Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 PENGARUH SIKAP SOSIAL SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Madonna Simanjuntak YPK Tri Murni Medan Corresponding author: [email protected] Abstrak Penelitian bertujuan mengukur pengaruh sikap sosial siswa di SMP YPK Tri Murni Medan terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa. Jenis penelitian ini adalah ex-post facto yang di desain menggunakan metode kuantitatif. Populasi terdiri dari semua siswa di YPK Tri Murni. Sampel penelitian adalah siswa kelas IX yang berjumlah 21 orang yang diambil dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Instrumen untuk pengumpulan data sikap sosial siswa adalah kuesioner terstruktur yang terdiri dari item yang dikembangkan dengan lima pilihan berdasarkan format Likert yang berjumlah 43 item. Prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa diperoleh melalui teknik dokumentasi hasil nilai Ujian Akhir Semester Gasal 2016/2017. Data penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik yang berarti bisa digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sikap sosial siswa ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa dengan nilai R2 sebesar 0.233. Kata kunci : sikap sosial , prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Melalui pendidikan manusia dapat mengubah keadaan. Hal ini juga diutarakan oleh Uno (2009:11) “Pendidikan adalah proses pemberdayaan, yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, berilmu, berpengetahuan serta terdidik”. Sementara dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan di Indonesia tidak lepas dari polemik yang dihadapi seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi saat ini. Pendidikan Indonesia tidak hanya dilihat dari seorang pendidik menyalurkan ilmu kepada peserta didik, namun dilihat dari seorang pendidik memberikan pendidikan moral/karakter kepada peserta didik. Maka dari itu, pendididikan tidak hanya diperoleh dalam lingkungan formal saja seperti sekolah, namun pendidikan juga diperoleh dari lingkungan informal dan nonformal seperti keluarga, bimbingan belajar, masyarakat bahkan media massa. Melalui pendidikan informal inillah diharapkan dapat membentuk karakter dan sikap sosial peserta didik. Selain itu, polemik pendidikan karakter saat ini berusaha dituntaskan oleh pemerintah. Salah satunya dengan memberlakukan Kurikulum 2013 yang diterapkan pada sebagian besar dan akan diterapkan secara universal sistem pendidikan di Indonesia. Tujuan dari pemberlakukan kurikulum ini tentunya adalah memperkuat karakter siswa baik sikap sosial maupun sikap religius siswa. Djam`an Satori (2008: 21) menyatakan guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting bagi peserta didik dalam dunia pendidikan. Maka dalam perkembangan pendidikan guru memiliki peran yang sangat penting. Guru patutu dicontoh siswanya, maka dalam hal pendidikan karakter selain dapat meningkatkan kecerdasan siwa guru juga harus mampu menjadi teladan dan dapat menerapkan nilai dan norma sosial sehingga siswa memiliki karakter yang baik. Pada kenyataannya, perkembangan arus globalisasi saat ini telah merubah hampir semua lapisan masyarakat khususnya siswa-siswi Indonesia. Krisis karakter hampir tidak boleh dielakkan. Kegoncangan karater siswa saat ini baik sikap sosial maupun sikap religius tentunya membuat masyarakat resah. Tidak jarang masyarakat meragukan masa depan Indonesia di tangan siswa-siswi saat ini. Bahkan kerap sekali timbul persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa siswa/i yang tidak memiliki sikap sikap sosial akan berdampak buruk pada prestasi belajar disekolah. Menanggapi hal ini, maka peneliti terdorong dalam membuat sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Sikap Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Di SMP YPK Tri Murni Medan T.A. 2016/2017. Penelitian bertujuan untuk menganalisis apakah ada pengaruh Sikap Sosial Siswa di SMP YPK Tri Murni Medan terhadap prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi siswa merupakansalah satu tujuan utama pendidikan. Maka dibutuhkan tindakan yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor tercapainya tujuan pendidikan tersebut. http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 122 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Kompetensi Sikap Sosial Siswa Sikap atau attitude merupakan sesuatu hal yang bisa di nilai dari seseorang. Berdasarkan pada sikapnya, seseorang dapat dinilai baik atau buruk, dewasa atau kekanak-kanakan, hidup mewah atau sederhana, bangsawan atau rakyat biasa. Maka tidak heran jika sikap menjadi salah satu alasan seseorang mau bersosialisasi dengan yang lain. Sikap juga dapat dibentuk. Seseorang bisa saja membayar mahal untuk membentuk sikap atau kepribadian melaui sekolah kepribadian. Dengan sikap seseorang akan dapat disenangi dan dapat dibenci oleh orang lain. Dengan sikap seseorang juga dapat memperoleh harta, simpati, kedudukan bahkan pasangan. Maka dalam diri seseorang salah sat hal yang tidak boleh diabaikan adalah bagaimana seseorang tersebut bersikap. Sikap adalah sustu keadaan dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosialnya dengan perasaan tertentu juga dalam hal menanggapi suatu obyek tertentu yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Eagly dan Chaicken (Ratna Djuwita dkk, 2009: 121) mengemukakan bahwa “sikap dapat merefleksikan sebuah fondasi yang terpenting dan awal dari pemikiran sosial”. Dari sudut pandang yang lain, Krech dan Crutchfield (Michael Ardyanto, 2009: 137) yang mendefinisikan bahwa “sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu”. Defenisi mengenai sikap juga diutarakan oleh Allport (Michael Ardyanto, 2009: 137) yang mengemukakan bahwa “sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan”. Senada dengan pendapat Harvery dan Smith (Abu Ahmadi, 2007: 150) yang menyatakan “sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi”. Atkinson dkk (Nurdjannah Taufiq, 2008: 371) mengemukakan “sikap meliputi rasa suka dan tidak suka; mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok; dan aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya, termasuk gagasan abstrak, dan kebijakan sosial”. Senada juga dengan pendapat Davidoff (Mari Juniati, 1991: 333) yang mendefinisikan “attitude atau sikap sebagai konsep evaluatif yang telah dipelajari dan dikaitkan dengan pola pikiran, perasaan, dan perilaku”. Sama halnya dengan pendapat Gerungan (Abu Ahmadi, 2007: 150) yang menyatakan bahwa “pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau perasaan, sikap disertai oleh kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek”. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap terhadap suatu hal atau objek tertentu. Abu Ahmadi (2007: 151-152) mengemukakan bahwa Traves, Gagne, dan Cronbach sependapat sikap melibatkan 3 aspek atau komponen yang saling berhubungan yaitu: a) Aspek kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran, berupa pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek; b) Aspek afektif yaitu menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, emosi yang berhubungan dengan objek berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti senang, tidak senang, ketakutan, kedengkian, simpati, dan sebagainya; dan c) Aspek konatif yaitu melibatkan salah satu predisposisi/kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Thomas (Abu Ahmadi, 2007: 149) mencoba memberi batasan “Sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial”. Dari defenisi menurut ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan keadaan mental dalam diri seseorang yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi sehingga menimbulkan suatu kesadaran untuk merespon objek disekitarnya dalam aktivitas-aktivitas sosialnya. Berdasarkan pengertian sikap tersebut, dapat dipahami bahwa sikap ini dapat dijelaskan dalam diri seseorang apabila seseorang tersebut berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Sikap yang ditunjukkan dalam masyarakat tersebut merupakan sikap sosial. Jadi sikap sosial bukan berdasarkan pandangan seorang saja namun pandangan masyarakat sekelompoknya. Baik buruknya sikap sosial seseorang berpedoman pada pendapat banyak orang dan telah dinyatakan secara berulang-ulang. Hal ini dipertegas oleh Chaplin (Kartini Kartono, 2006: 469) mendefinisikan social attitudes (sikap sosial) yaitu (1) satu predisposisi atau kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu terhadap orang lain; (2) satu pendapat umum; dan (3) satu sikap yang terarah kepada tujuan-tujuan sosial, sebagai lawan dari sikap yang terarah pada tujuan-tujuan prive (pribadi). Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sudarsono (1997: 216) yang mendefinisikan social attitudes (sikap sosial) yaitu sebagai perbuatan-perbuatan atau sikap yang tegas dari seseorang atau kelompok di dalam keluarga atau masyarakat. Lebih lanjut lagi Abu Ahmadi (2007: 152) mengutarakan pendapat yang sejalan bahwa “ sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan berulang-ulang terhadap objek sosial”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa sikap sosial adalah kesadaran individu untuk melakukan perbuatan nyata dalam masyarakat yang dilakukan secara berulang-ulang dan terarah pada tujuan-tujuan sosial. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa sesungguhnya sikap sosial individu dapat dijumpai dalam semua kehidupan bermasyarakat. Tidak terkecuali dengan lingkungan sekolah. Yang menjadi sorotan utama dalam lingkungan pendidikan saat ini adalah karakter siswa, termasuk didalamnya sikap sosial. Bagaimana siswa bersikap dengan lingkungannya di sekolah menjadi topik penting dalam penelitian ini. Sebab,salah satu tujuan pendidikan adalah mengubah sikap anak didik ke arah yang lebih baik. Akhir-akhir ini, berbagai media menyoroti an menyajikan perkembangan mengenai sikap sosial siswa yang semakin tergoncang akibat era globalisasi. Yang dikhwatirkan kenikmatan yang ditawarkan era globalisasi akan berpengaruh besar terhadap aktivitas belajarnya dan mempengaruhi prestasinya. Maka untuk mengetahui bagaimana perkembangan sikap sosial peserta didik saat ini, maka diperlukan berbagai pendekatan ilmu yang khusus mengkaji sikap sosial peserta didik http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 123 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 tersebut. Sikap sosial peserta didik tersebut meliputi beberapa sikap diantaranya adalah: a) Jujur; b) Disiplin; c) Tanggung jawab; d) Toleransi; e) Gotong royong; f) Santun dan sopan; dan g) Percaya Diri. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Dalam sistem pendidikan unsure yang paling fundamental adalah proses belajar. Menurut Muhibbin Syah (2007:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya (Hamalik, 2005:155) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dapat diukur melalui proses belajar yang dilalui. Dengan demikian dapat dipahami bahwa proses belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia yan didapat melalui latihan dan pengalaman yang dilalui seseorang. Proses perubahan tingkah laku ini pada akhirnya akan menentukan baik buruknya prestasi belajar seseorang. Prestasi belajar dapat dipahami sebagai suatu hasil dari penguasaan terhadap sesuatu yang telah dipelajari. Pengertian prestasi belajar sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895) “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru”. Hal ini juga dipertegas oleh Muhibbin Syah (2004 : 141), “prestasi belajar merupakan hasil dari sebagian faktor yang memengaruhi proses belajar secara keseluruhan”. Selanjutnya Anni,dkk( 2007:5) menyatakan bahwa “Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar”. Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang setelah melewati proses belajar sehingga memiliki penguasaan yang dikembangkan melalui mata pelajaran”. Prestasi belajar dapat diukur dalam suatu mata pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi. Nilai tersebut diperoleh dari guru sebagai komponen utama yang berfungsi untuk menggerakkan proses belajar mengajar. Hal ini berpedoman pada pendapat Djalal (1986:4) bahwa “prestasi belajar siswa merupakan gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran”. Lebih lanjut Arikunto (2007: 276) menyatakan bahwa” nilai prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan disetiap bidang studi”. Gambaran mengenai prestasi ini dapat dinyatakan melalui symbol, huruf, angka yang disebut dengan nilai. Nilai tersebut diperoleh setelah dilakukan evaluasi hasil belajar pada setiap bidang studi. Dengan demikian dapat diketahui baik-buruknya prestasi belajar seseorang. Menurut Bloom (Sunarto, 2012) bahwa “hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor”. Mengacu pada pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup tiga aspek (kognitif, afektif, dan motorik) seperti penguasaan, penggunaan, dan penilaian berbagai pengetahuan dan keterampilan sebagai akibat atau hasil dari proses belajar dengan faktor-faktor yang memengaruhinya yang tertuang dalam bentuk nilai yang diberikan oleh guru. Maka dari itu, pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat karena tanpa adanya pembelajaran tidak akan diperoleh presytasi belajar. Prestasi belajar setiap individu tentu berbeda pada setiap bidang studi. Hal ini dikarenakan kemampuan setiap siswa berbeda satu sama lain. Beberapa siswa dapat memusatkan pikirannya pada bidang studi yang berbau alam, beberapa siswa yang lain dapat memusatkan pikiran pada bidang studi sosial, atau beberapa yang lain dapat memusatkan pikiran pada bidang studi matematika, sastra, seni dan yang lainnya. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Pada setiap bidang studi ada siswa yang mampu dan ada juga yang kurang mampu. Tidak terkecuali pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebuah bidang studi yang pada hakikatnya bertujuan untuk menciptakan siswa menjadi warga Negara yang baik. Seiring berkembangnya zaman, menjadi warga Negara yang baik tidaklah cukup menjadi modal utama. Sehingga paradigm baru terjadi dalam Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan untuk menciptakan warga Negara yang baik dan unggul sehingga dapat diandalkan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006: 49) “Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia 1945”. Selanjutnya ahli yang lain, Somantri (2001: 154), bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara”. Sementara itu, Pendidikan Kewarganegaraan menurut Noor Ms Bakry (2011: 3) adalah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia”. Dapat ditarik kesimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang diprogramkan oleh pemerintah yang bertujuan untukmembentuk peserta didik menjadi warga Negara yang baik sesuai amanah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia 1945 serta serta membentuk peserta didik yang cerdas, terampil dan unggul sehingga dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006: 49), tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membekali siswa dengan kompetensi sebagai berikut, antara lain : a) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; b) Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 124 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain; dan d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sengaja dirancang untuk memahami dan menerapkan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945. Oleh karena itu penguasaan siswa terhadap Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945 itulah yang disebut dengan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya siswa dalam pembelajaran PKn dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru pada waktu pembelajaran telah dilaksanakan. Hal ini didasari oleh pendapat Arikunto (2006: 194) yang menyatakan bahwa “tes prestasi ini dapat dilakukan di akhir pembelajaran dan tes yang diujikan adalah dari segala sesuatu yang telah diajarkan”. Hubungan Sikap Sosial Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Bagian ini membahas kajian dari penelitian terdahulu yang menganalisis hubungan antara sikap sosial dan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sering dikaitkan dengan pembelajaran karakter. Maka seseorang dapat belajar Pendidikan Kewarganegaraan dikatakan berhasil atau tidak akan sangat dipengaruhi oleh sikap sosial dan sikap religusnya. Sikap sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh bagaimana ia bergaul dimasyarakat. Sikap sosial seseorang juga ditentukan oleh pandangan sekelompok orang dan sudah dilakukan secara berulang-ulang. Sikap sosial tentunya dapat dibentuk sesuai dengan pengalaman pribadi bahkan dapat dilatih. Selain dilingkungan keluarga, sikap sosial dapat dilatih dilingkungan sekolah mulai dari jenjang Sedolah Dasar sampai Perguruan tinggi yang identik dijumpai pada setiap pembelajaran khususnya pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sikap menerima mata pelajaran PKn yang diajarkan dapat ditunjukkan dengan sikap saling menghargai teman, sikap tidak membeda-bedakan status sosial dan sikap saling mementingkan kebutuhan bersama. Sakita dan Sukandi (2014) melalui penelitiannya menyatakan bahwa “sikap sosial turut merupakan suatu faktor pegerak di dalam pribadi individu untuk bertingkah laku secara tertentu, sehingga sikap sosial dan sikap pada umumnya itu mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama seperti sifat motif dan motivasi”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipastikan bahwa sikap sosial dapat menumbuhkan motivasi dan motif dalam belajar. Dengan adanya motif dan motivasi tentunya akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar khususnya pada bidang Pendidikan Kewarganegaraan. METODE Jenis penelitian ini adalah ex-post facto. Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP YPK Tri Murni Medan. Sampel pada penelitian ini adalah 21 siswa kelas IX SMP YPK Tri Murni Medan. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap sosial siswa adalah kuesioner berupa angket yang terdiri atas 43 item pernyataan yang dikembangkan oleh para peneliti, berdasarkan pada lima titik skala Likert dari Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju dengan tingkat reliabilitas instrumen adalah 0,871. Untuk instrumen prestasi siswa digunakan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yaitu mengambil nilai Ujian Akhir Semester I pada T.A. 2016/2017 pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP YPK Tri Murni Medan . PEMBAHASAN Berdasarkan rumusan Hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa Hipotesis menyatakan bahwa adanya pengaruh signifikan dan positif antara Sikap sosial siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa YPK SMP Tri Murni Medan didukung oleh penelitian empiris. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,027 yang kurang dari 5% (0,027<0,05) dan nilai t hitung sebesar 2,401 yang lebih besar dari t tabel 2.100 (2,401 > 2.100). Arah koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa semakin baik kompetensi sosial guru maka semakin tinggi prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan perhitungan regresi linier sederhana diperoleh juga koefisien determinasi (R2) sebesar 0.233 menunjukkan bahwa pengaruh variabel sikap sosial siswa (X) terhadap prestasi belajar PKn siswa (Y) sebesar 23,3%. Sedangkan sisanya 76,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak jelaskan dalam penelitian ini. Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, selain sikap sosial adalah kompetensi guru, antara lain : fasilitas, ekstrakurikuler, metode pengajaran, motivasi, kondisi lingkungan, kondisi ekonomi, dukungan orang tua, salah jurusan, rasa terpaksa, kurikulum, psikologis, dan rasa malas. Sikap sosial siswa dapat dilihat dari bagaimana cara siswa tersebut merespon lingkungan sosial untuk melakukan aktivitas sosialnya. Sikap sosial dapat menimbulkan motif dan motivasi belajar siswa. Dengan demikian sikap sosial peserta didik dapat menciptakan dorongan belajar pada peserta didik sehingga sehingga peserta didik mampu menghasilkan prestasi belajar yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42,85% sikap sosial siswa termasuk dalam kategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa sudah cukup menguasai sikap sosial yang mencakup sikap Jujur, Disiplin, Tanggung jawab, Toleransi, Gotong royong, Santun dan sopan dan Percaya Diri . SIMPULAN Berdasarkan penelitian pengaruh Sikap Sosial Siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan di SMP YPK Tri Murni Medan diperoleh kesimpulan dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap sosial siswamemiliki pengaruh positif terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 125 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 pernah dilakukan oleh, Hapsari, Luki (2011) dan sari, Mei R (2016) yang menyatakan bahwa “ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap sosial siswaterhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan hasil analisis diatas bebrapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk dilakuksanakan kedepannya adalah agar pengembangan Sikap sosial peserta didik lebih ditingkatkan. Tidak hanya pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan saja namun dapat juga diterapkan pada bidang studi yang lain. Sikap sosial hendaknya menjadi salah satu fokus dalam dalam pembelajaran. Dengan adanya sikap sosial tersebut akan membantu guru maupun peserta didik untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Dengan demikian, karya ilmiah mengenai sikap sosial hendaknya terus dikembangkan dengan penelitian yang lebih inovatif dan berkualitas. Dengan demikian dapat membantu meningkatkan prestasi siswa dalam proses belajar.. REFERENSI Abu Ahmadi. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta Anni, Catharina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Djalal, M.F. 1986. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang. David O Sears dkk. 2009. Social Psichology. (Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno. Psikologi Sosial. Terjemahan). Jakarta: Erlangga Depdiknas. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:Balai Pustaka Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara J. P. Chaplin. 2006. Dictionary of Psychology. (Kartini Kartono. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan). Jakarta: Grafindo Linda L Davidoff. 1991. Introduction To Psychology. (Mari Juniati. Psikologi Suatu Pengantar. Terjemahan). Jakarta: Erlangga Noor MS Bakry. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna Djuwita dkk. 2009. Social Psychology. Psikologi Sosial. Terjemah. Jakarta: Erlangga Rita L Atkinson dkk. 2008. Introduction To Psychology. (Nurdjannah Taufiq. Pengantar Psikologi. Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Sagita, Putu Y. 2014. Kontribusi Sikap Sosial dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa SMP Kelas VII SMP Negeri 1 Melaya, Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2013/2014. Satori, Djam‟an,dkk. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka Somantri, Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudarsono. 1997. Kamus Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Sunarto. 2012. Pengertian Prestasi Belajar. Fasilitator idola http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertianprestasi-belajar diunduh 9 Mei 2017. Pukul 20.00 WIB. Syah Muhibin .2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya. Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta : Remaja Rosdakarya Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 126