10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi

advertisement
10
BAB II
KERANGKA TEORITIK
A. Kajian Pustaka
1. Komunikasi Massa
a. Pengertian Komunikasi Massa
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa
dirumuskan Bittner adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang.7 Pengertian lain dari komunikasi
massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah
khalayak yang tersebar dan heterogen melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat.
Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi
melalui media massa, yaitu surat kabar, majalah, radio, televise, film,
dan juga internet. Sedangkan yang dimaksud dengan massa dalam
komunikasi massa adalah pembaca surat kabar, pembaca majalah,
pendengar radio, penonton televisi, pengguna internet yang memiliki
sifat-sifat: banyak jumlahnya, saling tidak mengenal, heterogen, tidak
diorganisasikan, tidak dikenal oleh si pengirim atau komunikator, serta
tidak dapat memberikan umpan balik secara langsung.
7
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005 ) hal.
188
10
11
b. Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi massa mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah
Komunikasi massa ini berlangsung satu arah, ini berarti
bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada
komunikator. Dengan kata lain wartawan sebagai komunikator
tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau
berita yang disiarkannya itu. Yang dimaksud dengan “tidak
mengetahui” dalam keterangan diatas adalah tidak mengetahui
pada waktu proses komunikasi itu berlangsung. Mungkin saja
komunikator mengetahuinya juga, melalui rubrik surat pembaca
atau surat pendengar yang biasa terdapat dalam media surat kabar,
majalah dan radio atau dengan jalan menelepon. Akan tetapi itu
semua terjadi setelah komunikasi dilancarkan oleh komunikator.
Sebagai konsekuensi dari situasi komunikasi seperti itu,
komunikator
pada
komunikasi
massa
harus
melakukan
perencanaan dan persiapan sedemikian rupa sehingga pesan yang
disampaikannya kepada komunikan harus komunikatif dalam arti
kata dapat diterima secara inderawi dan secara rohani pada satu
kali penyiaran. Dengan demikian pesan komunikasi selain harus
jelas juga dapat dipahami maknanya seraya tidak bertentangan
dengan kebudayaan komunikan yang menjadi sasaran komunikasi.
12
2) Komunikator pada Komunikasi Melembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan
lembaga, yaitu Institusi atau Organisasi. Oleh karena itu
komunikatornya harus melembaga. Hal ini berbeda dengan
komunikator lainnya misalnya kiai atau dalang yang munculnya
dalam suatu forum bertindak secara individual, atas nama dirinya
sendiri sehingga ia mempunyai lebih banyak kebebasan.
Komunikator pada komunikasi massa misalnya wartawan
surat
kabar
dalam
menyebarluaskan
pesan
komunikasinya
bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan kebijaksanaan surat
kabar dan televisi yang diwakilinya. Ia tidak mempunyai
kebebasan individual. Sebagai konsekuensi dari sifat komunikator
yang melembaga itu, peranannya dalam proses komunikasi
ditunjang oleh orang lain. Misalnya, wajah dan penyiar televisi tak
mungkin dapat dilihat dan didengar jika tidak ditunjang oleh
pekerjaan pengarah acara, juru kamera, juru suara dan sebagainya..
3) Pesan Pada Komunikasi Massa Bersifat Umum
Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum
karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.
Media massa tidak menyebarkan suatu pesan yang tidak
menyangkut kepentingan umum.
13
4) Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk
menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima
pesan-pesan yang disebarkan. Poster dan papan pengumuman
adalah media komunikasi, tetapi bukan media komunikasi massa
sebab tidak mengandung ciri keserempakan, karena pesan yang
disampaikan melalui poster atau papan pengumuman kepada
khalayak tidak diterima oleh mereka dengan melihat poster atau
papan pengumuman itu secara serempak bersama-sama tetapi
secara bergantian. Sedangkan televisi adalah media komunikasi
massa disebabkan ciri keserempakan yang dikandungnya. Pesan
yang disebarkan dalam bentuk pidato, pidato presiden misalnya
akan diterima oleh masyarakat secara serempak bersama-sama
pada saat presiden berbicara.dalam jumlah jutaan.
5) Komunikan Komunikasi Massa bersifat heterogen
Yang dimaksud dengan komunikan heterogen adalah dalam
keberadaanya secara terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya
tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masingmasing berbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama,
ideologi,
pekerjaan,
pendidikan,
pengalaman hidup, dan sebagainya.
pengalaman,
kebudayaan,
14
2. Internet sebagai komunikasi
Dengan melihat katakteristik komunikasi massa diatas maka
internet juga termasuk salah satu diantaranya. Karena pesan yang di
sampaikan melalui internet juga bersifat umum, komunikannya juga
heterogen, komuikatornya juga melembaga, internet juga menimbulkan
keserempakan, namun
melalui internet,
komunikasi
tidak
selalu
berlangsung satu arah, tapi bias juga dan seringkali berlangsung memutar
atau sirkuler. Artinya tidak dapat dipastikan mana komunikan dan mana
komunikatornya. Karena jika yang satu mengirimkan pesan maka pesan
itu akan langsung dibalas juga oleh pihak yang satunya.
Internet tak ubahya sebuah master key. Pertama, untuk membuka
semua pintu informasi dan data di seluruh dunia. Kedua untuk
menelanjangi the managed news, berita maupun data yang direkayasa
untuk
tujuan-tujuan subyektif
tertentu.
Ketiga, untuk meluaskan
bandingan, misalnya agar persepsi tentang kisah sukses tak melulu linier
sifatnya.8
3. Kajian Tentang Respon
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005: 592) respon sama
dengan tanggapan, reaksi, jawaban. Respon komunikasi adalah penamaan
umum bagi respon subyek yang dibangkitkan oleh stimuli komunikasi.
Stimuli komunikasi adalah penanaman umum bagi semua kekuatan yang
8
Randy Reddick dan Elliot King, Internet Untuk Wartawan, Jakarta: Yayasan Obor Idnesia,
1996, hal. xv
15
dipergunakan untuk memmbina (membangun, mendidik) manusia dengan
tujuan merubah sikapnya. Kekuatan-kekuatan ini lazimnya digolongkan
menjadi empat golongan, yaitu: komunikator, inovasi, media, dan konteks
sosial.
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan
atau tanggapan (reaction). Respon adalah berupa tanggapan, reaksi dan
jawaban.9 Dalam pembahasan teori respon tidak terlepas dari pembahasan
proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa
yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses
komunikasi.
Komunikasi
dianggap
berhasil
jika
respon
yang
terukur
menunjukkan yang dikehendaki komunikator. Respon dapat digolongkan
menjadi tiga kelas atau golngan, yaitu:
1) respon yang bersifat kognitif. Bersangkutan dengan masalah mengerti
atau tidak mengarti; paham atau tidak paham
2) respon yang bersifat afektif. Bersagkutan dengan masaah suka atau
tidak suka
3) respon yang bersifat perilaku (behavior). Bersangkutan dengan masalah
melaksanakan atau tidak melaksaakan.
Bagi komunikator, tujuannya yang utama dan terakhir adalah
perubahan sikap subyek yang bersifat perubahan perilaku (behavioral);
9
674
Plus A.Partanto &M.Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkala, 1994).hal
16
subyek melaksanakan dengan sebenarya apa yang menjadi keinginan
komunikator.10
Respon merupakan istilah yang digunakan oleh psikologi untuk
menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera.
Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan
setelah dilakukan perangsangan.
Teori behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan
dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respon
adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari
lingkungan. Jika rangsang dan respon dipasangkan atau dikondisikan
maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang
dikondisikan.11
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M Caffe respon
dibagi menjadi tiga bagian yaitu :12
a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan
keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini
timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau
dipersepsi oleh khalayak.
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang
didapatkan dari proses berpikir tetang seseorag atau sesuatu. Proses
yang dilakukan adalah memperoleh pegetahuan dan memanipulasi
pengetahuan mealui aktivitas mengingat, meganalisis, memahami,
10
Santoso S. Hamijoyo, Komunikasi Partisipatoris, Bandung: Humaniora, 2005. hal. 97-98
http://hasanismailr.blogspot.com/2009/06/pengertian-respon.html, diakses 20 Juni 2009
12
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004) hal.218
11
17
menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau
kemampuan
kognisi
biasa
diartikan
sebagai
kecerdasan
atau
intelegensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi beragam,
diantaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta
kecerdasan buatan.
Kepercayaan/ pegetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya
dapat mempengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi
perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan
seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah perilaku mereka.
Gejala pengenalan (kognisi) dimulai ketika individu melakukan
pegindraan dan pengamatan. Mulai saat itu idividu menerima secara
langsung stimuli atau rangsang dari luar. Individu mengenal
lingkungan sekitarnya baik berupa obyek maupun sesuatu yang
bersifat abstrak, yakni dengan menggunakan alat inderanya. Individu
dapat menyadari keadaan sekitar dengan pengindraan dan pegamatan
(sensation and perceptin). Ada beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi ketika individu akan dapat menyadari sesuatu. Antara lain:
1) Adaya obyek yang diamati. Obyek menimbulkan stimulus yang
akan ditangkap oleh alat indra atau reseptor. Yang dimaksud
stimulus ialah segala sesuatu yang bisa ditangkap alat indra atau
reseptor.
2) Alat indra atau reseptor yang cukup baik yaitu alat untuk menerima
stimulus.
18
3) Untuk meyadari atau untuk mengadakan pengamatan sesuatu
diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah awal
sebagai sesuatu persiapan dalam mengadakan pegamatan. Tanpa
perhatian tidak akan terjadi pengamatan.
Setelah terjadi proses pengindraan dan pengamatan selanjutnya
akan terjadi prses tanggapan. Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa
yang pokok. Tanggapan diartikan sebagai gambaran ingatan dari hasil
pengamatan, dalam mana obyek yang telah diamati tidak lagi berada
dalam ruang dan waktu pengamatan. Tanggapan berada di alam bawah
sadar manusia.
Setelah individu mengalami proses tanggapan, selanjutnya
tanggapan tersebut akan dimunculkan. Pemunculan dari tanggapantanggapan dari keadaan dibawah sadar (tidak disadari) ke dalam
keadaan disadari disebut dengan reproduksi. Reproduksi dapat juga
terjadi oleh karena adanya perangsang atau pengaruh dari luar.
Misalnya kerena melihat makanan maka jadi teringat lapar dan ingin
makan.
Dari proses reproduki maka proses berlanjut pada ingatan
(memory). Ingatan atau memory ialah kekuatan jiwa untuk meerima,
menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Ada tiga unsur dalam
aktivitas
ingatan,
ialah
menerima
kesan-kesan,
menyimpan,
mereproduksikan. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat, maka
berarti ada sesuatu indikasi bahwa individu mampu menyimpan dan
19
menyimpulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami. Namun tidak
berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal
seluruhya dalam ingatan oleh karena ingatan merupakan kemampuan
yang terbatas.
b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan
menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada
perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.
Respon afektif ialah respon yang timbul pada aspek perasaan
atau tanggapan ataupun reaksi seseorang terhadap stimulus yang
diterima dari pesan komunikasi yang ada pada aspek emosional dan
bersifat subyektif. Perasaan seseorang berkembang sejak mengalami
sesuatu. Karena itu mudah dimengerti bahwa keadaan yang pernah
mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan
perasaan. Dalam kehidupan modern banyak bermacam-macam alat
yang dipergunakan untuk memperkaya rangsang emosi, seperti:
televise, radio, film, gambar, majalah, serta media internet.13
Perasaan dan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan
(state) yang ada pada individu atau organisme pada suatu waktu.
Menurut Caplin (1972) yang dimaksud dengan perasaan adalah
keadaan individu sebagai akibat dari persepsi sebagai akibat stimulus
baik eksternal maupun internal. Ada tiga sifat perasaan:
13
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. hal. 102
20
1) Pada umumnya perasaan berkaitan dengan persepsi, dan merupakan
reaksi terhadap stimulus yang mengalaminya. Tetapi perasaan yang
timbul pada masing-masing individu ternyata dapat berbeda satu
dengan yang lain. Dengan demikian, sekalipun stimulusnya sama
namun perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus tersebut dapat
berbeda-beda.
2) Perasaan bersifat subyektif, lebih subyektif apabila dibandingkan
dengan peristiwa-peristiwa psikis yang lain. Meskipun stimulusnya
sama namun perasaan yang dialami individu yang ditimbulkan oleh
stimulus tersebut dapat berbeda satu dengan yang lain.
3) Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak
senang
sekalipun
tingkatanya
dapat
berbeda-beda.
Namun
demikian perasaan senang dan tidak senang bukanlah satu-satunya
dimensi dari perasaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perasaan diantaraya
ialah: jenis kelamin, pengalaman, prasangka, dan keadaan obyek.
c. Behavioral, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata
yang meliputi tindakan atau perbuatan.
Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya
rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respon dipasangkan atau
dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap
rangsang yang dikondisikan. Rangsang atau stimulus adalah istiah
yang digunakan oleh psikologi untuk menjelaskan suatu hal yang
21
merangsang terjadinya suatu respon tertentu. Rangsang merupakan
informasi yang dapat diindra oleh panca indra. Rangsang ialah suatu
hal yang datang dari lingkungan yang dapat menyebabkan respon
tertentu pada tingkah laku.
Respon yang bersifat perilaku (behavior) bersangkutan dengan
masalah melaksanakan atau tidak melaksanakan. Pada respon yang
bersifat perilaku dilatar belakangi oleh aspek konasi yang meliputi
komponen: adanya motif, adanya suatu usaha, adanya saat-saat
memilih, adanya suatu keputusan, adanya perbuatan berdasarkan
kemauan.
Suatu perbuatan ini terjadi karena adanya suatu dorongan
(motif) yang terdapat dalam diri manusia yang selalu berusaha mencari
tujuan yang didahului oleh suatu pilihan perbuatan yang mungkin
dapat menguntungkan diri, sehingga suatu keputusan untuk berbuat
dapat dilaksanakan. (Dakir, 1993: 108).
Dungkapkan oleh Bimo Walgito (2002: 168) motif sebagai
pendorong pada umumya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait
mengait dengan faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif
disebut motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa orang
berbuat atau berperilaku kearah sesuatu yang dikerjakan, maka orang
tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi.
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau
organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Dengan demikian
22
dapat dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai tiga spek, yaitu:
pertama, keadaan terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan
bergerak karena kebutuhan. Misalnya kebutuhan jasmani karena
keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berfikir dan
ingatan; kedua, perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan;
ketiga, goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.14
B. Kajian Teoritik
Menurut Kerlinger, Teori adalah himpunan konstruk atau konsep,
definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang
gejala dengan menjabarkan relasi diantara variable untuk menjelaskan dan
meramalkan gejala tersebut15. Atau dalam bahasa sederhana, teori adalah
penjelasan dari suatu fenomena yang telah diuji kebenarannya.
Dalam sebuah langkah penelitian acuan terhadap teori-teori juga harus
diperhatikan. Masuknya teori komunikasi massa yang dapat diprediksi efekefek dari media yang digunakan dapat memberikan pengaruh terhadap
penelitian yang dilakukan.
Sesuai dengan fenomena yang ada, penelitian ini menggunakan teori SO-R. Maksudnya adalah Stimulus-Organisme-Respon. Menurut teori ini efek
yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan
dan reaksi komunikan.
14
15
hal. 6
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi, Yogyakarta: Andi, 2002, hal. 169.
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997,
23
Jadi unsur-unsur dalam teori ini adalah: Pesan (Stimulus, S);
Komunikan (Organisme, O); dan Efek (Respon,R)
Teori S-O-R sebagai singkatan dari stimulus-organism-response ini
berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan jika kemudian menjadi
salah satu teori komunikasi, sebab material dari komunikasi dan psikologi
adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen
sikap, opini, perilaku, kogisi, afeksi da konasi.16 Menurut teori S-O-R efek
yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadapa stimulus khusus, sehingga
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan
dan reaksi komunikan.
Selain itu teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada
pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengerauh yang
terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsang tertentu. Dengan
demikian besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pegaruh tersebut
terjadi, tergantung pada isi pesan yang menyebebkan stimulus mahasiswa
menanggapinya.
Unsur-unsur dalam teori ini adalah:
a. Pesan (stimulus), merupakan pesan yang disampaikanoleh komunikator
kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa benda
atau lambang.
b. Komunikator (organisme), merupakan keadaan komunikan dan saat
menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator. Perhatian disini
16
Onong Uchayana Effendi, Imu Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya
bakti, 2000, hal. 253
24
diartikan bahwa komunikaan akan memperhatikan setiap pesan yang
disampaikan melalui tanda atau lambang. Selanjutnya komunikan
mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yag disampaikan.
c. Efek (Respon), merupakan dampak dari komunikasi. Efek darikomunikasi
adalah perubahan sikap, yaitu afektif, kognitif dan konatif. Efek kognitif
merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek
kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi
komunikan. 17
Teori ini dapat dijelaskan melalui gambar sebagai berikut:
STIMULUS
ORGANISM
RESPON
o Penerimaan
o Perhatian
o Pengertian
Gambar diatas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang
disampaikan kepada komunikan, mugkin dapat diterima atau ditolak. Apabila
komunikan menerima pesan tersebut,maka ia akan memperhatikan pesan
tersebut menjadi bahan informasi bagi dirinya. Proses selanjutnya komunikan
mencoba mengerti pesan tersebut. Kemampuan komunikan inilah yang
melanjutkan proses berikutnya, yaitu kesediaan untuk mengubah sikap.
Secara umum akibat atau hasil komunikasi mencakup tiga aspek
yaitukognitif afektif dan konatif. Efek kognitif terhubung dengan pegetahuan,
yang melibatkan prses berpikir, memecahkan masalah, dan dasar keputusan.
Sedagkan efek afektif berhubungan dengan perilaku atau tindakan.
17
Ibid, hal. 254.
25
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa respon muncul dari adanya
proses berpikir dan memperhatikan individu terhadap obyek, dengan adanya
proses tersebut maka timbullah kesadaran invividu terhadap obyek. Proses
berpikir tersebut menunjuk pada kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep
dan lambang sebagai penggganti obyek dan peristiwa.18 Pada tahap ini
individu akan memberikan perhatian lebih tentang sesuatu yang disukainya,
sesuai dengan pegalaman yang didapatkan dari apa yang telah dilihatnya. Pada
tahap ini, ia sadar terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Dan pada tahap
terakhir ia menyimpan kedalam ingatan dan dijadikan pengetahuan. Proses
seanjutnya timbullah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek. Individu
akan menyeleksi atau memilih, dan daripilihan tersebut diyakininya.19
Perhatian disini diartikan sebagai proses mental ketika stimuli lainnya
melemah. Setelah individu menangkap stimulus, maka proses selanjutnya
adalah menyimpannya dalam ingatan mereka. Proses psikologi ini lazim
dikenal dengan memori, yang merupakan sistem yang sangat berstruktur, yang
dapat menyebabkan organisme sanggup merekam fakta. Secara singkat
memori melewati tiga proses, yaitu: perekaman, penyimpanan, dan
pemanggilan. Merekam adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra
dan sirkit saraf internal. Penyimpanan merupakan preses yang menentukan
berapa lama informasi itu berada dalam ingatan, dan panggilan merupakan
proses mengingat kembali informasi yang telah disimpan.
18
19
Jalaluddin rahmad, hal 68.
Dennis MC Quail, Teri Komuikasi Massa, Jakarta: Erlangga, 1987, hal 281
26
Dalam definisi diatas maka respon pemirsa tentang pesan-pesan yang
disampaikan merupakan hasil individu dalam menerima stimuli dari
lingkungan dan mengubahnya kedalam kesadaran psikologis. Efek kognitif
terjadi apabila ada suatu perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,
dipersepsi oleh khalayak terkait dengan transmisi pengetahuan. Seorang cukup
intens mengetahui informasi dari isu tertentu sehingga ia dapat secara jelas
mengambil sikap terhadap isu tersebut.20 Sikap atau pendapat seseorang
terhadap suatu masalah tergantung pada pengetahuan yang dimiliki seseorang
masalah tersebut.
Efek media dapat pula mempengaruhi seseorang dalam waktu pendek
sehingga dengan cepat mempegaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam
waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan-perubahan
dalam waktu yang lama. Hal tersebut karena efek media massa terjadi secara
disengaja, namun juga ada efek media yang diterima masyarakat tanpa
disengaja.21
Logikanya manusia sebagai mekanisme yang merespon seperti yang
diterangkan pada teori belajar sosial yakni manusia adalah suatu produk
kekuatan ekstera dalam lingkungan yang melingkupi mereka. Rangsangan
dalam mereka mengkondisikan mereka untuk berperilaku dan memberikan
respon terhadap peristiwa-peristiwa dengan cara yang dapat diramalkan dan
tetap. Suatu jaringan hubungan kausal mengaitkan semua aspek penting
perilaku kepada lingkungan. Meskipun persepsi manusia dapat mempengaruhi
20
21
Eriyanto, Metodologi Polling, Bandung: PT Rosda Karya, 1999, hal 238
Burhan Bungin, Sosiologi Komuikaasi, Jakarta: Kencana, 207, hal. 317
27
proses ini hingga derajat tertentu, manusia selalu memberikan respon terhadap
situasi dengan suatu cara yang berdasarkan hukum atau aturan yang berlaku.22
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Telah banyak sekali penelitian-penelitian terdahulu yang membahas
tentang respon. Baik di kampus IAIN sendiri maupun di kampus-kampus lain.
Ada yang membahas respon mahasiswa, respon khalayak, respon masyarakat,
respon pemirsa, respon pendengar dan lain sebagainya.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lutfi Rosadi
dengan judul “Respon Mahasiswa Terhadap Model Pelayanan Administrasi
Akademik Dengan Sistem Informasi Akademik” (Studi kasus pada mahasiswa
prodi Ilmu Komunikasi semester genap tahun akademik 2008-2009 di fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya). Penelitian ini dilakukan di lingkungan
fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2009.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa respon yang diberikan
mahasiswa pada model pelayanan administrasi akademik dengan sistem
informasi akademik dinilai sangat bermanfaat bagi operasional administrasi,
karena lebih mudah mencari informasi. Mahasiswa menilai bahwa keberadaan
sistem informasi akademik telah meringankan beban mahasiswa dalam
mencari informasi tentang data-data studi. Namun berdasarkan data yang
ditemukan ada beberapa yang masih menjadi kendala dari segi teknis dan
nonteknis seperti penyajian informasi dan fasilitas.
22
R. Wayne Pace & Faules, Komunikasi Organisasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
1993, hal. 8
28
Titik relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis
lakukan kali ini adalah sama-sama meneliti tentang respon mahasiswa. Namun
perbedaannya jika penelitian tersebut meneliti model pelayaan akademik
berbasis sistem informasi maka penelitian kali ini meneliti tentang jaringan
internet nirkabel Wairles Fideliti (WiFi) sebagai fasilitas pendukung
mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan proses belajarnya. Perbedaan lainnya
adalah jika penelitian tersebut subyeknya mahasiswa Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Dakwah maka penelitian ini subyeknya adalah
mahasiswa IAIN Sunan Ampel.
Download