i MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP LEBIH

advertisement
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP LEBIH
BANYAK, LEBIH SEDIKIT, SAMA, TIDAK SAMA MENGGUNAKAN
BENDA KONKRET DI KELOMPOK A2
TK ABA GENDINGAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Suaditya Amoria Suci
NIM 13111241013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JUNI 2017
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Bekerja keraslah sekarang maka kau akan menuai hasilnya nanti, kegagalan
terjadi pada mereka yang banyak berencana namun sedikit untuk berpikir”.
(Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya tulis ini untuk:
1. Bapak dan ibu atas doa dan dukungannya.
2. Almamaterku.
3. Negara, Bangsa, dan Agama.
vi
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP LEBIH
BANYAK, KURANG DARI, SAMA, TIDAK SAMA MENGGUNAKAN
BENDA KONKRET DI KELOMPOK A2
TK ABA GENDINGAN
Oleh
Suaditya Amoria Suci
NIM 13111241013
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal
konsep lebih banyak, kurang dari, sama, dan tidak sama menggunakan benda
konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan. Penelitian ini dilatar belakangi
oleh kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak
sama masih rendah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan
model Kemmis dan Taggart dan dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini terdiri
dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek
dalam penelitian ini adalah anak kelompok A2 TK ABA Gendingan tahun ajaran
2016/2017 yang berjumlah 13 anak dengan 7 anak perempuan dan 6 anak lakilaki. Objek penelitian ini adalah kemampuan mengenal konsep lebih banyak,
kurang dari, sama, dan tidak sama. Metode pengumpulan data menggunakan
observasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pada indikator “sama” saat pra
siklus yaitu 47,1%, saat Siklus I yaitu 70,15%, dan pada Siklus II meningkat
menjadi sangat tinggi yaitu 92,58%. Indikator “tidak sama” saat pra siklus yaitu
46,1%, saat siklus I yaitu meningkat menjadi 69,65%, dan pada Siklus II
meningkat lagi menjadi 93,53%. Indikator “lebih banyak” saat pra Siklus yaitu
43,2%, saat Siklus I yaitu meningkat menjadi 69,65%, dan pada Siklus II
meningkat lagi menjadi 91,3%. Indikator “lebih sedikit” saat pra Siklus yaitu
44,2%, saat Siklus I yaitu meningkat menjadi 72,55%, dan pada Siklus II
meningkat lagi menjadi 90,36%. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran
yaitu: 1). menghitung dua kelompok benda, 2). menentukan benda yang memiliki
jumlah sama, tidak sama, lebih banyak, lebih sedikit. Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan benda konkret dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep
lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 TK ABA
Gendingan.
Kata kunci: mengenal konsep lebih banyak lebih sedikit sama tidaksama, benda
konkret
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih
Sedikit,
Sama, Tidak Sama
Menggunakan Benda Konkret di Kelompok A2 TK ABA Gendingan” dapat
disusun sesuai harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan dan saran dari pihak lain. berkenaan dengan hal tersebut, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan untuk
belajar di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah mengijinkan untuk melakukan
penelitian.
3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah mengijinkan untuk
melakukan penelitian.
4. Ketua jurusan PAUD beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan
dan fasilitas selama proses penyusunan skripsi.
5. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Pd yang telah banyak memberikan semangat,
dorongan, dan bimbingan pada penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Nur Cholimah, M.Pd yang telah banyak memberikan semangat, dorongan,
dan bimbingan pada penyusunan skripsi ini.
viii
ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTER TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………...
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………...
C. Pembatasan Masalah …………………………………………………...
D. Perumusan Masalah …………………………………………………....
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….
F. Manfaat Penelitan ………………………………………………………
G. Definisi Operasional ……………………………………………………
1. Konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama ………….
2. Menggunakan benda konkret ………………………………………..
1
6
6
7
7
7
8
8
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Kognitif ……………………………………………....... 10
1. Hakikat Perkembangan Kognitif ………………………………....... 10
2. Tahap Perkembangan Kognitif …………………………………….. 11
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ……………... 12
4. Perkembangan Kognitif Anak 4-5 Tahun ………………………….. 15
B. Hakikat Kemampuan …………………………………………………… 17
C. Hakikat Konsep ……………………………………………………….... 18
D. Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama …………….. 19
1. Pengertian Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit,
Sama, Tidak Sama ………………………………………………….. 19
2. Kemampuan Membilang …………………………………………… 20
x
E.
F.
G.
H.
I.
3. Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama,
Tidak Sama Kelompok A ………………………………………….. 21
Benda Konkret …………………………………………………………. 22
1. Pengertian Benda Konkret …………………………………………. 22
2. Macam-Macam Benda Konkret ……………………………………. 23
3. Penggunaan Benda Konkret ………………………………………... 24
4. Kelebihan dan Kekurangan Benda Konkret ………………………... 25
Tinjauan Taman Kanak-kanak …………………………………………. 27
1. Pengertian Taman Kanak-kanak …………………………………... 27
2. Metode Pembelajaran ……………………………………………… 27
Penelitian Relevan ……………………………………………………… 29
Kerangka Pikir …………………………………………………………. 30
Hipotesis Tindakan …………………………………………………….. 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………………………. 34
B. Subjek dan Objek Penelitian …………………………………………… 36
C. Tempat Penelitian ………………………………………………………. 36
D. Waktu Penelitian ……………………………………………………….. 36
E. Setting Penelitian ………………………………………………………. 37
F. Prosedur Penelitian ……………………………………………………... 37
G. Indikator Keberhasilan …………………………………………………..39
H. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………...39
I. Instrumen Penelitian …………………………………………………….40
J. Metode Analisis Data …………………………………………………... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………………………………………………………….45
1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Tindakan ……………………….. 45
2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ……………………46
3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ………………….. 55
B. Pembahasan …………………………………………………………….. 66
C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………… 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ………………………………………………………….......... 71
B. Saran …………………………………………………………………… 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Tabel 18.
Tabel 19.
Tabel 20.
Tabel 21.
Kisi-kisi observasi ......................................................................... 41
Rubrik penilaian kemempuan mengenal konsep
Lebih banyak ................................................................................. 41
Rubrik penilaian kemempuan mengenal
Konsep lebih sedikit ..................................................................... 42
Rubrik penilaian kemampuan mengenal konsep sama ................. 42
Rubrik penilaian kemampuan mengenal
Konsep tidsk sama ......................................................................... 43
Kondisi awal sebelum tindakan .................................................... 45
Hasil mengenal konsep sama dan tidak sama Siklus I
Pertemuan 1 ................................................................................... 47
Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I pertemuan 1................. 48
Hasil mengenal konsep sama dan tidak sama Siklus I
pertemuan 2 .................................................................................. 49
Perbandingan Siklus I pertemuan 1 dengan Siklus I
Pertemuan 2 ................................................................................... 49
Hasil mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit Siklus I
pertemuan 3 .................................................................................. 50
Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I pertemuan 3................. 50
Hasil mengenal konsp lebih banyak dan lebih sedikit Siklus I
pertemuan 4 .................................................................................. 51
Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I pertemuan 1................. 51
Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit,
Sama, dan tidak sama Siklus I ....................................................... 52
Rata-rata kemampuan mengenal konsep lebih banyak,
lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus I .................................. 53
Mengenal konsep sama dan tidak sama
Siklus I pertemuan 2 ...................................................................... 56
Hasil rata-rata akhir sama dan tidak sama Siklus I
dengan Siklus II pertemuan 1 ........................................................ 57
Mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit
Siklus I pertemuan 2 ...................................................................... 58
Hasil rata-rata akhir lebih bayak, lebih sedikit Siklus I
dengan Siklus II pertemuan 2 ........................................................ 58
Mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama
dan tidak sama Siklus II pertemuan 3 ............................................ 60
xii
Tabel 22.
Tabel 23.
Tabel 24.
Tabel 25.
Tabel 26.
Tabel 27.
Tabel 28.
Hasil Siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2
dengan Siklus II pertemuan 3 ........................................................ 60
Mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan
tidak sama Siklus II pertemuan 3 .................................................. 61
Hasil Siklus II pertemuan 3 dengan Siklus II pertemuan 4............ 62
Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit,
sama, dan tidak sama Siklus II ...................................................... 62
Rata-rata kemampuan mengenal konsep lebih banyak,
lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II................................. 63
Hasil perbandingan Siklus I dan II................................................. 63
Hasil perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II .................. 64
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 32
Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart ....... 35
Grafik Perbandingan Hasil Pra Siklus dan Siklus I....................... 53
Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II ................................... 64
Grafik Perbandingan dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ........ 65
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Surat ijin ……………………………………………………...
Jadwal Penelitian …………………………………………….
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian …………………
Instrumen Penelitian ……….………………………………...
Hasil Penelitian …...…………………………………………
Lembar Kerja Anak …………………………………………
Dokumentasi ………………………………………………..
xv
76
82
84
101
104
132
141
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini merupakan usia emas (golden age) dimana anak akan
mudah menerima, melihat, dan mendengar sesuatu yang diperlihatkan (Harun
Rasyid dkk, 2012: 40). Pada masa ini, anak akan cepat menyerap informasi
sebanyak-banyaknya sehingga perlu mendapatkan perhatian dari orang tua
maupun pendidik. Hal ini senada dengan Slamet Suyanto (2005: 7) bahwa pada
usia 4 tahun kecerdasan anak telah tercapai 50% dan usia 8 tahun dapat mencapai
80%. Melihat kecerdasan yang berkembang di usia dini sangat tinggi perlu
penanganan yang baik agar masa perkembangan anak tidak terlewatkan begitu
saja. Bila dilewatkan begitu saja maka akan berdampak pada perkembangan
selanjutnya. Dalam masa ini anak perlu mendapatkan stimulasi-stimulasi yang
dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Anak dengan rentang usia 4-6 tahun termasuk pada masa pendidikan
prasekolah. Salah satu pendidikan prasekolah yaitu Taman Kanak-kanak.
Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan yang sangat penting
untuk mempersiapkan pendidikan pada jenjang berikutnya. Menurut Anderson
(dalam Masitoh, 2005: 2) pendidikan anak usia dini pada dasarnya
diselenggarakan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan aspek
secara menyeluruh. Pendidikan di TK hendaknya didesain agar anak dengan
mudah menyerap informasi yang ada di sekitar lingkungannya. Hal ini dipertegas
1
dengan pernyataan dari Pestalozzi (dalam Masitoh, 2005: 2) bahwa pendidikan
TK hendaknya menyediakan pengalaman dan iklim yang bermakna seperti yang
diberikan oleh orang tua di rumah.
Berbicara mengenai anak usia dini, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terpenuhi. Terdapat
enam aspek perkembangan yang perlu diperhatikan yaitu aspek fisik motorik,
bahasa, nilai agama moral, kognitif, sosial emosional, dan seni. Semua aspek
terebut dapat berkembang dengan baik apabila mendapatkan stimulasi yang tepat.
Hal yang tidak kalah penting dari enam aspek perkembangan tersebut adalah
aspek kognitif. Menurut Slamet Suyanto (2005: 53) perkembangan kognitif
merupakan bagaimana pikiran anak dapat berkembang dan berfungsi sehingga
dapat digunakan untuk berpikir. Dari pemikiran tersebut maka perkembangan
kognitif merupakan perkembangan proses berpikir sehingga anak dapat
melakukan analisis dan berpikir konkret.
Anak dapat berpikir konkret menuju abstrak dengan melalui tahap
perkembangan dan pertumbuhan anak. Menurut Piaget (dalam Slamet Suyanto,
2005: 53) ada empat tahapan perkembangan kognitif yaitu (1) sensori-motor pada
usia 0-2 tahun, (2) pra-operasionl pada usia 2-7 tahun, (3) operasional konkret
pada usia 7-11 tahun, (4) operasional formal usia 11 tahun keatas. Semakin anak
memasuki usia besar, semakin anak akan mampu untuk berpikir abstrak. Dalam
hal ini, seluruh anak akan melampaui tahap perkembangan tersebut. Orang tua
ataupun pendidik perlu memahami perkembangan anak-anaknya agar dapat
menstimulasi sesuai dengan tahapannya.
2
Anak prasekolah sudah memiliki kemampuan matematika. Menurut
Suriasumantri (dalam Ahmad Susanto, 2011:98) melalui matematika seseorang
akan mengatur jalan pikirnya. Sedangkan menurut Ahmad Susanto (2011: 98)
bahwa dengan menguasai matematika dan teorinya maka seseorang dapar dengan
mudah mengatur jalan pikirannya. Dari beberapa pendapat tersebut maka dengan
adanya matematika seseorang akan lebih mudah memecahkan masalah dan mudah
mengatur jalan pikiran. Salah satu pembelajaran matematika yaitu berhitung.
Menurut Carol Seefeldt dan Barbara (2008: 393) bahwa ketika anak sedang
berhitung maka anak sedang mengembangkan kesadaran tentang “lebih banyak:,
“kurang banyak”. Dari pendapat tersebut maka dalam mengenal konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama anak harus dapat membilang dan
menghitung benda yang akan dibandingkan.
Menurut hasil observasi di TK ABA Gendingan pada tanggal 13 Oktober
2016 hingga 19 Oktober 2016 di kelompok A2, sebagian besar aspek
perkembangan sudah berkembang dengan baik. Namun pada aspek kognitif pada
anak masih kurang terutama pada membandingkan mana yang lebih banyak, lebih
sedikit, sama, dan tidak sama. Saat membandingkan sama, tidak sama, lebih
banyak, dan lebih sedikit masih terdapat anak yang merasa kesulitan. Guru tanpa
memberikan penjelasan menggunakan alat peraga langsung memberikan Lembar
Kerja Anak yang meminta anak untuk menghitung benda dengan jumlah lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Dari 13 anak terdapat 3 anak yang
sudah dapat membandingkan mana benda yang lebih banyak, lebih sedikit, sama,
3
dan tidak sama sedangkan 10 anak masih kesulitan dan merasa kebingungan saat
mengerjakan soal dan penjelasan yang diberikan guru.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014
tentang Standar Isi Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak menyebutkan bahwa
indikator perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun sudah dapat mengenal
konsep banyak dan sedikit. Dari hasil observasi ternyata belum sesuai dengan
indikator perkembangan dikarenakan sebagian besar anak belum bisa konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Pembelajaran yang disajikan guru
hanya meminta anak membayangkan apa yang dijelaskan oleh guru. Tidak ada
alat peraga ataupun gambar yang mewakili penjelasan guru. Media yang
digunakan guru belum menggunakan benda konkret. Guru masih jarang untuk
menggunakan benda konkret dalam pembelajaran. Anak juga tampak bosan dan
perhatian anak kurang fokus sehingga saat guru menerangkan banyak anak yang
bermain sendiri.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti memberikan solusi
salah satunya dengan menggunakan benda konkret. Benda konkret menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah benda yang nyata dan benar-benar
ada. Sedangkan menurut Sungkono (2007: 28) benda kokret merupakan benda
yang digunakan dalam pembelajaran yang sangat mirip dengan aslinya. Dari
pendapat tokoh tersebut maka benda konkret merupakan benda yang benar-benar
nyata sesuai dengan aslinya. Benda konkret yang digunakan dapat berupa bendabenda yang ada di sekitar anak dan dikenal oleh anak. Menurut Ibrahim dan
Syaodih (2008: 118) salah salah satu kelebihan benda konkret yaitu memberi
4
kesempatan kepada anak untuk untuk mengalami sendiri dan melatih keterampilan
alat inderanya sebanyak-banyaknya. Hal ini berarti dengan menggunakan benda
konkret abak dapat melihat, merapa, mencium dan berinteraksi langsung dengan
benda konkret menggunakan alat inderanya sehingga memudahkan anak dalam
memahami pembelajaran.
Penggunaan benda konkret juga telah dibuktikan pada penelitin Zaroh
Nurlaily (2012) dalam meningkatkan kemampuan mengenal angka melalui benda
konkret di kelompok A TK ABA Pampang II Paliyan Gunungkidul. Dari hasil
penelitian tersebut setelah diberikan tindakan maka kemampuan anak mengenal
angka pada Siklus I dengan kriteria baik terdapat 7 anak (53,85%) dan pada Siklus
II meningkat menjadi 11 anak (84,62%). Hal ini berarti penggunaan benda
konkret sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan anak.
Slamet Suyanto (2005: 136) menyebutkan bahwa pada masa pra-operasional anak
akan belajar lebih baik bila menggunakan benda konkret. Pemilihan benda
konkret sebagai media pembelajaran karena pada tahap ini, anak belum mampu
untuk berpikir abstrak. Benda konkret dapat dipilih untuk membantu anak
memahami suatu pembelajaran dengan mudah karena anak dapat berinteraksi
langsung dengan benda konkret tersebut.
Permasalahan ini perlu sekali untuk diteliti karena mengingat pentingnya
pemahaman anak mengenai konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak
sama untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Penggunaan benda konkret sebagai
media pembelajaran juga dipilih karena mengenal konsep lebih banyak, lebih
sedikit, sama, dan tidak sama sifatnya abstrak maka diperlukan benda konkret
5
untuk membantu anak dalam belajar.
Anak memiliki pengalaman langsung
terhadap benda tersebut. Anak dapat melihat, meraba, dan menghitung langsung
benda konkret tersebut. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan
judul meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit,
sama, tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA
Gendingan.
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa
masalah yang berkaitan dengan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih
sedikit, sama, tidak sama. Adapun masalah-masalah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Sebagian besar anak belum bisa konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan
tidak sama.
2. Media yang diberikan guru jarang menggunakan media konkret.
3. Guru belum banyak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.
4. Perhatian anak kurang fokus dan anak bermain sendiri.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang
telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini dibatasi pada kemampuan
mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, tidak sama menggunakan
benda konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan.
6
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan
masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama,
tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA Gendingan?”.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal
konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, tidak sama menggunakan benda konkret
di kelompok A2 TK ABA Gendingan.
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat praktis
untuk beberapa pihak diantaranya:
1. Peserta didik
a. Mampu meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih
sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok
A2 TK ABA Gendingan.
b. Membuat anak merasa senang dan fokus dalam belajar melalui media yang
menarik.
c. Anak mampu mengingat dan mempelajari materi yang diberikan oleh guru
dengan baik karena menggunakan benda konkret.
7
2. Guru
a. Menambah wawasan dalam meningkatkan kemampuan mengenal lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret.
b. Menambah wawasan menggunakan media pembelajaran yang menarik.
c. Menjadikan guru lebih kreatif dalam memilih media pembelajaran.
3. Kepala Sekolah
a. Dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan media dalam setiap
pembelajaran agar sekolah dapat mencetak anak yang berprestasi terutama
dalam hal matematika.
b. Melengkapi fasilitas pembelajaran terutama alat peraga pembelajaran.
4. Peneliti
a. Menambah pengalaman dalam mengenalkan konsep lebih banyak, lebih
sedikit, sama, dan tidak sama pada anak dan dapat belajar menjadi calon
pendidik yang lebih baik.
F. Definisi Operasional
Untuk menyamakan penafsiran terhadap permasalahan yang akan diteliti
maka diperlukan definisi operasional yaitu:
1.
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama
Untuk menyatakan suatu perbandingan maka dapat digunakan dengan
menggunakan lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Lebih banyak
merupakan sesuatu yang jumlahnya jumlahnya melebihi dari benda yang
dibandingkan. Contohnya 5 lebih banyak dari 2. Lebih sedikit merupakan sesuatu
8
yang jumlahnya kurang dari benda yang dibandingkan. Contohnya 2 lebih sedikit
dari 5. Sama merupakan sesuatu yang jumlahnya sebanding (jumlahnya sama.
Contohnya 5 jumlahnya sama banyak dengan 5. Tidak sama merupakan sesuatu
yang tidak sebanding (jumlahnya tidak sama). Contohnya 5 jumlahnya tidak sama
banyak dengan 6. Untuk anak usia 4-5 tahun angka yang dibandingkan adalah
angka 1-10.
2.
Menggunakan Benda Konkret
Mengenalkan sesuatu pada anak usia dini paling efektif menggunakan
benda konkret. Benda konkret merupakan benda yang digunakan untuk media
pembelajaran yang benar-benar nyata, dalam hal ini mengenalkan konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Benda konkret yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benda yang paling dekat dengan anak, berupa benda asli
maupun miniatur sesuai dengan tema yang akan dibahas pembelajaran pada hari
itu.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Kognitif
1.
Hakikat Perkembangan Kognitif
Anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapannya.
Menurut Rita Izzaty, dkk (2008: 4) bahwa perkembangan bersifat kualitatif dan
berkaitan dengan kematangan fungsi organ. Menurut Baharuddin (2014: 69)
perkembangan
berarti
perubahan
secara
kualitatif
dan
terletak
pada
penyempurnaan fungsi psikologis oleh organ-organ fisik. Sedangkan menurut
Monks (dalam Sunarto, 39: 2008) perkembangan merupakan proses yang kekal
menuju tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan,
kematangan, dan belajar. Dari beberapa pendapat tokoh diatas maka dapat
disimpulkan bahwa perkembangan merupakan hal yang berkaitan dengan
kematangan fungsi organ fisik dan bersifat kualitatif sehingga siap untuk belajar.
Agar pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan seimbang maka perlu
adanya stimulasi maupun zat gizi yang diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan kemampuan
pemahaman dan analisa. Slamet Suyanto (2005: 53) memaparkan bahwa
perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran berkembang dan
dapat digunakan untuk berpikir. Sedangkan menurut Piaget (dalam Slamet
Suyanto, 2005: 94) bahwa perubahan akibat belajar dari perkembangan kognitif
yaitu kemampuan anak untuk berpikir tentang lingkungan sekitar. Dari beberapa
10
teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif yaitu
perkembangan yang berkaitan erat dengan fungsi otak yang digunakan untuk
berpikir tentang apa aja yang ada di lingkungannya. Apabila fungsi dalam otak
berkembang dengan baik maka proses berpikir seseorang juga akan baik. Proses
berpikir digunakan untuk memahami pembelajaran maupun untuk melakukan halhal yang membutuhkan pemikiran.
2. Tahap Perkembangan Kognitif
Kognitif pada seseorang terus mengalami perkembangan seiring dengan
pertambahan usia dan pengalaman. Menurut Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2005:
53) terdapat 4 tahap perkembangan kognitif yaitu:
a.
Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Slamet Suyanto (2005: 54) memaparkan bahwa dalam tahap ini anak
banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya. Menurut Janice Beaty (2013:
269) bahwa anak pada tahap ini menggunakan inderanya untuk mengeksplorasi
objek misalya melihat, membau, merasa, dan memanipulasi. Pada tahap ini anak
bereaksi dengan lingkungannya menggunakan sensorinya.
b.
Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)
Pada tahap pra-operasional anak berpikir lebih maju. Slamet Suyanto
(2005: 55) memaparkan bahwa pada tahap pra-operasional anak dapat
menunjukkan kemampuannya dalam permainan simbolis. Menurut Janice Beaty
(2013: 269) pada tahap ini anak menguasai pemikiran simbolis (menggunakan
gambar mental dan kata-kata untuk mewakilkan tindakan yang tidak ada). Pada
11
tahap ini anak masih menggunakan simbol dalam menunjuk suatu hal dan belum
dapat berpikir abstrak.
c.
Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Slamet Suyanto (2005: 65) memaparkan bahwa pada tahap operasional
konkret anak mulai dapat memecahkan persoalan sederhana dan dapat berpikir
reversibel. Menurit Paul Suparno (2001: 69) bahwa anak pada tahap ini telah
mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diteraapkan dalam
memecahkan persoalan konkret. Anak pada tahap ini sudah mulai berpikir abstrak
tetapi masih sederhana.
d.
Tahap Formal Operasional (11 tahun ke atas)
Tahap formal operasional menurut Paul Suparno (2001: 88) anak sudah
mampu berpikir abstrak dan suka membuat teori tentang segala sesuatu yang
dihadapinya. Oleh karena itu pada tahap ini anak sudah dapat dikatakan dapat
berpikir secara logis.
Berdasarkan empat tahap perkembangan kognitif yang telah disebutkan
oleh tokoh-tokoh tersebut bahwa anak umur 4-5 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini anak masih dalam tahap berpikir simbolis. Oleh karena
itu pada tahap ini anak belum dapat berpikir konkret.
3.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Perkembangan aspek kognitif berkaitan dengan kecerdasan. Kognitif
menurut Ahmad Susanto (2011: 47) merupakan proses berpikir untuk
menghubungkan,
menilai,
dan
mempertimbangkan
kejadian.
Dengan
perkembangan aspek kognitif maka anak dengan mudah mengeksplor dunia
12
dengan kecerdasan dan pemikiran yang dimilikinya. Menurut Ahmad Susanto
(2011: 59-60) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kognitif yaitu:
a. Faktor hereditas atau keturunan
Schopenhauer berpendapat manusia sejak lahir sudah membawa potensial
yang dipengaruhi lingkungan. Intelegensi sudah dibawa seseorang sejak lahir.
b. Faktor lingkungan
John Locke memaparkan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci.
Maka dari itu lingkungan dan pengalaman yang membentuk perilaku maupun
kecerdasan seseorang.
c. Faktor kematangan
Setiap organ dikatakan matang apabila jika telah sanggup menjalankan
sesuai dengan fungsinya. Seseorang dapat berpikir dengan luas apabila telah
mencapai usia matang.
d. Faktor pembentukan
Pembentukan
merupakan
keadaan
di
luar
diri
seseorang
yang
mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Pembentukan ini dapat dibentuk secara
sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh lingkungan
sekitar).
e. Faktor minat dan bakat
Minat merupakan suatu dorongan untuk lebih baik lagi. Bakat seseorang
sangat mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Seseorang yang memiliki minat dan
bakat maka akan semakin mudah dalam mempelajari sesuatu.
13
f. Faktor kebebasan
Seseorang dapat berpikir dengan bebas menentukan metode yang
digunakan untuk memecahkan masalahnya.
Sedangkan menurut Fakhrizal (2017) proses perkembangan kognitif
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
a. Hereditas
Hereditas tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang baru lahir
untuk menyesuaikan diri dengan dunianya tetapi juga mengatur waktu jalannya
perkembangan pada tahun mendatang.
b. Pengalaman
Pengalaman dengan hereditas fisik merupakan dasar perkembangan
struktur kognitif dalam hal ini sering kali disebut sebagai pengalaman fisik dan
logika matematis.
c. Transmisi Sosial
Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan pengaruh budaya
terhadap pola berpikir anak.
d. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan suatu keadaan dimana pada diri setiap individu
akan terdapat proses ekuilibrasi yang mengintegrasikan ketiga faktor yaitu
hereditas, pengalaman, dan transmisi sosial.
Dari beberapa pendapat tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif salah satunya yaitu
faktor lingkungan dan pengalaman. Anak dilahirkan dalam keadaan bersih dan
14
natinya pengalaman yang akan mengisi anak sehingga kognitif anak dapat
berkembang sesuai dengan pengalaman yang diberikan oleh lingkungan.
4.
Perkembangan Kognitif Anak 4-5 Tahun
Perkembangan kognitif pada anak haruslah mendapatkan perhatian karena
perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan anak dalam berpikir.
Menurut Piaget (dalam Paul Suparno, 2001: 51) pemikiran simbolis merupakan
pemikiran dengan menggunakan simbol dan berkembang saat anak suka
menirukan sesuatu. Sedangkan pemikiran intuitif menurut Paul Suparno (2001:
62) merupakan presepsi langsung tanpa dipikir dan dinalar terlebih dahulu. Ketika
anak berpikir inuitif, anak hanya melihat pada satu sisi saja tidak memikirkan
aspek lain. Pemikiran anak yang mulai berpikir simbolik dan intuitif merupakan
tahap perkembangan pra-operasional. Tahap pra-oprasional menurut Paul Suparno
(2001: 49) dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol
atau tanda untuk menjelaskan suatu objek yang tidak ada.
Masa perkembangan pra-operasional pada anak merupakan masa
perubahan atau jembatan menuju masa operasional konkret. Pendidik maupun
orang tua haruslah mengerti dan memahami perkembangan anak pada masa ini
karena masa ini merupakan masa dimana anak mulai siap untuk belajar lebih
banyak lagi. Menurut Siti Partini Suardiman (2003: 5-6) ada beberapa ciri
perkembangan anak pada tahap pra-operasional yaitu adanya perluasan bahasa,
berpusat penguasan tanda atau simbol dalam suatu benda, bersifat egosentris, anak
mulai belajar nama-nama benda, menggolongkan, dan menyempurnakan indera.
15
Sedangkan menurut Paul Suparno (2001: 62-67) terdapat beberapa ciri
perkembangan pemikiran anak 4-5 tahun yaitu:
a. Pemikiran egosentris
Anak belum dapat melihat pandangan orang lain. Anak menganggap
bahwa apa yang ia pikirkan adalah benar.
b. Adaptasi yang tidak disertai gambaran yang akurat
Anak belum mampu untuk mengingat informasi secara menyeluruh.
Menurut Piaget dan Inhelder (dalam Paul Suparno, 2001: 63) bahwa anak
memiliki banyak ingatan dan pengalaman namun belum dapat menyajikannya
secara terstruktur.
c. Reversibilitas belum terbentuk
Menurut Paul Suparno (2001: 64) bahwa bila pemikiran orang sudah
reversibel maka ia dapat mengikuti garis pemikiran kembali ke permulaan. Anak
pra-operasional belum terbentuk secara lengkap.
d. Pengertian kekekalan belum lengkap
Kekekalan merupakan konsep jumlah suatu benda tetap sama meskipun
ada perubahan dalam unsur-unsurnya (Paul Suparno, 2001: 65). Pada pra
operasional konkret anak belum lengkap dalam kekekalan ini.
e. Klasifikasi figuratif
Anak mampu untuk mengklasifikasikan dan menyusun berdasarkan
pengetahuan figuratif. Namun masih belum mampu mengklasifikasikan kesamaan
dan perbedaan.
16
f. Relasi ordinal atau serial
Anak masih kebingungan untuk menyusun suatu hal. Misalnya anak masih
terdapat kesalahan bila menyusun tongkat sesuai ketinggian.
g. Kausalitas
Anak mulai menyadari konsep sebab-akibat. Anak juga mulai menanyakan
tentang dirinya dan lingkungannya meskipun belum menangkap seluruhnya.
Menutut beberapa ahli diatas anak umur 4-5 tahun berada pada tahap praoperasional dan belum dapat berpikir secara logis. Pemikiran anak masih
sederhana dan belum berpikir kompleks karena masih melihat sesuatu dengan satu
sisi tanpa mempertimbangkan aspek lain.
B. Hakikat Kemampuan
Kemampuan seseorang dapat menjadi hal yang penting karena berkaitan
dalam kemampuan melakukan sesuatu. Menurut Munandar (dalam Ahmad
Susanto, 2001: 97) bahwa kemampuan merupakan suatu daya untuk melakukan
suatu tindakan dari hasil pembawaan atau latihan. Sedangkan menurut Ahmad
Susanto (2001: 97) menyebutkan bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau
kesanggupan seseorang dari bawaan serta latihan yang mendukung seseorang
menyelesaikan tugasnya. Anak yang dibekali kemampuan sejak kecil maka akan
membantu anak dalam menghadapi sesuatu yang perlu untuk dipecahkan.
Menurut Robin (dalam Ahmad Susanto, 2001: 97) bahwa kemampuan merupakan
merupakan kapasitas berbagai tugas dalam melakukan sesuatu. Dari pendapat
beberapa tokoh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan
17
hal yang berkaitan dengan sesuatu yang menunjukkan kesanggupan seseorang
dalam melakukan sesuatu karena adanya latihan. Seseorang yang memiliki suatu
kemampuan maka akan meringankan seseorang dalam melakukan tugasnya. Salah
satu kemampuan yang harus dimiliki oleh anak yaitu kemampuan matematika.
Menurut Ahmad Susanto (2001: 98) bahwa seseorang yang memiliki kemampuan
dalam matematika maka akan dapat mengatur jalan pikir maupun memecahkan
persoalan yang dihadapinya. Anak yang memiliki kemampuan matematika yang
baik maka akan membantu anak dalam berpikir matematis dipendidikan tingkat
lanjut
C. Hakikat Konsep
Anak usia 4-5 tahun masih dalam tahap berpikir pra-operasional sehingga
anak masih belum dapat berpikir abstrak. Untuk mengenalkan konsep yang
abstrak kepada anak, guru harus menggunakan benda konkret dalam
pembelajarannya. Menurut Syaiful Sagala (2006: 71) konsep merupakan pikiran
seseorang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan
seperti prinsip, hukum, dan teori. Sedangkan menurut Rosser (dalam Syaiful
Sagala, 2006: 73) menyebutkan bahwa konsep merupakan suatu yang abstraksi
yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan atau hubungan yang memiliki
atribut yang sama. Dari kedua pendapat tokoh tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa konsep merupakan sesuatu yang abstrak yang dinyatakan dalam definisi
sehingga memiliki hubungan dan menjadi produk pengetahuan.
18
D. Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama
1.
Pengertian Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama
Kumpulan dari dua benda dapat dibandingkan jumlah ataupun ukurannya.
Membandingkan menurut Carol Seefeldt dan Barbara A. Wasik (2008: 395)
merupakan kegiatan membangun hubungan antara dua buah benda. Kegiatan
membandingkan digunakan untuk mengetahui perbedaan dan kuantitas dari dua
kumpulan benda yang ukuran maupun jumlah sama atau tidak sama. Menurut
Sudaryanti (2006: 16) bahwa membandingkan angka merupakan syarat
memahami makna lebih banyak, sedikit, dan sama banyak. Banyak menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sesuatu yang jumlahnya
banyak. Sedikit menurut KBBI merupakan sesuatu yang jumlahnya tidak banyak.
Sama menurut KBBI yaitu sesuatu yang sepadan, seimbang atau sebanding.
Sedangkan tidak sama merupakan keadaan yang tidak sepadan maupun tidak
sebanding.
Menurut Saibatin (2015) untuk membandingkan angka juga dapat
diperkenalkan dengan:
1. Lebih banyak
Hal ini menyatakan bahwa benda tersebut jumlahnya melebihi benda yang
dibandingkan.
2. Lebih sedikit
Hal ini menyatakan bahwa benda tersebut jumlahnya kurang dari benda
yang dibandingkan.
19
3. Sama
Hal ini menyatakan bahwa nilai benda jumlahnya sepadan dengan jumlah
benda yang dibandingkan.
4. Tidak sama
Hal ini menyatakan bahwa nilai benda jumlahnya tidak sepadan dengan
jumlah benda yang dibandingkan.
Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lebih
banyak merupakan sesuatu yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah benda yang
dibandingkan, lebih sedikit merupakan sesuatu yang jumlahnya lebih sedikit dari
bneda yang dibandingkan, sama banyak merupakan sesuatu yang jumlahnya
sebanding (jumlahnya sama), dan tidak sama banyak merupakan sesuatu yang
tidak sebanding (jumlahnya tidak sama). Mengenal konsep banyak, sedikit, sama,
dan tidak sama merupakan kegiatan dalam membandingkan jumlah dua kumpulan
benda. Syarat untuk seseorang dapat mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit,
sama banyak, dan tidak sama banyak yaitu mampu membilang.
2.
Membilang
Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak,
dan tidak sama banyak membutuhkan keterampilan dalam membilang. Menurut
Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou (2014: 97-98) terdapat dua proses
membilang yaitu anak menyebut seri bilangan mulai dari satu dan anak dapat
menunjuk objek sambil menghitung. Sedangkan menurut Sudaryanti (2006: 4)
membilang berarti anak dapat mengucapkan satu, dua, tiga tetapi belum mengerti
maknanya.
20
Membilang merupakan tahap awal dari anak mengenal angka-angka.
Menurut Reys dkk (dalam Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, 2014: 98)
terdapat empat prinsip membilang yaitu:
a.
Setiap objek yang akan dibilang harus dihubungkan dengan nama bilangan.
b.
Nama bilangan harus disesuaikan dengan urutan objek tertentu.
c.
Membilang tidak perlu mulai dari objek yang pertama.
d.
Nama bilangan terakhir merupakan jumlah objek.
Pada anak usia dini angka-angka tersebut tidak bermakna. Padahal
bilangan merupakan simbol banyaknya benda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
membilang merupakan kemampuan dalam menyebut bilangan sehingga dapat
mengerti banyaknya benda yang dihitung. Mengenalkan membilang untuk anak
usia dini menggunakan media yang menarik maupun dengan bermain. Selain itu
kegiatan membilang pada anak dapat juga menggunakan metode bernyanyi
sehingga mudah untuk diingat oleh anak.
3.
Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama
Kelompok A
Konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama sudah dapat
diperkenalkan pada anak kelompok A. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Isi Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak terdapat indikator anak usia 4-5 tahun mengenai belajar
memecahkan masalah yaitu:
1.
2.
3.
4.
Mengenal benda berdasarkan fungsi.
Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik.
Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Mengetahui konsep banyak dan sedikit.
21
5.
6.
7.
8.
Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri.
Mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu.
Mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu.
Memahami posisi/kedudukan dalam keluarga.
Salah satu yang disebutkan dalam indikator pencapaian perkembangan
anak adalah anak usia 4-5 tahun sudah dapat memahami konsep banyak dan
sedikit. Dalam mengenalkan konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama, anak
harus mampu untuk membilang dan mengerti konsep “lebih banyak dari angka
satu”. Hal ini sesuai dengan Carol Seefeldt dan Barbara A. Wasik (2008: 393)
bahwa ketika anak sedang berhitung maka anak sedang mengembangkan
kesadaran tentang “lebih banyak”, “kurang banyak”. Untuk mengenalkan konsep
lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama pada anak usia 4-5 tahun dapat
menggunakan benda konkret sehingga anak mendapatkan pengalaman langsung
terkait dengan benda konkret tersebut.
E. Benda Konkret
1.
Pengertian Benda Konkret
Anak Usia Dini berada pada tahap kognitif pra-operasional. Menurut
Slamet Suyanto (2005: 136) bahwa pada masa pra-operasional, anak akan belajar
dengan baik apabila menggunakan benda konkret. Pada tahap ini, anak belum
mampu bepikir abstrak sehingga membutuhkan benda konkret sebagai bantuan
belajar. Benda konkret menurut KBBI yaitu benda yang benar-benar ada,
berwujud, dapat dilihat, dan diraba. Menurut Sungkono (2007: 28) benda konkret
merupakan benda yang digunakan dalam pembelajaran yang sangat mirip dengan
aslinya. Dengan melihat beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
22
benda konkret merupakan benda yang benar-benar nyata sehingga dapat dijangkau
dengan seluruh indera dan digunakan dalam proses pembelajaran secara nyata.
2.
Macam-Macam Benda Konkret
Benda konkret dapat ditemukan di lingkungan sekitar dan sangat dekat
dengan anak. Menurut Sungkono (2007: 29) benda asli dapat dikelompokkan
menjadi benda asli alami dan benda asli buatan manusia. Benda asli alami
merupakan benda yang benar-benar asli dari alam sedangkan benda asli buatan
manusia merupakan benda asli yang dibuat oleh manusia dan bentuknya sudah
berubah dari aslinya. Benda asli alami dan benda asli buatan manusia dapat
digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif untuk anak. Benda tersebut
sama-sama memberikan pengaruh yang baik untuk meningkatkan pengetahuan
anak.
Benda-benda konkret memiliki macam yang sangat bervariasi. Menurut
Degeng dalam Sungkono (2007: 28) menyebutkan bahwa benda konkret
diklasfikasikan menjadi dua yaitu objek dan specimen. Objek merupakan benda
yang benar-benar asli berdasarkan benda itu hidup sedangkan specimen
merupakan benda yang mewakili benda asli yang dirangkai sesuai dengan
keadaan aslinya.
Menurut Sungkono (2007: 28) bahwa specimen dikelompokkan menjadi
dua yaitu:
a. Specimen benda hidup seperti aquarium, kebun binatang, insectarium,
terrarium, dan kebun percobaan yang ditanami sebagai percobaan.
23
b. Specimen benda mati seperti herbarium (bagian tumbuhan yang dikeringkan),
batuan mineral, awetan dalam botol.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
benda konkret dapat dibedakan menjadi benda asli alami dan benda asli buatan.
Benda asli alami merupakan benda asli yang benar-benar asli dari alam sedangkan
benda asli buatan merupakan benda yang dibuat oleh manusia serupa dengan
bentuk aslinya. Benda konkret yang akan digunakan untuk mengenal konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret asli
buatan manusia.
3.
Penggunaan Benda Konkret
Penggunaan benda konkret dalam pembelajaran dapat membuat proses
belajar menjadi lebih efektif. Menurut Basuki Wibawa & Farida Mukti (1993: 55)
bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan benda
konkret yaitu:
a. Karena benda nyata ini banyak macamnya mulai dari benda-benda
hidup, sampai benda-benda mati, maka perlu dipertanyakan bendabenda atau makhluk hidup apakah yang mungkin dapat dimanfaatkan di
kelas secara efisien.
b. Bagaimanakah cara agar benda-benda itu sesuai dengan pola belajarmengajar di kelas.
c. Darimanakah kita dapat memperoleh benda-benda itu.
Sedangkan menurut Sungkono (2007: 31) menyebutkan ada tahap-tahap
pemanfaatan benda asli yaitu:
a. Menyiapkan diri sendiri.
Dalam hal ini guru harus menyiapakan dirinya sendiri agar mampu
memahami jens-jenis benda konkret yang akan dijelaskan.
24
b. Menyiapkan lingkungan dan perlengkapan.
Guru menyiapkan lingkungan yang akan digunakan untuk pembelajaran
dengan memperhatikan luas lingkungan dan kondisinya.
c. Menyiapkan siswa.
Benda yang dipilih sesuai dengan tahap berfikir anak, memperkirakan
berapa jumlah siswa yang terlibat, bagaimana pebelajarannya.
d. Menyiapkan media.
Guru menyiapkan benda asli yang akan digunakan dalam pembelajaran
sesuai dengan rencana dan memperhatikan kondisi kelayakan bahan asli tersebut.
e. Menyiapkan kegiatan tindak lanjut.
Guru menyiapkan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu dengan
pemberian tugas maupun eksperimen.
f. Menyiapkan evaluasi.
Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kecapaian anak dalam
dan dapat digunakan untuk perbaikan di kegiatan berikutnya.
Dari beberapa pendapat dari tokoh diatas maka menggunakan benda
konkret sebagai media pembelajaran perlu disiapkan sejak sebelum pembelajaran
dimulai hingga pembelajaran selesai sehingga di akhir kegiatan guru dapat
merefleksi kegiatan dengan penggunaan benda konkret tersebut untuk
pembelajaran berikutnya lebih baik lagi.
4.
Kelebihan dan Kekurangan Benda Konkret
Penggunaan media pembelajaran benda konkret tentunya memiliki
kelebihan maupun kekurangan. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993:
25
55) bahwa memanfaatkan benda konkret sebagai media pembelajaran siswa akan
lebih aktif dan dapat mengamati, menangani, memanipulasi, mendiskusikan, dan
menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa menggunakan sumber belajar
serupa. Menurut Sungkono (2007: 35) bahwa kehadiran benda konkret akan
mampu menjaga perhatian dan menumbuhkan kegiatan yang aktif.
Menurut Ibrahim dan Syaodih (2008: 118) bahwa terdapat kelemahan dan
kekurang benda konkret yaitu:
a.
Kelebihan
1) Memberikan
kesempatan
semaksimal
mungkin
kepada
anak
untuk
mempelajari dan melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.
2) Memberi kesempatan kepada anak untuk mengalami sendiri situasi yang
sesungguhnya dan melatih keterampilan menggunakan alat inderanya
sebanyak mungkin.
b.
Kekurangan
1) Biaya yang diperlukan terkadang tidak sedikit apalagi ditambah dengan
kemungkinan kerusakan dalam penggunaannya.
2) Tidak selalu dapat memberikan gambaran dari benda yang sebenarnya
sehingga pembelajaran perlu didukung dengan media lain.
Berdasarkan beberapa teori tersebut bahwa penggunaan benda konkret
dapat menjaga pusat perhatian anak dalam pembelajaran dan membuat anak lebih
aktif. Dengan menggunakan benda konkret maka anak akan dapat mengamati,
menangani, memanipulasi, mendiskusikan langsung menggunakan benda konkret
dalam pembelajaran. Akan tetapi benda konkret juga memiliki kelemahan yaitu
26
tidak selalu dapat mencangkup seluruh gambaran yang sesuai dengan aslinya.
Oleh karena itu perlu adanya media yang mendukung sehingga pembelajaran
dengan menggunakan benda konkret dapat dilakukan secara optimal.
F. Tinjauan Taman Kanak-kanak
1.
Pengertian Taman Kanak-kanak
Salah satu jenis jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak.
Taman Kanak-kanak menurut Helmawati (2015: 49) yaitu pendidikan jalur formal
untuk anak usia dini usia 4-6 tahun. Sedangkan menurut Maimunah (2012: 355)
Taman Kanak-knak merupakan jenjang pendidikan formal setelah play groub.
Dari beberapa pendapat tersebut maka sapat disimpulkan bahwa Taman Kanakkanak merupakan tempat untuk mengenalkan sesuatu hal ataupun pembelajaran
untuk anak usia 4-6 tahun. Di Taman Kanak-kanak biasanya terdapat dua
kelompok yaitu kelompok A dengan usia 4-5 tahun dan kelompok B dengan usia
5-6
tahun.
Pembelajaran
di
Taman
Kanak-kanak
dilakukan
untuk
mengembangkan dan menstimulasi enam aspek perkembangan anak yaitu nilai
agama moral, bahasa, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, dan seni. Semua
aspek perkembangan tersebut distimulasi dengan baik sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
2.
Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam
melakukan proses pembelajaran. Untuk membuat proses pembelajaran yang
menyenangkan juga dipilih metode yang cocok digunakan untuk anak. Menurut
27
Moeslichatoen (2004: 24) ada beberapa metode yang dapat digunakan di Taman
Kanak-kanak yaitu:
a. Metode bermain.
Bermain sangat penting untuk pertumbuhan anak. Bermain menurut
Moeslichatoen (2004: 24) merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan pada
anak dan bersifat nonserius. Metode bermain sambil belajar merupakan metode
yang tepat untuk anak usia dini karena pada usia dini anak paling mudah
mengingat sesuatu apabila menggunakan permainan.
b. Karyawisata
Karyawisata menurut Hildebrad (dalam Moeslichatoen, 2004: 25) anak
mendapatkan kesempatan ntuk mengobservasi dan mengamati langsung. Dengan
begitu anak akan menemukan pengalaman sendiri secara langsung.
c. Bercakap-Cakap
Menurut Moeslichatoen (2004: 26) bercakap-cakap dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Dengan menggunakan metode bercakap-cakap maka
akan menambah perbendaharaan kata. Menggunakan metode bercakap-cakap
maka anak juga akan mampu mengekspresikan apa yang ia pikirkan.
d. Bercerita
Bercerita atau mendongeng merupakan hal yang paling disenangi oleh
anak. menurut Gordon dan Browne (dalam Moeslichatoen, 2004: 26) bercerita
dapat digunakan untuk meneruskan warisan budaya. Maka dari itu anak akan
mengenali budaya sendiri.
28
e. Demonstrasi
Demonstrasi menurut Moeslichatoen (2004: 27) merupakan kegiatan
menunjukkan dan menjelaskan cara mengerjakan sesuatu. Dengan adanya
demonstrasi maka anak akan lebih paham dalam mengerjakan suatu hal.
f. Proyek
Menurut Moeslichatoen (2004: 27) metode proyek merupakan metode
yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Kegiatan proyek sangat
penting dalam pembelajaran anak usia dini karena dapat meningkatkan kerjasama
antar anak.
g. Pemberian tugas
Menurut Moeslichatoen (2004: 28) pemberian tugas diberikan pada anak
untuk mengerjakan tugas sesuai petunjuk guru.
Dari beberapa metode pembelajaran yang telah disebutkan di atas maka
dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak, dan tidak sama
banyak menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dan pemberian tugas.
Guru mendemonstrasikan cara bagaimana menghitung dengan menggunakan
benda konkret dan selanjutnya guru memberikan tugas kepada anak sesuai dengan
petunjuk guru, baik menghitung dengan menggunakan benda konkret maupun saat
mengerjakan LKA yang diberikan oleh guru.
G. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu yang dilakukan oleh
Tita Krisindar Pramesti (2013) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan
29
Mengenal Konsep Banyak–Sedikit Melalui Media Papan Flanel Pada Anak
Kelompok A di TK ABA Pampang II Gunungkidul”. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa pengenalan banyak-sedikit dapat diperkenalkan di kelompok
TK A dengan memberi tanda yang sesuai pada kelompok benda mengalami
kenaikan. Hasil penelitian ini pada Siklus I dengan kriteria baik terdapat 9 anak
(47,4%) dan pada Siklus II dengan kriteria baik meningkat menjadi 17 anak
(89,5%) . Penelitian lain yang dilakukan oleh Zaroh Nurlaily (2012) dengan judul
“Upaya Meningkatkan Mengenal Angka Melalui Penggunaan Benda Konkret
pada Anak Kelompok A di TK ABA Pampang II Gunungkidul”. Hasil dari
penelitian ini pada Siklus I dengan kriteria baik hanya 7 anak (53,83%) dan pada
Siklus II dengan kriteria baik meningkat menjadi 11 anak (84,62%). Sehingga
penggunaan benda konkret sangat cocok digunakan di kelompok A dengan
rentang usia anak 4-5 tahun.
H. Kerangka Pikir
Perkembangan kognitif merupakan aspek yang sangat penting untuk
proses berpikir seseorang. Kemampuan berpikir seseorang juga berkaitan dengan
kemampuan dalam memahami konsep matematika. Seseorang yang memiliki
perkembangan kognitif yang baik maka dengan mudah memahami konsep
matematika. Pada usia 4-5 tahun perkembangan kognitif anak salah satunya anak
dapat memahami tentang konsep banyak dan sedikit. Membandingkan konsep
lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama merupakan hal yang sama
dengan membandingkan dua kelompok benda.
30
Mengingat teori Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2005: 55) yang
mengatakan bahwa anak usia 4-5 tahun berada pada tahap pra operasional. Dalam
hal ini anak belum dapat berpikir abstrak. Anak masih membutuhkan bantuan
benda konkret dalam memahami suatu pembelajaran yang sifatnya abstrak.
Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993: 55) bahwa memanfaatkan
benda konkret sebagai media pembelajaran siswa akan lebih aktif dan dapat
mengamati, menangani, memanipulasi, mendiskusikan, dan menjadi alat untuk
meningkatkan kemauan siswa menggunakan sumber belajar serupa. Sedangkan
menurut Ibrahim dan Syaodih (2008: 118) bahwa benda konkret dapat memberi
kesempatan untuk anak mengalami situasi yang nyata dan melatih menggunakan
alat inderanya sebanyak mungkin. Melihat teori tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan benda konkret maka anak dapat merasakan, melihat,
dan berinteraksi dengan benda konkret tersebut. Anak dapat berinteraksi dengan
menghitung langsung menggunakan benda konkret.
Dari teori yang telah dijelaskan oleh Sungkono (2007: 29) bahwa terdapat
dua benda konkret yaitu benda konkret yang nyata dari alam dan benda konkret
yang dibuat oleh manusia. Benda konkret nyata merupakan benda yang benarbenar nyata tanpa perubahan, sedangkan benda konkret buatan manusia
merupakan benda konkret yang dibuat oleh manusia yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Untuk mengenalkan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak,
dan tidak sama banyak dalam mngenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama,
dan tidak sama dapat menggunakan media konkret berupa miniatur yang sesuai
dengan tema yang dibahas pada pembelajaran hari itu.
31
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dibuat kerangka pikir yaitu:
Usia 4-5 tahun anak sudah dapat mengenal konsep banyak dan sedikit.
Membandingkan dengan lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama
merupakan hal yang sama dengan membandingkan dua kelompok benda.
Di lapangan menunjukkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih
sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 masih rendah. Faktor
penyebabnya yaitu media yang digunakan guru jarang menggunakan benda
konkret, guru belum banyak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
sehingga perhatian anak kurang fokus.
Peningkatan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama,
dan tidak sama menggunakan benda konkret di kelompok A2.
Benda konket merupakan benda yang nyata sesuai dengan aslinya. Melalui
benda konkret anak dapat belajar dengan mudah karena anak dapat berinteraksi
langsung dengan benda konkret, menghitung langsung, melihat, dan lebih aktif
dalam pembelajarannya.
Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak
sama di kelompok A2 dapat meningkat dengan cara menghitung kedua
kelompok benda dan menentukan kedua kelompok benda yang memiliki jumlah
lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
32
I.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir tersebut peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut “Kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, tidak
sama dapat ditingkatkan menggunakan benda konkret di kelompok A2 TK ABA
Gendingan”.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi (2015: 2)
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang memaparkan proses maupun
hasil di kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan menurut
Suroso (2009: 30) Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan
praktik pembelajaran di kelas. Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas merupakan penelitian yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas tersebut. Penelitian ini
dilakukan oleh guru kelas dan dapat berkolaborasi dengan teman sejawat ataupun
orang yang ahli dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang dikemas
dalam bentuk penelitian kelas kolaboratif. Menurut Suharsimi dkk (2015: 19)
penelitian kolaboratif merupakan penelitian yang dilakukan dua atau lebih peneliti
dilaksanakan bersama dan menyusun laporan bersama. Peneliti dalam melakukan
perencanaan, pengumpulan data, dan evaluasi dibantu oleh kolaborator. Dalam
penelitian ini peneliti sebagai pengamat proses penelitian sedangkan guru sebagai
pengajar saat penelitian berlangsung. Desain Penelitian Tindakan Kelas ini
menggunakan PTK model Kemmis dan Taggart. Menurut Wijaya Kusumah dan
Dedi Dwitagama (2011: 21) model Kemmis dan Taggart memiliki empat
34
komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam hal ini
satu siklus terdapat tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Alur
dan tahapan dari model penelitian ini menunjukkan sebuah siklus yang dapat
dijelaskan pada Gambar 2.
Keterangan:
Siklus 1:
1. Perencanaan I
2. Tindakan dan Observasi I
3. Refleksi I
Siklus 2:
4. Perencanaan II
5. Tindakan dan Observasi II
6. Refleksi II
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart
(Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2011: 21)
Berdasarkan gambaran Siklus tersebut maka dalam Penelitian Tindakan
Kelas meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit,
sama, dan tidak sama dilakukan dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Empat langkah ini merupakan satu Siklus, apabila belum memenuhi
target yang diharapkan maka akan dilakukan Siklus berikutnya yang langkah-
35
langkahnya seperti pada Siklus I dan seterusnya hingga memenuhi target
keberhasilan.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1.
Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah seluruh anak kelompok A2 tahun ajaran
2016/2017 di TK ABA Gendingan yang berjumlah 13 anak dengan 7 anak
perempuan dan 6 anak laki-laki.
2.
Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah kemampuan mengenal konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan benda konkret.
C. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK ABA Gendingan yang
memiliki alamat Jalan Wachid Hasyim No. 25 Komplek Masjid Pertiwi
Gendingan, Ngampilan, Yogyakarta.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2017 pada
tahun ajaran 2016/2017.
36
E. Setting Penelitian
Setting penelitian ini dilakukan di dalam ruang kelas A2. Pemilihan setting
di dalam kelas yaitu agar anak dapat fokus dan guru dapat dengan mudah
mengkondisikan anak.
F. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan adanya tahapan siklus Model dari Kemmis dan Taggart
tersebut maka dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan pada penelitian ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, siapa, dan bagaimana tindakan itu dilakukan. Dalam hal ini peneliti
melakukan tindakan pengamatan terhadap proses berlangsungnya penelitian dan
guru sebagai pihak yang melakukan tindakan. Sebagai tahap persiapan awal
peneliti melakukan observasi terhadap keadaan umum sekolah yang meliputi
sarana prasarana, proses pembelajaran, strategi pembelajaran, dan aktifiktas anak
saat pembelajaran. Peneliti membuat rencana tindakan yang akan diberikan pada
anak yaitu tema, permasalahan, strategi pembelajaran, media, aktifiktas guru, dan
anak serta hal-hal yang akan diobservasi dan dievaluasi. Persiapan yang akan
dilakukan antara lain:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang memuat
rencana kegiatan yang akan dilakukan, menentukan tema, sub tema, indikator,
dan kegiatan pembelajaran.
37
2) Mempersiapkan
media
yang
digunakan
dalam
pembelajaran.
Media
pembelajaran berupa benda konkret yang akan digunakan untuk mengenal
konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Benda konkret yang
dipilih sesuai dengan tema.
3) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi serta instrumen penelitian
dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di
kelompok A2.
4) Menyiapkan LKA (Lembar Kerja Anak) yang berhubungan dengan konsep
lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama.
b. Tindakan
Pada tahap tindakan ini peneliti dan guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
yang telah dibuat. Peneliti sebagai pengamat sedangkan guru sebagai pelaksa
kegiatan. Guru mengenalkan kepada anak tentang konsep lebih banyak, lebih
sedikit, sama, dan tidak sama dengan cara:
1) Guru mengajak anak untuk membilang dengan benar.
2) Menggunakan benda konkret, anak diminta untuk menghitung dua kelompok
benda.
3) Guru bertanya pada anak mana yang lebih sedikit, lebih banyak, sama, dan
tidak sama.
c. Observasi
Peneliti mengamati keterlibatan dan kemampuan anak saat proses
pembelajaran mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama.
38
Proses observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan panduan daftar
observasi yang telah disiapkan. Membuat catatan saat pengamatan, menilai hasil
pembelajaran.
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap evaluasi kembali apa yang telah dilakukan
selama pembelajaran berlangsung berdasarkan hasil pengamatan. Dari hasil
observasi dapat diketahui apakah sudah sesuai kriteria atau belum. Apabila belum
sampai pada pencapaian target maka akan dilakukan Siklus II yang bertujuan
memperbaiki pembelajaran sebelumnya berdasarkan refleksi pada Siklus
sebelumnya.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan ini digunakan untuk menentukan kapan penelitian
ini akan dihentikan. Penelitian ini akan dihentikan apabila meningkatnya
kemampuan mengenal banyak, sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2
telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% dengan kriteria sangat tinggi.
H. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yaitu dengan cara observasi.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan mengamati kegiatan yang
sedang berlangsung. Observasi menurut Wina Sanjaya (2009: 86) merupakan
teknik pengumpulan data dengan mengamati dan mencatat kejadian yang sedang
39
berlangsung menggunakan lembar observasi. Observasi ini dilakukan untuk
mengamati perilaku anak sebelum dan saat dilakukan tindakan. Observasi ini
dilakukan untuk mengamati unjuk kerja anak saat menghitung menggunakan
benda konkret serta mengamati proses saat anak sedang mengerjakan Lembar
Kerja Anak yang diberikan guru. Dalam mengamati unjuk kerja anak maka
digunakan pedoman lembar observasi yang terlampir.
I.
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian
merupakan
alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data saat penelitian berlangsung. Instrumen penelitian menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 160) merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan sistematis sehingga
mudah diolah. Instrumen yang akan digunakan harus melalui expert judgement
atau dikonsultasikan dengan yang ahli sehingga kualitas instrumen dapat
dipertanggungjawabkan.
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa daftar cek (check
list). Daftar cek (check list) menurut Wina Sanjaya (2009: 93) merupakan
pedoman observasi yang berisi semua aspek yang akan diobservasi dengan
memberi tanda cek ( ). Sedangkan daftar cek (check list) terlampir. Daftar cek
yang digunakan adalah yang berhubungan dengan materi pemahaman konsep
lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Untuk mempermudah dalam
membuat instrument penelitian maka dibuat kisi-kisi observasi. Adapun kisi-kisi
40
observasi terhadap unjuk kerja kemampuan anak mengenal konsp lebih banyak,
lebih sedikit, sama, dan tidak sama dapat dituang dalam tabel berikut.
Tabel 1. Kisi-Kisi Observasi
Variabel
Sub Variabel
Kemampuan dalam Kemampuan mengenal
membilang.
konsep lebih banyak,
lebih sedikit, sama, dan
tidak sama.
Indikator
Membilang banyaknya benda
dengan
menentukan
kelompok
benda
yang
memiliki
jumlah
lebih
banyak, lebih sedikit, sama,
dan tidak sama serta.
Penelitian Tindakan Kelas mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit,
sama dan tidak sama memiliki indikator yang harus dicapai anak. Indikator
tersebut akan dibuat rubrik penilaian sehingga dapat menentukan hasil yang
dicapai siswa. Berikut merupakan tabel rubrik penilaian dalam mengenal konsep
lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama:
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak
Aspek yang Diamati Kriteria
Membilang
Kurang
banyaknya
benda
dengan menentukan
kelompok
benda
yang
memiliki Cukup
jumlah lebih banyak.
Skor
1
2
Baik
3
Sangat
Baik
4
41
Deskripsi
Jika anak belum mampu membilang
antara 1-10 dan belum mampu
menentukan kelompok benda yang
memiliki jumlah lebih banyak.
Jika anak mampu membilang antara
1-10 dan dapat belum dapat
menentukan kelompok benda yang
memiliki jumlah lebih banyak.
Jika anak mampu membilang antara
1-10 dan mampu menentukan
kelompok benda yang memiliki
jumlah lebih banyak dengan bantuan
guru.
Jika anak mampu membilang antara
1-10 dan mampu menentukan
kelompok benda yang memiliki
jumlah lebih banyak sendiri.
Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Sedikit
Aspek yang Diamati Kriteria
Membilang
Kurang
banyaknya
benda
dengan menentukan
kelompok
benda
yang
memiliki Cukup
jumlah lebih sedikit.
Skor
1
2
Baik
3
Sangat
Baik
4
Deskripsi
Jika anak belum mampu membilang
antara 1-10 dan belum mampu
menentukan kelompok benda yang
memiliki jumlah lebih sedikit.
Jika anak mampu membilang antara
1-10 dan dapat belum dapat
menentukan kelompok benda yang
memiliki jumlah lebih sedikit.
Jika anak mampu membilang antara
1-10 dan mampu menentukan
kelompok benda yang memiliki
jumlah lebih sedikit dengan bantuan
guru.
Jika anak mampu membilang antara
1-10 dan menentukan kelompok
benda yang memiliki jumlah lebih
banyak sendiri..
Tabel 4. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Sama
Aspek yang Diamati Kriteria
Skor
Deskripsi
Membilang
Kurang
1
Jika anak belum mampu membilang
banyaknya
benda
antara 1-10 dan belum mampu
dengan menentukan
menentukan kelompok benda yang
kelompok
benda
memiliki jumlah sama.
yang
memiliki Cukup
2
Jika anak mampu membilang antara
jumlah sama.
1-10 dan dapat belum dapat
menentukan kelompok benda yang
memiliki jumlah sama.
Baik
3
Jika anak mampu membilang antara
1-10 dan mampu menentukan
kelompok benda yang memiliki
jumlah sama dengan bantuan guru.
Sangat
4
Jika anak mampu membilang antara
Baik
1-10 dan menentukan kelompok
benda yang memiliki jumlah sama
sendiri.
42
Tabel 5. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Tidak Sama
Aspek yang Diamati Kriteria
Skor
Deskripsi
Membilang
Kurang
1
Jika anak belum mampu membilang
banyaknya
benda
antara 1-10 dan belum mampu
dengan menentukan
menentukan kelompok benda yang
kelompok
benda
memiliki jumlah tidak sama.
yang
memiliki Cukup
2
Jika anak mampu membilang antara
jumlah tidak sama.
1-10 dan dapat belum dapat
menentukan kelompok benda yang
memiliki jumlah tidak sama.
Baik
3
Jika anak mampu membilang antara
1-10 dan mampu menentukan
kelompok benda yang memiliki
jumlah tidak sama dengan bantuan
guru.
Sangat
4
Jika anak mampu membilang antara
Baik
1-10 dan menentukan kelompok
benda yang memiliki jumlah tidak
sama sendiri.
J.
Metode Analisis Data
Tahap selanjutnya setelah mendapatkan data dari hasil observasi dan LKA
yaitu analisis. Data tersebut diolah agar mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Menurut Wina Sanjaya (2009: 106) menganalisis data
merupakan proses mengolah dan menginterprestasikan data untuk memperoleh
data yang jelas dan memiliki arti sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan adanya
analisis data maka dapat dibuktikan tentang ada tidaknya perbaikan setelah
melakukan tindakan penelitian.
Metode analisis data dapat dilakukan dengan analisis kuantitatif. Menurut
Wina Sanjaya (2009: 106) analisis data kuantitatif yaitu untuk menentukan
peningkatan hasil belajar siswa dari pengaruh tindakan yang dilakukan guru.
Sedangkan menurut Sa’dun Akbar (2010: 8) bahwa analisis kuantitatif yaitu hasil
analisis yang datanya berupa angka. Menurut pendapat kedua ahli di atas maka
43
dapat disimpulkan bahwa analisis kuantitatif yaitu analisis yang menggunakan
angka sebagai hasil dari tindakan yang diberikan guru. Data yang dianalisis
merupakan data dari observasi unjuk kerja anak dan proses mengerjakan LKA
saat melakukan kegiatan pmbelajaran mengenal konsep lebih banyak, lebih
sedikit, sama, dan tidak sama. Teknik analisis kuantitatif adalah teknik
menganalisis dengan melihat skor yang didapat anak pada kegiatan mengenal
konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Ketuntasan belajar
siswa dapat menentukan apakah siswa telah mencapai target keberhasilan yang
diinginkan ataukah belum. Menurut Acep Yoni (2010: 176) untuk menentukan
ketuntasan belajar siswa maka dapat dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif sederhana dengan rumus:
Kemudian data tersebut diinterprestasikan ke dalam empat tingkatan yaitu:
a.
Kriteria sangat tinggi dengan nilai yang diperoleh antara 75% - 100%.
b.
Kriteria tinggi dengan nilai yang diperoleh antara 50% - 74.99%.
c.
Kriteria sedang dengan nilai yang diperoleh antara 25% - 49.99%.
d.
Kriteria belum baik dengan nilai yang diperoleh antara 0% - 24.99%.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Tindakan
Sebelum melakukan Tindakan Penelitian Kelas hal pertama yang
dilakukan peneliti adalah melakukan observasi. Berdasarkan hasil pengamatan
diketahui bahwa kemampuan kognitif anak terutama dalam mengenal konsep
lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama masih banyak anak yang merasa
kesulitan dan kebingungan. Ketika pembelajaran berlangsung, guru menerangkan
dalam bentuk tulisan tanpa alat peraga dan hanya menggunakan Lembar Kerja
Anak dalam mengejakan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak
sama. Anak juga terlihat bosan dan tidak tertarik dalam pembelajaran yang
diberikan guru. Dari pengamatan tersebut didapat data mengenal konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil Kondisi Awal Sebelum Tindakan.
No
Materi
Hasil Pra Siklus
Unjuk Kerja
LKA
1
2
3
4
Sama.
Tidak sama.
Lebih banyak.
Lebih sedikit.
50%
46,1%
46,1%
46,1%
44,2%
46,1%
40,3%
42,3%
Rata-Rata
47,1%
46,1%
43,2%
44,2%
Berdasarkan tabel 6 maka presentase yang diperoleh setelah hasil
observasi dan portofolio digabung menjadi satu maka diperoleh hasil rata-rata
yaitu konsep sama adalah 47,1%, tidak sama adalah 46,1%, lebih banyak adalah
43,2%, dan lebih sedikit adalah 44,2%. Hal ini masih jauh dengan kriteria
45
keberhasilan yang ditetapkan. Dengan demikian perlu adanya tindakan dalam
meningkatkan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama,
dan tidak sama melalui benda konkret.
2.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
a.
Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, peneliti menyiapkan beberapa hal yaitu:
1) Merencanakan jadwal dan tema.
Penelitian tindakan kelas Silkus I ini dilakukan 4 kali pertemuan. Dalam
penelitian ini, tema menyesuaikan dengan tema yang sedang digunakan.
2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Penyusunan RPPH dilakukan oleh guru dan peneliti. Kegiatan dilakukan
sesuai dengan tema dan sub tema yang sedang digunakan.
3) Menyiapkan media pembelajaran dan Lembar Kerja Anak (LKA)
Peneliti menyiapkan media pembelajaran konkret dengan membuat
miniatur yang disesuaikan dengan tema dan sub tema yang terdiri dari bus, setir
mobil, pak kusir, dan kuda. LKA dibuat oleh peneliti juga sesuai dengan tema dan
sub tema.
4) Menyiapkan alat dokumentasi dan lembar check list.
Lembar check list yang digunakan adalah mengenai kemampuan anak
dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yang
sudah divalidasi oleh ahlinya.
46
b. Tindakan
1) Siklus I Pertemuan 1
Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 6 Februari 2017
dengan indikator sama dan tidak sama. Benda konkret yang digunakan pada
pertemuan pertama adalah miniatur bus. Pada pertemuan ini guru menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Kegiatan pertama yaitu mengenalkan
konsep sama dan tidak sama dan selnjutnya melakukan kegiatan yang telah
direncanakan oleh guru. Guru mengenalkan benda konkret pada anak yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Guru meletakkan beberapa miniatur bus menjadi
dua kelompok dan anak bersama-sama menghitung jumlah dua kelompok bus
tersebut.
Guru menanyakan kepada anak klompok mana benda yang memiliki
jumlah sama dan mana yang memiliki jumlah tidak sama. Kegiatan ini dilakukan
berulang-ulang agar anak memahaminya. Selanjutnya guru mempersiapkan satu
baris pasangan kelompok benda konkret dan meminta satu-persatu anak untuk
mencoba menghitung dan membandingkan kedua kelompok benda. Setiap anak
mendapatkan soal konsep sama dan tidak sama. Setelah menghitung
menggunakan benda konkret, anak diminta untuk mengerjakan LKA. Berikut
merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak sama.
Tabel 7. Hasil Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama Siklus I Pertemuan 1
Hari
Indikator
Hasil
Rata-Rata
Unjuk
LKA
Kerja
Senin, 6 Februari Sama
69,2 %
63,4 %
66,3%
2017
Tidak Sama
63,4 %
65,3 %
64,35%
47
Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Pra Tindakan
dengan hasil dari Siklus I pertemuan 1 yaitu:
Tabel 8. Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I Pertemuan 1.
Materi
Pra Siklus
Siklus I Pertemuan 1
Sama
47,1%
66,3%
Tidak Sama
46,1%
64,35%
Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Pra Siklus dengan Siklus I
pertemuan 1 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak
sama telah meningkat.
2) Siklus I Pertemuan 2
Siklus I pertemuan 2 dilakukan pada hari Rabu, 8 Februari 2017 dengan
masih melakukan penelitian tindakan indikator sama dan tidak sama. Benda
konkret yang digunakan adalah miniatur bus dan setir bus. Kegiatan pertama diisi
dengan penelitian tindakan mengenal konsep sama dan tidak sama. Guru
mengenalkan pada anak media benda konkret yang akan digunakan yaitu bus dan
setir bus. Benda konkret tersebut diletakkan oleh guru di atas kertas asturo
menjadi dua kelompok benda konkret. Selajutnya anak diminta untuk menghitung
benda konkret yang sudah disediakan oleh guru. Guru menanyakan pada anak
mana kelompok benda yang memiliki jumlah sama dan tidak sama. Hal tersebut
dilakukan berkali-kali hingga anak paham. Selanjutnya guru mempersiapkan satu
baris pasangan kelompok benda konkret dan meminta satu-persatu anak untuk
mencoba menghitung. Setiap anak mendapatkan soal sama dan tidak sama.
Setelah menghitung menggunakan benda konkret, anak diminta untuk
48
mengerjakan LKA. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal
konsep sama dan tidak sama:
Tabel 9. Hasil Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama Siklus I Pertemuan 2
Hari
Indikator
Hasil
Rata-Rata
Unjuk Kerja
LKA
Rabu, 8 Februari 2017 Sama
75 %
73 %
74%
Tidak Sama
78,8 %
71,1 %
74,95%
Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus I
pertemuan 1 dengan hasil dari Siklus I pertemuan 2 yaitu:
Tabel 10. Perbandingan Siklus I Pertemuan 1 dengan Siklus I Pertemuan 2.
Materi
Siklus I Pertemuan 1
Siklus I Pertemuan 2
Konsep Sama
66,3%
74%
Konsep Tidak Sama
64,35%
74,95%
Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus I pertemuan 1
dengan Siklus I pertemuan 2 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep
sama dan tidak sama telah meningkat.
3) Siklus I Pertemuan 3
Siklus I pertemuan 3 dilakukan pada hari Kamis, 9 Februari 2017 dengan
melakukan penelitian tindakan indikator lebih banyak dan lebih sedikit. Benda
konkret yang digunakan adalah miniatur kuda. Kegiatan pertama diisi dengan
Penelitian Tindakan Kelas mengenalkan konsep lebih banyak dan lebih sedikit.
Guru mengenalkan pada anak tentang benda konkret yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Selanjutnya guru meletakkan beberapa miniatur kuda menjadi dua
kelompok dan anak bersama-sama menghitung jumlah dua kelompok miniatur
kuda tersebut. Guru menanyakan kepada anak apakah kedua kelompok tersebut
sama atau tidak.
49
Guru menjelaskan kepada anak bahwa tidak sama dapat dibagi lagi dalam
kelompok lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang.
Selanjutnya guru mempersiapkan satu baris pasangan kelompok benda konkret
dan meminta satu-persatu anak untuk mencoba menghitung. Setiap anak
mendapatkan soal lebih banyak dan lebih sedikit. Berikut merupakan hasil dari
kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit:
Tabel 11. Hasil Mengenal Konsep Lebih Banyak dan Lebih Sedikit Siklus I
Pertemuan 3
Hari
Indikator
Hasil
Rata-Rata
Unjuk Kerja
LKA
Kamis, 9 Februari 2017 Lebih Banyak
65,3 %
61,5 %
63,4%
Lebih Sedikit
69,2 %
65,3 %
67,25%
Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Pra Siklus
dengan hasil dari Siklus I pertemuan 3 yaitu:
Tabel 12. Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I Pertemuan 3.
Materi
Pra Siklus
Siklus I Pertemuan 3
Lebih Banyak
43,2%
63,4%
Lebih Sedikit
44,2%
67,25%
Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Pra Siklus dengan Siklus I
pertemuan 3 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep konsep lebih
banyak dan lebih sedikit meningkat.
4) Siklus I Pertemuan 4
Siklus I pertemuan 4 dilakukan pada hari Sabtu, 11 Februari 2017 dengan
masih melakukan penelitian tindakan indikator lebih banyak dan lebih sedikit.
Benda konkret yang digunakan adalah miniatur kuda dan pak kusir. Guru
mengenalkan pada anak media benda konkret yang akan digunakan. Benda
50
konkret tersebut diletakkan oleh guru di atas kertas asturo menjadi dua kelompok
benda konkret. Selajutnya anak diminta untuk menghitung benda konkret yang
sudah disediakan oleh guru. Guru menanyakan pada anak jumlahnya sama atau
tidak.
Guru mengingatkan kepada anak bahwa tidak sama dapat dibagi lagi
dalam kelompok lebih banyak dan lebih sedikit. Guru memberikan contoh tentang
cara menghitung konsep sama dan tidak sama. Kegiatan ini dilakukan berulangulang sehingga anak mudah memahaminya. Selanjutnya guru mempersiapkan satu
baris pasangan kelompok benda konkret dan meminta satu-persatu anak untuk
mencoba menghitung. Setiap anak mendapatkan soal lebih banyak dan lebih
sedikit. Setelah mengerjakan menghitung benda konkret, anak diminta
mengerjakan LKA mengenai konsep lebih banyak dan lebih sedikit. Berikut
merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak dan lebih
sedikit:
Tabel 13. Hasil Mengenal Konsep Lebih Banyak dan Lebih Sedikit Siklus I
Pertemuan 4
Hari
Indikator
Hasil
Rata-Rata
Unjuk
LKA
Kerja
Sabtu, 11 Februari Lebih Banyak
75 %
76,9 %
75,95%
2017
Lebih Sedikit
78,8 %
76,9 %
77,85%
Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus I
pertemuan 3 dengan hasil dari Siklus I pertemuan 4 yaitu:
Tabel 14. Perbandingan Pra Siklus dengan Siklus I Pertemuan 1.
Materi
Siklus I Pertemuan 3
Siklus I Pertemuan 4
Lebih Banyak
63,4%
75,95%
Lebih Sedikit
67,25%
77,85%
51
Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus I pertemuan 3
dengan Siklus I pertemuan 4 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal konsep
lebih banyak dan lebih sedikit meningkat.
c.
Observasi
Selama kegiatan penelitian berlangsung, peneliti melakukan pengamatan
yang bertujuan untuk mengamati kemampuan anak dalam mengenal konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Observasi dilakukan pada setiap
pertemuan pada saat pembelajaran berlangsung dan nantinya akan dilakukan
perhitungan rata-rata. Observai ini dilakukan oleh peneliti saat guru melakukan
tindakan di kelas. Berikut merupakan tabel kemampuan dalam mengenal konsep
lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus I dari pertemuan pertama,
kedua, ketiga, dan keempat.
Tabel 15. Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama,
dan Tidak Sama Siklus I.
Pertemuan
Materi
Hasil
1
Mengenal konsep sama
66,3%
Mengenal konsep tidak sama
64,35%
2
Mengenal konsep sama
74%
Mengenal konsep tidak sama
74,95%
3
Mengenal konsep lebih banyak
63,4%
Mengenal konsep lebih sedikit
67,25%
4
Mengenal konsep lebih banyak
75,95%
Mengenal konsep lebih sedikit
77,85%
Dari empat pertemuan tersebut maka dilakukan rata-rata setiap indikator
untuk mengetahui peningkatannya. Berikut merupakan tabel rata-rata kemampuan
anak kelompok A2 dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan
52
tidak sama menggunakan benda konkret pada Siklus I dari pertemuan pertama,
kedua, ketiga, dan keempat.
Tabel 16. Rata-Rata Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit,
Sama, dan Tidak Sama Siklus I.
No
Materi
Hasil 1
Hasil 2
Rata-Rata
1
Mengenal konsep sama
66,3%
74%
70,15%
2
Mengenal konsep tidak sama
64,35%
74,95%
69,65%
3
63,4%
75,95%
69,67%
Mengenal konsep lebih banyak
4
67,25%
Mengenal konsep lebih sedikit
77,85%
72,55%
Dengan menggunakan benda konkret sebagai media, maka dalam
mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak, dan tidak sama
banyak mengalami peningkatan. Dari tabel di atas maka dapat dilihat
peningkatannya melalui grafik berikut.
80.00%
60.00%
70.15%
47.10%
69.65%
46.10%
69.67%
72.55%
43.20%
44.20%
Banyak (>)
Sedikit (<)
40.00%
20.00%
0.00%
Sama (=)
Tidak Sama (≠)
Pra Siklus
Siklus I
Gambar 3. Grafik Perbandingan Hasil Pra Siklus dan Siklus I.
Berdasarkan grafik di atas bahwa kemampuan mengenal konsep sama
pada saat pra tindakan yaitu 47,1%. Setelah diberi tindakan dapat meningkat
menjadi 70,15%. Kemampuan mengenal konsep tidak sama pada saat pra
tindakan yaitu 46,1%. Setelah diberi tindakan dapat meningkat menjadi 69,65%.
Kemampuan mengenal konsep lebih banyak pada saat pra tindakan yaitu 43,2%.
53
Setelah diberi tindakan dapat meningkat menjadi 69,67%. Kemampuan mengenal
konsep lebih sedikit pada saat pra tindakan yaitu 44,2%. Setelah diberi tindakan
dapat meningkat menjadi 75,55%.
d. Reflesksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru mendiskusikan
mengenai pembelajaran yang telah dilakukan dan hambatan yang terjadi ketika
pembelajaran mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama.
Refleksi dilakukan setelah melihat pembeajaran Siklus I pada pertemuan pertama,
kedua, ketiga, dan keempat. Refleksi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pada Siklus II. Berikut merupakan hambatan pada Siklus I:
1) Media yang digunakan terlalu kecil sehingga anak suka kelompatan ketika
menghitung benda konkret.
2) Masih banyak anak yang memasuki alas yang digunakan untuk menghitung
sehingga mengganggu anak yang sedang menghitung.
Berdasarkan diskusi antara guru dengan peneliti maka dapat diberikan
beberapa solusi untuk mengatasi hambatan pada Siklus I yaitu:
1) Media yang digunakan diperbesar sehingga anak lebih mudah melihat dan
menghitung dengan teliti.
2) Ketika anak menjawab pertanyaan, guru meminta anak untuk maju ke depan
satu persatu sesuai nomor presensi dan antri sehingga anak tidak duduk di alas
yang digunakan untuk menghitung benda konkret dan guru selalu memberikan
motivasi.
3) LKA dibuat secara acak sehingga anak berpikir tidak hanya sekedar hafalan.
54
Berdasarkan hasil perbandingan rata-rata antara pra tindakan dengan
Siklus I terdapat peningkatan yang cukup baik. Dari hasil observasi pada Siklus I
belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan sehingga peneliti
bersama dengan guru merencanakan dan melakukan kembali penelitian tindakan
ke Siklus II dengan adanya perbaikan sesuai dengan refleksi pada Siklus I.
3.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
a.
Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, peneliti menyiapkan beberapa hal yaitu.
1) Merencanakan jadwal dan tema.
Penelitian tindakan kelas Silkus II ini dilakukan 4 kali pertemuan dengan.
Dalam penelitian ini, tema yang digunakan oleh sekolah tersebut yaitu pekerjaan.
2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Penyusunan RPPH dilakukan oleh guru dan peneliti. Kegiatan dilakukan
sesuai dengan tema dan sub tema yang sedang digunakan.
3) Menyiapkan media pembelajaran dan Lembar Kerja Anak (LKA)
Peneliti menyiapkan media pembelajaran konkret dengan membuat
miniatur yang disesuaikan dengan tema dan sub tema yang terdiri dari masinis,
kereta, pilot, pesawat, dan headset. LKA dibuat oleh peneliti juga sesuai dengan
tema dan sub tema.
4) Menyiapkan alat dokumentasi dan lembar check list.
Lembar check list yang digunakan digunakan untuk mengukur
kemampuan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yang sudah
divalidasi oleh ahlinya.
55
b. Tindakan
1) Siklus II Pertemuan 1
Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 20 Februari 2017
dengan indikator sama dan tidak sama. Benda konkret yang digunakan adalah
miniatur masinis dan kereta. Kegiatan yang akan dilakukan adalah mengenal
konsep sama dan tidak sama. Guru memperkenalkan media kepada anak yang
akan digunakan untukmenghitung. Selanjutnya guru menyiapkan alas yang akan
digunakan dalam pembelajaran dan meletakkan beberapa miniatur menjadi dua
kelompok. Anak menghitung bersama-sama jumlah kedua kelompok benda
tersebut. Kemudian guru menanyakan kepada anak apakah kedua kelompok
tersebut jumlahnya sama atau tidak. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang
sehingga anak cepat untuk mengingatnya. Selanjutnya guru menyiapkan dua baris
pasangan kelompok benda konkret, meminta satu-persatu anak untuk mencoba
menghitung. Guru meminta semua anak untuk mundur tidak berada pada alas
kertas pembelajaran benda konkret dan guru memanggil satu-persatu anak sesuai
dengan nomor presensi. Guru selalu memberikan motivasi setiap anak berhasil
mengerjakan. Setelah anak menghitung menggunakan benda konkret maka anak
diminta untuk mengerjakan LKA yang diberikan oleh guru. Berikut merupakan
hasil dari kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak sama:
Tabel 17. Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama Siklus II Pertemuan 1
Hari
Indikator
Hasil
Rata-Rata
Unjuk Kerja
LKA
Senin,
20 Sama
88,4 %
88,4 %
88,4%
Februari 2017
Tidak Sama
90,3 %
88,4 %
89,35%
56
Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus II
pertemuan 1 dengan hasil dari rata-rata akhir sama dan tidak sama Siklus I yaitu:
Tabel 18. Hasil Rata-Rata Akhir Sama dan Tidak Sama Siklus I dengan Siklus II
Pertemuan 1.
Materi
Rata-Rata Siklus I
Siklus II Pertemuan 1
Sama
70,15%
88,4%
Tidak Sama
69.65%
89,35%
Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus II pertemuan 1
dengan hasil dari rata-rata akhir sama dan tidak sama Siklus I terlihat bahwa
kemampuan anak mengenal konsep sama dan tidak sama meningkat.
2) Siklus II Pertemuan 2
Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Februari 2017
dengan indikator lebih banyak dan lebih sedikit. Benda konkret yang digunakan
adalah miniatur pilot dan pesawat. Kegiatan yang akan dilakukan adalah
mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit. Guru memperkenalkan media
kepada anak. Selanjutnya guru menyiapkan alas yang akan digunakan dalam
pembelajaran dan meletakkan beberapa miniatur menjadi dua kelompok. Anak
menghitung bersama-sama jumlah kedua kelompok benda tersebut. Kemudian
guru menanyakan kepada anak apakah kedua kelompok tersebut jumlahnya sama
atau tidak.
Guru menjelaskan kepada anak bahwa tidak sama dapat dibagi lagi dalam
kelompok lebih banyak dan lebih sedikit. Selanjutnya guru menanyakan kepada
anak mana kelompom benda yang memiliki jumlah lebih banyak dan lebih sedikit.
Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang dan guru bersikap sabar sehingga anak
cepat untuk mengingatnya. Selanjutnya guru menyiapkan dua baris pasangan
57
kelompok benda konkret, meminta satu-persatu anak untuk mencoba menghitung
menggunakan benda konkret. Guru meminta semua anak untuk mundur tidak
berada pada alas kertas pembelajaran benda konkret dan guru memanggil satupersatu anak sesuai dengan nomor presensi sedangkan anak lain duduk di kursi.
Guru memberikan motivasi pada anak yang berhasil. Setelah menghitung
menggunakan benda konkret, anak diminta untuk mengerjakan LKA. Berikut
merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak dan lebih
sedikit:
Tabel 19. Mengenal Konsep Lebih Banyak dan Lebih Sedikit Siklus II Pertemuan
2
Hari
Indikator
Hasil
Rata-Rata
Unjuk
LKA
Kerja
Sabtu, 25 Februari Lebih Banyak
88,4 %
84,6 %
86,5%
2017
Lebih Sedikit
86,5 %
84,6 %
85,55%
Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus II
pertemua 2 dengan hasil dari rata-rata akhir lebih banyak dan lebih sedikit Siklus I
yaitu:
Tabel 20. Hasil Rata-Rata Akhir Lebih Banyak dan Lebih Sedikit Siklus I dengan
Siklus II Pertemuan 2.
Materi
Rata-Rata Siklus I
Siklus II Pertemuan 2
Lebih Banyak
69,67%
86,5%
Lebih Sedikit
72,55%
85,55%
Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus II pertemuan 2
dengan hasil dari rata-rata akhir lebih banyak dan lebih sedikit Siklus I terlihat
bahwa kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit
meningkat.
58
3) Siklus II Pertemuan 3
Siklus II pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Senin, 1 Maret 2017 dengan
indikator lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Benda konkret yang
digunakan adalah miniatur pilot, pesawat, dan headset. Kegiatan yang akan
dilakukan adalah mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak
sama. Guru memperkenalkan media kepada anak. Selanjutnya guru menyiapkan
alas yang akan digunakan dalam pembelajaran dan meletakkan beberapa miniatur
menjadi dua kelompok. Anak menghitung bersama-sama jumlah kedua kelompok
benda tersebut. Kemudian guru menanyakan kepada anak apakah kedua kelompok
tersebut jumlahnya sama atau tidak. Guru mengingatkan kepada anak bahwa tidak
sama dapat dibagi lagi dalam kelompok lebih banyak dan lebih sedikit.
Guru menanyakan kepada anak mana kelompok benda yang memiliki
jumlah lebih banyak dan jumlah lebih sedikit. Kegiatan ini dilakukan berulangulang dan guru bersikap sabar pada anak yang belum mampu mengerjakan
sehingga anak cepat untuk mengingatnya. Selanjutnya guru menyiapkan dua baris
pasangan kelompok benda konkret, meminta satu-persatu anak untuk mencoba
menghitung. Guru meminta semua anak untuk mundur tidak berada pada alas
kertas pembelajaran menghitung benda konkret dan guru memanggil satu-persatu
anak sesuai dengan nomor presensi. Setiap anak mendapatkan kesempatan untuk
menghitung benda lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Guru
memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil menjawab. Setelah
menghitung menggunakan benda konkret, anak diminta untuk mengerjakan LKA
yang diberikan oleh guru dan. Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak
59
mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II
pertemuan 3:
Tabel 21. Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama
Siklus II Pertemuan 3
Hari
Indikator
Hasil
Rata-Rata
Observasi Portofolio
Rabu, 1 Maret 2017 Sama
94,2 %
94,2 %
94,2%
Tidak Sama
96,1 %
94,2 %
95,15%
Lebih Banyak
94,2 %
90,3 %
90,75%
Lebih Sedikit
92,3 %
92,3 %
92,3%
Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus II
pertemua 3 dengan hasil dari Siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2
yaitu:
Tabel 22. Hasil Siklus II Pertemuan 1 dan Siklus II Pertemuan 2 dengan Siklus II
Pertemuan 3.
Materi
Siklus II Pertemuan 1 dan
Siklus II Pertemuan 3
Siklus II Pertemuan 2
Sama
88,4%
94,2%
Tidak Sama
89,35%
95,15%
Lebih Banyak
86,5%
92,25%
Lebih Sedikit
85,55%
92,3%
Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus II pertemuan 3
dengan hasil dari Siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2 terlihat bahwa
kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak
sama telah meningkat.
4) Siklus II Pertemuan 4
Siklus II pertemuan 4 dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Maret 2017 dengan
indikator lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Benda konkret yang
digunakan adalah miniatur pilot, pesawat, dan headset. Kegiatan yang akan
dilakukan adalah mengenal kembali konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan
60
tidak sama. Guru memperkenalkan media kepada anak. Selanjutnya guru
menyiapkan alas yang akan digunakan dalam pembelajaran dan meletakkan
beberapa miniatur menjadi dua kelompok. Anak menghitung bersama-sama
jumlah kedua kelompok benda tersebut. Kemudian guru menanyakan kepada anak
apakah kedua kelompok tersebut jumlahnya sama atau tidak. Guru mengingatkan
kepada anak bahwa tidak sama dapat dibagi lagi dalam kelompok lebih banyak
dan lebih sedikit.
Guru menanyakan kepada anak mana kelompok yang memiliki jumlah
lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang dan guru
bersikap sabar sehingga anak cepat untuk mengingatnya. Selanjutnya guru
menyiapkan dua baris pasangan kelompok benda konkret, guru meminta satupersatu anak untuk mencoba menghitung. Guru meminta semua anak untuk
mundur tidak berada pada alas kertas pembelajaran benda konkret sehingga tidak
mengganggu teman yang sedang menghitung dan guru memanggil satu-persatu
anak sesuai dengan nomor presensi. Guru memberikan motivasi. Setelah
menghitung menggunakan benda konkret, anak diminta untuk mengerjakan LKA
yang berhubungan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama.
Berikut merupakan hasil dari kemampuan anak mengenal konsep lebih banyak,
lebih sedikit, sama, dan tidak sama pada Siklus II pertemuan 4:
Tabel 23. Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, dan Tidak Sama
Siklus II Pertemuan 4
Hari
Indikator
Hasil
Rata-Rata
Unjuk Kerja
LKA
Kamis, 2 Maret 2017 Sama
96,1 %
94,2 %
95,15%
Tidak Sama
96,1 %
96,1 %
96,1%
Lebih Banyak 96,1 %
94,2 %
95,15%
Lebih Sedikit
94,2 %
92,3 %
93,25%
61
Dari tebel di atas maka dapat dilihat perbandingan antara Siklus II
pertemuan 4 dengan hasil dari Siklus II pertemuan 3 yaitu:
Tabel 24. Hasil Siklus II Pertemuan 3 dan Siklus II Pertemuan 4
Materi
Siklus II Pertemuan 3
Siklus II Pertemuan 4
Sama
94,2%
95,15%
Tidak Sama
95,15%
96,1%
Lebih Banyak
92,25%
95,15%
Lebih Sedikit
92,3%
93,25%
Dengan melihat tabel perbandingan hasil antara Siklus II pertemua 3
dengan hasil dari Siklus II pertemuan 4 terlihat bahwa kemampuan anak mengenal
konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama telah meningkat.
c.
Observasi
Selama kegiatan penelitian berlangsung, peneliti melakukan pengamatan
yang bertujuan untuk mengamati kemampuan anak dalam mengenal konsep
banyak, sedikit, sama, dan tidak sama. Berikut merupakan kemampuan dalam
mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II.
Tabel 25. Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama,
dan Tidak Sama Siklus II.
Pertemuan
Materi
Hasil
1
Mengenal konsep sama
88,4%
Mengenal konsep tidak sama
89,35%
2
Mengenal konsep lebih banyak
86,5%
Mengenal konsep lebih sedikit
85,55%
3
Mengenal konsep sama
94,2%
Mengenal konsep tidak sama
95,15%
Mengenal konsep lebih banyak
92,25%
Mengenal konsep lebih sedikit
92,3%
4
Mengenal konsep sama
95,15%
Mengenal konsep tidak sama
96,1%
Mengenal konsep lebih banyak
95,15%
Mengenal konsep lebih sedikit
93,25%
62
Berikut merupakan tabel rata-rata kemampuan anak kelompok A2 dalam
mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama Siklus II dari
pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat.
Tabel 26. Rata-Rata Kemampuan Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit,
Sama, dan Tidak Sama Siklus II.
No
Materi
Hasil 1
Hasil 2 Hasil 3 Rata-Rata
1
Mengenal konsep sama
88,4%
94,2% 95,15%
92,58%
2
Mengenal konsep tidak sama
89,35% 95,15% 96,1%
93,53%
3
Mengenal
konsep
lebih 86,5%
92,25% 95,15%
91,3%
banyak
4
Mengenal konsep lebih sedikit
85,55%
92,3%
93,25%
90,36%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mengenalkan konsep sama
sebanyak tiga kali, konsep tidak sama sebanyak tiga kali, konsep lebih banyak
sebanyak tiga kali, dan konseplebih sedikit yaitu tiga kali. Berikut merupakan
hasil perbandingan antara Siklus I dengan Siklus II:
Tabel 27. Hasil Perbandingan Siklus I dan II
No
Materi
1
Mengenal konsep sama
2
Mengenal konsep tidak sama
3
Mengenal konsep lebih banyak
4
Mengenal konsep lebih sedikit
Siklus I
70,15%
69,65%
69,67%
Siklus II
92,58%
93,53%
91,3%
72,55%
90,36%
Hasil dari tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan dalam mengenal
konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama dari Siklus I ke Siklus II.
Berdasarkan perbaikan hasil refleksi pada Siklus I dapat meningkatkan
kemampuan mengenal konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama pada Siklus
ke II. Dalam hal ini dapat juga disajikan dalam sebuah grafik untuk mengetahui
63
peningkatan kemampuan dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit,
sama, dan tidak sama dari Siklus I ke Siklus II:
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
92.58%
70.15%
Sama (=)
93.53%
69.65%
Tidak Sama
(≠)
Siklus I
91.30%
90.36%
69.67%
72.55%
Banyak (>)
Sedikit (<)
Siklus II
Gambar 4. Perbandingan Siklus I dan Siklus II
d. Refleksi
Pembelajaran dalam Siklus II telah dilaksanakan sesuai dengan perbaikanperbaikan hasil refleksi pada Siklus I. Setelah dilakukannya Siklus II maka hasil
penelitian ini telah mencapai lebih dari indikator keberhasilan yaitu 80%. Berikut
merupakan hasil dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II:
Tabel 28. Hasil Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No
Materi
Pra Siklus
Siklus I
1
Mengenal konsep sama
47,1%
70,15%
2
Mengenal konsep tidak sama
46,1%
69,65%
3
43,2%
69,67%
Mengenal konsep lebih banyak
4
44,2%
Mengenal konsep lebih sedikit
72,55%
Siklus II
92,58%
93,53%
91,3%
90,36%
Hasil dari tabel di atas dapat dilihat adanya peningkatan dalam mengenal
konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Untuk dapat melihat
64
dengan jelas peningkatan kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih
sedikit, sama, dan tidak sama dapat disajikan dalam sebuah grafik yaitu:
80.00%
60.00%
93.53%
92.58%
100.00%
70.15%
47.10%
91.30%
69.65%
69.67%
46.10%
43.20%
90.36%
72.55%
44.20%
40.00%
20.00%
0.00%
Sam a (=)
Tidak Sama (≠)
Pra Siklus
Banyak (>)
Siklus I
Sedikit (<)
Siklus II
Gambar 5. Grafik Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat kenaikan pada indikator sama,
tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit dari Pra Siklus hingga Siklus II. Pada
indikator sama mengalami peningkatan dari Pra Siklus 47,1%. Setelah diberi
tindakan pada Siklus I meningkat menjadi 70,15% dan dilakukan beberapa
perbaikan sehingga meningkat lagi pada Siklus II menjadi 92,58%. Indikator tidak
sama mengalami peningkatan dari Pra Siklus 46,1%. Setelah diberi tindakan pada
Siklus I meningkat menjadi 69,65% dan dilakukan beberapa perbaikan sehingga
meningkat lagi pada Siklus II menjadi 93,53%. Indikator lebih banyak mengalami
peningkatan dari Pra Siklus 43,2%. Setelah diberi tindakan pada Siklus I
meningkat menjadi 69,67% dan dilakukan beberapa perbaikan sehingga
meningkat lagi pada Siklus II menjadi 91,3%. Indikator lebih sedikit mengalami
peningkatan dari Pra Siklus 44,2%. Setelah diberi tindakan pada Siklus I
meningkat menjadi 72,55% dan dilakukan beberapa perbaikan sehingga
meningkat lagi pada Siklus II menjadi 90,36%.
65
B. Pembahasan
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan 2 Siklus yang setiap
Siklusnya terdapat empat kali pertemuan. Untuk dapat mengetahui hasil dari
kemampuan anak dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan
tidak sama menggunakan beberapa teknik penilaian unjuk kerja dan LKA. Teknik
penilaian tersebut digabung menjadi satu sehingga dapat mengetahui hasil
penelitian ini. Bahan ajar yang akan dilakukan di dalam penelitian ini adalah
mengenalkan pada anak mengenai konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan
tidak sama. Sebelum menentukan kelompok yang memiliki jumlah lebih banyak,
lebih sedikit, sama, dan tidak sama maka anak harus menghitung terlebih dahulu
jumlah kedua kelompok benda dan menentukan kelompok yang memiliki jumlah
sama, tidak sama, lebih banyak, lebih sedikit. Hal ini senada dengan pendapat
Carol Seefeldt dan Baraba A. Wasik (2008: 393) bahwa ketika anak sedang
berhitung maka anak sedang mengembangkan kesadaran tentang “lebih banyak”,
“kurang banyak”.
Hasil dari pra siklus kemampuan dalam mengenal konsep banyak yaitu
44,2%, konsep sedikit yaitu 43,2%, konsep sama yaitu 46,1%, dan konsep tidak
sama yaitu 47,1%. Menurut Acep Yoni (2010: 176) hasil tersebut masih dalam
kriteria sedang. Kurang optimalnya kemampuan anak mengenal konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama karena pendidik langsung
menggunakan LKA tanpa penjelasan menggunakan benda konkret dan tidak
menggunakan alat peraga ketika sedang mengenalkan pada anak. Saat
mengenalkan konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama pada anak pendidik
66
menuliskan sesuatu di papan tulis sehingga banyak anak yang tidak fokus dan
ramai ketika guru sedang menjelaskan. Sebagian besar anak kurang paham dalam
mencari kelompok yang memiliki jumlah sama, tidak sama, lebih banyak, dan
lebih sedikit. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk menanggulangi
permasalahan tersebut.
Dalam penelitian ini pembelajaran yang akan dilakukan adalah
mengenalkan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yang
sifatnya abstrak untuk anak usia 4-5 tahun. Oleh karena itu perlu adanya media
untuk membuat anak dapat dengan mudah mempelajarinya. Tindakan yang akan
diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan
benda konkret. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet Suyanto (2005: 136) bahwa
pada masa pra-operasional, anak akan dapat belajar dengan baik apabila
menggunakan benda konkret.
Dengan menggunakan benda konkret sebagai
media pembelajaran, maka anak akan dengan mudah memahami pembelajaran
yang diberikan oleh guru. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993: 55)
bahwa memanfaatkan benda konkret sebagai media pembelajaran siswa akan
lebih aktif dan dapat mengamati, menangani, memanipulasi, dan mendiskusikan.
Dalam pembelajaran ini anak menghitung benda konkret dengan memegang
langsung benda konkret sehingga anak lebih tertarik untuk menghitung.
Penelitian pada Siklus I yang bertema alat transportasi/Trans Jogja dan
delman terjadi peningkatan dari Pra Siklus ketika menggunakan benda konkret.
Kemampuan mengenal konsep sama menjadi 70,15%, konsep tidak sama menjadi
69,65%, konsep lebih banyak menjadi 69,67%, dan konsep lebih sedikit menjadi
67
72,55%. Pada Siklus ini telah terjadi peningkatan dengan kriteria tinggi (Acep
Yoni, 2010: 176). Anak lebih terlihat aktif dan berminat untuk bermain dengan
menggunakan benda konkret. Hal ini senada dengan pendapat Sungkono (2007:
35) bahwa kehadiran benda konkret akan mampu menjaga perhatian dan
menumbuhkan kegiatan yang aktif. Dengan menambahkan media dan penggantian
media di setiap pertemuan maka anak tidak mudah bosan. Dari penelitian Siklus I
terdapat permasalahan yang perlu diatasi untuk meningkatkan kembali
kemampuan anak dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan
tidak sama. Permasalahan tersebut yaitu beberapa anak yang memasuki alas
pembelajaran sehingga mengganggu temannya dan media yang digunakan terlalu
kecil sehingga ketika anak sedang menghitung ada benda konkret yang
kelompatan tidak terhitung.
Untuk mengatasi permasalahan tesebut maka pada Siklus II dilakukan
beberapa perubahan yaitu media pembelajaran diperbesar sehingga lebih menarik
perhatian anak. Hal ini senada dengan pendapat Azhar Arsyad (2014: 67) bahwa
media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik minat dan perhatian
anak. Pemberian motivasi kepada anak juga diberikan oleh guru sehingga anak
lebih termotivasi untuk mau belajar lebih baik lagi. Hal ini senada dengan
pendapat Sugihartono, dkk (2013: 78) bahwa motivasi memegang peran penting
dalam meningkatkan prestasi belajar seseorang. Dengan begitu guru terus
memberikan motivasi kepada anak setiap anak mengerjakan sesuatu.
Pembelajaran dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama,
dan tidak sama merupakan materi yang sulit untuk dipelajari pada anak apabila
68
tidak menggunakan benda konkret dan anak juga harus turut serta dalam
pembelajaran. Dalam hal ini guru selalu memberikan pengulangan ketika sedang
menjelaskan materi. Dengan adanya pengulangan maka anak akan lebih
memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini senada dengan
pendapat Azhar Arsyad (2014: 73) bahwa agar suatu pengetahuan dapat menjadi
bagian intelektual seseorang haruslah pengetahuan itu diulang dan dilatih terus.
Guru memberikan pengulangan kepada anak dengan sabar hingga anak mulai
memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Setelah dilakukannya perbaikan pada Siklus II hasil yang didapat dalam
mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yaitu 92,58%
untuk konsep sama, 93,53% untuk konsep tidak sama, 90,48% untuk konsep lebih
banyak, dan 91,3% untuk konsep lebih sedikit. Pada Siklus ini telah terjadi
peningkatan kembali dengan kriteria sangat tinggi (Acep Yoni, 2010: 176)
sehingga penelitian dihentikan pada Siklus II. Dari hasil Siklus II maka anak
telah memiliki kemampuan dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit,
sama, dan tidak sama dengan kriteria sangat tinggi. Kemampuan tersebut juga
berguna untuk mengahadapi permasalahan matematika di jenjang berikutnya. Hal
ini senada dengan pendapat Ahmad Susanto (2001: 98) bahwa seseorang yang
memiliki kemampuan matematika akan dapat mengatur jalan pikir dan
memecahkan persoalan yang dihadapinya. Oleh karena itu mengenalkan konsep
banyak, sedikit, sama, dan tidak sama dapat membuat anak berpikir dan
memecahkan masalah secara sistematis.
69
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:
1.
Jenis media konkret yang digunakan kurang bervariasi sehingga anak mudah
bosan.
2.
Kurangnya kesempatan anak untuk latihan mencoba menghitung benda yang
jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama, sehingga
penguasaaan konsep “lebih banyak” dan “lebih sedikit” yang relatif sulit
hasilnya lebih rendah dari penguasaan konsep “sama” dan “tidak sama”.
3.
Media yang digunakan lebih mudah rusak karena hanya terbuat dari kertas
karton yang ditempel dengan gambar.
4.
Rubrik penilaian dengan skor 3 seharusnya sudah menyesuaikan indikator
(tanpa bantuan guru).
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam kemampuan mengenal konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama di kelompok A2 TK ABA Gendingan
dapat ditingkatkan melalui benda konkret. Langkah-langkah pembelajaran untuk
mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yaitu
menghitung kedua kelompok benda konkret dan menentukan kelompok benda
yang memiliki jumlah lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Dapat
dilihat hasil dari penelitian ini yaitu:
1. Hasil dari Pra Siklus untuk konsep “sama” sebesar 47,1%, konsep “tidak sama”
sebesar 46,1%, konsep “lebih banyak” yaitu 43,2%, dan konsep “lebih sedikit”
yaitu 44,2%. Hasil tersebut menunjukkan kriteria sedang.
2. Hasil dari Siklus I untuk konsep “sama” sebesar 70,15%, konsep “tidak sama”
sebesar 69,65%, konsep “lebih banyak” yaitu 69,67%, dan konsep “lebih
sedikit” yaitu 72,55%. Hasil tersebut menunjukkan kriteria tinggi
3. Hasil dari Siklus II untuk konsep “sama” sebesar 92,58%, konsep “tidak sama”
sebesar 93,53, konsep “lebih banyak” yaitu 91,3%, dan konsep “lebih sedikit”
yaitu 90,36%. Hasil tersebut menunjukkan kriteria sangat tinggi.
Dengan adanya inovasi baru dalam memperbesar benda konkret dan
pemberian kesempatan lebih pada anak untuk menghitung langsung benda
konkret, maka kemampuan mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama,
dan tidak sama telah mencapai lebih dari indikator keberhasilan.
71
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka dapat diajukan saran
sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Sekolah hendaknya menyediakan lebih banyak benda konkret yang dapat
digunakan untuk setiap pembelajaran.
2. Bagi guru
Guru dapat menggunakan benda konkret sebagai media pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak
sama di kelompok A dengan benda konkret yang lebih bervariasi serta
memberikan kesempatan kepada anak sebanyak-banyaknya untuk terus berlatih
dan terus memotivasi anak.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Menyediakan benda konkret yang lebih bervariasi dan lebih menarik minat
anak, waktu yang dilakukan saat penelitian lebih lama, menggunakan miniatur
benda konkret yang kuat terbuat dari triplek, dan rubrik penilaian dengan skor 3
disesuaikan dengan indikator.
72
DAFTAR PUSTAKA
Acep Yoni, dkk. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Familia.
Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam
Berbagai Aspeknya. Jakarta: Prenada Media Group.
Azhar Arsyad. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Basuki Wibawa & Farida Mukti. (1993). Media Pengajaran. Yogyakarta:
Depdikbud.
Fakhrizal. (2017). Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan. Diakses dari
http://www.jejakpendidikan.com/2017/04/faktor-yang-mempengaruhiperkembangan.html pada tanggal 5 Mei 2017, pukul 21.15 WIB
Harun Rasyid., Mansyur., & Suratno. (2012). Asesmen Perkembangan Anak Usia
Dini. Yogyakarta: Gama Media
Helmawati. (2015). Mengenal dan Memahami PAUD. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Himapaudi. (2015). Kurikulum PAUD. Yogyakarta: UMY.
Ibrahim R & Syaodih Nana. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Janice J. Beaty. (2013). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group
Maimunah Hasan. (2012). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press.
Mansyur., Harun Rasyid., & Suratno. (2015). Asesmen Perkembangan di Sekolah
Panduan Bagi Guru dan Calon Guru. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Masitoh., Ocih Setiasih., & Heny Djoehaeni. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Moeslichatoen. (2004). Metode Pegajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Rineka Cipta.
Paul Suparno. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
73
Rita Eka Izzaty. et. al. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press.
Rochiati Wiriaatmadja. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sa’dun Akbar. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Filosofi, Metodologi,
Implementasi. Yogyakarta: Cipta Media.
Saibatin.
(2015).
Pengertian
Bilangan
Bulat.
Diakses
dari
http://www.saibatin.com/2015/02/bilangan-bulat.html. pada tanggal 9
November 2016, pukul 21.37 WIB.
Seefeldt, Carol & Barbara A. Wasik. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini
Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah.
Penerjemah: Pius Nasar. Jakarta: Indeks.
Siti Partini Suardiman. (2003). Metode Pengembangan Daya Pikir dan Daya
Cipta untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
Slamet Suyanto. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Hikayat
Slamet Suyanto. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sudaryanti. (2006). Pengenalan Matematika Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Sugihartono. et al. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi VI. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto., Suhardjono., & Supardi. (2015). Penelitian Tindakan Kelas
Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunarto & Agung hartono. (2008). Perkembangan peserta didik. Rineka Cipta:
Jakarta
Sungkono. (2007). Majalah Ilmiah Pembelajaran. Yogyakarta: Jurusan KTP FIP
Universitas Negeri Yogyakarta.
Suroso. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Kemampuan Menulis
Melalui Classroom Action Reserch. Yogyakarta: Pararaton.
74
Suwarsih Madya. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung:
Alfabeta.
Syaiful Sagala. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Tita Krisindar. (2013). Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep BanyakSedikit Melalui Media Papan Flanel pada Anak Kelompok A di TK ABA
Pampang II Gunungkidul. Laporan Penelitian. UNY.
Tombokan Runtukahu & Selpius Kandou. (2014). Pembelajaran Matematika
Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas Edisi Kedua. Jakarta: Indeks.
Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
Zaroh Nurlaily. (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka
Melalui Penggunaan Benda Konkret pada Anak Kelompok A di TK ABA
Pampang II Paliyan Gunungkidul. Laporan Penelitian. UNY
75
LAMPIRAN 1. Surat Ijin
76
77
78
79
80
81
LAMPIRAN 2. Jadwal penelitian
82
JADWAL PENELITIAN
Siklus I
No
Siklus
Hari dan Tanggal
1
Siklus I Pertemuan 1
Senin, 6 Februari
2017
2
Siklus I Pertemuan 2
Rabu, 8 Februari
2017
3
Siklus I Pertemuan 3
Kamis, 9 Februari
2017
4
Siklus I Pertemuan 4
Sabtu, 11 Februari
2017
Tema dan Sub
Tema
Alat
Transportasi/Trans
Jogja
Alat
Transportasi/Trans
Jogja
Alat
Transportasi/Trans
Jogja
Alat
Transportasi/Trans
Jogja
Materi
Sama dan
Tidak
Sama
Sama dan
Tidak
Sama
Banyak
dan
Sedikit
Banyak
dan
Sedikit
Siklus II
No
1
Siklus
Siklus
Pertemuan 1
Hari dan Tanggal
Tema dan Sub Tema
II Senin, 20 Februari Pekerjaan/Masinis
2017
2
Siklus
Pertemuan 2
II Sabtu, 25 Februari Pekerjaan/Pilot
2017
3
Siklus
Pertemuan 3
II Rabu,
2017
1
Maret Pekerjaan/Pilot
4
Siklus
Pertemuan 4
II Kamis,
2017
2
Maret Pekerjaan/Pilot
83
Materi
Sama dan
Tidak
Sama
Banyak
dan
Sedikit
Sama,
Tidak
Sama,
Banyak,
dan
Sedikit
Sama,
Tidak
Sama,
Banyak,
dan
Sedikit
LAMPIRAN 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
84
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017
Sem/Bln/Mgu ke
Tema/sub tema
Konpetensi Dasar
Materi Kegiatan
SOP Jurnal Pagi
: II/Februari/5
Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2
: Transportasi/Trans Jogja
Hari/Tgl
: Senin, 6 Februari 2017
1.2, 2.7, 2.9, 2.12, 2.1, 3.4, 4.4, 3.11, 4.11, 3.15, 4.15, pai 3, pai 4
 Berdoa sebelum naik kendaraan (NAM)
 Perilaku sabar, sikap peduli, sikap tanggung jawab (SOSEM)
 Sikap hidup sehat, cara hidup sehat (FM)
 Sikap kreatif memecahkan masalah sehari-hari (KOG)
 Bahasa ekspresif (BHS)
 Berkarya melalui aktifiktas seni (SENI)
 Mengenal huruf hijaiyah, mengenal surat pendek (PAI)
 Rambu-rambu lalu lintas (ELL)
Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke
dalam kelas.
 Pembukaan (30 Menit)
Pengalaman MOTORIK KASAR
Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar
dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI).
 Keg. Inti (60 Menit)
Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen,
elaborasi dan konfirmasi.
Mengamati
: Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media
pembelajaran yang dipakai guru.
Menanya
: Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati.
Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
85
No
Kegiatan Main
Alat/Bahan
1
Menghitung benda dengan jumlah sama dan tidak sama
Miniatur trans jogja dan setir
2
Mengerjakan LKA sama dan tidak sama
LKA dengan soal sama dan tidak sama
3
Menulis nama penumpang
Kartu kata
4
Bermain peran dengan bus mainan
Bus mainan, lego
Recalling:
Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang
didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini.
 Istirahat (30 Menit)
Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan.
 Kegiatan Akhir (30 Menit)
Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang.
 Rencana Penilaian
No
Program Pengembangan
KD
Indikator
1
NAM
1.2
Anak terbiasa berdoa sebelum naik kendaraan.
2
SOSEM
2.7
Anak terbiasa berperilaku sabar
2.9
Anak terbiasa bersikap peduli
3
FM
2.1
Anak terbiasa hidup sehat
3.5, 4.5
Anak dapat memecahkan masalah sehari-hari
2.3
Anak dapat kreatif
4
KOG
3.5, 4.5
Anak dapat mengenal konsep sama dan tidak sama
5
BHS
3.11, 4.11
Anak dapat menunjukkan bahasa ekspresif
6
SENI
2.4
Anak menunjukkan perilaku estetis
7
PAI
3
Anak dapat mengenal huruf hijaiyah
4
Anak dapat mengenal surat pendek
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017
Sem/Bln/Mgu ke
Tema/sub tema
Konpetensi Dasar
Materi Kegiatan
SOP Jurnal Pagi
: II/Februari/5
Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2
: Transportasi/Trans Jogja
Hari/Tgl
: Rabu, 8 Februari 2017
1.2, 2.7, 2.9, 2.12, 2.1, 3.4, 4.4, 3.11, 4.11, 3.15, 4.15, pai 3, pai 4
 Berdoa sebelum naik kendaraan (NAM)
 Perilaku sabar, sikap peduli, sikap tanggung jawab (SOSEM)
 Sikap hidup sehat, cara hidup sehat (FM)
 Sikap kreatif memecahkan masalah sehari-hari (KOG)
 Bahasa ekspresif (BHS)
 Berkarya melalui aktifiktas seni (SENI)
 Mengenal huruf hijaiyah, mengenal surat pendek (PAI)
Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke
dalam kelas.
 Pembukaan (30 Menit)
Pengalaman MOTORIK KASAR
Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar
dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI).
 Keg. Inti (60 Menit)
Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen,
elaborasi dan konfirmasi.
Mengamati
: Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media
pembelajaran yang dipakai guru.
Menanya
: Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati.
Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
87
No
Kegiatan Main
Alat/Bahan
1
Menghitung benda dengan jumlah sama dan tidak sama
Miniatur trans jogja dan setir
2
Mengerjakan LKA sama dan tidak sama
LKA dengan soal sama dan tidak sama
3
Menyusun puzzle
Puzzle
4
Mengecap dengan jari gambar bus
Alat cap
Recalling:
Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang
didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini.
 Istirahat (30 Menit)
Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan.
 Kegiatan Akhir (30 Menit)
Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang.
 Rencana Penilaian
No
Program Pengembangan
KD
Indikator
1
NAM
1.2
Anak terbiasa berdoa sebelum naik kendaraan.
2
SOSEM
2.7
Anak terbiasa berperilaku sabar
2.9
Anak terbiasa bersikap peduli
3
FM
2.1
Anak terbiasa hidup sehat
3.5, 4.5
Anak dapat memecahkan masalah sehari-hari
2.3
Anak dapat kreatif
4
KOG
3.5, 4.5
Anak dapat mengenal konsep sama dan tidak sama
5
BHS
3.11, 4.11
Anak dapat menunjukkan bahasa ekspresif
6
SENI
2.4
Anak menunjukkan perilaku estetis
7
PAI
3
Anak dapat mengenal huruf hijaiyah
4
Anak dapat mengenal surat pendek
88
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017
Sem/Bln/Mgu ke
Tema/sub tema
Konpetensi Dasar
Materi Kegiatan
SOP Jurnal Pagi
: II/Februari/6
Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2
: Transportasi/Andong
Hari/Tgl
: Kamis, 9 Februari 2017
1.2, 2.7, 2.9, 2.12, 2.1, 3.4, 4.4, 3.11, 4.11, 3.15, 4.15, pai 3, pai 4
 Berdoa sebelum naik kendaraan (NAM)
 Perilaku sabar, sikap peduli, sikap tanggung jawab (SOSEM)
 Sikap hidup sehat, cara hidup sehat (FM)
 Sikap kreatif memecahkan masalah sehari-hari (KOG)
 Bahasa ekspresif (BHS)
 Berkarya melalui aktifiktas seni (SENI)
 Mengenal huruf hijaiyah, mengenal surat pendek (PAI)
Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke
dalam kelas.
 Pembukaan (30 Menit)
Pengalaman MOTORIK KASAR
Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar
dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI).
 Keg. Inti (60 Menit)
Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen,
elaborasi dan konfirmasi.
Mengamati
: Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media
pembelajaran yang dipakai guru.
Menanya
: Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati.
Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
89
No
Kegiatan Main
Alat/Bahan
1
Menghitung benda lebih banyak dan lebih sedikit
Miniatur kusir dan kuda
2
Mengerjakan LKA lebih banyak dan lebih sedikit
LKA dengan soal lebih banyak dan lebih sedikit
3
Menggunting bentuk roda andong
Pola gambar roda andong dan gunting
4
Meniru kata andong
Kartu kata
Recalling:
Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang
didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini.
 Istirahat (30 Menit)
Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan.
 Kegiatan Akhir (30 Menit)
Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang.
 Rencana Penilaian
No
Program Pengembangan
KD
Indikator
1
NAM
1.2
Anak terbiasa berdoa sebelum naik kendaraan.
2
SOSEM
2.7
Anak terbiasa berperilaku sabar
2.9
Anak terbiasa bersikap peduli
3
FM
2.1
Anak terbiasa hidup sehat
3.5, 4.5
Anak dapat memecahkan masalah sehari-hari
2.3
Anak dapat kreatif
4
KOG
3.5, 4.5
Anak dapat mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit
5
BHS
3.11, 4.11
Anak dapat menunjukkan bahasa ekspresif
6
SENI
2.4
Anak menunjukkan perilaku estetis
7
PAI
3
Anak dapat mengenal huruf hijaiyah
4
Anak dapat mengenal surat pendek
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017
Sem/Bln/Mgu ke
Tema/sub tema
Konpetensi Dasar
Materi Kegiatan
SOP Jurnal Pagi
: II/Februari/6
Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2
: Transportasi/Andong
Hari/Tgl
: Sabtu, 11 Februari 2017
1.2, 2.7, 2.9, 2.12, 2.1, 3.4, 4.4, 3.11, 4.11, 3.15, 4.15, pai 3, pai 4
 Berdoa sebelum naik kendaraan (NAM)
 Perilaku sabar, sikap peduli, sikap tanggung jawab (SOSEM)
 Sikap hidup sehat, cara hidup sehat (FM)
 Sikap kreatif memecahkan masalah sehari-hari (KOG)
 Bahasa ekspresif (BHS)
 Berkarya melalui aktifiktas seni (SENI)
 Mengenal huruf hijaiyah, mengenal surat pendek (PAI)
Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke
dalam kelas.
 Pembukaan (30 Menit)
Pengalaman MOTORIK KASAR
Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar
dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI).
 Keg. Inti (60 Menit)
Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi,
eksperimen, elaborasi dan konfirmasi.
Mengamati
: Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media
pembelajaran yang dipakai guru.
Menanya
: Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati.
Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
91
No
Kegiatan Main
Alat/Bahan
1
Menghitung benda lebih banyak dan lebih sedikit
Miniatur kusir dan kuda
2
Mengerjakan LKA lebih banyak dan lebih sedikit
LKA dengan soal banyak dan sedikit
3
Meniru kata kusir
Kartu kata
4
Bermain peran andong
Anak
Recalling:
Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang
didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini.
 Istirahat (30 Menit)
Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan.
 Kegiatan Akhir (30 Menit)
Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang.
 Rencana Penilaian
No
Program Pengembangan
KD
Indikator
1
NAM
1.2
Anak terbiasa berdoa sebelum naik kendaraan.
2
SOSEM
2.7
Anak terbiasa berperilaku sabar
2.9
Anak terbiasa bersikap peduli
3
FM
2.1
Anak terbiasa hidup sehat
3.5, 4.5
Anak dapat memecahkan masalah sehari-hari
2.3
Anak dapat kreatif
4
KOG
3.5, 4.5
Anak dapat mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit
5
BHS
3.11, 4.11
Anak dapat menunjukkan bahasa ekspresif
6
SENI
2.4
Anak menunjukkan perilaku estetis
7
PAI
3
Anak dapat mengenal huruf hijaiyah
4
Anak dapat mengenal surat pendek
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017
Sem/Bln/Mgu ke
Tema/sub tema
Konpetensi Dasar
Materi Kegiatan
SOP Jurnal Pagi
: II/Februari/7
Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2
: Pekerjaan/Masinis
Hari/Tgl
: Senin, 20 Februari 2017
1.2, 2.8, 2.12, 2.1, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 3.15, 4.15 pai 5
 Berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan (NAM)
 Memiliki sikap mandiri (SOSEM)
 Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik halus/kasar (FM)
 Mengenal benda-benda di sekitarnya (KOG)
 Mengenal keaksaraan melalui bermain (BHS)
 Mengenali kebutuhan dan minat dalam membuat sesuatu (SENI)
 Mengenal doa sehari-hari (PAI)
Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke
dalam kelas.
 Pembukaan (30 Menit)
Pengalaman MOTORIK KASAR
Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar
dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI).
 Keg. Inti (60 Menit)
Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi,
eksperimen, elaborasi dan konfirmasi.
Mengamati
: Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media
pembelajaran yang dipakai guru.
Menanya
: Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati.
Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
93
No
Kegiatan Main
Alat/Bahan
1
Menghitung benda sama dan tidak sama
Miniatur masinis dan kereta
2
Mengerjakan LKA sama dan tidak sama
LKA dengan soal sama dan tidak sama
3
Menjahit tiket kereta
Benang, pola tiket
4
Bermain peran masinis
Anak
Recalling:
Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang
didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini.
 Istirahat (30 Menit)
Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan.
 Kegiatan Akhir (30 Menit)
Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang.
 Rencana Penilaian
No
Program Pengembangan
KD
Indikator
1
NAM
1.2
Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu.
2
SOSEM
2.8
Anak terbiasa mandiri
2.12
Anak terbiasa bersikap jujur
3
FM
3.3, 3.4
Anak menggunakan anggota tubuhnya untuk mengasah motorik halus
3.6, 4.6
4
KOG
Anak dapat mengenal konsep sama dan tidak sama
5
BHS
3.12
Anak dapat menenal aksara melalui bermain
6
SENI
3.15
Anak membuat aktifiktas seni
7
PAI
5
Anak dapat mengenal doa sehari-hari
94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017
Sem/Bln/Mgu ke
Tema/sub tema
Konpetensi Dasar
Materi Kegiatan
SOP Jurnal Pagi
: II/Februari/8
Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2
: Pekerjaan/Pilot
Hari/Tgl
: Sabtu, 25 Februari 2017
1.2, 2.8, 2.12, 2.1, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 3.15, 4.15 pai 5
 Berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan (NAM)
 Memiliki sikap mandiri (SOSEM)
 Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik halus/kasar (FM)
 Mengenal benda-benda di sekitarnya (KOG)
 Mengenal keaksaraan melalui bermain (BHS)
 Mengenali kebutuhan dan minat dalam membuat sesuatu (SENI)
 Mengenal doa sehari-hari (PAI)
Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke
dalam kelas.
 Pembukaan (30 Menit)
Pengalaman MOTORIK KASAR
Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar
dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI).
 Keg. Inti (60 Menit)
Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi,
eksperimen, elaborasi dan konfirmasi.
Mengamati
: Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media
pembelajaran yang dipakai guru.
Menanya
: Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati.
Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
95
No
Kegiatan Main
Alat/Bahan
1
Menghitung benda lebih banyak dan lebih sedikit
Miniatur pilot dan pesawat
2
Mengerjakan LKA lebih banyak dan lebih sedikit
LKA dengan lebih banyak dan lebih sedikit
3
Mencocok gambar pesawat
Alat cocok, gambar pesawat
4
Bermain peran sebagai pramugari
Anak
Recalling:
Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang
didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini.
 Istirahat (30 Menit)
Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan.
 Kegiatan Akhir (30 Menit)
Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang.
 Rencana Penilaian
No
Program Pengembangan
KD
Indikator
1
NAM
1.2
Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu.
2
SOSEM
2.8
Anak terbiasa mandiri
2.12
Anak terbiasa bersikap jujur
3
FM
3.3, 3.4
Anak menggunakan anggota tubuhnya untuk mengasah motorik halus
3.6, 4.6
4
KOG
Anak dapat mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit
5
BHS
3.12
Anak dapat menenal aksara melalui bermain
6
SENI
3.15
Anak membuat aktifiktas seni
7
PAI
5
Anak dapat mengenal doa sehari-hari
96
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017
Sem/Bln/Mgu ke
Tema/sub tema
Konpetensi Dasar
Materi Kegiatan
SOP Jurnal Pagi
: II/Februari/9
Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2
: Pekerjaan/Pilot
Hari/Tgl
: Rabu, 1 Maret 2017
1.2, 2.8, 2.12, 2.1, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 3.15, 4.15 pai 5
 Berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan (NAM)
 Memiliki sikap mandiri (SOSEM)
 Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik halus/kasar (FM)
 Mengenal benda-benda di sekitarnya (KOG)
 Mengenal keaksaraan melalui bermain (BHS)
 Mengenali kebutuhan dan minat dalam membuat sesuatu (SENI)
 Mengenal doa sehari-hari (PAI)
Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke
dalam kelas.
 Pembukaan (30 Menit)
Pengalaman MOTORIK KASAR
Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar
dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI).
 Keg. Inti (60 Menit)
Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi,
eksperimen, elaborasi dan konfirmasi.
Mengamati
: Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media
pembelajaran yang dipakai guru.
Menanya
: Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati.
Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
97
No
Kegiatan Main
Alat/Bahan
1
Menghitung benda lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama Miniatur pilot dan pesawat
2
Mengerjakan LKA lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama LKA dengan lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama
3
Melipat pesawat
Kertas lipat
4
Menghias hasil lipatan pesawat
Pewarna
Recalling:
Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang
didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini.
 Istirahat (30 Menit)
Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan.
 Kegiatan Akhir (30 Menit)
Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang.
 Rencana Penilaian
No
Program Pengembangan
KD
Indikator
1
NAM
1.2
Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu.
2
SOSEM
2.8
Anak terbiasa mandiri
2.12
Anak terbiasa bersikap jujur
3
FM
3.3, 3.4
Anak menggunakan anggota tubuhnya untuk mengasah motorik halus
3.6, 4.6
4
KOG
Anak dapat mengenal konsep lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama
5
BHS
3.12
Anak dapat menenal aksara melalui bermain
6
SENI
3.15
Anak membuat aktifiktas seni
7
PAI
5
Anak dapat mengenal doa sehari-hari
98
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017
Sem/Bln/Mgu ke
Tema/sub tema
Konpetensi Dasar
Materi Kegiatan
SOP Jurnal Pagi
: II/Februari/9
Kel Usia/Kel : 4-5 Thn/ A2
: Pekerjaan/Pilot
Hari/Tgl
: Kamis, 2 Maret 2017
1.2, 2.8, 2.12, 2.1, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 3.15, 4.15 pai 5
 Berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan (NAM)
 Memiliki sikap mandiri (SOSEM)
 Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik halus/kasar (FM)
 Mengenal benda-benda di sekitarnya (KOG)
 Mengenal keaksaraan melalui bermain (BHS)
 Mengenali kebutuhan dan minat dalam membuat sesuatu (SENI)
 Mengenal doa sehari-hari (PAI)
Anak berbaris rapi di depan kelas berdasarkan kelompok, anak menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri dan lagulagu anak terkait tema mingguan dipimpin anak, anak mengucapkan ikrar ABA dan menyanyi mars ABA, anak masuk ke
dalam kelas.
 Pembukaan (30 Menit)
Pengalaman MOTORIK KASAR
Anak bersama guru duduk melingkar di karpet kelas, guru menginformasikan tata tertib sekolah terkait kedisiplinan jam masuk sekolah, guru menanyakan kabar
dan pesensi anak, guru mempersilahkan anak untuk memimpin doa sebelum belajar (mengucap syahadat dan doa belajar) dilanjutkan salam yang dijawab anakanak, bernyani bersama mars TK ABA, taman paling indah, apresepsi terkait tema, anak menghafal syahadat beserta artinya, anak mengenal cara berpuasa (PAI).
 Keg. Inti (60 Menit)
Pendidik menyiapkan kegiatan main secara interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi,
eksperimen, elaborasi dan konfirmasi.
Mengamati
: Guru bercerita tentang Trans Jogja dengan menggunakan media dan anak mendengarkan cerita dari guru dan melihat/mengamati media
pembelajaran yang dipakai guru.
Menanya
: Guru mendorong anak untuk bertanya tentang apa yang ingin anak ketahui berdasarkan media yang diamati.
Mengumpulkan informasi, Menalar, dan menginformasikan : Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
99
No
Kegiatan Main
Alat/Bahan
1
Menghitung benda lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama Miniatur pilot, pesawat dan headset
2
Mengerjakan LKA lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama LKA dengan lebih banyak, sedikit , sama, dan tidak sama
3
Bermain playdough
Playdough
4
Bermain puzzle
Puzzle
Recalling:
Merapikan mainan, diskusi kendala atau kesulitan hari ini, diskusi pengalaman hari ini, bercerita dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang
didapat anak, bila terdapat masalah diselesaikan hari ini.
 Istirahat (30 Menit)
Bermain bebas terarah di luar ruangan, cuci tangan, doa makan.
 Kegiatan Akhir (30 Menit)
Duduk melingkar dengan rapi, mengenal org Aisyiyah /Muhammadiyah, info kegiatan besok, doa, salam pulang.
 Rencana Penilaian
No
Program Pengembangan
KD
Indikator
1
NAM
1.2
Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu.
2
SOSEM
2.8
Anak terbiasa mandiri
2.12
Anak terbiasa bersikap jujur
3
FM
3.3, 3.4
Anak menggunakan anggota tubuhnya untuk mengasah motorik halus
3.6, 4.6
4
KOG
Anak dapat mengenal konsep lebih banyak, sedikit, sama, dan tidak sama
5
BHS
3.12
Anak dapat menenal aksara melalui bermain
6
SENI
3.15
Anak membuat aktifiktas seni
7
PAI
5
Anak dapat mengenal doa sehari-hari
100
LAMPIRAN 4. Instrumen Penelitian
101
Instrumen Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama
No Nama
Indikator
Kemapuan
Mengenal
Konsep Sama
1 2 3 4
Jumlah Skor
Indikator
Kemapuan
Mengenal Konsep
Tidak Sama
1
2
3
4
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Presentase
4
1
102
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Presentase
4
1
Instrumen Mengenal Konsep Sama dan Tidak Sama
No Nama
Indikator
Kemapuan
Mengenal
Konsep Banyak
1 2 3 4
Jumlah Skor
Indikator
Kemapuan
Mengenal Konsep
Sedikit
1
2
3
4
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Presentase
4
1
103
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Presentase
4
1
LAMPIRAN 5. Hasil Penelitian
104
Lembar Observasi (Check List) Hasil Pretest Kemampuan Mengenal Konsep
Lebih Lebih Banyak, Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret
No Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Indikator
Kemapuan
Mengenal
Konsep Sama
1 2 3 4
Jumlah Skor
SN
BN
ED
AR
RF
EV
CN
AL
IF
KE
PI
AS
HA
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Persentase
1
1
2
1
4
2
4
3
1
1
4
1
1
26
4
1
50 %
=
= 50% (konsep sama)
=
= 46,1% (konsep tidak sama)
105
Indikator
Kemapuan
Mengenal Konsep
Tidak Sama
1
2
3
4
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Persentase
Jumlah
Skor
2
1
1
1
3
2
4
2
1
1
4
1
1
24
4
1
46,1 %
Lembar Observasi (Check List) Hasil Pretest Kemampuan Mengenal Konsep
Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret
No Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Indikator
Kemapuan
Mengenal
Konsep Banyak
1 2 3 4
SN
BN
ED
AR
RF
EV
CN
AL
IF
KE
PI
AS
HA
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Persentase
Jumlah Skor
1
1
2
1
4
1
4
2
1
1
4
1
1
24
4
1
46,1 %
=
= 46,1% (konsep lebih banyak)
=
= 46,1% (konsep lebih sedikit)
106
Indikator
Kemapuan
Mengenal Konsep
Sedikit
1
2
3
4
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Persentase
Jumlah
Skor
2
1
1
1
3
1
4
2
1
2
4
1
1
24
4
1
46,1 %
Lembar Portofolio (LKA) Hasil Pretest Kemampuan Mengenal Konsep Lebih
Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemapuan
Kemapuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Sama
Tidak Sama
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
1
1
2
BN
1
1
3
ED
2
2
4
AR
1
1
5
RF
4
4
6
EV
1
1
7
CN
4
4
8
AL
1
2
9
IF
1
1
10 KE
1
1
11 PI
4
4
12 AS
1
1
13 HA
1
1
Jumlah
23
Jumlah
24
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
44,2 %
Persentase
46,1 %
=
= 44,2% (konsep sama)
=
= 46,1% (konsep tidak sama)
107
Lembar Portofolio (LKA) Hasil Pretest Kemampuan Mengenal Konsep Lebih
Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemapuan
Kemapuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Banyak
Sedikit
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
1
1
2
BN
1
1
3
ED
1
1
4
AR
1
1
5
RF
2
3
6
EV
2
2
7
CN
4
3
8
AL
1
1
9
IF
1
1
10 KE
1
2
11 PI
4
4
12 AS
1
1
13 HA
1
1
Jumlah
21
Jumlah
22
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
40,3 %
Persentase
42,3 %
=
= 40,3% (konsep lebih banyak)
=
= 42,3% (konsep lebih sedikit)
108
Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus I Pertemuan 1 Kemampuan
Mengenal Konsep Lebh Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan
Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Sama
Tidak Sama
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
1
2
2
BN
1
1
3
ED
4
3
4
AR
2
2
5
RF
4
4
6
EV
3
4
7
CN
4
4
8
AL
4
3
9
IF
3
2
10 KE
3
2
11 PI
4
4
12 AS
2
1
13 HA
1
1
Jumlah
36
Jumlah
33
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
69,2 %
Persentase
63,4 %
=
= 69,2% (konsep sama)
=
= 63,4% (konsep tidak sama)
109
Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus I Pertemuan 1 Kemampuan Mengenal
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda
Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Sama
Tidak Sama
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
2
3
2
BN
1
2
3
ED
4
4
4
AR
2
1
5
RF
4
4
6
EV
2
4
7
CN
4
3
8
AL
3
3
9
IF
3
2
10 KE
2
2
11 PI
3
3
12 AS
2
2
13 HA
1
1
Jumlah
33
Jumlah
34
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
63,4 %
Persentase
65,3 %
=
= 63,4% (konsep sama)
=
= 65,3% (konsep tidak sama)
110
Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus I Pertemuan 2 Kemampuan
Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama
Menggunakan Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Sama
Tidak Sama
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
2
2
2
BN
2
2
3
ED
4
4
4
AR
2
2
5
RF
3
4
6
EV
3
3
7
CN
4
4
8
AL
4
4
9
IF
4
4
10 KE
4
4
11 PI
4
4
12 AS
2
3
13 HA
1
1
Jumlah
39
Jumlah
41
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
75 %
Persentase
78,8 %
=
= 75% (konsep sama)
=
= 78,8% (konsep tidak sama)
111
Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus I Pertemuan 2 Kemampuan Mengenal
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda
Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Sama
Tidak Sama
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
2
1
2
BN
1
1
3
ED
4
4
4
AR
2
2
5
RF
4
4
6
EV
4
4
8
CN
4
4
9
AL
4
4
10 IF
3
3
11 KE
3
3
12 PI
2
2
13 AS
4
4
14 HA
1
1
Jumlah
38
Jumlah
37
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
73 %
Persentase
71,1 %
=
= 73% (konsep sama)
=
= 71,1% (konsep tidak sama)
112
Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus I Pertemuan 3 Kemampuan
Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama
Menggunakan Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Banyak
Sedikit
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
1
2
2
BN
1
1
3
ED
4
4
4
AR
2
2
5
RF
4
4
6
EV
4
4
7
CN
3
3
8
AL
4
4
9
IF
3
4
10 KE
2
2
11 PI
2
3
12 AS
3
2
13 HA
1
1
Jumlah
34
Jumlah
36
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
65,3 %
Persentase
69,2 %
=
= 65,3% (konsep lebih banyak)
=
= 69,2% (konsep sedikit)
113
Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus I Pertemuan 3 Kemampuan Mengenal
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda
Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Banyak
Sedikit
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
2
2
2
BN
1
1
3
ED
3
3
4
AR
1
2
5
RF
4
4
6
EV
4
4
7
CN
4
3
8
AL
2
2
9
IF
3
4
10 KE
2
2
11 PI
3
3
12 AS
2
3
13 HA
1
1
Jumlah
32
Jumlah
34
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
61,5 %
Persentase
65,3 %
=
= 61,5% (konsep lebih banyak)
=
= 65,3% (konsep lebih sedikit)
114
Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus I Pertemuan 4 Kemampuan
Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama
Menggunakan Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Banyak
Sedikit
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
3
4
2
BN
1
2
3
ED
4
4
4
AR
2
2
5
RF
4
4
6
EV
4
4
7
CN
4
4
8
AL
3
4
9
IF
3
3
10 KE
4
2
11 PI
4
3
12 AS
2
3
13 HA
1
2
Jumlah
39
Jumlah
41
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
75 %
Persentase
78,8%
=
= 75% (konsep lebih banyak)
=
= 78,8% (konsep lebih sedikit)
115
Lembar LKA Hasil Siklus I Pertemuan 4 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih
Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Banyak
Sedikit
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
2
2
2
BN
2
2
3
ED
4
4
4
AR
3
3
5
RF
4
4
6
EV
4
4
7
CN
4
4
8
AL
3
3
9
IF
3
3
10 KE
3
4
11 PI
4
3
12 AS
3
3
13 HA
1
1
Jumlah
40
Jumlah
40
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
76,9 %
Persentase
76,9 %
=
= 76,9% (konsep lebih banyak)
=
= 76,9% (konsep lebih sedikit)
116
Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus II Pertemuan 1 Kemampuan
Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama
Menggunakan Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Sama
Tidak Sama
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
3
3
2
BN
3
3
3
ED
4
4
4
AR
3
3
5
RF
4
4
6
EV
4
4
7
CN
4
4
8
AL
4
4
9
IF
4
4
10 KE
3
4
11 PI
4
4
12 AS
4
4
13 HA
2
2
Jumlah
46
Jumlah
47
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
88,4 %
Persentase
90,3 %
=
= 88,4% (konsep sama)
=
= 90,3% (konsep tidak sama)
117
Lembar LKA Hasil Siklus II Pertemuan 1 Kemampuan Mengenal Konsep Lebih
Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Sama
Tidak Sama
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
3
3
2
BN
3
3
3
ED
3
3
4
AR
3
3
5
RF
4
4
6
EV
4
4
7
CN
4
4
8
AL
4
4
9
IF
4
4
10 KE
4
4
11 PI
4
4
12 AS
4
4
13 HA
2
2
Jumlah
46
Jumlah
46
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
88,4 %
Persentase
88,4 %
=
= 88,4% (konsep sama)
=
= 88,4% (konsep tidak sama)
118
Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus II Pertemuan 2 Kemampuan
Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama
Menggunakan Benda Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah Skor
Indikator
Jumlah
Skor
Kemampuan
Kemampuan
Mengenal
Mengenal Konsep
Konsep Banyak
Sedikit (<)
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
3
3
2
BN
4
3
3
ED
4
4
4
AR
3
3
5
RF
4
4
6
EV
4
4
7
CN
4
3
8
AL
4
4
9
IF
4
4
10 KE
3
4
11 PI
4
4
12 AS
3
3
13 HA
2
2
Jumlah
46
Jumlah
45
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
88,4 %
Persentase
86,5 %
=
= 88,4% (konsep lebih banyak)
=
= 86,5% (konsep lebih sedikit)
119
Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus II Pertemuan 2 Kemampuan Mengenal
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda
Konkret
No Nama
Indikator
Jumlah
Indikator
Jumlah
Skor
Skor
Kemampuan
Kemampuan Mengenal
Mengenal
Konsep Sedikit
Konsep Banyak
1 2 3 4
1
2
3
4
1
SN
3
3
2
BN
3
3
3
ED
3
3
4
AR
3
3
5
RF
4
4
6
EV
4
4
7
CN
4
3
8
AL
4
4
9
IF
4
4
10 KE
3
4
11 PI
4
4
12 AS
3
3
13 HA
2
2
Jumlah
44
Jumlah
44
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
84,6 %
Persentase
84,6 %
=
= 84,6% (konsep lebih banyak)
=
= 84,6% (konsep lebih sedikit)
120
Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus II Pertemuan 3 Kemampuan
Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama
Menggunakan Benda Konkret
No Nama Indikator Skor Indikator Skor Indikator Skor Indikator
Konsep
Konsep
Konsep
Konsep
Sama
Tidak
Banyak
Sedikit
Sama
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1
SN
4
4
4
2
BN
4
4
4
3
ED
4
4
4
4
AR
3
3
3
5
RF
4
4
4
6
EV
4
4
4
7
CN
4
4
4
8
AL
4
4
4
9
IF
4
4
4
10 KE
4
4
4
11 PI
4
4
4
12 AS
4
4
4
13 HA
2
3
2
Jumlah
49
Jumlah
50
Jumlah
49
Jumlah
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Mak
Skor Min
1
Skor Min
1
Skor Min
1
Skor Min
Persentase
94,2 Persentase 96,1 Persentase 94,2 Persentase
%
%
%
=
Skor
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
48
4
1
92,3
%
=
= 94,2% (konsep sama)
= 94,2% (konsep lebih banyak)
=
=
= 96,1% (konsep tidak sama)
= 92,3% (konsep lebih sedikit)
121
Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus II Pertemuan 3 Kemampuan Mengenal
Konsep Banyak, Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret
No Nama Indikator Skor Indikator Skor Indikator Skor Indikator
Konsep
Konsep
Konsep
Konsep
Sama
Tidak
Banyak
Sedikit
Sama
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1
SN
4
4
4
2
BN
4
3
3
3
ED
4
4
3
4
AR
3
3
3
5
RF
4
4
4
6
EV
4
4
4
7
CN
4
4
4
8
AL
4
4
4
9
IF
4
4
4
10 KE
4
4
4
11 PI
4
4
4
12 AS
4
4
4
13 HA
2
3
2
Jumlah
49
Jumlah
49
Jumlah
47
Jumlah
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Mak
Skor Min
1
Skor Min
1
Skor Min
1
Skor Min
Persentase
94,2 Persentase 94,2 Persentase 90,3 Persentase
%
%
%
Skor
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
48
4
1
92,3
%
=
=
= 94,2% (konsep sama)
= 90,3% (konsep lebih banyak)
=
=
= 94,2% (konsep tidak sama)
= 92,3% (konsep lebih sedikit)
122
Lembar Observasi (Check List) Hasil Siklus II
Mengenal Konsep Banyak, Sedikit, Sama, Tidak
Konkret
No Nama Indikator Skor Indikator Skor
Konsep
Konsep
Sama
Tidak
Sama
1 2 3 4
1 2 3 4
1
SN
4
4
2
BN
4
4
3
ED
4
4
4
AR
3
4
5
RF
4
4
6
EV
4
4
7
CN
4
4
8
AL
4
4
9
IF
4
4
10 KE
4
4
11 PI
4
4
12 AS
4
4
13 HA
3
2
Jumlah
50
Jumlah
50
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Min
1
Skor Min
1
Persentase
96,1 Persentase 96,1
%
%
Pertemuan 4 Kemampuan
Sama Menggunakan Benda
Indikator
Konsep
Banyak
Skor
1 2 3 4
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Persentase
Indikator
Konsep
Sedikit
Skor
1 2 3 4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
50
4
1
96,1
%
Jumlah
Skor Mak
Skor Min
Persentase
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
49
4
1
94,2
%
=
=
= 96,1% (konsep sama)
= 96,1% (konsep lebih banyak)
=
=
= 96,1% (konsep tidak sama)
= 94,2% (konsep lebih sedikit)
123
Lembar Portofolio (LKA) Hasil Siklus II Pertemuan 4 Kemampuan Mengenal
Konsep Banyak, Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan Benda Konkret
No Nama Indikator Skor Indikator Skor Indikator Skor Indikator
Konsep
Konsep
Konsep
Konsep
Sama
Tidak
Banyak
Sedikit
Sama
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1
SN
4
4
4
2
BN
3
4
3
3
ED
4
4
4
4
AR
3
4
3
5
RF
4
4
4
6
EV
4
4
4
7
CN
4
4
4
8
AL
4
4
4
9
IF
4
4
4
10 KE
4
4
4
11 PI
4
4
4
12 AS
4
4
4
13 HA
3
2
3
Jumlah
49
Jumlah
50
Jumlah
49
Jumlah
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Mak
4
Skor Mak
Skor Min
1
Skor Min
1
Skor Min
1
Skor Min
Persentase
94,2 Persentase 96,1 Persentase 94,2 Persentase
%
%
%
Skor
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
48
4
1
92,3
%
=
=
= 94,2% (konsep sama)
= 94,2% (konsep lebih banyak)
Presentase =
=
=
= 96,1% (konsep tidak sama)
= 92,3% (konsep sedikit)
124
Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan
Benda Konkret di Kelompok A2 TK ABA Gendingan
No
Hari
Indikator
Hasil
Unjuk
LKA
Kerja
1
2
3
4
Senin, 6 Februari 2017
Rabu, 8 Februari 2017
Kamis, 9 Februari 2017
Sabtu, 11 Februari 2017
Sama
69,2 %
63,4 %
Tidak Sama
63,4 %
65,3 %
Sama
75 %
73 %
Tidak Sama
78,8 %
71,1 %
Lebih Banyak
65,3 %
61,5 %
Lebih Sedikit
69,2 %
65,3 %
Lebih Banyak
75 %
76,9 %
Lebih Sedikit
78,8 %
76,9 %
125
Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus II Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama
Menggunakan Benda Konkret di Kelompok A2 TK ABA Gendingan
No
Hari
Indikator
Hasil
Unjuk
LKA
Kerja
1
2
3
4
Senin, 20 Februari 2017
Sabtu, 25 Februari 2017
Senin, 27 Februari 2017
Selasa, 28 Februari 2017
Sama
88,4 %
88,4 %
Tidak Sama
90,3 %
88,4 %
Lebih Banyak
88,4 %
84,6 %
Lebih Sedikit
86,5 %
84,6 %
Sama
94,2 %
94,2 %
Tidak Sama
96,1 %
94,2 %
Lebih Banyak
94,2 %
90,3 %
Lebih Sedikit
92,3 %
92,3 %
Sama
96,1 %
94,2 %
Tidak Sama
96,1 %
96,1 %
Lebih Banyak
96,1 %
94,2 %
Lebih Sedikit
94,2 %
92,3 %
126
Perhitungan Rata-Rata Siklus I Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan
Benda Konkret di Kelompok A2
No
1
2
3
Indikator
Membilang
banyaknya
benda
dengan
menentukan
kelompok benda
yang memiliki
jumlah sama.
Membilang
banyaknya
benda
dengan
menentukan
kelompok benda
yang memiliki
jumlah
tidak
sama.
Membilang
banyaknya
benda
dengan
menentukan
kelompok benda
yang memiliki
jumlah
lebih
banyak.
Hasil 1
Hasil 2
Rata-Rata
Unjuk
Kerja
69,2 %
75 %
72,1 %
LKA
63,4 %
73 %
68,2 %
66,3%
74%
70,15%
Unjuk
Kerja
63,4 %
78,8 %
71,1 %
LKA
65,3 %
71,1 %
68,2 %
64,35%
74,95%
69,65%
Unjuk
Kerja
65,3 %
75 %
70,15 %
LKA
61,5 %
76,9 %
69,2 %
63,4%
75,95%
69,67%
127
4
Membilang
banyaknya
benda
dengan
menentukan
kelompok benda
yang memiliki
jumlah
lebih
sedikit.
Unjuk
Kerja
69,2 %
78,8 %
74 %
LKA
65,3 %
76,9 %
71,1 %
67,25%
77,85%
72,55%
128
Perhitungan Rata-Rata Siklus II Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan
Benda Konkret di Kelompok A2
No
1
2
Indikator
Membilang
banyaknya
benda
dengan
menentukan
kelompok
benda yang
memiliki
jumlah
sama.
Membilang
banyaknya
benda
dengan
menentukan
kelompok
benda yang
memiliki
jumlah
tidak sama.
Hasil 1
Hasil 2
Hasil 3
Rata-Rata
Unjuk
Kerja
88,4 %
94,2 %
96,1 %
92,9 %
LKA
88,4 %
94,2 %
94,2 %
92,2 %
88,4%
94,2%
95,15%
92,58%
Unjuk
Kerja
90,3 %
96,1 %
96,1 %
94,1 %
LKA
88,4 %
94,2 %
96,1 %
92,9 %
89,35%
95,15%
96,1%
93,53%
129
3
4
Membilang
banyaknya
benda
dengan
menentukan
kelompok
benda yang
memiliki
jumlah
lebih
banyak.
Unjuk
Kerja
86,5 %
94,2 %
96,1 %
92,2 %
LKA
84,6 %
90,3 %
94,2 %
89,7 %
85,55%
90,75%
95,15
90,48%
Membilang
banyaknya
benda
dengan
menentukan
kelompok
benda yang
memiliki
jumlah
lebih
sedikit.
Unjuk
Kerja
86,5 %
94,2 %
92,3 %
91 %
LKA
84,6 %
92,3 %
92,3 %
90,3%
85,55%
93,25%
92,3%
90,36%
130
Hasil Akhir Rata-Rata Siklus I Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan
Benda Konkret di Kelompok A2
No
1
2
3
Materi
Mengenal konsep sama
Mengenal konsep tidak sama
Mengenal
konsep
lebih
banyak
Hasil 1
66,3%
64,35%
63,4%
Hasil 2
74%
74,95%
75,95%
Rata-Rata
70,15%
69,65%
69,67%
4
Mengenal konsep lebih sedikit
67,25%
77,85%
72,55%
Hasil Akhir Rata-Rata Siklus II Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Konsep Lebih Banyak, Lebih Sedikit, Sama, Tidak Sama Menggunakan
Benda Konkret di Kelompok A2
No
Materi
1
Mengenal konsep sama
2
Mengenal konsep tidak sama
3
Mengenal
konsep
lebih
banyak
Hasil 1
88,4%
89,35%
86,5%
Hasil 2
94,2%
95,15%
92,25%
Hasil 3
95,15%
96,1%
95,15%
Rata-Rata
92,58%
93,53%
91,3%
4
85,55%
92,3%
93,25%
90,36%
Mengenal konsep lebih sedikit
Hasil Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No
Materi
1
Mengenal konsep sama
2
Mengenal konsep tidak sama
3
Mengenal konsep lebih banyak
4
Mengenal konsep lebih sedikit
131
Pra Siklus
47,1%
46,1%
43,2%
Siklus I
70,15%
69,65%
69,67%
Siklus II
92,58%
93,53%
91,3%
44,2%
72,55%
90,36%
LAMPIRAN 6. Lembar Kerja Anak
132
Siklus I Pert 1. Warnai merah untuk jumlah sama dan kuning untuk tidak
sama
133
Siklus I Pert 2. Warnai merah untuk jumlah sama dan kuning tidak sama
134
Siklus I Pert 3. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit.
135
Siklus I Pert 4. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit.
136
Siklus II Pert 1. Warnai Merah untuk jumlah sama dan Kuning untuk tidak sama
137
Siklus II Pert 2. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit.
138
Siklus II Pert 3. Warnai Merah untuk jumlah sama dan Kuning tidak sama
Siklus II Pert 3. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit.
139
Siklus II Pert 4. Warnai Merah untuk jumlah sama dan Kuning tidak sama
Siklus II Pert 4. Warna Hijau untuk jumlah banyak dan Biru untuk sedikit.
140
LAMPIRAN 7. Dokumentasi
141
DOKUMENTASI
SIKLUS I
Guru mengenalkan media yang digunakan
Guru menjelaskan mengerjakan LKA
142
Anak mengerjakan LKA
SIKLUS II
Anak menghitung benda konkret
Anak mengerjakan LKA
Guru mengenalkan media pada anak
Guru memberi kesempatan anak lebih
untuk menghitung
143
Download