hubungan komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat

advertisement
Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU
“HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN
TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU RSUD KRT
SETJONEGORO WONOSOBO”
* Dina Subardina
** Raharjo Apriyatmoko, S.KM., M.Kes ** Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB
*Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
**Dosen S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Pasien yang berada di unit perawatan kritis menyebabkan keluarga dari pasien
tersebut menjadi cemas terkain kondisi anggota keluarganya. Salah satu cara untuk
menurunkan tingkat kecemasan keluarga yakni dengan komunikasi interpersonal
perawat, yang bertujuan untuk mengkaji pemahaman dan mengklarifikasi kesalahan
interpretasi keluarga terkait kondisi pasien di ruang kritis. Tujuan penelitian yakni untuk
mengetahui adakah hubungan antara komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat
kecemasan yang dirasakan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU. Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif korelasional, dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini sejumlah 40 responden, dan menggunakan tekhnik
accidental sampling. Instrumen yang digunakan yakni kuisioner komunikasi
interpersonal perawat untuk mengukur komunikasi interpersonal perawat dan kuisioner
Zung Self-Rating Anxiety Scale untuk mengetahui tingkat kecemasan keluarga pasien .
Ada hubungan antara komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat
kecemasan responden. Hasil uji kolmogorov smirnov diperoleh nilai p 0.001 (α=0,05).
Berdasarkan penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan di RS untuk
memberikan informasi yang jelas kepada keluarga dan pasien terkait tindakan yang
dilakukan sehingga meminimalkan rasa cemas pasien dan keluarga.
ABSTRACT
The patients who were in critical care unit causing the family of the patient the
state of being anxious involve the condition of members of his family.One way to
reduce the anxiety that perceived family by interpersonal nurse communication, aimed
at to assess understanding and clarify the error interpretation family regarding the
patients are in the critical room. The purpose is to know there is “the relation between
interpersonal communication of nurse with the level anxiety of patients family in ICU
This study used descriptive correlation design, with the approach cross sectional.
Included in this study are 40 respondents, and used accidental sampling techniques. An
instrument used that is interpersonal communication nurses questionnaire and Zung
self-rating anxiety questionnaire scale determine the level of anxiety the patient family.
There was a correlation between communication interpersonal a nurse with the
anxiety respondents. Test scores kolmogorov smirnov obtained p 0.001 ( α = 0,05 ) .
Based on study is expected to health workers at the hospital to give informed to the dna
patients related to act done so minimize fear patients and a family for being in a
hospital.
Keywords
: critical patients, anxiety family, interpersonal communication nurse
Bibliographies : 21 ( 2006-2016 )
Universitas Ngudi Waluyo 2017
Page 1
Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU
PENDAHULUAN
Intensif Care Unit (ICU)
merupakan sebuah ruangan khusus
untuk merawat pasien yang mengalami
kondisi kritis ( Suryani, 2012 ). Ruang
ICU dilengkapi dengan
staf dan
peralatan khusus untuk merawat dan
mengobati pasien yang terancam
jiwanya karena kegagalan atau disfungsi
organ akibat suatu penyakit (
Rahmatiah, 2013). Dasar pengelolaan
pasien di ruang ICU adalah dengan
pendekatan
multidisiplin
tenaga
kesehatan yang akan memberikan
konstribusi sesuai dengan bidang
keahliannya dan akan saling bekerja
sama di dalam tim yang dipimpin oleh
dokter intensif sebagai ketua tim (
Kementrian
Kesehatan
Republik
Indonesia, 2010). ICU memiliki
tehnologi yang canggih seperti monitor
jantung dan ventilator mekanik. Klien
di
ICU
perlu
dimonitor
dan
dipertahankan
kondisinya
dengan
menggunakan peralatan lebih dari satu.
Staf keperawatan dan medis pada ICU
memiliki pengetahuan khusus tentang
prinsip dan tehnik perawatan kritis (
Potter & Perry, 2009).
Pasien
yang
dirawat
dalam Critical Care Unit tidak hanya
membutuhkan tehnologi dan terapi tapi
juga memerlukan perawatan humanistik
dari keluarganya. Pada umumnya pasien
yang datang di unit perawatan kritis ini
adalah dalam keadaan mendadak dan
tidak direncanakan, hal ini yang
menyebabkan keluarga menjadi cemas.
Awal dari proses kecemasan yang
dialami keluarga pasien disebabkan
karena keluarga membutuhkan sebuah
informasi
dan
penjelasan
yang
komprehensif dari perawat tentang
keadaan anggota keluarganya (pasien)
dan kebutuhan pasien yang sedang
berbaring dan di rawat di unit perawatan
kritis.
Universitas Ngudi Waluyo 2017
Berdasarkan uraian tersebut,
maka penulis tertarik untuk meneliti
hubungan komunikasi yang dilakukan
perawat terhadap penurunan tingkat
kecemasan keluarga pasien yang
menjalani perawatan di Ruang ICU
(RSUD ) KRT Setjonegoro Wonosobo.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan komunikasi
interpersonal perawat dengan tingkat
kecemasan keluarga pasien yang sedang
menjalani perawatan di Ruang ICU
RSUD Setjonegoro Wonosobo. Manfaat
penelitian ini yakni bisa menjadi
menambah wawasan perawat ICU
dalam upaya peningkatan pelayanan
secara
komprehensif
melalui
komunikasi interpersonal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
diskriptif korelasional, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih
Penelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional dengan melakukan
pengumpulan data dari responden
dengan diobservasi satu kali saja
(Nursalam, 2016).
Penelitian telah dilakukan di
Ruang ICU RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo, tanggal 28 Januari sampai
dengan
2 Ferbruari 2017. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 40
responden. Tekhnik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
accidental sampling. Instrumen yang
digunakan yakni kuisioner komunikasi
interpersonal perawat untuk mengukur
komunikasi interpersonal perawat dan
kuisioner Zung Self-Rating Anxiety
Scale untuk mengetahui tingkat
kecemasan keluarga pasien. Uji statistic
yang digunakan yakni uji Kolmogorov
Smirnov.
Page 2
Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Komunikasi interpersonal perawat
Diagram 1. Distribusi frekuensi
komunikasi
interpersonal
perawat
komunikasi interpersonal
perawat
Baik
35%
65%
Tidak
baik
Berdasarkan hasil penelitian
pada diagram diatas dapat diketahui
bahwa
distribusi
komunikasi
interpersonal perawat sebagian besar
baik, ditunjukan dengan dari 40
responden, sejumlah 26 responden
(65,0%)
memiliki
komunikasi
interpersonal yang baik. Komunikasi
dalam
keperawatan
menurut
Nillajafrady (2007) adalah proses untuk
menciptakan hubungan antara perawat
dengan klien/keluarga dan tenaga
kesehatan lain untuk mengenal dan
menentukan kebutuhan serta kerja sama
dengan
klien/keluarganya
dalam
memenuhi
kebutuhan
tersebut.
Komunikasi interpersonal merupakan
interaksi antara perawat dengan pihak
lain yang sering terjadi saat berhadapan
langsung. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Retnaningsih (2016) yang
menunjukkan
bahwa
komunikasi
perawat yang baik sebanyak 75%.
Komunikasi interpersonal perawat
sebagian baik dapat disebabkan karena
beberapa faktor yang menurut Potter
(2009) dapat disebabkan karena faktor
percaya, sikap suportif, dan sikap
terbuka.
Komunikasi
interpersonal
perawat paling banyak dijawab dengan
jawaban” ya” yakni pada pernyataan
nomer 1, 2 dan 3 dengan indikator
pembentukan hubungan interpersonal
Universitas Ngudi Waluyo 2017
sebanyak 84,6% (79,6% perawat ketika
awal bertemu memperkenalkan diri,
88,5% mengucapkan salam, 76,9%
menjelaskan kegiatan, 65,4%). Hal ini
menunjukkan bahwa perawat mampu
untuk
membentuk
hubungan
interpersonal. Tahap pembentukan
hubungan interpersonal sering disebut
tahap perkenalan. Perkenalan adalah
proses komunikasi dimana individu
mengirimkan (secara sadar) atau
menyampaikan (kadang-kadang tidak
sengaja) informasi tentang struktur dan
isi kepribadiaannya kepada bakal
sahabatnya,dengan menggunakan caracara yang agak berbeda pada
bermacam-macam tahap perkembangan
persahabatan (Duck, Steve. 1976:127).
Jawaban “tidak” banyak dijawab
responden pada pertanyaan dengan
indikator
peneguhan
hubungan
interpersonal perawat sebanyak 34,9%.
Hal ini menunjukkan bahwa peneguhan
interpersonal perawat belum maksimal
dirasakan oleh responden sehingga
perlu ditingkatkan.
Perawat bekerja dengan orang
lain yang memiliki pandangan berbeda,
sehingga
sangat
penting
untuk
memvalidasi
makna
atau
menegosiasikannya.
Komunikasi
interpersonal
akan
menghasilkan
pertukaran ide atau gagasan baru,
pemecahan sebuah masalah klien yang
dihadapi,
ekspresi
perasaan,
pengambilan keputusan, pencapaian
tujuan,
pembentukan
tim
dan
pengembangan pribadi (Potter, 2009).
2. Tingkat kecemasan
Diagram 2. Distribusi frekuensi
tingkat
kecemasan
keluarga
pasien
Tingkat kecemasan keluarga
pasien
3%
Kecemasan
ringan
40%
57%
Kecemasan
sedang
Page 3
Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU
Hasil penelitian diagram 2.
dapat diketahui bahwa distribusi tingkat
kecemasan responden paling banyak
yakni berada pada tingkat ringan, dari
40 responden sejumlah 23 responden
(57,5%). Cemas adalah emosi dan
merupakan
pengalaman
subyektif
individual,
mempunyai
kekuatan
tersendiri dan sulit untuk diobservasi
secara langsung. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Etikasari (2016)
menunjukkan bahwa tingkat kecemasan
ringan sebanyak 66,7%. Kecemasan
yang dirasakan oleh keluarga disaat
klien harus dirawat mendadak dan tanda
terencana merupakan reaksi pertama
yang muncul begitu mulai masuk rumah
sakit dan akan terus menyertai keluarga
dalam setiap upayanya perawatan
terhadap penyakit yang diderita klien.
Kecemasan adalah suatu kondisi
yang menandakan suatu keadaan yang
mengancam keutuhan serta keberadaan
dirinya dan dimanifestasikan dalam
bentuk prilaku seperti rasa tak berdaya,
rasa tidak mampu, rasa takut, phobia
tertentu (Hamid dkk, 2010). Kecemasan
ringan yang dirasakan oleh keluarga
dibuktikan dengan respon keluarga
terhadap kecemasan yakni responden
paling banyak menjawab “kadangkadang”
pada
pernyataan
yang
berkaitan dengan respon gugup (82,6%)
dan gangguan istirahat (100% kadangkadang).
Kecemasan
ringan
berhubungan dengan ketegangan akan
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini
lapang persepsi meningkat dan individu
akan
berhati-hati
dan
waspada
Kecemasan muncul bila ada ancaman
ketidakberdayaan, kehilangan kendali,
perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan
harga diri, kegagalan pertahanan,
perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo,
2010).
Universitas Ngudi Waluyo 2017
Tingkat kecemasan sedang. Pada
tingkat ini lapang persepsi terhadap
lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting
saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Dari hasil penelitian didapatkan
reponden yang mengalami kecemasan
sedang sebanyak 16 responden (40,0%).
Didukung
salah
satunya
oleh
manifestasi gugup (37,5% sebagian
waktu dan 62,5% hampir setiap waktu).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Etikasari (2016),
menunjukkan bahwa tingkat kecemasan
sedang sebayak 12,5%.
Tingkat kecemasan berat. Pada
ansietas berat, lapang persepsi menjadi
sangat menurun. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan
mengabaikan hal yang lain. Individu
tidak mampu berfikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan. Dari
hasil penelitian didapat responden
dengan kecemasan tingkat berat
sebanyak
1
responden
(2,5%).
Didukung dari jawaban kuisioner
kecemasan yakni gugup (100% hampir
setiap waktu). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Etikasari
(2016), menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan berat sebayak 4,2%.
Kecemasan yang terakhir yakni pada
tingkat panik. Pada tingkat ini individu
sudah tidak mampu mengontrol diri lagi
dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi
walaupun sudah diberi pengarahan. Dari
hasil penelitian tidak ditemukan
keluarga dalam kecemasan pada tingkat
panik.
Page 4
3. Hubungan komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat kecemasan keluarga
pasien di ruang ICU
Tabel 1. Hubungan komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat
kecemasan keluarga pasien di ruang ICU RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
Tingkat Kecemasan
Komunikasi
Ringan
Sedang
Berat
Panik Total
interpersonal
p%
perawat
value
f %
f %
f %
f
% f
Baik
Tidak baik
Total
2
1
80,8
2
14,3
2
3
57,5
5
1
1
1
6
19,2
0
0
0
0
26
100
78,6
1
7,1
0
0
0
100
40,0
1
2,5
0
0
40
100
Berdasarkan hasil penelitian
pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa
sebagian
besar
responden
yang
memiliki yang berpendapat komunikasi
interpersonal perawat baik memiliki
tingkat kecemasan ringan, yakni
sejumlah
80,8%.
Komunikasi
interpersonal perawat dalam kategori
tidak baik, memberikan dampak
kecemasan sedang pada responden,
yakni sejumlah 11 responden (78,6%).
Hasil
uji
Kolmogorov
Smirnov
diperoleh nilai p 0,001 (α = 0,05) yang
menunjukkan ada hubungan antara
komunikasi
interpersonal
perawat
dengan tingkat kecemasan keluarga
pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Prihatingsih
(2012), menunjukkan bahwa ada
hubungan antara komunikasi terapeutik
perawat dengan tingkat kecemasan
keluarga pasien di ruang Melati RSUD
Kebumen dengan p value 0,003 (α =
0,05). Hasil ini sesuai dengan teori
Marni (2013), asuhan keperawatan
tentang bagaimana seorang perawat
dapat berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga pasien menjadi catatan kunci
sehingga mampu mengurang tingkat
kecemasan keluarga.
Kecemasan adalah suatu kondisi
yang menandakan suatu keadaan yang
mengancam keutuhan serta keberadaan
Universitas Ngudi Waluyo 2017
0,001
dirinya dan dimanifestasikan dalam
bentuk prilaku seperti rasa tak berdaya,
rasa tidak mampu, rasa takut, phobia
tertentu (Hamid dkk, 2010). Kecemasan
muncul
bila
ada
ancaman
ketidakberdayaan, kehilangan kendali,
perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan
harga diri, kegagalan pertahanan,
perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo,
2010). Kecemasan pada keluarga akan
meningkat ketika salah satu anggota
keluarga berasa pada kondisi kritis atau
berada pada ruang ICU. Menurut buku
pedoman pelayanan keperawatan ICU
di rumah sakit tahun 2011 yang
dimaksud dengan pelayanan keperwatan
ICU adalah pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien dalam
kondisi kritis di ruang perawatan
intensif,dilaksanakan secara terintegrasi
oleh
tim
yang
terlatih
dan
berpengalaman di bidang critical care.
Keluarga didefinisikan secara
biologis, hukum atau sebagai jaringan
sosial dengan ikatan dan ideologi yang
dibangun secara pribadi. Disini ada
berbagai pendapat menurut ahli tentang
definisi keluarga. Fungsi afektif
merupakan fungsi keluarga dalam
memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga.
Merupakan respon dari keluarga
terhadap kondisi dan situasi yang
Page 5
Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU
dialami tiap anggota keluarga baik
senang maupun sedih, dengan melihat
bagaimana
cara
keluarga
mengekspresikan kasih sayang.
Kecemasan yang dirasakan oleh
keluarga disaat klien harus dirawat
mendadak
dan
tanda
terencana
merupakan reaksi pertama yang muncul
begitu mulai masuk rumah sakit dan
akan terus menyertai keluarga dalam
setiap upayanya perawatan terhadap
penyakit yang diderita klien. Cemas
adalah
emosi
dan
merupakan
pengalaman
subyektif
individual,
mempunyai kekuatan tersendiri dan
sulit untuk diobservasi secara langsung.
Perawat dapat mengidentifikasi cemas
lewat perubahan tingkah laku klien.
Cemas sebagai emosi tanpa obyek yang
spesifik, penyebabnya tidak diketahui,
dan didahului oleh pengalaman baru.
Kecemasan dapat dikomunikasikan dan
menular, hal ini dapat mempengaruhi
hubungan terapeutik perawat klien. Hal
ini menjadi perhatian perawat.
Kecemasan setiap keluarga tentu
tidk sama, ada yang ringan, sedang,
berat dan bahkan panik. Adanya
kecemasan
berhubungan
dengan
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya seperti melihat, mendengar,
dan gerakan menggenggam lebih kuat.
Pada tingkat kecemasan ringan ini
biasanya tanda dan gejala (Peni, 2014),
seperti sesekali bernafas pendek (95,7%
kadang-kadang, 4,3% sebagian waktu),
gugup (82,6% kadang-kadang, 13,0%
sebagian waktu, 4,3% hampir setiap
waktu), kesulitan mengerjakan sesuatu
(95,7% kadang-kadang, 4,3% sebagian
waktu), gemeteran (100% kadangkadang), jantung berdebar-debar (95,7%
kadang-kadang, 4,3% hampir setiap
waktu).
Universitas Ngudi Waluyo 2017
Standar asuhan keperawatan
yang membantu komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal
dapat menunrunkan tingkat kecemasan
pada keluarga pasiien yang berada
dalam kondisi kritis (Potter, 2010).
Standart asuhan keperwatan kritis
adalah
acuan
minimal
asuhan
keperawatan yang harus diberikan oleh
perawat yang bertugas di ruang
perawatan intensive (ICU). Setiap
berinteraksi dengan klien diperlukan
komunikasi interpersonal, misalnya
waktu
pengkajian
dan tindakan
keperawtan
lainnya.
Komunikasi
interpersonal
merupakan
interaksi
antara perawat dengan pihak lain yang
sering terjadi saat berhadapan langsung.
Komunikasi ini terjadi dalam konteks
sosial dan mencakup pengiriman
berbagai simbol dan petunjuk serta
penerimaan arti. Arti terletak pada
pribadi dan bukan kata, sehingga
interpretasi pesan dapat berbeda
maksudnya.
Perawat bekerja dengan orang
lain yang memiliki pandangan berbeda,
sehingga
sangat
penting
untuk
memvalidasi
makna
atau
menegosiasikannya.
Komunikasi
interpersonal
akan
menghasilkan
pertukaran ide atau gagasan baru,
pemecahan sebuah masalah klien yang
dihadapi,
ekspresi
perasaan,
pengambilan keputusan, pencapaian
tujuan,
pembentukan
tim
dan
pengembangan pribadi (Potter, 2009).
Tahap komunikasi interpersonal
yakni yang pertama pembentukan
hubungan interpersonal. Tahap ini
sering disebut tahap perkenalan.
Perkenalan adalah proses komunikasi
dimana individu mengirimkan (secara
sadar) atau menyampaikan (kadangkadang tidak sengaja) informasi tentang
struktur dan isi kepribadiaannya kepada
bakal sahabatnya, dengan menggunakan
cara-cara yang agak berbeda pada
Page 6
Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU
bermacam-macam tahap perkembangan
persahabatan (Steve Duck,1976:127).
Berdasarkan hasil penelitian pada tahap
komunikasi interpersonal pembentukan
hubungan didapatkan hasil 79,6%
perawat
ketika
awal
bertemu
memperkenalkan
diri,
88,5%
mengucapkan
salam,
76,9%
menjelaskan kegiatan
Tahap kedua dari komunikasi
interpersonal
yakni
peneguhan
hubungan interpersonal. Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis,
tetapi
selalu
berubah.
Untuk
memelihara
dan
memperteguh
hubungan interpersonal, perubahan
memerlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan
(equilibruim). Ada empat faktor yang
penting
dalam
memelihara
keseimbangan ini : keakraban, kontrol,
respon yang tepat dan nada emosional
yang tepat. Dari hasil penelitia
didapatkan 65,4% membina hubungan
saling percaya, 73,1% mendengarkan
keluhan keluarga, 73,1% memiliki sikap
peduli, 53,8% memiliki sikap empati,
61,5% memberikan informasi terkait
keadaaan pasien kepada keluarga, 80,8
memiliki
sikap
terbuka,
76,9
menggunakan bahasa yang mudah
dipahami, 69,2% mampu mengontrol
emosi, 65,4% memberitahukan kondisi
pasien, 76,9% selalu meminta inform
consent sebelum melakukan tindakan,
53,8% menjelaskan mengenai aturan
berkunjung,
Tahap komunikasi interpersonal
yang
terakhir
yakni
pemutusan
hubungan interpersonal. Maksudnya
adalah bagaimana perawat memberikan
kesan yang baik terhadap keluarga
pasien, bagaimana perawat menciptakan
lingkungan
yang
nyaman
dan
melakukan evaluasi terkait perasaan
keluarga.
Dari
hasil
penelitian
didapatkan
76,9%
menciptakan
lingkungan yang nyaman, 80,8%
Universitas Ngudi Waluyo 2017
memberikan saran yang berguna, dan
80,8% melakukan evaluasi perasaan
keluarga terkait kondisi pasien.
Sebagian besar responden yang
memiliki yang berpendapat komunikasi
interpersonal perawat baik memiliki
tingkat kecemasan ringan, yakni
sejumlah 80,8%, sedangkan responden
yang
berpendapat
komunikasi
interpersonal perawat tidak baik paling
banyak yakni berada pada tingkat
kecemasan sedang, yakni 11 responden
(78,6%). Hasil uji Kolmogorov Smirnov
diperoleh nilai p 0,001 (α = 0,05) yang
menunjukkan ada hubungan antara
komunikasi
interpersonal
perawat
dengan tingkat kecemasan keluarga
pasien. Hasil ini sesuai dengan teori
Marni (2013), asuhan keperawatan
tentang bagaimana seorang perawat
dapat berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga pasien menjadi catatan kunci
sehingga mampu mengurang tingkat
kecemasan keluarga.
KESIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini
bahwa ada hubungan antara komunikasi
interpersonal perawat dengan tingkat
kecemasan responden. Hasil uji
Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p
0,001 (α = 0,05).
SARAN
Masyarakat khusus-nya yang
mempunyai keluarga yang mempunyai
keluarga yang dirawat di ruang ICU
diharapkan
dapat
mengendalikan
kecemasannya. Dan disarankan bagi
instansi dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien kritis selalu
menerapkan komunikasi interpersonal
yang
bersifat
terapeutik
untuk
menurunkan
tingkat
kecemasan
keluarga klien yang berada di Ruang
ICU
Page 7
Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU
DAFTAR PUSTAKA
Duck, Steve. (1997). a Lifetime of
Relationship. United State of
America: Brooks/ Cole Publishing
Compay
Etikasari. (2016). Gambaran Tingkat
Kecemasan Keluarga pasien di
Ruang
Kritis.
Universitas
Sumatera Utara
Gonce, Patricia Morton dkk. (2008).
Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC
Hamid, A.Y.S. (2010). Komunikasi
Terapeutik. Jakarta: Ekslusif
Hudak & Gallo. (2013). Keperawatan
Kritis Holistik. Jakarta: EGC
Kementrian
Kesehatan
Republik
Indonesia. (2010).
Marni. (2013). Komunikasi Terapeutik
dalam
Keperawatan
Jiwa.
Jakarta: Goyenpublishing
Nillajafrady.
(2007).
Komunikasi
Terapeutik
Nugroho. (2013). Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Goyenpublishing
Universitas Ngudi Waluyo 2017
Nursalam. (2016). Penelitian Ilmu
Keperawatan:
Pendekatan
Praktis. Edisi 4. Jakarta: Salemba
Medika
Potter & Perry. (2009). Fundamental
Keperawatan. Jakarta: EGC
Rahmatiah. (2013). Faktor-Faktor yang
memperngaruhi
Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien
Yang dirawat di Ruang ICU
RSUD Dr. M. M Gund aLimboto.
Universitas Gorontalo
Retraningsih, Dwi. (2016). Hubungan
Komunikasi Perawat dengan
Kecemasan Keluarga Pasien di
Unit Perawatan Kritis. Jurnal
Keperawatan Soedirman
Suryani.
(2014).
Komunikasi
Terapeutik: Teori dan Praktik.
Jakarta: EGC
WHO. (2007). Communication During
Patient Hand-Overs.
Page 8
Download