Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 KARAKTERISASI N-ASETILGLUKOSAMIN HASIL HIDROLISIS KITIN SECARA KIMIAWI CHARACTERIZATION OF N-ACETYLGLUCOSAMINE CHITIN CHEMICAL HYDROLYSIS Medya Indra Mukti dan Nuniek Herdyastuti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231) Email : [email protected] Abstrak. N-asetilglukosamin dapat dihasilkan secara kimiawi dengan menggunakan senyawasenyawa asam seperti asam klorida, asam sulfat, asam nitrat dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik N-asetilglukosamin yang telah dihidrolisis dari kitin. Karakterisasi N-asetilglukosamin meliputi sifat fisik dan sifat kimia. Hasil karakteristik sifat fisik dari N-asetilglukosamin menunjukkan berwarna putih, tidak berbau, mempunyai titik leleh 250°C. Sifat kimia berdasarkan gugus fungsi menunjukkan adanya gugus O-H, C-H, C-O, C-N, C=O yang mirip dengan N-asetilglukosamin standar, serta menunjukkan kelarutan 98,8% di dalam air dan kadar air 3,64%. Hasil analisis HPLC menunjukkan adanya puncak pada waktu retensi 2,889 dan 2,986 menit. Berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukan pemurnian lebih lanjut untuk menghasilkan Nasetilglukosamin murni. Kata Kunci: Hidrolisis kimiawi, Karakterisasi, N-asetilglukosamin Abstract. N-acetylglucosamine can produced with chemically method by the acidic compounds such as hydrochloric acid, sulfuric acid, nitric acid, etc. This research determine to knew the characteristics of the N-acetylglucosamine which has been hydrolyzed by chitin. The characterization of N-acetylglucosamine were physical and chemical properties. The results of characteristic physical properties N-acetylglucosamine showed that white coloured, odorless and it has 250°C of melting point value. Based on the chemical properties of functional groups showed that a group O-H, C-H, C-O, C-N, C=O which is similar from standard of N-acetylglucosamine, and showed that 98.8% the solubility of water and the result of water content was 3.64%. The result of HPLC analysis showed that peak at the retention time were 2,889 and 2,986 minutes. Based on that result, need to be purified further to produce the pure of N-acetylglucosamine. Keywords: chemical hydrolysis, Characterization, N-acetylglucosamine PENDAHULUAN Kitin termasuk polimer yang tersusun atas monomer β-1,4-N-asetil-D-glukosamin (GlcNAc) dan banyak ditemukan pada eksoskeleton (kerangka luar) serangga, molusca, coelenterata, nematoda, crustasea (kepiting, udang, lobster dan crustasea lainnya) serta dinding sel jamur dan alga tertentu (Dahiya et al., 2006 dalam widhyastuti, 2010). Kitin mempunyai sifat yang tidak larut dalam air sehingga kitin sulit diaplikasikan dalam bidang farmasi atau kesehatan dan pangan fungsional (Windhyastuti, 2010). Kitin dapat dihidrolisis melalui dua cara yaitu secara enzimatis dan kimiawi. Hidrolisis kitin secara kimiawi umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam pekat seperti HCl dan H2SO4 (Wulandari, 2009). Proses hidrolisis kitin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah konsentrasi asam, waktu inkubasi dan suhu (Taberzadeh, Karimi, 2007). Chang (2000) menyebutkan bahwa konsentrasi HCl 7 N dapat menghasilkan rendemen lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi HCl 4 N. Nasetilglukosamin yang dihasilkan dari hidrolisis C-61 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 dan didinginkan pada ice bath, selanjutnya dihilangkan residu HCl. Partikel padat yang diperoleh dilarutkan kembali dalam 50 mL air deionisasi. Proses untuk menghilangkan residu HCl dilakukan sebanyak 2 kali. Selanjutnya larutan dinetralkan dengan NaOH 1 N, kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 41. Filtrat dievaporasi sampai volume akhir mencapai 20% kemudian disaring dengan kertas saring Whatmann N0. 41 dan dianalisis dengan HPLC. menggunakan HCl 7 N pada suhu 70°C selama 60 menit lebih banyak dibandingkan dengan hidrolisis selama 30, 45, 120, 240 dan 300 menit. N-asetilglukosamin merupakan monomer dari kitin, dengan rumus molekul C6H15NO6 dan mempunyai massa molekul 221,21 g/mol. N-asetilglukosamin merupakan serbuk berwarna putih yang mempunyai rasa sedikit manis, tidak berbau, dengan titik leleh 221°C dan larut dalam air dengan kelarutan 25%, sedikit larut dalam metanol yang dipanaskan dan tidak larut dalam dietileter (Chen et. al., 2010 dan Windhyastuti, 2010). Senyawa N-asetilglukosamin semakin diminati karena memiliki banyak manfaat dalam segala bidang baik dalam bidang farmasi, kosmetik, pangan dan peternakan. Menurut Tamai et. al., (2003) dan Windhiyastuti (2010) senyawa N-asetilglukosamin dalam bidang farmasi digunakan untuk pengobatan osteoarthritis, gastritis, dan menurut Salvatore et. al., (2000) dapat dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit radang usus. Karakterisasi N-asetilglukosamin Sifat fisik diuji secara organoleptik (warna dan bau), titik leleh (melting point apparatus). Sifat kimia yang dianalisis meliputi kadar air (metode gravimetri), gugus fungsi (spektofotometer IR) dan kelarutan dalam air. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi N-asetilglukosamin Produksi N-asetilglukosamin menggunakan HCl dilakukan pada keadaan optimum yaitu dengan konsentrasi 4 N dengan waktu inkubasi selama 36 jam pada suhu 35°C. Kromatogram N-asetilglukosamin ditunjukkan pada Gambar 1. BAHAN DAN METODE Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan gelas yang umum digunakan, inkubator, evaporator, melting point apparatus (Fisher Scientific), FTIR (PERKIN ELMER, USA) type frontier, dan HPLC type HP1050. (a) Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitin (Rongsheng, Cina), NaOH, HCl, metanol (Merck), N-asetilglukosamin (Sigma). Prosedur Penelitian Produksi N-asetilglukosamin Produksi N-asetilglukosamin ditentukan dengan menggunaka cara Chang (2000) yang dimodifikasi. Kitin 1,6 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi 100 mL HCl 4 N (konsentrasi optimum). Larutan diinkubasi selama 36 jam (waktu inkubasi optimum) pada suhu 35°C. Kemudian, larutan diambil 50 mL (b) Gambar 1. (a) Kromatogram N-asetilglukosamin hasil hidrolisis kitin secara kimiawi (b) Kromatogram N-asetilglukosamin standar Pada Gambar 1. Menunjukkan bahwa Nasetilglukosamin hidrolisis menggunakan HCl menghasilkan 3 puncak dengan waktu retensi 2,889 menit, 2,986 menit dan 3,171 menit. C-62 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 Waktu retensi yang diperoleh Nasetilglukosamin hidrolisis menggunakan HCl sesuai dengan N-asetilglukosamin standar pada waktu retensi 2,891 dan 2,991 menit. Menurut Jacyno and Dean (2004) N-asetilglukosamin yang diuji menggunakan HPLC dapat diamati pada waktu retensi kisaran 2-3 menit. Kromatogram N-asetilglukosamin yang diperoleh menghasilkan waktu retensi lebih dari satu puncak hal ini kemungkinan masih terdapat oligomer kitin. Dalam penelitian Saskiawan dan Handayani (2011) menyatakan bahwa kromatogram yang dihasilkan lebih dari satu dikarenakan sebagian besar kitin masih dihidrolisis dalam bentuk oligomer dan belum terhidrolisis sempurna menjadi Nasetilglukosamin. hampir sama standar. N-asetilglukosamin Tabel 1. Karakterisasi N-asetilglukosamin Parameter warna Bau Titik leleh Kadar air Kelarutan dalam air N-asetilglukosamin hasil hidrolisis menggunakan HCl putih Tidak berbau 250°C 3,64% 98,8% N-asetilglukosamin standar Putih Tidak berbau 212°C 0,77% 95,5% Kelarutan N-asetilglukosamin merupakan salah satu parameter yang dapat dijadikan standar mutu kualitas N-asetilglukosamin. Rochima et. al., (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi kelarutan N-asetilglukosamin semakin baik kualitas dari N-asetilglukosamin. Air merupakan pelarut polar sesuai dengan prinsip kelarutan like dissolves like, maka senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar. Pada Tabel 1. menunjukkan bahwa N-asetilglukosamin hasil hidrolisis HCl menghasilkan kelarutan lebih tinggi dibandingkan dengan N-asetilglukosamin standar. N-astilglukosamin Semakin banyak Nasetilglukosamin yang dapat larut pada air, maka mutu N-asetilglukosamin semakin baik untuk diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti farmasi dan pangan. Kadar air dipengaruhi pada proses pengeringan, lama pengeringan, jumlah yang dikeringkan dan luas permukaan tempat Nasetilglukosamin dikeringkan (Agustina, 2015). Penentuan kadar air pada penelitian ini menggunakan metode gravimetri prinsipnya menguapkan air bebas yang terdapat pada sampel sehingga tidak ada kandungan air dalam sampel. Kadar air N-asetilglukosamin hasil hidrolisis menggunakan HCl menunjukkan diatas N-asetilglukosamin standar. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi saat penambahan air dalam proses setelah dihidrolisis dengan HCl untuk menghilangkan residu HCl. Karakterisasi N-asetilglukosamin Sifat fisik diuji secara organoleptik (warna dan bau), titik leleh (melting point apparatus). Sifat kimia yang dianalisis meliputi kadar air (metode gravimetri), gugus fungsi (spektofotometer IR) dan kelarutan dalam air. N-asetilglukosamin spektrofotometer FTIR gugus fungsi (Gambar 2) dengan dianalisis dengan untuk menentukan (b) (a) Gambar 2. Spektra FTIR (a) N-asetilglukosamin hasil hidrolisis kitin menggunakan HCl (b) Nasetilglukosamin standar Hasil analisis gugus fungsi Nasetilglukosamin hasil hidrolisis menggunakan HCl (Gambar 2.) menunjukkan adanya gugus fungsi O-H, N-H, C-H, C=O, C-N dan C-O masing-masing pada bilangan gelombang 30003500; 2880,00; 1635,50;1387,80;1082,50 yang Karakteristik sifat fisik Nasetilglukosamin hasil hidrolisis memperlihatkan berwarna putih dan tidak C-63 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 berbau seperti N-asetilglukosamin standar. Titik leleh yang dihasilkan N-asetilglukosamin hasil hidrolisis sebesar 250°C. Titik leleh yang dihasilkan berbeda dengan N-asetilglukosamin standar dikarenakan adanya senyawa lain yang mempengaruhi titik leleh. Rentang titik leleh yang besar dapat menandakan bahwa Nasetilglukosamin hasil sintesis yang diperoleh masih mengandung banyak oligomer (Wardani dkk., 2010 dalam Dewi dkk., 2016). Menurut Fisher (1975) menyatakan jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan berupa penurunan titik leleh dan perluasan rentang titik leleh. asetilglukosamina. Vol 10. No 6. ISSN 0126-1754. Taherzadeh, Mohammad J and Karimi, Keikhosro. 2007. Acid-Based Hydrolysis Processes for Ethanol from Lignocellulosic Materials: a Review. Vol 2. No. 3. Hal 472-499. Widhyastuti, Nunuk. 2010. Purifikasi N-asetilD-glukosamina Hasil Sintesa secara Enzimatis untuk Bahan Obat dan Pangan Fungsional. [LAPORAN AKHIR]. Wulandari, Fitri. 2009. Optimasi Produksi Nasetilglukosamin dari Kitin Melalui Fermentasi oleh Aspergillus rugulosus 501. [SKRIPSI] Zahiruddin, Winarti; Ariesta Aprilia dan Salamah Ella. 2008. Karakteristik Mutu dan Kelarutan Kitosan dari Ampas Silase Kepala Udang Windu (Penaeus monodon). Vol 9. No 2. Hal 140-15. KESIMPULAN N-asetilglukosamin yang diperoleh dari hasil hidrolisis dengan menggunakan HCl menunjukkan sifat fisik dan kimia yang hampir sama dengan N-asetilglukosamin standar. DAFTAR PUSTAKA Agustina, S., Swantara, I Made., dan Suartha, I Nyoman. 2015. Isolasi Kitin, Karakterisasi dan Sintesis Kitosan dari Kulit udang. 9 (2) ISSN 1907-9850. Hal 271-278. Chang, Ke Liang B, et.al. 2000. HPLC Analysis of N-Acetyl-chitooligosaccharides during the acid Hydrolisis of Chitin. Journal of Food and Drug Analysis. 8(2):75-83. Chen, Jeen Kuan, at al., 2010. NAcetylglucosamine: Production and Applications. No 8. Hal 2493-2516. Dewi, Noviana L., Bahri Syaiful., Hardi, Jaya. 2016. Penggunaan Berbagai Tekanan dan Waktu Hidrolisis pada Produksi Glukosamin Hidroklorida dari Kitosan Cangkang Bekicot (Achatina fulica). Vol 2. No 1. ISSN 2477-5398. Hal 22-32. Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III. Jakarta: UI-Press Rochima, E., Suhartono, M. T., Syah, D., dan Sugiyono. 2004. Karakterisasi Kitosan Hasil Deasetilasi Enzimatis oleh Kitin Deasetilase Isolat Bacillus papandayan k29-14. Universitas Padjajaran. Saskiawan, Iwan dan Handayani, Rini. 2011. Hidrolisis Kitin Melalui Fermentasi Semi Padat untuk Produksi NC-64