MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP LEBIH BANYAK, LEBIH SEDIKIT, SAMA, TIDAK SAMA MENGGUNAKAN BENDA KONKRET DI KELOMPOK A2 TK ABA GENDINGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Suaditya Amoria Suci NIM 13111241013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2017 i ii iii iv MOTTO “Bekerja keraslah sekarang maka kau akan menuai hasilnya nanti, kegagalan terjadi pada mereka yang banyak berencana namun sedikit untuk berpikir”. (Penulis) v PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya tulis ini untuk: 1. Bapak dan ibu atas doa dan dukungannya. 2. Almamaterku. 3. Negara, Bangsa, dan Agama. vi MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP LEBIH BANYAK, KURANG DARI, SAMA, TIDAK SAMA MENGGUNAKAN BENDA KONKRET DI KELOMPOK A2 TK ABA GENDINGAN Oleh Suaditya Amoria Suci NIM 13111241013 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, kurang dari, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama masih rendah. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan model Kemmis dan Taggart dan dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A2 TK ABA Gendingan tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 13 anak dengan 7 anak perempuan dan 6 anak lakilaki. Objek penelitian ini adalah kemampuan mengenal konsep lebih banyak, kurang dari, sama, dan tidak sama. Metode pengumpulan data menggunakan observasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pada indikator “sama” saat pra siklus yaitu 47,1%, saat Siklus I yaitu 70,15%, dan pada Siklus II meningkat menjadi sangat tinggi yaitu 92,58%. Indikator “tidak sama” saat pra siklus yaitu 46,1%, saat siklus I yaitu meningkat menjadi 69,65%, dan pada Siklus II meningkat lagi menjadi 93,53%. Indikator “lebih banyak” saat pra Siklus yaitu 43,2%, saat Siklus I yaitu meningkat menjadi 69,65%, dan pada Siklus II meningkat lagi menjadi 91,3%. Indikator “lebih sedikit” saat pra Siklus yaitu 44,2%, saat Siklus I yaitu meningkat menjadi 72,55%, dan pada Siklus II meningkat lagi menjadi 90,36%. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran yaitu: 1). menghitung dua kelompok benda, 2). menentukan benda yang memiliki jumlah sama, tidak sama, lebih banyak, lebih sedikit. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan benda konkret dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 TK ABA Gendingan. Kata kunci: mengenal konsep lebih banyak lebih sedikit sama tidaksama, benda konkret vii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret di Kelompok A2 TK ABA Gendingan” dapat disusun sesuai harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan saran dari pihak lain. berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan untuk belajar di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian. 3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian. 4. Ketua jurusan PAUD beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan skripsi. 5. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Pd yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan pada penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Nur Cholimah, M.Pd yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan pada penyusunan skripsi ini. viii ix DAFTAR ISI Hal HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ………………………………………………………... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... x DAFTER TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………………... B. Identifikasi Masalah …………………………………………………... C. Pembatasan Masalah …………………………………………………... D. Perumusan Masalah ………………………………………………….... E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………. F. Manfaat Penelitan ……………………………………………………… G. Definisi Operasional …………………………………………………… 1. Konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama …………. 2. Menggunakan benda konkret ……………………………………….. 1 6 6 7 7 7 8 8 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Kognitif ……………………………………………....... 10 1. Hakikat Perkembangan Kognitif ………………………………....... 10 2. Tahap Perkembangan Kognitif …………………………………….. 11 3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ……………... 12 4. Perkembangan Kognitif Anak 4-5 Tahun ………………………….. 15 B. Hakikat Kemampuan …………………………………………………… 17 C. Hakikat Konsep ……………………………………………………….... 18 D. Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama …………….. 19 1. Pengertian Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama ………………………………………………….. 19 2. Kemampuan Membilang …………………………………………… 20 x E. F. G. H. I. 3. Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Kelompok A ………………………………………….. 21 Benda Konkret …………………………………………………………. 22 1. Pengertian Benda Konkret …………………………………………. 22 2. Macam-Macam Benda Konkret ……………………………………. 23 3. Penggunaan Benda Konkret ………………………………………... 24 4. Kelebihan dan Kekurangan Benda Konkret ………………………... 25 Tinjauan Taman Kanak-kanak …………………………………………. 27 1. Pengertian Taman Kanak-kanak …………………………………... 27 2. Metode Pembelajaran ……………………………………………… 27 Penelitian Relevan ……………………………………………………… 29 Kerangka Pikir …………………………………………………………. 30 Hipotesis Tindakan …………………………………………………….. 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………………………. 34 B. Subjek dan Objek Penelitian …………………………………………… 36 C. Tempat Penelitian ………………………………………………………. 36 D. Waktu Penelitian ……………………………………………………….. 36 E. Setting Penelitian ………………………………………………………. 37 F. Prosedur Penelitian ……………………………………………………... 37 G. Indikator Keberhasilan …………………………………………………..39 H. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………...39 I. Instrumen Penelitian …………………………………………………….40 J. Metode Analisis Data …………………………………………………... 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………………………………………………………….45 1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Tindakan ……………………….. 45 2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ……………………46 3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ………………….. 55 B. Pembahasan …………………………………………………………….. 66 C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………… 70 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………………………………………………………….......... 71 B. Saran …………………………………………………………………… 72 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73 LAMPIRAN ......................................................................................................... 76 xi DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Kisi-kisi observasi ......................................................................... 41 Rubrik penilaian kemempuan mengenal konsep Lebih banyak ................................................................................. 41 Rubrik penilaian kemempuan mengenal Konsep lebih sedikit ..................................................................... 42 Rubrik penilaian kemampuan mengenal konsep sama ................. 42 Rubrik penilaian kemampuan mengenal Konsep tidsk sama ......................................................................... 43 Kondisi awal sebelum tindakan .................................................... 45 Hasil mengenal konsep sama dan tidak sama Siklus I Pertemuan 1 ................................................................................... 47 Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I pertemuan 1................. 48 Hasil mengenal konsep sama dan tidak sama Siklus I pertemuan 2 .................................................................................. 49 Perbandingan Siklus I pertemuan 1 dengan Siklus I Pertemuan 2 ................................................................................... 49 Hasil mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit Siklus I pertemuan 3 .................................................................................. 50 Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I pertemuan 3................. 50 Hasil mengenal konsp lebih banyak dan lebih sedikit Siklus I pertemuan 4 .................................................................................. 51 Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I pertemuan 1................. 51 Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, Sama, dan tidak sama Siklus I ....................................................... 52 Rata-rata kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus I .................................. 53 Mengenal konsep sama dan tidak sama Siklus I pertemuan 2 ...................................................................... 56 Hasil rata-rata akhir sama dan tidak sama Siklus I dengan Siklus II pertemuan 1 ........................................................ 57 Mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit Siklus I pertemuan 2 ...................................................................... 58 Hasil rata-rata akhir lebih bayak, lebih sedikit Siklus I dengan Siklus II pertemuan 2 ........................................................ 58 Mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama dan tidak sama Siklus II pertemuan 3 ............................................ 60 xii Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Tabel 28. Hasil Siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2 dengan Siklus II pertemuan 3 ........................................................ 60 Mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II pertemuan 3 .................................................. 61 Hasil Siklus II pertemuan 3 dengan Siklus II pertemuan 4............ 62 Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II ...................................................... 62 Rata-rata kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II................................. 63 Hasil perbandingan Siklus I dan II................................................. 63 Hasil perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II .................. 64 xiii DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 32 Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart ....... 35 Grafik Perbandingan Hasil Pra Siklus dan Siklus I....................... 53 Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II ................................... 64 Grafik Perbandingan dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ........ 65 xiv DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Surat ijin ……………………………………………………... Jadwal Penelitian ……………………………………………. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ………………… Instrumen Penelitian ……….………………………………... Hasil Penelitian …...………………………………………… Lembar Kerja Anak ………………………………………… Dokumentasi ……………………………………………….. xv 76 82 84 101 104 132 141 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan usia emas (golden age) dimana anak akan mudah menerima, melihat, dan mendengar sesuatu yang diperlihatkan (Harun Rasyid dkk, 2012: 40). Pada masa ini, anak akan cepat menyerap informasi sebanyak-banyaknya sehingga perlu mendapatkan perhatian dari orang tua maupun pendidik. Hal ini senada dengan Slamet Suyanto (2005: 7) bahwa pada usia 4 tahun kecerdasan anak telah tercapai 50% dan usia 8 tahun dapat mencapai 80%. Melihat kecerdasan yang berkembang di usia dini sangat tinggi perlu penanganan yang baik agar masa perkembangan anak tidak terlewatkan begitu saja. Bila dilewatkan begitu saja maka akan berdampak pada perkembangan selanjutnya. Dalam masa ini anak perlu mendapatkan stimulasi-stimulasi yang dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Anak dengan rentang usia 4-6 tahun termasuk pada masa pendidikan prasekolah. Salah satu pendidikan prasekolah yaitu Taman Kanak-kanak. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan yang sangat penting untuk mempersiapkan pendidikan pada jenjang berikutnya. Menurut Anderson (dalam Masitoh, 2005: 2) pendidikan anak usia dini pada dasarnya diselenggarakan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan aspek secara menyeluruh. Pendidikan di TK hendaknya didesain agar anak dengan mudah menyerap informasi yang ada di sekitar lingkungannya. Hal ini dipertegas 1 dengan pernyataan dari Pestalozzi (dalam Masitoh, 2005: 2) bahwa pendidikan TK hendaknya menyediakan pengalaman dan iklim yang bermakna seperti yang diberikan oleh orang tua di rumah. Berbicara mengenai anak usia dini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terpenuhi. Terdapat enam aspek perkembangan yang perlu diperhatikan yaitu aspek fisik motorik, bahasa, nilai agama moral, kognitif, sosial emosional, dan seni. Semua aspek terebut dapat berkembang dengan baik apabila mendapatkan stimulasi yang tepat. Hal yang tidak kalah penting dari enam aspek perkembangan tersebut adalah aspek kognitif. Menurut Slamet Suyanto (2005: 53) perkembangan kognitif merupakan bagaimana pikiran anak dapat berkembang dan berfungsi sehingga dapat digunakan untuk berpikir. Dari pemikiran tersebut maka perkembangan kognitif merupakan perkembangan proses berpikir sehingga anak dapat melakukan analisis dan berpikir konkret. Anak dapat berpikir konkret menuju abstrak dengan melalui tahap perkembangan dan pertumbuhan anak. Menurut Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2005: 53) ada empat tahapan perkembangan kognitif yaitu (1) sensori-motor pada usia 0-2 tahun, (2) pra-operasionl pada usia 2-7 tahun, (3) operasional konkret pada usia 7-11 tahun, (4) operasional formal usia 11 tahun keatas. Semakin anak memasuki usia besar, semakin anak akan mampu untuk berpikir abstrak. Dalam hal ini, seluruh anak akan melampaui tahap perkembangan tersebut. Orang tua ataupun pendidik perlu memahami perkembangan anak-anaknya agar dapat menstimulasi sesuai dengan tahapannya. 2 Anak prasekolah sudah memiliki kemampuan matematika. Menurut Suriasumantri (dalam Ahmad Susanto, 2011:98) melalui matematika seseorang akan mengatur jalan pikirnya. Sedangkan menurut Ahmad Susanto (2011: 98) bahwa dengan menguasai matematika dan teorinya maka seseorang dapar dengan mudah mengatur jalan pikirannya. Dari beberapa pendapat tersebut maka dengan adanya matematika seseorang akan lebih mudah memecahkan masalah dan mudah mengatur jalan pikiran. Salah satu pembelajaran matematika yaitu berhitung. Menurut Carol Seefeldt dan Barbara (2008: 393) bahwa ketika anak sedang berhitung maka anak sedang mengembangkan kesadaran tentang “lebih banyak:, “kurang banyak”. Dari pendapat tersebut maka dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama anak harus dapat membilang dan menghitung benda yang akan dibandingkan. Menurut hasil observasi di TK ABA Gendingan pada tanggal 13 Oktober 2016 hingga 19 Oktober 2016 di kelompok A2, sebagian besar aspek perkembangan sudah berkembang dengan baik. Namun pada aspek kognitif pada anak masih kurang terutama pada membandingkan mana yang lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Saat membandingkan sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit masih terdapat anak yang merasa kesulitan. Guru tanpa memberikan penjelasan menggunakan alat peraga langsung memberikan Lembar Kerja Anak yang meminta anak untuk menghitung benda dengan jumlah lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Dari 13 anak terdapat 3 anak yang sudah dapat membandingkan mana benda yang lebih banyak, lebih sedikit, sama, 3 dan tidak sama sedangkan 10 anak masih kesulitan dan merasa kebingungan saat mengerjakan soal dan penjelasan yang diberikan guru. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Isi Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak menyebutkan bahwa indikator perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun sudah dapat mengenal konsep banyak dan sedikit. Dari hasil observasi ternyata belum sesuai dengan indikator perkembangan dikarenakan sebagian besar anak belum bisa konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Pembelajaran yang disajikan guru hanya meminta anak membayangkan apa yang dijelaskan oleh guru. Tidak ada alat peraga ataupun gambar yang mewakili penjelasan guru. Media yang digunakan guru belum menggunakan benda konkret. Guru masih jarang untuk menggunakan benda konkret dalam pembelajaran. Anak juga tampak bosan dan perhatian anak kurang fokus sehingga saat guru menerangkan banyak anak yang bermain sendiri. Untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti memberikan solusi salah satunya dengan menggunakan benda konkret. Benda konkret menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah benda yang nyata dan benar-benar ada. Sedangkan menurut Sungkono (2007: 28) benda kokret merupakan benda yang digunakan dalam pembelajaran yang sangat mirip dengan aslinya. Dari pendapat tokoh tersebut maka benda konkret merupakan benda yang benar-benar nyata sesuai dengan aslinya. Benda konkret yang digunakan dapat berupa bendabenda yang ada di sekitar anak dan dikenal oleh anak. Menurut Ibrahim dan Syaodih (2008: 118) salah salah satu kelebihan benda konkret yaitu memberi 4 kesempatan kepada anak untuk untuk mengalami sendiri dan melatih keterampilan alat inderanya sebanyak-banyaknya. Hal ini berarti dengan menggunakan benda konkret abak dapat melihat, merapa, mencium dan berinteraksi langsung dengan benda konkret menggunakan alat inderanya sehingga memudahkan anak dalam memahami pembelajaran. Penggunaan benda konkret juga telah dibuktikan pada penelitin Zaroh Nurlaily (2012) dalam meningkatkan kemampuan mengenal angka melalui benda konkret di kelompok A TK ABA Pampang II Paliyan Gunungkidul. Dari hasil penelitian tersebut setelah diberikan tindakan maka kemampuan anak mengenal angka pada Siklus I dengan kriteria baik terdapat 7 anak (53,85%) dan pada Siklus II meningkat menjadi 11 anak (84,62%). Hal ini berarti penggunaan benda konkret sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan anak. Slamet Suyanto (2005: 136) menyebutkan bahwa pada masa pra-operasional anak akan belajar lebih baik bila menggunakan benda konkret. Pemilihan benda konkret sebagai media pembelajaran karena pada tahap ini, anak belum mampu untuk berpikir abstrak. Benda konkret dapat dipilih untuk membantu anak memahami suatu pembelajaran dengan mudah karena anak dapat berinteraksi langsung dengan benda konkret tersebut. Permasalahan ini perlu sekali untuk diteliti karena mengingat pentingnya pemahaman anak mengenai konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Penggunaan benda konkret sebagai media pembelajaran juga dipilih karena mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama sifatnya abstrak maka diperlukan benda konkret 5 untuk membantu anak dalam belajar. Anak memiliki pengalaman langsung terhadap benda tersebut. Anak dapat melihat, meraba, dan menghitung langsung benda konkret tersebut. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan. A. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah yang berkaitan dengan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, tidak sama. Adapun masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sebagian besar anak belum bisa konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. 2. Media yang diberikan guru jarang menggunakan media konkret. 3. Guru belum banyak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. 4. Perhatian anak kurang fokus dan anak bermain sendiri. B. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini dibatasi pada kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan. 6 C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan?”. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan. E. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat praktis untuk beberapa pihak diantaranya: 1. Peserta didik a. Mampu meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan. b. Membuat anak merasa senang dan fokus dalam belajar melalui media yang menarik. c. Anak mampu mengingat dan mempelajari materi yang diberikan oleh guru dengan baik karena menggunakan benda konkret. 7 2. Guru a. Menambah wawasan dalam meningkatkan kemampuan mengenal lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret. b. Menambah wawasan menggunakan media pembelajaran yang menarik. c. Menjadikan guru lebih kreatif dalam memilih media pembelajaran. 3. Kepala Sekolah a. Dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan media dalam setiap pembelajaran agar sekolah dapat mencetak anak yang berprestasi terutama dalam hal matematika. b. Melengkapi fasilitas pembelajaran terutama alat peraga pembelajaran. 4. Peneliti a. Menambah pengalaman dalam mengenalkan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama pada anak dan dapat belajar menjadi calon pendidik yang lebih baik. F. Definisi Operasional Untuk menyamakan penafsiran terhadap permasalahan yang akan diteliti maka diperlukan definisi operasional yaitu: 1. Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama Untuk menyatakan suatu perbandingan maka dapat digunakan dengan menggunakan lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Lebih banyak merupakan sesuatu yang jumlahnya jumlahnya melebihi dari benda yang dibandingkan. Contohnya 5 lebih banyak dari 2. Lebih sedikit merupakan sesuatu 8 yang jumlahnya kurang dari benda yang dibandingkan. Contohnya 2 lebih sedikit dari 5. Sama merupakan sesuatu yang jumlahnya sebanding (jumlahnya sama. Contohnya 5 jumlahnya sama banyak dengan 5. Tidak sama merupakan sesuatu yang tidak sebanding (jumlahnya tidak sama). Contohnya 5 jumlahnya tidak sama banyak dengan 6. Untuk anak usia 4-5 tahun angka yang dibandingkan adalah angka 1-10. 2. Menggunakan Benda Konkret Mengenalkan sesuatu pada anak usia dini paling efektif menggunakan benda konkret. Benda konkret merupakan benda yang digunakan untuk media pembelajaran yang benar-benar nyata, dalam hal ini mengenalkan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Benda konkret yang digunakan dalam penelitian ini adalah benda yang paling dekat dengan anak, berupa benda asli maupun miniatur sesuai dengan tema yang akan dibahas pembelajaran pada hari itu. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Kognitif 1. Hakikat Perkembangan Kognitif Anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapannya. Menurut Rita Izzaty, dkk (2008: 4) bahwa perkembangan bersifat kualitatif dan berkaitan dengan kematangan fungsi organ. Menurut Baharuddin (2014: 69) perkembangan berarti perubahan secara kualitatif dan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis oleh organ-organ fisik. Sedangkan menurut Monks (dalam Sunarto, 39: 2008) perkembangan merupakan proses yang kekal menuju tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar. Dari beberapa pendapat tokoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan hal yang berkaitan dengan kematangan fungsi organ fisik dan bersifat kualitatif sehingga siap untuk belajar. Agar pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan seimbang maka perlu adanya stimulasi maupun zat gizi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan kemampuan pemahaman dan analisa. Slamet Suyanto (2005: 53) memaparkan bahwa perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran berkembang dan dapat digunakan untuk berpikir. Sedangkan menurut Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2005: 94) bahwa perubahan akibat belajar dari perkembangan kognitif yaitu kemampuan anak untuk berpikir tentang lingkungan sekitar. Dari beberapa 10 teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif yaitu perkembangan yang berkaitan erat dengan fungsi otak yang digunakan untuk berpikir tentang apa aja yang ada di lingkungannya. Apabila fungsi dalam otak berkembang dengan baik maka proses berpikir seseorang juga akan baik. Proses berpikir digunakan untuk memahami pembelajaran maupun untuk melakukan halhal yang membutuhkan pemikiran. 2. Tahap Perkembangan Kognitif Kognitif pada seseorang terus mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia dan pengalaman. Menurut Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2005: 53) terdapat 4 tahap perkembangan kognitif yaitu: a. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) Slamet Suyanto (2005: 54) memaparkan bahwa dalam tahap ini anak banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya. Menurut Janice Beaty (2013: 269) bahwa anak pada tahap ini menggunakan inderanya untuk mengeksplorasi objek misalya melihat, membau, merasa, dan memanipulasi. Pada tahap ini anak bereaksi dengan lingkungannya menggunakan sensorinya. b. Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun) Pada tahap pra-operasional anak berpikir lebih maju. Slamet Suyanto (2005: 55) memaparkan bahwa pada tahap pra-operasional anak dapat menunjukkan kemampuannya dalam permainan simbolis. Menurut Janice Beaty (2013: 269) pada tahap ini anak menguasai pemikiran simbolis (menggunakan gambar mental dan kata-kata untuk mewakilkan tindakan yang tidak ada). Pada 11 tahap ini anak masih menggunakan simbol dalam menunjuk suatu hal dan belum dapat berpikir abstrak. c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) Slamet Suyanto (2005: 65) memaparkan bahwa pada tahap operasional konkret anak mulai dapat memecahkan persoalan sederhana dan dapat berpikir reversibel. Menurit Paul Suparno (2001: 69) bahwa anak pada tahap ini telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diteraapkan dalam memecahkan persoalan konkret. Anak pada tahap ini sudah mulai berpikir abstrak tetapi masih sederhana. d. Tahap Formal Operasional (11 tahun ke atas) Tahap formal operasional menurut Paul Suparno (2001: 88) anak sudah mampu berpikir abstrak dan suka membuat teori tentang segala sesuatu yang dihadapinya. Oleh karena itu pada tahap ini anak sudah dapat dikatakan dapat berpikir secara logis. Berdasarkan empat tahap perkembangan kognitif yang telah disebutkan oleh tokoh-tokoh tersebut bahwa anak umur 4-5 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini anak masih dalam tahap berpikir simbolis. Oleh karena itu pada tahap ini anak belum dapat berpikir konkret. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Perkembangan aspek kognitif berkaitan dengan kecerdasan. Kognitif menurut Ahmad Susanto (2011: 47) merupakan proses berpikir untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan kejadian. Dengan perkembangan aspek kognitif maka anak dengan mudah mengeksplor dunia 12 dengan kecerdasan dan pemikiran yang dimilikinya. Menurut Ahmad Susanto (2011: 59-60) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kognitif yaitu: a. Faktor hereditas atau keturunan Schopenhauer berpendapat manusia sejak lahir sudah membawa potensial yang dipengaruhi lingkungan. Intelegensi sudah dibawa seseorang sejak lahir. b. Faktor lingkungan John Locke memaparkan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Maka dari itu lingkungan dan pengalaman yang membentuk perilaku maupun kecerdasan seseorang. c. Faktor kematangan Setiap organ dikatakan matang apabila jika telah sanggup menjalankan sesuai dengan fungsinya. Seseorang dapat berpikir dengan luas apabila telah mencapai usia matang. d. Faktor pembentukan Pembentukan merupakan keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Pembentukan ini dapat dibentuk secara sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh lingkungan sekitar). e. Faktor minat dan bakat Minat merupakan suatu dorongan untuk lebih baik lagi. Bakat seseorang sangat mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Seseorang yang memiliki minat dan bakat maka akan semakin mudah dalam mempelajari sesuatu. 13 f. Faktor kebebasan Seseorang dapat berpikir dengan bebas menentukan metode yang digunakan untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan menurut Fakhrizal (2017) proses perkembangan kognitif dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: a. Hereditas Hereditas tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang baru lahir untuk menyesuaikan diri dengan dunianya tetapi juga mengatur waktu jalannya perkembangan pada tahun mendatang. b. Pengalaman Pengalaman dengan hereditas fisik merupakan dasar perkembangan struktur kognitif dalam hal ini sering kali disebut sebagai pengalaman fisik dan logika matematis. c. Transmisi Sosial Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan pengaruh budaya terhadap pola berpikir anak. d. Ekuilibrasi Ekuilibrasi merupakan suatu keadaan dimana pada diri setiap individu akan terdapat proses ekuilibrasi yang mengintegrasikan ketiga faktor yaitu hereditas, pengalaman, dan transmisi sosial. Dari beberapa pendapat tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif salah satunya yaitu faktor lingkungan dan pengalaman. Anak dilahirkan dalam keadaan bersih dan 14 natinya pengalaman yang akan mengisi anak sehingga kognitif anak dapat berkembang sesuai dengan pengalaman yang diberikan oleh lingkungan. 4. Perkembangan Kognitif Anak 4-5 Tahun Perkembangan kognitif pada anak haruslah mendapatkan perhatian karena perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan anak dalam berpikir. Menurut Piaget (dalam Paul Suparno, 2001: 51) pemikiran simbolis merupakan pemikiran dengan menggunakan simbol dan berkembang saat anak suka menirukan sesuatu. Sedangkan pemikiran intuitif menurut Paul Suparno (2001: 62) merupakan presepsi langsung tanpa dipikir dan dinalar terlebih dahulu. Ketika anak berpikir inuitif, anak hanya melihat pada satu sisi saja tidak memikirkan aspek lain. Pemikiran anak yang mulai berpikir simbolik dan intuitif merupakan tahap perkembangan pra-operasional. Tahap pra-oprasional menurut Paul Suparno (2001: 49) dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menjelaskan suatu objek yang tidak ada. Masa perkembangan pra-operasional pada anak merupakan masa perubahan atau jembatan menuju masa operasional konkret. Pendidik maupun orang tua haruslah mengerti dan memahami perkembangan anak pada masa ini karena masa ini merupakan masa dimana anak mulai siap untuk belajar lebih banyak lagi. Menurut Siti Partini Suardiman (2003: 5-6) ada beberapa ciri perkembangan anak pada tahap pra-operasional yaitu adanya perluasan bahasa, berpusat penguasan tanda atau simbol dalam suatu benda, bersifat egosentris, anak mulai belajar nama-nama benda, menggolongkan, dan menyempurnakan indera. 15 Sedangkan menurut Paul Suparno (2001: 62-67) terdapat beberapa ciri perkembangan pemikiran anak 4-5 tahun yaitu: a. Pemikiran egosentris Anak belum dapat melihat pandangan orang lain. Anak menganggap bahwa apa yang ia pikirkan adalah benar. b. Adaptasi yang tidak disertai gambaran yang akurat Anak belum mampu untuk mengingat informasi secara menyeluruh. Menurut Piaget dan Inhelder (dalam Paul Suparno, 2001: 63) bahwa anak memiliki banyak ingatan dan pengalaman namun belum dapat menyajikannya secara terstruktur. c. Reversibilitas belum terbentuk Menurut Paul Suparno (2001: 64) bahwa bila pemikiran orang sudah reversibel maka ia dapat mengikuti garis pemikiran kembali ke permulaan. Anak pra-operasional belum terbentuk secara lengkap. d. Pengertian kekekalan belum lengkap Kekekalan merupakan konsep jumlah suatu benda tetap sama meskipun ada perubahan dalam unsur-unsurnya (Paul Suparno, 2001: 65). Pada pra operasional konkret anak belum lengkap dalam kekekalan ini. e. Klasifikasi figuratif Anak mampu untuk mengklasifikasikan dan menyusun berdasarkan pengetahuan figuratif. Namun masih belum mampu mengklasifikasikan kesamaan dan perbedaan. 16 f. Relasi ordinal atau serial Anak masih kebingungan untuk menyusun suatu hal. Misalnya anak masih terdapat kesalahan bila menyusun tongkat sesuai ketinggian. g. Kausalitas Anak mulai menyadari konsep sebab-akibat. Anak juga mulai menanyakan tentang dirinya dan lingkungannya meskipun belum menangkap seluruhnya. Menutut beberapa ahli diatas anak umur 4-5 tahun berada pada tahap praoperasional dan belum dapat berpikir secara logis. Pemikiran anak masih sederhana dan belum berpikir kompleks karena masih melihat sesuatu dengan satu sisi tanpa mempertimbangkan aspek lain. B. Hakikat Kemampuan Kemampuan seseorang dapat menjadi hal yang penting karena berkaitan dalam kemampuan melakukan sesuatu. Menurut Munandar (dalam Ahmad Susanto, 2001: 97) bahwa kemampuan merupakan suatu daya untuk melakukan suatu tindakan dari hasil pembawaan atau latihan. Sedangkan menurut Ahmad Susanto (2001: 97) menyebutkan bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau kesanggupan seseorang dari bawaan serta latihan yang mendukung seseorang menyelesaikan tugasnya. Anak yang dibekali kemampuan sejak kecil maka akan membantu anak dalam menghadapi sesuatu yang perlu untuk dipecahkan. Menurut Robin (dalam Ahmad Susanto, 2001: 97) bahwa kemampuan merupakan merupakan kapasitas berbagai tugas dalam melakukan sesuatu. Dari pendapat beberapa tokoh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan 17 hal yang berkaitan dengan sesuatu yang menunjukkan kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu karena adanya latihan. Seseorang yang memiliki suatu kemampuan maka akan meringankan seseorang dalam melakukan tugasnya. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh anak yaitu kemampuan matematika. Menurut Ahmad Susanto (2001: 98) bahwa seseorang yang memiliki kemampuan dalam matematika maka akan dapat mengatur jalan pikir maupun memecahkan persoalan yang dihadapinya. Anak yang memiliki kemampuan matematika yang baik maka akan membantu anak dalam berpikir matematis dipendidikan tingkat lanjut C. Hakikat Konsep Anak usia 4-5 tahun masih dalam tahap berpikir pra-operasional sehingga anak masih belum dapat berpikir abstrak. Untuk mengenalkan konsep yang abstrak kepada anak, guru harus menggunakan benda konkret dalam pembelajarannya. Menurut Syaiful Sagala (2006: 71) konsep merupakan pikiran seseorang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan seperti prinsip, hukum, dan teori. Sedangkan menurut Rosser (dalam Syaiful Sagala, 2006: 73) menyebutkan bahwa konsep merupakan suatu yang abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan atau hubungan yang memiliki atribut yang sama. Dari kedua pendapat tokoh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan sesuatu yang abstrak yang dinyatakan dalam definisi sehingga memiliki hubungan dan menjadi produk pengetahuan. 18 D. Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama 1. Pengertian Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama Kumpulan dari dua benda dapat dibandingkan jumlah ataupun ukurannya. Membandingkan menurut Carol Seefeldt dan Barbara A. Wasik (2008: 395) merupakan kegiatan membangun hubungan antara dua buah benda. Kegiatan membandingkan digunakan untuk mengetahui perbedaan dan kuantitas dari dua kumpulan benda yang ukuran maupun jumlah sama atau tidak sama. Menurut Sudaryanti (2006: 16) bahwa membandingkan angka merupakan syarat memahami makna lebih banyak, sedikit, dan sama banyak. Banyak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sesuatu yang jumlahnya banyak. Sedikit menurut KBBI merupakan sesuatu yang jumlahnya tidak banyak. Sama menurut KBBI yaitu sesuatu yang sepadan, seimbang atau sebanding. Sedangkan tidak sama merupakan keadaan yang tidak sepadan maupun tidak sebanding. Menurut Saibatin (2015) untuk membandingkan angka juga dapat diperkenalkan dengan: 1. Lebih banyak Hal ini menyatakan bahwa benda tersebut jumlahnya melebihi benda yang dibandingkan. 2. Lebih sedikit Hal ini menyatakan bahwa benda tersebut jumlahnya kurang dari benda yang dibandingkan. 19 3. Sama Hal ini menyatakan bahwa nilai benda jumlahnya sepadan dengan jumlah benda yang dibandingkan. 4. Tidak sama Hal ini menyatakan bahwa nilai benda jumlahnya tidak sepadan dengan jumlah benda yang dibandingkan. Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lebih banyak merupakan sesuatu yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah benda yang dibandingkan, lebih sedikit merupakan sesuatu yang jumlahnya lebih sedikit dari bneda yang dibandingkan, sama banyak merupakan sesuatu yang jumlahnya sebanding (jumlahnya sama), dan tidak sama banyak merupakan sesuatu yang tidak sebanding (jumlahnya tidak sama). Mengenal konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama merupakan kegiatan dalam membandingkan jumlah dua kumpulan benda. Syarat untuk seseorang dapat mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak, dan tidak sama banyak yaitu mampu membilang. 2. Membilang Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak, dan tidak sama banyak membutuhkan keterampilan dalam membilang. Menurut Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou (2014: 97-98) terdapat dua proses membilang yaitu anak menyebut seri bilangan mulai dari satu dan anak dapat menunjuk objek sambil menghitung. Sedangkan menurut Sudaryanti (2006: 4) membilang berarti anak dapat mengucapkan satu, dua, tiga tetapi belum mengerti maknanya. 20 Membilang merupakan tahap awal dari anak mengenal angka-angka. Menurut Reys dkk (dalam Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, 2014: 98) terdapat empat prinsip membilang yaitu: a. Setiap objek yang akan dibilang harus dihubungkan dengan nama bilangan. b. Nama bilangan harus disesuaikan dengan urutan objek tertentu. c. Membilang tidak perlu mulai dari objek yang pertama. d. Nama bilangan terakhir merupakan jumlah objek. Pada anak usia dini angka-angka tersebut tidak bermakna. Padahal bilangan merupakan simbol banyaknya benda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa membilang merupakan kemampuan dalam menyebut bilangan sehingga dapat mengerti banyaknya benda yang dihitung. Mengenalkan membilang untuk anak usia dini menggunakan media yang menarik maupun dengan bermain. Selain itu kegiatan membilang pada anak dapat juga menggunakan metode bernyanyi sehingga mudah untuk diingat oleh anak. 3. Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama Kelompok A Konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama sudah dapat diperkenalkan pada anak kelompok A. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Isi Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak terdapat indikator anak usia 4-5 tahun mengenai belajar memecahkan masalah yaitu: 1. 2. 3. 4. Mengenal benda berdasarkan fungsi. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik. Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Mengetahui konsep banyak dan sedikit. 21 5. 6. 7. 8. Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri. Mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu. Mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu. Memahami posisi/kedudukan dalam keluarga. Salah satu yang disebutkan dalam indikator pencapaian perkembangan anak adalah anak usia 4-5 tahun sudah dapat memahami konsep banyak dan sedikit. Dalam mengenalkan konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama, anak harus mampu untuk membilang dan mengerti konsep “lebih banyak dari angka satu”. Hal ini sesuai dengan Carol Seefeldt dan Barbara A. Wasik (2008: 393) bahwa ketika anak sedang berhitung maka anak sedang mengembangkan kesadaran tentang “lebih banyak”, “kurang banyak”. Untuk mengenalkan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama pada anak usia 4-5 tahun dapat menggunakan benda konkret sehingga anak mendapatkan pengalaman langsung terkait dengan benda konkret tersebut. E. Benda Konkret 1. Pengertian Benda Konkret Anak Usia Dini berada pada tahap kognitif pra-operasional. Menurut Slamet Suyanto (2005: 136) bahwa pada masa pra-operasional, anak akan belajar dengan baik apabila menggunakan benda konkret. Pada tahap ini, anak belum mampu bepikir abstrak sehingga membutuhkan benda konkret sebagai bantuan belajar. Benda konkret menurut KBBI yaitu benda yang benar-benar ada, berwujud, dapat dilihat, dan diraba. Menurut Sungkono (2007: 28) benda konkret merupakan benda yang digunakan dalam pembelajaran yang sangat mirip dengan aslinya. Dengan melihat beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa 22 benda konkret merupakan benda yang benar-benar nyata sehingga dapat dijangkau dengan seluruh indera dan digunakan dalam proses pembelajaran secara nyata. 2. Macam-Macam Benda Konkret Benda konkret dapat ditemukan di lingkungan sekitar dan sangat dekat dengan anak. Menurut Sungkono (2007: 29) benda asli dapat dikelompokkan menjadi benda asli alami dan benda asli buatan manusia. Benda asli alami merupakan benda yang benar-benar asli dari alam sedangkan benda asli buatan manusia merupakan benda asli yang dibuat oleh manusia dan bentuknya sudah berubah dari aslinya. Benda asli alami dan benda asli buatan manusia dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif untuk anak. Benda tersebut sama-sama memberikan pengaruh yang baik untuk meningkatkan pengetahuan anak. Benda-benda konkret memiliki macam yang sangat bervariasi. Menurut Degeng dalam Sungkono (2007: 28) menyebutkan bahwa benda konkret diklasfikasikan menjadi dua yaitu objek dan specimen. Objek merupakan benda yang benar-benar asli berdasarkan benda itu hidup sedangkan specimen merupakan benda yang mewakili benda asli yang dirangkai sesuai dengan keadaan aslinya. Menurut Sungkono (2007: 28) bahwa specimen dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Specimen benda hidup seperti aquarium, kebun binatang, insectarium, terrarium, dan kebun percobaan yang ditanami sebagai percobaan. 23 b. Specimen benda mati seperti herbarium (bagian tumbuhan yang dikeringkan), batuan mineral, awetan dalam botol. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa benda konkret dapat dibedakan menjadi benda asli alami dan benda asli buatan. Benda asli alami merupakan benda asli yang benar-benar asli dari alam sedangkan benda asli buatan merupakan benda yang dibuat oleh manusia serupa dengan bentuk aslinya. Benda konkret yang akan digunakan untuk mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret asli buatan manusia. 3. Penggunaan Benda Konkret Penggunaan benda konkret dalam pembelajaran dapat membuat proses belajar menjadi lebih efektif. Menurut Basuki Wibawa & Farida Mukti (1993: 55) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan benda konkret yaitu: a. Karena benda nyata ini banyak macamnya mulai dari benda-benda hidup, sampai benda-benda mati, maka perlu dipertanyakan bendabenda atau makhluk hidup apakah yang mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien. b. Bagaimanakah cara agar benda-benda itu sesuai dengan pola belajarmengajar di kelas. c. Darimanakah kita dapat memperoleh benda-benda itu. Sedangkan menurut Sungkono (2007: 31) menyebutkan ada tahap-tahap pemanfaatan benda asli yaitu: a. Menyiapkan diri sendiri. Dalam hal ini guru harus menyiapakan dirinya sendiri agar mampu memahami jens-jenis benda konkret yang akan dijelaskan. 24 b. Menyiapkan lingkungan dan perlengkapan. Guru menyiapkan lingkungan yang akan digunakan untuk pembelajaran dengan memperhatikan luas lingkungan dan kondisinya. c. Menyiapkan siswa. Benda yang dipilih sesuai dengan tahap berfikir anak, memperkirakan berapa jumlah siswa yang terlibat, bagaimana pebelajarannya. d. Menyiapkan media. Guru menyiapkan benda asli yang akan digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan rencana dan memperhatikan kondisi kelayakan bahan asli tersebut. e. Menyiapkan kegiatan tindak lanjut. Guru menyiapkan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu dengan pemberian tugas maupun eksperimen. f. Menyiapkan evaluasi. Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kecapaian anak dalam dan dapat digunakan untuk perbaikan di kegiatan berikutnya. Dari beberapa pendapat dari tokoh diatas maka menggunakan benda konkret sebagai media pembelajaran perlu disiapkan sejak sebelum pembelajaran dimulai hingga pembelajaran selesai sehingga di akhir kegiatan guru dapat merefleksi kegiatan dengan penggunaan benda konkret tersebut untuk pembelajaran berikutnya lebih baik lagi. 4. Kelebihan dan Kekurangan Benda Konkret Penggunaan media pembelajaran benda konkret tentunya memiliki kelebihan maupun kekurangan. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993: 25 55) bahwa memanfaatkan benda konkret sebagai media pembelajaran siswa akan lebih aktif dan dapat mengamati, menangani, memanipulasi, mendiskusikan, dan menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa menggunakan sumber belajar serupa. Menurut Sungkono (2007: 35) bahwa kehadiran benda konkret akan mampu menjaga perhatian dan menumbuhkan kegiatan yang aktif. Menurut Ibrahim dan Syaodih (2008: 118) bahwa terdapat kelemahan dan kekurang benda konkret yaitu: a. Kelebihan 1) Memberikan kesempatan semaksimal mungkin kepada anak untuk mempelajari dan melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata. 2) Memberi kesempatan kepada anak untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih keterampilan menggunakan alat inderanya sebanyak mungkin. b. Kekurangan 1) Biaya yang diperlukan terkadang tidak sedikit apalagi ditambah dengan kemungkinan kerusakan dalam penggunaannya. 2) Tidak selalu dapat memberikan gambaran dari benda yang sebenarnya sehingga pembelajaran perlu didukung dengan media lain. Berdasarkan beberapa teori tersebut bahwa penggunaan benda konkret dapat menjaga pusat perhatian anak dalam pembelajaran dan membuat anak lebih aktif. Dengan menggunakan benda konkret maka anak akan dapat mengamati, menangani, memanipulasi, mendiskusikan langsung menggunakan benda konkret dalam pembelajaran. Akan tetapi benda konkret juga memiliki kelemahan yaitu 26 tidak selalu dapat mencangkup seluruh gambaran yang sesuai dengan aslinya. Oleh karena itu perlu adanya media yang mendukung sehingga pembelajaran dengan menggunakan benda konkret dapat dilakukan secara optimal. F. Tinjauan Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Taman Kanak-kanak Salah satu jenis jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak. Taman Kanak-kanak menurut Helmawati (2015: 49) yaitu pendidikan jalur formal untuk anak usia dini usia 4-6 tahun. Sedangkan menurut Maimunah (2012: 355) Taman Kanak-knak merupakan jenjang pendidikan formal setelah play groub. Dari beberapa pendapat tersebut maka sapat disimpulkan bahwa Taman Kanakkanak merupakan tempat untuk mengenalkan sesuatu hal ataupun pembelajaran untuk anak usia 4-6 tahun. Di Taman Kanak-kanak biasanya terdapat dua kelompok yaitu kelompok A dengan usia 4-5 tahun dan kelompok B dengan usia 5-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak dilakukan untuk mengembangkan dan menstimulasi enam aspek perkembangan anak yaitu nilai agama moral, bahasa, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, dan seni. Semua aspek perkembangan tersebut distimulasi dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan anak. 2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran. Untuk membuat proses pembelajaran yang menyenangkan juga dipilih metode yang cocok digunakan untuk anak. Menurut 27 Moeslichatoen (2004: 24) ada beberapa metode yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak yaitu: a. Metode bermain. Bermain sangat penting untuk pertumbuhan anak. Bermain menurut Moeslichatoen (2004: 24) merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan pada anak dan bersifat nonserius. Metode bermain sambil belajar merupakan metode yang tepat untuk anak usia dini karena pada usia dini anak paling mudah mengingat sesuatu apabila menggunakan permainan. b. Karyawisata Karyawisata menurut Hildebrad (dalam Moeslichatoen, 2004: 25) anak mendapatkan kesempatan ntuk mengobservasi dan mengamati langsung. Dengan begitu anak akan menemukan pengalaman sendiri secara langsung. c. Bercakap-Cakap Menurut Moeslichatoen (2004: 26) bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dengan menggunakan metode bercakap-cakap maka akan menambah perbendaharaan kata. Menggunakan metode bercakap-cakap maka anak juga akan mampu mengekspresikan apa yang ia pikirkan. d. Bercerita Bercerita atau mendongeng merupakan hal yang paling disenangi oleh anak. menurut Gordon dan Browne (dalam Moeslichatoen, 2004: 26) bercerita dapat digunakan untuk meneruskan warisan budaya. Maka dari itu anak akan mengenali budaya sendiri. 28 e. Demonstrasi Demonstrasi menurut Moeslichatoen (2004: 27) merupakan kegiatan menunjukkan dan menjelaskan cara mengerjakan sesuatu. Dengan adanya demonstrasi maka anak akan lebih paham dalam mengerjakan suatu hal. f. Proyek Menurut Moeslichatoen (2004: 27) metode proyek merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Kegiatan proyek sangat penting dalam pembelajaran anak usia dini karena dapat meningkatkan kerjasama antar anak. g. Pemberian tugas Menurut Moeslichatoen (2004: 28) pemberian tugas diberikan pada anak untuk mengerjakan tugas sesuai petunjuk guru. Dari beberapa metode pembelajaran yang telah disebutkan di atas maka dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak, dan tidak sama banyak menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dan pemberian tugas. Guru mendemonstrasikan cara bagaimana menghitung dengan menggunakan benda konkret dan selanjutnya guru memberikan tugas kepada anak sesuai dengan petunjuk guru, baik menghitung dengan menggunakan benda konkret maupun saat mengerjakan LKA yang diberikan oleh guru. G. Penelitian Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu yang dilakukan oleh Tita Krisindar Pramesti (2013) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan 29 Mengenal Konsep Banyak–Sedikit Melalui Media Papan Flanel Pada Anak Kelompok A di TK ABA Pampang II Gunungkidul”. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa pengenalan banyak-sedikit dapat diperkenalkan di kelompok TK A dengan memberi tanda yang sesuai pada kelompok benda mengalami kenaikan. Hasil penelitian ini pada Siklus I dengan kriteria baik terdapat 9 anak (47,4%) dan pada Siklus II dengan kriteria baik meningkat menjadi 17 anak (89,5%) . Penelitian lain yang dilakukan oleh Zaroh Nurlaily (2012) dengan judul “Upaya Meningkatkan Mengenal Angka Melalui Penggunaan Benda Konkret pada Anak Kelompok A di TK ABA Pampang II Gunungkidul”. Hasil dari penelitian ini pada Siklus I dengan kriteria baik hanya 7 anak (53,83%) dan pada Siklus II dengan kriteria baik meningkat menjadi 11 anak (84,62%). Sehingga penggunaan benda konkret sangat cocok digunakan di kelompok A dengan rentang usia anak 4-5 tahun. H. Kerangka Pikir Perkembangan kognitif merupakan aspek yang sangat penting untuk proses berpikir seseorang. Kemampuan berpikir seseorang juga berkaitan dengan kemampuan dalam memahami konsep matematika. Seseorang yang memiliki perkembangan kognitif yang baik maka dengan mudah memahami konsep matematika. Pada usia 4-5 tahun perkembangan kognitif anak salah satunya anak dapat memahami tentang konsep banyak dan sedikit. Membandingkan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama merupakan hal yang sama dengan membandingkan dua kelompok benda. 30 Mengingat teori Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2005: 55) yang mengatakan bahwa anak usia 4-5 tahun berada pada tahap pra operasional. Dalam hal ini anak belum dapat berpikir abstrak. Anak masih membutuhkan bantuan benda konkret dalam memahami suatu pembelajaran yang sifatnya abstrak. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993: 55) bahwa memanfaatkan benda konkret sebagai media pembelajaran siswa akan lebih aktif dan dapat mengamati, menangani, memanipulasi, mendiskusikan, dan menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa menggunakan sumber belajar serupa. Sedangkan menurut Ibrahim dan Syaodih (2008: 118) bahwa benda konkret dapat memberi kesempatan untuk anak mengalami situasi yang nyata dan melatih menggunakan alat inderanya sebanyak mungkin. Melihat teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan benda konkret maka anak dapat merasakan, melihat, dan berinteraksi dengan benda konkret tersebut. Anak dapat berinteraksi dengan menghitung langsung menggunakan benda konkret. Dari teori yang telah dijelaskan oleh Sungkono (2007: 29) bahwa terdapat dua benda konkret yaitu benda konkret yang nyata dari alam dan benda konkret yang dibuat oleh manusia. Benda konkret nyata merupakan benda yang benarbenar nyata tanpa perubahan, sedangkan benda konkret buatan manusia merupakan benda konkret yang dibuat oleh manusia yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Untuk mengenalkan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak, dan tidak sama banyak dalam mngenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama dapat menggunakan media konkret berupa miniatur yang sesuai dengan tema yang dibahas pada pembelajaran hari itu. 31 Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dibuat kerangka pikir yaitu: Usia 4-5 tahun anak sudah dapat mengenal konsep banyak dan sedikit. Membandingkan dengan lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama merupakan hal yang sama dengan membandingkan dua kelompok benda. Di lapangan menunjukkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 masih rendah. Faktor penyebabnya yaitu media yang digunakan guru jarang menggunakan benda konkret, guru belum banyak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran sehingga perhatian anak kurang fokus. Peningkatan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2. Benda konket merupakan benda yang nyata sesuai dengan aslinya. Melalui benda konkret anak dapat belajar dengan mudah karena anak dapat berinteraksi langsung dengan benda konkret, menghitung langsung, melihat, dan lebih aktif dalam pembelajarannya. Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 dapat meningkat dengan cara menghitung kedua kelompok benda dan menentukan kedua kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir 32 I. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir tersebut peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut “Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, tidak sama dapat ditingkatkan menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan”. 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi (2015: 2) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang memaparkan proses maupun hasil di kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan menurut Suroso (2009: 30) Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas. Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas tersebut. Penelitian ini dilakukan oleh guru kelas dan dapat berkolaborasi dengan teman sejawat ataupun orang yang ahli dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang dikemas dalam bentuk penelitian kelas kolaboratif. Menurut Suharsimi dkk (2015: 19) penelitian kolaboratif merupakan penelitian yang dilakukan dua atau lebih peneliti dilaksanakan bersama dan menyusun laporan bersama. Peneliti dalam melakukan perencanaan, pengumpulan data, dan evaluasi dibantu oleh kolaborator. Dalam penelitian ini peneliti sebagai pengamat proses penelitian sedangkan guru sebagai pengajar saat penelitian berlangsung. Desain Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan PTK model Kemmis dan Taggart. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2011: 21) model Kemmis dan Taggart memiliki empat 34 komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam hal ini satu siklus terdapat tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Alur dan tahapan dari model penelitian ini menunjukkan sebuah siklus yang dapat dijelaskan pada Gambar 2. Keterangan: Siklus 1: 1. Perencanaan I 2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I Siklus 2: 4. Perencanaan II 5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi II Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2011: 21) Berdasarkan gambaran Siklus tersebut maka dalam Penelitian Tindakan Kelas meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama dilakukan dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat langkah ini merupakan satu Siklus, apabila belum memenuhi target yang diharapkan maka akan dilakukan Siklus berikutnya yang langkah- 35 langkahnya seperti pada Siklus I dan seterusnya hingga memenuhi target keberhasilan. B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah seluruh anak kelompok A2 tahun ajaran 2016/2017 di TK ABA Gendingan yang berjumlah 13 anak dengan 7 anak perempuan dan 6 anak laki-laki. 2. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret. C. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK ABA Gendingan yang memiliki alamat Jalan Wachid Hasyim No. 25 Komplek Masjid Pertiwi Gendingan, Ngampilan, Yogyakarta. D. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2017 pada tahun ajaran 2016/2017. 36 E. Setting Penelitian Setting penelitian ini dilakukan di dalam ruang kelas A2. Pemilihan setting di dalam kelas yaitu agar anak dapat fokus dan guru dapat dengan mudah mengkondisikan anak. F. Prosedur Penelitian Sesuai dengan adanya tahapan siklus Model dari Kemmis dan Taggart tersebut maka dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan pada penelitian ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, siapa, dan bagaimana tindakan itu dilakukan. Dalam hal ini peneliti melakukan tindakan pengamatan terhadap proses berlangsungnya penelitian dan guru sebagai pihak yang melakukan tindakan. Sebagai tahap persiapan awal peneliti melakukan observasi terhadap keadaan umum sekolah yang meliputi sarana prasarana, proses pembelajaran, strategi pembelajaran, dan aktifiktas anak saat pembelajaran. Peneliti membuat rencana tindakan yang akan diberikan pada anak yaitu tema, permasalahan, strategi pembelajaran, media, aktifiktas guru, dan anak serta hal-hal yang akan diobservasi dan dievaluasi. Persiapan yang akan dilakukan antara lain: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang memuat rencana kegiatan yang akan dilakukan, menentukan tema, sub tema, indikator, dan kegiatan pembelajaran. 37 2) Mempersiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran. Media pembelajaran berupa benda konkret yang akan digunakan untuk mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Benda konkret yang dipilih sesuai dengan tema. 3) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi serta instrumen penelitian dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2. 4) Menyiapkan LKA (Lembar Kerja Anak) yang berhubungan dengan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. b. Tindakan Pada tahap tindakan ini peneliti dan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah dibuat. Peneliti sebagai pengamat sedangkan guru sebagai pelaksa kegiatan. Guru mengenalkan kepada anak tentang konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama dengan cara: 1) Guru mengajak anak untuk membilang dengan benar. 2) Menggunakan benda konkret, anak diminta untuk menghitung dua kelompok benda. 3) Guru bertanya pada anak mana yang lebih sedikit, lebih banyak, sama, dan tidak sama. c. Observasi Peneliti mengamati keterlibatan dan kemampuan anak saat proses pembelajaran mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. 38 Proses observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan panduan daftar observasi yang telah disiapkan. Membuat catatan saat pengamatan, menilai hasil pembelajaran. d. Refleksi Tahap refleksi merupakan tahap evaluasi kembali apa yang telah dilakukan selama pembelajaran berlangsung berdasarkan hasil pengamatan. Dari hasil observasi dapat diketahui apakah sudah sesuai kriteria atau belum. Apabila belum sampai pada pencapaian target maka akan dilakukan Siklus II yang bertujuan memperbaiki pembelajaran sebelumnya berdasarkan refleksi pada Siklus sebelumnya. G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan ini digunakan untuk menentukan kapan penelitian ini akan dihentikan. Penelitian ini akan dihentikan apabila meningkatnya kemampuan mengenal banyak, sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% dengan kriteria sangat tinggi. H. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yaitu dengan cara observasi. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan mengamati kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi menurut Wina Sanjaya (2009: 86) merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati dan mencatat kejadian yang sedang 39 berlangsung menggunakan lembar observasi. Observasi ini dilakukan untuk mengamati perilaku anak sebelum dan saat dilakukan tindakan. Observasi ini dilakukan untuk mengamati unjuk kerja anak saat menghitung menggunakan benda konkret serta mengamati proses saat anak sedang mengerjakan Lembar Kerja Anak yang diberikan guru. Dalam mengamati unjuk kerja anak maka digunakan pedoman lembar observasi yang terlampir. I. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data saat penelitian berlangsung. Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160) merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen yang akan digunakan harus melalui expert judgement atau dikonsultasikan dengan yang ahli sehingga kualitas instrumen dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa daftar cek (check list). Daftar cek (check list) menurut Wina Sanjaya (2009: 93) merupakan pedoman observasi yang berisi semua aspek yang akan diobservasi dengan memberi tanda cek ( ). Sedangkan daftar cek (check list) terlampir. Daftar cek yang digunakan adalah yang berhubungan dengan materi pemahaman konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Untuk mempermudah dalam membuat instrument penelitian maka dibuat kisi-kisi observasi. Adapun kisi-kisi 40 observasi terhadap unjuk kerja kemampuan anak mengenal konsp lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama dapat dituang dalam tabel berikut. Tabel 1. Kisi-Kisi Observasi Variabel Sub Variabel Kemampuan dalam Kemampuan mengenal membilang. konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Indikator Membilang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama serta. Penelitian Tindakan Kelas mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama dan tidak sama memiliki indikator yang harus dicapai anak. Indikator tersebut akan dibuat rubrik penilaian sehingga dapat menentukan hasil yang dicapai siswa. Berikut merupakan tabel rubrik penilaian dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama: Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak Aspek yang Diamati Kriteria Membilang Kurang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki Cukup jumlah lebih banyak. Skor 1 2 Baik 3 Sangat Baik 4 41 Deskripsi Jika anak belum mampu membilang antara 1-10 dan belum mampu menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak. Jika anak mampu membilang antara 1-10 dan dapat belum dapat menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak. Jika anak mampu membilang antara 1-10 dan mampu menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak dengan bantuan guru. Jika anak mampu membilang antara 1-10 dan mampu menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak sendiri. Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Sedikit Aspek yang Diamati Kriteria Membilang Kurang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki Cukup jumlah lebih sedikit. Skor 1 2 Baik 3 Sangat Baik 4 Deskripsi Jika anak belum mampu membilang antara 1-10 dan belum mampu menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih sedikit. Jika anak mampu membilang antara 1-10 dan dapat belum dapat menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih sedikit. Jika anak mampu membilang antara 1-10 dan mampu menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih sedikit dengan bantuan guru. Jika anak mampu membilang antara 1-10 dan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak sendiri.. Tabel 4. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Sama Aspek yang Diamati Kriteria Skor Deskripsi Membilang Kurang 1 Jika anak belum mampu membilang banyaknya benda antara 1-10 dan belum mampu dengan menentukan menentukan kelompok benda yang kelompok benda memiliki jumlah sama. yang memiliki Cukup 2 Jika anak mampu membilang antara jumlah sama. 1-10 dan dapat belum dapat menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah sama. Baik 3 Jika anak mampu membilang antara 1-10 dan mampu menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah sama dengan bantuan guru. Sangat 4 Jika anak mampu membilang antara Baik 1-10 dan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah sama sendiri. 42 Tabel 5. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Tidak Sama Aspek yang Diamati Kriteria Skor Deskripsi Membilang Kurang 1 Jika anak belum mampu membilang banyaknya benda antara 1-10 dan belum mampu dengan menentukan menentukan kelompok benda yang kelompok benda memiliki jumlah tidak sama. yang memiliki Cukup 2 Jika anak mampu membilang antara jumlah tidak sama. 1-10 dan dapat belum dapat menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah tidak sama. Baik 3 Jika anak mampu membilang antara 1-10 dan mampu menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah tidak sama dengan bantuan guru. Sangat 4 Jika anak mampu membilang antara Baik 1-10 dan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah tidak sama sendiri. J. Metode Analisis Data Tahap selanjutnya setelah mendapatkan data dari hasil observasi dan LKA yaitu analisis. Data tersebut diolah agar mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Menurut Wina Sanjaya (2009: 106) menganalisis data merupakan proses mengolah dan menginterprestasikan data untuk memperoleh data yang jelas dan memiliki arti sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan adanya analisis data maka dapat dibuktikan tentang ada tidaknya perbaikan setelah melakukan tindakan penelitian. Metode analisis data dapat dilakukan dengan analisis kuantitatif. Menurut Wina Sanjaya (2009: 106) analisis data kuantitatif yaitu untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa dari pengaruh tindakan yang dilakukan guru. Sedangkan menurut Sa’dun Akbar (2010: 8) bahwa analisis kuantitatif yaitu hasil analisis yang datanya berupa angka. Menurut pendapat kedua ahli di atas maka 43 dapat disimpulkan bahwa analisis kuantitatif yaitu analisis yang menggunakan angka sebagai hasil dari tindakan yang diberikan guru. Data yang dianalisis merupakan data dari observasi unjuk kerja anak dan proses mengerjakan LKA saat melakukan kegiatan pmbelajaran mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Teknik analisis kuantitatif adalah teknik menganalisis dengan melihat skor yang didapat anak pada kegiatan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Ketuntasan belajar siswa dapat menentukan apakah siswa telah mencapai target keberhasilan yang diinginkan ataukah belum. Menurut Acep Yoni (2010: 176) untuk menentukan ketuntasan belajar siswa maka dapat dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana dengan rumus: Kemudian data tersebut diinterprestasikan ke dalam empat tingkatan yaitu: a. Kriteria sangat tinggi dengan nilai yang diperoleh antara 75% - 100%. b. Kriteria tinggi dengan nilai yang diperoleh antara 50% - 74.99%. c. Kriteria sedang dengan nilai yang diperoleh antara 25% - 49.99%. d. Kriteria belum baik dengan nilai yang diperoleh antara 0% - 24.99%. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Tindakan Sebelum melakukan Tindakan Penelitian Kelas hal pertama yang dilakukan peneliti adalah melakukan observasi. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kemampuan kognitif anak terutama dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama masih banyak anak yang merasa kesulitan dan kebingungan. Ketika pembelajaran berlangsung, guru menerangkan dalam bentuk tulisan tanpa alat peraga dan hanya menggunakan Lembar Kerja Anak dalam mengejakan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Anak juga terlihat bosan dan tidak tertarik dalam pembelajaran yang diberikan guru. Dari pengamatan tersebut didapat data mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 sebagai berikut. Tabel 6. Hasil Kondisi Awal Sebelum Tindakan. No Materi Hasil Pra Siklus Unjuk Kerja LKA 1 2 3 4 Sama. Tidak sama. Lebih banyak. Lebih sedikit. 50% 46,1% 46,1% 46,1% 44,2% 46,1% 40,3% 42,3% Rata-Rata 47,1% 46,1% 43,2% 44,2% Berdasarkan tabel 6 maka presentase yang diperoleh setelah hasil observasi dan portofolio digabung menjadi satu maka diperoleh hasil rata-rata yaitu konsep sama adalah 47,1%, tidak sama adalah 46,1%, lebih banyak adalah 43,2%, dan lebih sedikit adalah 44,2%. Hal ini masih jauh dengan kriteria 45 keberhasilan yang ditetapkan. Dengan demikian perlu adanya tindakan dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama melalui benda konkret. 2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan, peneliti menyiapkan beberapa hal yaitu: 1) Merencanakan jadwal dan tema. Penelitian tindakan kelas Silkus I ini dilakukan 4 kali pertemuan. Dalam penelitian ini, tema menyesuaikan dengan tema yang sedang digunakan. 2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Penyusunan RPPH dilakukan oleh guru dan peneliti. Kegiatan dilakukan sesuai dengan tema dan sub tema yang sedang digunakan. 3) Menyiapkan media pembelajaran dan Lembar Kerja Anak (LKA) Peneliti menyiapkan media pembelajaran konkret dengan membuat miniatur yang disesuaikan dengan tema dan sub tema yang terdiri dari bus, setir mobil, pak kusir, dan kuda. LKA dibuat oleh peneliti juga sesuai dengan tema dan sub tema. 4) Menyiapkan alat dokumentasi dan lembar check list. Lembar check list yang digunakan adalah mengenai kemampuan anak dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yang sudah divalidasi oleh ahlinya. 46 b. Tindakan 1) Siklus I Pertemuan 1 Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 6 Februari 2017 dengan indikator sama dan tidak sama. Benda konkret yang digunakan pada pertemuan pertama adalah miniatur bus. Pada pertemuan ini guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Kegiatan pertama yaitu mengenalkan konsep sama dan tidak sama dan selnjutnya melakukan kegiatan yang telah direncanakan oleh guru. Guru mengenalkan benda konkret pada anak yang akan digunakan dalam pembelajaran. Guru meletakkan beberapa miniatur bus menjadi dua kelompok dan anak bersama-sama menghitung jumlah dua kelompok bus tersebut. Guru menanyakan kepada anak klompok mana benda yang memiliki jumlah sama dan mana yang memiliki jumlah tidak sama. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang agar anak memahaminya. Selanjutnya guru mempersiapkan satu baris pasangan kelompok benda konkret dan meminta satu-persatu anak untuk mencoba menghitung dan membandingkan kedua kelompok benda. Setiap anak mendapatkan soal konsep sama dan tidak sama. Setelah menghitung menggunakan benda konkret, anak diminta untuk mengerjakan LKA. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak sama. Tabel 7. Hasil Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama Siklus I Pertemuan 1 Hari Indikator Hasil Rata-Rata Unjuk LKA Kerja Senin, 6 Februari Sama 69,2 % 63,4 % 66,3% 2017 Tidak Sama 63,4 % 65,3 % 64,35% 47 Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Pra Tindakan dengan hasil dari Siklus I pertemuan 1 yaitu: Tabel 8. Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I Pertemuan 1. Materi Pra Siklus Siklus I Pertemuan 1 Sama 47,1% 66,3% Tidak Sama 46,1% 64,35% Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Pra Siklus dengan Siklus I pertemuan 1 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak sama telah meningkat. 2) Siklus I Pertemuan 2 Siklus I pertemuan 2 dilakukan pada hari Rabu, 8 Februari 2017 dengan masih melakukan penelitian tindakan indikator sama dan tidak sama. Benda konkret yang digunakan adalah miniatur bus dan setir bus. Kegiatan pertama diisi dengan penelitian tindakan mengenal konsep sama dan tidak sama. Guru mengenalkan pada anak media benda konkret yang akan digunakan yaitu bus dan setir bus. Benda konkret tersebut diletakkan oleh guru di atas kertas asturo menjadi dua kelompok benda konkret. Selajutnya anak diminta untuk menghitung benda konkret yang sudah disediakan oleh guru. Guru menanyakan pada anak mana kelompok benda yang memiliki jumlah sama dan tidak sama. Hal tersebut dilakukan berkali-kali hingga anak paham. Selanjutnya guru mempersiapkan satu baris pasangan kelompok benda konkret dan meminta satu-persatu anak untuk mencoba menghitung. Setiap anak mendapatkan soal sama dan tidak sama. Setelah menghitung menggunakan benda konkret, anak diminta untuk 48 mengerjakan LKA. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak sama: Tabel 9. Hasil Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama Siklus I Pertemuan 2 Hari Indikator Hasil Rata-Rata Unjuk Kerja LKA Rabu, 8 Februari 2017 Sama 75 % 73 % 74% Tidak Sama 78,8 % 71,1 % 74,95% Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus I pertemuan 1 dengan hasil dari Siklus I pertemuan 2 yaitu: Tabel 10. Perbandingan Siklus I Pertemuan 1 dengan Siklus I Pertemuan 2. Materi Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Konsep Sama 66,3% 74% Konsep Tidak Sama 64,35% 74,95% Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus I pertemuan 1 dengan Siklus I pertemuan 2 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak sama telah meningkat. 3) Siklus I Pertemuan 3 Siklus I pertemuan 3 dilakukan pada hari Kamis, 9 Februari 2017 dengan melakukan penelitian tindakan indikator lebih banyak dan lebih sedikit. Benda konkret yang digunakan adalah miniatur kuda. Kegiatan pertama diisi dengan Penelitian Tindakan Kelas mengenalkan konsep lebih banyak dan lebih sedikit. Guru mengenalkan pada anak tentang benda konkret yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya guru meletakkan beberapa miniatur kuda menjadi dua kelompok dan anak bersama-sama menghitung jumlah dua kelompok miniatur kuda tersebut. Guru menanyakan kepada anak apakah kedua kelompok tersebut sama atau tidak. 49 Guru menjelaskan kepada anak bahwa tidak sama dapat dibagi lagi dalam kelompok lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang. Selanjutnya guru mempersiapkan satu baris pasangan kelompok benda konkret dan meminta satu-persatu anak untuk mencoba menghitung. Setiap anak mendapatkan soal lebih banyak dan lebih sedikit. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit: Tabel 11. Hasil Mengenal Konsep Lebih Banyak dan Lebih Sedikit Siklus I Pertemuan 3 Hari Indikator Hasil Rata-Rata Unjuk Kerja LKA Kamis, 9 Februari 2017 Lebih Banyak 65,3 % 61,5 % 63,4% Lebih Sedikit 69,2 % 65,3 % 67,25% Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Pra Siklus dengan hasil dari Siklus I pertemuan 3 yaitu: Tabel 12. Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I Pertemuan 3. Materi Pra Siklus Siklus I Pertemuan 3 Lebih Banyak 43,2% 63,4% Lebih Sedikit 44,2% 67,25% Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Pra Siklus dengan Siklus I pertemuan 3 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep konsep lebih banyak dan lebih sedikit meningkat. 4) Siklus I Pertemuan 4 Siklus I pertemuan 4 dilakukan pada hari Sabtu, 11 Februari 2017 dengan masih melakukan penelitian tindakan indikator lebih banyak dan lebih sedikit. Benda konkret yang digunakan adalah miniatur kuda dan pak kusir. Guru mengenalkan pada anak media benda konkret yang akan digunakan. Benda 50 konkret tersebut diletakkan oleh guru di atas kertas asturo menjadi dua kelompok benda konkret. Selajutnya anak diminta untuk menghitung benda konkret yang sudah disediakan oleh guru. Guru menanyakan pada anak jumlahnya sama atau tidak. Guru mengingatkan kepada anak bahwa tidak sama dapat dibagi lagi dalam kelompok lebih banyak dan lebih sedikit. Guru memberikan contoh tentang cara menghitung konsep sama dan tidak sama. Kegiatan ini dilakukan berulangulang sehingga anak mudah memahaminya. Selanjutnya guru mempersiapkan satu baris pasangan kelompok benda konkret dan meminta satu-persatu anak untuk mencoba menghitung. Setiap anak mendapatkan soal lebih banyak dan lebih sedikit. Setelah mengerjakan menghitung benda konkret, anak diminta mengerjakan LKA mengenai konsep lebih banyak dan lebih sedikit. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit: Tabel 13. Hasil Mengenal Konsep Lebih Banyak dan Lebih Sedikit Siklus I Pertemuan 4 Hari Indikator Hasil Rata-Rata Unjuk LKA Kerja Sabtu, 11 Februari Lebih Banyak 75 % 76,9 % 75,95% 2017 Lebih Sedikit 78,8 % 76,9 % 77,85% Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus I pertemuan 3 dengan hasil dari Siklus I pertemuan 4 yaitu: Tabel 14. Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I Pertemuan 1. Materi Siklus I Pertemuan 3 Siklus I Pertemuan 4 Lebih Banyak 63,4% 75,95% Lebih Sedikit 67,25% 77,85% 51 Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus I pertemuan 3 dengan Siklus I pertemuan 4 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit meningkat. c. Observasi Selama kegiatan penelitian berlangsung, peneliti melakukan pengamatan yang bertujuan untuk mengamati kemampuan anak dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan pada saat pembelajaran berlangsung dan nantinya akan dilakukan perhitungan rata-rata. Observai ini dilakukan oleh peneliti saat guru melakukan tindakan di kelas. Berikut merupakan tabel kemampuan dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus I dari pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Tabel 15. Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama Siklus I. Pertemuan Materi Hasil 1 Mengenal konsep sama 66,3% Mengenal konsep tidak sama 64,35% 2 Mengenal konsep sama 74% Mengenal konsep tidak sama 74,95% 3 Mengenal konsep lebih banyak 63,4% Mengenal konsep lebih sedikit 67,25% 4 Mengenal konsep lebih banyak 75,95% Mengenal konsep lebih sedikit 77,85% Dari empat pertemuan tersebut maka dilakukan rata-rata setiap indikator untuk mengetahui peningkatannya. Berikut merupakan tabel rata-rata kemampuan anak kelompok A2 dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan 52 tidak sama menggunakan benda konkret pada Siklus I dari pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Tabel 16. Rata-Rata Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama Siklus I. No Materi Hasil 1 Hasil 2 Rata-Rata 1 Mengenal konsep sama 66,3% 74% 70,15% 2 Mengenal konsep tidak sama 64,35% 74,95% 69,65% 3 63,4% 75,95% 69,67% Mengenal konsep lebih banyak 4 67,25% Mengenal konsep lebih sedikit 77,85% 72,55% Dengan menggunakan benda konkret sebagai media, maka dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak, dan tidak sama banyak mengalami peningkatan. Dari tabel di atas maka dapat dilihat peningkatannya melalui grafik berikut. 80.00% 60.00% 70.15% 47.10% 69.65% 46.10% 69.67% 72.55% 43.20% 44.20% Banyak (>) Sedikit (<) 40.00% 20.00% 0.00% Sama (=) Tidak Sama (≠) Pra Siklus Siklus I Gambar 3. Grafik Perbandingan Hasil Pra Siklus dan Siklus I. Berdasarkan grafik di atas bahwa kemampuan mengenal konsep sama pada saat pra tindakan yaitu 47,1%. Setelah diberi tindakan dapat meningkat menjadi 70,15%. Kemampuan mengenal konsep tidak sama pada saat pra tindakan yaitu 46,1%. Setelah diberi tindakan dapat meningkat menjadi 69,65%. Kemampuan mengenal konsep lebih banyak pada saat pra tindakan yaitu 43,2%. 53 Setelah diberi tindakan dapat meningkat menjadi 69,67%. Kemampuan mengenal konsep lebih sedikit pada saat pra tindakan yaitu 44,2%. Setelah diberi tindakan dapat meningkat menjadi 75,55%. d. Reflesksi Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru mendiskusikan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan dan hambatan yang terjadi ketika pembelajaran mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Refleksi dilakukan setelah melihat pembeajaran Siklus I pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Refleksi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pada Siklus II. Berikut merupakan hambatan pada Siklus I: 1) Media yang digunakan terlalu kecil sehingga anak suka kelompatan ketika menghitung benda konkret. 2) Masih banyak anak yang memasuki alas yang digunakan untuk menghitung sehingga mengganggu anak yang sedang menghitung. Berdasarkan diskusi antara guru dengan peneliti maka dapat diberikan beberapa solusi untuk mengatasi hambatan pada Siklus I yaitu: 1) Media yang digunakan diperbesar sehingga anak lebih mudah melihat dan menghitung dengan teliti. 2) Ketika anak menjawab pertanyaan, guru meminta anak untuk maju ke depan satu persatu sesuai nomor presensi dan antri sehingga anak tidak duduk di alas yang digunakan untuk menghitung benda konkret dan guru selalu memberikan motivasi. 3) LKA dibuat secara acak sehingga anak berpikir tidak hanya sekedar hafalan. 54 Berdasarkan hasil perbandingan rata-rata antara pra tindakan dengan Siklus I terdapat peningkatan yang cukup baik. Dari hasil observasi pada Siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan sehingga peneliti bersama dengan guru merencanakan dan melakukan kembali penelitian tindakan ke Siklus II dengan adanya perbaikan sesuai dengan refleksi pada Siklus I. 3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan, peneliti menyiapkan beberapa hal yaitu. 1) Merencanakan jadwal dan tema. Penelitian tindakan kelas Silkus II ini dilakukan 4 kali pertemuan dengan. Dalam penelitian ini, tema yang digunakan oleh sekolah tersebut yaitu pekerjaan. 2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Penyusunan RPPH dilakukan oleh guru dan peneliti. Kegiatan dilakukan sesuai dengan tema dan sub tema yang sedang digunakan. 3) Menyiapkan media pembelajaran dan Lembar Kerja Anak (LKA) Peneliti menyiapkan media pembelajaran konkret dengan membuat miniatur yang disesuaikan dengan tema dan sub tema yang terdiri dari masinis, kereta, pilot, pesawat, dan headset. LKA dibuat oleh peneliti juga sesuai dengan tema dan sub tema. 4) Menyiapkan alat dokumentasi dan lembar check list. Lembar check list yang digunakan digunakan untuk mengukur kemampuan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yang sudah divalidasi oleh ahlinya. 55 b. Tindakan 1) Siklus II Pertemuan 1 Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 20 Februari 2017 dengan indikator sama dan tidak sama. Benda konkret yang digunakan adalah miniatur masinis dan kereta. Kegiatan yang akan dilakukan adalah mengenal konsep sama dan tidak sama. Guru memperkenalkan media kepada anak yang akan digunakan untukmenghitung. Selanjutnya guru menyiapkan alas yang akan digunakan dalam pembelajaran dan meletakkan beberapa miniatur menjadi dua kelompok. Anak menghitung bersama-sama jumlah kedua kelompok benda tersebut. Kemudian guru menanyakan kepada anak apakah kedua kelompok tersebut jumlahnya sama atau tidak. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang sehingga anak cepat untuk mengingatnya. Selanjutnya guru menyiapkan dua baris pasangan kelompok benda konkret, meminta satu-persatu anak untuk mencoba menghitung. Guru meminta semua anak untuk mundur tidak berada pada alas kertas pembelajaran benda konkret dan guru memanggil satu-persatu anak sesuai dengan nomor presensi. Guru selalu memberikan motivasi setiap anak berhasil mengerjakan. Setelah anak menghitung menggunakan benda konkret maka anak diminta untuk mengerjakan LKA yang diberikan oleh guru. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak sama: Tabel 17. Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama Siklus II Pertemuan 1 Hari Indikator Hasil Rata-Rata Unjuk Kerja LKA Senin, 20 Sama 88,4 % 88,4 % 88,4% Februari 2017 Tidak Sama 90,3 % 88,4 % 89,35% 56 Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus II pertemuan 1 dengan hasil dari rata-rata akhir sama dan tidak sama Siklus I yaitu: Tabel 18. Hasil Rata-Rata Akhir Sama dan Tidak Sama Siklus I dengan Siklus II Pertemuan 1. Materi Rata-Rata Siklus I Siklus II Pertemuan 1 Sama 70,15% 88,4% Tidak Sama 69.65% 89,35% Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus II pertemuan 1 dengan hasil dari rata-rata akhir sama dan tidak sama Siklus I terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak sama meningkat. 2) Siklus II Pertemuan 2 Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 dengan indikator lebih banyak dan lebih sedikit. Benda konkret yang digunakan adalah miniatur pilot dan pesawat. Kegiatan yang akan dilakukan adalah mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit. Guru memperkenalkan media kepada anak. Selanjutnya guru menyiapkan alas yang akan digunakan dalam pembelajaran dan meletakkan beberapa miniatur menjadi dua kelompok. Anak menghitung bersama-sama jumlah kedua kelompok benda tersebut. Kemudian guru menanyakan kepada anak apakah kedua kelompok tersebut jumlahnya sama atau tidak. Guru menjelaskan kepada anak bahwa tidak sama dapat dibagi lagi dalam kelompok lebih banyak dan lebih sedikit. Selanjutnya guru menanyakan kepada anak mana kelompom benda yang memiliki jumlah lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang dan guru bersikap sabar sehingga anak cepat untuk mengingatnya. Selanjutnya guru menyiapkan dua baris pasangan 57 kelompok benda konkret, meminta satu-persatu anak untuk mencoba menghitung menggunakan benda konkret. Guru meminta semua anak untuk mundur tidak berada pada alas kertas pembelajaran benda konkret dan guru memanggil satupersatu anak sesuai dengan nomor presensi sedangkan anak lain duduk di kursi. Guru memberikan motivasi pada anak yang berhasil. Setelah menghitung menggunakan benda konkret, anak diminta untuk mengerjakan LKA. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit: Tabel 19. Mengenal Konsep Lebih Banyak dan Lebih Sedikit Siklus II Pertemuan 2 Hari Indikator Hasil Rata-Rata Unjuk LKA Kerja Sabtu, 25 Februari Lebih Banyak 88,4 % 84,6 % 86,5% 2017 Lebih Sedikit 86,5 % 84,6 % 85,55% Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus II pertemua 2 dengan hasil dari rata-rata akhir lebih banyak dan lebih sedikit Siklus I yaitu: Tabel 20. Hasil Rata-Rata Akhir Lebih Banyak dan Lebih Sedikit Siklus I dengan Siklus II Pertemuan 2. Materi Rata-Rata Siklus I Siklus II Pertemuan 2 Lebih Banyak 69,67% 86,5% Lebih Sedikit 72,55% 85,55% Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus II pertemuan 2 dengan hasil dari rata-rata akhir lebih banyak dan lebih sedikit Siklus I terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit meningkat. 58 3) Siklus II Pertemuan 3 Siklus II pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Senin, 1 Maret 2017 dengan indikator lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Benda konkret yang digunakan adalah miniatur pilot, pesawat, dan headset. Kegiatan yang akan dilakukan adalah mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Guru memperkenalkan media kepada anak. Selanjutnya guru menyiapkan alas yang akan digunakan dalam pembelajaran dan meletakkan beberapa miniatur menjadi dua kelompok. Anak menghitung bersama-sama jumlah kedua kelompok benda tersebut. Kemudian guru menanyakan kepada anak apakah kedua kelompok tersebut jumlahnya sama atau tidak. Guru mengingatkan kepada anak bahwa tidak sama dapat dibagi lagi dalam kelompok lebih banyak dan lebih sedikit. Guru menanyakan kepada anak mana kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak dan jumlah lebih sedikit. Kegiatan ini dilakukan berulangulang dan guru bersikap sabar pada anak yang belum mampu mengerjakan sehingga anak cepat untuk mengingatnya. Selanjutnya guru menyiapkan dua baris pasangan kelompok benda konkret, meminta satu-persatu anak untuk mencoba menghitung. Guru meminta semua anak untuk mundur tidak berada pada alas kertas pembelajaran menghitung benda konkret dan guru memanggil satu-persatu anak sesuai dengan nomor presensi. Setiap anak mendapatkan kesempatan untuk menghitung benda lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Guru memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil menjawab. Setelah menghitung menggunakan benda konkret, anak diminta untuk mengerjakan LKA yang diberikan oleh guru dan. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak 59 mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II pertemuan 3: Tabel 21. Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama Siklus II Pertemuan 3 Hari Indikator Hasil Rata-Rata Observasi Portofolio Rabu, 1 Maret 2017 Sama 94,2 % 94,2 % 94,2% Tidak Sama 96,1 % 94,2 % 95,15% Lebih Banyak 94,2 % 90,3 % 90,75% Lebih Sedikit 92,3 % 92,3 % 92,3% Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus II pertemua 3 dengan hasil dari Siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2 yaitu: Tabel 22. Hasil Siklus II Pertemuan 1 dan Siklus II Pertemuan 2 dengan Siklus II Pertemuan 3. Materi Siklus II Pertemuan 1 dan Siklus II Pertemuan 3 Siklus II Pertemuan 2 Sama 88,4% 94,2% Tidak Sama 89,35% 95,15% Lebih Banyak 86,5% 92,25% Lebih Sedikit 85,55% 92,3% Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus II pertemuan 3 dengan hasil dari Siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama telah meningkat. 4) Siklus II Pertemuan 4 Siklus II pertemuan 4 dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Maret 2017 dengan indikator lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Benda konkret yang digunakan adalah miniatur pilot, pesawat, dan headset. Kegiatan yang akan dilakukan adalah mengenal kembali konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan 60 tidak sama. Guru memperkenalkan media kepada anak. Selanjutnya guru menyiapkan alas yang akan digunakan dalam pembelajaran dan meletakkan beberapa miniatur menjadi dua kelompok. Anak menghitung bersama-sama jumlah kedua kelompok benda tersebut. Kemudian guru menanyakan kepada anak apakah kedua kelompok tersebut jumlahnya sama atau tidak. Guru mengingatkan kepada anak bahwa tidak sama dapat dibagi lagi dalam kelompok lebih banyak dan lebih sedikit. Guru menanyakan kepada anak mana kelompok yang memiliki jumlah lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang dan guru bersikap sabar sehingga anak cepat untuk mengingatnya. Selanjutnya guru menyiapkan dua baris pasangan kelompok benda konkret, guru meminta satupersatu anak untuk mencoba menghitung. Guru meminta semua anak untuk mundur tidak berada pada alas kertas pembelajaran benda konkret sehingga tidak mengganggu teman yang sedang menghitung dan guru memanggil satu-persatu anak sesuai dengan nomor presensi. Guru memberikan motivasi. Setelah menghitung menggunakan benda konkret, anak diminta untuk mengerjakan LKA yang berhubungan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama pada Siklus II pertemuan 4: Tabel 23. Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama Siklus II Pertemuan 4 Hari Indikator Hasil Rata-Rata Unjuk Kerja LKA Kamis, 2 Maret 2017 Sama 96,1 % 94,2 % 95,15% Tidak Sama 96,1 % 96,1 % 96,1% Lebih Banyak 96,1 % 94,2 % 95,15% Lebih Sedikit 94,2 % 92,3 % 93,25% 61 Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus II pertemuan 4 dengan hasil dari Siklus II pertemuan 3 yaitu: Tabel 24. Hasil Siklus II Pertemuan 3 dan Siklus II Pertemuan 4 Materi Siklus II Pertemuan 3 Siklus II Pertemuan 4 Sama 94,2% 95,15% Tidak Sama 95,15% 96,1% Lebih Banyak 92,25% 95,15% Lebih Sedikit 92,3% 93,25% Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus II pertemua 3 dengan hasil dari Siklus II pertemuan 4 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama telah meningkat. c. Observasi Selama kegiatan penelitian berlangsung, peneliti melakukan pengamatan yang bertujuan untuk mengamati kemampuan anak dalam mengenal konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama. Berikut merupakan kemampuan dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II. Tabel 25. Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama Siklus II. Pertemuan Materi Hasil 1 Mengenal konsep sama 88,4% Mengenal konsep tidak sama 89,35% 2 Mengenal konsep lebih banyak 86,5% Mengenal konsep lebih sedikit 85,55% 3 Mengenal konsep sama 94,2% Mengenal konsep tidak sama 95,15% Mengenal konsep lebih banyak 92,25% Mengenal konsep lebih sedikit 92,3% 4 Mengenal konsep sama 95,15% Mengenal konsep tidak sama 96,1% Mengenal konsep lebih banyak 95,15% Mengenal konsep lebih sedikit 93,25% 62 Berikut merupakan tabel rata-rata kemampuan anak kelompok A2 dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II dari pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Tabel 26. Rata-Rata Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama Siklus II. No Materi Hasil 1 Hasil 2 Hasil 3 Rata-Rata 1 Mengenal konsep sama 88,4% 94,2% 95,15% 92,58% 2 Mengenal konsep tidak sama 89,35% 95,15% 96,1% 93,53% 3 Mengenal konsep lebih 86,5% 92,25% 95,15% 91,3% banyak 4 Mengenal konsep lebih sedikit 85,55% 92,3% 93,25% 90,36% Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mengenalkan konsep sama sebanyak tiga kali, konsep tidak sama sebanyak tiga kali, konsep lebih banyak sebanyak tiga kali, dan konseplebih sedikit yaitu tiga kali. Berikut merupakan hasil perbandingan antara Siklus I dengan Siklus II: Tabel 27. Hasil Perbandingan Siklus I dan II No Materi 1 Mengenal konsep sama 2 Mengenal konsep tidak sama 3 Mengenal konsep lebih banyak 4 Mengenal konsep lebih sedikit Siklus I 70,15% 69,65% 69,67% Siklus II 92,58% 93,53% 91,3% 72,55% 90,36% Hasil dari tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan dalam mengenal konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama dari Siklus I ke Siklus II. Berdasarkan perbaikan hasil refleksi pada Siklus I dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama pada Siklus ke II. Dalam hal ini dapat juga disajikan dalam sebuah grafik untuk mengetahui 63 peningkatan kemampuan dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama dari Siklus I ke Siklus II: 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 92.58% 70.15% Sama (=) 93.53% 69.65% Tidak Sama (≠) Siklus I 91.30% 90.36% 69.67% 72.55% Banyak (>) Sedikit (<) Siklus II Gambar 4. Perbandingan Siklus I dan Siklus II d. Refleksi Pembelajaran dalam Siklus II telah dilaksanakan sesuai dengan perbaikanperbaikan hasil refleksi pada Siklus I. Setelah dilakukannya Siklus II maka hasil penelitian ini telah mencapai lebih dari indikator keberhasilan yaitu 80%. Berikut merupakan hasil dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II: Tabel 28. Hasil Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II No Materi Pra Siklus Siklus I 1 Mengenal konsep sama 47,1% 70,15% 2 Mengenal konsep tidak sama 46,1% 69,65% 3 43,2% 69,67% Mengenal konsep lebih banyak 4 44,2% Mengenal konsep lebih sedikit 72,55% Siklus II 92,58% 93,53% 91,3% 90,36% Hasil dari tabel di atas dapat dilihat adanya peningkatan dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Untuk dapat melihat 64 dengan jelas peningkatan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama dapat disajikan dalam sebuah grafik yaitu: 80.00% 60.00% 93.53% 92.58% 100.00% 70.15% 47.10% 91.30% 69.65% 69.67% 46.10% 43.20% 90.36% 72.55% 44.20% 40.00% 20.00% 0.00% Sam a (=) Tidak Sama (≠) Pra Siklus Banyak (>) Siklus I Sedikit (<) Siklus II Gambar 5. Grafik Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat kenaikan pada indikator sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit dari Pra Siklus hingga Siklus II. Pada indikator sama mengalami peningkatan dari Pra Siklus 47,1%. Setelah diberi tindakan pada Siklus I meningkat menjadi 70,15% dan dilakukan beberapa perbaikan sehingga meningkat lagi pada Siklus II menjadi 92,58%. Indikator tidak sama mengalami peningkatan dari Pra Siklus 46,1%. Setelah diberi tindakan pada Siklus I meningkat menjadi 69,65% dan dilakukan beberapa perbaikan sehingga meningkat lagi pada Siklus II menjadi 93,53%. Indikator lebih banyak mengalami peningkatan dari Pra Siklus 43,2%. Setelah diberi tindakan pada Siklus I meningkat menjadi 69,67% dan dilakukan beberapa perbaikan sehingga meningkat lagi pada Siklus II menjadi 91,3%. Indikator lebih sedikit mengalami peningkatan dari Pra Siklus 44,2%. Setelah diberi tindakan pada Siklus I meningkat menjadi 72,55% dan dilakukan beberapa perbaikan sehingga meningkat lagi pada Siklus II menjadi 90,36%. 65 B. Pembahasan Penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan 2 Siklus yang setiap Siklusnya terdapat empat kali pertemuan. Untuk dapat mengetahui hasil dari kemampuan anak dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan beberapa teknik penilaian unjuk kerja dan LKA. Teknik penilaian tersebut digabung menjadi satu sehingga dapat mengetahui hasil penelitian ini. Bahan ajar yang akan dilakukan di dalam penelitian ini adalah mengenalkan pada anak mengenai konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Sebelum menentukan kelompok yang memiliki jumlah lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama maka anak harus menghitung terlebih dahulu jumlah kedua kelompok benda dan menentukan kelompok yang memiliki jumlah sama, tidak sama, lebih banyak, lebih sedikit. Hal ini senada dengan pendapat Carol Seefeldt dan Baraba A. Wasik (2008: 393) bahwa ketika anak sedang berhitung maka anak sedang mengembangkan kesadaran tentang “lebih banyak”, “kurang banyak”. Hasil dari pra siklus kemampuan dalam mengenal konsep banyak yaitu 44,2%, konsep sedikit yaitu 43,2%, konsep sama yaitu 46,1%, dan konsep tidak sama yaitu 47,1%. Menurut Acep Yoni (2010: 176) hasil tersebut masih dalam kriteria sedang. Kurang optimalnya kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama karena pendidik langsung menggunakan LKA tanpa penjelasan menggunakan benda konkret dan tidak menggunakan alat peraga ketika sedang mengenalkan pada anak. Saat mengenalkan konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama pada anak pendidik 66 menuliskan sesuatu di papan tulis sehingga banyak anak yang tidak fokus dan ramai ketika guru sedang menjelaskan. Sebagian besar anak kurang paham dalam mencari kelompok yang memiliki jumlah sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini pembelajaran yang akan dilakukan adalah mengenalkan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yang sifatnya abstrak untuk anak usia 4-5 tahun. Oleh karena itu perlu adanya media untuk membuat anak dapat dengan mudah mempelajarinya. Tindakan yang akan diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan benda konkret. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet Suyanto (2005: 136) bahwa pada masa pra-operasional, anak akan dapat belajar dengan baik apabila menggunakan benda konkret. Dengan menggunakan benda konkret sebagai media pembelajaran, maka anak akan dengan mudah memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993: 55) bahwa memanfaatkan benda konkret sebagai media pembelajaran siswa akan lebih aktif dan dapat mengamati, menangani, memanipulasi, dan mendiskusikan. Dalam pembelajaran ini anak menghitung benda konkret dengan memegang langsung benda konkret sehingga anak lebih tertarik untuk menghitung. Penelitian pada Siklus I yang bertema alat transportasi/Trans Jogja dan delman terjadi peningkatan dari Pra Siklus ketika menggunakan benda konkret. Kemampuan mengenal konsep sama menjadi 70,15%, konsep tidak sama menjadi 69,65%, konsep lebih banyak menjadi 69,67%, dan konsep lebih sedikit menjadi 67 72,55%. Pada Siklus ini telah terjadi peningkatan dengan kriteria tinggi (Acep Yoni, 2010: 176). Anak lebih terlihat aktif dan berminat untuk bermain dengan menggunakan benda konkret. Hal ini senada dengan pendapat Sungkono (2007: 35) bahwa kehadiran benda konkret akan mampu menjaga perhatian dan menumbuhkan kegiatan yang aktif. Dengan menambahkan media dan penggantian media di setiap pertemuan maka anak tidak mudah bosan. Dari penelitian Siklus I terdapat permasalahan yang perlu diatasi untuk meningkatkan kembali kemampuan anak dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Permasalahan tersebut yaitu beberapa anak yang memasuki alas pembelajaran sehingga mengganggu temannya dan media yang digunakan terlalu kecil sehingga ketika anak sedang menghitung ada benda konkret yang kelompatan tidak terhitung. Untuk mengatasi permasalahan tesebut maka pada Siklus II dilakukan beberapa perubahan yaitu media pembelajaran diperbesar sehingga lebih menarik perhatian anak. Hal ini senada dengan pendapat Azhar Arsyad (2014: 67) bahwa media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik minat dan perhatian anak. Pemberian motivasi kepada anak juga diberikan oleh guru sehingga anak lebih termotivasi untuk mau belajar lebih baik lagi. Hal ini senada dengan pendapat Sugihartono, dkk (2013: 78) bahwa motivasi memegang peran penting dalam meningkatkan prestasi belajar seseorang. Dengan begitu guru terus memberikan motivasi kepada anak setiap anak mengerjakan sesuatu. Pembelajaran dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama merupakan materi yang sulit untuk dipelajari pada anak apabila 68 tidak menggunakan benda konkret dan anak juga harus turut serta dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru selalu memberikan pengulangan ketika sedang menjelaskan materi. Dengan adanya pengulangan maka anak akan lebih memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini senada dengan pendapat Azhar Arsyad (2014: 73) bahwa agar suatu pengetahuan dapat menjadi bagian intelektual seseorang haruslah pengetahuan itu diulang dan dilatih terus. Guru memberikan pengulangan kepada anak dengan sabar hingga anak mulai memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Setelah dilakukannya perbaikan pada Siklus II hasil yang didapat dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yaitu 92,58% untuk konsep sama, 93,53% untuk konsep tidak sama, 90,48% untuk konsep lebih banyak, dan 91,3% untuk konsep lebih sedikit. Pada Siklus ini telah terjadi peningkatan kembali dengan kriteria sangat tinggi (Acep Yoni, 2010: 176) sehingga penelitian dihentikan pada Siklus II. Dari hasil Siklus II maka anak telah memiliki kemampuan dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama dengan kriteria sangat tinggi. Kemampuan tersebut juga berguna untuk mengahadapi permasalahan matematika di jenjang berikutnya. Hal ini senada dengan pendapat Ahmad Susanto (2001: 98) bahwa seseorang yang memiliki kemampuan matematika akan dapat mengatur jalan pikir dan memecahkan persoalan yang dihadapinya. Oleh karena itu mengenalkan konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama dapat membuat anak berpikir dan memecahkan masalah secara sistematis. 69 C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Jenis media konkret yang digunakan kurang bervariasi sehingga anak mudah bosan. 2. Kurangnya kesempatan anak untuk latihan mencoba menghitung benda yang jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama, sehingga penguasaaan konsep “lebih banyak” dan “lebih sedikit” yang relatif sulit hasilnya lebih rendah dari penguasaan konsep “sama” dan “tidak sama”. 3. Media yang digunakan lebih mudah rusak karena hanya terbuat dari kertas karton yang ditempel dengan gambar. 4. Rubrik penilaian dengan skor 3 seharusnya sudah menyesuaikan indikator (tanpa bantuan guru). 70 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dalam kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 TK ABA Gendingan dapat ditingkatkan melalui benda konkret. Langkah-langkah pembelajaran untuk mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yaitu menghitung kedua kelompok benda konkret dan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Dapat dilihat hasil dari penelitian ini yaitu: 1. Hasil dari Pra Siklus untuk konsep “sama” sebesar 47,1%, konsep “tidak sama” sebesar 46,1%, konsep “lebih banyak” yaitu 43,2%, dan konsep “lebih sedikit” yaitu 44,2%. Hasil tersebut menunjukkan kriteria sedang. 2. Hasil dari Siklus I untuk konsep “sama” sebesar 70,15%, konsep “tidak sama” sebesar 69,65%, konsep “lebih banyak” yaitu 69,67%, dan konsep “lebih sedikit” yaitu 72,55%. Hasil tersebut menunjukkan kriteria tinggi 3. Hasil dari Siklus II untuk konsep “sama” sebesar 92,58%, konsep “tidak sama” sebesar 93,53, konsep “lebih banyak” yaitu 91,3%, dan konsep “lebih sedikit” yaitu 90,36%. Hasil tersebut menunjukkan kriteria sangat tinggi. Dengan adanya inovasi baru dalam memperbesar benda konkret dan pemberian kesempatan lebih pada anak untuk menghitung langsung benda konkret, maka kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama telah mencapai lebih dari indikator keberhasilan. 71 B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi sekolah Sekolah hendaknya menyediakan lebih banyak benda konkret yang dapat digunakan untuk setiap pembelajaran. 2. Bagi guru Guru dapat menggunakan benda konkret sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A dengan benda konkret yang lebih bervariasi serta memberikan kesempatan kepada anak sebanyak-banyaknya untuk terus berlatih dan terus memotivasi anak. 3. Bagi peneliti selanjutnya Menyediakan benda konkret yang lebih bervariasi dan lebih menarik minat anak, waktu yang dilakukan saat penelitian lebih lama, menggunakan miniatur benda konkret yang kuat terbuat dari triplek, dan rubrik penilaian dengan skor 3 disesuaikan dengan indikator. 72 DAFTAR PUSTAKA Acep Yoni, dkk. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Prenada Media Group. Azhar Arsyad. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Basuki Wibawa & Farida Mukti. (1993). Media Pengajaran. Yogyakarta: Depdikbud. Fakhrizal. (2017). Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan. Diakses dari http://www.jejakpendidikan.com/2017/04/faktor-yang-mempengaruhiperkembangan.html pada tanggal 5 Mei 2017, pukul 21.15 WIB Harun Rasyid., Mansyur., & Suratno. (2012). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gama Media Helmawati. (2015). Mengenal dan Memahami PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Himapaudi. (2015). Kurikulum PAUD. Yogyakarta: UMY. Ibrahim R & Syaodih Nana. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Janice J. Beaty. (2013). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Maimunah Hasan. (2012). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press. Mansyur., Harun Rasyid., & Suratno. (2015). Asesmen Perkembangan di Sekolah Panduan Bagi Guru dan Calon Guru. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Masitoh., Ocih Setiasih., & Heny Djoehaeni. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas. Moeslichatoen. (2004). Metode Pegajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Paul Suparno. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 73 Rita Eka Izzaty. et. al. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Rochiati Wiriaatmadja. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sa’dun Akbar. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Filosofi, Metodologi, Implementasi. Yogyakarta: Cipta Media. Saibatin. (2015). Pengertian Bilangan Bulat. Diakses dari http://www.saibatin.com/2015/02/bilangan-bulat.html. pada tanggal 9 November 2016, pukul 21.37 WIB. Seefeldt, Carol & Barbara A. Wasik. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Penerjemah: Pius Nasar. Jakarta: Indeks. Siti Partini Suardiman. (2003). Metode Pengembangan Daya Pikir dan Daya Cipta untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Slamet Suyanto. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Slamet Suyanto. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Sudaryanti. (2006). Pengenalan Matematika Anak Usia Dini. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Sugihartono. et al. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Yogyakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto., Suhardjono., & Supardi. (2015). Penelitian Tindakan Kelas Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Sunarto & Agung hartono. (2008). Perkembangan peserta didik. Rineka Cipta: Jakarta Sungkono. (2007). Majalah Ilmiah Pembelajaran. Yogyakarta: Jurusan KTP FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Suroso. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Classroom Action Reserch. Yogyakarta: Pararaton. 74 Suwarsih Madya. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta. Syaiful Sagala. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Tim Penyusun Kamus. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tita Krisindar. (2013). Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep BanyakSedikit Melalui Media Papan Flanel pada Anak Kelompok A di TK ABA Pampang II Gunungkidul. Laporan Penelitian. UNY. Tombokan Runtukahu & Selpius Kandou. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas Edisi Kedua. Jakarta: Indeks. Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Zaroh Nurlaily. (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka Melalui Penggunaan Benda Konkret pada Anak Kelompok A di TK ABA Pampang II Paliyan Gunungkidul. Laporan Penelitian. UNY 75 LAMPIRAN 1. Surat Ijin 76 77 78 79 80 81 LAMPIRAN 2. Jadwal penelitian 82 JADWAL PENELITIAN Siklus I No Siklus Hari dan Tanggal 1 Siklus I Pertemuan 1 Senin, 6 Februari 2017 2 Siklus I Pertemuan 2 Rabu, 8 Februari 2017 3 Siklus I Pertemuan 3 Kamis, 9 Februari 2017 4 Siklus I Pertemuan 4 Sabtu, 11 Februari 2017 Tema dan Sub Tema Alat Transportasi/Trans Jogja Alat Transportasi/Trans Jogja Alat Transportasi/Trans Jogja Alat Transportasi/Trans Jogja Materi Sama dan Tidak Sama Sama dan Tidak Sama Banyak dan Sedikit Banyak dan Sedikit Siklus II No 1 Siklus Siklus Pertemuan 1 Hari dan Tanggal Tema dan Sub Tema II Senin, 20 Februari Pekerjaan/Masinis 2017 2 Siklus Pertemuan 2 II Sabtu, 25 Februari Pekerjaan/Pilot 2017 3 Siklus Pertemuan 3 II Rabu, 2017 1 Maret Pekerjaan/Pilot 4 Siklus Pertemuan 4 II Kamis, 2017 2 Maret Pekerjaan/Pilot 83 Materi Sama dan Tidak Sama Banyak dan Sedikit Sama, Tidak Sama, Banyak, dan Sedikit Sama, Tidak Sama, Banyak, dan Sedikit LAMPIRAN 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian 84 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017 Sem/Bln/Mgu ke Tema/sub tema Konpetensi Dasar Materi Kegiatan SOP Jurnal Pagi : II/Februari/5 Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2 : Transportasi/Trans Jogja Hari/Tgl : Senin, 6 Februari 2017 1.2, 2.7, 2.9, 2.12, 2.1, 3.4, 4.4, 3.11, 4.11, 3.15, 4.15, pai 3, pai 4 Berdoa sebelum naik kendaraan (NAM) Perilaku sabar, sikap peduli, sikap tanggung jawab (SOSEM) Sikap hidup sehat, cara hidup sehat (FM) Sikap kreatif memecahkan masalah sehari-hari (KOG) Bahasa ekspresif (BHS) Berkarya melalui aktifiktas seni (SENI) Mengenal huruf hijaiyah, mengenal surat pendek (PAI) Rambu-rambu lalu lintas (ELL) Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke dalam kelas. Pembukaan (30 Menit) Pengalaman MOTORIK KASAR Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI). Keg. Inti (60 Menit) Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi dan konfirmasi. Mengamati : Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media pembelajaran yang dipakai guru. Menanya : Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati. Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 85 No Kegiatan Main Alat/Bahan 1 Menghitung benda dengan jumlah sama dan tidak sama Miniatur trans jogja dan setir 2 Mengerjakan LKA sama dan tidak sama LKA dengan soal sama dan tidak sama 3 Menulis nama penumpang Kartu kata 4 Bermain peran dengan bus mainan Bus mainan, lego Recalling: Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini. Istirahat (30 Menit) Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan. Kegiatan Akhir (30 Menit) Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang. Rencana Penilaian No Program Pengembangan KD Indikator 1 NAM 1.2 Anak terbiasa berdoa sebelum naik kendaraan. 2 SOSEM 2.7 Anak terbiasa berperilaku sabar 2.9 Anak terbiasa bersikap peduli 3 FM 2.1 Anak terbiasa hidup sehat 3.5, 4.5 Anak dapat memecahkan masalah sehari-hari 2.3 Anak dapat kreatif 4 KOG 3.5, 4.5 Anak dapat mengenal konsep sama dan tidak sama 5 BHS 3.11, 4.11 Anak dapat menunjukkan bahasa ekspresif 6 SENI 2.4 Anak menunjukkan perilaku estetis 7 PAI 3 Anak dapat mengenal huruf hijaiyah 4 Anak dapat mengenal surat pendek 86 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017 Sem/Bln/Mgu ke Tema/sub tema Konpetensi Dasar Materi Kegiatan SOP Jurnal Pagi : II/Februari/5 Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2 : Transportasi/Trans Jogja Hari/Tgl : Rabu, 8 Februari 2017 1.2, 2.7, 2.9, 2.12, 2.1, 3.4, 4.4, 3.11, 4.11, 3.15, 4.15, pai 3, pai 4 Berdoa sebelum naik kendaraan (NAM) Perilaku sabar, sikap peduli, sikap tanggung jawab (SOSEM) Sikap hidup sehat, cara hidup sehat (FM) Sikap kreatif memecahkan masalah sehari-hari (KOG) Bahasa ekspresif (BHS) Berkarya melalui aktifiktas seni (SENI) Mengenal huruf hijaiyah, mengenal surat pendek (PAI) Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke dalam kelas. Pembukaan (30 Menit) Pengalaman MOTORIK KASAR Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI). Keg. Inti (60 Menit) Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi dan konfirmasi. Mengamati : Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media pembelajaran yang dipakai guru. Menanya : Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati. Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 87 No Kegiatan Main Alat/Bahan 1 Menghitung benda dengan jumlah sama dan tidak sama Miniatur trans jogja dan setir 2 Mengerjakan LKA sama dan tidak sama LKA dengan soal sama dan tidak sama 3 Menyusun puzzle Puzzle 4 Mengecap dengan jari gambar bus Alat cap Recalling: Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini. Istirahat (30 Menit) Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan. Kegiatan Akhir (30 Menit) Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang. Rencana Penilaian No Program Pengembangan KD Indikator 1 NAM 1.2 Anak terbiasa berdoa sebelum naik kendaraan. 2 SOSEM 2.7 Anak terbiasa berperilaku sabar 2.9 Anak terbiasa bersikap peduli 3 FM 2.1 Anak terbiasa hidup sehat 3.5, 4.5 Anak dapat memecahkan masalah sehari-hari 2.3 Anak dapat kreatif 4 KOG 3.5, 4.5 Anak dapat mengenal konsep sama dan tidak sama 5 BHS 3.11, 4.11 Anak dapat menunjukkan bahasa ekspresif 6 SENI 2.4 Anak menunjukkan perilaku estetis 7 PAI 3 Anak dapat mengenal huruf hijaiyah 4 Anak dapat mengenal surat pendek 88 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017 Sem/Bln/Mgu ke Tema/sub tema Konpetensi Dasar Materi Kegiatan SOP Jurnal Pagi : II/Februari/6 Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2 : Transportasi/Andong Hari/Tgl : Kamis, 9 Februari 2017 1.2, 2.7, 2.9, 2.12, 2.1, 3.4, 4.4, 3.11, 4.11, 3.15, 4.15, pai 3, pai 4 Berdoa sebelum naik kendaraan (NAM) Perilaku sabar, sikap peduli, sikap tanggung jawab (SOSEM) Sikap hidup sehat, cara hidup sehat (FM) Sikap kreatif memecahkan masalah sehari-hari (KOG) Bahasa ekspresif (BHS) Berkarya melalui aktifiktas seni (SENI) Mengenal huruf hijaiyah, mengenal surat pendek (PAI) Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke dalam kelas. Pembukaan (30 Menit) Pengalaman MOTORIK KASAR Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI). Keg. Inti (60 Menit) Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi dan konfirmasi. Mengamati : Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media pembelajaran yang dipakai guru. Menanya : Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati. Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 89 No Kegiatan Main Alat/Bahan 1 Menghitung benda lebih banyak dan lebih sedikit Miniatur kusir dan kuda 2 Mengerjakan LKA lebih banyak dan lebih sedikit LKA dengan soal lebih banyak dan lebih sedikit 3 Menggunting bentuk roda andong Pola gambar roda andong dan gunting 4 Meniru kata andong Kartu kata Recalling: Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini. Istirahat (30 Menit) Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan. Kegiatan Akhir (30 Menit) Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang. Rencana Penilaian No Program Pengembangan KD Indikator 1 NAM 1.2 Anak terbiasa berdoa sebelum naik kendaraan. 2 SOSEM 2.7 Anak terbiasa berperilaku sabar 2.9 Anak terbiasa bersikap peduli 3 FM 2.1 Anak terbiasa hidup sehat 3.5, 4.5 Anak dapat memecahkan masalah sehari-hari 2.3 Anak dapat kreatif 4 KOG 3.5, 4.5 Anak dapat mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit 5 BHS 3.11, 4.11 Anak dapat menunjukkan bahasa ekspresif 6 SENI 2.4 Anak menunjukkan perilaku estetis 7 PAI 3 Anak dapat mengenal huruf hijaiyah 4 Anak dapat mengenal surat pendek 90 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017 Sem/Bln/Mgu ke Tema/sub tema Konpetensi Dasar Materi Kegiatan SOP Jurnal Pagi : II/Februari/6 Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2 : Transportasi/Andong Hari/Tgl : Sabtu, 11 Februari 2017 1.2, 2.7, 2.9, 2.12, 2.1, 3.4, 4.4, 3.11, 4.11, 3.15, 4.15, pai 3, pai 4 Berdoa sebelum naik kendaraan (NAM) Perilaku sabar, sikap peduli, sikap tanggung jawab (SOSEM) Sikap hidup sehat, cara hidup sehat (FM) Sikap kreatif memecahkan masalah sehari-hari (KOG) Bahasa ekspresif (BHS) Berkarya melalui aktifiktas seni (SENI) Mengenal huruf hijaiyah, mengenal surat pendek (PAI) Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke dalam kelas. Pembukaan (30 Menit) Pengalaman MOTORIK KASAR Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI). Keg. Inti (60 Menit) Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi dan konfirmasi. Mengamati : Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media pembelajaran yang dipakai guru. Menanya : Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati. Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 91 No Kegiatan Main Alat/Bahan 1 Menghitung benda lebih banyak dan lebih sedikit Miniatur kusir dan kuda 2 Mengerjakan LKA lebih banyak dan lebih sedikit LKA dengan soal banyak dan sedikit 3 Meniru kata kusir Kartu kata 4 Bermain peran andong Anak Recalling: Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini. Istirahat (30 Menit) Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan. Kegiatan Akhir (30 Menit) Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang. Rencana Penilaian No Program Pengembangan KD Indikator 1 NAM 1.2 Anak terbiasa berdoa sebelum naik kendaraan. 2 SOSEM 2.7 Anak terbiasa berperilaku sabar 2.9 Anak terbiasa bersikap peduli 3 FM 2.1 Anak terbiasa hidup sehat 3.5, 4.5 Anak dapat memecahkan masalah sehari-hari 2.3 Anak dapat kreatif 4 KOG 3.5, 4.5 Anak dapat mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit 5 BHS 3.11, 4.11 Anak dapat menunjukkan bahasa ekspresif 6 SENI 2.4 Anak menunjukkan perilaku estetis 7 PAI 3 Anak dapat mengenal huruf hijaiyah 4 Anak dapat mengenal surat pendek 92 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017 Sem/Bln/Mgu ke Tema/sub tema Konpetensi Dasar Materi Kegiatan SOP Jurnal Pagi : II/Februari/7 Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2 : Pekerjaan/Masinis Hari/Tgl : Senin, 20 Februari 2017 1.2, 2.8, 2.12, 2.1, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 3.15, 4.15 pai 5 Berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan (NAM) Memiliki sikap mandiri (SOSEM) Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik halus/kasar (FM) Mengenal benda-benda di sekitarnya (KOG) Mengenal keaksaraan melalui bermain (BHS) Mengenali kebutuhan dan minat dalam membuat sesuatu (SENI) Mengenal doa sehari-hari (PAI) Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke dalam kelas. Pembukaan (30 Menit) Pengalaman MOTORIK KASAR Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI). Keg. Inti (60 Menit) Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi dan konfirmasi. Mengamati : Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media pembelajaran yang dipakai guru. Menanya : Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati. Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 93 No Kegiatan Main Alat/Bahan 1 Menghitung benda sama dan tidak sama Miniatur masinis dan kereta 2 Mengerjakan LKA sama dan tidak sama LKA dengan soal sama dan tidak sama 3 Menjahit tiket kereta Benang, pola tiket 4 Bermain peran masinis Anak Recalling: Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini. Istirahat (30 Menit) Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan. Kegiatan Akhir (30 Menit) Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang. Rencana Penilaian No Program Pengembangan KD Indikator 1 NAM 1.2 Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu. 2 SOSEM 2.8 Anak terbiasa mandiri 2.12 Anak terbiasa bersikap jujur 3 FM 3.3, 3.4 Anak menggunakan anggota tubuhnya untuk mengasah motorik halus 3.6, 4.6 4 KOG Anak dapat mengenal konsep sama dan tidak sama 5 BHS 3.12 Anak dapat menenal aksara melalui bermain 6 SENI 3.15 Anak membuat aktifiktas seni 7 PAI 5 Anak dapat mengenal doa sehari-hari 94 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017 Sem/Bln/Mgu ke Tema/sub tema Konpetensi Dasar Materi Kegiatan SOP Jurnal Pagi : II/Februari/8 Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2 : Pekerjaan/Pilot Hari/Tgl : Sabtu, 25 Februari 2017 1.2, 2.8, 2.12, 2.1, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 3.15, 4.15 pai 5 Berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan (NAM) Memiliki sikap mandiri (SOSEM) Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik halus/kasar (FM) Mengenal benda-benda di sekitarnya (KOG) Mengenal keaksaraan melalui bermain (BHS) Mengenali kebutuhan dan minat dalam membuat sesuatu (SENI) Mengenal doa sehari-hari (PAI) Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke dalam kelas. Pembukaan (30 Menit) Pengalaman MOTORIK KASAR Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI). Keg. Inti (60 Menit) Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi dan konfirmasi. Mengamati : Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media pembelajaran yang dipakai guru. Menanya : Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati. Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 95 No Kegiatan Main Alat/Bahan 1 Menghitung benda lebih banyak dan lebih sedikit Miniatur pilot dan pesawat 2 Mengerjakan LKA lebih banyak dan lebih sedikit LKA dengan lebih banyak dan lebih sedikit 3 Mencocok gambar pesawat Alat cocok, gambar pesawat 4 Bermain peran sebagai pramugari Anak Recalling: Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini. Istirahat (30 Menit) Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan. Kegiatan Akhir (30 Menit) Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang. Rencana Penilaian No Program Pengembangan KD Indikator 1 NAM 1.2 Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu. 2 SOSEM 2.8 Anak terbiasa mandiri 2.12 Anak terbiasa bersikap jujur 3 FM 3.3, 3.4 Anak menggunakan anggota tubuhnya untuk mengasah motorik halus 3.6, 4.6 4 KOG Anak dapat mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit 5 BHS 3.12 Anak dapat menenal aksara melalui bermain 6 SENI 3.15 Anak membuat aktifiktas seni 7 PAI 5 Anak dapat mengenal doa sehari-hari 96 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017 Sem/Bln/Mgu ke Tema/sub tema Konpetensi Dasar Materi Kegiatan SOP Jurnal Pagi : II/Februari/9 Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2 : Pekerjaan/Pilot Hari/Tgl : Rabu, 1 Maret 2017 1.2, 2.8, 2.12, 2.1, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 3.15, 4.15 pai 5 Berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan (NAM) Memiliki sikap mandiri (SOSEM) Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik halus/kasar (FM) Mengenal benda-benda di sekitarnya (KOG) Mengenal keaksaraan melalui bermain (BHS) Mengenali kebutuhan dan minat dalam membuat sesuatu (SENI) Mengenal doa sehari-hari (PAI) Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke dalam kelas. Pembukaan (30 Menit) Pengalaman MOTORIK KASAR Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI). Keg. Inti (60 Menit) Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi dan konfirmasi. Mengamati : Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media pembelajaran yang dipakai guru. Menanya : Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati. Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 97 No Kegiatan Main Alat/Bahan 1 Menghitung benda lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama Miniatur pilot dan pesawat 2 Mengerjakan LKA lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama LKA dengan lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama 3 Melipat pesawat Kertas lipat 4 Menghias hasil lipatan pesawat Pewarna Recalling: Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini. Istirahat (30 Menit) Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan. Kegiatan Akhir (30 Menit) Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang. Rencana Penilaian No Program Pengembangan KD Indikator 1 NAM 1.2 Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu. 2 SOSEM 2.8 Anak terbiasa mandiri 2.12 Anak terbiasa bersikap jujur 3 FM 3.3, 3.4 Anak menggunakan anggota tubuhnya untuk mengasah motorik halus 3.6, 4.6 4 KOG Anak dapat mengenal konsep lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama 5 BHS 3.12 Anak dapat menenal aksara melalui bermain 6 SENI 3.15 Anak membuat aktifiktas seni 7 PAI 5 Anak dapat mengenal doa sehari-hari 98 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017 Sem/Bln/Mgu ke Tema/sub tema Konpetensi Dasar Materi Kegiatan SOP Jurnal Pagi : II/Februari/9 Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2 : Pekerjaan/Pilot Hari/Tgl : Kamis, 2 Maret 2017 1.2, 2.8, 2.12, 2.1, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 3.15, 4.15 pai 5 Berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan (NAM) Memiliki sikap mandiri (SOSEM) Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik halus/kasar (FM) Mengenal benda-benda di sekitarnya (KOG) Mengenal keaksaraan melalui bermain (BHS) Mengenali kebutuhan dan minat dalam membuat sesuatu (SENI) Mengenal doa sehari-hari (PAI) Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke dalam kelas. Pembukaan (30 Menit) Pengalaman MOTORIK KASAR Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI). Keg. Inti (60 Menit) Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi dan konfirmasi. Mengamati : Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media pembelajaran yang dipakai guru. Menanya : Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati. Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 99 No Kegiatan Main Alat/Bahan 1 Menghitung benda lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama Miniatur pilot, pesawat dan headset 2 Mengerjakan LKA lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama LKA dengan lebih banyak, sedikit , sama, dan tidak sama 3 Bermain playdough Playdough 4 Bermain puzzle Puzzle Recalling: Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini. Istirahat (30 Menit) Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan. Kegiatan Akhir (30 Menit) Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang. Rencana Penilaian No Program Pengembangan KD Indikator 1 NAM 1.2 Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu. 2 SOSEM 2.8 Anak terbiasa mandiri 2.12 Anak terbiasa bersikap jujur 3 FM 3.3, 3.4 Anak menggunakan anggota tubuhnya untuk mengasah motorik halus 3.6, 4.6 4 KOG Anak dapat mengenal konsep lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama 5 BHS 3.12 Anak dapat menenal aksara melalui bermain 6 SENI 3.15 Anak membuat aktifiktas seni 7 PAI 5 Anak dapat mengenal doa sehari-hari 100 LAMPIRAN 4. Instrumen Penelitian 101 Instrumen Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama No Nama Indikator Kemapuan Mengenal Konsep Sama 1 2 3 4 Jumlah Skor Indikator Kemapuan Mengenal Konsep Tidak Sama 1 2 3 4 Jumlah Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah Skor Mak Skor Min Presentase 4 1 102 Jumlah Skor Mak Skor Min Presentase 4 1 Instrumen Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama No Nama Indikator Kemapuan Mengenal Konsep Banyak 1 2 3 4 Jumlah Skor Indikator Kemapuan Mengenal Konsep Sedikit 1 2 3 4 Jumlah Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah Skor Mak Skor Min Presentase 4 1 103 Jumlah Skor Mak Skor Min Presentase 4 1 LAMPIRAN 5. Hasil Penelitian 104 Lembar Observasi (Check List) Hasil Pretest Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Lebih Banyak, Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Indikator Kemapuan Mengenal Konsep Sama 1 2 3 4 Jumlah Skor SN BN ED AR RF EV CN AL IF KE PI AS HA Jumlah Skor Mak Skor Min Persentase 1 1 2 1 4 2 4 3 1 1 4 1 1 26 4 1 50 % = = 50% (konsep sama) = = 46,1% (konsep tidak sama) 105 Indikator Kemapuan Mengenal Konsep Tidak Sama 1 2 3 4 Jumlah Skor Mak Skor Min Persentase Jumlah Skor 2 1 1 1 3 2 4 2 1 1 4 1 1 24 4 1 46,1 % Lembar Observasi (Check List) Hasil Pretest Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Indikator Kemapuan Mengenal Konsep Banyak 1 2 3 4 SN BN ED AR RF EV CN AL IF KE PI AS HA Jumlah Skor Mak Skor Min Persentase Jumlah Skor 1 1 2 1 4 1 4 2 1 1 4 1 1 24 4 1 46,1 % = = 46,1% (konsep lebih banyak) = = 46,1% (konsep lebih sedikit) 106 Indikator Kemapuan Mengenal Konsep Sedikit 1 2 3 4 Jumlah Skor Mak Skor Min Persentase Jumlah Skor 2 1 1 1 3 1 4 2 1 2 4 1 1 24 4 1 46,1 % Lembar Portofolio (LKA) Hasil Pretest Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemapuan Kemapuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Sama Tidak Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 1 1 2 BN 1 1 3 ED 2 2 4 AR 1 1 5 RF 4 4 6 EV 1 1 7 CN 4 4 8 AL 1 2 9 IF 1 1 10 KE 1 1 11 PI 4 4 12 AS 1 1 13 HA 1 1 Jumlah 23 Jumlah 24 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 44,2 % Persentase 46,1 % = = 44,2% (konsep sama) = = 46,1% (konsep tidak sama) 107 Lembar Portofolio (LKA) Hasil Pretest Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemapuan Kemapuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Banyak Sedikit 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 1 1 2 BN 1 1 3 ED 1 1 4 AR 1 1 5 RF 2 3 6 EV 2 2 7 CN 4 3 8 AL 1 1 9 IF 1 1 10 KE 1 2 11 PI 4 4 12 AS 1 1 13 HA 1 1 Jumlah 21 Jumlah 22 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 40,3 % Persentase 42,3 % = = 40,3% (konsep lebih banyak) = = 42,3% (konsep lebih sedikit) 108 Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus I Pertemuan 1 Kemampuan Mengenal Konsep Lebh Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Sama Tidak Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 1 2 2 BN 1 1 3 ED 4 3 4 AR 2 2 5 RF 4 4 6 EV 3 4 7 CN 4 4 8 AL 4 3 9 IF 3 2 10 KE 3 2 11 PI 4 4 12 AS 2 1 13 HA 1 1 Jumlah 36 Jumlah 33 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 69,2 % Persentase 63,4 % = = 69,2% (konsep sama) = = 63,4% (konsep tidak sama) 109 Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus I Pertemuan 1 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Sama Tidak Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 2 3 2 BN 1 2 3 ED 4 4 4 AR 2 1 5 RF 4 4 6 EV 2 4 7 CN 4 3 8 AL 3 3 9 IF 3 2 10 KE 2 2 11 PI 3 3 12 AS 2 2 13 HA 1 1 Jumlah 33 Jumlah 34 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 63,4 % Persentase 65,3 % = = 63,4% (konsep sama) = = 65,3% (konsep tidak sama) 110 Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus I Pertemuan 2 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Sama Tidak Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 2 2 2 BN 2 2 3 ED 4 4 4 AR 2 2 5 RF 3 4 6 EV 3 3 7 CN 4 4 8 AL 4 4 9 IF 4 4 10 KE 4 4 11 PI 4 4 12 AS 2 3 13 HA 1 1 Jumlah 39 Jumlah 41 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 75 % Persentase 78,8 % = = 75% (konsep sama) = = 78,8% (konsep tidak sama) 111 Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus I Pertemuan 2 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Sama Tidak Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 2 1 2 BN 1 1 3 ED 4 4 4 AR 2 2 5 RF 4 4 6 EV 4 4 8 CN 4 4 9 AL 4 4 10 IF 3 3 11 KE 3 3 12 PI 2 2 13 AS 4 4 14 HA 1 1 Jumlah 38 Jumlah 37 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 73 % Persentase 71,1 % = = 73% (konsep sama) = = 71,1% (konsep tidak sama) 112 Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus I Pertemuan 3 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Banyak Sedikit 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 1 2 2 BN 1 1 3 ED 4 4 4 AR 2 2 5 RF 4 4 6 EV 4 4 7 CN 3 3 8 AL 4 4 9 IF 3 4 10 KE 2 2 11 PI 2 3 12 AS 3 2 13 HA 1 1 Jumlah 34 Jumlah 36 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 65,3 % Persentase 69,2 % = = 65,3% (konsep lebih banyak) = = 69,2% (konsep sedikit) 113 Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus I Pertemuan 3 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Banyak Sedikit 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 2 2 2 BN 1 1 3 ED 3 3 4 AR 1 2 5 RF 4 4 6 EV 4 4 7 CN 4 3 8 AL 2 2 9 IF 3 4 10 KE 2 2 11 PI 3 3 12 AS 2 3 13 HA 1 1 Jumlah 32 Jumlah 34 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 61,5 % Persentase 65,3 % = = 61,5% (konsep lebih banyak) = = 65,3% (konsep lebih sedikit) 114 Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus I Pertemuan 4 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Banyak Sedikit 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 3 4 2 BN 1 2 3 ED 4 4 4 AR 2 2 5 RF 4 4 6 EV 4 4 7 CN 4 4 8 AL 3 4 9 IF 3 3 10 KE 4 2 11 PI 4 3 12 AS 2 3 13 HA 1 2 Jumlah 39 Jumlah 41 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 75 % Persentase 78,8% = = 75% (konsep lebih banyak) = = 78,8% (konsep lebih sedikit) 115 Lembar LKA Hasil Siklus I Pertemuan 4 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Banyak Sedikit 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 2 2 2 BN 2 2 3 ED 4 4 4 AR 3 3 5 RF 4 4 6 EV 4 4 7 CN 4 4 8 AL 3 3 9 IF 3 3 10 KE 3 4 11 PI 4 3 12 AS 3 3 13 HA 1 1 Jumlah 40 Jumlah 40 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 76,9 % Persentase 76,9 % = = 76,9% (konsep lebih banyak) = = 76,9% (konsep lebih sedikit) 116 Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus II Pertemuan 1 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Sama Tidak Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 3 3 2 BN 3 3 3 ED 4 4 4 AR 3 3 5 RF 4 4 6 EV 4 4 7 CN 4 4 8 AL 4 4 9 IF 4 4 10 KE 3 4 11 PI 4 4 12 AS 4 4 13 HA 2 2 Jumlah 46 Jumlah 47 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 88,4 % Persentase 90,3 % = = 88,4% (konsep sama) = = 90,3% (konsep tidak sama) 117 Lembar LKA Hasil Siklus II Pertemuan 1 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Sama Tidak Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 3 3 2 BN 3 3 3 ED 3 3 4 AR 3 3 5 RF 4 4 6 EV 4 4 7 CN 4 4 8 AL 4 4 9 IF 4 4 10 KE 4 4 11 PI 4 4 12 AS 4 4 13 HA 2 2 Jumlah 46 Jumlah 46 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 88,4 % Persentase 88,4 % = = 88,4% (konsep sama) = = 88,4% (konsep tidak sama) 118 Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus II Pertemuan 2 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Skor Indikator Jumlah Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Konsep Banyak Sedikit (<) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 3 3 2 BN 4 3 3 ED 4 4 4 AR 3 3 5 RF 4 4 6 EV 4 4 7 CN 4 3 8 AL 4 4 9 IF 4 4 10 KE 3 4 11 PI 4 4 12 AS 3 3 13 HA 2 2 Jumlah 46 Jumlah 45 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 88,4 % Persentase 86,5 % = = 88,4% (konsep lebih banyak) = = 86,5% (konsep lebih sedikit) 119 Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus II Pertemuan 2 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Jumlah Indikator Jumlah Skor Skor Kemampuan Kemampuan Mengenal Mengenal Konsep Sedikit Konsep Banyak 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 3 3 2 BN 3 3 3 ED 3 3 4 AR 3 3 5 RF 4 4 6 EV 4 4 7 CN 4 3 8 AL 4 4 9 IF 4 4 10 KE 3 4 11 PI 4 4 12 AS 3 3 13 HA 2 2 Jumlah 44 Jumlah 44 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 84,6 % Persentase 84,6 % = = 84,6% (konsep lebih banyak) = = 84,6% (konsep lebih sedikit) 120 Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus II Pertemuan 3 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Skor Indikator Skor Indikator Skor Indikator Konsep Konsep Konsep Konsep Sama Tidak Banyak Sedikit Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 4 4 4 2 BN 4 4 4 3 ED 4 4 4 4 AR 3 3 3 5 RF 4 4 4 6 EV 4 4 4 7 CN 4 4 4 8 AL 4 4 4 9 IF 4 4 4 10 KE 4 4 4 11 PI 4 4 4 12 AS 4 4 4 13 HA 2 3 2 Jumlah 49 Jumlah 50 Jumlah 49 Jumlah Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Mak Skor Min 1 Skor Min 1 Skor Min 1 Skor Min Persentase 94,2 Persentase 96,1 Persentase 94,2 Persentase % % % = Skor 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 48 4 1 92,3 % = = 94,2% (konsep sama) = 94,2% (konsep lebih banyak) = = = 96,1% (konsep tidak sama) = 92,3% (konsep lebih sedikit) 121 Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus II Pertemuan 3 Kemampuan Mengenal Konsep Banyak, Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Skor Indikator Skor Indikator Skor Indikator Konsep Konsep Konsep Konsep Sama Tidak Banyak Sedikit Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 4 4 4 2 BN 4 3 3 3 ED 4 4 3 4 AR 3 3 3 5 RF 4 4 4 6 EV 4 4 4 7 CN 4 4 4 8 AL 4 4 4 9 IF 4 4 4 10 KE 4 4 4 11 PI 4 4 4 12 AS 4 4 4 13 HA 2 3 2 Jumlah 49 Jumlah 49 Jumlah 47 Jumlah Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Mak Skor Min 1 Skor Min 1 Skor Min 1 Skor Min Persentase 94,2 Persentase 94,2 Persentase 90,3 Persentase % % % Skor 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 48 4 1 92,3 % = = = 94,2% (konsep sama) = 90,3% (konsep lebih banyak) = = = 94,2% (konsep tidak sama) = 92,3% (konsep lebih sedikit) 122 Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus II Mengenal Konsep Banyak, Sedikit, Sama, Tidak Konkret No Nama Indikator Skor Indikator Skor Konsep Konsep Sama Tidak Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 4 4 2 BN 4 4 3 ED 4 4 4 AR 3 4 5 RF 4 4 6 EV 4 4 7 CN 4 4 8 AL 4 4 9 IF 4 4 10 KE 4 4 11 PI 4 4 12 AS 4 4 13 HA 3 2 Jumlah 50 Jumlah 50 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Min 1 Skor Min 1 Persentase 96,1 Persentase 96,1 % % Pertemuan 4 Kemampuan Sama Menggunakan Benda Indikator Konsep Banyak Skor 1 2 3 4 Jumlah Skor Mak Skor Min Persentase Indikator Konsep Sedikit Skor 1 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 50 4 1 96,1 % Jumlah Skor Mak Skor Min Persentase 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 49 4 1 94,2 % = = = 96,1% (konsep sama) = 96,1% (konsep lebih banyak) = = = 96,1% (konsep tidak sama) = 94,2% (konsep lebih sedikit) 123 Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus II Pertemuan 4 Kemampuan Mengenal Konsep Banyak, Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret No Nama Indikator Skor Indikator Skor Indikator Skor Indikator Konsep Konsep Konsep Konsep Sama Tidak Banyak Sedikit Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 SN 4 4 4 2 BN 3 4 3 3 ED 4 4 4 4 AR 3 4 3 5 RF 4 4 4 6 EV 4 4 4 7 CN 4 4 4 8 AL 4 4 4 9 IF 4 4 4 10 KE 4 4 4 11 PI 4 4 4 12 AS 4 4 4 13 HA 3 2 3 Jumlah 49 Jumlah 50 Jumlah 49 Jumlah Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Mak 4 Skor Mak Skor Min 1 Skor Min 1 Skor Min 1 Skor Min Persentase 94,2 Persentase 96,1 Persentase 94,2 Persentase % % % Skor 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 48 4 1 92,3 % = = = 94,2% (konsep sama) = 94,2% (konsep lebih banyak) Presentase = = = = 96,1% (konsep tidak sama) = 92,3% (konsep sedikit) 124 Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret di Kelompok A2 TK ABA Gendingan No Hari Indikator Hasil Unjuk LKA Kerja 1 2 3 4 Senin, 6 Februari 2017 Rabu, 8 Februari 2017 Kamis, 9 Februari 2017 Sabtu, 11 Februari 2017 Sama 69,2 % 63,4 % Tidak Sama 63,4 % 65,3 % Sama 75 % 73 % Tidak Sama 78,8 % 71,1 % Lebih Banyak 65,3 % 61,5 % Lebih Sedikit 69,2 % 65,3 % Lebih Banyak 75 % 76,9 % Lebih Sedikit 78,8 % 76,9 % 125 Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus II Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret di Kelompok A2 TK ABA Gendingan No Hari Indikator Hasil Unjuk LKA Kerja 1 2 3 4 Senin, 20 Februari 2017 Sabtu, 25 Februari 2017 Senin, 27 Februari 2017 Selasa, 28 Februari 2017 Sama 88,4 % 88,4 % Tidak Sama 90,3 % 88,4 % Lebih Banyak 88,4 % 84,6 % Lebih Sedikit 86,5 % 84,6 % Sama 94,2 % 94,2 % Tidak Sama 96,1 % 94,2 % Lebih Banyak 94,2 % 90,3 % Lebih Sedikit 92,3 % 92,3 % Sama 96,1 % 94,2 % Tidak Sama 96,1 % 96,1 % Lebih Banyak 96,1 % 94,2 % Lebih Sedikit 94,2 % 92,3 % 126 Perhitungan Rata-Rata Siklus I Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret di Kelompok A2 No 1 2 3 Indikator Membilang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah sama. Membilang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah tidak sama. Membilang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak. Hasil 1 Hasil 2 Rata-Rata Unjuk Kerja 69,2 % 75 % 72,1 % LKA 63,4 % 73 % 68,2 % 66,3% 74% 70,15% Unjuk Kerja 63,4 % 78,8 % 71,1 % LKA 65,3 % 71,1 % 68,2 % 64,35% 74,95% 69,65% Unjuk Kerja 65,3 % 75 % 70,15 % LKA 61,5 % 76,9 % 69,2 % 63,4% 75,95% 69,67% 127 4 Membilang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih sedikit. Unjuk Kerja 69,2 % 78,8 % 74 % LKA 65,3 % 76,9 % 71,1 % 67,25% 77,85% 72,55% 128 Perhitungan Rata-Rata Siklus II Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret di Kelompok A2 No 1 2 Indikator Membilang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah sama. Membilang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah tidak sama. Hasil 1 Hasil 2 Hasil 3 Rata-Rata Unjuk Kerja 88,4 % 94,2 % 96,1 % 92,9 % LKA 88,4 % 94,2 % 94,2 % 92,2 % 88,4% 94,2% 95,15% 92,58% Unjuk Kerja 90,3 % 96,1 % 96,1 % 94,1 % LKA 88,4 % 94,2 % 96,1 % 92,9 % 89,35% 95,15% 96,1% 93,53% 129 3 4 Membilang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih banyak. Unjuk Kerja 86,5 % 94,2 % 96,1 % 92,2 % LKA 84,6 % 90,3 % 94,2 % 89,7 % 85,55% 90,75% 95,15 90,48% Membilang banyaknya benda dengan menentukan kelompok benda yang memiliki jumlah lebih sedikit. Unjuk Kerja 86,5 % 94,2 % 92,3 % 91 % LKA 84,6 % 92,3 % 92,3 % 90,3% 85,55% 93,25% 92,3% 90,36% 130 Hasil Akhir Rata-Rata Siklus I Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret di Kelompok A2 No 1 2 3 Materi Mengenal konsep sama Mengenal konsep tidak sama Mengenal konsep lebih banyak Hasil 1 66,3% 64,35% 63,4% Hasil 2 74% 74,95% 75,95% Rata-Rata 70,15% 69,65% 69,67% 4 Mengenal konsep lebih sedikit 67,25% 77,85% 72,55% Hasil Akhir Rata-Rata Siklus II Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret di Kelompok A2 No Materi 1 Mengenal konsep sama 2 Mengenal konsep tidak sama 3 Mengenal konsep lebih banyak Hasil 1 88,4% 89,35% 86,5% Hasil 2 94,2% 95,15% 92,25% Hasil 3 95,15% 96,1% 95,15% Rata-Rata 92,58% 93,53% 91,3% 4 85,55% 92,3% 93,25% 90,36% Mengenal konsep lebih sedikit Hasil Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II No Materi 1 Mengenal konsep sama 2 Mengenal konsep tidak sama 3 Mengenal konsep lebih banyak 4 Mengenal konsep lebih sedikit 131 Pra Siklus 47,1% 46,1% 43,2% Siklus I 70,15% 69,65% 69,67% Siklus II 92,58% 93,53% 91,3% 44,2% 72,55% 90,36% LAMPIRAN 6. Lembar Kerja Anak 132 Siklus I Pert 1. Warnai merah untuk jumlah sama dan kuning untuk tidak sama 133 Siklus I Pert 2. Warnai merah untuk jumlah sama dan kuning tidak sama 134 Siklus I Pert 3. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit. 135 Siklus I Pert 4. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit. 136 Siklus II Pert 1. Warnai Merah untuk jumlah sama dan Kuning untuk tidak sama 137 Siklus II Pert 2. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit. 138 Siklus II Pert 3. Warnai Merah untuk jumlah sama dan Kuning tidak sama Siklus II Pert 3. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit. 139 Siklus II Pert 4. Warnai Merah untuk jumlah sama dan Kuning tidak sama Siklus II Pert 4. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit. 140 LAMPIRAN 7. Dokumentasi 141 DOKUMENTASI SIKLUS I Guru mengenalkan media yang digunakan Guru menjelaskan mengerjakan LKA 142 Anak mengerjakan LKA SIKLUS II Anak menghitung benda konkret Anak mengerjakan LKA Guru mengenalkan media pada anak Guru memberi kesempatan anak lebih untuk menghitung 143