daftar istilah

advertisement
DAFTAR ISTILAH
Sejumlah konsepsi dalam Rancangan Perda Jawa Barat memerlukan
tambahan penjelasan karena sejumlah istilah belum banyak dikenal
secara umum. Untuk itu diperlukan tambahan informasi khusus
untuk menghindari kesalahpahaman terutama terhadap istilah
spesifik yang dikenal pada bidang tertentu seperti yang diuraikan
berikut.
1. KAWASAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN :
Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budi
daya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki
hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau
hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta
unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
(Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan )
Sustainable agricultural system as one "that can indefinitely meet
demands for food and fibre at socially acceptable econornic and
environmental costs". Crosson (1992)
Sustainable agriculture as "agri-food systems that are econornically
viable, and meet society's need for safe and nutritious food, while
conserving and enhancing Canada's natural resources and the
quality of the environment for future generations" (Science Council of
Canada 1992).
Sustainable agriculture as a philosophy, based on human goals and
knowledge of impacts, which leads to "integrated, resource
conserving, equitable farming systems which reduce environmental
degradation, maintain agricultural productivity, promote econornic
viability in both the short and long term, and maintain stable rural
communities and quality of life". Francis and Youngberg (1990)
2. KAWASAN INDUSTRI
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan
Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. (
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
Tentang Kawasan Industri)
Sustainable industries: "Contrary to the jobs-versus-owls rhetoric
that blames environmental restrictions for layoffs, the movement
toward an environmentally sustainable global economy will create
far more jobs than it eliminates. The chief reason: non-polluting,
environmentally sustainable industries tend to be intrinsically more
labor intensive and less resource intensive than traditional
processes." Michael Renner (1991)
3. KAWASAN PESISIR DAN KELAUTAN
Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat
dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007
Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil )
Kawasan adalah bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria
karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk
dipertahankan
keberadaannya.
(Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil )
A coastal zone is the interface between the land and water. These
zones are important because a majority of the world's population
inhabit such zones. Coastal zones are continually changing because
of the dynamic interaction between the oceans and the land. Nelson,
Stephen A. (2007). "Coastal Zones". Retrieved 2008-12-11
4. KAWASAN PERMUKIMAN
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan
Permukiman )
Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang
terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman. (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan
Kawasan Permukiman )
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman )
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi
dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni. (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan
Permukiman)
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,
penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman)
Housing which provides physical sheltering is one of the basic needs
of human beings. It also addresses all needs included in
psychologist Abraham Maslow’s well-known hierarchy of needs:
psychology, safety, belonging, self-esteem, and self-actualization.
(The Assessment of the Housing in the Theory of Maslow’s Hierarchy
of Needs - European Journal of Social Sciences – Volume 16, Number
2 (2010))
5. BERKELANJUTAN
Yang dimaksud dengan “berkelanjutan” adalah kondisi kualitas
lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan,
termasuk pula antisipasi untuk mengembangkan orientasi
ekonomi kawasan setelah habisnya sumber daya alam tak
terbarukan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang )
sustainability means a capacity to maintain some entity, outcome, or
process over time. Willis Jenkins (2009)
the term “sustainability” refers to dependent social conditions; for
example, a peace treaty, an economic policy, or a cultural practice
may be called sustainable if it will not exhaust the support of a
political community. Willis Jenkins (2009)
the concept of sustainability frames the ways in which
environmental problems jeopardize the conditions of healthy
economic, ecological, and social systems. Willis Jenkins (2009)
on Berkshire Encyclopedia Of Sustainability: The Spirit Of
Sustainability - Yale Divinity School
6. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup
lain, dan keseimbangan antarkeduanya. (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup)
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara
mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk
mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan
ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di
suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber
daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas
lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas
dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai. (Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam
Penataan Ruang Wilayah)
Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen,
yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas
tampung limbah (assimilative capacity). Dalam pedoman ini,
telaahan daya dukung lingkungan hidup terbatas pada kapasitas
penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan
kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan
dan air dalam suatu ruang/wilayah. (Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan
Ruang Wilayah)
Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung pada
kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air,
penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini
dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:
1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
(Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun
2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan
Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah)
7. DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN
Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalamnya. (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup)
Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat wilayah ekoregion
sebagaimana dimaksud dalam UU No 32 Tahun 2009 Pasal 6 ayat
(1) huruf c dilakukan untuk menentukan daya dukung dan daya
tampung serta cadangan sumber daya alam.
Pasal 6 UU No 32 Tahun 2009: Inventarisasi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a terdiri atas
inventarisasi lingkungan hidup:
a. tingkat nasional;
b. tingkat pulau/kepulauan; dan
c. tingkat wilayah ekoregion.
Pasal 6 UU No 32 Tahun 2009 ayat (2) :Inventarisasi lingkungan
hidup dilaksanakan untuk memperoleh data dan informasi
mengenai sumber daya alam yang meliputi:
a. potensi dan ketersediaan;
b. jenis yang dimanfaatkan;
c. bentuk penguasaan;
d. pengetahuan pengelolaan;
e. bentuk kerusakan; dan
f. konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.
Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada UU No 32 Tahun 2009 pasal 12 ayat (2) ditetapkan
oleh:
a. Menteri untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup nasional dan pulau/kepulauan;
b. gubernur untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup provinsi dan ekoregion lintas kabupaten/kota; atau
c. bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah
kabupaten/kota.
UU No 32 Tahun 2009 pasal 12 ayat (4) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara penetapan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dalam peraturan pemerintah.
8. RENCANA SEKTORAL
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan dan Pembangunan Nasional)
Perencanaan sektoral adalah perencanaan yang dilakukan dengan
pendekatan berdasarkan sektor. Yang dimaksud dengan sektor
adalah kumpulan dari kegiatan-kegiatan atau program yang
mempunyai persamaan ciri-ciri serta tujuannya. Pembagian
menurut klasifikasi fungsional seperti sektor, maksudnya untuk
mempermudah perhitungan-perhitungan dalam mencapai sasaran
makro. Sektor-sektor ini kecuali mempunyai ciri-ciri yang berbeda
satu sama lain, juga mempunyai daya dorong yang berbeda dalam
mengantisipasi investasi yang dilakukan pada masing-masing
sektor.
http://www.bappenas.go.id/print/310/perencanaan-menurutdimensi-pendekatan-dan-koordinasi-/
9. MODERNISASI
Modernization or modernisation refers to a model of an evolutionary
transition from a 'pre-modern' or 'traditional' to a 'modern' society.
The teleology of modernization is described in social evolutionism
theories, existing as a template that has been generally followed by
societies that have achieved modernity. Brugger and Hannan (1983)
Modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama
yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta
organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang
menjadi ciri Negara barat yang stabil. (Order and Change: Essays in
Comparative Sociology. Wilbert E. Moore. New York & London: John
Wiley & Sons, 1967.)
10. LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan
secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan)
11.
INFRASTRUKTUR
Infrastructure is basic physical and organizational structures
needed for the operation of a society or enterprise, or the services
and facilities necessary for an economy to function. Sullivan,
arthur; Steven M. Sheffrin (2003)
Infrastruktur adalah sistem jaringan prasarana, antara lain,
mencakup sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem persampahan
dan sanitasi, serta sistem jaringan sumber daya air. (UndangUndang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang )
12. PERTANIAN
Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan yang selanjutnya disebut pertanian
adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani,
agroindustri, pemasaran , dan jasa penunjang pengelolaan sumber
daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan
berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan
manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan masyarakat. (Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, Dan Kehutanan)
Agriculture also called farming or husbandry is the cultivation of
animals, plants, fungi, and other life forms for food, fiber, and
other products used to sustain life. (International Labour Office
(1999). Safety and Health in Agriculture)
13. PERKEBUNAN
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman
tertentu pada tanah dan/ atau media tumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan
jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
(Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004
Tentang Perkebunan)
14. KEHUTANAN
Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut
dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang
diselenggarakan secara terpadu. (Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan)
15. HUTAN PRODUKSI
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan. (Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan)
Pemanfaatan hutan produksi dapat berupa pemanfaatan kawasan,
pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan
bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu.
(Pasal 28 ayat 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 1999 Tentang Kehutanan)
Pemanfaatan hutan produksi dilaksanakan melalui pemberian izin
usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa
lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu, izin usaha
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, izin pemungutan hasil
hutan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu. (Pasal
28 ayat 2 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Kehutanan)
16. HUTAN MANGROVE
Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau
semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam
perairan asin. Nybakken (1992)
Mangroves are various kinds of trees up to medium height and
shrubs that grow in saline coastal sediment habitats in the tropics
and subtropics – mainly between latitudes 25° N and 25° S. The
remaining mangrove forest areas of the world in 2000 was 53,190
square miles (137,760 km²) spanning 118 countries and territories.
(Giri, C. et al. Status and distribution of mangrove forests of the
world using earth observation satellite data. Glob. Ecol. Biogeogr. 20,
154-159 (2011))
17. PERIKANAN
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan
dan
pemanfaatan
sumber
daya
ikan
dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan. (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2009 Tentang Perikanan)
Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang
terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan,
konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan
implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundangundangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah
atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan
produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah
disepakati. (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
2009 Tentang Perikanan)
18. RAMAH LINGKUNGAN
Indikator Ramah Lingkungan adalah kriteria yang menunjukkan
penerapan aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
(Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 04 Tahun 2012)
Uni Eropa mengadopsi “Environmental Technology Action Plan
(ETAP)” pada tahun 2004 untuk memperbaiki pembangunan dan
penggunaan teknologi lingkungan yang lebih luas; didefinisikan
sebagai teknologi yang lebih sedikiti merusak lingkungan
dibanding teknologi alternatif sejenis.
Definisi teknologi ramah lingkungan dalam Agenda 21 Bab 34:
“teknologi ramah lingkungan adalah teknologi yang:
• Memproteksi lingkungannya
• Mengurangi daya polutannya
• Menggunakan semua sumberdaya secara berkelanjutan
• Mendaur-ulang lebih banyak produk dan limbahnya, dan
•
Menangani sisa limbah dengan cara yang benar
Teknologi ramah lingkungan tidak hanya teknologi secara individu
tetapi juga secata sistem termasuk pengetahuan, prosedur, barang
dan pelayanan, dan peralatan serta prosedur organisasi dan
manajemen untuk mempromosikan kelestarian lingkungan.
Kardono (2010)
Berdasarkan karakteristik ini, definisi teknologi ramah lingkungan:
• Termasuk untuk semua teknologi transisi yang akan
menjadi teknologi berwawasan lingkungan
• Semua aliran daur hidup material, energi dan air dalam
sistem produksi dan konsumsi
• Meliputi keseluruhan spektrum mulai teknologi dasar sistem
produksi dan konsumsi sampai dengan keseluruhan
teknologi
terintegrasi
dimana
teknologi
lingkungan
merupakan teknologi produksi dan konsumsi untuk dirinya
sendiri
• Termasuk teknologi sistem tertutup dimana targaetnya
adalah zero waste dan atau pengurangan penggunaan
sumberdaya yang signifikan, serta teknologi lingkungan yang
menghasilkan sedikit emisi dan
• Mempertimbangkan pengembangan teknologi dalam konteks
ekologi dan sosial.
Contoh Kriteria dan Indikator Teknologi Ramah Lingkungan
KRITERIA
SUB KRITERIA
INDIKATOR
LINGKUNGAN
Sumberdaya
SD Energi
SD Mineral
Perubahan Iklim
Dampak Ekosistem
Limbah
Konsumsi Total Energi
Fosil Primer
Konsumsi Total Bijih
Metal
Potensi Perubahan
Iklim
Dampak Karena
Operasi Normal
Biodiversity
Ekotoksisitas
Asidifikasi Dan
Eutrofikasi
Dampak Dari
Kecelakaan
Lepasnya Hidrokarbon
Kontaminasi Radioaktif
Limbah Kimia Disimpan
Berat Total Tersimpan
KRITERIA
SUB KRITERIA
INDIKATOR
Dibawah Tanah
EKONOMI
Dampak Pelanggan
Dampak Ekonomi
Harga Listrik
Penerima Tenaga Kerja
Risiko Finansial
Tenaga Kerja Langsung
(Org/Th/Mwh)
Total Biaya Modal
Keamanan
Ancaman Politik
Keberlangsungan
Penyedia Energi
Fleksibilitas Dan
Adaptasi
Diversifikasi Penyedia
Energi Primer
Manajemen Limbah
Fleksibilitas Untuk
Merubah Teknologi
Stabilitas Politik
Potensi Membuat
Konflik Sosial
Kemauan Untuk
Berbuat
Perlunya Partisipasi
Membuat Keputusan
Potensi Energi
Menyebabkan Konflik
Kemauan Lsm Dan
Gerakan Masyarakat
Untuk Bergerak
Perlunya Partisipasi
Membuat Keputusan
Untuk Berbagai
Teknologi
Masyarakat Dan
Individu
Estimasi Resiko Oleh
Ahli Pada Normal
Operasi
Estimasi Resiko Oleh
Ahli Pada Keadaan
Kecelakaan
Penurunan Harapan
Hidup
Jumlah Yang Sakit
Efek Kesehatan Karena
Kecelakaan
Jumlah Orang Terkena
Per Kecelakaan
Kualitas Hidup
Pengembangan
Masyarakat
Dampak Pada
Perumahan
Kondisi Hidup Yang
Layak
Kualitas Kerja
Dampak Pada Lahan
Dan Perumahan
Paparan Kebisingan
SOSIAL
Sumber: Kardono (2010) Pusat Teknologi Lingkungan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam Lokakarya
Teknologi Ramah Lingkungan untuk Masa Depan Lebih Baik
19. INTENSIFIKASI
Intensifikasi Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam UU
No. 41 Tahun 2009 Pasal 27 ayat (1) dilakukan dengan:
a. peningkatan kesuburan tanah;
b. peningkatan kualitas benih/bibit;
c. pendiversifikasian tanaman pangan;
d. pencegahan dan penanggulangan hama tanaman;
e. pengembangan irigasi;
f. pemanfaatan teknologi pertanian;
g. pengembangan inovasi pertanian;
h. penyuluhan pertanian; dan/atau
i. jaminan akses permodalan.
(Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan )
20. DIVERSIFIKASI
Diversifikasi pertanian didefinisikan sebagai peningkatan jumlah
aktivitas pertanian. Sugino dan Hutagaol (2004) dalam Budiasa
(2010)
Diversifikasi atau penganekaragaman pertanian adalah usaha
untuk mengganti atau meningkatkan hasil pertanian yang
monokultur (satu jenis tanaman) ke arah pertanian yang bersifat
multikultur (banyak macam tanaman). Pengertian diversifikasi
yang demikian disebut diversifikasi horizontal. Sedangkan
diversifikasi vertikal adalah usaha untuk memajukan industriindustri pengolahan hasil-hasil pertanian yang bersangkutan.
Fatah (2007)
Pendekatan sistem usahatani melalui pengembangan tanaman
sekunder yang lebih dikenal sebagai CGPRT Crops (coarse grain,
pulses, roots, dan tubers) dapat dijadikan strategi dalam
mewujudkan pertanian berkelanjutan khususnya sustainable
diversified agriculture.
Diversifikasi pertanian digolongkan ke dalam diversifikasi
horizontal dan diversifikasi vertikal. Diversifikasi horizontal
mencakup keragaman 18 aktivitas yang dilakukan dalam unit
produksi usahatani dengan tujuan utama mengantisipasi resiko
kegagalan produksi dan fluktuasi harga output, sedangkan
diversifikasi vertikal memasukkan aktivitas untuk menghasilkan
pendapatan di sektor off-farm ke dalam aktivitas produksi on-farm
dengan tujuan utama untuk memberikan tambahan nilai (value
added) pada produk primer yang dihasilkan dari kegiatan on-farm.
(Fatah, 2007).
21. PEMANFAATAN TEKNOLOGI PERTANIAN
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan teknologi pertanian” adalah
aktivitas menggunakan proses dan teknologi pertanian untuk
menghasilkan nilai tambah produk pertanian yang lebih baik.
(Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan )
Teknologi pertanian merupakan penerapan prinsip-prinsip
matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka
pendayagunaan secara ekonomis sumberdaya pertanian dan
sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia. (Mangunwidjaja,
D. dan Sailah, I. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar
Swadaya. Bogor)
Lingkup Teknologi Pertanian Anggraeni (2010):
A. Teknik Pertanian
Bidang cakupan teknik pertanian antara lain adalah sebagai
berikut
• Alat
dan
mesin
budidaya
pertanian,
mempelajari
penggunaan, pemeliharaan dan pengembangan alat dan
mesin budidaya pertanian.
• Teknik tanah dan air, menelaah persoalan yang
berhubungan dengan irigasi, pengawetan dan pelestarian
sumberdaya tanah dan air.
• Energi dan Elektrifikasi Pertanian, mencakup prinsip-prinsip
teknologi energi dan daya serta penerapannya dalam
kegiatan pertanian.
• Lingkungan dan bangunan pertanian, mencakup masalah
yang berkaitan dengan perencanaan dan konstruksi
bangunan khusus untuk keperluan pertanian, termasuk
unit penyimpanan tanaman dan peralatan, pusat
pengolahan dan sistem pengendalian iklim serta sesuai
keadaan lingkungan.
• Teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, penggunaan
mesin untuk menyiapkan hasil pertanian, baik untuk
disimpan atau digunakan sebagai bahan pangan atau
penggunan lainnya.
B. Teknologi Hasil Pertanian/ Teknologi Pangan
Teknologi pangan merupakan penerapanilmu dan teknik pada
penelitian, produksi, pengolahan, distribusi, penyimpanan
panganbeserta pemanfaatannya.
C. Teknologi Industri Pertanian
Teknologi Industri Pertanian memiliki bidang kajian sebagai
berikut :
• Sistem teknologi proses industri pertanian, yaitu kegiatan
pertanian yang berkaitan denganperencanaan, instalasi dan
perbaikan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bahan,
sumberdaya, peralatan dan energi pada pabrik agroindustri.
• Manajemen industri, yaitu kajian yang berkaitan dengan
perencanaan, pengoperasian danperbaikan suatu sistem
terpadu pada permasalahan sistem usaha agroindustri.
• Teknoekonomi agroindustri, yaitu kajian yang berkaitan
dengan perencanaan, analisis danperumusan kebijakan
suatu
sistem
terpadu
pada
permasalahan
sektor
agroindustri.
22. SUMBERDAYA AIR
Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya. (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air )
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di
bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
(Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2004
Tentang Sumber Daya Air )
Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan
yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
(Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2004
Tentang Sumber Daya Air )
Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada
sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian
bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.
(Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2004
Tentang Sumber Daya Air).
Download