ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS DALAM MATERI POKOK GAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN KELAS V SD NEGERI 71/I KEMBANG SERI Oleh : EVA MARDIANTIKA A1D109086 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JUNI 2014 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS DALAM MATERI POKOK GAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN KELAS V SD NEGERI 71/I KEMBANG SERI Oleh : Eva Mardiantika Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Jambi ABSTRAK Diperlukannya penerapan sebuah metode pembelajaran yang efektif dalam kegiatan pembelajaran sains agar siswa lebih tertarik belajar dan dapat berperan aktif terutama dalam memahami kompetensi yang ingin dicapai. Masih banyaknya siswa yang malas bertanya, siswa jenuh untuk belajar, siswa tidak termotivasi untuk melakukan proses kegiatan pembelajaran, siswa menjadi cepat bosan mendengarkan guru berceramah, siswa sering permisi keluar masuk kelas, siswa ngobrol dengan teman sebangku, siswa membuat keributan-keributan kecil dengan melempar kertas dan membuat gurauan dengan teman sebangkunya dan banyak siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya.. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Sains dalam materi pokok gaya dengan menggunakan metode latihan di kelas V SD Negeri 71/I Kembang Seri. Metode penelitian yang dilakukan adalah melalui prosedur penelitian, perencanaan. Tindakan, observasi, evaluasi, analisis dan refleksi. Untuk menganalisis digunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I dengan persentase aktifitas siswa sebesar 61% dalam kriteria penilaian cukup dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa dalam persentase 40% dengan predikat kurang, siklus II dengan persentase aktifitas siswa sebesar 69% dalam kriteria penilaian baik dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dalam persentase 68% dengan predikat baik dan siklus III dengan persentase aktifitas siswa sebesar 82% dalam kriteria penilaian sangat baik dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa dalam persentase 80% dengan predikat sangat baik. Dari uraia di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode latihan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok gaya dengan menggunakan metode latihan. Kata Kunci : Aktivitas, Hasil Belajar dan Metode Latihan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan merupakan modal dasar bagi pembangunan suatu bangsa, karena dengan pendidikan dapat dijadikan tolak ukur bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentu tidak terlepas dari mutu pendidikan. Proses perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan semakin termotivasi dalam belajar, daya kreatifitasnya meningkat, semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, dan semakin mantap pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Di dalam proses pembelajaran ada beberapa tujuan yang harus dicapai oleh siswa dalam belajar, salah satunya memahami konsep-konsep dalam pembelajaran Sains. Salah satu tujuan pengajaran Sains di SD adalah siswa memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan dan tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup. Proses pembelajaran harus bergantung kepada objek–objek konkrit (nyata) dan pengalaman yang dialami siswa secara langsung agar pengalaman tersebut menjadi sebuah ilmu yang selalu melekat dalam ingatan mereka. Diperlukan penerapan sebuah metode pembelajaran yang efektif dalam kegiatan pembelajaran sains agar siswa lebih tertarik belajar dan dapat berperan aktif terutama dalam memahami kompetensi hubungan antara gaya, gerak, dan energy pada kegiatan pembelajaran sains di kelas V. Dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas V SDN No 71/1 Kembang Seri tentang kompetensi memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energy, terlihat bahwa masih banyaknya siswa yang malas bertanya, siswa jenuh untuk belajar, siswa tidak termotivasi untuk melakukan proses kegiatan pembelajaran, siswa menjadi cepat bosan mendengarkan guru berceramah, siswa sering permisi keluar masuk kelas, siswa ngobrol dengan teman sebangku, siswa membuat keributan-keributan kecil dengan melempar kertas dan membuat gurauan dengan teman sebangkunya dan banyak siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya. Dari 25 siswa hanya 7 siswa yang nilainya di atas KKM (>65) dimana dianggap tuntas dalam belajar dan terlihat aktif saat belajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sains khususnya pada kompetensi hubungan antara gaya, gerak, dan energy, adalah dengan menggunakan metode latihan. harus merancang strategi yang baik untuk memperbaiki proses pembelajaran. Menurut Djamarah (2007:95), “metode latihan atau disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk mengajarkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dan juga untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan”. Metode latihan memiliki kelebihan yang adiantaranya meningkatkan daya motorik, mental, bersosialisasi, keterampilan dan gerak siswa dalam belajar. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti perlu melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sains Dalam Materi Pokok Gaya Dengan Menggunakan Metode Latihan di kelas V SD Negeri 71/1 Kembang Seri”. 1.2 Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Sains dalam materi pokok gaya dengan menggunakan metode latihan di kelas V SD Negeri 71/I Kembang Seri?” 1.3 Tujuan penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Sains dalam materi pokok gaya dengan menggunakan metode latihan di kelas V SD Negeri 71/I Kembang Seri. 1.4 Manfaat penelitian Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain: 1. Peneliti, Dapat menambah kazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan dan pengalaman peneliti dalam dunia pendidikan 2. Peneliti Lanjutan, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan dan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian tindakan kelas sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 3. Bagi Siswa, Dapat mendorong aktifitas siswa belajar lebih giat terutama dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengarahkan kegiatan pembelajaran, meningkatkan semangat belajar siswa, meningkatkan kegiatan belajar siswa dalam pembelajaran sains. 4. Bagi Guru, Dapat mengembangkan pembelajaran lebih bervariatif lagi, berguna untuk meningkatkan hasil belajar, disamping itu, dengan melakukan penelitian ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan profesionalitas untuk guru dan juga demi perbaikan peningkatan serta karakteristik sendiri. 5. Bagi Sekolah, Sebagai masukan dalam rangka perbaikan hasil pembelajaran Sains dan kualitas pengajar di sekolah dengan penggunaan media pembelajaran pada umumnya.. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aktifitas Belajar Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2000: 67) yang menyatakan bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa “aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar” (Sardiman, 2001:93). 2.1.1 Macam-macam Aktifitas Belajar Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2004: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok : 1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain) 2. Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato. 4. Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman. 5. Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak. 7. Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup. 2.1.2 Peran Guru dalam Aktifitas Siswa Guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu, penerapan aktifitas siswa menuntut kretifitas dan inovasi guru untuk dapat menyesuaikan kegiatan mengajar guru dengan gaya dan karakteristik siswa. Menurut Sanjaya (2011:139-140), ada beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar: 1. Mengemukakan berbagai alternative tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. 2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa, artinya tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan guru tetapi juga oleh siswa. 3. Memberikan informasi kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. 4. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. 5. Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan lainnya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. 6. Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan atas materi pelajaran yang dipelajari. 2.1.3 Peran Aktifitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Menurut Sanjaya (2011:141-143) tinggi, sedang atau lemahnya aktifitas siswa dapat dilihat dari kriteria proses perencanaan, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Krirteria tersebut meliputi sebagai berikut: 1. Dilihat dari Proses Perencanaan a. Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dmiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran. b. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran. c. Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan d. Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan 2. Dilihat dari Proses Pembelajaran a. Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. b. Siswa belajar secara langsung (Experiental Learning). Maksudnya siswa mengalami proses pembelajaran secara langsung, konsep, dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, melihat, dan sebagainya. c. Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif. d. Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran. e. Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang timbul selama proses pembellajaran. f. Terjadinya interaksi yang multi-arah, baik antar siswa dengan siswa atau guru dengan siswa. 3. Dilihat dari Kegiatan Evaluasi Pembelajaran a. Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan. b. Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes atau tugas. c. Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertilis maupun lisan berkenaan dengan hasil belajar yang diperoleh. 2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Siswa Menurut Sanjaya (2011:143-144) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, di antaranya: 1. Guru a. Kemampuan Guru Kemampuan guru merupakan factor utama yang dapat mempengaruhi aktifitas siswa dalam belajar. Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa. b. Sikap Profesional Guru Sikap profesioanl guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajar. Guru yang professional akan berusaha untuk mencapai hasil belajar yang optimal. c. Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Mengajar Guru Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru akan sangat mempengaruhi aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan latarbelakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang lebih luas terhadap pemahaman psikologis siswa, pemahaman terhadap gaya dan karakteristik siswa serta pemahaman mengenai model dan metode yang tepat untuk diterapkan. 2. Sarana Belajar a. Ruang Kelas Kondisi ruang kelas merupakan factor yang menentukan keaktifan siswa dalam belajar. Kelas yang terlalu sempit, tidak di tata dengan baik, kurangnya ventilasi dan sebagainya membuat siswa cepat lelah dan tidak bergairah dalam belajar. b. Media dan Sumber Belajar Keaktifan siswa juga memerlukan penggunaan multimetode dan multimedia, yang artinya keaktifan siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mendiri, baik dari media grafis atau media elektronik yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. 3. Lingkungan belajar Lingkungan belajar merupakan factor lain yang dapat memperngaruhi keaktifan siswa dalam belajar. Lingkungan belajar tersebut meliputi a. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik meliputi ketersediaan fasilitas belajar dan bermain. Selain itu kesesuaian bidang studi guru dengan latar belakar pendidkan guru juga mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar. b. Lingkungan Psikologis Yang dimaksud dengan lingkungan psikologis yaitu iklim social yang ada dilingkungan sekolah itu, yaitu hubungan antar guru, antar guru dengan kepala sekolah dan keharmonisan pihak sekolah dengan orang tua murid. 2.2 Hasil Belajar 2.2.1 Pengertian Belajar Menurut Slameto (2007:35), “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Winataputra (2007:1.5), “belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, ketrampilan dan sikap. Rangkaian proses ini dalam bentuk formal, informal dan non formal”. Menurut Hakim (2003:25), “belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat simpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar. 2.2.2 Faktor Pengaruh Belajar Menurut R. Gagne (dalam Slameto 2007: 37) memberikan dua definisi belajar, yaitu: 1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. 2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. 2.2.3 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Winataputra (2007:1.10), merupakan “bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas”. Dalam hal ini belajar meliputi ketrampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar. Prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa “hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa”. Menurut Nasution (2006:36) “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang melibatkan tingkah laku, urut-urutan kejadian dan ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar. 2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (2003:54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah : 1. Faktor-faktor Internal - Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh) - Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) - Kelelahan 2. Faktor-faktor Eksternal - Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) - Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah) - Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Menurut Caroll (dalam Angkowo & Kosasih, 2007:51), bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu (1) bakat belajar, (2) waktu yang tersedia untuk belajar, (3) kemampuan individu, (4) kualitas pengajaran, (5) lingkungan. 2.3 Ilmu Pengetahuan Alam / SAINS 2.3.1 Pengertian Pembelajaran Sains Sains berasal dari kata "science" yang berarti ilmu. sains adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam sekitar manusia. Untuk memperdalam gambaran dalam Sains di bawah ini dikemukakan beberapa batasan tentang Sains oleh para ahli dibidang Sains Menurut Wahyono (1996: 293), “Sains adalah merupakan suatu kumpulan pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum sebatas pada gejala alam”. Disimpulkan Sains adalah merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan atau gagasan dan konsep yang teroganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah . Menurut Carin & Sound (dalam Reni, dkk, 2004:6) menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu sistem yang diperoleh dari observasi dan percobaan”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa IPA tidak hanya merupakan cara kerja, cara berfikir dan cara memecahkan masalah, tetapi IPA dapat dipandang sebagai suatu sikap, proses, produk dan aplikasi. 2.3.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Sains Ruang lingkup pelajaran IPA di SD meliputi: Makluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya, Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya, meliputi: udara, air, air tanah dan batuan, Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Kesehatan, makanan, penyakit dan pencegahannya. Tujuan pembelajaran sains (IPA) di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut (Depdikbud,2004:4) yaitu: a. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. b. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi. c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. d. Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. e. Mengembangkan kesadaran tentang daya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat f. Mempengaruhi alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan 2.3.3 Pembelajaran Sains SD Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK tahun 2004 dan KTSP, Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan tahun 2006), pendidikan sains (IPA) disekolah dasar (SD) secara eksplisit berupa mata pelajaran mulai diajarkan pada jenjang kelas tinggi. Sedangkan di kelas rendah pembelajaran IPA ini terintegrasi bersama mata pelajaran lainnya, melalui model pembelajaran tematis. Keterampilan proses ini meliputi: keterampilan mengamati dengan seluruh indera; keterampilan menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja; mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan data; mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Pada prinsipnya, “pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara „mencari tahu‟ dan cara „mengerjakan/melakukan‟ yang dapat membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam” (Depdiknas, 2004:3). Menurut Komalasari (2010: 3) mendefinisikan pembelajaran adalah “Suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/ pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajarn sains adalah suatu sistem atau proses pembelajran yang direncanakan secara sistematis tentang kumpulan pengetahuanpengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah dengan mencakup aspek factual, aktif melakukan investigasai, dan pengembangan sikap. 2.3.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran Sains SD Pembelajaran sains merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan kehidupannya, sehingga dalam pembelajaran sains dikaitkan agar berorientasi pada siswa. Menurut Asy‟ari (2006: 24-25), dalam pembelajaran sains perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang meliputi: 1. Empat pilar pendidikan global (learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together). a. Sikap rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar (learning to know). b. Proses, prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah meliputi penyusunan hepotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan (learning to do). c. Produk, berupa fakta, prinsip, teori, dan hokum (learning to be). d. Aplikasi, penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari (learning to live together). 2. Inquiri (Pengetahuan) 3. Konstruktivistik (Pembangun sendiri pemahaman) 4. Salingtemas (Sains-Lingkungan-Teknologi dan Masyarakat) 5. Pemecahan masalah 6. Pembelajaran bermuatan nilai Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). 2.4 Metode Pembelajaran Latihan 2.4.1 Pengertian Metode Menurut Sanjaya (2008:147), “metode adalah cara yang disusun dalam kegiatan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”. Metode mengajar adalah “suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh seorang guru atau instruktur untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau sedara berkelompok/klasikan, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik” (Ahmadi, 2005:52). Penggunaan suatu metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor tujuan pembelajaran, faktor siswa, faktor situasi, dan factor guru itu sendiri. Ahmadi, (2005:53) mengatakan bahwa metode yang digunakan harus memperhatikan syaratsyarat berikut ini; a. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa. b. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa. c. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya. d. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang keinginan untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi. e. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri. f. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mentiadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan. g. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari. 2.4.2 Pengertian Pembelajaran Istilah pembelajaran adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar atau kegiatan pembelajaran. Istilah ini menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (dalam Wina:2008), yang menyatakan bahwa, “Mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran, dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu”. Melalui aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar, para siswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang lebih baik. Pengalaman yang dirasakan oleh para siswa akan tersimpan lebih lama daripada disampaikan oleh orang lain atau guru. Oleh karena itu, siswa terlepas dari ketergantungan dari orang lain, karena dalam belajar sudah terbiasa menurut aktivitas masing-masing. Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewat berbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu penciptaan kondisi agar para siswa melakukan kegiatan belajar dalam rangka menguasai suatu bahan kajian atau materi pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menciptakan kondisi yang kondusif, agar para siswa memiliki gairah belajar, karena tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan dapat tercapai secara maksimal. 2.4.3 Pengertian Metode Latihan Metode latihan (drill) adalah salah satu metode yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan sesuatu berdasarkan keterampilan dan kemampuannya. Menurut Djamarah (2007:95), mengemukakan bahwa, “metode latihan atau disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk mengajarkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dan juga untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan”. Adapun tujuan metode latihan adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari siswa dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari siswa itu dan siap dipergunakan bila sewaktuwaktu diperlukan. Sedangkan menurut Roestiyah (dalam Muradi:2005) dalam strategi belajar mengajar teknik metode latihan ini biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa; a). Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda, melaksanakan gerak dalam olahraga. b). Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya. c). Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti sebab akibat banjir - hujan; antara tanda huruf dan bunyi -ing, ny dan lain sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari metode latihan adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan motoris dan mental siswa dalam mengusai keterampilan tertentu. 2.4.4 Pelaksanaan Metode Latihan Metode latihan dapat berjalan efektif dan berpengaruh positif terhadap kamampuan dan keterampilan siswa, oleh karena itu, guru dalam menggunakan metode latihan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. a). Latihan diberikan hanya pada bahan atau tindakan yang bersifat otomatis. b). Latihan yang diberikan harus memiliki tujuan yang lebih luas, di mana: 1. Siswa menyadari kalau latihan yang dilakukan berguna untuk kehidupan siswa selanjutnya. 2. Siswa mempunyai sikap kalau latihan itu sebagai pelengkap belajar selanjutnya. c). Latihan hanya sebagai alat diagnosa. 1. Pada taraf permulaan jangan membiarkan reproduksi yang berperan. Guru harus membimbing terlebih dahulu hingga berulang kali. 2. Guru meneliti kesulitan yang timbul dalam pentransferan pelajaran kepada siswa. 3. Respon yang benar harus diketahui siswa dan respon yang salah harus diperbaiki. Jangan membiarkan siswa terbiasa dengan ungkapan yang salah. 4. Memberikan waktu pada siswa untuk menyerap bahan pelajaran, mewarisi latihan dan mengembangkan arti serta kontrol. 5. Pelatihan pada langkah awal penekanannya pada ketepatan selanjutnya pada kecepatan, dan pada akhirnya siswa mampu menulis karangan narasi dengan tepat serta cepat dalam merespon. d). Masa latihan harus singkat, tetapi harus sering dilakukan. Dengan begitu siswa akan memperoleh materi yang sedikit tapi melekat dan tidak membosankan. e). Pelaksanaan latihan harus menarik dan menggembirakan. Latihan dapat dilaksanakan dengan berbagai variasi. Semisal didramatisasikan sehingga motivasi siswa berkreativitas. f). Proses latihan harus disesuaikan dengan perbedaan individual siswa. 1. Tingkat kecakapan yang diterima antar siswa pada satu saat tidak perlu sama. 2. Latihan secara perorangan perlu untuk menambah latihan kelompok (Roestiyah:2005). Teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran bahasa hendaknya sesuai dengan metode yang dipilih. Teknik-teknik pembelajaran adalah penerapan atau realisasi praktis dari metode dan metode merupakan pemikiran dan langkah-langkah pokok dalam approach pada batas pelaksanaan. 2.4.5 Kelebihan Metode Latihan Setiap metode pembelajaran yang digunakan tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Metode latihan memiliki kelebihan yang sangat berarti, yaitu dapat memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode latihan dapat membuat siswa memperoleh suatu keterampilan, ketangkasan, ketepatan, dan kesempatan. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dari metode latihan dalam pembelajaran menurut pendapat Djamarah (2007:96), yaitu. a) Siswa memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat. b) Siswa memperoleh kecakapan mental seperti dalam penggunaan tandatanda (simbol). c) Siswa memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, dan sebagainya. d) Pembentukan kebiasan yang dilakukan dapat menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. e) Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerak an yang kompleks menjadi lebih otomatis. f) Pengertian siswa akan lebih luas melalui latihan berulang-ulang. g) Siswa siap menggunakan keterampilannya karena sudah terbiasa. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode latihan memiliki banyak kelebihan, sehingga dengan adanya kelebihan ini sangat membantu guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. 2.4.6 Kekurangan Metode Latihan Metode latihan selain memiliki kelebihan yang sangat berarti, juga memiliki kelemahan. Penulis intisarikan dari pendapat Djamarah (2007:96), mengenai kelemahan metode latihan, yaitu. a) Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian. b) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. d) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis. e) Dapat menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tidak tahu arti). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode latihan memiliki kelemahan. Akan tetapi, kelemahan ini tidak berarti metode pembelajaran ini tidak dapat digunakan. Melalui kelemahan-kelemahan tersebut guru harus berupaya dan dijadikan sebagai salah satu motivasi pendidik dalam mengembangkan strategi supaya tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dan tepat sasaran. 2.4.7 Langkah-langkah Metode Latihan Metode latihan sangat sesuai untuk melatih keterampilan, baik keterampilan fisik maupun keterampilan mental. Metode ini berhubungan dengan pembentukan asosiasi-asosiasi mental yang siap untuk direproduksi. Oleh karena itu, pelaksanaan metode ini harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Sebelum latihan dilaksanakan, siswa harus diberi penjelasan mengenai arti atau manfaat dan tujuan dari latihan tersebut. 2. Latihan hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana kemudian ke taraf yang lebih kompleks atau sulit. 3. Prinsip-prinsip dasar pengerjaan latihan hendaknya telah diberikan kepada anak. 4. Selama latihan berlangsung, perhatikanlah bagian-bagian mana yang sebagian besar anak-anak dirasakan sulit. 5. Latihlah bagian-bagian yang dipandang sulit itu lebih intensif. 6. Perbedaan individual anak perlu diperhatikan. 7. Jika suatu latihan telah dikuasai anak-anak, taraf berikutnya adalah aplikasi dan lebih bervariasi (Depdikbud, 1996: 18). 2.5 Kerangka Berfikir Penggunaan metode latihan dalam pembelajaran Sains diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dimana ketepatan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran dalam pembelajaran Sains akan memperlancar proses pembelajaran. Untuk itu penggunaan metode latihan dalam pembelajaran Sains akan membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan mengenai hasil belajar siswa dan membantu guru untuk menyampaikan materi pelajaran Sains. Pembelajaran Sains dengan menggunakan metode latihan dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran Sains dalam mater hubungan antara gaya, gerak, dan energy dikelas V SD Negeri 71/1 Kembang Seri akan meningkat dengan menggunakan metode latihan. Siswa Kelas V SDN 71/1 Kembang Seri Proses Pembelajaran Sains Hasil Belajar Metode Latihan 2.6 Hipotesis Penelitian Berpijak dari latar belakang masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir di atas, maka bisa didapatkan hipotesis tindakan yaitu dengan menggunakan media gambartiga dimensi dalam pembelajaran IPA pada materi perubahan penampakan permukaan bumi dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa Kelas Berpijak dari latar belakang masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir di atas, maka bisa didapatkan hipotesis tindakan yaitu dengan menggunakan metode latihan dalam pembelajaran IPA dalam materi pokok energi dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa Kelas V SD Negeri 71/1 Kembang Seri . III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 71/1 Kembang Seri, yang memiliki 6 ruang belajar, 1 ruang kantor, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 2 WC guru, 3 WC siswa. Dengan jumlah siswa keseluruhan sebanyak 140 siswa dan tenaga pengajar sebanyak 14 orang guru. Lokasi sekolah ini berada persis di pinggir jalan daerah pedesaan dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V, dengan jumlah siswa 25 orang, 14 orang siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Siswa kelas V berumur rata-rata antara 10 tahun sampai 11 tahun. 3.2 Prosedur Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi-evaluasi dan refleksi. a. Observasi Peneliti selain melakukan proses belajar mengajar juga melakukan observasi yang dilakukan bersama dalam tindakan. Peneliti bertindak sebagai pengobservasi dan guru sebagai yang di observasi. Peneliti mempunyai catatan harian sebagai alat untuk observasi terhadap proses belajar mengajar. Selain siswa dalam PTK guru juga dievaluasi melalui pengamatan dengan teman sejawat yang bertujuan untuk mengetahui apakah perbaikan pembelajaran telah mencapai hasil optimal. Hasil observasi ini merupakan bentuk data masukan untuk menentukan langkahlangkah perbandingan pada proses pembelajaran siklus berikutnya menjadi lebih baik sehingga tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Setiap akhir siklus diadakan evaluasi dengan tes tertulis, tes dilakukan untuk melihat dan menentukan kemampuan murid menguasai pelajaran IPA yang telah disajikan pada soalsoal buku paket atau soal LKS IPA kelas V SDN 71/I Kembang Seri. Tabel 3.1 Observasi Aktivitas Siswa Aktivitas Belajar No Nama Siswa Jml % 1 2 3 4 5 6 1 2 3 Jumlah Persentase Keterangan : 1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 2. Siswa aktif dalam kegiatan belajar 3. Siswa mampu bertanya 4. Siswa dapat ikut serta dalam merangkum materi pembelajaran 5. Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan benar 6. Siswa mampu mengerjakan latihan sesuai dengan waktu yang diberikan. Skor : 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik 5 = Sangat Baik Tabel 3.2 Observasi Aktivitas Guru No. Indikator yang diamati 1 2 Skor 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 Guru aktif sebagai fasilitator pembelajaran Guru mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif Guru menyiapkan persiapan untuk mengajar Guru mampu mengelola kelas Guru mampu menumbuhkan semangat siswa Pembelajaran terpusat pada siswa Guru mengajar secara demokratis Permainan yang dikemas guru mampu menarik minat siswa untuk belajar 9 Guru mampu memanfatkan waktu dengan efektif 10 Guru mengajar dengan senyuman Jumlah Skor Persentase Keterangan: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik 5 = Sangat Baik b. Evaluasi Evaluasi dilakukan umpan balik kepada guru sebagai dasar perbaikan, proses belajar mengajar dan menjadikan program perbaikan. Jika hasil siswa kurang memuaskan, maka perlu dilakukan perbaikan, jika hasil belajar siswa cukup baik maka perlu dipertahankan lagi termasuk memberikan pengayaan materi pembelajaran dalam evaluasi hasil belajar diberikan pada akhir siklus dengan pemberian soal tes tertulis. 3.2.3 Refleksi Hasil observasi dan evaluasi dikumpulkan sehingga dapat mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sudah tepat, benar, atau perlu adanya perbaikan. Hasil dari refleksi yang dilaksanakan menjadi masukan untuk tindakan berikutnya. Siswa yang dianggap tuntas apabila siswa tersebut telah mencapai 65% atau lebih, dan suatu kelas dianggap tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% 3.2.4 Analisa Data dan Kriteria Keberhasilan a. Data Observasi Data observasi diambil saat tindakan dilaksanakan. Untuk mengetahui tingkat pemahaman proses belajar siswa, dapat dilihat dari observasi yang telah dicari jumlah skor 5 dari siswa. Skor yang paling tinggi ditafsirkan sebagai tolak ukur tingkat pemahaman siswa. Sebaliknya, skor yang paling rendah dapat ditafsirkan sebagai kecenderungan yang menggambarkan pendapat kebanyakan siswa tersebut dapat dicari persentase jawaban yang paling banyak dari siswa. Menurut Slavin (2005:160) Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata kelompok, yaitu Rata-rata = Persentase (%) dihitung dengan menggunakan rumus Sudjana, dalam Skripsi Saparudin (2003:31). x 100% Keterangan : P = Nilai Persentase ∑ F = Skor jawaban Ya ∑ N = Nilai maksimum Keterangan penilaian : 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup 4. Kurang 5. Sangat kurang = 80% – 100% = A = 70% – 79% = B = 60% – 69% = C = 50% – 59% = D = < 49% =E b. Data Hasil Evaluasi Siswa dianggap tuntas dalam belajar apabila siswa tersebut telah mencapai 65% atau lebih, dan suatu kelas dianggap tuntas dalam belajar apabila sekurang-kurangnya 75% siswa dikelas tersebut mencapai daya serap 65%. Sedangkan untuk data kuantitif berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes, yang diberikan pada setiap akhir siklus. System penilain berpedoman kepada buku Penelitian Tindakan Kelas (IGAK Wardhani, dkk. 2007:4.24) dengan menggunakan rumus. Tingkat Penugasan = Jumlah jawaban yang benar x 100% Nilai maksimum Tabel 3.3 Rentang Nilai Keberhasilan No Kisaran Nilai Rata-rata Kriteria 1. 80 – 100 Sangat Baik 2. 66 – 79 Baik 3. 56 – 65 Cukup 4. 40 – 55 Kurang 5. 00 – 39 Sangat kurang Sumber: SD Negeri 71/I Kembang Seri c. Kriteria keberhasilan Untuk melihat tindakan yang diterapkan dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa berhasil atau tidak disesuaikan dengan tingkat Sekolah Dasar yang diterapkan. Pada Sekolah Dasar Negeri 71/I Kembang Seri, kriteria keberhasilan pembelajaran sains dikatakan berhasil apabila nilai hasil belajar siswa baik individu maupun klasikal mencapai >65. Ini sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diterapkan di SDN 71/I Kembang Seri IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat melibatkan fisik siswa dari kegiatan dalam menyelesaikan soal, mental siswa dalam memberikan alasan atas jawaban siswa dalam mencocokkan gambar, emosional siswa dalam memberikan pertanyaan dan pendapat siswa mengenai materi yang diajarkan serta melibatkan intelektual siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar. Tabel 4.10 Rekap Hasil Observasi Aktifitas Siswa Huruf A B C D E F Siklus I % Kategori 62% Baik Siklus II % Kategori 70% Baik Siswa aktif dalam kegiatan belajar 68% 73% Siswa mampu bertanya 57% Siswa dapat ikut serta dalam merangkum materi pembelajaran Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan benar Siswa mampu mengerjakan latihan sesuai dengan waktu yang diberikan 60% Indikator Siswa memperhatikan penjelasan guru Rata-rata 59% 58% 61% Baik Cukup Baik Cukup Cukup Cukup 66% 67% 65% 73% 69% Baik Baik Baik Baik Baik Baik Siklus III % Kategori 83% Sangat Baik 80% Sangat Baik 82% Sangat Baik 82% Sangat Baik 80% Sangat Baik 83% Sangat Baik Sangat 82% Baik Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Aktifitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktifitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang. Tabel 4.11 Rekap Ketuntasan Hasil Belajar No Ketuntasan Siklus I Siklus II Siklus III 1 Tuntas 10 17 20 2 Tidak Tuntas 15 8 5 Dari kegiatan penelitian yang dilakukan pada setiap setiap siklus menghasilkan ketuntasan siswa yang meningkat, pada siklus pertama 10 siswa yang tuntas dan 15 siswa yang belum tuntas, pada siklus kedua terdapat 17 siswa yang tuntas dan 8 siswa yang belum tuntas serta pada siklus ketiga terdapat 20 siswa yang tuntas dan 5 siswa yang belum tuntas. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode latihan dikelas V SDN 71/I Kembang Seri pada materi pokok gaya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas V SDN 71/I Kembang Seri sesuai dengan kriteria aktivitas belajar siswa yang ditetapkan. Dari kegiatan yang dilakukan, diperolehlah hasil observasi aktivitas belajar siswa. Pada siklus I dengan persentase aktivitas siswa sebesar 61% dalam kriteria penilaian cukup, nilai rata-rata hasil belajar 66,4 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa dalam persentase 40% dengan predikat kurang, siklus II dengan persentase aktivitas siswa sebesar 69% dalam kriteria penilaian baik, nilai rata-rata hasil belajar 71 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dalam persentase 68% dengan predikat baik dan siklus III dengan persentase aktivitas siswa sebesar 82% dalam kriteria penilaian sangat baik, nilai rata-rata hasil belajar 74,8 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa dalam persentase 80% dengan predikat sangat baik. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran yang berkenaan dengan temuan yang diperoleh dari aktivitas siswa dalam penggunaan metode latihan pada pembelajaran sains di SDN 71/I Kembang Seri sebagai berikut: 1. Bagi siswa aktifitas belajar siswa yang telah diperoleh harus dapat lebih ditingkatkan, yaitu dengan penerapan metode latihan, dimana banyak kegiatan siswa yang dapat membuat siswa lebih termotivasi, aktif dan memahami materi sains yang dipelajari. Selain itu dapat membuat siswa belajar lebih mandiri dan mengasah kemampuannya sendiri. 2. Bagi Guru Guru-guru sekolah disarankan untuk selalu dapat menerapkan metode latihan dalam meningkatkan aktifitas belajar siswa, guru juga dapat mengontrol kegiatan siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan pada penggunaan metode latihan pada materi pokok gaya diSDN 71/I Kembang Seri. 3. Bagi Sekolah Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dan menambah keterampilan guru dalam mengajar. DAFTAR PUSTAKA Abdul Somad, Adi. DKK. 2008. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia. Amirudin dan Zainal Asikin. 2010. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali Press. Angkowo, R, & Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo Arifin, Zaenal. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta: Akademika Presindo. Asy‟ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : Universitas Airlangga. Depdikbud. 1996 Petunjuk Peneingkatan Mutu Pendidikan di SD. Jakarta : Dirjen Dikdas dan Menum, Direktorat Dikdas, Depdikbud. Depdikbud. 2004. Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Depdiknas. 2004. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2004 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Djamarah. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Balai Pustaka. Djamarah. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pt. Rineka Cipta. Forijad. 1989. Penelitian dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Karya Bersama. Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara. IGAK Wardani dkk, 2007, "Penelitian Tindakan Kelas”. Jakarta: Universitas Terbuka, Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia. Komalasari. 2010. Pembelajaran Kontesktual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Revika Aditama Kurniawan, Eka. 2002. Aku Tak Merasa Menulis Sebagai Beban. Jakarta: Rineka Cipta. Mithayani. 2011. Latihan. Diakses dari (http://mithayani.wordpress.com/2011/ 10/27/latihan. Muradi Ahmad. 2005. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Muradi. 2005. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra. Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Nurchasanah. 2002. Model Interaksi Keluarga dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Indonesia Anak Usia Balita. Malang: lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang. Reni, Dkk. 2004. Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia Roestiyah. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional Sanjaya Wina. 2008. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta: Kencana. Sanjaya Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Saparudin. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan Kompetitif, Jakarta Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada : Jakart. Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada : Jakarta Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cet. Ke-4. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Slameto. 2007. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media. Sudjana, N, & Rivai, A. 2001. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Alge Sindo Suparno. 2007. Keterampilan Dasar menulis. Jakarta : Universitas Terbuka Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angakasa. Tarigan, Henry Guntur. 2003. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tarigan. 2007. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa. Wahyono. 1996. Aspek dan Kriteria Penilian Media Pembelajaran. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada Widjono, Hs. 2011. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.Grasindo. Winataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.