Sebelum mengeluarkan jari tangan periksa, dengan lembut tekan secara posterior
untuk memeriksa apakah ada nyeri atau masa pada cul-de-sac (ruang di belakang
uterus dan di depan rectum)
p) Jika pemeriksaan rektovaginal tidak dilakuka, lanjutkan ke menyelesaikan
pemeriksaan
Pemeriksaan rektovaginal
a) Lubrikasi kedua jari, kemudian perlahan-lahan masukan jari tengah tangan
periksa ke dalam rectum dan jari telunjuk ke dalam vagina. Saat melakukan minta
klien bernapas melalui mulut (membantu melemaskan otot rectum)
30
b) Jaringan di antara kedia jari disebut rectovaginal septum dan ukuran ketebaln
tidak lebih dari 2-4 mm
c) Tekan ke bawah dengan kuat dan dalam dengan tangan lainnya (abdominal hand)
berada di atas tulang pubis sementara jari yang berada dalam vagina menekan
servix secara anterior
d) Gunakan jari yang berada dalam rectum untuk merasakan permukaan posterior
uterus dalam menentukan apakah mengarah ke rectum. Uterus seharusnya terasa
halus. Geser jari dalam rectum ke atas sampai fundus dapat terasa.
e) Periksa apakah ada nyeri atau masa di antara permukaan posterior dari uteru dan
rectum. Hal ini menunjukkan adanya endometriosis
f) Setelah selesai melakukan pemeriksaan rectovaginal, keluarkan kedua jari secara
perlahan
c. Bagaimana gambaran USG pada kehamilan 8 minggu?
d. Bagaimana antenatal care terhadap ibu dengan usia hamil tua?
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa
kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
31
dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk
menjalani persalinan normal. Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai
risiko mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus
dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang
berkualitas.
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi:
a) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
berlangsung sehat;
b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
c) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
d) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi.
e) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan.
f) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan
gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit.
Kerangka konsep antenatal komprehensif dan terpadu
Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang
kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
32
Ukur lingkar lengan atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil
berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energy kronis disini maksudnya ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah e” 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria)
Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.
Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.
Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum
masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi
TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.
Beri tablet tambah darah (tablet besi),
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
33
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:

Pemeriksaan golongan darah,
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis
golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah

yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin dalam kandungan.
Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua
dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya

preeclampsia pada ibu hamil.
Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama

pada akhir trimester ketiga).
Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non

endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil
yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin

pada kehamilan.
Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu
hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling
kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk

menjalani tes HIV.
Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi
34
kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
Amniosentesis
Pada ibu dengan usia saat hamil di atas 38 tahun, maka perlu dilakukan juga
pemeriksaan amniosentesis pada kehamilan 16-19 minggu. Pemeriksaan ini untuk
mencari kelainan kromosom pada janin atau adakah kemungkinan idiot, imbisil, down
syndrome, dan sebagainya. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan untuk ibu hamil yang
membawa risiko atau yang pada kehamilan sebelumnya memiliki anak yang
mengalami kelainan kromosom
Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.
KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:

Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke
tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup

selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.
Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan
misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan
menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta

melakukan olah raga ringan.
Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami
dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya
persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini
penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera

dibawa ke fasilitas kesehatan.
Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun
35
hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tandatanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga

kesehtan kesehatan.
Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup
dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh
kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum

tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
Gejala penyakit menular dan tidak menular
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya
penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi)

karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko
tinggi)
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan
ibu dan anak. Ibu hamil diberika penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu
ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka
dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya
apabila ibu hamil tersebut HIV negative maka diberikan bimbingan untuk tetap

HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera
setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting

untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan
untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri

sendiri, anak, dan keluarga.
Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk

mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi
pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.
6. Hb 11 g/dL; WBC 12.000/mm3; ESR 15 mm/hour Peripheral Blood Image: WNL
Urine: Pregnacy test (β-HCG) positive
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan lab?
36
No Pemeriksaan Ny. Tari
Normal
1
Hb
11 g/dl
11-14 g/dl
2
WBC
12.000/mm³ 6.0003
14.000/mm³ (manifestasiresponimun)
15
Normal
ESR
15
mm/hour
4
Peripheral
mm/hour
WNL
5
Blood Image
Urine:
+
(+)
Pregnancy
Interpretasi
Normal
Leukositosis
Normal
Normal
saathamil
test (βhcg)
Kadar (IU/L)
<5
5-25
>25
Interpretasi
Negative
Equivocal
Positive
Kadar Beta-HCG
Beta-HCG sudah bisa terdeteksi pada hari ke 6 - 12 setelah implantasi
Peningkatankecepatankenaikan beta-HCG padakehamilan

b-HCG menjadi 2 kali lipat setiap 1,5 hari untuk 5 minggu post implantasi

b-HCG menjadi 2 kali lipat setiap 3,5 hari mulai dari minggu ke 7 post implantasi
Kehamilan ektopik dan abortus bisa diindikasikan oleh :
37



kadar b-HCG yang menurun
berkuran
gnya kecepatan kenaikkan b-HCG
Hipotesis
Mrs. Tari 37 yo G3P2A0, dengan suspek abortus insipien dengan kehamilan 8 minggu
a. Cara penegakan diagnosis?
Anamnesis
Keluhan utama :
-
 Perdarahan pervaginam
 Amenorea (sejak 8 minggu lalu)
 Kram perut
 Mual, muntah, tenderness mamae
 Discharge vagina sejak 1 tahun lalu
 Punya 2 anak, anak terkecil berusia 6 tahun
Pemeriksaan fisik
Tinggi = 155 cm; Berat = 50 kg; Tekanan Darah = 120/80 mmHg; Denyut nadi =
80x/menit; Frekuensi nafas = 20x/menit; Konjungtiva palpera = normal; Payudara
-
hiperpigmentasi.
Pemeriksaan eksternal:
Abdomen datar dan soufflé, simetris, fundus uteri tidak teraba, tidak ada massa,
-
tidak ada tenderness, dan tidak ada tanda cairan bebas.
Pemeriksaan internal:
Pemeriksaan spekulum: Portio livide, darah keluar dari ostium uteri externa, tidak
-
ada erosi serviks, laserasi, atau polip.
Pemeriksaan bimanual:
Serviks lembut, ostium uteri externa terbuka, tidak ada motion tenderness pada
serviks, ukuran uterus kira-kira 8 minggu kehamilan, adneksa dan parametrium
-
dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang
Laboratoris: Anemia ringan, leukositosis. Pemeriksaan urin  kadar βHCG (+)
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang telah
dilakukan
dapat
ditegakkan
diagnosis
Abortus
Insipiens
dengan
mempertimbangkan:
Tidak haid sejak 8 minggu lalu, sering mual,muntah, hiperpigmentasi dan
tenderness mamae, serviks lembut, ukuran uterus sesuai kehamilan 8 minggu,
-
tes urin βHCG (+)  Ny. Tari hamil
Perdarahan pervagina (belum pengeluaran hasil konsepsi), kram perut, ostium
uteri terbuka  abortus yang sedang mengancam (ciri Abortus insipiens).
Pemeriksaan Penunjang Lain
38
-
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
-
atau sudah mati.
Kultur secret vagina untuk menentukan penyebab infeksi
Pemeriksaan Histopatologi (kuretase) sebagai Gold Standar pemeriksaan
-
pasien dengan diagnosis Abortus
b. Diagnosis banding?
Adapun diagnosis banding abortus adalah sebagai berikut:
-
Kehamilan ektopik terganggu
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan amenore, rasa nyeri di perut
bagian bawah yang tiba-tiba disertai perdarahan pervaginam yang menyebabkan
penderita pingsan dan masuk dalam keadaan syok, adanya nyeri goyang pada
pemeriksaan vaginal, kavum douglas menonjol dan nyeri, pada pemeriksaan
USG umumnya ditemukan gambaran uterus yang tidak ada kantong gestasinya
-
dan mendapatkan gambaran kantong gestasi yang berisi mudigah di luar uterus.
Mola hidatidosa
Pada mola hidatidosa tinggi fundus uteri umumnya lebih besar dari lama
kehamilan. Amenorea, perdarahan pervaginam dan kadang-kadang pada darah
yang keluar terdapat gelembung mola didalamnya, reaksi kehamilan HCG
positif, pada pemeriksaan USG ditemukan gambaran khas, yaitu berupa badai
-
salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb).
Perdarahan implantasi
Dapat timbul sekitar saat haid yang diperkirakan. Biasanya jumlahnya lebih dari
banyak dari darah haid pertama siklus yang normal, tidak ada nyeri atau nyeri
pinggang penyerta.
c. Diagnosis kerja?
Cara penegakan diagnosis :
Anamnesis
Keluhan utama :
 Perdarahan pervaginam
 Amenorea (sejak 8 minggu lalu)
 Kram perut
 Mual, muntah, tenderness mamae
 Discharge vagina sejak 1 tahun lalu
 Punya 2 anak, anak terkecil berusia 6 tahun
Pemeriksaan fisik
Tinggi = 155 cm; Berat = 50 kg; Tekanan Darah = 120/80 mmHg; Denyut nadi =
80x/menit; Frekuensi nafas = 20x/menit; Konjungtiva palpera = normal; Payudara
-
hiperpigmentasi.
Pemeriksaan eksternal:
39
-
Abdomen datar dan soufflé, simetris, fundus uteri tidak teraba, tidak ada massa,
-
tidak ada tenderness, dan tidak ada tanda cairan bebas.
Pemeriksaan internal:
Pemeriksaan spekulum: Portio livide, darah keluar dari ostium uteri externa, tidak
-
-
ada erosi serviks, laserasi, atau polip.
Pemeriksaan bimanual:
Serviks lembut, ostium uteri externa terbuka, tidak ada motion tenderness pada
serviks, ukuran uterus kira-kira 8 minggu kehamilan, adneksa dan parametrium
-
dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang
Laboratoris: Anemia ringan, leukositosis. Pemeriksaan urin  kadar βHCG (+)
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang telah
dilakukan dapat ditegakkan diagnosis Abortus Insipiens dengan mempertimbangkan:
-
Tidak haid sejak 8 minggu lalu, sering mual,muntah, hiperpigmentasi dan
tenderness mamae, serviks lembut, ukuran uterus sesuai kehamilan 8 minggu, tes
-
urin βHCG (+)  Ny. Tari hamil
Perdarahan pervagina (belum pengeluaran hasil konsepsi), kram perut, ostium
uteri terbuka  abortus yang sedang mengancam (ciri Abortus insipiens).
Pemeriksaan Penunjang Lain
-
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup atau
-
sudah mati.
Kultur secret vagina untuk menentukan penyebab infeksi
Pemeriksaan Histopatologi (kuretase) sebagai Gold Standar pemeriksaan pasien
-
dengan diagnosis Abortus14
 Diagnosis kerja :
Nyonya Tari, 37 tahun mengalami inevitable abortus et causa infeksi
d. Definisi?
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang
berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram
(Manuaba, 2007). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2008).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun
buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur kehamilan
dan berat badan. Dengan lain perkataan abortus adalah terminasi kehamilan sebelum
20 minggu atau dengan berat kurang dari 500 g (Handono, 2009).
e. Etiologi?
40
Perdarahan pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus,
misscarriage, early pregnancy loss. Penyebab abortus (early pregnancy loss)
bervariasi dan masih sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab.
Penyebab terbanyak antara lain:

Faktor Genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik
o Mendelian
o Multifaktor
o Robertsonian
o Resiprokal

Kelainan Kongenital uterus
o Anomali duktus Mulleri
o Septum Uterus
o Uterus bikornis
o Inkompetensi serviks uterus
o Mioma uteri
o Sindroma Asherman
 Autoimun
o Aloimun
o Mediasi imunitas humoral
o Mediasi imunitas seluler
 Defek fase luteal
o Faktor endokrin eksternal
o Antibodi antitiroid hormon
o Sintesis Luteinizing-Hormone (LH) yang tinggi
 Infeksi
Berbagai teori diajukan untuk mencoba meenerangkan peran infeksi terhadap
risiko abortus (early pregnancy loss), di antaranya sebagai berikut:
o Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang
berdampak langsung pada janin atau unit fetoplasenta,
o Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga
janin sulit bertahan hidup,
o Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut
kematian janin,
o Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah (misal
Mikoplasma hominis, Klamidia, Ureaplasma urealitikum, Herpes Simpleks
Virus (HSV)) yang bisa mengganggu proses implantasi,
o Amnionitis (oleh kuman gram positif dan gram negatif, Listeria
monositogenes),
o Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, oleh karena virus selama
kehamilan awal (misalnya rubella, parvovirus B19, sitomegalovirus,
koksakie virus B, varisela-zooster, kronik sitomegalovirus).
41
 Hematologik
 Lingkungan
Pada skenario, Abortus kemungkinan disebabkan oleh faktor infeksi kronis. Hal ini
ditandai dengan adanya sekret vagina berbau busuk dan vulvar itchy yang dialami
oleh mrs. Tari semenjak satu tahun yang lalu.
f. Epidemiologi?
Lebih dari 80 % kasus abortus terjadi pada 12 minggu pertamak dan setelah itu
angka ini cepat menurun. Frekuensi abortus yang secara klinis meningkat dari 12 %
pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 % pada mereka yang usianya
lebih dari 40 tahun. Akhirnya inseiden abortus meningkat apabila wanita tersebut
hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi aterm.
Dari data hasil studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus spontan, pasangan
punya resiko 15 % untuk mengalami keguguran lagi sedangkan bila pernah 2 kali
risikonya meningkat 25 %, dan jika 3 kali berrutan adalah 30-45 %.
g. Faktor risiko?
Usia ibu
Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
Riwayat infertilitas
Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit
imunologi sistemik)
Berbagai macam infeksi ( variola, CMV, toxoplasma)
Paparan dengan berbagai mcam zat kimia
Trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
Kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
h. Klasifikasi?
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
a. Menurut terjadinya dibedakan atas:
Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja
atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, sematamata
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
b. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpaindikasi
medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat. Abortus ini
terbagi lagi menjadi:
 Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa
ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.
42

Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :

Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadiny abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi

masih baik dalam kandungan.
Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi

masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri

dan masih ada yang tertinggal.
Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri

pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi

seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut.
 Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
 Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis (Prawirohardjo, 2009).
i. Patogenesis?
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum.Granula
korteks didalam ovum atau oosit sekunder berfusi dengan membrane plasma sel,
sehingga enzim didalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona
pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama
lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa
lain.
Kedua pronukleus saling mendekati membentuk zygot yang terdiri dari bahan
genetik perempuan dan laki-laki.Pada manusia terdapat 46 kromosom yaitu 44
kromosom autosom dan 2 kromosom kelamin. Dalam beberapa jam setelah
pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zygot. Hal ini dapat berlangsung oleh
karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Dalam 3
hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya, hasil konsepsi berada dalam
stadium morula dimana sebelumnya telah terjadi pembelahan-pembelahan yang di
43
peroleh dari vitelus, hingga volume vitelus ini makin berkurang yang akhirnya terisi
seluruhnya oleh morula.
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang
disebut blastokista dimana bagian luarnya adalah jaringan tropoblas dan dibagian
dalamnya disebut massa sel dalam (inner cell mass) pada satu kutub. Blastokista itu
sendiri tertanam diantara jaringan sel epitel dari mukosa uterus pada hari ke 6-7
setelah ovulasi.Kemudian terjadi diferensiasi menjadi masa sinsitial.Pada hari ke-8,
trofoblas
berdiferensiasi
sintitiotrofoblast)
dan
menjadi
membentuk
lapisan
lapisan
luar
dalam
(outer
(primitive
multinucleated
mononuclear
sytotrofoblast). Kemudian massa sinsitial berpenetrasi diantara sel epitel dan akan
segera menyebar ke stroma. Pada hari ke-9 vakuola atau lakuna muncul pada
sinsitial dan akan segera membesar kemudian akan segera menyatu. Pembentukan
dari sirkulasi uteroplasenta yang potensial terjadi ketika kapiler vena ibu
bersentuhan dengan sinsitial maka darah akan dapat lewat melalui sistem lakuna.
Lakuna akan menjadi daerah intervilus dari plasenta. Pada hari 12-13 setelah
fertilisasi, blastokista sudah sepenuhnya melekat pada stroma desidua sehingga
epitel dari permukaan uterus akan terus tumbuh. Hal ini menandakan bahwasanya
tahap awal dari implantasi akan disertai dengan sedikit nekrosis dari jaringan atau
reaksi inflamasi dari jaringan mukosa. Setelah fase inisial nidasi, diferensiasi dari
trofoblas dapat terjadi pada dua jalur utama yaitu villous dan ekstra villous.Hal ini
berguna untuk mempertimbangkan kedua jenis dari jalur diferensiasi yang
dipisahkan oleh kedua fungsi dari kedua trofoblas ini dan tipe dari sel maternal,
dimana masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.Villus trofoblas sepenuhnya
menutupi seluruh villi chorialis plasenta dan berfungsi untuk transportasi nutrisi dan
oksigen dari ibu ke janin.Dalam 2 minggu perkembangan konsepsi, trofoblas invasif
telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium, kemudian terbentuk
sinus intertrofoblastik yang merupakan ruangan yang berisi darah maternal. Sirkulasi
darah janin ini berakhir dilengkung kapiler ( capillary loops ) didalam vili korialis
yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri
spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vili korialis akan tumbuh menjadi
suatu massa jaringan yaitu plasenta. Hasil konsepsi diselubungi oleh jonjot-jonjot
yang dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion.Korion ini terbentuk oleh
karena adanya chorionic membrane.Selain itu, vili korialis yang berhubungan
dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, korion tersebut
44
dinamakan korion frondosum.Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding
pembuluh darah janin dan lapisan korion.
Didapati bahwa trombosis dari pembuluh darah uteroplasenta akan menyebabkan
perfusi ke plasenta terganggu. Kegagalan pada endovaskular dan interstisial dari
diferensiasi extravillus trofoblas akan menyebabkan abortus pada awal kehamilan.
Pada kasus lain dari abortus spontan pada awal kehamilan, sinsitial extravillous
trofoblas tidak mencapai arteri spiralis. Hal ini menyebabkan arteri tidak berpulsasi
dan suplai darah yang melalui arteri spiralis tidak akan adekuat sampai akhir
kehamilan trimester pertama yang menyebabkan terjadinya abortus spontan.
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya
kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua
dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari
hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan
pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang
cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.Plasenta mungkin sudah
berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri.Jenis
ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.Pada kehamilan
minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya
plasenta beberapa saat kemudian.Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam yang banyak.Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa
nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam
j. Manifestasi klinis?
Gejala saat ini
- Nyeri abdomen; kram suprapubik intermiten, progresif diakibatkan oleh
-
kontraksi uterus yang menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks
Perdarahan per vaginam; jumlah perdarahan cenderung sangat bervariasi.
Beberapa pasien berdarah hebat, sementara lainnya mungkin menunjukan gejala
minimum
45
-
Riwayat haid; meskipun sebagian besar abortus timbul sebelum 12 minggu
setelah siklus haid terakhir, namun abortus yang lambat dapat terjadi setelah
trimester kedua
- Kebocoran cairan amnion; selaput amnion pecah
Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan umum; suhu, nadi, tekanan darah dan pernapasan biasanya normal
- Pemeriksaan abdomen; abdomen lunak dan tidak nyeri tekan. Uterus dapat
-
teraba per abdomen, tergantung umur kehamilan
Pemeriksaan pelvis; pada pemeriksaan speculum, sering serviks mendatar dan
berdilatasi. Selaput amnion dapat terlihat menonjol melalui serviks atau dapat
robek, dengan cairan amnion ada di dalam vagina. Pemeriksaan bimanual
menunjukan uterus membesar dan lunak. Adneksa normal.
k. Tatalaksana?
- Pasien harus dirawat di rumah sakit (tirah baring total)
Karena tidak ada kemungkinan kelangsungan hidup bagi janin pada abortus
insipiens, maka oksitosin diberikan intravena (20 unit dalam 1000 ml larutan
ringer laktat) untuk memajukan kelahiran janin
Tindakan dan observasi yang cermat terhadap semua bahan yang keluar dari
vagina. Untuk memisahkan setiap bekuan darah guna melihat apakah bekuan
tersebut mengandung janin atau tidak, harus menggunakan pinset. Semua bahan
yang keluar dari vagina disimpan dan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa
Pengawasan sering dan akurat terhadap tanda vital (suhu tubuh, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, tekanan darah)
Analgesik mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri atau ketakutan
Makanan dan mungkin pula minuman tidak boleh diberikan karena pada keadaan
ini dapat diperlukan anastesi umum
Darah diambil untuk pemeriksaan Hb, golongan darah dan pencocokan silang
(cross-matching)
Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam, uterus harus dikosongkan dengan
menggunakan forceps ovum, alat kuret dan kanula penghisap; semua bahan yang
diperoleh pada tindakan ini dikirim untuk pemeriksaan patologi.
Apabila janin lahir sebelum 24 jam pun dibutuhkan kuretase bila ada
kemungkinan jaringan plasenta tertinggal
Sebelum kuretase, pasien diminta mengosongkan kandung kencingnya dan mulai
diberikan cairan intravena (biasanya dekstrosa 5% dalam larutan RL yang
mengandung 20 unit oksitosin per 1000 mL) Oksitosin membantu mengurangi
kecepatan erdarahan dengan merangsang kontraksi uterus sementara kuretase
dilakukan
46
Analgesik sistemik (alfaprodin atau meperidin hidroklorida) atau sedative
sistemik (prometazin hidroklorin atau diazepam) atau keduanya dapat diberikan
untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien.
Ukuran, bentuk dan posisi uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual.
Spekulum steril dimasukan dke dalam vagina dan serviks dilihat. Vagina atas dan
serviks dibersihkan dengan larutan antiseptic ringan seperti providon-yodium.
Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. Setiap jaringan plasenta yang ada
dalam bagian segmen bawah uterus atau kanalis servikalis diangkat dengan
forsep ovum atau forsep spons. Blok paraservikal dengan memakai lidokain 1%
dapat mengurangi ketidaknyamanan pasien
Karena serviks sudah berdilatasi oleh lewatnya jaringan plasenta atau janin
sebelumnya, maka sebuah kanula penghisap 8 atau 10 mm biasanya dapat
dimasukan dengan mudah melalui kanalis servikalis. Kemudian kanula
dihubungkan kea lat penghisap dengan pipa vakum. Penghisap dibentuk sampai
70 mmHg; kanula diputar lembut sampai aliran darah dan jaringan berhenti.
Seluruh jaringan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan patologi.
Jika diduga ada sisa jaringan plasenta setelah aspirasi uterus, maka kavum uteri
dieksplorasi dengan sebuah forsep ovum atau kuret atau keduanya
Setelah tindakan selesai, maka dapat diberikan suntikan 0,2 mg metilergonovin
atau ergonovin im untuk merangsang kontraksi uterus dan meminimumkan
perdarahan lebih lanjut.
Jika tidak ada komplikasi, maka pasien dapat dipulangkan setelah suatu masa
observasi (biasanya 2-4 jam) dengan resep untuk 6 tablet ergonovin atau
metilergonovin per oral (3x1 tablet/hari selama 2 hari). Sebagai tambahan, pasien
dapat diberikan resep untuk obat analgesic (325 mg asetaminofen dengan 30 mg
kodein, atau 50 mg pentazosin). Setiap pasien harus dianjurkan untuk mendapat
tambahan besi untuk memulihkan Hb
Jika perdarahan hebat, maka transfuse darah mungkin dibutuhkan
Sementara memenuhi semua aspek jasmaniah yang penting dalam perawatan
pasien abortus insipiens, perhatian terhadap kebutuhan emosional dari wanita
yang mengalami abortus dan suaminya juga tidak boleh terlupakan. Privasi dan
beberapa kelonggaran pada rutinitas di rumah sakit harus sudah diatur untuk
memungkinkan pasangan suami istri tersebut berada bersama selama menghadapi
masa sulit ini.
Pendidikan pasien: pasien harus dinasihati bahwa ia akan dapat mengalami
perdarahan seperti haid yang intermiten dank ram selama minggu berikutnya.
47
Meskipun ia dapat memulai aktivitasnya yang biasa segera setelah ia merasa baik,
senggama dan pencucian (douching) harus ditunda selama 2 minggu. Biasanya
siklus haid berikutnya terjadi dalam 4-5 minggu.
l. Tatalaksana secara edukatif dan family planning?
Preventif


Karena ini kasus infeksi  tingkatkan higienitas
Melakukan kontrasepsi  dengan tujuan mencegah kehamilan (bisa dengan KB

sterilisasi dengan tubektomi)
Menghindari kehamilan pada usia rentan
PemantauanPascaAbortus
Syarat-syarat memula imetode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak
diinginkan :

Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.

Metode kontrasepsi pasca abortus :
 Kondom
-Waktu aplikasinya segera.
- Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien.
- Dapat mencegah penyakit menular seksual
 Pilkontrasepsi
- Waktu aplikasinya segera.
- Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur
 Suntikan
- Waktu aplikasinya segera.
- Konseling untuk pilihan hormone tunggal atau kombinasi
 Implan
- Waktu aplikasinya segera.
- Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi
jangka panjang.
 Alat kontrasepsi dalam rahim
- Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali.
- Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai
adanya infeksi
48
 Tubektomi
- Waktu aplikasinya segera.
- Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.
- Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas.
- Jika hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.
- Sediakan metode alternatif (sepertikondom).
m. Komplikasi?
Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan
persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi
komplikasi.
Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh
syok.
Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat
(syok endoseptik).
Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek
infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat
berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi
klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobinemia intensif, maka gagal
ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai
dialisis yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolik menjadi berat.
49
n. Prognosis?
Prognosis bonam apabila perdarahan telah berhenti, keluhan nyeri hilang, dan hasil
konsepsi telah dikeluarkan seluruhnya.
o. SKDI?
SKDI kasus Abortus spontan inkomplit adalah 3B.
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana
atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
LEARNING ISSUE
Perdarahan pada Kehamilan Muda
Perdarahan sebenarnya dapat terjadi bukan saja pada masa kehamilan tetapi juga masa
persalinan maupun masa nifas. Penatalaksanaan dan prognosa kasus perdarahan selama
kehamilan, sangat tergantung pada umur kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan dari
fetus dan sebab dari perdarahan. Setiap perdarahan dalam kehamilan harus dianggap sebagai
keadaan akut berbahaya dan serius dengan resiko tinggi karena dapat menimbulkan kematian
ibu dan janin. Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal
kehamilan dan sebagian mengalami abortus. Hal ini akan menimbulkan ketidakberdayaan
dari wanita sehingga ditinjau dari suatu kesehatan akan sangat ditanggulangi untuk
meningkatkan keberdayaan seorang wanita.
Ada beberapa keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan pada awal kehamilan
seperti imlantasi ovum, karsinoma servik, abortus, mola hidatidosa, kahamilan ekopik,
menstruasi, kehamilan normal, kelainan lokal pada vagina/servik seperti varises, perlukaan,
erosi dan polip, semua keadaan ini akan menurunkan keberdayaan seorang wanita.
Definisi
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan kematian.
Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada kehmilan kurang dari
22 minggu.
Keadaan yang menimbulkan perdarahan
Ada beberapa keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan pada awal kehamilan, antara
lain:
1.
Keguguran atau abortus
2.
Kehamilan Ektopik Terganggu
50
3.
Mola Hidatidosa
Gambaran Klinis
Perdarahan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat, akan mengakibatkan volume
darah intravaskular berkurang; untuk menjaga aliran darah ke organ-organ vital (otak,
jantung, paru), pembuluh darah ke organ usus, uterus, ginjal, otot, kulit meningkat.
Perdarahan yang berkepanjangan tanpa penanganan yang baik akan menimbulkan hipoksi
pembuluh darah organ-organ. Pembuluh darah yang mengalami hipoksi berubah dari
vasokontriksi menjadi vasodilatasi, akibatnya aliran darah intravaskular semakin lambat,
sehingga terjadi kegagalan fungsi organ-organ tubuh. Perubahan-perubahan yang terjadi
akibat pendarahan ini ditandai dari gambaran klinis berupa syok (hemorrhagic shock).
Gambaran klinis syok hemoragis dan hubungannya dengan infus cairan (darah) intravena.
I. ABORTUS
Pengertian
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung
sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram. Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan
kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:

Menurut terjadinya dibedakan atas:
- Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja
atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, sematamata
-
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa
indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa
ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.
2. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan
secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :
51
-
Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadiny abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
-
masih baik dalam kandungan.
Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
-
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
-
dan masih ada yang tertinggal.
Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
-
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
-
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
-
turut.
Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis
II. KEHAMILAN EKTOPIK
Definisi
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan
ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih
termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik
berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis
servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. Berdasarkan
implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan
pars ismika tuba, kehamilan pars ampularis tuba dan kehamilan infundibulum tuba.
Etiologi
Sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Faktor-faktor yang memegang peranan
dalam hal ini ialah :
1. Faktor dalam lumen tuba :
a) Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba
menyempit atau membentuk kantong buntu.
b) Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekeuk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping akibat infeksi dan menyebabkan
implantasi di tuba.
52
c) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit
2. Faktor pada dinding tuba :
a) Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba
b) Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu
3. Faktor di luar dinding tuba :
a) Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur
b) Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba
4. Faktor lain :
a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri-atau
sebaliknya (kontralateral)– dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke
uterus; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur
b) Fertilisasi in vitro
c) Pemakaian kontrasepsi dan IUD. Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika
hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 – 4%). Pil yang mengandung
hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron
dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel
telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
d) Merokok. Kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan
wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan
penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan
sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh.
ectopic pregnancy
53
Epidemiologi
Frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan
ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas, sehingga tidak dibuat diagnosisnya. Tidak
semua kehamilan ektopik berakhir dengan abortus dalam tuba atau ruptur tuba. Sebagian
hasil konsepsi mati dan pada umur muda kehamilan diresorbsi. Di RSCM pada tahun
1987 terdapat 153 kehamilan ektopik diantara 4007 persalinan. Dalam kepustakaan
frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan anatara 1 : 28 sampai 1 : 329 tiap kehamilan.
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0%-14,6%.
Patologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk
rposes nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami
beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan
suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan
dapat mengalami beberapa perubahan dalam bentuk ini:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi.
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2. Abortus kedalam lumen tuba.
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh vili
korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari
dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudocapsularis. Pelepasan ini
dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, bergantung pada derajat perdarahan yang
timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam
lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba pars
abdominalis. Frekuensi abortus dalam tuba bergantung pada implantasi telur yang
dibuahi. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampularis,
sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili korialis kearah peritoneum biasanya
terjadi pada kehamilan pars isthmika. Perbedaan ini disebabkan oleh lumen pars
ampularis yang lebih luas sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan
hasil konsepsi jika dibandingkan dengan bagian isthmus dengan lumen sempit.
54
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplintasi pada isthmus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya, ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan
lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur adalah penembusan vili
korialis kedalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal.
Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit,
kadang-kadang
banyak
sampai
menimbulkan
syok
dan
kematian.
Bila
pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba.
Darah dapat mengalir kedalam rongga perut melalui ostium tuba abdominal.
Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi.
Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena
tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi diarah ligamentum itu.
Jika janin hidup terus maka terdapat kehamilan intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila
robekan tuba kecil, perdatahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.
Perdarahan dapat berlangsung terus sehingga penderita akan cepat jatuh dalam
keadaan anemia dan syok oleh karena hemorrhagia. Darah tertampung pada rongga
perut akan mengalir ke kavum Douglas yang makin lama makin banyak dan
akhirnya memenuhi rongga abdomen. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak
meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita
dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi
seluruhnya; bila besar, kelak dapat diubah menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi kantung amnion dan
plasenta yang masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut,
sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan
makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan
sekitarnya, misalnya ke bagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.
Manifestasi klinis
Wanita dengan kehamilan tuba mempunyai bermacam-macam manifestasi klinis yang
bergantung pada keadaan ruptur. Diagnosis Teknologi yang tepat dapat diidentifikasi
sebelum ruptur. Secara khas, perempuan tidak curiga akan kehamilan tuba dan
berpendapat bahwa ia memiliki kehamilan yang normal, atau merasa keguguran. Gejala
dan tanda pada KET seringkali hampir tidak kentara atau bahkan tidak ada.
55
Tanpa diagnosis yang cepat, dengan karakteristik kasus menstruasi yang terlambat,
perdarahan vagina yang sedikit atau titik-titik. Dengan ruptur, biasanya menyebabkan
sakit perut abdomen bagian bawah dan nyeri pelvis yang runcing, tajam dan seperti
menyobek. Gangguan vasomotor yang ikut terlibat yaitu vertigo sampai pingsan, palpasi
lembek pada abdomen, dan pada pemeriksaan pelvis, khususnya terdapat “nyeri goyang
(+)”. Demikian pula kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi
oleh darah. Gejala pada diafragma yang teriritasi, sesuai dengan nyeri pada leher atau
bahu, khususnya sewaktu inspirasi, mungkin pengaruh dari perdarahan intrapreitoneum.
Gejala dan Tanda:
a. Nyeri.
Pelvis dan nyeri Abdomen dilaporkan sekitar 95% pada kehamilan tuba. Dengan masa
gestasi yang terus maju, Dorfman dkk (1984) melaporkan bahwa gejala GastroIntestin
(80%) dan kepusingan kepala (58%) biasanya. Dengan ruptur, nyeri tidak terlokalisir
di abdomen.
b. Perdarahan abnormal.
Amenorrhea dengan beberapa spot vagina atau perdarahan dilaporkan oleh 60%-80%
wanita dengan kehamilan tuba. Mendekati kebenaran seperti menstruasi yang benar.
Walaupun sedalam-dalamnya perdarahan vagina itu menunjukkan akan terjadi aborsi
inkomplete, seperti perdarahan berkala yang terlihat dengan masa gestasi tuba.
c. Abdomen dan kelembutan pelvis.
Pada kehamilan ektopik non ruptur, kelembutan tidak biasa terjadi. Pada ruptur,
kelembutan abdomen sangat mencolok dan pemeriksaan vagina, khususnya dnegna
nyeri goyang, itu mampu menunjukkan lebih dari kehamilan yang keempat.
d. Perubahan uterin.
Walaupun minimal didiagnosa cepat, kemudian uterus mungkin didorong ke satu sisi
oleh masa ektopik. Uterus juga akan membesar karena stimulasi hormonal. Lambat
laun endometrium akan berubah menjadi desidua yang variable. Desidua uterus tanpa
trofoblas menandakan KEHAMILAN ECTOPIC, tetapi kehadiran dari pembuluh
darah desidua bukan termasuk tanda.
e. Tanda Vital.
Umumnya normal sebelum ruptur, respon pada perdarahan yang cukup tidak
mengubah tanda vital atau hanya sedikit meningkatkan Tekanan Darah, atau
vasovagal respon dengan bradikardi dan hipotensi. Birkhahn dkk (2003) mencarar
pada 25 wanita dengan ruptur kehamilan ektopik, mayoritas memperlihatkan curah
56
jantung yang berkurang dari 100 denyut per menit dan tekanan darah sistoliknya lebih
besar 100mmHg. Tekanan Darah akan menurun dan detak jantung akan meingkat
seiring dengan lanjutan dari perdarahan dan hipovolemia menjadi berarti.
Tatalaksana
Tatalaksana
pada
kehamilan
tuba
seringkali
dilakukan
salpingectomi
untuk
menghilamgkan sampai menghancurkan, perdarahan oviduct dengan atau tanpa
ipsilateral oophorectomy. Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kualitas hidup dari
wanita. Pengobatan konservatif dilakukan dengan diagnosis yang cepat pada ektopik
pregnansi memakai USG dan penentuan serum -HCG. Dahulu dilakukan dengan
pembedahan secara radikal, kemudian diikuti dengan teknik yang modern untuk
mengobatan konservatif fungsi tuba.
-
Laparaskopi
Adalah pengobatan yang lebih disukai pada tatalaksana kehamilan ektopik kecuali
jika pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik. Sampai sekarang hanya sedikit
belajar cara melakukan bedah laparatomi. Hajenius dkk menunjukkan Cochrane
Database dan meringkasnya:
 Tidak ada tanda-tanda yang berarti secara keseluruhan operasi tuba dilakukan

dengan laparoskopi kemudian salpingostony.
Hasil Laparoskopi lebih sedikit waktu dalam operasinya, lebih sedikit
kehilangan darah, sedikit analgesik yang diperlukan, dan hanya sebentar di

rumah sakit.
Laparoskopi bedah sangat sedikit tetapi secara significant sedikit berhasil

memecahkan kehamilan tuba
Biayanya sangat murah, walaupun beberapa pendapat mengatakan sama dengan
laparatomy.
Melalui pengalaman yang ada, kasus sebelumnya ditangani dengan laparotomisebagai contoh kehamilan tuba atau kehamilan interstitial- dapat ditangani dengan
laparoskopi.
Pembedahan tuba dianggap konsevatif karena menyelamatkan tuba. Radical surgery
ditunjukkan oleh salpingectomy. Pembedahan konsevatif dengan tetap memelihara
fungsi trofoblas.
57
-
Salpingotomy
Jarang dilakukan pada saat ini, salpingotomy mempunyai kesamaan cara dengan
salpingostomy kecuali jika terdapat penundaan jahitan absorben. Menurut Tulandi dan
Saleh (1999), tak ada perbedaan prognosis dengan atau tanpa jahitan.
Reseksi tuba dilakukan untuk kehamilan ektopik ruptur dan tak ruptur. Ketika
menghilangkan oviduk, harus dipertimbangkan untuk eksisi atau menghilangkan
irisan ketiga sebelah luar pada portio tuba. Ini disebut reseksi kornu, mampu
meminimalisir kekambuhan kehamilan di ujung tuba. Walaupun dengan reseksi kornu,
bagaimanapun juga, kekambuhan kehamilan berikutnya tak dapat dicegah.
-
Tatalaksana dengan Methotrexate
Methotrexate merupakan analog asam folat yang akan mempengaruhi sintesis DNA
dan multiplikasi sel dengan cara menginhibisi kerja enzim Dihydrofolate reduktase.
MTX ini akan menghentikan proliferasi trofoblas.
Pemberian MTX dapat secara oral, sistemik iv,im) atau injeksi lokal dengan panduan
USG atau laparoskopi. Efek sampingyang timbul tergantung dosis yang diberikan.
Dosis yang tinggi akan menyebabkan enteritis hemoragik dan perforasi usus, supresi
sumsum tulang, nefrotoksik, disfungsi hepar permanen, alopesia, dermatitis,
pneumonitis, dan hipersensitivitas. Pada dosis rendah akan menimbulkan dermatitis,
gastritis, pleuritis, disfungsi hepar reversibel, supresi sumsum tulang sementara.
Pemberian MTX biasanya disertai pemberian folinic acid (leucovorin calcium atau
citroforum factor) yaitu zat yang mirip asam folat namun tidak tergantung pada enzim
dihydrofolat reduktase. Pemberian folinic acid ini akan menyelamatkan sel-sel normal
dan mengurangi efek MTX pada sel-sel tersebut.
Regimen yang dipakai saat ini adalah dengan pemberian dosis tungal MTX 50 mg/m2
luas permukaan tubuh. Sebelumnya penderita diperikasa dulu kadar hCG, fungsi
hepar, kreatinin, golongan darah. Pada hari ke-4 dan ke-7 setelah pemberian MTX
kadar hCG diperiksa kembali. Bila kadar hCG berkurang 15% atau lebih, dari kadar
yang diperiksa pada hari ke-4 maka mTX tidak diberikan lagi dan kadar hCG
diperiksa setiap minggu sampai hasilnya negatif atau evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan USG transvaginal setiap minggu. Bila kadar hCG tidak berkurang atau
sebaliknya meningkat dibandingkan kadar hari ke-4 atau menetap selama interval
58
setiap minggunya, maka diberikan MTX 50 mg/m2 kedua. Stoval dan Ling pada
tahun 1993 melaporkan keberhasilan metoda ini sebesar 94,3%. Selain dengan dosis
tunggal, dapat juga diberikan multidosis sampai empat dosis atau kombinasi dengan
leucovorin 0,1 mg/kgBB.
Kontraindikasi pemberian MTX absolut adalah ruptur tuba, adanya penyakit ginjal
atau hepar yang aktif. Sedangkan kontraindikasi relatif adalah nyeri abdomen, FHB
(+).
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi :
1. Pada pengobatan konservatif, yaitu rupture tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu),
terjadi perdarahan berulang
2. Infeksi
3. Sub ileus karena massa pelvis
4. Sterilitas
Prognosis
Kematian karena KET cenderung menurun dengan diagnosis dan fasilitas daerah yang
cukup, ada yang menyebutkan 30%. Hanya 60% dari wanita yang pernah KET hamil
lagi. Angka kehamilan ektopik berulang dilaporkan 0-14,6%. Kemungkinan melahirkan
bayi cukup bulan sekitar 50%.
III. MOLA HIDATIDOSA
Definisi
Mola hidatidiform diartikan sebagai suatu kehamilan yang tak berkembang wajar dimana
tidak diketemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. Secar amakroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
59
Mola hidatidosa
Etiologi
Penyebab bagi mola hidatidosa sampai sekarang masih belum diketahui. Diperkirakan
bahawa faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu dan kelainan
rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola. Wanita dengan usia di
bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun juga berada dalam risiko tinggi. Mengkonsumsi
makanan rendah protein, asam folat dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya
mola walaupun patofisiologinya tidak sepenuhnya difahami.
Epidemiology
Frekuensi mola hidatidosa dilaporkan sangat bervariasi. Beberapa variabilitas ini dapat
dijelaskan oleh perbedaan dalam metodologi (misalnya rumah sakit vs studi populasi). Di
Amerika Serikat, mola hidatidosa terjadi dalam 1 dari 1200 kehamilan. Di Indonesia,
menurut Guru Besar Tetap Obstetri-Ginekologi FK Universitas Indonesia, Profesor DR.
dr. Andrijono SpOG (K), peristiwa hamil anggur ini terjadi berkisar 1 dari 40 sampai 400
kehamilan. Angka ini didapatkan saat melakukan penelitian mengenai “Peningkatan
Status Gizi Khususnya Vitamin A, Merupakan Salah Satu Upaya Peningkatan Kesehatan
Reproduksi Melalui Upaya Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier Mola Hidatidosa”
yang dijalankan selama 16 tahun mulai tahun 1990 sampai 2006
Mola ini dapat terjadi pada setiap usia selama usia subur, tetapi risikonya lebih tinggi
pada wanita hamil yang berusia belasan atau antara 40 dan 50 tahun. Karena alasan yang
belum jelas, insidennya bervariasi secara significant di berbagai belahan dunia; 1 dari
1000 kehamilan di AS, tetapi 10 dari 1000 di Indonesia.
Patogenesis
Kira-kira 1 diantara 10 kehamilan berakhir dengan abortus spontan dan pada separuh
abortus ini terdapat perkembangan ovum atau fetus yang patologis atau blighted.
60
Pada blighted ovum tampak jaringan plasenta mengalami berbagai tingkat degenerasi
hidropik dan pada pemeriksaan mikroskopik villus tersebut tidak diketemukan sirkulasi
fetal atau perkembangannya tidak sempurna.
Akibat gangguan sirkulasi tersebut, terjadi edema. Cairan yang tidak dapat diserap
mengakibatkan pembengkakakn.
Jadi vilus-vilus yang mengalami degenerasi hidropik merupakan tanda adanya blighted
ovum. Mola hydatidosa merupakan lanjutan degenerasi hidropik pada blighted ovum.
Abortus akibat blighted ovum biasanya keluar 3 bulan pertama, sedangkan gelembunggelembung mola baru dikeluarkan pada kehamilan 4-5 bulan. Umumnya mola ditemukan
dalam uterus, tetapi dapat juga ditemukan pada tempat ektopik. Bila diketahui, biasanya
setelah kehamilan 4-5 bulan, uterus lebih besar daripada umur kehamilan.
Uterus berisi kelompok-kelompok jaringan seperti buah anggur, kistik, berdinding tipis
dan mudah pecah dengan keluarnya cairan jernih. Kelompok jaringan seperti ini diikat
oleh jaringan fibrotik yang halus. Gambaran mikroskopik menunjukkan:




Vilus-vilus yang membesar
Stroma menunjukkan edema
Stroma yang tidak mengandung pembuluh darah atau jumlahnya berkurang
Hiperplasi dan anaplasi epitel chorion, yaitu sitotrophoblast (sel Langhans) dan
synsitiotrophoblast.
Karena proliferasi epitel chorion ini, maka produksi HCG bertambah 10x lipat.
Foto mikrograf mola hidatidiform yang memperlihatkan pembengkakan vilus dan sedikit
hiperplasia trofoblast permukaan.
Manifestasi klinis
Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan
biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering
hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih
besar dari umur kehamilan. Ada pula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sam
61
besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan
trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan adanya jenis dying mole.
Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang
menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi
antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan
bisas intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau
kematian. Karena perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan
anemia.
Seperti juga pada kehamilan biasa, mola hidatidosa bisa disertai dengan preeklampsia
(eklampsia), hanya perbedaannya ialah bahwa preeklampsia pada mola terjadinya lebih
muda daripada kehmilan biasan. Penyulit lain yang akhir akhir ini banyak
dipermasalahkan adalah tirotoksikosis. Maka, Martadisoebrata menganjurkan agar stiap
kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda tirotoksikosis secara aktif seperti kita selalu
mencari tanda tanda preeklampsia pada kehamilan biasa. Biasanya penderita meninggal
karena krisis tiroid.
Tatalaksana
Tatalaksana Mola hidatidiform terdiri dari 4 tahap berikut:
1. Perbaikan Keadaan Umum
Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian transfusi darah untuk memperbaiki
syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia
atau tirotoksikosis.
2. Pengeluaran Jaringan Mola
Ada 2 cara, yaitu:
a) Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa pembiusan.
Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase
dilanjutkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang
tumpul. Tindakan kuret cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua
hanya dilakukan bila ada indikasi.
b) Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuany ang telah cukup umur dan cukup
mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua
dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan.
Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dnegan anak hidup tiga.
62
c) Pemeriksaan tindak lanjut
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola
hidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai NORMAL setelah 8 minggu evakuasi.
Lama pengawasan berkisar satu tahun. Selama periode 8 minggu dianjurkan tidak
menggunakan kondom, diafragma, dll.
Komplikasi
 Choriocarcinoma gestational
Merupakan neoplasma ganas epitel sel trophoblastik yang berasal dari segala bentuk
kehamilan normal atau abnormal sebelumnya. Biasa didapatkan mola komplet yang
memperlihatkan pembengkakan hidropik sebagian besar villus korion sementara
vaskularisasi vilus hampir tidak ada sama sekali atau kurang adekuat. Mola komplet
yang lanjut memperlihatkan spektrum klasik pembengkakan villus difus dan
ekstravillus yang konsentrik dan ekstensif yang dapat menyebabkan Choriocarcinoma.
Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau
tirotoksikosis. Dinegara maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi. Di negara
berkembang, masih cukup tinggi, berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian besar pasien
mola akan segera sehat setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada juga yang menderita
akibat keganasan menjadi koriokarsinoma. Presentasi keganasan berkisat antara 55,6%.
ABORTUS
a. Epidemiologi
Insiden aborsi dipengaruhi oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak
memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15% dari semua
kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena
banyak kejadian yang tak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga karena
abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan pertolongan
medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang terlambat. Delapan puluh persen
kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan oleh
kelainan kromosom.
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum dan
50-60% dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom abortus
63
spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan seperti konsumsi
kafein selama kehamilan.
b. Pengertian
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung
sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram. Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan
kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:

Menurut terjadinya dibedakan atas:
- Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja
atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, sematamata
-
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa
indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa
ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.
2. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan
secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :
- Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadiny abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
-
masih baik dalam kandungan.
Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
-
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
-
dan masih ada yang tertinggal.
Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
64
-
Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
-
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
-
turut.
Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis
c. Etiologi
Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah (Mochtar, 2002):
1) Faktor maternal
a) Kelainan genetalia ibu, misalnya pada ibu yang menderita:
(1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).
(2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
(3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, dan mioma
submukosa.
(4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa).
(5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumo pelvis.
b) Penyakit-penyakit ibu
Penyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya meskipun sekarang
berbagai
penyakit
medis,
kondisi lingkungan,
dan
kelainan
perkembangan
diperkirakan berperan dalam abortus. Misalnya pada:
(1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,
pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan
karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
(2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.
(3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi
gravis.
(4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan
vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.
c) Antagonis rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga
terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
65
d) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi Misalnya, sangat
terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain. Dapat juga karena
trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrument,
benda, dan obat-obatan.
e) Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,
anomaly plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.
f) Usia ibu
Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang dari 20 tahun
belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu
maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada
usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada
kromosom, dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).
2) Faktor janin
Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus
spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9%
disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio;
dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal. Pada ovum abnormal 6%
diantaranya terdapat degeneras hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu
bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).
3) Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus. Yang jelas,
translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. Saat ini abnormalitas
kromosom pada sperma berhubungan dengan abortus. Penyakit ayah: umur lanjut,
penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis,
keracunan (alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis.
d. Patologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus
66
desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak
tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban pecah
maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk.
Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap. Hasil konsepsi pada
abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya janin tidak tampak didalam
kantong ketuban yang disebut blighted ovum, mungkin pula janin telah mati lama disebut
missed abortion. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka
ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila pigmen darah diserap sehingga semuanya
tampak seperti daging.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi: janin mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus compressus karena
cairan amnion yang diserap. Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas
perkamen atau fetus papiraseus. Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang
meninggal tidak dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas,
tengkorak menjadi lembek, dan seluruh janin berwarna kemerahmerahan (Sarwono, 2008).
e. Komplikasi abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, syok, dan
gagal ginjal akut.
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada
abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
67
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih
jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat
(syok endoseptik).
5) Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi
dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering
disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang
disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi.
Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif
secara dini sebelum gangguan metabolik menjadi berat (Cunningham, 2005).
f. Tatalaksana
Jika perdarahan (pervaginam) sudah sampai menimbulkan gejala klinis syok, tindakan
pertama ditujukan untuk perbaikan keadaan umum. Tindakan selanjutnya adalah untuk
menghentikan sumber perdarahan.
Tujuan dari penanganan tahap pertama adalah, agar penderita tidak jatuh ke tingkat
syok yang lebih berat, dan keadaan umumnya ditingkatkan menuju keadaan yang lebih balk.
Dengan keadaan umum yang lebih baik (stabil), tindakan tahap ke dua umumnya akan
berjalan dengan baik pula.
Pada penanganan tahap pertama dilakukan berbagai kegiatan, berupa :
a. Memantau tanda-tanda vital (mengukur tekanan darah, frekuensi denyut nadi, frekuensi
pernafasan, dan suhu badan).
b. Pengawasan pernafasan (Jika ada tanda-tanda gangguan pernafasan seperti adanya takipnu,
sianosis, saluran nafas harus bebas dari hambatan. Dan diberi oksigen melalui kateter
nasal).
c. Selama beberapa menit pertama, penderita dibaringkan dengan posisi Trendelenburg.
d. Pemberian infus cairan (darah) intravena (campuran Dekstrose 5% dengan NaCl 0,9%,
Ringer laktat).
e. Pengawasan jantung (Fungsi jantung dapat dipantau dengan elektrokardiografi dan dengan
pengukuran tekanan vena sentral).
68
f. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, jenis Rhesus, Tes
kesesuaian darah penderita dengan darah donor, pemeriksaan pH darah, pO2, pCO2 darah
arterial. Jika dari pemeriksaan ini dijumpai tanda-tanda anemia sedang sampai berat, infus
cairan diganti dengan transfusi darah atau infus cairan bersamaan dengan transfusi darah.
Darah yang diberikan dapat berupa eritrosit, jika sudah timbul gangguan pembekuan
darah, sebaiknya diberi darah segar. Jika sudah timbul tanda-tanda asidosis harus segera
dikoreksi.
g. Prognosis
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan kehamilan.
Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, mules – mules disertai
dengan perdarahan dan pembukaan serviks. Jika kehamilan terus berlanjut, maka sering
diikuti dengan persalinan preterm, plasenta previa, dan IUGR.
IDEAL PREGNANCY PLANNING
Perencanaan prakonsepsi yang baik meningkatkan hasil kehamilan yang optimum,
usaha untuk hamil akan lebih mudah, kehamilan yang sehat, bayi lahir sehat dan proses
pulihnya ibu lebih baik. Perencanaan prakosepsi yang diinisiasi tenaga kesehatan harus
diberikan setiap diperlukan selama tahun kehamilan karena perencanaan ini memfasilitasi
perubahan gaya hidup dan mempertahankan kesempatan kesehatan sebelum konsepsi.
Tujuan dari perencanaan prakonsepsi adalah untuk mempersiapkan tubuh ibu untuk
kehamilan, kelahiran dan setelahnya. Persiapan/perencanaan ini idealnya dilakukan
setidaknya empat bulan sebelum melakukan usaha untuk hamil. Jika tidak sempat, paling
minimal satu bulan sebelum kehamilan.
1. Waktu pemberian konseling prakonsepsi
Berikan konseling prakonsepsi saat:
a. Pemeriksaan tahunan
b. Setiap wanita datang dengan hasil uji kehamilan negatif
c. Setiap kunjingan wanita yang masih aktif secara seksual dan tidak memakai
kontrasepsi yang efektif
d. Kelas pendidikan kesehatan
2. Aspek perawatan prakonsepsi
a. Nutrisi untuk meningkatkan tujuan kesehatan
1) Anjurkan wanita tersebut mengkonsumsi makanan sehat.
69
2) Anjurkan vegetarian memperlihatkan kombinasi makanan untuk membuat
menu protein komplit
3) Anjurkan wanita yang memiliki riwayat atau mengalami gangguan makan
untuk berkonsultasi kepada ahlinya

Anoreksia

Bulinia

Riwayat atau perilaku sering puasa

Obesitas berat
4) Berikan konseling kepada pasien bila perbandingan antara berat dan tinggi
badannya tidak seimbang
5) Beritahukan bahwa mengkonsumsi vitamin yang mengandung asam folat akan
mengurangi resiko defek tabung saraf sampai 70%
b. Tren gaya hidup yang merusak hasil kehamilan yang baik, seperti:
1) Merokok lebih dari lima batang per hari dapat memengaruhi kesehatan janin
dan bayi secara langsung
2) Mengkonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dapat memicu
perkembangan janin yang abnormal.
3) Bahaya ditempat kerja, seperti pajanan timbal, bahan pelarut, sinar x, dan zat
kimia lain dapat memyebabkan defek kelahiran bahkan sebelum wanita
tersebut mengetahui bahwa ia hamil.
4) IMS dapat berpengaruh buruk pada hasil kehamilan. Anjurkan pasien untuk
menghindari pasangan yang memiliki banyak pasangan seksual, pasangan
biseksual, penggunaan obat-obatan, serta pasangan yang memiliki pasangan
lain.
5) Kucing dapat menjadi karier toksoplasmosis yang dibawanya lewat feses serta
dapat menyebabkan defek kelahiran pada anak.
c. Obat-obatan yang diresepkan, obat yang dijual bebas, obat penenang, serta obat
ilegal. Beberapa obat-obatan ini dapat menyebabkan defek kelahiran, persalinan
prematur, atau adiksi pada janin.
d. Riwayat medis
1) Riwayat individu: bila wanita memiliki riwayat individu berupa gonore,
klamidia, herpes, sifilis atau kondiloma, wanita harus menjalani rangkaian
70
pemeriksaan untuk memeriksa bila terdapat lesi, massa, atau rabas yang
abnormal.
2) Epilepsi

Tanyakan kapan pasien terakhir kejang

Klarifikasi pengobatan; pantau kadar folat dan obat antiepilepsi untuk
memeriksa apakah telah mencapai kadar teurapetik.

Pastikan bahwa wanita tetap meneruskan pengobatannya karena kejang
lebih beresiko pada janin dan ibunya.
3) Diabetes
Bila pasien dalam pengobatan insulin, rujukan ke ahli endokrin untuk evaluasi
dan kemungkinan penyesuaian dosis insulin.
4) Hipertensi
a) Periksa tekanan darah; bila dalam batas normal dan memiliki tinggi badan
yang seimbang dengan berat badan diskusikan tentang diet dan latihan.
b) Rujuk pasien bila tekanan darah pasien tinggi.
5) Penyakit jantung: rujuk pasien ke ahli penyakit dalam untuk evaluasi jantung
sebelum hamil.
6) Lupus
Periksa autoantibodi yang dapat menyebabkan okulasi jantung kongenital,
antibodi antikardiolipin dapat menyebabkan keguguran dan preeklamsia.
7) Penyakit lain seperti asma, penyakit ginjal, atau penyakit tiroid harus di
stabilkan dahulu sebelum hamil.
e. Riwayat genetik
Dari riwayat dasar yang diperoleh, terlihat kebutuhan spesifik untuk melakukan
skrining yang di dasarkan pada ras, etnik, dan riwayat keluarga. Kuncinya adalah
menetapkan bahwa setiap bayi memiliki kesempatan mengidap suatu suatu
penyakit genetik. Apabila faktor risiko tertentu terdeteksi, maka perlu dirujuk ke
konselor genetik.
f. Lain-lain
1) Periksa titer rubela. Bila pasien belum diimunisasi, imunisasi pasien, anjurkan
menunda kehamilan selama 1 bulan.
71
2) Bila pernah mengalami penganiayaan fisik atau seksual, rujuk untuk konseling
karena umumnya penganiayaan akan semakin meningkatnya insidensnya
selama kehamilan.
3) Bila hobi atau pekerjaan menyebabkan pajanan timah atau zat kimia toksik
lain, anjurkan untuk menghentikan aktivitas tersebut sebelum hamil.
3. Persiapan prakonsepsi untuk laki-laki
Persiapan prakonsepsi untuk ayah (laki-laki) sama pentingnya dengan persiapan
prakonsepsi untuk ibu. Hal ini karena pihak ayah akan menyumbang setengah dari
materi genetik janin. Dibutuhkan tiga bulan bagi sperma untuk terbentuk. Jadi paling
ideal persiapan rakonsepsi untuk ayah adalah setidaknya tiga bulan. Persiapan yang
harus dilakukan kurang lebih sama dengan untuk ibu (nutrisi, dll), sehingga terbentuk
sperma yang sehat, proses konsepsi yang lancar dan bayi yang sehat.
Kerangka Konsep
72
Kesimpulan
Mrs. Tari 37 tahun, mengalami abortus insipiens akibat infeksi dan usia hamil tua.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Lenevo KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetrics. 23rd ed. New York:
McGraw-Hill Medical; 2010.
73
Endjun JJ. Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
2007. H 70-8.
Hydatidiform mole : http://emedicine.medscape.com/article/254657-overview
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2013.
Mangunkusumo RR. Alat Kelamin Wanita dan Payudara. Dalam : Staf Pengajar FK UI.
Patologi Umum. Edisi Revisi. 1990. h 324-8.
Prawirahadjo, Sarwono 2011. Ilmu Kebidanan Ed. IV, cetakan III. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirahadjo
Robbins & Contran. Dasar Patologis Penyakit. Ed 7. Jakarta: EGC Kedokteran. 2009. h.
1134.
Stanford Medicine. Gestational Trophoblastic Disease Facts; 2014. [cited 27 May 2014].
Available from: http://cancer.stanford.edu/gynecologic/gtd/facts.html
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika
Tanto, chris dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke IV Jilid Pertama. Jakarta : Media
Aesculapis.
Tarigan, Djakobus. 2004. Perdarahan selama Kehamilan. http://repository.usu.ac.id. Diakses
pada tanggal 17 February 2015.
Wilcox A, Baird DD, Weinberg CR. Time of implantation of the conceptus and loss of
pregnancy. NEJM 1999;340:1796-99
74
Download