Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU “HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO” * Dina Subardina ** Raharjo Apriyatmoko, S.KM., M.Kes ** Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB *Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo **Dosen S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo ABSTRAK Pasien yang berada di unit perawatan kritis menyebabkan keluarga dari pasien tersebut menjadi cemas terkain kondisi anggota keluarganya. Salah satu cara untuk menurunkan tingkat kecemasan keluarga yakni dengan komunikasi interpersonal perawat, yang bertujuan untuk mengkaji pemahaman dan mengklarifikasi kesalahan interpretasi keluarga terkait kondisi pasien di ruang kritis. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui adakah hubungan antara komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat kecemasan yang dirasakan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional, dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 40 responden, dan menggunakan tekhnik accidental sampling. Instrumen yang digunakan yakni kuisioner komunikasi interpersonal perawat untuk mengukur komunikasi interpersonal perawat dan kuisioner Zung Self-Rating Anxiety Scale untuk mengetahui tingkat kecemasan keluarga pasien . Ada hubungan antara komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat kecemasan responden. Hasil uji kolmogorov smirnov diperoleh nilai p 0.001 (α=0,05). Berdasarkan penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan di RS untuk memberikan informasi yang jelas kepada keluarga dan pasien terkait tindakan yang dilakukan sehingga meminimalkan rasa cemas pasien dan keluarga. ABSTRACT The patients who were in critical care unit causing the family of the patient the state of being anxious involve the condition of members of his family.One way to reduce the anxiety that perceived family by interpersonal nurse communication, aimed at to assess understanding and clarify the error interpretation family regarding the patients are in the critical room. The purpose is to know there is “the relation between interpersonal communication of nurse with the level anxiety of patients family in ICU This study used descriptive correlation design, with the approach cross sectional. Included in this study are 40 respondents, and used accidental sampling techniques. An instrument used that is interpersonal communication nurses questionnaire and Zung self-rating anxiety questionnaire scale determine the level of anxiety the patient family. There was a correlation between communication interpersonal a nurse with the anxiety respondents. Test scores kolmogorov smirnov obtained p 0.001 ( α = 0,05 ) . Based on study is expected to health workers at the hospital to give informed to the dna patients related to act done so minimize fear patients and a family for being in a hospital. Keywords : critical patients, anxiety family, interpersonal communication nurse Bibliographies : 21 ( 2006-2016 ) Universitas Ngudi Waluyo 2017 Page 1 Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU PENDAHULUAN Intensif Care Unit (ICU) merupakan sebuah ruangan khusus untuk merawat pasien yang mengalami kondisi kritis ( Suryani, 2012 ). Ruang ICU dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwanya karena kegagalan atau disfungsi organ akibat suatu penyakit ( Rahmatiah, 2013). Dasar pengelolaan pasien di ruang ICU adalah dengan pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan yang akan memberikan konstribusi sesuai dengan bidang keahliannya dan akan saling bekerja sama di dalam tim yang dipimpin oleh dokter intensif sebagai ketua tim ( Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). ICU memiliki tehnologi yang canggih seperti monitor jantung dan ventilator mekanik. Klien di ICU perlu dimonitor dan dipertahankan kondisinya dengan menggunakan peralatan lebih dari satu. Staf keperawatan dan medis pada ICU memiliki pengetahuan khusus tentang prinsip dan tehnik perawatan kritis ( Potter & Perry, 2009). Pasien yang dirawat dalam Critical Care Unit tidak hanya membutuhkan tehnologi dan terapi tapi juga memerlukan perawatan humanistik dari keluarganya. Pada umumnya pasien yang datang di unit perawatan kritis ini adalah dalam keadaan mendadak dan tidak direncanakan, hal ini yang menyebabkan keluarga menjadi cemas. Awal dari proses kecemasan yang dialami keluarga pasien disebabkan karena keluarga membutuhkan sebuah informasi dan penjelasan yang komprehensif dari perawat tentang keadaan anggota keluarganya (pasien) dan kebutuhan pasien yang sedang berbaring dan di rawat di unit perawatan kritis. Universitas Ngudi Waluyo 2017 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan komunikasi yang dilakukan perawat terhadap penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien yang menjalani perawatan di Ruang ICU (RSUD ) KRT Setjonegoro Wonosobo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang sedang menjalani perawatan di Ruang ICU RSUD Setjonegoro Wonosobo. Manfaat penelitian ini yakni bisa menjadi menambah wawasan perawat ICU dalam upaya peningkatan pelayanan secara komprehensif melalui komunikasi interpersonal. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian diskriptif korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan melakukan pengumpulan data dari responden dengan diobservasi satu kali saja (Nursalam, 2016). Penelitian telah dilakukan di Ruang ICU RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo, tanggal 28 Januari sampai dengan 2 Ferbruari 2017. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 responden. Tekhnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Instrumen yang digunakan yakni kuisioner komunikasi interpersonal perawat untuk mengukur komunikasi interpersonal perawat dan kuisioner Zung Self-Rating Anxiety Scale untuk mengetahui tingkat kecemasan keluarga pasien. Uji statistic yang digunakan yakni uji Kolmogorov Smirnov. Page 2 Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Komunikasi interpersonal perawat Diagram 1. Distribusi frekuensi komunikasi interpersonal perawat komunikasi interpersonal perawat Baik 35% 65% Tidak baik Berdasarkan hasil penelitian pada diagram diatas dapat diketahui bahwa distribusi komunikasi interpersonal perawat sebagian besar baik, ditunjukan dengan dari 40 responden, sejumlah 26 responden (65,0%) memiliki komunikasi interpersonal yang baik. Komunikasi dalam keperawatan menurut Nillajafrady (2007) adalah proses untuk menciptakan hubungan antara perawat dengan klien/keluarga dan tenaga kesehatan lain untuk mengenal dan menentukan kebutuhan serta kerja sama dengan klien/keluarganya dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Komunikasi interpersonal merupakan interaksi antara perawat dengan pihak lain yang sering terjadi saat berhadapan langsung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Retnaningsih (2016) yang menunjukkan bahwa komunikasi perawat yang baik sebanyak 75%. Komunikasi interpersonal perawat sebagian baik dapat disebabkan karena beberapa faktor yang menurut Potter (2009) dapat disebabkan karena faktor percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka. Komunikasi interpersonal perawat paling banyak dijawab dengan jawaban” ya” yakni pada pernyataan nomer 1, 2 dan 3 dengan indikator pembentukan hubungan interpersonal Universitas Ngudi Waluyo 2017 sebanyak 84,6% (79,6% perawat ketika awal bertemu memperkenalkan diri, 88,5% mengucapkan salam, 76,9% menjelaskan kegiatan, 65,4%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat mampu untuk membentuk hubungan interpersonal. Tahap pembentukan hubungan interpersonal sering disebut tahap perkenalan. Perkenalan adalah proses komunikasi dimana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiaannya kepada bakal sahabatnya,dengan menggunakan caracara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan (Duck, Steve. 1976:127). Jawaban “tidak” banyak dijawab responden pada pertanyaan dengan indikator peneguhan hubungan interpersonal perawat sebanyak 34,9%. Hal ini menunjukkan bahwa peneguhan interpersonal perawat belum maksimal dirasakan oleh responden sehingga perlu ditingkatkan. Perawat bekerja dengan orang lain yang memiliki pandangan berbeda, sehingga sangat penting untuk memvalidasi makna atau menegosiasikannya. Komunikasi interpersonal akan menghasilkan pertukaran ide atau gagasan baru, pemecahan sebuah masalah klien yang dihadapi, ekspresi perasaan, pengambilan keputusan, pencapaian tujuan, pembentukan tim dan pengembangan pribadi (Potter, 2009). 2. Tingkat kecemasan Diagram 2. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga pasien Tingkat kecemasan keluarga pasien 3% Kecemasan ringan 40% 57% Kecemasan sedang Page 3 Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU Hasil penelitian diagram 2. dapat diketahui bahwa distribusi tingkat kecemasan responden paling banyak yakni berada pada tingkat ringan, dari 40 responden sejumlah 23 responden (57,5%). Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Etikasari (2016) menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ringan sebanyak 66,7%. Kecemasan yang dirasakan oleh keluarga disaat klien harus dirawat mendadak dan tanda terencana merupakan reaksi pertama yang muncul begitu mulai masuk rumah sakit dan akan terus menyertai keluarga dalam setiap upayanya perawatan terhadap penyakit yang diderita klien. Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, phobia tertentu (Hamid dkk, 2010). Kecemasan ringan yang dirasakan oleh keluarga dibuktikan dengan respon keluarga terhadap kecemasan yakni responden paling banyak menjawab “kadangkadang” pada pernyataan yang berkaitan dengan respon gugup (82,6%) dan gangguan istirahat (100% kadangkadang). Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati dan waspada Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo, 2010). Universitas Ngudi Waluyo 2017 Tingkat kecemasan sedang. Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Dari hasil penelitian didapatkan reponden yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 16 responden (40,0%). Didukung salah satunya oleh manifestasi gugup (37,5% sebagian waktu dan 62,5% hampir setiap waktu). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Etikasari (2016), menunjukkan bahwa tingkat kecemasan sedang sebayak 12,5%. Tingkat kecemasan berat. Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan. Dari hasil penelitian didapat responden dengan kecemasan tingkat berat sebanyak 1 responden (2,5%). Didukung dari jawaban kuisioner kecemasan yakni gugup (100% hampir setiap waktu). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Etikasari (2016), menunjukkan bahwa tingkat kecemasan berat sebayak 4,2%. Kecemasan yang terakhir yakni pada tingkat panik. Pada tingkat ini individu sudah tidak mampu mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan. Dari hasil penelitian tidak ditemukan keluarga dalam kecemasan pada tingkat panik. Page 4 3. Hubungan komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU Tabel 1. Hubungan komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo Tingkat Kecemasan Komunikasi Ringan Sedang Berat Panik Total interpersonal p% perawat value f % f % f % f % f Baik Tidak baik Total 2 1 80,8 2 14,3 2 3 57,5 5 1 1 1 6 19,2 0 0 0 0 26 100 78,6 1 7,1 0 0 0 100 40,0 1 2,5 0 0 40 100 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang memiliki yang berpendapat komunikasi interpersonal perawat baik memiliki tingkat kecemasan ringan, yakni sejumlah 80,8%. Komunikasi interpersonal perawat dalam kategori tidak baik, memberikan dampak kecemasan sedang pada responden, yakni sejumlah 11 responden (78,6%). Hasil uji Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p 0,001 (α = 0,05) yang menunjukkan ada hubungan antara komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihatingsih (2012), menunjukkan bahwa ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Melati RSUD Kebumen dengan p value 0,003 (α = 0,05). Hasil ini sesuai dengan teori Marni (2013), asuhan keperawatan tentang bagaimana seorang perawat dapat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien menjadi catatan kunci sehingga mampu mengurang tingkat kecemasan keluarga. Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan serta keberadaan Universitas Ngudi Waluyo 2017 0,001 dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, phobia tertentu (Hamid dkk, 2010). Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo, 2010). Kecemasan pada keluarga akan meningkat ketika salah satu anggota keluarga berasa pada kondisi kritis atau berada pada ruang ICU. Menurut buku pedoman pelayanan keperawatan ICU di rumah sakit tahun 2011 yang dimaksud dengan pelayanan keperwatan ICU adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi kritis di ruang perawatan intensif,dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang terlatih dan berpengalaman di bidang critical care. Keluarga didefinisikan secara biologis, hukum atau sebagai jaringan sosial dengan ikatan dan ideologi yang dibangun secara pribadi. Disini ada berbagai pendapat menurut ahli tentang definisi keluarga. Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang Page 5 Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang. Kecemasan yang dirasakan oleh keluarga disaat klien harus dirawat mendadak dan tanda terencana merupakan reaksi pertama yang muncul begitu mulai masuk rumah sakit dan akan terus menyertai keluarga dalam setiap upayanya perawatan terhadap penyakit yang diderita klien. Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku klien. Cemas sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui, dan didahului oleh pengalaman baru. Kecemasan dapat dikomunikasikan dan menular, hal ini dapat mempengaruhi hubungan terapeutik perawat klien. Hal ini menjadi perhatian perawat. Kecemasan setiap keluarga tentu tidk sama, ada yang ringan, sedang, berat dan bahkan panik. Adanya kecemasan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya seperti melihat, mendengar, dan gerakan menggenggam lebih kuat. Pada tingkat kecemasan ringan ini biasanya tanda dan gejala (Peni, 2014), seperti sesekali bernafas pendek (95,7% kadang-kadang, 4,3% sebagian waktu), gugup (82,6% kadang-kadang, 13,0% sebagian waktu, 4,3% hampir setiap waktu), kesulitan mengerjakan sesuatu (95,7% kadang-kadang, 4,3% sebagian waktu), gemeteran (100% kadangkadang), jantung berdebar-debar (95,7% kadang-kadang, 4,3% hampir setiap waktu). Universitas Ngudi Waluyo 2017 Standar asuhan keperawatan yang membantu komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dapat menunrunkan tingkat kecemasan pada keluarga pasiien yang berada dalam kondisi kritis (Potter, 2010). Standart asuhan keperwatan kritis adalah acuan minimal asuhan keperawatan yang harus diberikan oleh perawat yang bertugas di ruang perawatan intensive (ICU). Setiap berinteraksi dengan klien diperlukan komunikasi interpersonal, misalnya waktu pengkajian dan tindakan keperawtan lainnya. Komunikasi interpersonal merupakan interaksi antara perawat dengan pihak lain yang sering terjadi saat berhadapan langsung. Komunikasi ini terjadi dalam konteks sosial dan mencakup pengiriman berbagai simbol dan petunjuk serta penerimaan arti. Arti terletak pada pribadi dan bukan kata, sehingga interpretasi pesan dapat berbeda maksudnya. Perawat bekerja dengan orang lain yang memiliki pandangan berbeda, sehingga sangat penting untuk memvalidasi makna atau menegosiasikannya. Komunikasi interpersonal akan menghasilkan pertukaran ide atau gagasan baru, pemecahan sebuah masalah klien yang dihadapi, ekspresi perasaan, pengambilan keputusan, pencapaian tujuan, pembentukan tim dan pengembangan pribadi (Potter, 2009). Tahap komunikasi interpersonal yakni yang pertama pembentukan hubungan interpersonal. Tahap ini sering disebut tahap perkenalan. Perkenalan adalah proses komunikasi dimana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadangkadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiaannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada Page 6 Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan (Steve Duck,1976:127). Berdasarkan hasil penelitian pada tahap komunikasi interpersonal pembentukan hubungan didapatkan hasil 79,6% perawat ketika awal bertemu memperkenalkan diri, 88,5% mengucapkan salam, 76,9% menjelaskan kegiatan Tahap kedua dari komunikasi interpersonal yakni peneguhan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan (equilibruim). Ada empat faktor yang penting dalam memelihara keseimbangan ini : keakraban, kontrol, respon yang tepat dan nada emosional yang tepat. Dari hasil penelitia didapatkan 65,4% membina hubungan saling percaya, 73,1% mendengarkan keluhan keluarga, 73,1% memiliki sikap peduli, 53,8% memiliki sikap empati, 61,5% memberikan informasi terkait keadaaan pasien kepada keluarga, 80,8 memiliki sikap terbuka, 76,9 menggunakan bahasa yang mudah dipahami, 69,2% mampu mengontrol emosi, 65,4% memberitahukan kondisi pasien, 76,9% selalu meminta inform consent sebelum melakukan tindakan, 53,8% menjelaskan mengenai aturan berkunjung, Tahap komunikasi interpersonal yang terakhir yakni pemutusan hubungan interpersonal. Maksudnya adalah bagaimana perawat memberikan kesan yang baik terhadap keluarga pasien, bagaimana perawat menciptakan lingkungan yang nyaman dan melakukan evaluasi terkait perasaan keluarga. Dari hasil penelitian didapatkan 76,9% menciptakan lingkungan yang nyaman, 80,8% Universitas Ngudi Waluyo 2017 memberikan saran yang berguna, dan 80,8% melakukan evaluasi perasaan keluarga terkait kondisi pasien. Sebagian besar responden yang memiliki yang berpendapat komunikasi interpersonal perawat baik memiliki tingkat kecemasan ringan, yakni sejumlah 80,8%, sedangkan responden yang berpendapat komunikasi interpersonal perawat tidak baik paling banyak yakni berada pada tingkat kecemasan sedang, yakni 11 responden (78,6%). Hasil uji Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p 0,001 (α = 0,05) yang menunjukkan ada hubungan antara komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien. Hasil ini sesuai dengan teori Marni (2013), asuhan keperawatan tentang bagaimana seorang perawat dapat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien menjadi catatan kunci sehingga mampu mengurang tingkat kecemasan keluarga. KESIMPULAN Simpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan antara komunikasi interpersonal perawat dengan tingkat kecemasan responden. Hasil uji Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p 0,001 (α = 0,05). SARAN Masyarakat khusus-nya yang mempunyai keluarga yang mempunyai keluarga yang dirawat di ruang ICU diharapkan dapat mengendalikan kecemasannya. Dan disarankan bagi instansi dalam memberikan asuhan keperawatan pasien kritis selalu menerapkan komunikasi interpersonal yang bersifat terapeutik untuk menurunkan tingkat kecemasan keluarga klien yang berada di Ruang ICU Page 7 Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU DAFTAR PUSTAKA Duck, Steve. (1997). a Lifetime of Relationship. United State of America: Brooks/ Cole Publishing Compay Etikasari. (2016). Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga pasien di Ruang Kritis. Universitas Sumatera Utara Gonce, Patricia Morton dkk. (2008). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC Hamid, A.Y.S. (2010). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: Ekslusif Hudak & Gallo. (2013). Keperawatan Kritis Holistik. Jakarta: EGC Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Marni. (2013). Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Jakarta: Goyenpublishing Nillajafrady. (2007). Komunikasi Terapeutik Nugroho. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Goyenpublishing Universitas Ngudi Waluyo 2017 Nursalam. (2016). Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Rahmatiah. (2013). Faktor-Faktor yang memperngaruhi Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Yang dirawat di Ruang ICU RSUD Dr. M. M Gund aLimboto. Universitas Gorontalo Retraningsih, Dwi. (2016). Hubungan Komunikasi Perawat dengan Kecemasan Keluarga Pasien di Unit Perawatan Kritis. Jurnal Keperawatan Soedirman Suryani. (2014). Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC WHO. (2007). Communication During Patient Hand-Overs. Page 8