STATUS KESEHATAN BAYI BERBASIS PADA PEMBERIAN MAKANAN BAYI Islami STIKES Muhammadiyah Kudus ABSTRAK Pemberian makanan pada bayi sejak lahir masih menjadi problem terutama di negara-negara berkembang. Masalah pemberian ASI pada bayi merupakan masalah yang sangat komplek yang dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain motivasi dan pengetahuan ibu menyusui, budaya di masyarakat, peran dari tenaga kesehatan, kebijakan rumah sakit, dan maraknya peredaran susu formula serta regulasi dari pemerintah pusat. Berdasarkan data di Kabupaten Kudus angka pemberian ASI masih tergolong rendah, yaitu hanya 19,56%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pemberian makanan pada bayi dengan status kesehatan bayi usia 1 hingga 6 bulan. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan obeservasional kohor prospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 1 sampai 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kudus yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling dan diperoleh 30 responden. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan awal oktober sampai dengan November 2014. Data yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisis menggunakan statistik univariabel dan biavariabel dengan uji kolmogorov-smirnov. Hasil penelitian diperoleh tidak terdapat hubungan antara pemberian makanan bayi dengan status kesehatan bayi usia 1 sampai 6 bulan dengan nilai p >0.005. Penelitian ini hanya melihat jenis pemberian makanan bayi dari satu bulan hingga enam bulan, tidak melihat pemberian ASI secara ekslusif. Pemberian ASI yang berdurasi pendek berpengaruh pada status kesehatan pada bayi. Beberapa bayi yang mengkonsumsi ASI dengan status kesehatan yang mengalami lebih dari satu atau dua keluhan kemungkinan disebabkan karena durasi konsumsi ASI yang belum tuntas atau belum eksklusif sehingga sistem pembentukan imun secara aktif belum berkembang optimal. Kata Kunci : status kesehatan, pemberian makanan bayi usia 1-6 30 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 29-34 bulan adalah 31%. ASI eksklusif lebih PENDAHULUAN Pemberian makanan pada bayi tinggi di sejak lahir masih menjadi problem dibandingkan terutama perkotaan.1 di negara-negara daerah Di perdesaan dengan daerah Kabupaten Kudus berkembang. Masalah pemberian ASI angka pemberian ASI masih tergolong pada bayi merupakan masalah yang rendah, yaitu hanya 19,56%. sangat komplek yang dipengaruhi oleh Penelitian ini bertujuan untuk beberapa hal antara lain motivasi dan mengetahui pengetahuan ibu menyusui, budaya di pemberian makanan bayi usia 1 – 6 masyarakat, tenaga bulan dengan status kesehatan bayi di kesehatan, kebijakan rumah sakit, dan wilayah kerja Puskesmas Purwosari maraknya peredaran susu formula serta Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. peran dari regulasi dari pemerintah pusat. masyarakat antara Hasil penelitian World Health Keprihatinan justru muncul dari sebagian hubungan yang Organization (WHO) menyatakan dengan jelas kerugian pemberian ASI menganggap bahwa ASI tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan bayi sehingga maupun ibu. Kerugian bayi yang tidak membuat mereka mencari susu formula memperoleh sebagai upaya tambahan pemberian meningkatkan makanan pada bayi. Hal ini didukung termasuk otitis media, gastroenteritis, dengan semakin banyaknya wanita pneumonia, obesitas pada masa anak, yang berkarir atau memilih bekerja di diabetes tipe 1 dan 2, leukemia dan luar social sindrom kematian mendadak. 4 Bayi ekonomi atau karena alasan aktualisasi yang memperoleh ASI secara penuh diri. mempunyai ratarata tekanan darah rumah karena alasan Berdasarkan data riset kesehatan jangka pendek ASI pada adalah bayi berisiko kejadian infeksi yang rendah dan total kolesterol yang dasar tahun 2010 angka keberhasilan rendah pemberian ASI secara keseluruhan intelegensi yang lebih tinggi. Selain pada umur 0 sampai 1 bulan adalah itu, prevalensi kelebihan berat badan 45,4%, umur 2 sampai 3 bulan adalah dan diabetes tipe 2 juga lebih rendah 38,3% , dan pada umur 4 sampai 5 serta menunjukkan skor Islami, Status Kesehatan Bayi Berbasis pada Pemberian Makanan Bayi… dibandingkan bayi yang tidak memperoleh ASI. 31 Berdasarkan tabel di atas karakteristik responden menurut umur bervariasi. Frekuensi terbanyak pada bayi usia 1 bulan, kemudian bayi usia 4,5 dan 6 METODE Desain penelitian ini adalah bulan. penelitian analitik dengan pendekatan kohor prospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 1-6 bulan 2. Distribusi frekuensi jenis pemberian makanan pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tabel 5.2 Distribusi frekuensi jenis Kota Kabupaten Kudus yang memenuhi pemberian makanan bayi kriteria inklusi dengan teknik pengambilan sampel aksidental dan diperoleh 30 responden. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober sampai November dikumpulkan univariabel, 2014. Data dianalisis bivariabel yang telah statistik dengan uji n=30 % 18 60 Sufor 12 40 ASI Berdasarkan tabel di atas prosentase pemberian makanan jenis ASI lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang memberikan susu formula. Kolmogorov smirvov. HASIL 3. Distribusi frekuensi kejadian sakit Hasil penelitian status kesehatan bayi berbasis pemberian makanan bayi disajikan dalam tabel sebagai berikut: 1. Karakteristik responden Karakteristik responden disajikan dalam tabel 5.1 sebagai berikut: Tabel 5.1 Karakteristik reponden Tabel 5.3 Distribusi frekuensi kejadian < 1 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan n=30 3 7 2 3 5 5 5 % 10 23.3 6.7 10 16.7 16.7 16.7 sakit n=30 % Tdk mengalami 7 23.3 Mengalami 1 keluhan 18 60 Lebih dari 2 keluhan 5 16.7 Berdasarkan data di atas prosentase terbanyak adalah pada bayi yang mengalami lebih dari satu keluhan. 32 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 29-34 4. Hasil uji statistik Tabel 5.4 Crosstabulation makanan bayi dengan status kesehatan Tidak Mengalami Mengalami 1 keluhan Mengalami 2 keluhan ASI 5 10 18 Susu formula 2 8 12 Berdasarkan tabel di atas bayi formula. Tetapi yang mengalami satu yang memperoleh ASI cenderung tidak dan 2 dua keluhan penyakit juga lebih mengalami keluhan secara prosentase banyak prosentasenya dibandingkan lebih banyak dibandingkan dengan dengan bayi formula. yang mengkonsumsi susu yang mengkonsumsi susu Status kesh Most extreme difference absolute .111 Positive .111 Negative .000 Kolmogorov-smirnov Z .0298 ASymp. Sig. (2-tailed) 1.000 a.grouping variable : mknn.by Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh nilai p > 0.005 Penelitian ini hanya melihat jenis yang pemberian makanan bayi dari satu maknanya bahwa tidak ada hubungan bulan hingga enam bulan, tidak melihat antara jenis pemberian makanan bayi pemberian dengan status kesehatan bayi usia 1 Pemberian ASI yang berdurasi pendek bulan, 2 bulan sampai 6 bulan. berpengaruh pada status kesehatan ASI secara ekslusif. pada bayi. Status kesehatan pada penelitian PEMBAHASAN ASI merupakan makanan terbaik ini bervariasi antara lain bayi yang bagi bayi. ASI mengandung banyak zat tidak mengalami keluhan, mengalami imunitas yang mampu melingdungi satu keluhan dan yang mengalami bayi lebih dari 2 keluhan. Beberapa keluhan dari penyakit melalui pembentukan sistem imun secara aktif. penyakit yang terdeteksi pada penyakit Islami, Status Kesehatan Bayi Berbasis pada Pemberian Makanan Bayi… 33 ini diantaranya adalah demam, infeksi vibrio kolera, eschericia coli dan saluran nafas dan diare. Beberapa bayi rotavirus 13. Gikosamin dalam susu yang mengkonsumsi ASI dengan status mencegah kesehatan yang mengalami lebih dari reseptor satu atau dua keluhan kemungkinan transmisi dan lemak ASI berkontribusi disebabkan karena durasi konsumsi terhadap imunitas dengan aktivitas ASI yang belum tuntas atau belum Giardia Lamblia, human influenza, eksklusif sistem streptokokus grup B, streptokokus pembentukan imun secara aktif belum epidermis, virus respiratori dan herpes berkembang optimal. Selain faktor simplek tipe 1. Susu formula bayi jenis pemberian makanan munculnya meningkatkan satu atau dua keluhan pada bayi yang gastroenteritis dan diare. Chien and mengkonsumsi Howie sehingga ASI juga dapat masuknya CD4, HIV dalam menurunkan risiko risiko menemukan penyakit bayi yang dipengaruhi oleh lingkungan yang diberikan susu formula atau ASI yang menyebabkan dikombinasikan dengan susu formula penyakit dan agen penyebab penyakit itu sendiri. memiliki risiko 2.8 kali infeksi pada Bayi yang tidak mendapatkan ASI berisiko lebih tinggi mengalami gastrointestinal. Data PROBIT juga menemukan hal yang sama. infeksi pada tahun pertama kehidupan. Hal ini karena rendahnya imunitas yang dimiliki oleh bayi. Sel plasma pada bronchus ibu dan SARAN DAN DISKUSI Penelitian ini mempunyai daerah keterbatasan yaitu besarnya sampel intestinal berpindah ke epitel payudara sangat minimal dan tidak melihat dan antibody pemberian ASI oligosakarida Penelitian selanjutnya memproduksi immunoglobulin A. secara eksklusif. disarankan mencegah serangan bakteri pathogen untuk melihat pemberian ASI secara pada ekslusif dan jumlah sampel yang tidak daerah respiratori seperti hemofilus influenza dan streptokokus pneumonia. Epitel pada sistem respiratori dan glikoprotein mencegah masuknya bakteri pathogen seperti sedikit. 34 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 29-34 RUJUKAN Riset kesehatan dasar, 2010 Laporan kesehatan kabupaten Kudus tahun 2012 WHO. 2007. Evidence on the long term effects of breastfeeding. Geneva. Switzerland Stuebe A. The risk if not breastfeeding for mother and infants. Rev obstet Gynecol.2009;2(4) Baskoro.2008 Baskoro. 2008. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta: Banyu Media Memunah. 2004. Kamus istilah kebidanan. Jakarta;EGC Roesli.2000 Roesli,U. 2005. Mengenal AS Eksklusif. Jakarta : Trubus Agrawijaya Huliana, 2003 Huliana, Mellyna. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Warna Breastfeding and the use of human milk. Pediatric.2012;129 Dahlan MS. 2009. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Seri 3 sedisi 2.Jakarta:Sagung Seto;. Hlm 7984 Satari MH. Wirakusumah FF. 2010 Konsistensi dalam penelitian dalam bidang kesehatan. Bandung:Refika Aditama;.hlm 74-5