BAB IV FUNGSI PERANGSANG EKSPONENSIAL Ditinjau dari sumbernya, listrik terbagi menjadi arus searah dan arus bolak – balik. Rangkaian searah (DC) mempunyai besaran arus, tegangan, polaritas dan arah yang konstan, sehingga tidak mempunyai arus dan tegangan untuk kapasitansi dan induktansi. Rangkaian arus bolak – balik (AC) mempunyai besaran arus, tegangan dengan beda phasa yang disebut sudut phasa (φ). Arus bolak – balik yang dijumpai di rumah kita berubah arah dua (2) kali setiap seperlimapuluh (1 / 50) detik, arusnya merupakan fungsi sinusoida dan biasanya terdiri atas : 1. Arus transien (Arus sesaat) 2. Arus steady state (Arus dari keadaan tetap sampai terjadinya gangguan) Dalam elektronika sering dijumpai berbagai bentuk gelombang, antara lain a. Gelombang pulsa (denyut) b. Segi empat a. Gigi gergaji d. Eksponen berulang e. Sinusoida Diantara semua bentuk di atas, gelombang eksponensial dan sinusoida merupakan bentuk gelombang yang paling mudah dibangkitkan maupun dianalisis. Bentuk sinusoida AC (bolak – balik) maupun DC (searah) dapat diturunkan dari fungsi eksponensial, dimana turunan dan integral fungsinya merupakan bentuk yang sama dengan fungsi aslinya. Dengan demikian di dalam menganalisa rangkaian dapat diperluas dengan melibatkan induktansi dan kapasitansinya. A. IMPEDANSI DAN TANGGAPAN UNSUR Tegangan dan arus yang berubah secara eksponensial dengan waktu dapat ditulis sebagai : ν = V0 est dan i = Ic est Dimana : V0 dan I0 adalah nilai tegangan dan arus pada saat t = 0 Jika s positif, tegangan dan arus bertambah menurut waktu Jika s negatif, tegangan dan arus berkurang menurut waktu Jika s nol, tegangan dan arus akan konstan Kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut : Jika s = ± , maka ν = V0 e±t/T dan i = I0 e±t/T tanda ± dipilih agar T selalu berharga positif dan T adalah konstanta waktu yang merupakan ukuran kecepatan perubahan fungsi eksponens waktu dengan satuan detik, dan satuan s adalah 1/detik (det-1). Pada rangkaian paralel GLC di bawah ini : Sumber arus i(t) digunakan untuk mendapat tegangan sebesar V0 est pada masing – masing unsur rangkaian. Arus yang mengalir ke setiap unsur dapat ditentukan menurut hubungan volt – Ampere (hukum Ohm), sehingga : iG(t) = G. V(t) = 6 . V0 est = IG est iL(t) = ∫V(t) dt = ∫V0 est dt = iC(t) = C =C V0 est = IL est = CS V0 est = IC est Hubungan Amplitudo tegangan dan arunsya adalah : IG = G V0 → =G IL = → = → = V0 IC = V0 Karena persamaan di atas merupakan perbandingan antara arus dan tegangan maka besaran G, dan mempunyai satuan 1 / ohm atau mho (siemens). Hubungan ketiga besaran tersebut disebut admitansi (Y(s)) yang merupakan variabel frekuensi kompleks, s. Sedangkan perbandingan antara tegangan dan arus pada sepasang kutub disebut Impedansi (Z(s)) dengan satuan ohm merupakan kebalikan dari (Y(s)). Hubungan Volt – Ampere impedansi dan admitansi yang secara umum merupakan fungsi s disebut pernyataan daerah (kawasan) frekuensi atau frequency domain unsur rangkaian. Dari hukum Kirchoff I, arus sumber i(t) diperoleh sebesar : i(t) = iG(t) + IL(t) + IC(t) = G V(t) + ∫V(t) dt + c = G V0 est + = (G + V0 est + CS V0 est + CS) V0 est = I0 est Dengan demikian perbandingan antara arus dan tegangan atau sebaliknya dapat ditulis sebagai berikut : Y(s) = = G + CS + Z(s) = = Sehingga dapat disimpulkan bahwa : Untuk rangkaian paralel dapat diperoleh dengan menjumlahkan admitansi masing – masing unsur, sedangkan untuk rangkaian seri merupakan penjumlahan dari impedansi masing – masing unsur. Selanjutnya apabila diberikan suatu rangsangan eksponensial, maka akan menghasilkan tanggapan yang berupa eksponensial dengan eksponen yang sama. Akan tetapi bila rangsangan berbentuk fungsi sinusoida atau cosinusoida maka tanggapan juga berupa sinusoida atau cosinusoida, yaitu : a. Arus sebagai fungsi sinusoida dan cosinusoida Elemen V bila i = Im sin ωt Tegangan untuk I V bila i = Im cos ωt R VR = R . I VR = R . Im sin ωt VR = R . Im cos ωt L VL = L di/dt VL = ωl . Im cos ωt VL = ωl . Im [-sin ωt] C VC = 1/c ∫ i dt VS = Im/ωc [-cos ωt] VC = Im/ωc [sin ωt] b. Tanggapan sebagai fungsi sinusoida dan cosinusoida Elemen I bila V = Vm sin ωt Arus untuk V I bila V = Vm cos ωt R IR = VR / R IR = Vm / R . sin ωt IR = Vm / R . cos ωt L IL = IL ∫ V di/dt IL = Vm / ωl [-cos ωt] IL = Vm / ωl . sin ωt C IC = C dv/dt IS = Vm . ωc . cos ωt IC = Vm . ωC . [-sin ωt] Contoh : 1. Rangkaian RLC seri sebagai berikut : Tentukan besar sumber tegangan v jika arus yang mengalir dalam rangkaian adalah : i = 2 est Ampere Jawab : Menurut hukum Kirchoff II untuk tegangan : V = VL + VC + VR = L di/dt + ∫ i dt + R . i = Lsi + .i + R.i = (ZL + ZC + ZR) . i = ZL . i + ZC . i + ZR . i = Z(s) . i Dengan demikian : ZL = L . S = 2 . 3 = 6 ; ZC = = = 1 ; ZR = R = 8. Z(s) = ZL + ZC + ZR = 6 + 1 + 8 = 15 Sehingga : V = Z(s) . i = 15 . 2 e3t = 30 . e3t volt 2. Rangkaian RC paralel V = 100 e-50t Tentukan : Arus i ? Jawab : Konstanta waktu (T) = 1/50 = 0,02 s. Maka tegangan yang dikenakan berkurang amplitudonya dengan faktor 1/e (±37%) dalam setiap selang 0,02 s. Dari hukum paralel untuk s = - 50 Y = YC + YR = CS + G = 1 . 10-6 (-50) + 1/104 = - 50 . 10-6 + 10-4 = - 0,5 . 10-4 + 10-4 = 0,5 . 10-4 Sehingga : i = YV = 0,5 . 10-4 . 100 e-50t = 0,005 e-50t Amp B. SIFAT ALAMIAH Metoda analisa rangkaian eksponensial mempunyai tanggapan rangkaian RLC terhadap eksitasi tetap sebagai salah satu kasus khusus. Misalkan pernyataan umum bagi tegangan dinyatakan sebagai : V = V0est. Jika s = 0, nilai eksponensialnya = 1 sehingga didapat suatu tegangan konstan V0 volt, ketiga impedansi dasarnya adalah : ZR = R, ZL = LS = 0 dan ZC = 1/CS = 1/0 = ~ . Maka arus yang mengalir ke masing – masing unsur adalah IR = V0/R ; IL = V0/LS = V0/0 = ~ dan IC = V0/~ =0. Pada rangkaian listrik yang mengandung unsur penyimpanan tenaga, induktansi dan kapasitansi. Jika rangsangan yang diberikan ke rangkaian dihilangkan, maka tenaga yang tersimpan dalam kedua unsur akan tetap memberikan tanggapan yang berkurang secara eksponensial sampai seluruh tenaga yang terkandung dalam induktansi dan kapasitansi pada rangkaian habis. Arus (tanggapan) yang meluncur dalam rangkaian listrik disebut sifat alamiah (natural behaviour) dan tanggapannya disebut tanggapan alamiah (natural respons). Berbagai macam tanggapan secara eksponensial akan terjadi secara alamiah dalam suatu rangkaian yang mengalami gangguan. Sebaliknya tanggapan yang terjadi karena rangsangan yang sengaja dikenakan pada rangkaian disebut tanggapan terpaksa. Sebagai gambaran yaitu apabila dalam rangkaian tersebut kapasitansi C berisi muatan dan mempunyai tegangan V0 pada saat t = 0. Tanggapan sistemnya adalah penggunaan tenaga kapasitor oleh konduktansi pada rangkaian. Karena tidak ada sumber luar yang dikenakan pada rangkaian, maka satu-satunya tanggapan dalam rangkaian adalah tanggapan alamiah. Persamaan hukum arus (hukum Kirchoff I) pada rangkaian : c + G V(t) = 0 c = -6 V(t) = - dt. Integrasi persamaan di atas menjadi : Ln V(t) = - t + konstanta V(t) = e -Gt/c konstanta = V0 e-Gt/C Dimana : V0 = e konstanta merupakan nilai V(t) saat t = 0 yang dikenal sebagai keadaan awal (Initial Condition). Contoh : Suatu rangkaian dengan arus yang mengalir saat t = 0. Tentukan arus tanggapan alamiah dan pada waktu yang lain. Jawab : Misalkan arus tanggapan alamiah IN = I0 est dan I0 = arus saat t = 0. Impedansi rangkaian dihitung dengan memperhatikan dari kutub mana arah arus mengalir, yaitu dari Z(i) = 3 + =3+ = = = Dari hukum Ohm : V=Z.i Untuk V = 0, arus hanya akan ada jika Z(s) = 0, maka : = 0 → 7s + 6 = 0 → 7s = - 6 S = - 6/7 Jika arus tanggapan : iN = I0 e-6/7t Jika rumus umum suatu fungsi arus : Dalam bentuk normal : i(t) = I0 e-st = e-st = e-t/T Dimana : T = ¼ = konstanta waktu Perbandingan i(t)/I0 sebagai fungsi t/T dapat dilukis sebagai berikut : Nilai T dipandang sebagai ukuran waktu yang diperlukan oleh tanggapan alamiah untuk hilang. C. RANGKAIAN ARUS BOLAK – BALIK KEADAAN MANTAP Tanggapan terhadap rangsangan luar yang dikenakan pada rangkaian dikenal sebagai tanggapan terpaksa (Forced Respons). Rangkaian dapat berupa arus atau tegangan sinusoida. Menurut rumus Euler ejx = cos x + j sin x. Fungsi sinusoida merupakan kasus khusus fungsi eksponensial. 1. FUNGSI BERULANG Jika suatu fungsi f(t) mempunyai bentuk gelombang sedemikian sehingga f(t) = f (t + T). Maka fungsi tersebut berulang dengan periode T. Bagian bentuk gelombang yang terdapat pada satu periode disebut satu putaran (daur / cycle), banyaknya putaran setiap detik disebut frekuensi (f) suatu gelombang dan mempunyai satuan Hertz (Hz), atau : f = Hz persamaan arus menurut fungsi waktu adalah : i(t) = Im cos ωt Dimana : i(t) = nilai sesaat arus pada setiap waktu t Im = nilai maksimum (Amplitudo) oab = merupakan satu putaran = T = 2πf (rad/detik) ω = frekuensi sudut (kecepatan sudut) = = 2πf (rad/detik) Persamaan arus menjadi : i = Im cos ωt 2πft = Im cos Untuk menggambarkan gelombang, titik asal waktu (sumbu acuan) dipilih pada titik dimana arus mempunyai nilai maksimum positif. Pada umumnya dalam suatu rangkaian, gelombang tegangan dan arus tidak selalu mencapai nol atau maksimum pada saat yang sama melainkan terpisah oleh suatu sudut fasa. (lihat gambar). Persamaan – persamaan gelombang adalah: v = Vm cos (ωt + α) i = Im cos (ωt + β) Beda sudut fasa antara kedua gelombang = θ = β – α. Gelombang tegangan yang mencapai puncaknya sebelum gelombang arus dikatakan mendahului arus sebesar θ (leading) sebaliknya arus tertinggal dari tegangan sebesar θ (lagging). Untuk rangkaian arus bolak – balik, daya sesaat pada rangkaian merupakan hasil kali v . i. Dari gambar terlihat bahwa untuk v dan i negatif selama setengah putaran, daya p akan bernilai positif ( kecuali jika θ = 90° ) sehingga tegangan dan arus bolak – balik merupakan cara efektif untuk menyalurkan daya dan tenaga. Selama bagian putaran daya sama dengan sudut fasa antara arus dan tegangan, daya tersebut menjadi negatif sehingga arah penyalurannya terbalik. Dibandingkan dengan arus searah, keadaan ini merupakan suatu kerugian sebagaimana halnya dengan daya sesaatnya yang tidak tetap besarnya. Kerugian ini dapat diatasi dengan mempergunakan transformator. Contoh : PLN menghasilkan tenaga listrik dengan frekuensi 50 Hz dengan tegangan maksimum 164 volt yang dicapai pada saat t = 0. Tentukan tegangan sesaat Jawab : Fungsi gelombang sinusoida tegangannya : V(t) = Vm cos (ωt - α) = 164 cos (2πf - α) = 164 cos (2 . 3,14 . 50 . t - α) = 164 cos (314 t - α) volt Tegangan ini mencapai maksimum pada saat t = 0, maka : V(0) = 164 cos (0 + α) = 164, α = 0. Maka : V(t) = 164 cos (314 t) volt. 2. NILAI RATA – RATA DAN NILAI EFEKTIF Arus rata – rata identik dengan nilai searah ( konstan ) yang berguna untuk menentukan perpindahan tenaga pada rangkaian arus searah, berikut ini akan dipergunakan untuk fungsi perangsang berulang (sinusoida). Secara umum nilai rata – rata setiap fungsi f(t) sepanjang selang tertentu antara t1 dan t2 dinyatakan sebagai : F rata – rata = f(t) dt Untuk f(t) = fungsi berulang dengan suatu periode T detik, maka Frata – rata = f(ωt) d(ωt) = f(t) dt = f(θ) dθ Nilai rata – rata tegangan sinusoida adalah : Vrata-rata = Vm cos (ωt - α) d(ωt - α) Untuk Ø = ωt, maka : Vrata-rata = Vm cos (Ø - α) dØ = = =0 Jadi nilai rata – rata suatu gelombang sinusoida terhadap satu daur lengkap sama dengan nol, sehingga dalam kasus ini nilai rata – rata harus dicari untuk setengah daur positifnya atau setengah daur negatifnya yang kemudian dikali dengan dua (2). Menurut hukum Joule, panas yang ditimbulkan oleh arus searah sebesar I Ampere dalam resistor adalah tetap dan tidak tergantung dengan waktunya, yaitu : P = I2R. Untuk arus yang berubah secara berulang terhadap waktu, maka daya merupakan fungsi waktu, yaitu : P = I2(t)R. Daya rata – rata untuk satu daur penuh adalah nol, karena penyerapan daya selalu positif, baik arus yang mengalir ke arah positif atau sebaliknya. Atau : Prata – rata = i2(t) R dt = { t2 (t) dt} R Daya rata – rata ini harus dibandingkan dengan daya searah, I2R, sehingga arus berulang yang memberikan daya rata – rata yang sama dengan yang diberikan arus searah i harus sebesar i2 dt. Arus disini merupakan arus efektif dari arus berulang menurut waktu dan dapat ditulis sebagai : Ief = Rumus ini juga berlaku untuk tegangan. Nilai efektif dikenal sebagai nilai rumus (Root Mean Square). Untuk arus sinusoida , nilai efektif : Ief = = = 0,707 Im A Pada dasarnya setiap rangkaian listrik menyalurkan daya dan tenaga, dimana kedua besaran ini berbanding langsung dengan hasil kali tegangan dan arus. Oleh karena nilai efektif selalu dipakai untuk menyatakan besar arus atau tegangan bolak – balik, maka sebagai contoh : Penerangan rumah 110 volt berarti tegangan rms 110 volt, selain daripada itu hampir setiap alat ukur arus bolak – balik selalu menunjukkan nilai efektif. Fungsi waktu dari persamaan umum dapat ditulis : v= V cos (ωt - ) = Vm cos (ωt - ) i= i cos (ωt - β) = Im cos (ωt - β) Dimana : V dan I adalah Nilai efektif, sedangkan Vm dan Im adalah Nilai maksimum Contoh : Bentuk gelombang arus pada suatu penyearah diperlihatkan seperti pada gambar. Gelombang berbentuk sinusoida antara π / 3 dan π radian dan sama dengan nol untuk bagian daur lainnya. Tentukan nilai efektifnya. Jawab : Fungsi arus tidak sinambung sehingga operasi yang diberikan untuk tiga daerah diskrit dengan variabel ωt , maka : I= Karena nilai i adalah : 0 i (t ) 10 sin t 0 0 i 3 3 i i 2 Maka : I = = = 10 = 10 = 10 = 10 = =5 =5 = 5,089694 = 4,485 Ampere 3. FAKTOR BENTUK (F) Didefinisikan sebagai perbandingan antara harga efektif dan harga rata – rata dari bentuk gelombang, atau : F= = Keadaan ini dipakai untuk tegangan dan faktor koreksi dari peralatan untuk bentuk setengah gelombang simetris, F(t) = - f (t + ) dan mempunyai harga rata – rata = 0 Bila bentuk gelombang sinusoida dicari dahulu harga perioda ( atau disebut juga rata – rata . Note : Fungsi Goneometri yang penting : 1. Sin2 x = (1 – cos 2x) 2. Cos2 x = (1 + cos 2x) 3. 2 sin x cos y = sin (x + y) + sin (x - y) 4. 2 cos x cos y = cos (x + y) + cos (x - y) 5. 2 sin x sin y = cos (x - y) - cos (x + y) 6. ∫ sin x = - cos x + c 7. ∫ cos x = sin x + c 8. d sin f(x) = cos f(x) . d f(x) 9. d cos f(x) = - sin f(x) . d f(x) Contoh : Cari harga rata – rata RMS untuk fungsi : Y(t) = Ym sin ωt Yav = →0 = Yrms = =0 = = = = = Untuk fungsi sinus atau cosinus : Harga efektif = = 0,707 Ym ) positifnya 4. RANGSANGAN SINUSOIDA DALAM UNSUR – UNSUR RANGKAIAN Untuk rangkaian Resistor, V = I . R, dimana R adalah konstanta, jika arus berbentuk sinusoida, maka akan menghasilkan tegangan sinusoida pula, karena R konstan, maka tidak ada beda fasa antara tegangan dan arus. Jadi jika : i = Im sin (ωt + α) Maka : V = I .R = R . Im sin (ωt + α) Untuk rangkaian Induktansi, V = L di/dt, jika arus mengalir dalam rangkaian, maka : = ωL Im cos (ωt - α) V=L Substitusi dengan goneometri didapat : V = ωL Im sin (ωt – α + π/2) = Vm sin (ωt – α + π/2) Arus akan tertinggal oleh tegangan sebesar π/2 radian atau 90°, jadi arus mencapai nilai maksimum setelah tegangan melalui ¼ putaran dari nilai maksimumnya.. ∫ i dt, jika Untuk rangkaian kapasitansi : V = arus mengalir dalam rangkaian, maka : V= ∫ Im sin (ωt - α) dt = cos (ωt - α) Atau V = 1/ωc . Im sin (ωt – α - π/2) = Vm sin (ωt – α - π/2) Disini fungsi arus mendahului tegangan sejauh π/2 radian (90°) Contoh : Diketahui : I = 2 cos 3t Ampere Tentukan : V ? Jawab : Menurut hukum Kirchoff II : V = VL + VR = L di/dt + IR = 5 + 3 (2 cos 3t) = 10(-3 sin 3t) + 6 cos 3t = (6 cos 3t – 30 sin 3t) volt D. METODE BILANGAN KOMPLEX Metode ini diperlukan untuk menganalisa rangkaian yang mendapat rangsangan sinusoida pada impedansi. Menurut kalkulus, setiap fungsi dapat diuraikan menjadi suatu deret tak terhingga sehingga : Cos θ = 1 - + - + ... Sin θ = θ - + - + ... ex =1 + x + + + +... jika x = j θ dan j2 = -1, maka : ejθ = 1 + jθ - - + = + ... +j ejθ = cosθ + j sinθ → Rumus Euler Contoh : Jika suatu rangkaian terdiri dari R, L dan C maka berdasarkan hukum Kirchoff II didapat : -V(t) + VR + VL + VC = 0 V(t) = R . I + L + ∫ i dt Untuk : i = in + j ik dan j = Maka : v = Vn + j Vk, dimana n = nyata dan k = khayal Sehingga : Vn = R . in + L + ∫ in dt Vk = R . ik + L + ∫ ik dt Persamaan ini dapat direlasikan dengan metoda bilangan komplex dimana : In = Im cos ωt dan Ik = Im sin ωt i = Im [cos ωt + j sin ωt] memakai bentuk eksponen komplek : i = Im est , dimana s = jω, Maka : VL = sLi = jωLi VC = i= i Secara umum dapat ditulis : V = (R + LS + 1/CS) . i = (R + jωL + 1/jωl) i = [R + j(ωL – 1/ωC)] Im (cos ωat + j sin ωt) Memakai metoda bilangan kompleks : = z . → z = f(jω) Dimana : = Vm ej(ωt + α) Z = R + LS + 1/CS = R + j (ωL – 1/ωC) Memakai komponen nyata dan khayal dapat ditulis : Z = R + jx Y = G + jβ Arus kompleks : = = = ej(ωt + α - θ) = = cos(ωt + α - θ) Kesimpulan : 1. Amplitudo arus dihubungkan dengan amplitudo tegangan dan besar impedansi oleh persamaan : Vm = Im . z 2. Arus tertinggal oleh tegangan sebesar sudut impedansi atau mendahului jika sudutnya negatif. Macam – macam bentuk bilangan komplek : 1. Bentuk rectangular : z = R + jx 2. Bentuk polar (stein metz) : z = |z| < θ 3. Bentuk eksponensial : z = |z| ejθ 4. Bentuk trigonometri : z = |z| ( cos θ + j sin θ) Contoh : 1. z = 10 + j5 Ubah ke bentuk bilangan komplek lain Jawab : Bentuk Polar Z = < Arctan 5/10 = 11,2 < 26,57° = 11,2 < 0,46 rad Bentuk Ekponensial Z = 11,2 ej0,46 Bentuk Trigonometri Z = 11,2 (cos 26,57° + j sin 26,57°) 2. Suatu tegangan yang melalui jaringan sebesar 50 mV, arus pada cabang pertama adalah 150 mA dan leading terhadap tegangan sebesar 60°. Arus pada cabang kedua adalah 100 mA dan lagging terhadap tegangan sebesar 45. Buat dalam bentuk polar dan rectangular ? Jawab : a. Dalam bentuk polar V = 10 < 0° mV I1 = 150 < 60° mA I2 = 100 < - 45° mA b. Dalam bentuk rectangular V = 50 (cos 0° + j sin 0°) = (50 + j 0)mV I1 = 150 (cos 60° + j sin 60°) = 150 (0,5 + j 0,866) = (75 + j 129,9)mA I2 = 100 (cos - 45° + j sin - 45°) = 100 (0,707 – j 0,707) = (70,7 – j 70,7)mA E. OPERASI MATEMATIKA BILANGAN KOMPLEK 1. PENJUMLAHAN / PENGURANGAN a. Rectangular z1 = A + jB z2 = x + jY z1 (x + jY) z2 = (A + jB) = (A x) + j(B Y) b. Polar z1 = A1 < φ1 z1 z2 = A2 < φ2 z2 = A1 < φ1 A2 < φ2 = A1(cos φ1 + j sin φ1) = (A1 cos φ1 A2(cos φ2 + j sin φ2) A2 cos φ2) + j (A1 sin φ1 A2 sin φ2) c. Eksponensial z1 = A1 ejφ1 z1 z2 = A2 e-jφ2 z2 = A1 < φ1´° = (A1 cos φ1´ A2 < φ2´° A2 cos φ2´) + j (A1 sin φ1´ A2 sin φ2´) d. Trigonometri z1 = A1(cos φ1 + j sin φ1) z1 z2 = (A1 cos φ1 ; z2 = A2(cos φ2 + j sin φ2) A2 cos φ2) + j (A1 sin φ1 2. PERKALIAN / PEMBAGIAN a. Rektangular z1 z2 = (A + jB)(x + jy) = (Ax - By) + j (Ay + Bx) z1 z2 = x = b. Polar z1 z2 = A1 < φ1 . A2 < φ2 = A1 . A2 <φ1 + φ2 z1 z2 = = < φ1 - φ2 c. Eksponensial z1 z2 = A1 ejφ1 . A2 ejφ2 =A1 . A2 ej(φ1 + φ2) z1 z2 = = e j(φ1 - φ2) A2 sin φ2) d. Trigonometri z1 z2 = A1(cos φ1 + j sin φ1) . A2(cos φ2 + j sin φ2) = A1 . A2{(cos φ1 cos φ2 - sin φ1 sin φ2) + j (cos φ1 sin φ2 + sin φ1 cos φ2) = A1 . A2{cos(φ1+ φ2) + j sin (φ1+ φ2)} z1 z2 = = { = { = {cos(φ1-φ2) + j sin(φ1-φ2)} } F. METODE FASOR Merupakan cara untuk menyelesaikan persoalan rangkaian jika rangsangan arus dan tegangan yang dikenakan pada rangkaian berupa sinusoida dengan frekuensi yang sama. Pada metode ini fungsi arus dan tegangan dinyatakan sebagai bilangan eksponensial kompleks dan dapat dilukiskan sebagai vektor. Sebagai contoh : 1. gambarkan diagram phasor dari soal no 2 di atas. 2. Suatu tegangan sinusoida : V = 3 cos (ωt + 45°) merupakan bagian nyata dari fungsi eksponensial kompleks : V = 3 ej(ωt + 45°). memakai metoda fasor dapat dilukis sebagai: Besar vektor = 3, sudutnya adalah fasa sesaat ωt + 45°. Karena t bertambah menurut waktu, maka sudutnya juga bertambah menurut waktu. Nilai 3 ejωt disebut fasor tegangan yang memiliki besar dan sudut fasa atau dapat ditulis v = 3 < 45°. 3. Suatu rangkaian fasor umum dengan dua kutub mempunyai tegangan dan arus yaitu : v = Vm cos (ωt + α) = Vm < α° i = Im cos (ωt + β) = Im < β° sesuai dengan hukum Ohm, hubungan antara tegangan dan arus maka : z = = = = |z| <θ z (impedansi) adalah bilangan kompleks, bukan fasor karena tidak mempunyai fungsi eksponensial waktu. Bentuk koordinat segiempat dan biasa ditulis sebagai z = R + jx, dimana R = Re |z| yaitu komponen resistif (Resistansi) dan x = Im|z| yaitu komponen resistif (Reaktansi). Secara grafik dapat digambarkan sebagai : Memakai persamaan pythagoras : |z| = √ R2 + x2 θ = tan-1 Atau : R = |z| cos θ dan x = |z| sin θ Reaktansi terbagi menjadi reaktansi induktif (XL) = ωL dan reaktansi kapasitif (XC) = -1/ωC. Telah diketahui bahwa : Y = 1/z = G + jβ; maka suseptansi juga memiliki suseptansi induktif (BL)= – 1/ωL dan suseptansi kapasitif (BC) = ωC selanjutnya diperoleh hubungan : G= dan B = 4. Gunakan diagram fasor untuk menentukan arus sumber i yang diperlukan untuk mendapatkan tegangan = 10 < 0° dalam rangkaian pada gambar di bawah ini : Jawab : Dari hukum Volt Ampere didapat harga masing – masing arus : IR = = . YR = 10 < 0° x 0,3 = 3 < 0° IC = = . YC = 10 < 0° x j 0,6 = 10 < 0° x 0,6 < 90° = 6 < 90° IL = = . YL = 10 < 0° x (-j 0,2) = 10 < 0° x 0,2 < - 90° = 2 < - 90° Dari hukum arus : Itotal = IR + IL + IC Itotal = 3 < 0° + 6 < 90° + 2 < - 90° = 3 + j6 – j2 = 3 + j4 = < Arctan = 5 < 53,1° A = 5 cos (ωt + 53,1°) A . Gambar diagram fasor, Secara umum dapat disimpulkan : 1. Arus dalam suatu resistansi sefasa dengan tegangan resistansi. 2. Arus dalam induktansi tertinggal oleh tegangan induktansi sebesar 90° 3. Arus dalam kapasitansi mendahului tegangan kapasitansi sebesar 90° (leading). 4. Arus – arus tegangan rangkaian dapat dijumlahkan secara grafik sesuai dengan hukum Kirchoff dengan pertolongan diagram fasor. G. PENYEDERHANAAN RANGKAIAN Pada masalah – masalah sebelumnya telah dibahas metoda penyederhanaan suatu rangkaian rumit menjadi resistansi setara tunggal. Metoda ini juga dapat dipergunakan untuk rangkaian bolak – balik. Jika kutub a dan b dipasang sumber, maka impedansi driving point atau impedansi setara adalah : z = V/I → Y = I/V = 1/z secara umum impedansi dan admitansi adalah operator fasor yang mempunyai bagian nyata dan khayal. Selanjutnya persamaan tegangan menjadi : = z = (R + jx) = R + j Ix = Y= (G + jB) = G + j Arus yang sama pada R dan x menunjukkan hubungan seri dan tegangan yang sama pada G dan B menunjukkan hubungan paralel. Note : Reaktansi induktif selalu positif dan reaktansi kapasitif selalu negatif. Suseptansi induktif selalu negatif dan suseptansi kapasitif selalu positif. Metoda – metoda yang telah dibahas sebelumnya untuk rangkaian arus searah, dapat dipakai untuk rangkaian bolak-balik dengan menggantikan resistansi menjadi impedansi atau admitansi. Contoh : Tentukan impedansi masukan rangkaian pada gambar, jika frekuensi sudut fungsi penggerak (Driving Function) = 10 rad/det Jawab : Impedansi kombinasi seri : R + jωL = 10 + j 10 . 1 = 10 + j 10 = 14,14 < 45°Ω Y= = = = (0,05 – j 0,05) siemens Yaa´ = (0,05 – j 0,05) + zaa´ = zbaa´ = 40 + 8,84 + j 5,31 = (48,84 + j 5,31) Ω = 49,13 < 6,2° Ω Ybaa´ = = = = 0,083 – j 0,05 = 0,097 < -31° s. = 10,31 < 31° Ω = (8,84 + j 5,31) Ω = 0,02 < - 6,2° = (0,02 – j 0,002)s Yc = jωC = j 10 . 10-3 = j 10-2 s Ybb´ = 0,02 – j 0,002 + j 0,01 = 0,02 + j 0,08 = 0,022 < 21,8° s Impedansi driving point (z) = = = 46,42 < - 21,8° Ω